You are on page 1of 13

PROSPEK USAHA Sapi potong merupakan jenis ternak yang mempunyai nilai jual tinggi diantara ternak-ternak lainnya.

Pada umumnya masyarakat membutuhkan hewan ini dikonsumsi, karena kandungan proteinnya yang tinggi. Laju pertambahan penduduk yang terus meningkat menuntut ketersediaan akan daging yang terus meningkat pula, oleh karena itu usaha sapi potong merupakan salah satu usaha yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Usaha penggemukan sapi potong memiliki prospek cerah karena beberapa negara Asean kini lebih menyukai sapi potong dari Indonesia. Dalam pemeliharaanpun relatif tidak begitu sulit karena jenis pakan yang dimakan sapi potong biasanya adalah rumput, jerami, bungkil pisang ataupun berbagai jenis dedaunan yang banyak tumbuh disekitar. Dengan ketersediaan padang rumput yang masih sangat luas peluang membuka usaha penggemukan sapi potong masih terbuka lebar. Pada lahan yang tidak begitu luas pun usaha ini masih dapat dilakukan yaitu dengan sistem atau teknik kereman, yaitu suatu cara pemeliharaan dikandang secara terus menerus dalam kurun waktu 4 sampai 12 bulan. Tujuan pemeliharaan sapi dengan cara ini adalah untuk meningkatkan atau menghasilkan daging yang relatif lebih cepat. Selain menghasilkan daging yang dibutuhkan masyarakat hasil ikutannya pun seperti pupuk kandang, kulit, tulang dan lain sebagainya dapat memberikan pendapatan sampingan. kotoran sapi mempunyai nilai ekonomis, karena termasuk pupuk organik yang dibutuhkan semua jenis tumbuhan. Kotoran sapi dapat menjadi sumber hara yang dapat memperbaiki struktur tanah sehingga menjadi lebih gembur dan subur. Kulit sapi, dapat dijadikan sebagai bahan industri tas, sepatu, ikat pinggang, topi, jaket. Tulangnya dapat diolah menjadi bahan bahan perekat/lem, tepung tulang dan barang kerajinan atau dibuat makanan seperti sop kaki. Tanduknya dapat digunakan sebagai bahan kerajinan seperti: sisir, hiasan dinding dan sebagainya. Sementara ekornya pun masih dapat dimanfaatkan sebagai makanan khas yaitu sop buntut.

IPS KEBERHASILAN USAHA keberhasilan usaha penggemukan sapi potong, di awali dengan pemilihan bakalan sapi yang akan digemukan. Terdapat beberapa jenis sapi yang biasa dipiliha sebagai bakalan, yaitu:

Sapi Bali Sapi jenis ini memiliki ciri kulit berwarna merah dengan kaki dari lutut ke bawah dan pada pantat berwarna putih, punggungnya bergaris warna hitam. Sapi jenis ini memiliki keunggulan dalam beradaptasi yang baik dengan lingkungan yang baru. Sapi Ongole Sapi jenis ini memiliki ciri kulit berwarna putih dengan warna hitam di beberapa bagian tubuh, bergelambir dan berpunuk, dan daya adaptasinya baik. Jenis ini telah disilangkan dengan sapi Madura, keturunannya disebut Peranakan Ongole (PO) cirinya sama dengan sapi Ongole tetapi kemampuan produksinya lebih rendah. Sapi Brahman Sapi jenis ini memiliki ciri kulit berwarna coklat hingga coklat tua, dengan warna putih pada bagian kepala. Daya pertumbuhannya cepat, sehingga menjadi primadona sapi potong di Indonesia. Sapi Madura Sapi jenis ini memiliki ciri kulit berwarna kuning hingga merah bata, dan sebagian terdapat warna putih pada moncong, ekor dan kaki bawah, berpunuk, pertambahan berat badan rendah Sapi Limousin Sapi jenis ini memiliki ciri kulit berwarna hitam bervariasi dengan warna merah bata dan putih, terdapat warna putih pada moncong kepalanya, tubuh berukuran besar dan mempunyai tingkat produksi yang baik Pemeliharaan sapi sistem kereman, bila dilakukan sesuai anjuran akan memberikan manfaat ekenomi yang besarnya. Pemeliharaan sapi kereman yang baik selain menghasilkan daging yang bermutu tinggi juga menghasilakan pupuk yang dapat dipergunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah. Pencagahan terhadap penyakit dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan.

FAKTOR KRITIS PADA KEBERHASILAN USAHA

Faktor-faktor kritis yang harus diperhatikan dalam usaha pengemukan domba diantaranya adalah: 1. 2. 3. 4. 5. pencarian bibit yang berkualitas penyediaan pakan (baik konsentrat, maupun hijauan) pengelolaan yang tidak fokus (hanya sambilan) pengadministrasian proses penggemukan Penanggulangan penyakit.

Beberapa jenis penyakit yang sering terjadi pada sapi potong diantaranya adalah : - Anthrax (radang limpa) - Penyakit mulut - Penyakit surra - Penyakit radang paha - Penyakit Bruccellosis (keguguran menular) - Kuku busuk (foot ror) - Cacing hati, Cacing perut.

TEKNIS MELAKUKAN USAHA

1. Memilih Bakalan

Memilih bakalan memerlukan ketelitian, kejelian dan pengalaman, Ciri-ciri bakalan yang baik adalah : Berumur di atas 2,5 tahun. Jenis kelamin jantan. Bentuk tubuh panjang, bulat dan lebar, panjang minimal 170 cm tinggi, pundak minimal 135 cm, lingkar dada 133 cm. Tubuh kurus (bukan karena penyakit), tulang menonjol dan sehat. Mata cerah dan bulu halus. Kotoran normal 2. Kandang Secara umum, kandang memiliki dua tipe, yaitu individu dan kelompok. Pada kandang individu, setiap sapi menempati tempatnya sendiri berukuran 2,5 X 1,5 m. Tipe ini dapat memacu pertumbuhan lebih pesat, karena tidak terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan dan memiliki ruang gerak terbatas, sehingga energi yang diperoleh dari pakan digunakan untuk hidup pokok dan produksi daging tidak hilang karena banyak bergerak. Pada kandang kelompok, bakalan dalam satu periode penggemukan ditempatkan dalam satu kandang. Satu ekor sapi memerlukan tempat yang lebih luas daripada kandang individu. Kelemahan tipe kandang ini yaitu terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan sehingga sapi yang lebih kuat cenderung cepat tumbuh daripada yang lemah, karena lebih banyak mendapatkan pakan. 3. Pakan Berdasarkan kondisi fisioloigis dan sistem pencernaannya, sapi digolongkan hewan ruminansia, karena pencernaannya melalui tiga proses, yaitu secara mekanis dalam mulut dengan bantuan air ludah (saliva), secara fermentatif dalam rumen dengan bantuan mikrobia rumen dan secara enzimatis setelah melewati rumen. Penelitian menunjukkan bahwa penggemukan dengan mengandalkan pakan berupa hijauan saja, kurang memberikan hasil yang optimal dan membutuhkan waktu yang lama. Salah satu cara mempercepat penggemukan adalah dengan pakan kombinasi antara hijauan dan konsentrat. Konsentrat yang digunakan adalah ampas bir, ampas tahu, ampas tebu, bekatul, kulit biji kedelai, kulit nenas dan buatan pabrik pakan. Konsentrat diberikan lebih dahulu untuk memberi pakan mikrobia rumen, sehingga ketika pakan hijauan masuk rumen, mikrobia rumen telah siap dan aktif mencerna hijauan. Kebutuhan pakan (dalam berat kering) tiap ekor adalah 2,5% berat badannya. Hijauan yang digunakan adalah jerami padi, daun tebu, daun jagung, alang-alang dan rumput-rumputan liar sebagai pakan berkualitas rendah dan rumput gajah, setaria kolonjono sebagai pakan berkualitas tinggi. Penentuan kualitas pakan tersebut berdasarkan tinggi rendahnya kandungan nutrisi (zat pakan) dan kadar serat kasar. Pakan hijauan yang berkualitas rendah mengandung serat kasar tinggi yang sifatnya sukar dicerna karena terdapat lignin yang sukar larut oleh enzim pencernaan. Oleh karena itu PT. NATURAL NUSANTARA membantu peternak dengan mengeluarkan produk VITERNA Plus, POC NASA dan HORMONIK. Produk ini menggunakan teknologi asam amino yang diciptakan dengan pendekatan fisiologis tubuh sapi, yaitu dengan meneliti berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak. VITERNA Plus merupakan nutrisi organik yang diolah dari bahan-bahan alami yang mengandung berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak, yaitu : 1 Mineral-mineral sebagai penyusun tulang, darah dan berperan dalam sintesis enzim, yaitu NPK, Ca, Mg, Cl dan lain-lain. 2 Asam-asam amino, yaitu Arginin, Histidin, Leusin, Isoleusin dan lain-lain sebagai penyusun protein, pembentuk sel dan organ tubuh. 3 Vitamin lengkap yang berfungsi untuk berlangsungnya proses fisiologis tubuh yang normal dan meningkatkan ketahanan tubuh sapi dari serangan penyakit.

Asam - asam organik essensial, diantaranya asam propionat, asam asetat dan asam butirat.

POC NASA merupakan formula khusus yang berguna bagi ternak/ikan maupun tanaman yang dibuat murni dari bahan-bahan organik mengandung berbagai mineral penting untuk pertumbuhan ternak, seperti N, P, K, Ca, Mg, Fe dan lain-lain serta dilengkapi protein dan lemak nabati, mampu meningkatkan pertumbuhan ternak sapi, ketahanan tubuh, mengurangi kadar kolesterol daging dan mengurangi bau kotoran. HORMONIK berfungsi sebagai Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) untuk memacu dan meningkatkan bobot ternak. Cara Praktis Pemakaian VITERNA Plus, POC NASA, HORMONIK POC NASA dan VITERNA Plus dioplos dalam satu wadah kocok/aduk hingga larut. Tambahkan 20 cc (2 tutup botol) HORMONIK ke dalam campuran VITERNA Plus dan POC NASA tadi. Aduk/kocok merata. Larutan suplemen sudah siap diberikan kepada ternak sapi. Cara pemberian larutan POC NASA, VITERNA Plus, dan HORMONIK tadi dengan dosis 10 cc (1 tutup botol)/10 liter air komboran/ekor dengan interval 2 kali sehari (pagi dan sore). 4. Pengendalian Penyakit. Dalam pengendalian penyakit, yang lebih utama dilakukan adalah pencegahan penyakit daripada pengobatan, karena penggunaan obat akan menambah biaya produksi dan tidak terjaminnya keberhasilan pengobatan yang dilakukan. Usaha pencegahan yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan sapi adalah : a. Pemanfaatan kandang karantina. Sapi bakalan yang baru hendaknya dikarantina pada suatu kandang terpisah, dengan tujuan untuk memonitor adanya gejala penyakit tertentu yang tidak diketahui pada saat proses pembelian. Disamping itu juga untuk adaptasi sapi terhadap lingkungan yang baru. Pada waktu sapi dikarantina, sebaiknya diberi obat cacing karena berdasarkan penelitian sebagian besar sapi di Indonesia (terutama sapi rakyat) mengalami cacingan. Penyakit ini memang tidak mematikan, tetapi akan mengurangi kecepatan pertambahan berat badan ketika digemukkan. Waktu mengkarantina sapi adalah satu minggu untuk sapi yang sehat dan pada sapi yang sakit baru dikeluarkan setelah sapi sehat. Kandang karantina selain untuk sapi baru juga digunakan untuk memisahkan sapi lama yang menderita sakit agar tidak menular kepada sapi lain yang sehat. b. Menjaga kebersihan sapi bakalan dan kandangnya. Sapi yang digemukkan secara intensif akan menghasilkan kotoran yang banyak karena mendapatkan pakan yang mencukupi, sehingga pembuangan kotoran harus dilakukan setiap saat jika kandang mulai kotor untuk mencegah berkembangnya bakteri dan virus penyebab penyakit. c. Vaksinasi untuk bakalan baru. Pemberian vaksin cukup dilakukan pada saat sapi berada di kandang karantina. Vaksinasi yang penting dilakukan adalah vaksinasi Anthrax. Beberapa jenis penyakit yang dapat meyerang sapi potong adalah cacingan, Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), kembung (Bloat) dan lain-lain. 5. Produksi Daging. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi daging adalah a. Pakan Pakan yang berkualitas dan dalam jumlah yang optimal akan berpengaruh baik terhadap kualitas

b.

c.

d.

daging. Perlakuan pakan dengan NPB akan meningkatkan daya cerna pakan terutama terhadap pakan yang berkualitas rendah sedangkan pemberian VITERNA Plus memberikan berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak sehingga sapi akan tumbuh lebih cepat dan sehat. Faktor Genetik Ternak dengan kualitas genetik yang baik akan tumbuh dengan baik/cepat sehingga produksi daging menjadi lebih tinggi. Jenis Kelamin. Ternak jantan tumbuh lebih cepat daripada ternak betina, sehingga pada umur yang sama, ternak jantan mempunyai tubuh dan daging yang lebih besar. Manajemen Pemeliharaan dengan manajemen yang baik membuat sapi tumbuh dengan sehat dan cepat membentuk daging, sehingga masa penggemukan menjadi lebih singkat. ASPEK LEGALITAS

Legalitas untuk budidaya penggemukan sapi potong/pedaging relatif mudah, sebab untuk tahap awal tidak membutuhkan aspek legal yang lengkap. Sebagai bentuk hubungan dalam masyarakat, maka sebaiknya diperoleh ijin kepada tetangga terdekat dan Kepala Dusun. Namun Apabila usaha sudah berkembang maka aspek legal (ijin-ijin usaha) harus sudah mulai dilengkapi. perijinan tersebut diantaranya adalah: 1. Surat Ijin Tempat Usaha (SITU), 2. Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), 3. Tanda Daftar Perusahaan (TDP), 4. Nomor PokoknWajib Pajak (NPWP), 5. Akte Pendirian Perusahaan melalui Notaris dan lainnya sesuai dengan kebutuhan perusahaan

ANALISA USAHA 1. ASUMSI


o o o o o o o o o

Sapi perkandang 10 ekor masa penggemukan 90 hari harga bakalan Rp. 3.000.000 umur ekonomis 20 tahun Harga jual Rp. 4.500.000 Biaya Tenaga Kerja per hari Rp. 2.000 Biaya Pakan per hari Rp. 5.000 Biaya kandang per ekor Rp.1.000.000 Biaya obat per ekor Rp. 20.000 Uraian A. BIAYA INVESTASI Kandang dan peralatannya Sewa lahan 4.000 m2 per tahun Total B. BIAYA TETAP Biaya penyusutan kandang dan peralatannya Sewa Lahan Total C. BIAYA TIDAK TETAP Biaya bibit @ Rp.3.125.000,00 x 96 Biaya tenaga kerja @ Rp 2.000/hari x 90 x 10 ekor Biaya pakan sapi Rp. 5.000/hari x 90 hari x 10 ekor Biaya obat-obatan Biaya lain-lain Total D. TOTAL BIAYA Penerimaan @Rp 4.500.000 x 10 ekor Keuntungan Jumlah (Rp) Rp. Rp Rp 10.000.000 1.000.000 11.000.000

Rp Rp Rp

123.000 246.000 369.000

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

30.000.000 1.800.000 4.500.000 200.000 1.000.000 37.500.000 37.869.000 45.000.000 7.131.000

Analisa Usaha Ternak Sapi

Analisa Usaha Ternak Sapi


Perkiraan analisis budidaya sapi potong kereman setahun di Bangli skala 25 ekor pada tahun 1999 adalah sebagai berikut: 1) Biaya Produksi a. Pembelian 25 ekor bakalan : 25 x 250 kg x Rp. 7.800,- Rp. 48.750.000,b. Kandang Rp. 1.000.000,c. Pakan - Hijauan: 25 x 35 kg x Rp.37,50 x 365 hari - Konsentrat: 25 x 2kg x Rp. 410,- x 365 hari Rp. 12.000.000,Rp. 7.482.500,d. Retribusi kesehatan ternak: 25 x Rp. 3.000,Rp. 75.000,Jumlah biaya produksi Rp. 69.307.500,-

2) Pendapatan a. Penjualan sapi kereman Tambahan >Rp. 75.000,Jumlah biaya produksi

Rp. 69.307.500,-

2) Pendapatan a. Penjualan sapi kereman Tambahan berat badan: 25 x 365 x 0,8 kg = 7.300 kg Berat sapi setelah setahun: (25 x 250 kg) + 7.300 kg = 13.550 kg Harga jual sapi hidup: Rp. 8.200,-/kg x 13.550 kg

Rp. 111.110.000,b. Penjualan kotoran basah: 25 x 365 x 10 kg x Rp. 12,- Rp. 1.095.000,Jumlah pendapatan Rp. 112.205.000,3) Keuntungan a. Tanpa memperhitungkan biaya tenaga internal keuntungan Penggemukan 25 ekor sapi selama setahun. Rp. 42.897.500,4) Parameter kelayakan usaha a. B/C ratio

= 1,61

Gambaran Peluang Agribisnis Sapi potong mempunyai potensi ekonomi yang tinggi baik sebagai ternak potong maupun ternak

bibit. Selama ini sapi potong dapat mempunyai kebutuhan daging untuk lokal seperti rumah tangga, hotel, restoran, industri pengolahan, perdagangan antar pulau. Pasaran utamanya adalah kota-kota besar seperti kota metropolitan Jakarta. Konsumen untuk daging di Indonesia dapat digolongkan ke dalam beberapa segmen yaitu : a) Konsumen Akhir Konsumen akhir, atau disebut konsumen rumah tangga adalah pembeli-pembeli yang membeli untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan individunya. Golongan ini mencakup porsi yang paling besar dalam konsumsi daging, diperkirakan mencapai 98% dari konsumsi total. Mereka ini dapat dikelompokkan lagi ke dalam ova sub segmen yaitu : 1. Konsumen dalam negeri ( Golongan menengah keatas ) Segmen ini merupakan segmen terbesar yang kebutuhan dagingnya kebanyakan dipenuhi dari pasokan dalam negeri yang masih belum memperhatikan kualitas tertentu sebagai persyaratan kesehatan maupun selera. 2. Konsumen asing Konsumen asing yang mencakup keluarga-keluarga diplomat, karyawan perusahaan dan sebagian pelancong ini porsinya relatif kecil dan tidak signifikan. Di samping itu juga kemungkinan terdapat konsumen manca negara yang selama ini belum terjangkau oleh pemasok dalam negeri, artinya ekspor belum dilakukan/jika dilakukan porsinya tidak signifikan. b) Konsumen Industri Konsumen industri merupakan pembeli-pembeli yang menggunakan daging untuk diolah kembali menjadi produk lain dan dijual lagi guna mendapatkan laba. Konsumen ini terutama meliputi: hotel dan restauran dan yang jumlahnya semakin meningkat Adapun mengenai tata niaga daging di negara kita diatur dalam inpres nomor 4 tahun 1985 mengenai kebijakansanakan kelancaran arus barang untuk menunjang kegiatan ekonomi. Di Indonesia terdapat 3 organisasi yang bertindak seperti pemasok daging yaitu : a) KOPPHI (Koperasi Pemotongan Hewan Indonesia), yang mewakili pemasok produksi peternakan rakyat. b) APFINDO (Asosiasi Peternak Feedlot (penggemukan) Indonesia), yang mewakili peternak penggemukan c) ASPIDI (Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia).

11. DAFTAR PUSTAKA 1. Abbas Siregar Djarijah. 1996, Usaha Ternak Sapi, Kanisius, Yogyakarta. 2. Yusni Bandini. 1997, Sapi Bali, Penebar Swadaya, Jakarta. 3. Teuku Nusyirwan Jacoeb dan Sayid Munandar. 1991, Petunjuk Teknis Pemeliharaan Sapi Potong, Direktorat Bina Produksi Peternaka 4. Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian, Jakarta Undang Santosa. 1995, Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi, Penebar Swadaya, Jakarta. 5. Lokakarya Nasional Manajemen Industri Peternakan. 24 Januari 1994,Program Magister Manajemen UGM, Yogyakarta.

6. Kohl, RL. and J.N. Uhl. 1986, Marketing of Agricultural Products, 5 th ed, Macmillan Publishing Co, New York.

Analisa Usaha Ternak Sapi


Perkiraan analisis budidaya sapi potong kereman setahun di Bangli skala 25 ekor pada tahun 1999 adalah sebagai berikut: 1) Biaya Produksi a. Pembelian 25 ekor bakalan : 25 x 250 kg x Rp. 7.800,- Rp. 48.750.000,b. Kandang Rp. 1.000.000,c. Pakan - Hijauan: 25 x 35 kg x Rp.37,50 x 365 hari - Konsentrat: 25 x 2kg x Rp. 410,- x 365 hari Rp. 12.000.000,Rp. 7.482.500,d. Retribusi kesehatan ternak: 25 x Rp. 3.000,Rp. 75.000,Jumlah biaya produksi Rp. 69.307.500,-

2) Pendapatan a. Penjualan sapi kereman Tambahan >Rp. 75.000,Jumlah biaya produksi

Rp. 69.307.500,-

2) Pendapatan a. Penjualan sapi kereman Tambahan berat badan: 25 x 365 x 0,8 kg = 7.300 kg Berat sapi setelah setahun: (25 x 250 kg) + 7.300 kg = 13.550 kg Harga jual sapi hidup: Rp. 8.200,-/kg x 13.550 kg

Rp. 111.110.000,b. Penjualan kotoran basah: 25 x 365 x 10 kg x Rp. 12,- Rp. 1.095.000,Jumlah pendapatan Rp. 112.205.000,3) Keuntungan a. Tanpa memperhitungkan biaya tenaga internal keuntungan Penggemukan 25 ekor sapi selama setahun. Rp. 42.897.500,4) Parameter kelayakan usaha a. B/C ratio

= 1,61

Gambaran Peluang Agribisnis Sapi potong mempunyai potensi ekonomi yang tinggi baik sebagai ternak potong maupun ternak bibit. Selama ini sapi potong dapat mempunyai kebutuhan daging untuk lokal seperti rumah tangga, hotel, restoran, industri pengolahan, perdagangan antar pulau. Pasaran utamanya adalah

kota-kota besar seperti kota metropolitan Jakarta. Konsumen untuk daging di Indonesia dapat digolongkan ke dalam beberapa segmen yaitu : a) Konsumen Akhir Konsumen akhir, atau disebut konsumen rumah tangga adalah pembeli-pembeli yang membeli untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan individunya. Golongan ini mencakup porsi yang paling besar dalam konsumsi daging, diperkirakan mencapai 98% dari konsumsi total. Mereka ini dapat dikelompokkan lagi ke dalam ova sub segmen yaitu : 1. Konsumen dalam negeri ( Golongan menengah keatas ) Segmen ini merupakan segmen terbesar yang kebutuhan dagingnya kebanyakan dipenuhi dari pasokan dalam negeri yang masih belum memperhatikan kualitas tertentu sebagai persyaratan kesehatan maupun selera. 2. Konsumen asing Konsumen asing yang mencakup keluarga-keluarga diplomat, karyawan perusahaan dan sebagian pelancong ini porsinya relatif kecil dan tidak signifikan. Di samping itu juga kemungkinan terdapat konsumen manca negara yang selama ini belum terjangkau oleh pemasok dalam negeri, artinya ekspor belum dilakukan/jika dilakukan porsinya tidak signifikan. b) Konsumen Industri Konsumen industri merupakan pembeli-pembeli yang menggunakan daging untuk diolah kembali menjadi produk lain dan dijual lagi guna mendapatkan laba. Konsumen ini terutama meliputi: hotel dan restauran dan yang jumlahnya semakin meningkat Adapun mengenai tata niaga daging di negara kita diatur dalam inpres nomor 4 tahun 1985 mengenai kebijakansanakan kelancaran arus barang untuk menunjang kegiatan ekonomi. Di Indonesia terdapat 3 organisasi yang bertindak seperti pemasok daging yaitu : a) KOPPHI (Koperasi Pemotongan Hewan Indonesia), yang mewakili pemasok produksi peternakan rakyat. b) APFINDO (Asosiasi Peternak Feedlot (penggemukan) Indonesia), yang mewakili peternak penggemukan c) ASPIDI (Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia).

11. DAFTAR PUSTAKA 1. Abbas Siregar Djarijah. 1996, Usaha Ternak Sapi, Kanisius, Yogyakarta. 2. Yusni Bandini. 1997, Sapi Bali, Penebar Swadaya, Jakarta. 3. Teuku Nusyirwan Jacoeb dan Sayid Munandar. 1991, Petunjuk Teknis Pemeliharaan Sapi Potong, Direktorat Bina Produksi Peternaka 4. Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian, Jakarta Undang Santosa. 1995, Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi, Penebar Swadaya, Jakarta. 5. Lokakarya Nasional Manajemen Industri Peternakan. 24 Januari 1994,Program Magister Manajemen UGM, Yogyakarta. 6. Kohl, RL. and J.N. Uhl. 1986, Marketing of Agricultural Products, 5 th ed, Macmillan Publishing Co, New York.

You might also like