You are on page 1of 13

BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Latar Belakang Masalah Energi merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi oleh hampir seluruh negara di dunia. Hal ini mengingat energi merupakan salah satu faktor utama bagi terjadinya pertumbuhan ekonomi suatu negara. Permasalahan energi menjadi semakin kompleks ketika kebutuhan yang meningkat akan energi dari seluruh negara di dunia untuk menopang pertumbuhan ekonominya justru membuat persediaan cadangan energi konvensional menjadi semakin sedikit. Saat ini total kebutuhan energy di seluruh dunia mencapai 10 Terra Watt (setara dengan 3 x 1020 Joule/ tahun) dan diprediksi jumlah ini akan terus meningkat hingga mencapai 30 Terra Watt pada tahun 2030 [1-3]. Kebutuhan yang meningkat terhadap energi juga pada kenyataanya bertabrakan dengan kebutuhan umat manusia untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan bebas dari polusi.Berbagai konsideran ini menuntut perlunya dikembangkan sumber energi alternatif yang dapat menjawab tantangan di atas tersebut. Solar cell merupakan pembangkit listrik yang mampu mengkonversi sinar matahari menjadi arus listrik.Energi matahari sesungguhnya merupakan sumber energi yang paling menjanjikan mengingat sifatnya yang berkelanjutan (sustainable) serta jumlahnya yang sangat besar. Matahari merupakan sumber energi yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan kebutuhan energi masa depan setelah berbagai sumber energi konvensional berkurang jumlahnya serta tidak ramah terhadap lingkungan. Total kebutuhan energi yang berjumlah 10 TW tersebut setara dengan 3 x 1020 J setiap tahunnya. Sementara total energi matahari yang sampai di permukaan bumi adalah 2,6 x 1024 Joule setiap tahunnya. Sebagai perbandingan, energi yang bisa dikonversi melalui proses fotosintesis di seluruh permukaan bumi mencapai 2,8 x 1021 J setiap tahunnya. Jika kita lihat jumlah energi yang dibutuhkan dan dibandingkan dengan energi matahari yang tiba di permukaan bumi, maka sebenarnya dengan menutup 0,05% luas permukaan bumi (total luas permukaan bumi adalah 5,1 x 108 km2) dengan solar cell yang memiliki efisiensi 20%, seluruh kebutuhan energi yang ada di bumi sudah dapat terpenuhi.

1.2.

Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah mengetahui beberapa hal tentang PLTS (Pembangkit listrik tenaga surya) Yakni : a. Memenuhi tugas matakuliah konversi energi elektrik 2011 dari bapak Ir. Herry Purnomo, M.T. b. Mengetahui kelebihan dan kekurangan solar cell c. Mengetahui cara kerja dari solar cell

1.3. Rumusan Masalah Dalam pemanfaatan energi matahari sebagai PLTS khususnya Solar cell, ada beberapa masalah. Akan tetapi penyusun hanya membahas berdasarkan batasan masalah yang dibawah ini: 1. 2. 3. 4. Pengenalan Solar Cell Manfaat Solar cell Kelebihan solar cell Kekurangan solar cell

1.4.

Metode Penulisan

Metode yang kami gunakan dalam penyusunan makalah ini adalah dengan cara metode studi pustaka yaitu mengambil sumber yang berkaitan dengan judul dari buku dan internet.

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengenalan Solar Cell

Sebuah sel surya (sel photovoltaic) adalah sebuah peralatan semikonduktor yang dapat mengkonversi energi foton menjadi energi listrik. Kebutuhan akan energi yang terus meningkat dan semakin menipisnya cadangan minyak bumi memaksa manusia untuk mencari sumber-sumber energi alternatif. Negara-negara maju juga telah bersaing dan berlomba membuat terobosan-terobosan baru untuk mencari dan menggali serta menciptakan teknologi baru yang dapat menggantikan minyak bumi sebagai sumber energi. Semakin menipisnya persediaan energi dan juga ketergantungan pada salah satu jenis energi dimana hingga saat ini pemakaian bahan bakar minyak sangat besar sekali dan hampir semua sektor kehidupan menggunakan bahan bakar ini, sementara itu bahan bakar minyak merupakan komoditi ekspor yang dominan untuk pendapatan negara. Dalam upaya pencarian sumber energi baru sebaiknya memenuhi syarat yaitu menghasilkan jumlah energi yang cukup besar, biaya ekonomis dan tidak berdampak negatif terhadap lingkungan. Oleh karena itu pencarian tersebut diarahkan pada pemanfaatan energi matahari baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan panel sel surya yang dapat merubah energi matahari menjadi energi listrik yang dinamakan solar cell. Solar cell merupakan suatu panel yang terdiri dari beberapa sel dan beragam jenis. Penggunaan solar cell ini telah banyak di gunakan di negara-negara berkembang dan negara maju dimana pemanfaatannya tidak hanya pada lingkup kecil tetapi sudah banyak digunakan untuk keperluan industri sehingga energi matahari dapat dijadikan sebagai sumber energi alternatif. Solar cell adalah suatu element aktif yang mengubah cahaya matahari menjadi energi listrik. dimana bentuk fisik dari sensor yang digunakan pada perancangan alat ini dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini:

Gambar 2.1 Solar cell sensor cahaya matahari


3

Spesifikasi keseluruhan dari solar cell yang digunakan adalah: a. b. c. d. e. f. Kekuatan daya maximum : 10Watt Kekuatan arus yang mengalir maximum : 0.59 Ampere Kekuatan tegangan yang mengalir maximum : 18.8 Volt Berat secara fisik : 1.8 Kg Ukuran fisik : 450x 240x 40 mm Tegangan maximum dalam sistem : 200V Kondisi keseluruhan : AM =1.5 E=1000W/m2 Tc=250C

Solar cell pada umumnya memiliki ketebalan 0.3 mm, yang terbuat dari irisan bahan semikonduktor dengan kutub (+) dan kutub (-). Apabila suatu cahaya jatuh padanya maka pada kedua kutubnya timbul perbedaan tegangan yang tentunya dapat menyalakan lampu, menggerakan motor listrik yang berdaya dc. Untuk mendapatkan daya yang lebih besar bisa menghubungkan solar cell secara seri atau paralel tergantung sifat penggunaannya. Prinsip dasar pembuatan solar cell adalah memanfaatkan efek fotovoltaik yakni suatu efek yang dapat merubah langsung cahaya matahari menjadi energi listrik. Cara kerja solar cell adalah suatu element elektroda yang terjadi dua lapisan yaitu lapisan N dan P. Apabila elektroda N diberi cahaya maka antara kedua elektroda tersebut akan memberikan tegangan listrik atau tegangan dc. Energi matahari mempunyai banyak keuntungan dibandingkan dengan energi lain. Keuntungan yang dapat diperoleh adalah jumlahnya cukup besar, kontinyu, tidak menimbulkan polusi, terdapat dimana-mana dan tidak mengeluarkan biaya.

a.

Klasifikasi Energi Matahari.

Solar Energy Panel dari NASA National Aeronautic and Space Administration) tahun 1997 mengklasifikasikan penggunaan energi matahari ke dalam dua sistem koleksi yaitu sistem koleksi alamiah dan sistem koleksi teknologi. Dari pengklasifikasian diatas untuk koleksi alamiah yaitu air, angin, bahan bakar organik dan perbedaan temperatur lautan sedangkan untuk koleksi teknologi terdapat dua aplikasi utama dari energi matahari yaitu produksi listrik (fotovoltaik) dan produksi panas thermal. Fotovoltaik digunakan untuk mengkonversikan intensitas radiasi matahari menjadi energi listrik. Energi panas dihasilkan juga dari radiasi matahari dan dapat dikumpulkan atau dipusatkan

dengan pengumpul (kolektor). Energi panas ini biasanya digunakan untuk kolektor matahari, pompa-pompa pemanas dan lain-lain. b. Radiasi Surya.

Intensitas radiasi matahari akan berkurang oleh penyerapan dan pemantulan oleh atmosfer saat sebelum mencapai permukaan bumi. Ozon di atmosfer menyerap radiasi dengan panjang gelombang pendek ( ultraviolet ) sedangkan karbondioksida dan uap air menyerap sebagian radiasi dengan panjang gelombang yang lebih panjang ( infra merah ). Selain pengurangan radiasi bumi langsung ( sorotan ) oleh penyerapan tersebut, masih ada radiasi yang dipancarkan oleh molekul-molekul gas, debu dan uap air dalam atmosfer. 2.2. Manfaat Solar Cell

Keuntungan dari sisi ekonomi pemanfaatan solar cell antara lain : 1. Hemat, karena tidak perlu memerlukan bahan bakar; 2. Dapat dipasang dimana saja dan dapat dipindahkan sesuai dengan yang dibutuhkan; 3. Dapat diterapkan secara sentralisasi (PLTS ditetapkan di suatu area dan listrik yang dihasilkan disalurkan melalui jaringan distribusi ketempat-tempat yang membutuhkan) maupun desentralisasi (setiap system berdiri sendiri/individual, tidak memerlukan jaringan distribusi); 4. Bersifat moduler. Kapasitas listrik yang dihasilkan dapat disesuaikan dengan cara merangkai modul secara seri dan parallel; 5. Dapat dioperasikan secara otomatis maupun menggunakan operasi; 6. Tanpa suara dan tidak menimbulkan operasi lingkungan. 2.3. Prinsip Kerja Solar Cell

Listrik tenaga surya memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber penghasil listrik. Energi matahari yang dianugerahkan Tuhan untuk kita. Alat utama untuk menangkap, perubah dan penghasil listrik adalah Photovoltaic atau yang disebut secara umum Modul / Panel Solar Cell. Dengan alat tersebut sinar matahari dirubah menjadi listrik melalui proses aliran-aliran elektron negatif dan positif didalam cell modul tersebut karena perbedaan electron. Hasil dari aliran elektron-elektron akan menjadi listrik DC yang dapat langsung dimanfatkan untuk mengisi battery / aki sesuai tegangan dan ampere yang diperlukan. Instalasi, untuk memasang PLTS, sebenarnya tidak terlalu susah, dapat dikerjakan sendiri, komponen utama Solar Panel dipasang menghadap sinar matahari dengan intensitas tinggi, selanjutnya hubungkan dengan Battery untuk media penyimpan energi (arus DC), untuk pemakaian arus AC kita bisa menghubungkan dengan DC to AC Converter dan siap digunakan

untuk keperluan rumah tangga (Lampu, TV, Kulkas, dsb). Ingat besaran dayanya, jangan sampai overload. Sel surya dapat digunakan tanpa polusi, baik polusi udara maupun suara, dan di segala cuaca. Sel surya juga telah lama dipakai untuk memberi tenaga bagi semua satelit yang mengorbit bumi nyaris selama 30 tahun. Sel surya tidak memiliki bagian yang bergerak, namun mudah dipindahkan sesuai dengan kebutuhan. Semua keunggulan sel surya di atas disebabkan oleh karakteristik khas sel surya yang mengubah cahaya matahari menjadi listrik secara langsung. Proses konversi Proses pengubahan atau konversi cahaya matahari menjadi listrik ini dimungkinkan karena bahan material yang menyusun sel surya berupa semikonduktor. Lebih tepatnya tersusun atas dua jenis semikonduktor; yakni jenis n dan jenis p. Semikonduktor jenis n merupakan semikonduktor yang memiliki kelebihan elektron, sehingga kelebihan muatan negatif, (n = negatif). Sedangkan semikonduktor jenis p memiliki kelebihan hole, sehingga disebut dengan p ( p = positif) karena kelebihan muatan positif. Caranya, dengan menambahkan unsur lain ke dalam semkonduktor, maka kita dapat mengontrol jenis semikonduktor tersebut. Pada awalnya, pembuatan dua jenis semikonduktor ini dimaksudkan untuk meningkatkan tingkat konduktifitas atau tingkat kemampuan daya hantar listrik dan panas semikonduktor alami. Di dalam semikonduktor alami (disebut dengan semikonduktor intrinsik) ini, elektron maupun hole memiliki jumlah yang sama. Kelebihan elektron atau hole dapat meningkatkan daya hantar listrik maupun panas dari sebuah semikoduktor. Misal semikonduktor intrinsik yang dimaksud ialah silikon (Si). Semikonduktor jenis p, biasanya dibuat dengan menambahkan unsur boron (B), aluminum (Al), gallium (Ga) atau Indium (In) ke dalam Si. Unsur-unsur tambahan ini akan menambah jumlah hole. Sedangkan semikonduktor jenis n dibuat dengan menambahkan nitrogen (N), fosfor (P) atau arsen (As) ke dalam Si. Dari sini, tambahan elektron dapat diperoleh. Sedangkan, Si intrinsik sendiri tidak mengandung unsur tambahan. Usaha menambahkan unsur tambahan ini disebut dengan doping yang jumlahnya tidak lebih dari 1 % dibandingkan dengan berat Si yang hendak di-doping. Dua jenis semikonduktor n dan p ini jika disatukan akan membentuk sambungan p-n atau dioda p-n (istilah lain menyebutnya dengan sambungan metalurgi / metallurgical junction). Sesaat setelah dua jenis semikonduktor ini disambung, terjadi perpindahan elektronelektron dari semikonduktor n menuju semikonduktor p, dan perpindahan hole dari semikonduktor p menuju semikonduktor n. Perpindahan elektron maupun hole ini hanya sampai pada jarak tertentu dari batas sambungan awal.
6

Elektron dari semikonduktor n bersatu dengan hole pada semikonduktor p yang mengakibatkan jumlah hole pada semikonduktor p akan berkurang. Daerah ini akhirnya berubah menjadi lebih bermuatan positif. Pada saat yang sama. hole dari semikonduktor p bersatu dengan elektron yang ada pada semikonduktor n yang mengakibatkan jumlah elektron di daerah ini berkurang. Daerah ini akhirnya lebih bermuatan positif. Daerah negatif dan positif ini disebut dengan daerah deplesi (depletion region) ditandai dengan huruf W. Baik elektron maupun hole yang ada pada daerah deplesi disebut dengan pembawa muatan minoritas (minority charge carriers) karena keberadaannya di jenis semikonduktor yang berbeda. Dikarenakan adanya perbedaan muatan positif dan negatif di daerah deplesi, maka timbul dengan sendirinya medan listrik internal E dari sisi positif ke sisi negatif, yang mencoba menarik kembali hole ke semikonduktor p dan elektron ke semikonduktor n. Medan listrik ini cenderung berlawanan dengan perpindahan hole maupun elektron pada awal terjadinya daerah deplesi (nomor 1 di atas). Adanya medan listrik mengakibatkan sambungan pn berada pada titik setimbang, yakni saat di mana jumlah hole yang berpindah dari semikonduktor p ke n dikompensasi dengan jumlah hole yang tertarik kembali kearah semikonduktor p akibat medan listrik E. Begitu pula dengan jumlah elektron yang berpindah dari smikonduktor n ke p, dikompensasi dengan mengalirnya kembali elektron ke semikonduktor n akibat tarikan medan listrik E. Dengan kata lain, medan listrik E mencegah seluruh elektron dan hole berpindah dari semikonduktor yang satu ke semiikonduktor yang lain.

Pada sambungan p-n inilah proses konversi cahaya matahari menjadi listrik terjadi. Untuk keperluan sel surya, semikonduktor n berada pada lapisan atas sambungan p yang menghadap kearah datangnya cahaya matahari, dan dibuat jauh lebih tipis dari semikonduktor p, sehingga cahaya matahari yang jatuh ke permukaan sel surya dapat terus terserap dan masuk ke daerah deplesi dan semikonduktor p. Ketika sambungan semikonduktor ini terkena cahaya matahari, maka elektron mendapat energi dari cahaya matahari untuk melepaskan dirinya dari semikonduktor n, daerah deplesi maupun semikonduktor. Terlepasnya elektron ini meninggalkan hole pada daerah yang ditinggalkan oleh elektron yang disebut dengan fotogenerasi elektron-hole (electron-hole photogeneration) yakni, terbentuknya pasangan elektron dan hole akibat cahaya matahari. Cahaya matahari dengan panjang gelombang (dilambangkan dengan simbol lambda sbgn di gambar atas ) yang berbeda, membuat fotogenerasi pada sambungan pn berada pada
7

bagian sambungan pn yang berbeda pula. Spektrum merah dari cahaya matahari yang memiliki panjang gelombang lebih panjang, mampu menembus daerah deplesi hingga terserap di semikonduktor p yang akhirnya menghasilkan proses fotogenerasi di sana. Spektrum biru dengan panjang gelombang yang jauh lebih pendek hanya terserap di daerah semikonduktor n. Selanjutnya, dikarenakan pada sambungan pn terdapat medan listrik E, elektron hasil fotogenerasi tertarik ke arah semikonduktor n, begitu pula dengan hole yang tertarik ke arah semikonduktor p. Apabila rangkaian kabel dihubungkan ke dua bagian semikonduktor, maka elektron akan mengalir melalui kabel. Jika sebuah lampu kecil dihubungkan ke kabel, lampu tersebut menyala dikarenakan mendapat arus listrik, dimana arus listrik ini timbul akibat pergerakan elektron. Pada umumnya, untuk memperkenalkan cara kerja sel surya secara umum, ilustrasi di bawah ini menjelaskan segalanya tentang proses konversi cahaya matahari menjadi energi listrik. 2.4. Kelebihan dari Solar cell (menggunakan Panel Surya)

Beberapa kelebihan dari penggunaan solar cell adalah : 1. Tersedia bebas dan dapat diperoleh secara gratis di alam 2. Persediaan energi surya hampir tak terbatas, yang bersumber dari matahari (surya). Sumber energi ini tidak mungkin habis. Kalau kita bandingkan dengan batu bara dan minyak bumi. Maka sesungguhnya energi surya lebih efisien. Bayangkan bila kita tergantung pada sumber enrgi dari batu bara seperti yang terjadi sekarang di negara kita. Bukan tidak mungkin pada tahun2 selanjutnya kita tidak siap menghadapi krisis energy. Tapi lain halnya bila kita sudah membiasakan diri dengan energi yang terbarukan. Bahkan bukan hal yang tak mungkin suatu saat pembuatan dan perawatan teknologi ini jauh lebih murah dan mudah dari pada kita menggunakan energi fosil. 3. Tanpa polusi dan emisi gas rumah kaca sehingga dapat mengurangi pemanasan global. Isu tentang pemanasan global atau yang lebih dikenal dikenal dengan "Global Warming" sekarang sedang hangat-hangatnya dibicarakan oleh masyarakat dunia. Bumi semakin panas katanya, dan yang menjadi penyebab utama terjadinya global warming ini adalah karena produksi polusi sekarang sudah mulai tak terkendali. Alhasil efek rumah kaca pun terjadi. Tapi solar cell adalah salah satu solusinya, teknologi ini ramah lingkungan, tidak menghasilkan emisi yang membuat polusi udara kita. Tinggal sekarang bagaimana kita memanfaatkan keunggulan dari solar cell ini. 4. Dapat dibangun di daerah terpencil karena tidak memerlukan transmisi energi maupun transportasi sumber energi

Perlu digaris bawahi Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak sekali daerah terpencilnya. Hal ini terjadi karena Indonesia terlalu besar, jadi mungkin sedikit susah dalam mengurusnya. Kebanyakan dari daerah terpencil tersebut sampai saat ini belum juga teraliri oleh listrik. Ironis, inilah kenyataannya. Maka pengembangan Solar cell untuk desa sangat bermanfaat. Kami rasa teknologi ini yang paling cocok untuk wilayah pedesaan. Karena biasanya daerah pedesaan jauh dari polusi yang bisa mengurangi efektifitas dari solar cell itu sendiri. Dan sekali lagi kami tegaskan solar cell tidak memerlukan transmisi energi maupun transportasi sumber energi. Jadi tidak perlu repot repot untuk transmisi energi dan transportasinya. 5. Kondisi Indonesia dengan intensitas radiasi surya 4,5 kWh/m2/hari membuat pemanfaatan energi surya yang direkomendasikan. Nah inilah yang paling memberatkan argumen kami. Indonesia paling potensial. Dari segi posisi sudah strategis, dan juga posisi geografisnya menyebabkan Indonesia mendapatkan pencahayaan matahari yang sempurna. 2.5. Kelemahan dari Solar cell

Beberapa kelemahan dari solar cell adalah: 1. Masih relatif mahal Memang teknologi tenaga surya memang pada saat ini masih tergolong kedalam teknologi yang mahal. Kenapa sih bisa mahal? yang membuat teknologi ini mahal adalah karena negara kita belum mampu membuat peralatan/perlengkapan instalasi solar cell tanpa membeli keluar negeri. Kalau semua peralatan/perlengkapan instalasi nya bisa diusahakan di dalam negeri, bisa saja alat ini murah Sebagai gambaran, sekarang spanyol termasuk negara yang cukup konsen untuk pengembangan teknologi surya ini. Terbukti dengan ada nya pembangkit listrik tenaga surya yang ada di negara tersebut. PL tersebut memiliki kapasitas pembangkitannya sebesar 60 MW, pembangkit memakan waktu 16 bulan serta biaya sebesar 384 juta EURO atau sekitar Rp 4,7 trilliun untuk pembangunannya. Nilai investasi ini memang terlampau mahal jika dibandingkan dengan pembangunan PLTU 1 Banten (termasuk ke dalam proyek 10,000 MW-nya PLN) berkapasitas 625 MW yang memakan biaya sebesar Rp 3,9 trilliun. Jadi, penggunaan solar cell untuk pembangkitan skala besar masih terlalu mahal untuk daya yang dihasilkan. Nah hal inilah yang selalu memberatkan pemerintah kita dalam mengembangkan teknologi yang satu ini. Tidak jauh beda dengan penggunaan solar panel pada skala rumah tangga. Untuk daya sebesar 60 W, biaya yang kira-kira harus dikeluarkan sekitar $ 72 atau Rp 720,000 (dengan kurs $ 1 =Rp 10,000). Dengan mengambil sampel kebutuhan listrik yang paling minimal, yaitu sekitar 450 W (di daerah pedesaan), maka biaya yang diperlukan kira-kira Rp 5 juta. Namun, di
9

Bangladesh, terutama di daerah pedesaan, hampir 320,000 rumah terinstalasi PV untuk kebutuhan listriknya. 2. Biaya perawatan mahal Lagi, lagi masalah harga, solar cell termasuk jenis pembangkit yang rentan terhadap kerusakan. Jadi harus di chek keadaannya minimal 1 kali seminggu, direkomendasikan untuk lebih sering menge-chek keadaan pembangkit yang satu ini. Selalu saja masalah harga jadi masalah. 3. Sangat tidak efisien bila dikembangkan di daerah yang berpolusi Polusi juga menjadi faktor yang menghambat pengembangan teknologi ini. Sangat tdak direkomendasikan pengembangan nya di daerah yang berpolusi tinggi karena dapat mengurangi intensitas cahaya yang dapat diterima oleh panel/cell surya. Jadi dengan kata lain energi yang dihasilkan relatif kecil.

BAB III PEMBUATAN SOLAR CELL 3.1. Alat dan bahan

Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat solar cell ini antara lain: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 3.2. 1. 2. 3. 4. Sebuah lembaran tembaga berkilat; Dua buah capit buaya; Sebuah Micro ammeter yang dapat membaca arus antara 10 hingga 50 micro amper; Sebuah kompor listrik, atau kompor gas; Sebuah botol pelastik bening, dengan memotong bagian atasnya; Garam meja, kami menggunakan 2 sendok garam meja; Air Keran; Ampelas atau dapat juga menggunakan sikat kawat; Gunting (untuk memotong kawat tembaga). Cara membuat. Persiapkan alat dan bahan; Mencuci tangan terlebih dahulu agar tidak ada minyak atau lemak yang menempel pada tembaga tersebut; memotong kawat tembaga seukuran dengan panel pemanas pada kompor listik; Bersihkan tembaga yang telah dipotong dengan sikat kawat atau ampelas agar tidak ada kotoran atau hal lain yang menghalangi energy matahari yang akan diserap;

10

5.

Setelah tembaga bersih dan kering, tempatkan tembaga tersebut diatas kompor listrik, kemudian bakar dengan voltase paling tinggi; 6. aat tembaga mulai memanas Anda akan melihat pola oksidasi mulai terbentuk dengan warna yang indah perpaduan antara warna kuning dan warna orange. Sebagian tembaga akan lebih panas dan menampilkan warna hitam; 7. Setelah dibakar selama 30 menit, matikan kompor. Tinggalkan tembaga diatas kompor dan biarkan dingin. Biarkan dingin secara alami karena mendinginkan terlalu cepat akan lapisan oksida hitam tetap akan menempel pada tembaga; 8. Setelah tembaga di dinginkan (memakan waktu sekitar 20 menit) sebagain besar oksida hitam akan menghilang. Cuci dan gosok perlahan dengan tangan pada air yang mengalir untuk membersihkan butiran-butiran kecil. Cuci secara perlahan dan jangan meregangkan tembaga karena akan merusak lapisan oksida corpus merah yang kita butuhkan untuk menghasilkan energy; 9. Potong lembaran tembaga lainnya seukuran dengan tembaga pertama yang telah kita bakar tadi. Tekuk kedua potongan dengan lembut kemudian masukan ke dalam botol pelastik tanpa menyentuh satu sama lain. Tembaga yang tadi dibakar adalah sisi yang paling baik untuk menghadap keluar botol karena permukaannya halus dan bersih.; 10. Pasangkan 2 capit buaya, satu ke tembaga yang baru dan satu lagi ke tembaga yang telah dibakar. Pasang ujung kabel dari plat tembaga yang bersih ke terminal positif dari meter dan tembaga yang telah dibakar pada terminal negatif pada meter; 11. Kemudian campurkan 2 sendok garam meja kedalam air yang telah dipanaskan, aduk hingga garam larut pada air. Masukan air garam kedalam botol dengan hati-hati, jangan sampai membasahi capit buaya yang telah kita pasang. Air garam yang dimasukan tidak boleh menenggelamkan seluruh plat tembaga, Anda tinggalkan minimal 1 inci tembaga yang tidak terendam air, hal ini untuk mengurangi resiko capit buaya terkena air saat memindahkan solar cell; 12. Dan lihatlah tenaga yang dihasilkan.

BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan

Solar cell mampu menyaplai listrik untuk lokasi yang belum dijangkau jaringan listrik PLN, yakni : 1. Potensi pemanfaatan energi surya tersebar secara merata sehingga dapat digunakan untuk daerah yang terpencil.

11

2. 3.

4.

5.

6.

Listrik surya merupakan solusi yang cepat, karena proses instalasi yang relatif cepat untuk menghasilkan listrik penerangan. Tenaga Surya merupakan energi yang sangat bersih, karena sifatnya secara fisika dapat Meng-absorbsi UV radiasi (dari matahari), tidak menghasilkan emisi sedikitpun, tidak menimbulkan suara berisik dan tidak memerlukan bahan bakar yang perlu dibeli setiap harinya. Sistem tenaga Surya sudah terbukti handal lebih dari 50 tahun mendukung program luar angkasa, dimana tidak ada sumber energi lain, tidak juga juga nuklir, yang mampu bertahan dalam keadaan extrim di luar angkasa. Panel Surya merupakan salah satu alat yang dapat memanfaatkan potensi energi radiasi matahari sebesar 4,8 Kwh/ m2 / hari (* Data BPPT tahun 2005) yang merupakan potensial daya yang cukup besar dan belum maksimal dimanfaatkan di Indonesia. Panel Surya mempunyai kesan modern dan futuristik, tetapi juga mempunyai kesan peduli lingkungan dan bersih. Sangat cocok untuk dunia arsitektur modern yang memadukan unsur-unsur penting tersebut.

12

DAFTAR PUSTAKA 1. Anonymous. Sejarah Teknologi Solar Cell. Avalaible at URL : (www.bunyuonline.com/2009/05/sejarah-teknologi-solar-cell.html). Diakses pada tanggal 4 Desember 2011. 2. Rusdi, Putu. 2010. TEKNOLOGI SEL SURYA SEBAGAI PEMBANGKIT ENERGI LISTRIK. Denpasar : Universitas Udayana Bali. 3. Thole. Macam dan Tipe Solar Cell. Avalaible at URL : (http://xteknologi.blogspot.com/2010/11/macam-dan-tipe-solar-cell.html). Diakses pada tanggal 2 Desember 2011. 4. Wibowo, Adhi. Melihat prinsip kerja sel surya lebih dekat-Updated (Bagian Pertama). Avalaible at URL : (http://energisurya.wordpress.com/2008/07/10/melihat-prinsip-kerjasel-surya-lebih-dekat/). Diakses pada tanggal 2 Desember 2011. 5. Septina, Wilma dkk. Pembuatan Prototipe Solar Cell Murah dengan Bahan OrganikInorganik.Bandung: Institut Teknologi Bandung. 6. Fauzan, Heri. Kekurangan Solar Cell. Avalaible at URL : (http://chemie08.blogspot.com/2010/06/kekurangan-solar-cell.html). Diakses pada tanggal 1 Desember 2011. 7. Fauzan, Heri. Kelebihan Solar Cell. Avalaible at URL : (http://chemie08.blogspot.com/2010/06/keunggulan-solar-cell.html). Diakses pada tanggal 1 Desember 2011.

13

You might also like