You are on page 1of 12

KAJIAN DAN STRATEGI PEMASARAN KAMBING PERANAKAN ETTAWAH DI KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO

Presented by. Mohammad Harir Ahsin, S.Pt

harir.demak@gmail.com

harir.demak@gmail.com

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Ternak kambing perah dengan sifat alaminya sangat cocok dibudidayakan di daerah pedesaan yang sebagian besar penduduknya adalah petani berpenghasilan rendah, sebab kambing perah memiliki sifat dapat beranak kembar dan fasilitas serta pengelolaannya lebih sederhana dibandingkan dengan ternak ruminansia besar (sapi, kerbau). Ditinjau dari aspek pengembangannya, kambing perah

sangat potensial bila diusahakan secara komersial, karena selain menghasilkan susu, kambing yang afkir bisa dijual atau dipotong untuk menambah pendapatan. Salah satu kambing perah yang sangat potensial untuk dikembangkan adalah kambing PE (peranakan etawa). Selain dikenal sebagai kambing bertipe besar, kambing PE dikenal sebagai penghasil susu yang cukup potensial. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa kambing PE mampu menghasilkan susu sebanyak 0,45-2,2 liter per hari dengan panjang masa laktasi 92-256 hari. Tingkat produksi ini sebenarnya masih bisa ditingkatkan dengan manajemen yang baik, seperti dengan pemberian pakan tambahan dan pemilihan bibit yang berkualitas. Usaha peternakan kambing sebagai penghasil susu sangat relevan untuk dikembangkan. Ketersediaan bibit yang cukup banyak di dalam negeri,

kebutuhan pakan yang tidak tergantung impor, serta harga produk yang cukup tinggi merupakan faktor pendorong mulai berkembangnya usaha peternakan kambing perah di beberapa wilayah di Pulau Jawa, seperti Bogor (Jawa Barat), Kulonprogo (Yogyakarta), Grati (Jawa Timur), serta Kaligesing (Jawa Tengah). Perkembangan kambing perah di Indonesia, khususnya kambing PE cukup menurun. Data populasi kambing PE di Kaligesing tahun 2008 sebanyak 67.165 ekor. Perkembangan kambing PE yang cukup menurun ini harus dimbangi

dengan pengembangan yang baik dan benar, terutama di Kaligesing. Belakangan ini sempat muncul isu-isu yang mengatakan bahwa kambing PE dari Kaligesing di ekspor ke negara Malaysia dalam jumlah yang cukup besar untuk memperbaiki mutu genetik kambing dari Malaysia. Pengembangan dan penyebaran kambing harir.demak@gmail.com

PE yang baik harus diikuti dengan sistem dan pola pemasaran yang baik, dan sesuai dengan peraturan daerah yang telah dibuat, agar kambing PE bibit unggul tidak keluar dari wilayah Kaligesing ataupun negara Indonesia. Jika kambing PE unggul keluar dari wilayah Indonesia, maka hal itu akan sangat merugikan. 1.2. Keadaan Geografis Kecamatan Kaligesing Kecamatan Kaligesing berada di Kabupaten Purworejo propinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kaligesing terletak 200 meter di atas permukaan laut, dengan suhu maksimum 32C dan suhu minimum 23C. Bentuk wilayah Kecamatan Kaligesing berupa perbukitan sampai bergunung. Kaligesing merupakan sentra utama pengembangan kambing PE.

Keberadaan kambing PE di Indonesia memiliki sejarah yang cukup panjang dibandingkan dengan ternak-ternak lainnya. Sekitar tahun 1920an, pemerintah Belanda melakukan impor pertama kambing etawa yang lebih dikenal dengan sebutan kambing benggala dari India, dan menitipkannya kepada para petani. Wilayah Perbukitan Menoreh (sekarang Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo) menjadi pilihan utama karena kondisi alam yang sangat mendukung. Perkawinan kambing etawa asal India dan kambing lokal secara tidak terkontrol menyebabkan munculnya kambing jenis baru yang dikenal sebagai kambing PE. Kecamatan Kaligesing merupakan sentra pengembangan dan pembibitan kambing PE di Indonesia, populasi kambing PE di daerah tersebut akhir-akhir ini menurun. Hal ini diakibatkan oleh adanya permintaan dari luar daerah yang semakin meningkat pada setiap tahunnya, tetapi tidak diimbangi dengan upaya penangkaran pembiakan secara intensif dan sistem dan pola pemasaran Kambing PE yang baik dan benar.

harir.demak@gmail.com

II. PEMBAHASAN

Pemasaran kambing PE di Kecamatan Kaligesing kurang tertata dengan baik. Pemasaran hanya berlangsung di pasar hewan tanpa ada aturan yang cukup jelas, kadang pemasaran juga dilakukan dengan langsung datang ke peternak. Perlu identifikasi masalah untuk memecahkan permasalahan pemasaran kambing PE yang baik dan benar yang sesuai aturan yang berlaku. Salah satu cara

mengidentifikasi masalah pemasaran kambing PE adalah dengan mengkaji kondisi internal dan eksternal pemasaran kambing PE di Kaligesing dilakukan dengan analisis SWOT (Strenght, Weknesses, Opportunity, Threats). Setelah

dianalisis kemudian mencari alternatif pemecahan masalah yang ada dan kemudian membuat strategi pemasaran kambing PE, serta untuk pembuatan Bisnis Plan yang dapat menunjang dan meningkatkan pemasaran kambing PE yang baik dan benar. 2.1. Kajian Kondisi Internal Pemasaran Kambing PE di Kecamatan Kaligesing 1. Kualitas kambing PE yang baik 2. Populasi kambing PE yang cukup banyak 3. Keadaan wilayah yang sangat sesuai untuk pengembangan kambing PE 4. Hampir semua masyarakat beternak kambing PE 5. Kecamatan Kaligesing merupakan sentra pembibitan dan pengembangan kambing PE. Weknesses (Kelemahan) : 1. Keadaan ekonomi masyarakat yang masih kekurangan 2. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pemasaran kambing PE yang baik dan benar 3. Masyarakat kurang paham dan mengerti tentang aturan pemasaran kambing PE 4. Permasalahan teknis dan kelembagaan di Kaligesing yang kurang baik. dan Eksternal

Kondisi Internal : Strenght (Kekuatan) :

harir.demak@gmail.com

Kondisi Eksternal : Opportunity (Peluang) : 1. Mulai berkembangnya ternak kambing perah, terutama kambing PE di Indonesia 2. Sudah banyak peternak yang memelihara kambing PE 3. Banyak usaha peternakan kambing perah sekarang sebagai usaha utama, bukan lagi sebagai usaha sambilan atau kesenangan 4. Masyarakat sudah sadar manfaat mengkonsumsi susu kambing untuk kesehatan 5. Tingkat konsumsi susu kambing yang semakin meningkat. Threats (Ancaman) : 1. Adanya kambing PE unggul yang keluar dari wilayah Kaligesing, bahkan Indonesia 2. Adanya perdangan bebas di era globalisasi 3. Mata rantai pemasaran kambing PE yang kurang jelas dan kurang baik 4. Ketersediaan dan kesinambungan pakan yang kurang terjamin. 2.2. Strategi Pemasaran Kambing PE di Kecamatan Kaligesing 1. Adanya aturan yang tegas dan jelas dari pemerintah Kabupaten Purworejo, yaitu kambing PE bibit unggul dengan grade A tidak boleh keluar dari wilayah Kaligesing 2. Penentuan harga kambing PE dengan berbagai grade (A, B, C), agar peternak tahu kisaran harga yang sesuai dengan kemampuan membeli kambing PE yang berkualitas. Misal kambing PE grade A mempunyai kisaran harga diatas Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah), grade B mempunyai kisaran harga Rp. 2.000.000,00 sampai Rp. 5.000.000,00 (dua juta rupiah ampai lima juta rupiah), serta grade C mempunyai kisaran harga Rp. 500.000,00 sampai Rp. 2.000.000,00 (lima ratus ribu rupiah sampai dua juta rupiah). Semua kisaran harga tersebut berbeda menurut jenis kelamin, umur, dan mau kambing PE digunakan sebagai bibit atau hanya diambil susunya. Biasanya kambing PE yang akan digunakan sebagai bibit, tentu saja harganya akan melambung tinggi.

harir.demak@gmail.com

3. Adanya pengaturan pemasaran kambing PE di peternak dan pasar hewan di Kaligesing. Pengaturan pemasaran di pasar hewan yaitu

mengelompokkan kambing PE berdasarkan jenis kelamin, kualitas dan grade-nya. Misal kambing PE grade B pejantan atau betina

dikelompokkan semuanya menjadi satu blok, begitu juga untuk kambing PE dengan grade C. Pengaturan pemasaran ini membutuhkan SDM yang tahu benar akan kualitas kambing PE berdasarkan grade yang seharusnya, serta dibutuhkan petugas yang profesinal dan pengawasan yang cukup ekstra 4. Pembuatan Bisnis Plan yang terenana dengan baik dan benar untuk pemasaran, dalam rangka pengembangan kambing PE kedepannya 5. Melakukan analisis usaha untuk Bisnis Plan pemasaran kambing PE untuk mengetahui gambaran awal ekonomi beternak kambing PE.

harir.demak@gmail.com

2.3. Analisis Usaha untuk Bisnis Plan Pemasaran Kambing PE dalam Skala Besar Biaya Investasi No. 1. 2. 3. Nama Sewa lahan Kandang Kantor dan kamar susu Gudang pakan Mobil pick up Gerobak Cangkul Sekop Sabit Sapu lidi Selang Pompa air Timbangan Milk can Cooling unit Sikat Kompor gas Betina Jantan Meja Kursi Computer Loker Lemari 2 2 25 6 10 2 1404 140 12 15 6 2 5 10 5 10 10 Jumlah 382.974,73 1967,73 Harga (Rp) 325.528.520 393.546.000 50.000.000

4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.

20.000.000 100.000.000 1.000.000 350.000 175.000 250.000 20.000 600.000 800.000 400.000 2.500.000 30.000.000 20.000 500.000 2.106.000.000 280.000.000 1.800.000 637.500 32.000.000 400.000 900.000

harir.demak@gmail.com

Biaya variable No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Nama Vaksin dan obat Konsentrat Telepon Listrik Retribusi PBB Tenaga kerja Pra operasional Total Harga 3.000.000 417.034.400 2.400.000 6.000.000 1.800.000 3.000.000 435.234.400 4.750.000 439.984.400

Penyusutan No. Nama 1. Kandang 2. Kantor 3. Gudang Pakan 4. Mobil Pick up 5. Timbangan 6. Milk Can 7. Freezer 8. Kompor Gas Total 50.524.599,92 5 5 5 5 400.000 2.500.000 30.000.000 500.000 75.000 875.000 9.000.000 100.000 65.000,04 324.999,96 4.200.000 80.000 Umur pakai (th) 10 10 10 10 Nilai (Rp) baru Nilai (Rp) sisa Penyusutan(Rp) 34.354.599,96 3.999.999,96 1.500.000 6.000.000

393.546.000 50.000.000 50.000.000 20.000.000 10.000.000 5.000.000

100.000.000 40.000.000

harir.demak@gmail.com

Pendapatan Biaya Keuntungan sebelum pajak

= 4.844.164.200 = 3.837.936.021 = pendapatan-biaya = Rp. 4.844.164.200 Rp. 3.837.936.021 = Rp. 1.006.228.179

Keuntungan sesudah pajak(10%) = 10% x Rp. 1.006.228.179 = Rp. 100.622.817,9 Keuntungan bersih = Rp. 1.006.228.179 - Rp. 100.622.817,9 = Rp. 1.003.946.389 Rentabilitas (Re) = laba bersih/pendapatan total x 100% = Rp. 1.003.946.389/Rp. 3.837.936.021 x 100% = 26,15 Pay Back Period = modal investasi/laba total x 1 tahun = 3.347.427.021/1.006.228.179 x 1 tahun = 3,326 R/C = Pendapatan/modal = 4.844.164.200/3.837.936.021 = 1,26 BEP = Biaya tetap/(1-(biaya variable/pendapatan)) = 3.397.951.621/(1-(439.984.400/4.844.164.200)) = 3.737.412.264

harir.demak@gmail.com

III. PENUTUP

Pemasaran termasuk salah satu kegiatan dalam perekonomian dan membantu dalam mewujudkan nilai ekonomi. Konsep pemasaran secara luas dapat didefinisikan sebagai suatu sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa. pemasaran antara lain : 1. Sistem pemasaran merupakan sistem yang bersifat manajemen. 2. Definisi tersebut menyatakan bahwa pemasaran merupakan sistem bisnis yang berorientasi pada pasar konsumen. 3. Progam pemasaran bermula dari suatu ide tentang produk dan tidak berakhir sampai kebutuhan konsumen terlayani, tetapi terjadi setelah penjualan dilakukan. 4. Pemasaran menyatakan secara tidak langsung bahwa untuk memperoleh kesuksesan maka produsen harus memaksimumkan penjualan yang menguntungkan dalam jamgka panjang. Jadi, pemasaran merupakan suatu interaksi yang berusaha mewujudkan hubungan pertukaran. Tetapi pemasaran bukanlah merupakan suatu cara untuk menghasilkan penjualan saja, dalam hal ini pertukaran hanya merupakan satu tahap dalam proses pemasaran. Pemasaran kambing PE yang baik dan benar, serta sesuai dengan aturan yang berlaku di masyarakat dapat memberikan kemudahan bagi peternak, dan kambing PE tidak keluar dari wilayah Kaligesing. Pengaturan mata rantai Unsur-unsur yang terkandung dalam

pemasaran kambing PE di Kaligesing harus ada aturan yang jelas untuk pengembangan kedepannya, agar dapat meningkatkan kesejahteraan peternak. Jadi sekarang ini peternak sudah mulai sadar bahwa beternak kambing PE untuk kedepan prospeknya sangat baik.

harir.demak@gmail.com

DAFTAR PUSTAKA

Murtidjo, B. A. 1993. Memelihara Kambing Sebagai Ternak Potong dan Perah. Kanisisus. Yogyakarta. Sodiq, A. dan Z. Abidin. 2002. Kambing Peranakan Etawa Penghasil Susu Berkhasiat Obat. Agro Media Pustaka. Jakarta. Swastha. 1999. Manajemen Pemasaran Modern. Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

harir.demak@gmail.com

You might also like