You are on page 1of 121

1

PELAKSANAAN MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL DI RUANG SHINTA RSJD SURAKARTA

DISUSUN OLEH: LAELATUL AROFAH TIA SULISTIAWATI DWI YULIASTUTI P HERAWATI NUR P ASTRI FEBRIANTI S MAHACAKRI DARA S G1B211003 G1B211011 G1B211012 G1B211016 G1B211024 G1B211026

FAKUTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PROGRAM PROFESI NERS PURWOKERTO 2012 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Proses manajemen berlaku untuk semua orang yang mencari cara untuk mempengaruhi perilaku orang lain.Harsey dan Blanchard (1977) menyebutkan 4 fungsi manajerial yaitu perencanaan, pengorganisasian, motivasi, dan pengendalian. Keempat unsur tersebut saling berhubungan dan memerlukan ketrampilan-ketrampilan teknis, hubungan antar manusia, dan konseptual yang mendukung tercapainya suatu tujuan. Rumah sakit merupakan organisasi yang sangat kompleks dan merupakan komponen yang sangat penting dalam upaya peningkatan status kesehatan bagi masyarakat. Salah satu fungsi rumah sakit adalah

menyelenggarakanpelayanan dan asuhan keperawatan yang merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan dengan tujuan memelihara kesehatan masyarakat seoptimal mungkin. Keperawatan merupakan bagian integral yang tidak bisa dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara keseluruhan yang menjadi salah satu faktor penentu baik buruknya mutu dan citra rumah sakit. Oleh karenanya kualitas pelayanan keperawatan perlu dipertahankan dan ditingkatkan seoptimal mungkin. Dalam rangka mencapai visi dan misinya, rumah sakit sangat membutuhkan suatu komponen yang penting dan pelaksanaan manajemen perawatan yang bermutu. Manajemen keperawatan merupakan suatu pelayanan keperawatan profesional dengan pengelolaan sekelompok perawat dalam suatu 1 tempat yang memeberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan fungsi menjemen sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan secara optimal

kepada klien, untuk itu manajemen keperawatan perlu mendapat prioritas utama dalam pengembangan keperawatan di masa depan. Hal ini berkaitan dengan tuntutan profesi dan tututan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara professional dengan

memperhatikan setiap perubahan yang terjadi (Nursalam, 2002). Pelayanan kesehatan pada saat ini telah mengalami perubahan sebagai konsekuensi dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, perubahan status sosial ekonomi dan semakin pesatnya kemajuan media informasi. Berkenaan dengan hal tersebut pengetahuan dan kesadaran masyarakat pun sebagai konsumen untuk mendapat pelayanan profesional semakin meningkat, oleh karena itu mereka menuntut adanya peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Berbagai pendekatan sistempun disusun untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang aman, efektif dan efisien. Kualitas pelayanan kesehatan baik di Rumah Sakit ataupun Puskesmas dipengaruhi oleh sistem pelayanan atau asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat sebagai komponen terbesar yang memberikan kontribusinya. Pelayanan keperawatan memiliki banyak peran penting dalam pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan dan perubahan kebijakan. Perawat diharapkan dapat menjadi leader didalam timnya untuk merancang ataupun mengelola sistem pelayanan keperawatan yang modern. Permasalahan yang sering muncul di Indonesia dalam hal pengelolaan atau pelayanan keperawatan saat ini adalah belum diterapkannya sistem pengorganisasian asuhan keperawatan secara memadai bahkan di banyak rumah sakit pengorganisasiannya belum dikembangkan secara maksimal

sehingga asuhan keperawatan profesional belum dapat dicapai sesuai yang diharapkan. Ciri ciri mutu asuhan keperawatan yang baik antara lain: memenuhi standar profesi yang ditetapkan, sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawatan dimanfaatkan secara wajar, efisien, dan efektif, aman bagi pasien dan tenaga keperawatan, memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan serta aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat diperhatikan dan dihormati. Hal ini dapat dicapai dengan adanya manajemen yang baik. Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Dimana dalam manajemen tersebut mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan. Sedangkan manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional. Manajemen keperawatan merupakan pelayanan keperawatan profesional dimana tim keperawatan dikelola dengan menjalankan empat fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, motivasi dan pengendalian. Keempat fungsi tersebut saling berhubungan dan memerlukan ketrampilan-ketrampilan teknis, hubungan antar manusia dan konseptual yang mendukung tercapainya asuhan keperawatan yang bermutu, berdaya guna dan berhasil guna kepada klien. Dengan alasan tersebut, manajemen keperawatan perlu mendapat prioritas utama dalam pengembangan keperawatan di masa depan. Hal tersebut berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap

perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi. Seorang perawat harus mampu merespon positif dan beradaptasi terhadap setiap perubahan ataupun tantangan, oleh karena itu perawat dituntut untuk memiliki penguasaan konsep, keterampilan yang berhubungan dengan basic science, ilmu-ilmu sosial, pertumbuhan dan perkembangan teknologi dan area lain agar dapat menjalankan berbagai peran yang dimiliki, terutama ketika menjadi seorang manajer di lingkup keperawatan Rumah Sakit. Strategi yang dapat di laksanakan oleh mahasiswa Program Profesi Ners FKIK Unsoed yaitu dengan mengaplikasikan secara langsung

pengetahuan manajerialnya di Ruang ShintaRSJD Surakarta dengan arahan dari pembimbing lapangan maupun dari pembimbing akademik yang intensif. Pelaksanaan praktek tersebut memberikan masukan yang positif, sehingga mahasiswa mampu menerapkan ilmu yang didapat dan mengelola ruang perawatan dengan pendekatan proses manajemen. Salah satu bentuk penataan sistem pemberian pelayanan keperawatan adalah melalui pengembangan model praktek keperawatan yang ilmiah dan biasa disebut Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP). Model ini sangat menekankan pada kualitas kinerja tenaga keperawatan yang berfokus pada profesionalisme keperawatan antara lain melalui penetapan dan fungsi setiap jenjang tenaga keperawatan, sistem pengambilan keputusan, sistem peuigasan, dan sistem penghargaan yang memadai.

B. Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah melakukan praktek peminatan keperawatan jiwa selama empat minggu di ruang Shinta RSJD Surakarta diharapkan mahasiswa mampu menerapkan proses MPKP di ruangan. 2. Tujuan Khusus Secara khusus tujuan dari praktek peminatan keperawatan jiwa adalah:
a. b.

Mampu melakukan analisa tentang gambaran umum ruang Shinta. Mampu melakukan/ menerapkan model keperawatan MPKP di ruang Shinta.

c.

Mampu mengidentifikasi dan menyusun prioritas permasalahan yang ada di ruang Shinta

d.

Mampu menyusun rencana kegiatan untuk mengatasi permasalahan yang ada di ruang Shinta.

e.

Mampu melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan rencana kegiatan yang telah disusun sesuai prioritas di ruang Shinta.

C. Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada: 1. Perawat Sebagai masukan bagi perawat dalam meningkatkan pelaksanaan Model Praktik Keperawatan Profesional di Ruangan.

2. Instansi Pelayanan/ Rumah Sakit


Sebagai informasi bagi pimpinan dan staf dalam pengembangan Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta khususnya dalam pelaksanaan Model Praktik Keperawatan Profesional. 3. Institusi Pendidikan/Keilmuan

a. Hasil

aplikasi ini merupakan masukan bagi pengembangan ilmu khususnya mengenai pelaksanaan Model Praktik

pengetahuan

Keperawatan Profesional di ruang rawat inap rumah sakit.

b.Sebagai referensi di perpustakaan yang dapat digunakan oleh peneliti


yang mempunyai peminatan di bidang pengelolaan sumber daya manusia yang berkaitan dengan pelaksanaan Model Praktik

Keperawatan Profesional di ruang rawat inap rumah sakit.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjaua Teori Manajemen adalah proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain (Gillies, 1989). Swanburg (2000) mendefinisikan manajemen

sebagai ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien, efektif, dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Pelayanan keperawatan adalah pelayanan yang dilakukan oleh banyak orang sehingga diperlukan penerapan pendekatan manajemen. Pendekatan manajemen adalah suatu proses kerja sama anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan, terapi, pasien (Gillies, 1989). Model praktik keperawatan menempatkan pendekatan manajemen sebagai pilar praktik profesional yang pertama. Oleh sebab itu, proses manajemen harus dilakukan dengan disiplin demi menjamin pelayanan yang diberikan kepada pasien atau keluarga. Di ruang MPKP pendekatan manajemen diterapkan dalam bentuk fungsi manajemen yang terdiri dari :
1. Perencanaan (planning) 2. Pengorganisasian (organizing) 3. Pengarahan (directing) 4. Pengendalian (controling)

dan bantuan kepada para

Di rumah sakit jiwa telah dikembangkan MPKP dengan modifikasi MPKP yang telah dikembangkan di rumah sakit umum. Beberapa modifikasi yang dilakukan meliputi beberapa jenis MPKP : 1. MPKP transisi MPKP dasar yang masih memiiki tenaga perawat yang berpendidikan SPK, tetapi kepala ruang dan kepala tim nya minimal dari D3 keperawatan. 2. MPKP pemula MPKP dasar dengan semua tenaganya minimal D3 keperawatan
3. MPKP profesional dibagi menjadi tiga tingkat, yaitu:

a. MPKP I MPKP basic (dasar) dengan tenaga perawat pelaksana minimal D3 keperawatan. Tetapi kepala ruang dan ketua tim berpendidikan minimal S1 keperawatan. b. MPKP II MPKP intermediate (menengah) dengan tenaga minimal D3 keperawatan dan mayoritas Ners sarjana keperawatan, dan sudah memiliki tenaga spesialis keperawatan jiwa. c. MPKP III MPKP advance (tingkat lanjut) yang semua perawatnya minimal Ners sarjan keperawatan dan sudah mempunyai tenaga spesialis keperawatan jiwa dan doktor keperawatan yang bekerja di area keperawatan jiwa. Dalam MPKP keperawatan jiwa, terdapat empat pilar yaitu Management Approach, Compensatory Reward, Professional Relationship, dan Patient Care Delivery. Pengkajian variabel MPKP di ruang Shinta dilakukan

10

dengan mengelompokkan MPKP dalam 4 pilar yaitu Management Approach, Compensatory Reward, Professional Relationship, dan Patient Care Delivery. Metode pengumpulan data dengan menggunakan wawancara, kuesioner, dan observasi. Kuesioner diberikan pada 15 perawat di ruang Shinta, yang mencakup 1 orang kepala ruang, 2 orang kepala Tim, dan 12 orang perawat assosiet, guna memvalidasi hasil kuesioner serta memperdalam pengkajian yang telah didapatkan. Observasi dilakukan pada aktivitas kegiatan ruangan, bukti dokumentasi, dengan menggunakan pedoman observasi. 1. Man (Ketenagaan) a. Kuantitas Keberhasilan sebuah organisasi rumah sakit sangat bergantung pada kemampuan manajemen dalam menyerasikan unsur-unsur karyawan (tenaga perawat) dengan system, struktur organisasi, teknologi, tugas, budaya kerja dan lingkungannya. Hal ini telah disadari bahwa sumber daya manusia sering kali menjadi penyebab kegagalan suatu organisasi. Oleh karena itu penetapan sumber daya manusia di rumah sakit dalam hal ini tenaga perawat perlu diperhatikan. Penetapan jumlah tenaga perawatan adalah proses membuat perencanaan untuk menentukan berapa banyak dan dengan kriteria tenaga yang seperti apa pada suatu ruangan tiap shifnya. Untuk keperluan itu beberapa ahli telah mengembangkan beberapa formula. Formula tersebut juga dapat digunakan untuk menilai dan

membandingkan apakah tenaga yang ada saat ini cukup, kurang atau berlebih.

11

b. Kualitas Menurut analisa Teng (2002) dalam Soeroso (2003) penyebab kegagalan organisasi dari sisi sumber daya manusia yaitu sikap serta poal piker yang negative, staff Turnover (tingkat penggantian staff) yang tinggi, program insentif yang buruk, program pelatihan yang buruk, dan rendahnya kemampuan mengembangkan dan memotivasi karyawan. Secara teori indikator keberhasilan rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan salah satunya ditentukan oelh pemberian asuhan keperawatan yang berkualitas. Supaya dapat memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas diperlukan sumber daya yang cukup dengan kualitas yang tinggi dan professional sesuai dengan tugas dan fungsinya. Menurut Djodjodibroto (1997) konsep pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) atau Human Resource Development mempunyai tiga program, yaitu:
1) Training, yaitu aktiivitas dimana proses belajar diarahkan kepada

pekerjaan saat ini


2) Education, yaitu aktivitas dimana proses belajar tidak diarahkan

kepada pekerjaan yang akan _racti


3) Development, yaitu aktivitas dimana proses belajar tidak diarahkan

untuk pekerjaan pegawai yang bersangkutan secara langsung. Bagi tenaga professional di rumah sakit, Djodjodibroto (1997) mengemukakan bahwa pelatihan, kursus dan lokakarya yang diperlukan untuk paramedik adalah: 1) Etika komunikasi

12

2) Komunikasi terapetik dalam perawatan 3) Etika keperawatan 4) Manajemen keperawatan 5) Hospital management training
6) Audit medik

7) Pencegahan penyakit nosokomial 8) Sanitasi rumah sakit Sedangkan untuk tenaga non medis diperlukan etika komunikasi. Disamping itu perlunya direncanakan rotasi dan mutasi SDM untuk menyesuaikan beban dan tuntutan pelayanan dimasa depan. Sehingga penyesuaian keahlian yang dibutuhkan dilakukan melalui pelatihan secara terus menerus dan berkesinambungan. Program pengambangan yang lain menurut Soeroso (2003) meliputi jaminan mutu (quality assurance), manajemen risiko (risk management), praktik berbasis bukti (evidence based atractice), audit klinik (clinical audit) dan audit medic (medical audit).

c. Metode/ standar/ pedoman/ prosedur tetap Standar adalah suatu tingkatan kinerja yang secara umum dikenal sebagai sesuatu yang dapat diterima, adekuat memuaskan dan digunakan sebagai tolak ukur atai titik acuan yang digunakan sebagai pembanding (Marr dan Biebiing, 2001).

13

Berdasarkan

clinical

practice

guidelines

(1990)

standar

merupakan keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna yang digunakan sebagai batas penerimaan minimal atau disebut juga sebagai kisaran variasi yang masih dapat diterima. Standar diperlukan untuk member suatu indikasi kualitas yang diinginkan dengan kata lain standar digunakan untuk menilai mutu sesuai dengan yang diharapkan. Suatu ruang perawatan didalam sebuah rumah sakit idealnya mempunyai prosedur tetap (protap) tindakan yang berlaku secara resmi yang dipahami dan diharapkan oleh seluruh staf di ruangan, ruang perawatan mempunyai prosedur tetap semua tindakan perawatan dan SAK (Standar Asuhan Keperawatan) minimal 10 kasus terbanyak. d. Fasilitas 1) Alat dan bahan Jumlah fasilitas dan alat-alat kedokteran maupun keperawatan dapat dipenuhi dengan standar yang telah ditetapkan oelh masing-masing institusi dengan memperhatikan jenis alat, bahan/ warna, ukuran, jenis kegiatan, jumlah yang dibutuhkan serta pertimbangan bahan yang diapakai, disimpan maupun dicuci. 2) Mesin Mesin adalah peralatan yang digerakan oleh mesin maupun elektronik yang digunakan untuk membantu menangani pasien baik secara medis maupun keperawatan. 3) Sumber Dana

14

Secara teori salah satu fungsi rumah sakit memberikan pelayanan kesehatan baik medis maupun non medis. Agar pelayanan rumah sakit dapat berjalan semaksimal mungkin dan dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat, maka rumah sakit perlu mempersiapkan peralatan atau bahan medis dan jasa pemborongan.

B. PROSES 1. Proses asuhan keperawatan Proses asuhan keperawatan adalah metode ilmiah dalam pemberian asuhan keperawatan. Proses asuhan keperawatan juga merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien, keluarga dan atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Carpenito, 1989 cit Keliat, 1999). The Washington State Board Of Nursing (Swansburg, 1996) menyebutkan definisi legal praktek keperawatan meliputi observasi, pengkajian, diagnosis, asuhan atau konseling, dan penyuluhan kesehatan kepada individu yang sakit, cedera, atau pemeliharaan kesehatan atau pencegahan sakit yang dilaksanakan oleh perawat berlisensi.

Pelaksanaannya di terima dan disepakati oleh profesi keperawatan dan kedokteran. Menurut Swansburg (1996) elemen primer manajemen pelayanan keperawatan adalah adanya sistem untuk mengevaluasi seluruh upaya, termasuk evaluasi proses manajemen, praktek keperawatan, dan seluruh pelayanan keperawatan. Evaluasi memerlukan standar yang dapat

15

digunakan sebagai tolok ukur kualitas dan kuantitas pelayanan. Standar juga dapat digunakan sebagai alat bantu menentukan sasaran tiap divisi dalam keperawatan. UU RI No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan dalam penjelasan tentang Pasal 53 ayat 2 mendefinisikan standar profesi sebagai pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesi secara baik. Atau secara singkat dapat dikatakan standar adalah pedoman kerja agar pekerjaan berhasil dan bermutu. Berdasarkan alasan ini maka kehadiran Standar Asuhan Keperawatan yang identik dengan standar profesi keperawatan, berguna sebagai kriteria untuk mengukur

keberhasilan dan mutu asuhan keperawatan. SAK terdiri dari 6 standar : a. b. c. Standar Pengkajian Keperawatan Standar Diagnosis Keperawatan Standar Perencanaan Keperawatan

d. Standar Pelaksanaan / Implementasi

e. f.

Standar Evaluasi Standar Catatan Asuhan Keperawatan (Depkes RI, 1998). Dalam standar-standar dimaksud mencantumkan kriteria-kriteria

yang harus dipenuhi dalam pemberian asuhan keperawatan. Mutu asuhan keperawatan dapat dipertangungjawabkan secara profesional apabila kriteria-kriteria tersebut dapat dipenuhi. Dengan memahami dan mematuhi kriteria dalam Standar Asuhan Keperawatan, yang selanjutnya diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan, maka bukan hanya profesionalitas

16

dijaga dan ditingkatkan, tetapi juga meliputi aspek-aspek keamanan dan kenyamanan pasien. Standar Asuhan Keperawatan tidak harus baku, melainkan sewaktu-waktu dapat ditinjau kembali dan disesuaikan dengan

perkembangan IPTEK Kesehatan khususnya Keperawatan, serta sistem nilai masyarakat yang berlaku. Sistematika penyusunan Standar Asuhan Keperawatan sebagai berikut: a. STANDAR I : Pengkajian Keperawatan Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap dan dikumpulkan secara terus menerus, tentang keadaannya untuk menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Data kesehatan harus bermanfaat bagi semua anggota tim kesehatan. Komponen pengkajian keperawatan meliputi : 1) Pengumpulan data : Kegiatan pengumpulan data dimulai pada saat pasien masuk dan dilanjutkan secara terus menerus selama proses keperawatan berlangsung. Kriteria : a) Menggunakan format yang ada b) Sistematis c) Diisi sesuai item yang tersedia d) Aktual (baru) e) Absah (valid) 2) Pengelompokkan data :

17

Dengan mengelompokkan data, perawat dapat segera menentukan masalah yang terjadi pada pasien. Kriteria : a) Data Biologis b) Data Psikologis c) Data Sosial d) Data Spiritual 3) Perumusan masalah Kriteria : a) Kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsi kehidupan. b) Perumusan dikumpulkan. b. STANDAR II : Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan menggambarkan masalah pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan yang pemecahannya. Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien, dianalisis dan dibandingkan dengan norma fungsi kehidupan pasien. Kriteria :
1) Diagnosa

masalah

ditunjang

oleh

data

yang

telah

keperawatan

dihubungkan

dengan

penyebab

kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien


2) Di buat sesuai dengan wewenang perawat. 3) Komponennya terdiri dari masalah, penyebab dan gejala/tanda

(PES) atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE).

18

4) Bersifat aktual apabila masalah kesehatan pasien sudah nyata

terjadi. 5) Bersifat potensial apabila masalah kesehatan pasien kemungkinan besar akan terjadi
6) Dapat ditanggulangi oleh perawat.

c.

STANDAR III : Perencanaan Keperawatan Perencanaan Keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien. Komponen perencanaan keperawatan meliputi :
1) Prioritas masalah. Kriteria : a) Masalah-masalah yang mengancam kehidupan merupakan

priorias pertama.
b) Masalah-masalah yang mengancam kesehatan seseorang

adalah prioritas kedua.


c)

Masalah-masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas ketiga.

2) Tujuan asuhan keperawatan. Kriteria :

a)

Spesifik

b) Bisa diukur c) Bisa dicapai

d) Realistik e) Ada batas waktu

3) Rencana tindakan. Kriteria :

a)

Disusun berdasarkan tujuan asuhan keperawatan

19

b) Melibatkan pasien/keluarga c) Mempertimbangkan latar belakang budaya pasien/keluarga

d) Menentukan alternatif tindakan yang tepat e) Mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku, lingkungan, sumber daya dan fasilitas yang ada f) Menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien

g) Kalimat perintah ringkas, tegas dengan bahasanya mudah dimengerti.


d. STANDAR IV : Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan,

pemeliharaan serta pemulihan kesehatan dengan mengikutsertakan pasien dan keluarganya. Kriteria : 1) Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan 2) Menyangkut keadaan bio-psiko-sosio spiritual pasien 3) Menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan kepada pasien/keluarga 4) Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan 5) Menggunakan sumberdaya yang ada 6) Menerapkan prinsip aseptik dan antiseptik 7) Menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonimis, privasi dan mengutamakan keselamatan pasien 8) Melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respons pasien

20

9) Merujuk dengan segera bila ada masalah yang mengancam keselamatan pasien 10) Mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan 11) Merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan tindakan 12) Melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada prosedur teknis yang telah ditentukan. Implementasi keperawatan berorientasi pada 14 komponen

keperawatan dasar yang meliputi : 1) Memenuhi kebutuhan oksigen 2) Memenuhi kebutuhan nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit 3) Memenuhi kebutuhan eliminasi 4) Memenuhi kebutuhan keamanan 5) Memenuhi kebutuhan kebersihan dan kenyamanan fisik 6) Memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur 7) Memenuhi kebutuhan gerak dan kegiatan jasmani 8) Memenuhi kebutuhan spiritual 9) Memenuhi kebutuhan emosional 10) Memenuhi kebutuhan komunikasi 11) Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologis 12) Memenuhi kebutuhan pengobatan dam membantu proses penyembuhan 13) Memenuhi kebutuhan penyuluhan 14) Memenuhi kebutuhan rehabilitasi e. STANDAR V : Evaluasi Keperawatan

21

Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis dan berencana untuk menilai perkembangan pasien. Kriteria : 1) Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi 2) Evaluasi hasil menggunakan indikator yang ada pada rumusan tujuan 3) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan 4) Evaluasi melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan 5) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar. f. STANDAR VI : Catatan Asuhan Keperawatan Catatan keperawatan sebagai bukti dari pelaksanaan asuhan keperawatan, adanya catatan tentang respon/tanggapan pasien terhadap penyakit disebut dokumentasi asuhan keperawatan. Catatan asuhan keperawatan dilakukan secara individual. Kriteria : 1) Dilakukan selama pasien dirawat inap dan rawat jalan 2) Dapat digunakan sebagai bahan laporan 3) Dilakukan segera setelah tindakan dilaksanakan 4) Penulisannya harus jelas dan ringkas serta menggunakan istilah yang baku 5) Sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan 6) Setiap pencatatan harus mencantumkan initial/paraf/nama informasi, komunikasi dan

perawat yang melaksanakan tindakan dan waktunya 7) Menggunakan formulir yang baku

22

8) Disimpan sesuai dengan peraturan yang berlaku (Depkes RI, 1998).

2. Proses Manajemen Pelayanan Keperawatan


Manajemen adalah suatu seni dalam menyelesaikan pekerjaan dengan melalui orang lain (Adikoesoema, 1994). Mekanisme kerja fungsi manajemen menurut Handoko (1995) dapat digambarkan dalam skema :

Keinginan kebutuhan

Perencanaan

Pengorganisasia n
Pengarahan Pengkoordinasian Informasi Pengawasan Tujuan

Gambar 3. Skema mekanisme kerja fungsi-fungsi manajemen

Menurut Monica (1998) cit Hersey dan Blancard (1977) menyebutkan bahwa manajemen yang komprehensif yaitu bekerja dengan dan melalui individu dan kelompok untuk mencapai tujuan organisasi. Proses manajemen pelayanan keperawatan terdiri dari:
a.

Planning atau Perencanaan Perencanaan adalah sebuah keputusan untuk suatu kemajuan yang berisikan apa yang akan dilakukannya serta bagaimana, kapan dan dimana akan dilaksanakannya (Marquis, 2000). Perencanaan dibuat untuk menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan

23

kepada semua pasien, menegakkan tujuan, mengalokasikan anggaran belanja, memutuskan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi yang dapat

mengoptimalkan efektifitas staff serta menegakkan kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai visi dan misi institusi yang telah ditetapkan. Unit perawatan merupakan unit terkecil dalam kegiatan pelayanan rumah sakit. Perencanaan yang disusun mengacu kepada kerangka utama rencana strategi rumah sakit dengan

mempertimbangkan kekuatan, kelemahan, peluang yang nyata dan ancaman eksternal yang harus diantisipasi. Kerangka perencanaan terdiri dari: 1) Misi, berisi tujuan jangka panjang mengenai bagaimana langkah mencapai visi 2) 3) 4) Filosofi, sesuatu yang bisa menguatkan motivasi Tujuan, berisikan tujuan yang ingin dicapai Obyektif, berisi langkah-langkah rinci bagaimana mencapai tujuan 5)
6)

Prosedur, berisi pelaksanaan perencanaan Aturan, berisi langkah-langkah antisipasi untuk hal-hal yang menyimpang.

Model perencanaan meliputi :


1)

Reactive planning, yaitu tak ada perencanaan, manajer langsung melakukan tindakan begitu menemukan masalah. Perubahan yang

24

terjadi tidak pasti karena dipengauhi oleh masalah dan kondisi yang ada
2)

Inactive planning, yaitu perencanaan sudah dibuat sejalan dengan masalah yang muncul (telah ada bayangan atau perencanaan tetapi dalam pelaksanaannya dilakukan sejalan dengan pekembangan masalah.

3)

Preactive planning, yaitu penyusunan perencanaan dengan mengetahui rencana ke depan pencapaian target yang sudah pasti (sudah jelas dan tidak berubah). Ciri dari perencanaan ini adalah tujuan yang akan dicapai jelas, tedapat pembatasan waktu peencanaan belangsung, terdapat indikator pencapaian target, risiko dan ketidakpastian jelas.

4)

Proactive planning, yaitu

pembuatan

perencanaan

dengan

memperhatikan masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Masa lalu digunakan sebagai pengalaman untuk menyusun perencanaan sekarang dan masa depan, masa sekarang sebagai pelaksanaan perencanaan, dan masa depan merupakan perencanaan yang disusun berdasarkan evaluasi pelaksanaan perencanaan masa lalu dan sekarang. Perencanaan meliputi: a) Jangka pendek (target waktu dalam minggu/bulan) Meliputi perubahan jadwal dinas (pagi, siang, malam) akibat perubahan kondisi bangsal dan permintaan fasilitas yang segera akibat kerusakan yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya b) Jangka menengah (periode dalam satu tahun)

25

Meliputi

pengaturan

dinas,

perbaikan

peralatan/service,

permintaan perlengkapan rutin/barang habis pakai c) Jangka panjang (untuk tahun mendatang) Meliputi pengembangan SDM baik perawat maupun non perawat, penambahan peralatan, penambahan jumlah tenaga, cuti tahunan dan sebagainya Berdasarkan buku pedoman uraian tugas tenaga keperawatan di RS (Depkes RI, 1999), Tugas Kepala Ruang dalam perencanaan (P1) meliputi: 1) Menyusun rencana kerja kepala ruang 2) Berperan serta menyusun falsafah dan tujuan pelayanan

keperawatan di ruang rawat yang bersangkutan 3) Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan dari segi jumlah maupun kualifikasi untuk di ruang rawat, koordinasi dengan kepala perawat instalasi/kepala instalasi. Tugas kepala ruang dalam perencanaan meliputi:
1) Membuat jadwal dinas koordinasi dengan perawat primer 2) Membuat usulan pengembangan tenaga. 3) Mengajukan

permintaan

peralatan

dan

obat-obatan

sesuai

kebutuhan. b. Organizing Di dalam pengorganisasian asuhan keperawatan dikenal beberapa model pemberian asuhan keperawatan. Model Praktek

26

Keperawatan Profesional (MPKP) terdiri dari 5 elemen subsistem (Hoffart and Woods, 1996) yaitu : 1) Nilai-nilai profesional 2) Pendekatan manajemen 3) Metode pemberian Askep 4) Hubungan profesional 5) Sistem kompensasi dan penghargaan. Ada beberapa teori mengenai metode asuhan keperawatan care dellivery system antara lain menurut teori Gillies (1989):
1) Metode Kasus (Total Care Method)

Disebut juga Total patient care, perawat mempunyai otonomi dan tanggung jawab terhadap perawatan pasien selama shift kerja ( 8 jam). Pasien menerima asuhan keperawatan yang diberikan secara total dan tidak terfragmentasi atau terpecah-pecah. Metode ini lebih mudah dikerjakan karena satu orang perawat hanya bertanggung jawab pada satu atau dua orang pasien dan maksimal tiga, tergantung dari tingkat kebutuhan pasien dan model ini membutuhkan koordinasi diantara perawat-perawat yang

melakukan asuhan keperawatan. Kelebihan dari metode kasus ini: a) Sederhana dan langsung

b) Garis pertanggung jawaban jelas c) Kebutuhan klien cepat terpenuhi

d) Memudahkan perencanaan tugas

27

Kerugian dari metode ini, yaitu:


a) Membutuhkan dana yang cukup tinggi (Costly), karena pada

pelaksanaannya

memerlukan

perawat

pelaksana

yang

mempunyai kemahiran, keterampilan dan profesionalisme tinggi sehingga reward juga harus tinggi.
b) Memerlukan supervisi yang adekuat dari kepala ruang (charge

nurse)
c)

Memerlukan kepala ruang (charge nurse) yang mampu memberikan training yang baik kepada perawat pelaksana.

2) Metode Fungsional (functional nursing)

Perawat pelaksana hanya bertugas berdasarkan tugas tertentu (task oriented). Keuntungan dari metode ini, yaitu: a) Lebih efisien b) Tugas dapat segera diselesaikan c) Sedikit kebingungan karena tugasnya hanya satu
d) Kebutuhan akan perawat profesional (register nurse) sedikit

sehingga dana yang dibutuhkan juga minimal. Kerugian dari metode ini, yaitu: a) Asuhan keperawatan menjadi terfragmentasi b) Kepuasan kerja rendah c) Tidak ada tantangan dalam melakukan tugas d) Lebih banyak membutuhkan koordinasi, terutama supervisi dari kepala ruang untuk menghindari kesalahan dalam pemberian asuhan keperawatan

28

e) Keseluruhan asuhan keperawatan tidak diperhatikan karena tanggung jawab hanya pada tugas yang dilakukan
3) Metode Tim (team nursing)

Metode ini menggunakan prinsip bahwa ada sekelompok perawat pelaksana yang dipimpin oleh ketua tim dalam memberikan asuhan keperawatan kepada sekelompok pasien. Ketua Tim bertanggung jawab kepada kepala ruang. Keuntungan dari metode ini, yaitu: a) Meningkatkan metode kolaborasi b) Kebingungan akses ke pasien berkurang Kerugian dari metode tim, yaitu: a) Saat pelaksanaan rencana keperawatan yang dibuat oleh Ketua Tim, kemungkin terjadi pelaksanaan yang tidak sesuai standar asuhan keperawatan b) Membutuhkan perencanaan dan komunikasi diantara anggota tim, sehingga metode ini menjadi tidak efektif karena membutuhkan banyak waktu
c)

Jalur tanggung jawab menjadi tidak jelas keperawatan terfragmentasi dan dapat terjadi

d) Asuhan

overlapping/nursing error.
4) Metode Primer (primary nursing)

Metode ini merupakan suatu metode penugasan kerja terbaik dalam suatu organisasi atau kelompok kerja dengan semua staf keperawatan yang profesional. Pada pelaksanaannya hampir

29

sama dengan metode case method nursing atau total patient care. Kebutuhan akan Register Nurse sangat tinggi. Pada metode ini setiap perawat primer memberikan tanggung jawab secara menyeluruh terhadap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan. Penanggung jawab adalah Perawat Primer (PN). PN harus mempunyai kemampuan membina komunikasi antara pasien, dokter, AN dan anggota tim kesehatan lain. Setiap PN merawat 46 pasien dan bertanggung jawab terhadap pasien selama 24 jam dari pasien masuk sampai pasien pulang. Ada kontinuitas asuhan keperawatan yang bersifat komprehensif dan dapat

dipertanggungjawabkan. Dalam satu tim PN mempunyai beberapa perawat pelaksana (associate nurse/AN) dan bila PN tidak ada, perawatan dilanjutkan oleh AN. Keuntungan dari metode primer, yaitu: a) Tingkat kepuasan yang tinggi b) Tingkat tanggung jawab dan otomi jelas c) Perawat tertantang dalam menyelesaikan masalah dan diberi penghargaan Kerugian dalam metode ini, yaitu: a) Costly
b) Kesulitan dalam menentukan standar RN. Hal ini disebabkan

untuk mencapai standar, semua PN harus RN, dan hal ini Dokter Kepala Ruang Sarana RS menjadi sulit karena kendala ekonomi sehingga RS tidak Perawat Primer

Perawat Pelaksana

Perawat Pelaksana

Perawat Pelaksana

30

mampu memberi reward yang cukup dan terjadi keterbatasan tenaga.

Gambar 4. Bagan Model Keperawatan Primer

5) Metode Manajemen Kasus (nursing case management)

Pada metode ini ada seorang perawat yang menjalankan sekumpulan aktivitas, mengerahkan, memantau dan mengevaluasi semua sumber yang digunakan oleh pasien secara total selama sakit. Empat hal penting dalam manajemen kasus: a) Pencapaian berdasar waktu yang ditentukan tim yang terlibat b) Yang bertindak sebagai case manager adalah orang yang memberi pelayanan langsung c) unit d) Perlu partisipasi aktif pasien dan keluarga untuk menyusun evaluasi pelaksanaan kegiatan Seorang perawat/dokter yang terlibat bisa melampaui

31

6) Model keperawatan primer modifikasi didasarkan pada beberapa alasan antara lain : a) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena sebagai perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1 Keperawatan. b) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni karena tanggung jawab pasien terfragmentasi pada berbagai tim. c) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada PN. c. Uraian tugas pokok kepala ruang Tugas kepala ruangan dalam pengorganisasian, meliputi: 1) Tugas Pokok: a) Mengelola kegiatan pelayanan dan asuhan keperawatan pasien di ruang rawat b) Melaksanakan fungsi kolaboratif dengan tim kesehatan lain c) Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga d) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan bimbingan PKK e) Melakukan/membantu pelaksanaan penelitian f) Melakukan pengendalian, pemantauan dan evaluasi kegiatan guna peningkatan mutu pelayanan keperawatan di ruang rawat
g) Mendukung terlaksananya program Patient Safety.

2) Uraian tugas:

32

a) Mensosialisasikan, mengatur dan mengendalikan pelaksanaan kebijakan yang telah ditentukan kepada semua staf b) Mengecek kelengkapan inventaris peralatan dan obat-obatan yang tersedia untuk kelancaran pelayanan c) Mengajukan permintaan peralatan dan obat-obatan sesuai kebutuhan d) Memeriksa keadaan ruangan dan peralatan serta menyusun laporan kerusakan, usulan perbaikan dan pemeliharaannya e) Menyusun data yang berhubungan dengan pelayanan untuk membuat laporan harian, bulanan, triwulan serta tahunan f) Mengadakan rapat secara berkala untuk mengetahui masalah dan mendapatkan cara penyelesaian agar pelaksanaan pelayanan berjalan baik g) Memberikan pengarahan, orientasi dan bimbingan kepada staf baru/mahasiswa praktek di ruangan h) Mengkoordinir pelaksanaan tatatertip, disiplik, kebersihan dan keamanan ruangan. i) Melaksanakan asuhan dengan menggunakan pendekatan proses ilmiah j) Membuat usulan nilai pra DP3 semua tenaga yang menjadi tanggung jawabnya k) Membuat usulan pengembangan tenaga l) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan dalam rangka memperlancar pelaksanaan kegiatan di instalasi

33

m)Membagi staf keperawatan ke dalam grup MPM sesuai dengan kemampuan dan beban kerja n) Membuat jadwal dinas koordinasi dengan perawat primer (PN) o) Membagi pasien kepada grup MPM sesuai kemampuan dan beban kerja p) Memfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas perawat primer dan perawatan asosiet (PN & AN) q) Melakukan supervisi dan memberi motivasi seluruh staf untuk mencapai kinerja yang optimal r) Melakukan upaya peningkatan mutu asuhan dan pelayanan dengan mengevaluasi melalui berbagai metode evaluasi peningkatan mutu s) Berperan sebagai konsultan/pembimbing bagi perawat primer (PN) t) Mendelegasikan tugas pada sore, malam, dan hari libur kepada penanggung jawab tugas jaga ruangan u) Membuat laporan pelaksanaan tugas secara berkala/insidentil v) Bertanggung jawab terhadap kelengkapan entry data dalam billing system. d. Uraian tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari PN , AN , dan PJ Berdasarkan struktur organisasi dan uraian jabatan keperawatan adalah sebagai berikut: 1) Tugas Pokok Primery Nurse:

34

a) Mengelola asuhan keperawatan pasien di ruang rawat b) Melakukan fungsi kolaboratif dengan tim kesehatan lain c) Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga d) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan bimbingan PKK e) Melakukan/membantu pelaksanaan penelitian f) Melakukan pengendalian, pemantauan dan evaluasi kegiaatan guna peningkatan mutu pelayanan keperawata di ruang rawat
g) Mendukung terlaksananya program Patient Safety

2) Tugas Primary Nurse : a) Bertugas pada pagi hari b) Bersama AN menerima operan tugas jaga dari AN yang tugas jaga malam c) Bersama AN melakukan konfirmasi /Supervisi tentang kondisi pasien segera setelah selesai operan tugas jaga setiap pasien. d) Bersama AN melakukan doa bersama sebagai awal dan akhir tugas, dilakukan setelah selasai operan tugas jaga malam. e) Melakukan pre conference dengan semua AN yang ada dalam grupnya pada setiap awal dinas pagi f) Membagi tugas / pasien kepada AN sesuai kemampuan dan beban kerja. g) Melakukan pengkajian, menetapkan masalah/diagnosa dan perencanaan keperawatan kepada semua pasien yang menjadi tanggungjawabnya dan ada bukti direkam keperawatan. h) Memonitor dan membimbing tugas AN.

35

i) Membantu tugas AN untuk kelancaran pelaksanaan asuhan pasien j) Mengoreksi, merevisi dan melengkapi catatan askep yang dilakukan oleh AN yang ada dibawah tanggung jawabnya. k) Melakukan evaluasi hasil kepada setiap pasien sesuai tujuan yang ada dalam perencanaan asuhan keperawatan dan ada bukti dalam rekam keperawatan. l) Melaksanakan post conference pada setiap akhir dinas dan menerima laporan akhir tugas jaga dari AN untuk persiapan operan tugas jaga berikutnya. m)Mendampingi AN dalam operan tugas jaga kepada AN yang tugas jaga berikutnya.
n) Memperkenalkan AN yang ada dalam satu grup /yang akan

merawat selama pasien dirawat kepada pasien baru.


o) Menyelenggarakan diskusi kasus/conference dengan dokter/tim

kesehtan lain setiap seminggu sekali. p) Menyelenggarakan diskusi kasus /conference dalam pertemuan rutin keperawatan di ruangan minimal sebulan sekali. q) Menyelenggarakan diskusi kasus/conference sesuai prosedur. r) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan dalam rangka memperlancar pelaksanaan kegiatan s) Menggantikan tugas PJ ruang pada pagi hari jika PJ tidak ada. t) Mendelegasikan tugas perawat primer pada sore, malam, hari libur kepada perawat asosiete

36

u) Memberikan bimbingan mahasiswa praktek yang ada dalam groupnya dalam rangka orientasi dan pelaksanaan praktek keperawatan. v) Perawat primer menginformasikan peraturan dan tata tertib yang berlaku pada pasien/keluarga. w) Perawat primer melakukan visite/monitoring perkembangan pasien dan memberitahukan serta menyiapkan pasien yang akan pulang x) Perawat primer meneriama konsultasi/keluahan pasien/keluarga dan berupaya mengatasinya, serta memfasilitasi pelaksanaan konsultasi dengan dokter y) Perawat primer membuat laporan tugas kepada Karu setiap akhir tugas tentang kondisi pasien dan masalah yang ada z) Mengikuti pertemuan ilmiah/rutin yang diselenggaraan RS di lingkungan tugasnya

3) Tanggung Jawab Primary Nurse : a) Kebenaran kajian data, diagnosa dan rencana keperawatan (1) Kebenaran kajian data keperawatan (2) Kebenaran diagnosis (3) Kebenaran rencana keperawatan b) Kebenaran layanan asuhan, evaluasi dan resume keperawatan (1) Kebenaran dan ketepatan pelaksanaan tindakan keperawatan (2) Kebenaran evaluasi keperawatan

37

(3) Kebenaran resume keperawatan c) Kebenaran dan ketetapan pendidikan/penyuluhan kesehatan pada pasien d) Pemenuhan kebutuhan kesehatan pasien dengan kolaborasi tim kesehatan lain
e) Kelengkapan dan kebenaran informasi kepada pasien tentang

dokter dan perawat yang bertanggung jawab, jadwal konsultasi & rencana tindakan yang akan dilakukan & rencana perawatan setelah pasien pulang f) Kelengkapan keperawatan g) Kebenaran bimbingan dan arahan kepada perawat asosiet dan mahasiswa praktek klinik keperawatan
h) Kebenaran dan kelengkapan laporan dan

dan

kebenaran

isian

dokumen

asuhan

dokumen asuhan

keperawatan 4) Wewenang Primary Nurse : a) Mengatur dan membimbing dan memberikan arahan tugas kepada AN/mahasiswa PKK yang menjadi tanggung jawabnya b) Meminta bahan dan perangkat kerja yang dibutuhkan untuk pelaksanaan asuhan dan pelayanan sesuai dengan kebutuhan pasien c) Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan d) Melakukan konsultasi dan koordinasi tugas dengan penanggung jawab ruang dan PN lain

38

e) Melakukan asuhan dan pelayanan yang komprehensif dan prima kepada semua pasien yang menjadi tanggung jawabnya f) Mendelegasikan tugas pada AN bila sedang tidak bertugas. 5) Tugas Pokok Penanggung Jawab Tugas Jaga: a) Mengelola kegiatan pelayanan dan asuhan keperawatan pasien di ruang rawat pada sore, malam dan hari libur b) Melaksanakan fungsi kolaboratif dengan tim kesehatan lain c) Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga d) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan bimbingan PKK e) Melakukan/membantu pelaksanaan penelitian
f) Melakukan pengendalian, pemantuan dan evaluasi kegiatan

guna peningkatan mutu pelayanan keperawatan di ruang rawat pada sore, malan, dan hari libur.
g) Mendukung terlaksananya program Patient Safety.

6) Uraian Tugas Penanggung Jawab Tugas Jaga: a) Memberikan pengarahan, orientasi dan bimbingan kepada mahasiswa praktek di ruangan b) Mengkoordinir pelaksanaan tata tertib, disiplin, kebersihan dan keamanan ruangan c) Melaksanakan asuhan keperawatan dengan menggunakan proses kekperawatan d) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan dalam rangka memperlancar pelaksanaan kegiatan di ruangan

39

e) Membagi pasien kepada grup MPM sesuai kemampuan dan beban kerja f) Memfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas asuhan dan pelayanan g) Melakukan supervisi dan memberi motivasi seluruh staf untuk mencapai kinerja yang optimal h) Melakukan upaya peningatan mutu asuhan dan pelayanan i) Berperan sebagai konsultan dari perawat asosiet (AN) pada saat PN tidak bertugas.
7) Tanggung Jawab Penanggung Jawab Tugas Jaga:

a)

Ketepatan koordinasi tugas asuhan dan pelayanan di ruangan

b) c)

Kebenaran arahan tugas staf dan mahasiswa Kelancaran memfasilitasi kebutuhan yang diperlukan untuk asuhan dan pelayaan

d)

Kelancaran komprehensif dan prima

layanan

dan

asuhan

yang

e)

Kelancaran pelaksanaan pendelegasian tugas Pj. Ruang keperawatan pada sore, malam dan hari libur

f)

Kebenaran dan ketepatan penggunaan sumber daya yang efisien dan efektif

g)

Kebenaran laporan pelaksanaan kegiatan asuhan dan pelayanan keperawatan.

8) Wewenang Penanggung Jawab Tim:

40

a)

Mengatur dan membimbing dan memberikan arahan anggota tim/mahasiswa PKK yang menjadi tanggung jawabnya

b)

Meminta bahan dan perangkat kerja yang dibutuhkan untuk pelaksanaan asuhan dan pelayanan sesuai dengan kebutuhan pasien

c) d)

Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan Melakukan konsultasi dan koordinasi tugas dengan penanggung jawab ruang dan PN lain

e)

Melakukan

asuhan

dan

pelayanan

yang

komprehensif dan prima kepada semua pasien yang menjadi tanggung jawabnya f) tidak bertugas. 9) Tugas Pokok Assosiate Nurse ( AN ) : a) Melaksanakan asuhan keperawatan pasien di ruang rawat inap b) Melaksanakan fungsi kolaboratif dengan tim kesehatan lain c) Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga d) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan bimbingan PKK e) Melakukan/membantu pelaksanaan penelitian f) Melakukan pengendalian, pemantauan dan evaluasi kegiatan guna peningkatan mutu pelayanan keperawatan di ruang rawat inap
g) Mendukung terlaksananya program Patient Safety.

Mendelegasikan tugas pada AN bila sedang

41

10)

Uraian Tugas Assosiate Nurse (AN):

a) Melakukan doa bersama setiap awal dan akhir tugas yang dilakukan setelah selesai serah terima operan tugas jaga. b) Mengikuti pre konference yang dilakukan PN setiap awal tugas pagi. c) Melakukan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung jawab dan ada bukti direkam keperawatan. d) Melakukan monitoring respon pasien dan ada bukti direkam keperawatan. e) Melakukan konsultasi tentang masalah pasien kepada PN. f) Membimbing dan melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti direkam keperawatan. g) Menerima keluhan pasien dan keluarga dan berusaha untuk mengatasinya. h) Melengkapi catatan asuhan keperawatan pada semua pasien yang menjadi tanggung jawabnya. i) Melakukan evaluasi asuhan keperawatan setiap akhir tugas pada semua pasien yang menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti direkam keperawatan. j) Mengikuti post konference yang diadakan oleh PN pada setiap akhir tugas dan melaporkan kondisi/perkembangan semua pasien yang menjadi tanggung jawabnya kepada PN dan ada bukti di rekam keperawatan

42

k) Bila PN tidak ada, wajib mengenalkan AN yang ada dalam satu group yang akan memberikan asuhan keperawatan pada jaga berikutnya kepada pasien/keluarga baru. l) Mengkuti diskusi kasus/conference dalam pertemuan rutin m)Melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas AN n) Melaksanakan tugas PN pada sore, malam, dan hari libur o) Berkoordinasi dengan Pj tugas jaga apabila ada kesulitan tentang pelayanan
p) Bertanggung jawab atas kelengkapan entry data dalam Billing

System. 11) Tanggung Jawab Assosiete Nurse (AN ):

a) Kebenaran asuhan keperawatan meliputi kajian diagnosis, rencana tindakan keperawatan b) Kebenaran dan ketepatan pelayanan dan asuhan keperawatan yang komprehensif dan prima c) Kelengkapan bahan dan peralatan kesehatan d) Kebenaran isian rekam keperawatan e) Kebenaran infomasi/bimbingan/penyuluhan kesehatan kepada pasien/keluarga f) Ketepatan penggunaan sumber daya secara efisien dan efektif 12) Wewenang Assosiete Nurse (AN) :

a) Memeriksa kelengkapan dan alat yang diperlukan b) Meminta bahan dan perangkat kerja sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan tugas

43

c) Melakukan pengkajian, menetapkan diagnosa dan perencanaan keperawatan bagi pasien baru pada saat PN tidak bertugas sore, malam, dan hari libur d) Melakukan asuhan keperawatan pasien e) Melaporkan asuhan keperawatan pasien ke Pj tugas jaga dan Perawat Primer (PN)

e.

Actuating Actuating/directing manajer/pimpinan untuk tidak bisa lepas mengarahkan dari kemampuan ataupun

stafnya

bawahannya untuk menjalankan fungsi masing-masing dengan baik (Adikoesoema, 1994). Adikoesoema (1994) menjelaskan beberapa cara manajer merangsang bawahannya agar pelaksanaan kegiatan meningkat dalam rangka mencapai tujuan organisasi : 1) Motivasi Motivasi atau memotivasi merupakan proses dengan apa seseorang manajer merangsang bawahannya untuk bekerja dalam rangka mencapai sasaran organosatoris. Teori model motivasi yang perlu diterapkan dalam rangka mencapai sasaran organisasi adalah : a) Model tradisional: menaikkan sistem upah untuk

memotivasi para karyawan

44

b)

Model hubungan antar manusia: kontak sosial yang dialami karyawan baik di alam kerja maupun di luar jam kerja juga mempunyai arti penting

2) Kemampuan Individu Untuk memajukan organisasi/perusahaan disamping motivasi juga penting untuk menelaah kemampuan individu. Bila sudah menjadi karyawan tentu tugas manajer meng-upgrade,

mengadakan training, kursus dan sebagainya secara berkelanjutan untuk memajukan pengetahuannya. Menurut buku pedoman uraian tugas tenaga keperawatan di Rumah Sakit tugas Kepala ruang sebagai penggerak dan pelaksanaan (P2) terdiri dari : a) Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan di ruang rawat, melalui kerja sama dengan petugas lain yang bertugas diruang rawatnya. b) Menyusun jadual/daftar dinas tenaga keperawatan dan tenaga lain sesuai kebutuhan pelayanan dan peraturan yang berlaku di RS. c) Melaksanakan orientasi kepada tenaga keperawatan

baru/tenaga lain yang akan kerja di ruang rawat. d) Memberikan orientasi kepada siswa/mahasiswa keperawatan yang menggunakan ruang rawatnya sebagai lahan praktek. e) Memberi orientasi kepada pasien/keluarganya meliputi: penjelasan tentang peraturan RS, tata tertib ruang rawat,

45

fasilitas yang ada dan cara penggunaannya serta kegiatan rutin sehari-hari. f) Membimbing tenaga keperawatan untuk melaksanakan

pelayanan/asuhan keperawatan sesuai standar. g) Mengadakan pertemuan berkala/sewaktu-waktu dengan staf keperawatan dan petugas lain yang bertugas di ruang rawatnya. h) Memberi kesempatan/ijin kepada staf keperawatan untuk mengikuti kegiatan ilmiah/penataran dengan koordinasi kepala instalasi/kepala bidang perawatan. i) Mengupayakan pengadaan peralatan dan obat-obatan sesuai kebutuhan berdasarkan ketentuan/kebijaksanaan RS. j) Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan alat agar selalu dalam keadaan siap pakai. k) Mendampingi visite dokter dan mencatat instruksi dokter, khususnya bila ada perubahan program pengobatan pasien. l) Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di ruang rawat menurut tingkat kegawatan, infeksi/non infeksi untuk kelancaran pemberian asuhan keperawatan. m)Mengendalikan kualitas sistem pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan dan kegiatan lain secara tepat dan benar, hal ini penting untuk tindakan keperawatan. n) Memberi motivasi kepada petugas dalam memelihara

kebersihan lingkungan di ruang rawat.

46

o) Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien di ruang rawat. p) Meneliti/memeriksa pengisian daftar permintaan makanan pasien berdasarkan macam dan jenis makan pasien. q) Meneliti/memeriksa ulang pada saat penyajian makanan pasien sesuai dengan program dietnya. Teori pengarahan SDDM: a) Teori X Teori ini menganggap karyawan adalah orang yang malas hingga harus diarahkan dengan paksaan bahkan dengan ancaman atau hukuman. b) Teori Y Teori ini menganggap bahwa rata-rata karyawan senang bekerja asal diberi rangsangan dan dihargai, mempunyai kemauan dan dedikasi yang tinggi asal diajak komunikasi yang baik serta imbalan yang baik. c) Teori Z Teori ini menyatakan bahwa peran serta semua jajaran karyawan merupakan kunci suksesnya produktivitas dari suatu organisasi. Untuk mencapai sasaran tersebut, perlu 3 hal penting: Motivasi, Kemampuan individu dan Sistem

manajemen.

f.

Controlling

47

Nursalam

(2002),

pengawasan

melalui

komunikasi,

mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Kegiatan supervise meliputi: 1) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki atau mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat itu juga 2) Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas. 3) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim 4) Audit keperawatan Menurut buku pedoman uraian tugas tenaga keperawatan di RS bahwa, tugas kepala ruang yaitu sebagai Pengawasan,

Pengendalian dan Penilaian (P3) meliputi : a) Mengendalikan dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah ditentukan. b) Mengawasi dan menilai siswa/mahasiswa keperawatan untuk memperoleh pengalaman belajar sesuai tujuan program bimbingan yang telah ditentukan.

48

c)

Melakukan penilaian kinerja tenaga keperawatan yang berada dibawah tanggung jawabnya.

d) Mengawasi, mengendalikan dan menilai pendayagunaan tenaga keperawatan, peralatan dan obat-obatan. e) Mengawasi dan menilai mutu asuhan keperawatan sesuai standar yang berlaku secara mandiri atau koordinasi dengan tim pengendalian mutu asuhan keperawatan. Untuk keperluan mengevaluasi hasil kerja diperlukan terlebih dahulu persiapan:
1) Standard operation procedure. 2) Standar/pedoman diagnosis dan terapi. 3) Indikator penilaian penampilan

Fungsi pengawasan dan pengendalian merupakan fungsi terakhir dari proses manajemen. Ada 3 macam pengawasan yaitu : 1) Pengendalian pendahuluan, yaitu pengendalian ini dipusatkan pada permasalahan pencegahan timbulnya penyimpangan-

penyimpangan dari bawahan terhadap kinerja pemberi pelayanan keperawatan, baik sumber daya, SDM, bahan/alat maupun dana.
2) Concurent control, pengendalian ini berlangsung saat pekerjaan

berlangsung guna memastikan sasaran tercapai.


3) Feedback control. Pengendalian ini untuk mengontrol terhadap

hasil

dari

pekerjaan

yang

telah

diselesaikan,

jika

ada

penyimpangan akan merupakan pelajaran untuk aktifitas yang sama di masa yang akan datang.

49

C. OUTPUT 1. Efisiensi Ruang Rawat Efisiensi pelayanan meliputi 4 indikator mutu pelayanan kesehatan yang meliputi (BOR, LOS, TOI, BTO)
a.

BOR (Bed Occupancy Rate), merupakan

indikator untuk menilai seberapa efektifitas pemakaian tempat tidur yang ada di suatu ruangan atau rumah Sakit dalam jangka waktu tertentu. Standar internasional yang baik adalah 80-90%, sedangkan BOR = Jumlah hari standar nasional adalah 70-80%. perawatan x 100%

Jumlah Tempat Tidur x hari perawatan

b.

ALOS (Length Of Stay), adalah rata-rata lama

hari seorang pasien dirawat. Indikator ini selain memberikan gambaran tingkat efisiensi juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan jika diterapkan pada diagnosis tertentu yang masih membutuhkan

pemeriksaan lebih lanjut. Secara umum ALOS yang ideal antara 6-9 hari. LOS = Jumlah Lama hari perawatan pasien keluar Jumlah pasien keluar hidup atau mati

c.

TOI (Turn Over Internal), penghitungan lama

tempat tidur tidak terisi. TOI adalah rata-rata jumlah hari tempat tidur tidak ditempati dari saat diisi hingga saat terisi berikutnya. Indikator ini dapat memberikan

TOI= jumlah total kapasitas tempat tidur- hari perawatan Jumlah pasien keluar (hidup+mati)

50

gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya, tempat tidur kosong hanya dalam waktu 1-3 minggu.

2. a.

Penerapan SAK (Instrumen A, B, C) Instrumen A Instrumen A merupakan evaluasi terhadap pendokumentasian asuhan keperawatan yang telah baku. Evaluasi dilakukan terhadap dokumentasi asuhan keperawatan pasien yang dirawat minimal 3 hari. Dokumentasi keperawatan adalah sistem pencatatan kegiatan sekaligus pelaporan semua kegiatan asuhan keperawatan sehingga terwujud data yang lengkap, nyata, dan tercatat dan bukan hanya tingkat kesakitan dari pasien tapi juga jenis, kualitas, dan kuantitas pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Dokumentasi keperawatan merupakan sesuatu yang mutlak harus ada untuk perkembangan perawatan, khususnya proses profesionalisasi keperawatan serta upaya uuntuk membina dan mempertahankan akontabilitas perawat dan keperawatan. Dalam membuat dokumentasi harus memperhatikan aspek-aspek: 1) Keakuratan data
2) Breavity (ringkas) 3) Legibility (mudah dibaca)

Komponen dokumentasi keperawatan:

51

1) Pengkajian Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap dan dikumpulkan secara terus-menerus tentang keadaaan pasien untuk menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Data harus bermanfaat bagi semua anggota tim kesehatan. Komponen pengkajian meliputi pengumpulan data, pengelompokan data, dan perumusan masalah. 2) Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan menggambarkan masalah pasien baik aktual maupun potensial berdasarkan hasil pengkajian data. Diagnosa dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien, dianalisa, dan dibandingkan dengan fungsi normal kehidupan pasien. Kriteria diagnosa dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan

pemenuhan kebutuhan pasien, dibuat sesuai dengan wewenang perawat, dengan komponen terdiri atas masalah, penyebab dan tanda gejala (PES) atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE) yang bersifat aktual apabila masalah kesehatan sudah nyata terjadi dan bersifat potensial apabila masalah kesehatan kemungkinan besar akan terjadi, dan dapat ditanggulangi oleh perawat.

3) Rencana keperawatan Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa

keperawatan. Komponen rencana perawatan meliputi prioritas masalah, tujuan, dan rencana tindakan. Prioritas masalah ditentukan

52

dengan memberi prioritas utama masalah yang mengancam kehidupan dan prioritas selanjutnya masalah yang mengancam masalah kesehatan pasien. Prioritas ketiga adalah masalah yang mempengaruhi perilaku. 4) Implementasi Implementasi adalah pelaksanaan rencana tindakan yang ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan, serta pemulihan kesehatan dengan mengikutsertakan pasien dan keluarga. Pelaksanaan tindakan keperawatan harus sesuai dengan rencana yang ada, menyangkut keadaan bio-psiko-sosio-spiritual pasien, menjelaskan setiap tindakan perawatan yang akan

dilaksanakan pada klien, sesuai waktu yang telah ditentukan dengan menggunakan sumber-sumber yang ada. Tindakan perawatan dilakukan dengan menerapkan prinsip aseptik dan antiseptik, aman, nyaman, ekonomis, menjaga privasi, dan mengutamakan

keselamatan pasien, dan merapikan pasien dan alat setiap selesai tindakan. Semua tindakan yang telah dilaksanakan dicatat pada format asuhan keperawatan yang berlaku. Perbaikan tindakan dilakukan berdasarkan respon pasien dan merujuk dengan segera bila ada masalah yang mengancam keselamatan pasien. 5) Evaluasi

53

Evaluasi dilaksanakan secara peroidik, sistematis, dan berencana, untuk menilai perkembangan pasien. Evaluasi dilaksanakan dengan memeriksa kembali hasil pengkajian awal dan intervensi awal untuk mengidentifikasi masalah dan rencana perawatan selanjutnya termasuk strategi perawatan yang telah diberikan untuk memecahkan masalah pasien. 6) Catatan asuhan keperawatan Pencatatan merupakan data tertulis tentang status kesehatan dan perkembangan pasien selama dalam perawatan. Pencatatan

dilakukan selama pasien dirawat inap maupun rawat jalan. Pencatatan dapat digunakan sebagai bahan informasi dan

komunikasi. Penulisan harus jelas dan ringkas, serta menggunakan istilah yang baku sesuai dengan pelaksanaan proses perawatan. Setiap pencatatan harus mencantumkan paraf dan nama perawat yang melaksanakan tindakan dan waktu pelaksanaan, dan

menggunakan format yang tersedia serta sesuai dengan peraturan yangn berlaku.

b.

Instrumen B Salah satu indikator mutu asuhan keperawatan adalah dilihat dari persepsi klien tentang mutu asuhan keperawatan yang diberikan. Dan untuk mengevaluasi hal ini diperlukan suatu instrumen yang baku. Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta menggunakan format standar

54

asuhan keperawatan yang telah ditetapkan oleh rumah sakit untuk mengevaluasi persepsi klien terhadap mutu asuhan keperawatan. c. Instrumen C Dalam melakukan tindakan keperawatan yang baik harus sesuai dan mengacu pada protap-protap atau standar yang telah ditetapkan dengan hasil tindakan mencapai 100%. Sebagai dasar penilaian tindakan keperawatan yang mengacu pada instrumen evaluasi penerapan standar asuhan keperawatan di rumah sakit yang telah ditetapkan oleh Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta yang mengacu pada pedoman dari Departemen Kesehatan.

3.

Mutu Pelayanan Keperawatan Kegiatan menjamin kualitas pelayanan keperawatan merupakan kegiatan menilai, memantau atau mengatur pelayanan yang berorientasi pada pasien. Keberhasilan pelaksanaan kegiatan peningkatan mutu supaya lancar dipengaruhi oleh: a. Misi, visi, dan tujuan rumah sakit yang dijabarkan secara lokal ruang rawat b. Struktur organisasi lokal, mekanisme kerja (standar-standar) yang diperlakukan di ruang rawat c. Sumber daya manusia keperawatan yang memadai baik kualitas maupun kuantitas. d. Metode penugasan dan landasan model pendekatan kepada klien yang ditetapkan.

55

e. Tersedianya berbagai sumber/fasilitas yang mendukung pencapaian kualitas pelayanan yang diberikan. f. Kesadaran dan motivasi dari seluruh tenaga keperawatan yang ada
g. Komitmen dari pimpinan rumah sakit (Nurachmah, 2000).

1)

Pelayanan keperawatan menurut Depkes 1992 meliputi 7 standar yaitu : a) Standar 1. Falsafah dan Tujuan Pelayanan keperawatan dikelola dan diorganisasi agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang optimal bagi pasien sesuai dengan standar yang ditetapkan. Nilai untuk standar 1 jika dilaksanakan sesuai kriteria yang ada adalah 4. b) Standar 2. Administrasi dan Pengelolaan Pendekatan sistematik digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan berorientasi pada kebutuhan pasien. Pola administrasi dan pengelolaan organisasi yang telah dikelola dan diorganisir dengan baik, nilai rata-rata untuk standar 2 adalah 4,5

c) Standar 3. Staf dan Pimpinan Pelayanan keperawatan dikelola untuk mencapai tujuan pelayanan. Pencapaian nilai rata-rata standar 3 adalah 3,8 d) Standar 4. Fasilitas dan Perawatan Fasilitas dan peralatan yang memadai untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan.

56

e) Standar 5. Kebijakan dan Prosedur Adanya kebijakan dan prosedur secara tertulis yang sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan prinsip praktek keperawatan yang konsiten dengan tujuan pelayanan keperawatan. f) Standar 6. Pengembangan Staf dan Program Pendidikan Program dan pengembangan staf bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme. g) Standar 7. Evaluasi dan Pengendalian Mutu Pelayanan keperawatan menjamin adanya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi dengan terus-menerus melibatkan diri dalam program pengendalian mutu rumah sakit.

4.

Penilaian Kinerja Pribadi Perawat Rumah sakit adalah bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan kesehatan yang dikembangkan sesuai rencana pembangunan kesehatan. Pelayanan yang diberikan dipengaruhi oleh tersedianya tenaga yang berkualitas maupun sarana yang tersedia guna menunjang proses pelayanan. Dampak dari tidak terpenuhinya kondisi tersebut, maka pasien merasa tidak diterima. Pelayanan kesehatan tidak terlepas dari Personality performance atau penampilan pribadi dalam menangani pasien.Penampilan pribadi merupakan ceriman sikap keseharian seperti kompetensi, sopan santun, kredibilitas, dapat diandalkan, dan komunikatif. Faktor tersebut perlu mendapat dukungan berupa sarana atau fasilitas penunjang seperti

57

ruang tunggu, penataan ruang, kenyamanan, kebersihan maupun peralatan yang digunakan. Kinerja perawat yang berkualitas akan menunjang proses pelayanan. Integritas dari karyawan termasuk kompetensi, pengetahuan dan tanggungjawab menunjang pemberian pelayanan yang prima. Penilaian kinerja merupakan alat yang paling dapat dipercaya oleh manajer perawat dalam mengontrol sumber daya manusia dan produktifitas (Swansburg,1987 dan Nursalam, 2002). Berdasarkan teori terdapat beberapa aspek yang dinilai yaitu: pengetahuan, sikap, keterampilan dan kinerja. Proses penilaian kinerja dapat digunakan secara efektif dalam mengarahkan perilaku pegawai dalam rangka menghasilkan jasa

keperawatan dalam kualitas dan volume yang tinggi. Jenis alat evaluasi pelaksanaan kinerja perawat yang umum digunakan ada 5, yaitu: a. b. c. d. e. 5. Laporan bebas Pengguruan Cheklist pelaksanaan kerja Penilaian grafik Perbandingan pilihan (Henderson, 1984 cit. Nursalam 2002) Kepuasan Kerja Perawat Pengertian kepuasan kerja menurut Newstrom job satisfaction is the favorableness or unfavoraleness with employes view their work kepuasan kerja berarti perasaan mendukung atau tidak mendukung yang dialami dalam kerja. Menurut Handoko, kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan dengan pekerjaannya.

58

Sedangkan menurut Stephen Robin; kepuasan itu terjadi apabila kebutuhan-kebutuhan individu sudah terpenuhi dan terkait dengan derajat kesukaan dan ketidaksukaan dikaitkan dengan pegawai; merupakan sikap umum yang dimiliki oleh pegawai yang erat hubungannya dengan imbalanimbalan yang mereka yakini akan mereka terima setelah melakukan sebuah pengorbanan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja menurut Schemerhorn ada 5 yaitu: a. Pekerjaan itu sendiri, setiap pekerjaan memerlukan ketrampilan tertentu, sukar atau tidaknya suatu pekerjaan sera persaan seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan tersebut akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan kerja. b. Penyelia (supervisor), penyelia yang baik mau menghargai pekerjaan bawahannya. c. Teman sekerja d. Promosi, berkaitan dengan ada atau tidaknya mendapat kesempatan untuk meningkatkan karir selama bekerja. e. Gaji, merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang bisa dianggap layak atau tidak layak Wesley dan Yukl (1977) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja dari kondisi sebenarnya adalah :
a.

Kompensasi: sikap pekerja terhadap pembayaran yang diterimanya setelah ia membandingkannya dengan rekan lain baik didalam maupun diluar organisasi tempat ia bekerja. Pada dasarnya kompensasi dapat

59

dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu kompensasi finansial dan kompensasi bukan financial. Kompensasi financial ada yang langsung dan ada yang tidak langsung, sedangkan kompensasi nonfinancial dapat berupa pekerjaan dan dari lingkungan dimana tempat bekerja. Teori Hierarki Kebutuhan dari Abraham Maslow, bila menggunakan teorinya, imbalan terutama gaji/upah termasuk dalam alat untuk memenuhi kebutuhan dasar ( basic physiological needs ). Teori dasarnya adalah bahwa apabila kebutuhan dasar manusia belum terpenuhi, ia akan mempunyai dorongan untuk berusaha memperoleh/mencari, guna memenuhi kebutuhannya.
b.

Pekerjaan itu sendiri: signifikansi pekerjaan, umpan balik dari pekerjaan itu sendiri (informasi langsung dan jelas diperoleh dari pekerja atas efektivitas dan hasil kerjanya).

c.

Keamanan kerja: kepuasan pekerja dalam menduduki pekerjaannya selama ia mau termasuk imbalan gaji, pinjaman, hari libur, fasilitas kesehatan, pensiunan di hari depannya.

d.

Kesempatan pengembangan diri: kesempatan untuk maju atau berprestasi dalam jenjang karir.

Tabel 2.1 Kegiatan MPKP Penanggungjawab No Kegiatan Kabid Karu Katim I. Manajemen Approach A. Perencanaan 1. Visi 2. Misi 3. Filosofi 4. Kebijakan 5. Rencana jangka pendek B. Pengorganisasian

PP

60

Struktur organisasi Jadual dinas Daftar pasien Pengarahan Operan Pre conference Post conference Iklim motivasi Pendelegasian Supervisi Pengendalian Indikator mutu Audit dokumen Survey kepuasan Survey masalah kesehatan keperawatan II. Compensatory Reward 1. Rekrutmen 2. Seleksi 3. Kontrakkerja 4. Orientasi 5. Penilaiankinerja 6. Pengembanganstaf III. Profesional Relationship 1. Rapatkeperawatan 2. Konferensikasus 3. Rapattimkesehatan 4. Visit dokter IV. Patient Care Delivery 1. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah 2. Risiko perilaku kekerasan 3. Isolasi social 4. Gangguan persepsi sensori: Halusinasi 5. Gangguan proses pikir: Waham 6. Risiko bunuh diri 7. Defisit perawatan diri

1. 2. 3. C. 1. 2. 3. 4. 5. 6. D. 1. 2. 3. 4.

61

BAB III HASIL PENGKAJIAN

Pengkajian dilakukan selama hari Rabu, 20 Juni 2012 sampai hari Sabtu, 23 Juni 2012.
A. GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT DAN RUANGAN

62

1.

Gambaran Umum Rumah Sakit Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Surakarta beralamat di Jalan

Ki Hajar Dewantara No. 80 Surakarta, PO BOX 187, Kode pos 57126 Surakarta. Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta didirikan pada tahun 1918 M, dan diresmikan penggunaannya pada tanggal 17 Juli 1919 M. Sejak diterapkan UU No. 22 tahun 1999, tentang otonomi daerah. Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta yang sebelumnya Rumah Sakit Jiwa Pusat Surakarta berubah menjadi Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta sampai saat ini. Sebelumnya Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta, tepatnya yaitu di Jalan Bayangkara No.8 Surakarta (tepat di samping Stadion Sriwedari Surakarta). Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta memiliki luas tanah 100.067 m2, dan memiliki luas bangunan 21.145 m2 dengan jumlah bangsal sebanyak 13 bangsal (bangsal VIP, Kresna, Shinta, Ayodya, Dewi Kunti, Wisanggeni, Srikandi, Maespati, Sena, Pringgondani, Abimanyu, Amarta, dan Sumbadra), dan kapasitas tempat tidur mencapai 293 tempat tidur. Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta terletak pada lokasi yang cukup strategis karena masih dalam lingkungan sekitar Karisidenan Surakarta yang mudah dijangkau oleh transportasi umum. Jenis pelayanan kesehatan yang ada di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta terdiri dari pelayanan di dalam rumah sakit dan di luar rumah sakit. Adapun jenis pelayanan yang tersedia di rumah sakit tersebut antara lain: a. Pelayanan yang bersifat spesialistik

63

1) Pelayanan pencegahan a) Penyuluhan kesehatan jiwa b) Pelatihan kesehatan jiwa c) Pendidikan kesehatan jiwa d) Penelitian kesehatan jiwa e) Bimbingan bakat, minat, kepribadian, dan konseling f) Seminar, symposium kesehatan jiwa 2) Pelayanan rawat jalan 3) Pelayanan rawat inap 4) Pelayanan gawat darurat 5) Pelayanan penunjang diagnostik 6) Terapi bio-psiko-sosial 7) Pelayanan rehabilitasi b. Pelayanan yang dilakukan di luar rumah sakit (ekstra murah).
1) Pelayanan

integratif: Pelayanan integratif yang dilakukan

meliputi pelayanan kesehatan jiwa yang dilakukan di Puskesmas dan RSU Kabupaten/ Kota, dengan kegiatan: a) Pembinaan pelayanan kesehatan jiwa b) Pelayanan konsultasi ahli kesehatan jiwa c) Pelatihan terhadap tenaga medik dan non medik Puskesmas/ RSU tentang kesehatan jiwa.
2) Kegiatan lintas sektoral: Kegiatan pembinaan dan pelayanan

lintas sektoral dalam wadah Badan Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (BPKJM) dilakukan bersama-sama dengan instansi

64

dan sektor-sektor lain yang berperan dalam pembinaan upaya kesehatan jiwa masyarakat.
3) Pelayanan yang lain: Pelayanan yang lain yang tersedia

di

Rumah Sakir Jiwa Daerah Surakarta antara lain: a) Surat keputusan sehat jiwa untuk sekolah dan pekerjaan b) Surat keputusan sehat jiwa untuk kepentingan umum (untuk caleg/ kades/ bupati dan lainnya) c) Visum kejiwaan d) Surat keputusan bebas narkotika untuk umum e) Perawatan jenazah f) Ambulance g) Hot line service untuk konsultasi lewat telepon (0271-665581) bagi masyarakat umum c. Peningkatan kinerja dan mutu pelayanan Dalam rangka pengembangan potensi Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta saat ini telah mengembangkan pelayanan unggulan di bidang sub-spesialis psikogeriatri yang didukung dengan tenaga serta sarana dan prasarana yang memadai. Hal ini melengkapi pengembangan program Model Praktek keperawatan Profesional (MPKP) yang telah dikembangkan sebelumnya (Catatan Medik RSJD Surakarta, 2009). Hasil pendokumentasian yang didapatkan dari instalasi rekam medik di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta didapatkan hasil bahwa

65

BOR keseluruhan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta pada bulan Februari 85, 15 %, bulan Maret 85, 98 %, dan bulan April 81, 74%. Hasil pendokumentasian yang didapatkan dari instalasi rekam medik di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta didapatkan hasil bahwa ALOS keseluruhan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta pada bulan Februari 30 hari, bulan Maret 30 hari, dan bulan April 31 hari. Hasil pendokumentasian yang didapatkan dari instalasi rekam medik di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta didapatkan hasil bahwa TOI keseluruhan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta pada bulan Februari 5 hari, bulan Maret 6 hari dan bulan April 2 hari.

2. a.

Gambaran Umum Ruangan Profil Ruang Shinta Ruang Shinta merupakan salah satu ruang atau bangsal di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta yang digunakan untuk perawatan gangguan jiwa rehabilitasi khusus pasien perempuan dewasa. Ruang Shinta merupakan bangsal kelas II dan III yang memberikan pelayanan untuk pasien Jamkesmas, PKMS, Jamkesda dan umum. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruang Shinta didapatkan informasi bahwa Ruang Shinta adalah satu-satunya ruang pelayanan keperawatan yang menerapkan metode MPKP dan metode TIM dalam pemberian asuhan keperawatan, dimana metode TIM ini terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi

66

menjadi 2 TIM yang terdiri dari Ketua Tim (KaTim) dan Perawat Asosiate (PA) atau perawat pelaksana. Jumlah ketenagaan di Ruang Shinta terdapat 14 orang yang terdiri dari 12 tenaga perawat, 1 Kepala Ruang dan 1 administrasi (pelaksana urusan TU). Semua pegawai ruang Shinta berjenis kelamin perempuan. Ruang Shinta memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 30 tempat tidur pasien, 1 ruang perawat sekaligus ruang tindakan medis, 1 ruang dokter, 1 ruang kamar mandi perawat sekaligus ruang dapur, dan 1 ruang kamar mandi pasien. WC
Tempat 1) Visi, Misi, Motto dan Tujuan Ruang Shinta istirahat Dapur

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruang didapatkan informasi bahwa ruangan sudah memiliki visi, misi, motto, dan filosofi ruangan secara khusus, akan tetapi berdasarkan perintah dari bidang keperawatan Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta visi, misi, motto, dan filosofi yang digunakan adalah visi, misi, motto, dan filosofi Rumah Sakit. 2) Lokasi dan Denah Ruangan Shinta Lokasi dan denah Ruang Shinta dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Ruang Dokte r Ruang Perkumpulan Ruang Kelas II

WC

Ruang Perawat

Halaman Belakang

Ruang Kelas III

WC

WC

WC

WC

67

KepalaBidangKeperawatan H. Sukardi, S. Kep., MM

3) Struktur organisasi ruang Shinta KepalaSeksiKeperawatan KepalaInstalasiRawat Inap Warno, S. Kep

DokterRuangan

KepalaRuang Mardini, S. Kep., Ns., M. Kep

PerawatKontrol

TU ruangan Kepala Tim I KepalaTim II Pupus Risnawati, S. Kep Yuli Sumarni, S. Kep Sulistyowatik, S. Kep PA Fitriani W, AMK Sri Mulyani, AMK Juniarsih S, AMK Murpiati, AMK PA Venita Antonia, S, Kep Retno Maruti, AMK Betzaba Dewi, AMK Tutik Sri, AMK Istiani, AMK

68

Gambar:... Struktur organisasi ruang Shinta

B. INSTRUMEN A Evaluasi ini dilakukan dengan menggunakan format evaluasi

dokumentasi asuhan keperawatan. Studi dokumentasi dilakukan pada 10 berkas rekam medis pasien di ruang Shinta. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel ... Nilai Rata-rata Instrumen A di Ruang Shinta RSDJ Surakarta Aspek yang No Hasil (%) Keterangan dinilai 18,5% data pengkajian tidak dicatat lengkap, masalah tidak dirumuskan berdasarkan 1. Pengkajian 82,5 kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan fungsi kehidupan. 54,4% diagnosa keperawatan tidak berdasarkan 2. Diagnosa 46,6 masalah yang telah dirumuskan, tidak dirumuskan diagnosa resiko. 33,4% rencana tindakan tidak menggambarkan keterlibatan pasien atau keluarga, perencanaan 3. Perencanaan 66,6 tidak disusun secara prioritas. Perencanaan sudah menggunakan format yang baku dari rumah sakit. 10% tindakan tidak sesuai dengan rencana 4. Tindakan 90 keperawatan, tindakan keperawatan tidak berkelanjutan antar shift. 5. Evaluasi 75 25% evaluasi tidak mengacu pada tujuan.

69

6.

Catatan asuhan keperawatan

Pencatatan ditulis pada format yang baku,

100

sudah ditulis secara ringkas, jelas, perawat sudah menuliskan nama, tanggal, jam dan tanda tangan.

Rata-rata 76,78 Sumber : Hasil observasi tanggal .... di ruang Shinta Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Kriteria hasil: 76 100% 56 75% 40 55% <40% : baik : cukup : kurang baik : tidak baik

(Arikunto, 1998) Berdasarkan tabel di atas, maka hasil dari Instrumen A tentang dokumentasi keperawatan yaitu 76,78 % adalah baik. Dari asuhan keperawatan yang dirasa kurang adalah diagnosa keperawatan yang tidak merumuskan diagnosa resiko (46,6%), perencanaan tidak disusun menurut prioritas (66,6%).

C. INSTRUMEN B 1. a. 1) Visi Ruang Shinta RSJD Surakarta memiliki visi ruangan (100%). Namun, berdasarkan kebijakan dari RS visi yang digunakan diruangan adalah visi RS. Adapun Visi RSJD Surakarta adalah Menjadi pusat pelayanan kesehatan jiwa pilihan yang profesional berbudaya dan berstandar internasional. Management Approach Perencanaan

70

2)

Misi Ruang Shinta RSJD Surakarta memiliki misi ruangan (100%). Namun, berdasarkan kebijakan dari RS misi yang digunakan diruangan adalah misi RS. Adapun misi RSJD Surakarta adalah: a) Memberikan pelayanan kesehatan jiwa profesional dan paripurna yang terjangkau masyarakat b) Meningkatkan mutu pelayanan sesuai dengan standar

internasional secara berkelanjutan c) Menerapkan nilai-nilai budaya kerja aparatur dalam memberikan pelayanan kedapa pelanggan d) Meningkatkan peran serta dan kemandirian masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan jiwa yang optimal. 3) Filosofi Ruang Shinta RSJD Surakarta tidak memiliki filosofi ruangan, Ruang Shinta menggunakan filosofi Rumah Sakit (100%). 4) Kebijakan RSJD Surakarta menjadikan Ruang Shinta sebagai ruang percontohan pelaksanaan MPKP. Belum adanya SK MPKP untuk setiap ruangan Belum ada kebijakan pelaksanaan MPKP. 5) Rencana harian Belum ada rencana jangka pendek kepala ruang. Belum ada rencana jangka pendek ketua tim. Belum ada rencana jangka pendek perawat pelaksana. 2. Pengorganisasian

71

a.

Struktur organisasi Kelengkapan struktur organisasi di ruangan Shinta 100%. Struktur organisasi di ruang Shinta dapat dilihat pada lampiran (gambar ...)

b.

Jadwal dinas Jadwal dinas di ruang shinta dibuat dalam bentuk lembaran dan dibuat untuk 1 bulan. Jadwal dinas, dapat dilihat pada lampiran (tabel ...)

c.

Daftar pasien Ruang shinta memiliki daftar pasien yang ditulis di white board ruangan. Daftar pasien dapat dilihat pada lampiran (tabel ...).

3. a.

Pengarahan Operan Ruang shinta Surakarta sudah melaksanakan operan, namun tidak sesuai dengan standar MPKP dikarenakan kesibukan perawat saat pergantian shift (40 %).

b.

Pre conference Ruang shinta sudah melakukan kegiatan pre conference namun berhenti karena kurangnya pengakuan dari pihak manajemen (0%).

c.

Post conference Ruang shinta tidak pernah melaksanakan pre conference, dikarenakan kesibukan perawat (0%).

d.

Iklim motivasi

72

Ruang shinta sudah menciptakan iklim motivasi diruangan, salah satunya dengan memberikan motivasi kepada semua stafnya mengembangkan jenjang karir dan kompetensi nya (78,75 %). e. Pendelegasian Ruang Shinta sudah melakukan pendelegasian tugas jika ada salah satu petugas yang tidak bisa bertugas sesuai dengan jadwal dinasnya (83 %). f. Supervisi Di ruang Shinta RSJD Surakarta sudah dilakukan supervisi (70 %). Supervisi dilakukan setiap hari, katim menulis laporan berdasarkan dari supervisi perawat pelaksana. 4. a. Pendelegasian Indikator mutu Ruang Shinta RSJD Surakarta belum memenuhi standar indikator mutu, dibuktikan dengan:
1) BOR 21,37 %

2) ALOS 29,4 3) TOI 5,6 4) Angka lari, angka cedera, angka pengekangan dan angka infeksi nosokomial tidak terkaji.
5) Hasil pengkajian indikator mutu sebesar 71, 4 %.

b.

Audit dokumen Di ruang Shinta sudah dilakukan audit dokumen terutama setelah pasien pulang (100 %).

c.

Survey kepuasan

73

Ruang Shinta belum melaksanakan survey kepuasan pasien dan keluarga. Hasil pengkajian 0%. d. Survey masalah kesehatan Ruang Shinta belum melakukan survey masalah kesehatan. Hasil pengkajian : 1) HDR 25 % 2) RPK 30 % 3) ISOS 10 % 4) Halusinasi 60 % 5) Waham 30 % 6) RBD 4 % 7) DPD 10 % 5.
a.

Compensatory Reward Penilaian kinerja: Penilaian kinerja SDM ruangan Shinta dilakuakan 100% dengan supervisi baik langsung ataupun tidak langsung.
b.

Pengembangan staf: Upaya dalam rangka peningkatan pendidikan keperawatan berkelanjutan dilakukan 100% oleh kepala ruang.

6. a.

Profesional Relationship Rapat keperawatan Ruang Shinta RSJD Surakarta rutin melakukan rapat keperawatan ruangan 1 kali dalam sebulan. Terdapat jadwal rapat keperwatan rutin, adanya notulen rapat, agenda rapat membahas tentang masalah-masalah

74

ruangan, ada kesimpulan rapat, dan ada daftar hadir. Rapat keperawatan ruangan 100% sudah dilakukan di ruang Shinta. b. Konferensi kasus Ruang Shinta RSJD Surakarta tidak pernah melakukan konferensi kasus, hasil pengkajian didapatkan 0%. c. Rapat tim keehatan Hasil dari pengkajian didapatkan kegiatan rapat tim kesehatan di ruang Shinta RSJD Surakarta mencapai 66,6%. Rapat tim kesehatan jarang dilakukan dan tidak ada presentasi permasalahan yang sedang dihadapi ruangan. d. Visit dokter Visit dokter d ruang Shinta rutin dilakukan dan katim ruangan selalu mendampingi dokter dalam pemeriksaan pasien dan berkolaborasi dengan dokter sesuai dengan standar. Hasil pengkajian didapatkan 100% untuk visit dokter. 7. a. b. c. d. e. f. g. Hasil pengkajian: Patient Care Delivery Gangguan konsep diri; harga diri rendah. Resiko perilaku kekerasan Isolasi sosial Gangguan pesepsi sensori: halusinasi Gangguan proses pikir: waham Resiko bunuh diri Defisit perawatan diri.

75

1. Pengkajian (82,5%) Perawat sudah menuliskan hasil pengkajian pada format, namun tidak semua item pengkajian diisi secara lengkap. 2. Analisa data Data subjektif dan data objektif yang tertulis dalam analisa data tidak ada dalam data pengkajian. 3. Diagnosa keperawatan Hasil pengkajian diagnosa keperawatan sebesar 46,6 %. Perumusan diagnosa keperawatan tidak sesuai dengan analisa data. Diagnosa tidak diprioritaskan. 4. Intervensi keperawatan Hasil pengkajian intervensi keperawatan sebesar 66,6 %. Format intervensi keperawaan sudah baku sesuai dengan format yang disusun oleh RSJD Surakarta. 5. Implementasi Hasil pengkajian implementasi keperawatan sebesar 90 %. Beberapa tindakan keperawatan ada yang tidak sesuai dengan rencana intervensi.

6. Evaluasi Hasil pengkajian evaluasi keperawatan sebesar 70%. Evaluasi sudah sesuai dengan tujuan pada rencana intervensi dan sudah dicatat. 7. Dokumentasi keperawatan

76

Hasil pengkajian dokumentasi keperawatan sebesar 100 %. Perawat sudah mencatat asuhan keperawatan pada format yang sudah tersedia, sudah di catat dengan jelas dan berkesinambungan pada shif pagi-soremalam.

77

8. Jadwal dinas

Nama perawat Mardini, S.Kep.,M.Kes TIM I Pupus Suistyowatik Murpiati Fitriani Sri Mulyani Sulasmi TIM II YS Yenita A Betzaba L Tutik Istiani 1 P P P S M P X P L P S X M 2 P Km L S M P L P L P S P M 3 L Km M S X M P L S P L L X 4 P X M L P M L P S P S P L 5 P S X P P X P P M L M P S 6 P S L P L L P P M P M L S 7 P L S P P P M P X P X M S 8 P L S L S P M P L P P M L 9 P L S M S P X P P P L X M

Tanggal 10 11 12 13 14 15 16 17 18 L L P P L L P L P L L M S L L L P S L P M S C X M M P P P L P S X P C P M M P P L P S S L P C S X X P P M P M L S P C S L P P L M P M L S P M S C P L P X L X M S L M L C S P P S P L M L L X M C S S P L L P X M Ks L M C S L P P S P C M

19 P Ks P X L M L P P S S C M

20 21 22 23 24 P P P P L P S L P M M P L S L C P P S L M X X P M L P C X P S P M L L L M P S L L L L P X S S P X P M M X Kp P L L L S L S P M M L

25 26 27 28 29 30 P P P P P P P M P P S L P S P X X M P M P P S S P L P L L M P X M P L M P P S P S X P L M L P M P P L S S P P P X M S X P P M L S P P P L M S P P P M P S P

78

9. Daftar pasien ruang Sintha

Ketua Tim 1 (Pupus Risnawati, S.Kep) No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Nama Endang S Eko Riani Ida Sri Lestari Ani Suparni Rubiyanti Pawit Sri Astutik Rusmiati Sri Wahyuni B Sunarni Mujiati Jani No registrasi 038027 046760 046969 001652 008481 009212 035705 023574 047168 047018 034895 046951 047164 Diagnosa Keperawatan HDR RPK Halusinasi Halusinasi RPK Halusinasi DPD RPK RPK Halusinasi Isolasi Sosial Halusinasi Halusinasi

Ketua Tim 2 (Yuli Sumarni, S.Kep) No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Nama Suparmi Siti Rustini Sri Wahyuni A Sunarti Nur Hayu Tri Nur witanti Maryati Siti Nuryani Kasti Martini Suyatini No registrasi 047006 045967 047042 007151 045938 046069 044939 012822 040301 055812 047024 Diagnosa Keperawatan Halusinasi RPK Halusinasi Halusinasi HDR HDR RPK Halusinasi HDR Waham Isolasi Sosial

No Komponen pengkajian Manajemen Approach A. Perencanaan 1. Visi - Ruang Shinta RSJD Surakarta memiliki visi ruangan (100%). Namun, berdasarkan kebijakan dari RS visi yang digunakan diruangan adalah visi RS. 2. Misi - Ruang Shinta RSJD Surakarta memiliki misi ruangan (100%). Namun, berdasarkan kebijakan dari RS misi yang digunakan diruangan adalah visi RS. 3. Filosofi - Ruang Shinta RSJD Surakarta tidak memiliki filosofi ruangan. - Ruang Shinta menggunakan filosofi Rumah Sakit (100%). 4. Kebijakan - RSJD Surakarta menjadikan Ruang Shinta sebagai ruang percontohan pelaksanaan MPKP - Belum adanya SK MPKP untuk setiap ruangan - Belum ada kebijakan pelaksanaan MPKP 5. Rencana Jangka Pendek - Belum ada rencana jangka pendek kepala ruang - Belum ada rencana jangka pendek ketua tim - Belum ada rencana jangka pendek perawat pelaksana

Standar Adanya visi ruangan Shinta yang digunakan sebagai landasan perencanaan organisasi.

Masalah Ruang Shinta tidak memiliki wewenang untuk menerapkan visi yang sudah disusun di ruangan

POA Mengusulkan ke RS untuk memberikan wewenang dalam menerapkan visi diruangan

Target 79 Pelaksanaan perencanaan 85%

Adanya misi ruangan Shinta yang menjelaskan tujuan organisasi dalam mencapai visi yang telah ditetapkan. Adanya filosofi ruangan Shinta yang menjadi rujukan kegiatan organisasi dan arahan seluruh rencana jangka panjang

Ruang Shinta tidak memiliki wewenang untuk menerapkan misi yang disusun ruangan

Mengusulkan ke RS untuk memberikan wewenang terhadap ruangan untuk menerapkan misi yang sudah di buat oleh ruangan Mengusulkan pembuatan filosofi di ruangan yang mengacu pada filosofi Rumah Sakit

Pelaksanaan perencanaan 85%

Filosofi yang terdapat dalam ruangan adalah filosofi Rumah Sakit

Pelaksanaan perencanaan 85 %

Adanya kebijakan dari kepala bidang terhadap ruangan Shinta sebagai acuan dalam pelaksanaan MPKP diruangan.

Belum adanya SK pelaksanaan MPKP diruangan

Mengusulkan pembuatan SK MPKP

Pelaksanaan perencanaan 85 %

Sebelum operan , setiap perawat membuat rencana kegiatan harian sesuai dengan perannya untuk setiap shift. 1. Rencana harian KaRu: - Asuhan keperawatan. - Supervisi KaTim dan

Ruang Shinta RSJD Surakarta belum melaksanakan pembuatan rencana jangka pendek yang sesuai dengan jabatan masing-masing

- Mengusulkan kepada setiap perawat untuk membuat rencana harian sesuai dengan jabatannya masingmasing. - Melakukan role model, praktek dan bimbingan pelaksanaan

Pelaksanaan perencanaan 85 %

80

BAB IV ANALISA DATA

A. ANALISA SWOT No 1. ANALISA SWOT STRENGTH a. Ruang Shinta sudah memiliki struktur organisasi yang menunjukkan pembagian tim, dan pembagian pasien. b. Sudah adanya SAK, SOP, Protap di ruang Shinta yang digunakan dalam penerapan asuhan keperawatan dan tindakan keperawatan bagi pasien. c. Ruang Shinta memiliki sarana dan prasarana yang memadai. d. Sudah adanya daftar dinas perawat di ruang Shinta. e. Sudah adanya daftar pasien di ruang Shinta. f. Tingkat ketergantungan pasien sudah diklasifikasikan sesuai dengan kebutuhan pasien. g. Sarana dan prasarana di Ruang Shinta sudah mencukupi dan memenuhi standar. h. Sudah adanya sistem pendelegasian di ruang Shinta. i. Terdapat ... perawat sarjana keperawatan ners di ruang Shinta. j. Terdapat 1 orang magister keperawatan di Ruang Shinta. k. Proses komunikasi yang baik antar perawat di ruang Shinta. WEAKNESS a. Belum adanya visi, misi, motto dan tujuan ruang Shinta. b. Belum adanya rencana harian karu, katim dan perawat pelaksana. c. Kegiatan pre conference, post conference dan operan belum berjalan secara optimal sesuai standar. d. Kegiatan supervisi dari karu dan katim belum terjadwal. e. Belum terdokumentasinya hasil supervisi dari karu ke katim dan dari katim ke perawat pelaksana. f. Tidak adanya pengakuan MPKP dari bidang keperawatan. g. Kurangnya keterlibatan perawat pada kegiatan pengembangan SDM. OPPORTUNITY a. Adanya visi, misi, motto dan tujuan bidang keperawatan RSJD Surakarta. b. Adanya kegiatan supervisi dari bidang keperawatanke semua bangsal di RSJD Surakarta. c. Adanya peraturan yang dibuat oleh pihak rumah sakit. d. Adanya program pelatihan khusus dan seminar intern atau ekstern. THREATMEN a. Adanya tuntutan dari masyarakat yang lebih tinggi dalam profesional keperawatan. 100

2.

3.

4.

81

B. PERUMUSAN MASALAH Fungsi Data Fokus Manajemen MANAGEMENT APPROACH 1. Perencanaan a. Wawancara Berdasarkan hasil wawancara dengan karu ruang Shinta didapatkan informasi bahwa sudah tersedia buku rencan harian jangka pendek tetapi perawat tidak mengisi buku rencana kegiatan harian (rencana jangka pendek), perawat hanya mengikuti rutinitas yang sudah tertera di ruangan b. Observasi Berdasarkan hasil observasi selama pengkajian di ruang Shinta, perawat tidak pernah terlihat membuat rencana harian jangka pendek c. Kuisioner Berdasarkan hasil kuisioner di ruang Shinta didapatkan hasil bahwa perawat tidak memiliki rencana harian jangka pendek 2. Pengarahan a. Wawancara Berdasarkan hasil wawancara dengan karu ruang Shinta didapatkan informasi bahwa kegiatan pre conference, post conference dan operan sudah tidak berjalan lagi sesuai MPKP karena kurangnya pengakuan dari pihak manajemen RS Hasil wawancara dengan karu ruang Shinta untuk kegiatan pendelegasian belum terdokumentasikan dengan baik karena belum adanya format pendelegasian. b. Observasi Berdasarkan hasil observasi di ruang Shinta didapatkan bahwa perawat sudah tidak menjalankan kegiatan pre conference, post conference dan operan. No Masalah Belum adanya kesadaran perawat untuk mengisi buku rencana harian jangka pendek yang sudah tersedia di ruangan

Belum berjalannya kegiatan pre conference, post conference dan operan sesuai dengan MPKP Belum adanya form dan pendokumentasia an pendelegasian

82

3.

Pengendalian

Ruang Shinta belum memiliki format pendelegasian. c. Kuisioner Berdasarkan hasil kuisioner di ruang Shinta diperoleh bahwa kegiatan pre dan post conference serta operan 0%. a. Wawancara Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang Shinta didapatkan bahwa ruang Shinta belum melaksanakan survey kepuasan pasien dan keluarga serta belum memiliki form survey kepuasan pasien dan keluarga. b. Observasi Berdasarkan hasil observasi di ruang Shinta didapatkan bahwa tidak ditemukan form survey kepuasan pasien dan keluarga. c. Kuisioner Berdasarkan hasil kuisioner didapatkan bahwa kegiatan survey kepuasan pasien dan keluarga sebesar 0%.

Belum tersedianya form survey kepuasan pasien dan keluarga serta belum berjalannya kegiatan survey kepuasan pasien dan keluarga

C. SCORING MASALAH No Masalah 1. Rencana harian 2. Conference (pre dan post conference) 3. Operan 4. Survey kepuasan keluarga, pasien dan perawat 5. Pendelegasian Keterangan Mg : Sv : Mn : Nc : Af : Mg 5 4 5 5 4 Sv 3 4 5 4 3 Mn 4 5 5 5 5 Nc 4 5 5 4 4 Af 4 4 5 5 5 Skor 960 1600 3125 2000 1200 Prioritas 5 3 1 2 4

kecenderungan besar dan seringnya kejadian masalah besarnya kerugian yang ditimbulkan dilihat dari kemungkinan masalah dapat dipecahkan melibatkan pertimbangan dan perhatian perawat ketersediaan sumber daya

83

Skor 5 4 3 2 1

: : : : :

sangat penting penting cukup penting kurang penting sangat kurang penting

130

D. POA PLANNING OF ACTION Ruang Shinta Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta No 1 Masalah Penerapan kegiatan MPKP belum optimal (pre, post conference, operan keperawatan) Rencana tindakan 1. Sosialisasi tentang penerapan pre, post conference, operan keperawatan 2. Membuat jadwal dan melaksanakan bersama-sama pre dan post conference dan operan keperawatan Tujuan Sasaran Tujuan Umum Tujuan Khusus Perawat mampu 1. Perawat Semua melaksanakan dapat staf mekanisme pre, menyebutkan perawat post conference tujuan dari pre dan operan dan post keperawatan conference, dengan optimal. operan atau timbang terima keperawatan yang dilaksanakan 2. Perawat dapat mendemonstrasi kan pre dan post conference, timbang terima atau operaran keperawtan sesuai standar. Tempat dan waktu 1. Ruang Shinta, tanggal 26 juni 2012: sosialisasi dan membuat jadawal pre dan post conference, operan keperawatan 2. Ruang Shinta, tanggal 26 Juni 2012: pelaksanaan pre dan post conference, operan keperawatan Target PJ

Pelaksanaan Laelatul dokumentasi dan Tia dan simulasi S. dapat mencapai optimal (100%)

131

Survey kepuasaan keluarga, pasien dan perawat

1. Pengadaan format survey kepuasaan keluarga, pasien dan perawat. 2. Pembuatan leaflet dan lembar balik 7 diagnosa keperawatan jiwa.

Perawat mampu meningkatkan mutu pelayanan kepada pasien

3. Perawat dapat melaksanakan dan membiasakan pre dan post conference dan operan secara rutin setiap hari. 1. Perawat Semua bisa melakukan staf survey kepada perawat keluarga, pasien dan perawat sendiri. 2. Perawat bisa memberikan penyuluhan kesehatan baik kepada keluarga pasien maupun pasien sendiri

yang telah disepakati

1. Ruang Shinta, tanggal 26 Juni 2012: pengadaan format survey kepuasaan keluarga, pasien dan perawat serta ,elakukan survey tersebut 2. Tanggal 6 Juli 2012: Pengadaan leaflet dan

Pelaksaan Herawati survey dan mutu pelayanan kepada keluarga dapat dilaksanakan secara optimal (100%)

132

Pendelegasian

1. Pengadaan surat pendelegasian 2. Motivasi untuk mempertahanka n system pendelegasian yang sudah sesuai standar.

Kepala ruang mampu melakukan pendelegasian secara formal didalam ruangan sesuai standar.

Rencana harian

1. Mengusulk an adanya rencana harian. 2. Membuat format rencana harian. 3. Memotivas i semua staf perawat untuk menbuat rencana

Perawat mampu membuat rencana harian di ruangan Shinta setiap hari dan melaksanakannya secara terjadwal

1. Pendelegas ian di ruangan Shinta menjadi jelas dengan adanya surat resmi pendelegasian 2. Memperm udah melakukan evaluasi hasil dari pendelegasian. 1. Perawat mampu membuat rencana harian pasien 2. Kegiatan harian pasien menjadi jelas dan susuai jadwal

Kepala ruang

lembar balik 7 diagnosa keperawatan. 1. Ruang Shinta tanggal 27 Juni 2012: pengadaan surat pendelegasia n tugas.

Tugas Mahacak pendelegasian ri bisa dilakukan sesuai standar(100%).

Semua staf perawat

1. Ruang Shinta, tanggal 26 Juni 2012: memberikan contoh membuat rencana harian.

Pembuatan Astri dan rencana harian D. dialkukan yuliastuti secara optimal setiap hari (100%).

133

harian.

132

BAB V PEMBAHASAN

A. KESENJANGAN TEORI 1. Pre conference dan Post conference a. Definisi Pre dan Post Conference Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari. Konferensi dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan dinas, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas perawatan pelaksanaan. konference sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar. Konferensi terdiri dari pre conference dan post conference yaitu : 1) Pre Conference Pre conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan tambahan rencana dari katim dan PJ tim (Modul MPKP, 2006). Waktu : setelah operan Tempat : Meja masing masing tim Penanggung jawab : Ketua tim atau Pj tim

133

Kegiatan : a) Ketua tim atau Pj tim membuka acara b) Ketua tim atau pj tim menanjakan rencana harian masing masing perawat pelaksana c) Ketua tim atau Pj tim memberikan masukan dan tindakan lanjut terkait dengan asuhan yang diberikan saat itu. d) Ketua tim atau Pj tim memberikan reinforcement e) Ketua tim atau Pj tim menutup acara 2) Post Conference Post conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi post conference adalah hasil askep tiap perawatan dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh katim atau Pj tim (Modul MPKP, 2006). Waktu :Sebelum operan ke dinas berikutnya. Tempat : Meja masing masing tim. Penanggung jawab : ketua tim atau Pj tim Kegiatan : a) Ketua tim atau Pj tim membuka acara.

b) Ketua tim atau Pj tim menanyakan kendala dalam asuhan yang telah diberikan. c) Ketua tim atau Pj tim yang menanyakan tindakan lanjut asuhan klien yang harus dioperkan kepada perawat shift berikutnya. d) Ketua tim atau Pj menutup acara.

134

b. Tujuan Pre dan Post Conference Secara umum tujuan konferensi adalah untuk menganalisa masalah-masalah secara kritis dan menjabarkan alternatif penyelesaian masalah, mendapatkan gambaran berbagai situasi lapangan yang dapat menjadi masukan untuk menyusun rencana antisipasi sehingga dapat meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian asuhan keperawatan dan merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan perubahan non kognitif (McKeachie, 1962). Pre dan Post Conference juga membantu koordinasi dalam rencana pemberian asuhan keperawatan sehingga tidak terjadi pengulangan asuhan, kebingungan dan frustasi bagi pemberi asuhan (T.M.Marelli, et.al, 1997). 1) Tujuan pre conference adalah: a) Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien, merencanakan asuhan dan merencanakan evaluasi hasil b) Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui di lapangan c) Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien 2) Tujuan post conference adalah: Untuk memberikan kesempatan mendiskusikan penyelesaian masalah dan membandingkan masalah yang dijumpai.

c. Syarat Pre dan Post Conference

135

1) Pre

conference

dilaksanakan

sebelum

pemberian

asuhan

keperawatan dan post conference dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan 2) Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit 3) Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien, perencanaan tindakan rencana dan data-data yang perlu ditambahkan 4) Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim d. Panduan perawat pelaksanaan dalam melaksanakan konferensi Adapun panduan bagi PP dalam melakukan konferensi adalah sebagai berikut: (Ratna Sitorus, 2006). 1) Konferensi dilakukan setiap hari segera setelah dilakukan pergantian dinas pagi atau sore sesuai dengan jadwal perawatan pelaksana. 2) Konferensi dihadiri oleh perawat pelaksana dan PA dalam timnya masing masing. 3) Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil evaluasi kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas malam. Hal hal yang disampaikan oleh perawat pelaksana meliputi : a) Keadaan klien b) Keluhan klien c) TTV

136

d) Hasil pemeriksaan laboraturium atau diagnostic terbaru. e) Masalah keperawatan f) Rencana keperawatan hari ini. g) Perubahan keadaan terapi medis. h) Rencana medis. 4) Perawat pelaksana mendikusikan dan mengarahkan perawat asosiet tentang masalah yang terkait dengan perawatan klien yang meliputi : a) Klien yang terkait dengan pelayanan seperti : keterlambatan, kesalahan pemberian makan, kebisikan pengunjung lain, kehadiran dokter yang dikonsulkan. b) Ketepatan pemberian infuse. c) Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan. d) Ketepatan pemberian obat / injeksi. e) Ketepatan pelaksanaan tindakan lain, f) Ketepatan dokumentasi. 5) Mengiatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan. 6) Mengiatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran dan kemajuan masingmasing perawatan asosiet. 7) Membantu perawatan asosiet menyelesaikan masalah yang tidak dapat diselesaikan. Tahap tahap inilah yang akan dilakukan oleh perawat perawat ruangan ketika melakukan pre conference e. Kesenjangan data dengan teori

137

Berdasarkan hasil observasi didapatkan nilai sebesar 0%, hasil ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pre-conference masih kurang maksimal. Beberapa hal yang masih memerlukan perbaikan antara lain: 1) 2) conference 3) 4) Memandu pelaksanaan pre conference Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan asuhan keperawatan pasien/tindakan 5) Memotivasi untuk memberikan tanggapan dan penyelesaian masalah yang sedang didiskusikan 6) Mengklarifikasikan kesiapan PA untuk Menyiapkan tempat untuk pre coference Menjelaskan tujuan dilakukan post

melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien yang menjadi tanggung jawabnya, menyimpulkan hasil pre conference. Berdasarkan hasil observasi didapatkan nilai sebesar 0%, hasil ini menunjukkan bahwa pelaksanaan post-conference masih kurang

maksimal. Beberapa hal yang masih memerlukan perbaikan antara lain: 1) untuk post coference 2) dilakukan post conference, 3) Menerima penjelasan Menjelaskan tujuan Menyiapkan tempat

dari PA tentang hasil tindakan/hasil asuhan keperawatan yang telah dilakukan

138

4)

Mendiskusikan masalah yang telah ditemukan dalam memberikan askep pada pasien dan mencari upaya penyelesaian masalah,

5)

Menyimpulkan

hasil

post conference, mengklarifikasi pasien sebelum melakuakan operan tugas jaga shift berikutnya (melakukan ronde keperawatan).

2. Pendelegasian a. Definisi Pendelegasian Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain agar aktifitas organisasi tetap berjalan. Penerapan delegasi di MPKP dalam bentuk pendelegasian tugas oleh kepala ruangan kepada ketua tim dan ketua tim kepada perawat pelaksana. Pendelegasian dilakukan melalui mekanisme pelimpahan tugas dan wewenang. Pendelegasian tugas dilakukan secara berjenjang yang

penerapanya dibagi menjadi 2 jenis, yaitu pendelegasian terencana dan pendelegasian insidentil. 1) Pendelegasian terencana adalah pendelegasian yang secara otomatis terjadi sebagai konsekuensi sistem penugasan yang diterapkan diruang MPKP. Bentuknya antara lain adalah : a) Pendelegasian tugas kepala ruangan kepada ketua tim untuk menggantikan tugas sementara tugas kepala ruang karena alasan tertentu

139

b) Pendelegasian tugas kepala ruangan kepada penanggung jawab shif c) Pendelegasian ketua tim kepada perawat pelaksana dalam pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah direncanakan. 2) Pendelegasian insidentil, yang terjadi apabila salah satu personil ruang MPKP berhalangan hadir, sehingga pendelegasian tugas harus dilakukan. Dalam hal ini yang mengatur pendelegasian adalah kepala seksi perawatan, kepala ruangan, ketua tim atau penanggung jawab shif dan tergantung pada personil yang berhalangan. b. Prinsip Pendelegasian Prinsip pendelegasian tugas di MPKP antara lain adalah :
1) Pendelegasian tugas harus menggunakan format pendelegsaian 2) Personil yang menerima pendelegasian adalah personel yang

berkompetemen dan setara dengan kemampuan yang digantikan tugasnya 3) Uraian tugas yang didelegasikan harus dijelaskan secara verbal, terinci dan tertulis 4) Pejabat yang mengatur pendelegasian wajib memonitor pelaksanaan tugas dan menjadi rujukan bila ada kesulitan yang dihadapi 5) Setelah selesai pendelegasian dilakukan serah terima tugas yang sudah dilaksanakan dan hasilnya c. Mekanisme Pendelegasian Mekanisme yang dilakukan adalah sebagai berikut:

140

1) Bila kepala ruangan berhalangan, kepala seksi menunjuk salah satu

ketua tim untuk menggantikan tugas kepala ruang.


2) Bila ketua tim berhalangan hadir, maka kepala ruangan menunjuk

salah satu anggota tim (perawat pelaksana) menjalankan tugas ketua tim. 3) Bila ada perawat pelaksana yang berhalangan hadir, sehingga satu tim kekurangan personil maka kepala ruangan berwenang

memindahkan perawat pelaksana dari tim lain masuk tim yang kekurangan personiltersebut atau katim melimpahkan pasien kepada perawat pelaksana yang hadir. d. Panduan Pendelegasian Pendelegasian dilaksanakan melalui proses sebagai berikut: 1) Buat rencana tugas yang perlu dituntaskan 2) Identifikasi ketrampilan dan tingkat pendidikan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas 3) Pilih orang yang mampu melaksanakan tugas yang didelegasikan 4) Komunikasikan dengan jelas apa yang akan dikerjakan dan apa tujuaanya 5) Buat batasan waktu dan monitor penyelesaian tugas
6) Jika bawahan tidak mampu melaksanakan tugas karena menghadapi

masalah tertentu, manajer harus bisa menjadi model peran dan menjadi narasumber untuk menyelesaikan masalah yang terjadi 7) Evaluasi kinerja setelah tugas selesai 8) Pendelegasian terdiri dari tugas dan kewenangan

141

Kesenjangan data dengan teori Berdasarkan hasil observasi didapatkan nilai sebesar 83%, hasil ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pendelegasian di ruang Shinta sudah cukup baik. Beberapa hal yang masih memerlukan perbaikan antara lain: 1) Pembuatan rencana tugas yang perlu dituntaskan, 2) Adanya evaluasi kinerja setelah tugas selesai 3) Pendelegasian tugas harus menggunakan format pendelegsaian.

3. Survey Kepuasan Pasien dan Keluarga Menurut Soejadi (1996), pasien atau klien merupakan individu terpenting dirumah sakit sebagai konsumen sekaligus sasaran produk rumah sakit. Didalam suatu proses keputusan, konsumen yaitu pasien, tidak akan berhenti hanya sampai proses penerimaan pelayanan. Pasien akan mengevaluasi pelayanan yang diterimanya tersebut. Hasil dari proses evaluasi itu akan menghasilkan perasaan puas atau tidak puas (Sumarwan, 2003). Kotler (1997) menyatakan bahwa kepuasan adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang merupakan hasil dari membandingkan penampilan atau outcome produk yang dirasakan dalam hubungannya dengan harapan seseorang (Sumarwan, 2003). Kepuasan pasien dapat berhubungan dengan berbagai aspek diantaranya mutu pelayanan yang diberikan, kecepatan pemberian layanan, prosedur serta sikap yang diberikan oleh pemberi pelayanan kesehatan itu sendiri (Anwar, 1998 dalam Awinda, 2004).

142

Kepuasan pasien adalah tingkat kepusan dari persepsi pasien dan keluarga terhadap pelayanan kesehatan dan merupakan salah satu indikator kinerja rumah sakit. Bila pasien menunjukkan hal-hal yang bagus mengenai pelayanan kesehatan terutama pelayanan keperawatan dan pasien

mengindikasikan dengan perilaku positifnya, maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa pasien memang puas terhadap pelayanan tersebut (Purnomo, 2002). Kesenjangan data dengan teori Berdasarkan hasil observasi tingkat kepuasan keluarga dan pasien didapatkan nilai sebesar 16,78% dan 21,52% terhadap perawatan di ruang Shinta, hasil ini menunjukkan bahwa kepuasan terhadap pelayanan di ruang Shinta sudah

cukup baik. Beberapa hal yang masih memerlukan perbaikan antara lain: 1) Pemberian informasi yang jelas kepada keluarga mengenai perkembangan dan kondisi pasien selama di rawat di rumah sakit 2) Pengadaan form survey kepuasan pasien dan keluarga dari pihak Rumah Sakit 3) Pendekatan perawat terhadap pasien dan keluarga pasien

4. Rencana Harian Kepala Ruang, Kepala Tim dan Perawat Pelaksana Rencana harian adalah rencana aktifitas pada tiap shift yang dilakukan oleh perawat asosiet/perawat pelaksana, perawat primer/ketua tim dan kepala ruangan. Rencana harian dibuat sebelum operan dilakukan dan dilengkapi pada saat operan dan pre conference.

143

a.

Rencana harian kepala ruangan Isi kegiatan harian kepala ruangan meliputi semua kegiatan yang dilakukan oleh seluruh SDM yang ada di ruangan dalam rangka menghasilkan pelayanan asuhan keperawatan yang berkualitas. Kepala ruangan harus mengetahui kebutuhan ruangan dan mempunyai hubungan keluar dengan unit yang terkait untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Demikian pula dengan asuhan keperawatan, kepala ruangan sebagai narasumber utama atau konsultan untuk menjamin

terlaksananya asuhan keperawatan pada semua tim di ruangan.Berikut isi rencana harian kepala ruangan meliputi : 1) Asuhan keperawatan 2) Supervisi Katim dan perawat pelaksana 3) Supervisi tenaga selain perawat 4) Kerja sama dengan unit yang terkait b. Rencana Harian Ketua Tim Isi rencana harian ketua tim antara lain adalah: 1) penyelenggaraan asuhan keperawatan pada pasien di timnya,
2) Melakukan supervisi perawat pelaksana untuk menilai kompetensi

secara langsung dan tidak langsung, serta on the job trainning yang dirancang, 3) Kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya. 4) Ketua tim sebaiknya hanya dinas pagi, karena pada pagi hari banyak kegiatan atau tindakan yang dilakukan dan merencanakan kegiatan sore dan malam.

144

c.

Rencana Harian Perawat Pelaksana Isi rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan keperawatan untuk sejumlah klien yang dirawat pada shif dinasnya. Rencana harian perawat pelaksana shif sore dan malam agak berbeda jika hanya satu orang dalam satu tim maka perawat tersebut berperan sebagai ketua tim dan perawat pelaksana sehingga tidak ada kegiatan pre dan post conference. Perawat pelaksana akan membuat rencana yang ditujukan pada tindakan keperawatan untuk sejumlah pasien yang dirawat pada shift dinasnya. Rencana Catatan harian Perawat Pelaksana/Assosiet (PP/PA) pada shift sore dan malam agak berbeda jika hanya 1 (satu) orang dalam satu tim. Perawat tersebut akan berperan sebagai ketua tim dan PA/PP, sehingga tidak ada kegiatan pre dan post conference Kesenjangan data dengan teori Berdasarkan hasil observasi didapatkan nilai sebesar 100%, hasil ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pembuatan rencana harian perawat di ruang Shinta sudah baik. Beberapa hal yang masih memerlukan perbaikan antara lain: 1) Pembuatan rencana harian yang masih perlu disosialisasikan kepada perawat yang belum memahami cara pembuatannya. 2) Pemberian reward kepada perawat yang sudah konsisten dengan pembuatan rencana harian. 3) Melakukan kontrol dan monitor terhadap pembuatan rencana harian pada masing-masing individu perawat.

145

B. ANALISIS a. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11 Pre dan Post Conference

Tabel 4.2 Pelaksanaan Pre Conference Ruang Shinta RSJD Surakarta OBSERVASI VARIABEL YANG DINILAI SL SR KD TP Menyiapkan tempat untuk pre coference Menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi tanggung jawab Menjelaskan tujuan dilakukan post conference Memandu pelaksanaan pre conference Menjelaskan masalah keperawatan pasien dan rencana keperawatan yang menjadi tanggung jawabnya Membagi tugas pada PA sesuai kemampuan yang dimiliki dengan memperhatikan keseimbangan kerja Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan asuhan keperawatan pasien/tindakan Memotivasi untuk memberikan tanggapan dan penyelesaian masalah yang sedang didiskusikan Mengklarifikasikan kesiapan PA untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien yang menjadi tanggung jawabnya. Memberikan reinforcemen positif pada PA Menyimpulkan hasil post conference JUMLAH 0 3 3 5

Tabel 4.3 Pelaksanaan Post Conference Ruang Shinta RSJD Surakarta OBSERVASI No VARIABEL YANG DINILAI S SR KD TP L 1. Menyiapkan tempat untuk post coference 2. Menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi tanggung jawab 3. Menjelaskan tujuan dilakukan post conference 4. Menerima penjelasan dari PA tentang hasil tindakan/hasil asuhan keperawatan yang telah dilakukan 5. Mendiskusikan masalah yang telah ditemukan dalam memberikan askep pada pasien dan mencari upaya penyelesaian masalah 6. Memberi reinforcemen pada PA 7. Menyimpulkan hasil post conference 8. Mengklarifikasi pasien sebelum melakuakan operan tugas jaga shift berikutnya (melakukan ronde keperawatan) JUMLAH 0 2 5 1 a. Faktor Pendukung dan Kendala pre post conference

146

1)

Faktor Pendukung
a) Kerjasama dan dukungan yang baik dari pihak Ka. Ru, Ka.Tim dan staf

ruangan
b) Tingkat pendidikan sebagian besar perawat di Ruang Shinta D III

Keperawatan c) Model asuhan keperawatan yang sudah diterapkan menggunakan MPKP model MTM 2) Faktor Kendala a) Antusiasme KaRu, KaTim dan Staf dalam pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan kurang b) Kedisiplinan perawat yang kurang berkaiatan dengan jam datang dan pulang kerja. c) Kurangnya kesadaran dari beberapa perawat tentang pentingnya pre conference dan post conference d) Belum adanya standar operasional pre conference dan post conference yang ditetapkan oleh rumah sakit 3) Kesinambungan
a)Perlunya komitmen dan persamaan persepsi dari bidang keperawatan

untuk penggunaan standar operasional pre conference dan psot conference yang akan dipakai RSJ Daerah Surakarta
b) Perlunya komitmen dan persamaan persepsi seluruh perawat khususnya

ruang Shinta tentang pre conference dan post conference c) Perlu peningkatan kesadaran dan kemauan untuk melaksanakan pre conference dan post conference pada tiap shift

147

d)Perlunya panduan, sosialisasi dan bimbingan dalam pelaksanaan pre conference dan post conference
e)Perlunya monitoring dan evaluasi terhadap pre conference dan post

conference secara periodic.

2.

Pendelegasian Tabel 4.2 Pelaksanaan Pendelegasian Ruang Shinta RSJD Surakarta Skor Pernyataan Pendelegasian Karu Katim Pendelegasian dilakukan kepada staf yang memiliki kompetensi yang dibutuhkan dalam menjalankan 4 3 tugas Tugas yang dilimpahkan dijelaskan sebelum 4 4 melakukan pendelegasian Selain pelimpahan tugas, kewenangan juga 3 4 dilimpahkan Waktu pendelegasian tugas ditentukan 3 3 Apabila si pelaksana tugas mengalami kesulitan, Karu, Katim memberikan arahan untuk mengatasi 3 3 masalah Ada evaluasi setelah selesai tugas dilaksanakan 2 3 Sub Total 19 20

No 1 2 3 4 5 6

Katim 3 4 4 3 3 3 20

a. Faktor Pendukung dan Kendala Pelaksanaan Pendelegasian

1) Pendukung

Faktor

a) Kerjasama dan dukungan yang baik dari pihak Ka. Ru, Ka.Tim dan staf ruangan b) Tingkat pendidikan sebagian besar perawat di Ruang Shinta D III Keperawatan c) Model asuhan keperawatan yang sudah diterapkan menggunakan MPKP model MTM

148

2) Faktor Kendala a) Adanya agenda yang tidak terduga


b) Kesibukan individu dan ruangan untuk menjalankan rapat evaluasi hasil

kegiatan pendelegasian c) Surat pendelegasian biasanya diberikan hanya untuk kegiatan di luar Rumah Sakit saja. 3) Kesinambungan
a)

Perlunya komitmen dan persamaan persepsi dari bidang keperawatan untuk penggunaan surat pendelegasian yang akan dipakai RSJ Daerah Surakarta

b)

Perlunya komitmen dan persamaan persepsi seluruh perawat khususnya ruang Shinta tentang adanya rapat evaluasi hasil setiap kegiatan yang didelegasikan.

c)

Perlu peningkatan kesadaran dan kemauan untuk melaksanakan pendelegasian secara resmi, dengan menggunakan surat pendelegasian.

3.

Survey Kepuasan Pasien dan Keluarga Penilaian Kepuasan Keluarga RESPONDEN 3 4 5 6 7 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 2 2

NO 1. 2. 3. 4. 5.

KOMPONEN Perawat bersikap sopan Perawat berpenampilan rapi Perawat menggali informasi dari keluarga Perawat memberikan informasi mengenai masalah yang dihadapi pasien Perawat memberikan informasi mengenai tindakan yang akan dilakukan kepada pasien ( inform consent )

1 3 3 4 3 3

2 4 4 3 3 3

8 4 3 3 2 3

149

6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.

Perawat menjelaskan perkembangan pasien Perawat melakukan penyuluhan kepada keluarga mengenai cara perawatan yang harus dilakukan keluarga dirumah Perawat menyiapkan keperluan pulang pasien yang meliputi jadwal kegiatan harian dan sisa obat Perawat menjelaskan waktu kontrol Perawat memberikan pesanan pulang yang mudah dimengerti Perawat memberikan penjelaskan rujukan yang bisa digunakan bila ada yang perlu dikonsulkan Perawat membantu keluarga untuk konsul dokter JUMLAH

3 3 3 3 3 3 4 3 8

3 3 4 4 4 4 3 4 1

4 3 4 4 4 4 4 4 7

3 4 4 4 3 3 2 3 9

3 3 3 3 4 3 3 3 9 312

3 3 4 4 3 3 2 4 0

2 3 3 3 3 3 4 3 7

3 2 3 2 2 2 3 31

TOTAL NILAI Sumber : Hasil observasi tanggal 21 juni-03 Juli 2012.

Keterangan: 4 (sangat setuju), 3 (setuju), 2 (tidak setuju), 1 (sangat tidak setuju) Perhitungan: Total skor x 100% n x item x skore tertinggi = 312 x100% 8 x 12 x 4 = 312 x 100% 384 = 81,25%

Penilaian Kepuasan Klien


NO 1. 2. 3. KOMPONEN Perawat menyambut dengan ramah ketika Saudara datang Perawat memperkenalkan diri Perawat menjelaskan sarana di ruangan yang dapat dimanfaatkan Perawat menjelaskan aturanaturan yang berlaku selama perawatan Perawat menanyakan masalahmasalah yang saudara alami terkait dengan kondisi kesehatan saudara Perawat menjelaskan masalah 1 3 3 4 2 4 4 3 3 4 4 3 RESPONDEN 4 5 6 7 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 8 3 4 4 9 4 3 3 10 3 4 4

4.

5. 6.

3 3

3 3

3 3

3 3

4 4

4 4

2 2

3 3

3 4

4 4

150

7.

8.

9.

10.

11.

12. 13. 14.

kesehatan yang saudara alami Perawat membicarakan tujuan perawatan yang hendak dicapai Perawat meminta pendapat saudara dalam merancang tindakan yang akan diberikan kepada saudara Perawat menjelaskan kegiatan yang harus dilatih untuk dilakukan secara mandiri Perawat melakukan penyuluhan kesehatan untuk mengatasi masalah saudara Perawat membantu memenuhi kebutuhan dasar saudara (makan, mandi) ketika saudara mengalami kesulitan Perawat mau mendengarkan keluhan saudara dengan sabar

4 4 4

3 3 4

4 4 4

3 3 3

4 3 4

3 3 4

3 3 3

3 3 3

3 4 4

4 4 4

15 16. 17. 18. 19. 20.

21. 22.

Perawat segera menanggapi keluhan saudara Perawat mendampingi saudara ketika dilakukan pemeriksaan dokter Perawat menjaga privasi saudara saat melakukan tindakan keperawatan Perawat selalu membuat perjanjian dengan saudara Perawat selalu menepati janji yang ditetapkan Perawat bersikap sopan Perawat berpenampilan rapi Perawat menjelaskan kegiatan yang harus saudara lakukan di rumah Perawat menjelaskan obatobatan yang harus diteruskan di rumah Perawat menjelaskan waktu kontrol
JUMLAH TOTAL NILAI

3 4 4 4 4 4

4 3 3 4 4 4

4 4 4 4 4 3

3 3 3 3 3 3

4 4 3 4 4 3

4 3 3 3 4 3

3 2 3 3 3 3

4 4 3 4 4 3

4 4 4 3 3 4

3 3 4 3 3 4

3 3 7 5

3 3 7 7

3 2 7 9

3 3 6 6

4 4 8 4

4 4 8 1 747

3 3 6 1

3 3 73

4 3 7 3

4 4 78

Sumber : Hasil observasi tanggal 21 juni-03 Juli 2012.

151

Keterangan: 4 (sangat setuju), 3 (setuju), 2 (tidak setuju), 1 (sangat tidak setuju) Perhitungan: Total skor x 100% n x item x skore tertinggi = 751 x100% 10 x 22 x 4
a.

= 747 x 100% 880

= 84,87% Faktor Pendukung

dan Kendala Survey Kepuasan Pasien dan Keluarga 1) Faktor Pendukung a. perawat dengan pasien dan keluarga pasien baik b. Tingkat pendidikan sebagian besar perawat di Ruang Shinta D III Keperawatan
c.

Hubungan

Model asuhan keperawatan yang sudah diterapkan menggunakan MPKP model MTM

2) Faktor Kendala

Belum adanya standar operasional untuk lembar survey kepuasan pasien dan keluarga di ruangan Shinta 3) Kesinambungan
a) Perlunya komitmen dan persamaan persepsi seluruh perawat

khususnya ruang Shinta tentang survey kepuasan pasien dan keluarga, terutama pasien yang akan pulang.
b) Perlu peningkatan kesadaran dan kemauan untuk melaksanakan

survey kepuasan pasien dan keluarga setiap ada kunjungan keluarga

152

pasien.
c) Perlunya monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan survey

kepuasan pasien dan keluarga terutama kepada pasien yang pulang. 4. Rencana Harian Karu 0 0 0 0 0 0 Katim 0 0 0 0 0 0 0 Katim 0 0 0 0 0 0

Penilaian Rencana Harian No Aspek yang Dinilai 1 Menyusun Rencana Harian setiap kali dinas 2 Mencantumkan tanggal dinas di Rencana Harian 3 Urutan kegiatan disusun secara kronologis 4 Tercantum kegiatan manajerial 5 Tercantum kegiatan asuhan 6 Rencana Harian dikerjakan secara konsisten Total Skor

b. Faktor Pendukung dan Kendala Pembuatan Rencana Harian

1) Faktor Pendukung a) Tingkat pendidikan sebagian besar perawat di Ruang Shinta D III Keperawatan b) Model asuhan keperawatan yang sudah diterapkan menggunakan MPKP model MTM 2) Faktor Kendala Kesibukan masing-masing individu dalam pembuatan rencana harian, kurangnya reward yang diberikan ruangan kepada perawatnya. 3) Kesinambungan
a) Perlunya komitmen dan persamaan persepsi seluruh perawat

khususnya ruang Shinta tentang pembuatan rencana harian untuk setiap kali berangkat dinas.
b) Perlu peningkatan kesadaran dan kemauan untuk melaksanakan

pembuaran rencana harian masing-masing individu.

153

c) Perlunya monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan pembuatan

rencana harian masing-masing individu.

C. PENYELESAIAN MASALAH 1. Pre dan Post Conference Tabel 4.6 Langkah Pelaksanaan Pre Conference dan Post Conference Asuhan Keperawatan Di Ruang Shinta RSJD Surakarta No Kegiatan Pelaksana Sasaran Tujuan Waktu A. Persiapan 1. Mengobservasi Mahasiswa KaRu, Mengetahui pelaksanaan pre Profesi ners KaTim, PA hasil conference dan post UNSOED Pelaksanaan conference pre conference dan post conference 2. Study kepustakaan Mahasiswa Materi Pre Mendapat dan persiapan Profesi ners conference sumber materi tentang pre UNSOED dan post Pustaka yang conference dan post conference mendukung conference penyusunan standar operasional 3. Koordinasi dengan Mahasiswa KaRu, Menyamakan Ka Ru, PN dan PA Profesi ners KaTim, PA persepsi antara UNSOED kepala ruang, primer nursing dan perawat asosiet B. Pelaksanaan 1. Menjadi role model, Mahasiswa KaRu, Pelaksanan pre conference dan Profesi ners KaTim, PA pre conference post conference UNSOED dan post conference C Evaluasi 1. Mengevaluasi pre Mahasiswa KaRu, Mengevaluasi conference dan post Profesi ners KaTim, PA pelaksanan pre conference bersama UNSOED conference Ka Ru, PN dan AN dan post conference

Tempat Ruang Shinta

Ruang Shinta

Ruang Shinta

Ruang Shinta

Ruang Shinta

154

Tabel 4.6 Pelaksanaan Pre Conference Ruang Shinta RSJD Surakarta setelah intervensi No OBSERVASI VARIABEL YANG DINILAI SL SR KD TP 1. Menyiapkan tempat untuk pre coference 2. Menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi tanggung jawab 3. Menjelaskan tujuan dilakukan pre conference 4. Memandu pelaksanaan pre conference 5. Menjelaskan masalah keperawatan pasien dan rencana keperawatan yang menjadi tanggung jawabnya 6. Membagi tugas pada PA sesuai kemampuan yang dimiliki dengan memperhatikan keseimbangan kerja 7. Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan asuhan keperawatan pasien/tindakan 8. Memotivasi untuk memberikan tanggapan dan penyelesaian masalah yang sedang didiskusikan 9. Mengklarifikasikan kesiapan PA untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien yang menjadi tanggung jawabnya. 10 Memberikan reinforcemen positif pada PA 11 Menyimpulkan hasil pre conference JUMLAH 8 3 0 0 Tabel 4.7 Pelaksanaan Post Conference Ruang Shinta RSUD Goeteng Taroenadibrata Purbalingga Periode Maret 2012 setelah intervensi OBSERVASI No VARIABEL YANG DINILAI SL SR KD TP 1. Menyiapkan tempat untuk post coference 2. Menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi tanggung jawab 3. Menjelaskan tujuan dilakukan post conference 4. Menerima penjelasan dari PA tentang hasil tindakan/hasil asuhan keperawatan yang telah dilakukan 5. Mendiskusikan masalah yang telah ditemukan dalam memberikan askep pada pasien dan mencari upaya penyelesaian masalah 6. Memberi reinforcemen pada PA 7. Menyimpulkan hasil post conference 8. Mengklarifikasi pasien sebelum melakuakan operan tugas jaga shift berikutnya (melakukan ronde keperawatan) JUMLAH 2 6 0 0

155

Tabel 4.7 Perbandingan pre conference dan post conference sebelum dan setelah intervensi Variabel Sebelum Sesudah selisih Pre Conference 0% 100% 100% Post Conference 0% 100% 100% Berdasarkan hasil observasi sebelum dilakukan intervensi pre dan post conference di ruang Shinta didapatkan hasil 0%, sebelumnya ruang Shinta rutin menjalankan pre dan post conference, namun karena kurangnya reward dari kepala ruang dan kesibukan masing-masing individu akhirnya pre dan post conference sudah tidak di jalankan secara rutin lagi. Selisih nilai observasi sebelum dan sesudah intervensi 100%, artinya setelah ada intervensi ruang Shinta mengalami peningkatan, setiap hari menjalankan pre dan post conference secara teratur dan berjalan dengan lancar. Perlu adanya motivasi agar pre dan post conference di ruang Shinta bisa kembali berjalan secara rutin.

2. Survey kepuasan keluarga dan pasien Tabel 4.4 Langkah Pelaksanaan survey kepuasan keluarga dan pasien di Ruang Shinta RSJ Daerah Surakarta Pelaksana Sasaran Tujuan Waktu Tempat Mahasiswa Profesi ners UNSOED Mahasiswa Profesi ners UNSOED KaRu, KaTim. Materi survey kepuasan pelanggan (keluarga dan pasien) Mengetahui hasil survey Mendapat sumber pustaka yang mendukung penyusunan survey kepuasan pasien dan keluarga Tersusunnya Ruang Shinta Ruang Shinta

No Kegiatan A. Persiapan 1. Mengkaji penilaian survey kepuasan keluarga 2. Studi literatur mengenai survey kepuasan keluarga dan pasien

3.

Melakukan

Mahasiswa

KaRu

Ruang

156

koordinasi tentang pembuatan form survey kepuasan pasien dan keluarga B. Pelaksanaan 1. Sosialisasi penggunaan form survey kepuasan

Profesi ners UNSOED

form survey kepuasan pasien dan keluarga KaRu, KaTim, PA Perawat R.Shinta dapat mengetahui panilaian kepuasan pasien dan keluarga.

Shinta

Mahasiswa Profesi ners UNSOED

Ruang Shinta

2.

C 1.

Aplikasi survey kepuasan pasien dan keluarga saat pasien akan pulang. Evaluasi Evaluasi tingkat kepuasan keluarga dan pasien di ruang Shinta.

Mahasiswa Profesi ners UNSOED Mahasiswa Profesi ners UNSOED

Keluarga pasien dan pasien. Mengetahui tingkat kepuasan keluarga dan pasien terhadap perawatan di ruang Shinta

Ruang Shinta

Ruang Shinta

Tabel 4.5 Penilaian tingkat kepuasan keluarga dan pasien terhadap perawatan di ruang Shinta sebelum dan sesudah intervensi Variable Sebelum Sesudah Selisih Kepuasan pasien 83,22 % 100% 16.78% Kepuasan keluarga 78,48 % 100% 21.52% Sumber : Hasil observasi di ruang Shinta RSJD Surakarta Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa nilai survey kepuasan pasien dan keluarga sebesar 83,22% dan 78,48%, selisih sebelum dan sesudah dilakukan intervensi dan pengadaan form survey kepuasan pasien dan keluarga yaitu 16,78% dan 21,52%. Terjadi peningkatan 100% pada masing-masing variabel. Berdasarkan observasi setelah intervensi diharapkan dengan adanya pengadaan form resmi untuk survey kepuasan pasien dan keluarga di ruang Shinta dapat diaplikasikan secara berkelanjutan.

157

3. Pendelegasian Tabel 4.4 Langkah Pengadaan Surat Pendelegasian di Ruang Shinta RSJ Daerah Surakarta No Kegiatan Pelaksana Sasaran Tujuan Waktu A. Persiapan 1. Mengkaji penilaian Mahasiswa KaRu, Mengetahui pendelegasian Profesi ners KaTim. pelaksanaan UNSOED pendelegasian yang sudah berjalan 2. Studi literatur Mahasiswa KaRu Mendapat sumber mengenai Profesi ners dan pustaka yang pendelegasian UNSOED KaTim mendukung penyusunan surat pendelegasian 3. Melakukan Mahasiswa KaRu Tersusunnya form koordinasi tentang Profesi ners pendelegasian pembuatan form UNSOED pendelegasian B. Pelaksanaan 1. Sosialisasi penggunaan form pendelegasian 2. C 1. Aplikasi pendelegasian Evaluasi Evaluasi pelaksanaan pendelegasian Mahasiswa Profesi ners UNSOED Mahasiswa Profesi ners UNSOED Mahasiswa Profesi ners UNSOED KaRu, KaTim, PA KaTim Perawat R.Shinta dapat mengetahui cara pelaksanaan pendelegasian secara formal

Tempat Ruang Shinta Ruang Shinta

Ruang Shinta

Ruang Shinta

Ruang Shinta Mengetahui manfaat surat pendelegasian secara resmi Ruang Shinta

KaRu dan KaTim

Evaluasi Pendelegasian Hasil observasi sebelum intervensi didapatkan 83% pendelegasian sudah berjalan baik di ruang Shinta. Penyelesaian masalah terhadap peningkatan pencapaian pendelegasian secara formal di ruangan Shinta dilakukan dengan pengadaan format/ form pendelegasian. Pengadaan form pendelegasian kemudian di sosialisasikan kepada seluruh perawat. Pencapaian pengadaan form pendelegasian 100% tercapai. 4. Rencana Harian

158

Tabel ... Pelaksanaan Pembuatan Rencana Harian KaRu, KaTim, dan PP No Kegiatan Pelaksana Sasaran Tujuan Waktu A. Persiapan 1. Mengkaji penilaian Mahasiswa KaRu, Mengetahui rencana harian Profesi ners KaTim. hasil KaRu, KaTim dan UNSOED Survey Perawat Pelaksana rencana harian 2. Studi literatur Mahasiswa Materi Mendapat mengenai pedoman Profesi ners tentang sumber rencana harian UNSOED rencana pustaka harian pedoman rencana harian 3. Melakukan Mahasiswa KaRu, KaTim Tersusunnya koordinasi tentang Profesi ners dan PP form rencana pembuatan rencana UNSOED harian harian pada KaRu, KaTim dan PP B. Pelaksanaan 1. Sosialisasi Mahasiswa KaRu, Perawat penggunaan form Profesi ners KaTim, PP R.Shinta dapat rencana harian UNSOED membuat rencana harian secara terjadwal 2. Aplikasi pembuatan Mahasiswa KaRu, KaTim Perawat rencana harian Profesi ners dan PP mampu setiap kali dinas. UNSOED membuat rencana harian C Evaluasi 1. Evaluasi pembuatan Mahasiswa KaRu, KaTim Mengetahui rencana harian Profesi ners dan PP tingkat UNSOED kemampuan dalam pembuatan rencana harian.

Tempat Ruang Shinta Ruang Shinta

Ruang Shinta

Ruang Shinta

Ruang Shinta

Ruang Shinta

No

Tabel ... Observasi Pembuatan Rencana Harian KaRu, KaTim, dan PP Aspek yang Dinilai Karu Katim Katim

PP

159

1 2 3 4 5 6

Menyusun Rencana Harian setiap kali dinas Mencantumkan tanggal dinas di Rencana Harian Urutan kegiatan disusun secara kronologis Tercantum kegiatan manajerial Tercantum kegiatan asuhan Rencana Harian dikerjakan secara konsisten Total Skor

4 4 4 4 4 4

4 4 4 4 4 4 24

4 4 4 4 4 4

4 4 4 4 4 4

Tabel ... Evaluasi Pembuatan Rencana Harian di ruang Shinta. Variable Sebelum Sesudah Rencana Harian KaRu 0% 100% Rencana Harian KaTim 0% 100% Rencana Harian PP 0% 100% Sumber : Hasil observasi di ruang Shinta RSJD Surakarta

Selisih 100% 100% 100%

Berdasarkan tabel diatas, terjadi peningkatan antara sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pembuatan rencana harian kepala ruang, kepala tim dan perawat pelaksana, dengan nilai 100%. Artinya selama dilakukan intervensi semua perawat membuat rencana harian setiap hari, dan hasil evaluasi juga menunjukkan bahwa rencana harian perawat dikatakan sudah cukup baik. Perubahan menuju kebiasaan yang baik sangat sulit untuk dilaksanakan, karena berkaitan dengan sifat masing-masing individu, faktor lingkungan, iklim motivasi dan reward yang akan didapatkan ketika sudah menjalankan kegiatan tersebut.

D. TEORI BERUBAH Perubahan pelayanan keperawatan mempunyai dua pilihan yang berhubungan dengan perubahan, mereka melakukan inovasi dan berubah atau mereka yang diubah oleh suatu keadaan atau situasi. Perubahan pelayanan kesehatan/ keperawatan merupakan kesatuan yang menyatu dalam

perkembangan dan perubhaan keperawatan di Indonesia.

160

Perubahan dapat dijabarkan dengan beberapa cara, termasuk perubahan yang direncanakan atau yang tidak direncanakan. Perubahan yang tidak direncanakan adalah perubahan yang terjadi tanpa persiapan. Sebaliknya perubahan yang direncanakan adalah perubahan yang telah direncanakan dan dipikirkan sebelumnya, terjadi dalam waktu yang lama, dan termasuk adanya tujuan yang jelas. Perubahan terencana lebih mudah dikelola daripada perubahan yang terjadi pada perkembangan manusia, tanpa persiapan, atau perubahan karena suatu ancaman. Untuk alasan tersebut, maka perawat harus dapat mengelola perubahan. Diantara banyak teori perubahan, teori Kurt Lewin paling banyak dianut oleh para inovator dan pemberharu. Lewin (1951) mengungkapkan bahwa perubahan dapat dibedakan menjadi 3 tahapan, yang meliputi: 1) unfreezing; 2) moving; dan 3) refreezing; (Kurt Lewin, 1951 dari Lancaster, J., Lancaster, W. 1982). Perubahan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Pencairan (unfreezing)motivasi yang kuat untuk beranjak dari keadaan

semula dan berubahnya keseimbangan yang ada, merasa perlu untuk berubah dan berupaya untuk berubah, menyiapkan diri, dan siap untuk berubah atau melakukan perubahan.
2. Bergerak

(moving)bergerak

menuju

keadaan

yang

baru

atau

tingkat/tahap perkembangan baru karena memiliki cukup informasi serta sikap dan kemam-puan untuk berubah, memahami masalah yang dihadapi, dan mengetahui langkahlangkah penyelesaian yang harus dilakukan, kemudian melakukan langkah nyata untuk berubah dalam mencapai tingkat atau tahap baru.

161

3. Pembekuan (refreezing), motivasi telah mencapai tingkat atau tahap

baru, atau mencapai keseimbangan baru. Tingkat baru yang telah dicapai harus dijaga agar tidak mengalami kemunduran atau bergerak mundur pada tingkat atau tahap perkembangan semula. Oleh karena itu, perlu selalu ada upaya untuk mendapatkan umpan balik, kritik yang konstruktif dalam upaya pembinaan (reinforcement) yang terus-menerus, dan berkelanjutan. Adanya tuntutan kebutuhan yang semakin meningkat, menyebabkan perawat harus berubah secara terencana dan terkendali. Salah satu teori perubahan yang dikenal dengan teori lapangan (field theory) dengan analisis kekuatan medan (force field analysis) dari Kurt Lewin (1951) dalam Marifin, (1997), ada kekuatan pendorong untuk berubah (driving forces) dan ada kekuatan penghambat terjadinya perubahan (restraining force). Perubahan terjadi apabila salah satu kekuatan lebih besar dari yang lain. 1. Faktor Pendorong Terjadinya Perubahan a. Kebutuhan dasar manusia Manusia memiliki kebutuhan dasar yang tersusun berdasarkan hierarki kepentingan. Kebutuhan yang belum terpenuhi akan memotivasi perilaku sebagaimana teori kebutuhan Maslow (1954). Di dalam keperawatan kebutuhan ini dapat dilihat dari bagaimana keperawatan mempertahankan dirinya sebagai profesi dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan/asuhan keperawatan yang profesional.

162

b.

Kebutuhan dasar interpersonal Manusia memiliki tiga kebutuhan dasar interpersonal yang melandasi sebagian besar perilaku seseorang: (1) kebutuhan untuk berkumpul bersama-sama; (2) kebutuhan untuk mengendalikan/melakukan kontrol; dan (3) kebutuhan untuk dikasihi, kedekatan, dan perasaaan emosional. Kebutuhan tersebut di dalam keperawatan diartikan sebagai upaya keperawatan untuk ikut berpartisipasi aktif dalam pembangunan kesehatan dan perkembangan iptek.

2. Faktor Penghambat Menurut New dan Couillard (1981), faktor penghambat (restraining force) terjadinya perubahan yang disebabkan oleh: (1) adanya ancaman terhadap kepentingan pribadi; (2) adanya persepsi yang kurang tepat; (3) reaksi psikologis; dan (4) toleransi untuk berubah rendah. 3. Alasan Perubahan Lewin juga (1951) mengidentifikasi beberapa hal dan alasan yang harus dilaksanakan oleh seorang manajer dalam merencanakan suatu perubahan, yaitu: a) Perubahan hanya boleh dilaksanakan untuk alasan yang baik.

b) Perubahan harus secara bertahap. c) Semua perubahan harus direncanakan dan tidak secara drastis atau mendadak. d) Semua individu yang terkena perubahan harus dilibatkan dalam perencanaan perubahan.

163

Alasan perubahan Lewin (1951) tersebut diperkuat oleh pendapat Sullivan dan Decker (1988) hanya ada alasan yang dapat diterapkan pada setiap situasi, yaitu: a) Perubahan ditujukan untuk menyelesaikan masalah.

b) Perubahan ditujukan untuk membuat prosedur kerja lebih efisien. c) Perubahan ditujukan untuk mengurangi pekerjaan yang tidak penting

164

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dan hasil analisis data yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Terjadi peningkatan pelaksanaan pre dan post conference sebesar 100% di

ruang Shinta.
2. Terjadi peningkatan pembuatan rencana harian jangka pendek setiap

perawat sebesar 100% di ruang Shinta.


3. Terjadi peningkatan penilaian tingkat kepuasan keluarga (16,78%) dan

kepuasan pasien (21,52%) terhadap perawatan di ruang Shinta sebanyak. 4. Pencapaian pengadaan form pendelegasian 100% tercapai.

Saran Berdasarkan pembahasan dan analisis situasi yang telah dilakukan, saran yang dapat diajukan adalah:
1. Perlunya pemberian motivasi untuk semua perawat dalam melaksanakan pre

dan post conference di ruangan.


2. Perlu diadakan reward bagi perawat yang sudah mampu membuatan rencana

harian perawat secara konsisten.


3. Perlu diadakan sosialisasi lebih lanjut mengenai lembar atau format

pendelegasian yang baru.

165

4. Perlu adanya pembuatan format rencana harian perawat (Ka Ru, Ka Tim, PP) untuk memudahkan perawat dalam menjalankan fungsinya.
5. Adanya ketegasan dari pihak Bidang Keperawatan dalam penerapan MPKP

di ruangan rawat inap RSJD Surakarta.

You might also like