You are on page 1of 15

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Indonesia mempunyai berbagai macam kebudayaan. Hampir setiap pulau ditinggali oleh suku dan ras dan tiap-tiap suku dan ras mempunyai kebudayaannya sendiri. Namun seiring berkembangnya zaman, kebudayaan di Indonesia mulai luntur. Hal ini dikarenakan semakin berkembangnya teknologi yang mempunyai dampak negatif terhadap kebudayaan Indonesia. Dengan banyaknya media elektronik kebudayaan barat mulai mengubah pola pikir masyarakat Indonesia. Karena pola pikir masyarakat Indonesia yang masih rendah, mereka dengan mudah mengikuti budaya barat tanpa adanya filtrasi. Sehingga mereka cenderung melupakan kebudayaanya sendiri. Selain itu, pemerintah terkesan asal- asalan mengurusi budaya. Sehingga dengan mudahnya Negara lain mengakui kebudayaan Indonesia sebagai miliknya. Apabila hal ini terus berlangsung maka kebudayaan Indonesia akan mati. Kesenian dan kebudayaan merupakan dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan. Kesenian dapat menjadi wadah untuk mempertahankan identitas budaya Indonesia. Faktanya, sekarang ini identitas budaya Indonesia sudah mulai memudar karena arus global. Masalah yang sedang marak baru-baru ini adalah diakuinya lagu daerah Rasa Sayang-sayange yang berasal dari Maluku, serta Reog Ponorogo dari Jawa Timur oleh Malaysia. Hal ini disebabkan oleh kurang pedulinya bangsa indonesia terhadap budayanya. Namun ketika kebudayaan itu diakui oleh bangsa lain, indonesia bingung. Berita terbaru menyebutkan bahwa kesenian angklung dari Jawa Barat juga mau dipatenkan oleh negara tersebut. Kebudayaan nasional adalah kebudayan kita bersama yakni kebudayaan yang mempunyai makna bagi kita bangsa indonesia. Kalau bukan kita lalu siapa lagi yang akan menjaga dan meletarikannya. Seharusnya sebagai warga negara

indonesia patut bangga dengan mempunyai kekayaan budaya. Hal ini sebenarnya akan menimbulkan rasa tanggung jawab untuk melestarikan kebudayaan tersebut. Sebagai warga negara kita hendaknya menanggapi dengan arif pengaruh nilainilai budaya barat untuk mengembangkan dan memperkaya, serta meningkatkan kebudayaan nasional dengan cara menyaring kebudayaan itu. Masalah ini perlu dikaji karena masalah ini merupakan masalah tentang identitas suatu bangasa Indonesia yang sangat penting, selain itu pengklaiman budaya merupakan tindakan yang tidak main-main di mata hokum, dan tindakan yang dilakukan dalam pengklaiman budaya ini merupakan tindakan yang memalukan, karena telah mengakui suatu budaya bangsa lain adalah miliknya. Jika tidak dikaji begitu detail, logis, dan masuk akal, maka sama saja kita membiarkan budaya kita tercuri oleh bangsa lain seperti Malaysia.

1.2 RUMUSAN MASALAH 1. 2. Bagaimana keadaaan kebudayaan Indonesia sekarang ini ? Sejauhmana Indonesia? 3. Apa saja yang menyebabkan pengklaiman budaya yang dilakukan Malaysia terhadap Indonesia? 4. Bagaimana respon atau tanggapan masyarakat Indonesia terhadap pengklaiman budaya yang dilakukan Malaysia terhadap Indonesia? 5. Bagaimana upaya pemerintah terhadap masalah pengklaiman budaya yang dilakukan Malaysia terhadap Indonesia? 6. Budaya-budaya milik Indonesia yang diklaim Malaysia ? pengklaiman budaya yang dilakukan Malaysia terhadap

1.3 TUJUAN PENULISAN 1. Untuk memahami keadaan kebudayaan Indonesia sekarang ini. 2. Untuk memahami sejauhmana pengklaiman budaya yang dilakukan Malaysia terhadap Indonesia.

3. Untuk memahami apa saja yang menyebabkan pengklaiman budaya yang dilakukan Malaysia terhadap Indonesia. 4. Untuk memahami bagaimana respon atau tanggapan masyarakat Indonesia terhadap masalah pengklaiman budaya yang dilakukan Malaysia terhadap Indonesia. 5. Untuk memahami bagaimana upaya pemerintah terhadap masalah pengklaiman budaya yang dilakukan Malaysia terhadap Indonesia. 6. Untuk memahami budaya-budaya milik Indonesia yang diklaim oleh Malaysia.

BAB II PEMBAHASAN

Dalam antropologi, budaya ialah pola perilaku dan pemikiran masyarakat yang hidup dalam kelompok sosial belajar, mencipta, dan berbagi (Microsoft Encarta Reference Library, 2005). Budaya membedakan kelompok manusia yang satu dengan yang lainnya. Menurut Ariel Heryanto (2000), kebudayaan bukan dipandang sebagai suatu realitas kebendaan, tapi persepsi, pemahaman atau konsep untuk melihat, menangkap dan mencerna realitas. Kebudayaan ada hanya jika ada kesadaran, konsep, dan bahasa manusia modern untuk melihat keberadaannya. Dengan kesadaran, konsep, dan bahasa tersebut manusia memberikan makna pada dunia yang dilihatnya. Pemaknaan diri sendiri dan dunia di sekelilingnya merupakan perlengkapan mutlak bagi setiap orang untuk menggeluti berbagai kenyataan di sekitarnya (Heryanto, 2000). Namun bentuk dan isi makna-makna ini bukan takdir yang statis dan tak dapat ditawar-tawar. Bentuk dan isi makna ini dapat berubah sesuai dengan keinginan manusia.

2.1 Bentuk Kebudayaan Indonesia Budaya Indonesia merupakan kebudayaan yang dapat di artikan sebagai kesatuan dari kebudayaan seluruh wilayah yang ada di Indonesia.

Untuk Menumbuhkan rasa Cinta Indonesia dalam rangka Mengembalikan Jati Diri Bangsa Indonesia perlu di galakkan kembali karena sekarang ini Indonesia sedang mengalami nilai nilai pergeseran dari kebudayaan lokal yaitu kebudayaan asli Indonesia kepada mulainya kecintaan terhadap budaya asing. Perlunya

Mengembalikan Jati Diri Bangsa ini dengan mencintai kebudayaan Indonesia nampaknya perlu di tanamkan kembali kepada setiap individu dari warga Indonesia. Dengan majunya teknologi di mana informasi apa saja bisa masuk dalam kehidupan masyarakat kita turut pula mempengaruhi tergesernya nilai nilai budaya

Indonesia ini. Terutama para generasi muda bangsa ini. Banyak kita lihat disekeliling kita betapa muda mudi Indonesia kebanyakan lebih suka terhadap budaya asing ketimbang kebudayaan Indonesia sendiri. Di khawatirkan kebudayaan Indonesia hanya sebagai pelengkap di acara acara tertentu saja seperti ketika memperingati kemerdekaan Indonesia. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa kebudayaan indonesia terbentuk juga karena di pengaruhi budaya asing, tapi itu dulu saat saat jaman kerajaan.

2.2 Hubungan antara Indonesia dengan Malaysia Hubungan antara Indonesia dan Malaysia beberapa kali mengalami pasang surut. Pada tahun 1963, terjadi konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia. Perang ini berawal dari keinginan Malaysia untuk menggabungkan Brunei, Sabah dan Sarawak dengan Persekutuan Tanah Melayu pada tahun 1961 (Lihat: Konfrontasi IndonesiaMalaysia). Hubungan antara Indonesia dan Malaysia juga sempat memburuk pada tahun 2002 ketika kepulauan Sipadan dan Ligitan di klaim oleh Malaysia sebagai wilayah mereka, dan berdasarkan keputusan Mahkamah Internasional (MI) di Den Haag, Belanda bahwa Sipadan dan Ligitan merupakan wilayah Malaysia. Sipadan dan Ligitan merupakan pulau kecil di perairan dekat kawasan pantai negara bagian Sabah dan Provinsi Kalimantan Timur, yang diklaim dua negara sehingga menimbulkan persengkataan yang berlangsung selama lebih dari tiga dekade. Sipadan dan Ligitan menjadi ganjalan kecil dalam hubungan sejak tahun 1969 ketika kedua negara mengajukan klaim atas kedua pulau itu. Kedua negara tahun 1997 sepakat untuk menyelesaikan sengketa wilayah itu di MI setelah gagal melakukan negosiasi bilateral. Kedua belah pihak menandatangani kesepakatan pada Mei 1997 untuk menyerahkan persengkataan itu kepada MI. MI diserahkan tanggung jawab untuk menyelesaikan sengketa dengan jiwa kemitraan. Kedua belah pihak juga sepakat untuk menerima keputusan pengadilan sebagai penyelesaian akhir sengketa tersebut. Selain itu, pada 2005 terjadi sengketa mengenai batas wilayah dan kepemilikan Ambalat.Selain itu pula. Pada Oktober 2007 terjadi konflik akan lagu

Rasa Sayang-Sayange dikarenakan lagu ini digunakan oleh departemen Pariwisata Malaysia untuk mempromosikan kepariwisataan Malaysia, yang dirilis sekitar Oktober 2007. Sementara Menteri Pariwisata Malaysia Adnan Tengku Mansor mengatakan bahwa lagu Rasa Sayange merupakan lagu Kepulauan Nusantara (Malay archipelago), Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu bersikeras lagu "Rasa Sayange" adalah milik Indonesia, karena merupakan lagu rakyat yang telah membudaya di provinsi ini sejak leluhur, sehingga klaim Malaysia itu hanya mengada-ada. Gubernur berusaha untuk mengumpulkan bukti otentik bahwa lagu Rasa Sayange merupakan lagu rakyat Maluku, dan setelah bukti tersebut terkumpul, akan diberikan kepada Menteri Kebudayaan dan Pariwisata. Menteri Pariwisata Malaysia Adnan Tengku Mansor menyatakan bahwa rakyat Indonesia tidak bisa membuktikan bahwa lagu Rasa Sayange merupakan lagu rakyat Indonesia.

2.3 Pengklaiman Budaya Indonesia oleh Malaysia Isu klaim Tari Pendet oleh Malaysia, seperti juga Batik dan Reog Ponorogo, kemungkinan besar selalu dikaitkan dengan masalah Hak Kekayaan Intelektual (HKI) bangsa Indonesia atas warisan budaya dimaksud. Menghubungkan antara warisan budaya dengan kepemilikannya secara hukum adalah reaksi yang wajar dan sebenarnya memberikan sinyal positif bahwa masyarakat Indonesia masih memiliki pride (rasa bangga) terhadap kebudayaannya sendiri. Namun demikian, kondisi aktual yang terjadi baik di tingkat internasional maupun nasional belum memungkinkan dilakukannya klaim HKI atas warisan budaya. Sampai saat ini, belum ada instrumen hukum internasional yang dapat dijadikan sebagai payung perlindungan HKI atas warisan budaya. Perbedaan yang tajam antara khususnya negara maju (yang tidak menghendaki sesuatu yang kuno untuk dilindungi oleh rezim HKI) dan negara sedang berkembang (yang menghendaki perlindungan, karena sesuatu yang kuno ternyata dapat pula menghasilkan keuntungan finansial yang besar) hingga saat ini belum dapat dicarikan jalan keluarnya yang saling menguntungkan. Di tingkat nasional, satu-satunya peraturan perundang-undangan yang mengatur adalah Pasal 10 Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

yang pada intinya menyatakan bahwa negara melindungi Ekpresi Budaya Tradisional/Folklor milik bangsa Indonesia. Namun hingga saat ini, peraturan pelaksanaan dari UU ini belum dapat diwujudkan. Sebuah upaya terobosan yang sedang dilakukan adalah dengan membuat undang-undang tersendiri, yaitu UndangUndang tentang Perlindungan dan Pemanfaatan Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional. Sekali lagi, hingga saat ini, upaya tersebut masih dalam bentuk Rancangan Undang-Undang. Satu elemen penting di dalam konsep perlindungan HKI -kecuali dalam beberapa hal- adalah bahwa sesuatu yang dapat dilindungi harus memenuhi syarat kebaruan. Artinya, bahwa sebuah karya yang diciptakan harus merupakan sesuatu yang belum pernah diciptakan sebelumnya. Dengan demikian, jika dapat dibuktikan sebaliknya, maka suatu ciptaan tidak dapat dilindungi oleh rezim HKI. Dicoba dianalogikan dengan persoalan klaim Warisan Budaya bangsa oleh pihak asing, maka diperlukan kemampuan untuk membuktikan bahwa suatu mata budaya adalah milik bangsa kita. Caranya adalah dengan mengumpulkan data dan informasi selengkap dan seakurat mungkin mengenai suatu mata budaya yang ada di Indonesia. Berdasarkan dokumentasi tersebut, dapat dilakukan suatu counter publication secara intensif untuk menunjukkan bahwa mata budaya tersebut berasal dari dan adalah milik bangsa Indonesia.

2.4 Budaya-Budaya Milik Indonesia yang Diklaim Malaysia Berikut ini adalah daftar beberapa kebudayaan ASLI Indonesia yang diklaim atau dicuri oleh oknum/pemerintah Malaysia sebagai kebudayaan negeri jiran dan digunakan untuk kepentingan komersial Malaysia. 1. Naskah kuno dari Riau, Klaim sepihak oleh pemerintah Malaysia. 2. Naskah kuno dari Sumatera Barat, Klaim sepihak oleh pemerintah Malaysia. 3. Naskah kuno dari Sulawesi Selatan, Klaim sepihak oleh pemerintah Malaysia. 4. Naskah kuno dari Sulawesi Tenggara, Klaim sepihak oleh pemerintah Malaysia.

5. Rendang (makanan) dari Sumatera Barat, Klaim oleh Warga Negara Malaysia. 6. Lagu Rasa Sayang Sayange dari Maluku, Klaim sepihak oleh pemerintah Malaysia. 7. Tari Reog Ponorogo dari Jawa Timur, Klaim sepihak oleh pemerintah Malaysia. 8. Lagu Soleram dari Riau, Klaim sepihak oleh pemerintah Malaysia. 9. Lagu Injit Injit Semut dari Kalimantan Barat, Klaim sepihak oleh pemerintah Malaysia. 10. Alat musik Gamelan dari Jawa, Klaim sepihak oleh pemerintah Malaysia. 11. Tari kuda lumping dari Jawa Timur, Klaim sepihak oleh pemerintah Malaysia. 12. Tari Piring dari Sumatera barat, Klaim sepihak oleh pemerintah Malaysia. 13. Lagu Kakak Tua dari Maluku, Klaim sepihak oleh pemerintah Malaysia. 14. Lagu Anak Kambing Saya dari Nusa Tenggara, Klaim sepihak oleh pemerintah Malaysia. 15. Motif Batik Karang dari Yogyakarta, Klaim sepihak oleh pemerintah Malaysia. 16. Badik Tumbuk Lada, Klaim sepihak oleh pemerintah Malaysia. 17. Kain Ulos, Klaim tidak jelas dari oknum/pemerintah Malaysia. 18. Alat musik Angklung, Klaim sepihak dari pemerintah Malaysia. 19. Lagu Jali-Jali, Klaim sepihak dari pemerintah Malaysia. 20. Tari Pendet dari Bali, Klaim sepihak oleh pemerintah Malaysia. Berita di RCTI tentang pengklaiman Reog Ponorogo yang diubah namanya menjadi Barongan (UMNO) yang lagi-lagi disebut sebagai salah satu budaya Malaysia. Salah seorang saksi sejarah yang membawa kesenian reog ke Malaysia tahun 90-an mengatakan, dulu ketika menjadi TKI ia sering mengadakan pertunjukan reog untuk memperkenalkan budaya Indonesia, akan tetapi polisi diraja Malaysia membuat syarat, jika reog mau tetap dimainkan maka namanya harus diubah menjadi Singa Barongan UMNO (tambahan UMNO itu adalah paksaan dari partai yang berkuasa saat itu), dan menurut saksi asal Jawa Timur tersebut, pada akhirnya reog

banyak ditampilkan di daerah-daerah lain di Malaysia dengan identitas baru dan tanpa terasa dianggap mendarah daging sebagai bagian dari kesenian local Malaysia. Di segmen itu Three Tenors menyanyikan medley lagu yang menjadi identitas beberapa negara diantaranya O paese d o sole, Cielito Lindo, Carminito, La Vie en rose, Amapola, Wien Wien nur du allein, dan Ochi tchorniye. Sementara yang saya pelajari di sekolah dasar, lagu panon hideung itu dipaten menjadi lagu daerah Jawa Barat.

2.5 Tanggapan Masyarakat Terhadap Pengklaiman Budaya Menghubungkan antara warisan budaya dengan kepemilikannya secara hukum adalah reaksi yang wajar dan sebenarnya memberikan sinyal positif bahwa masyarakat Indonesia masih memiliki pride (rasa bangga) terhadap kebudayaannya sendiri. Namun setelah lama diusut masalah ini justru membuat warga Indonesia resah, geram dan marah terhadap Malaysia. Berbagai aset budaya nasional dalam rentang waktu yang tak begitu lama, diklaim negara tetangga. Pola pengklaimannya pun dilakukan melalui momentum formal kenegaraan. Seperti melalui media promosi Visit Malaysia Year yang diselipkan kebudayaan nasional Indonesia. Dan akibat dari keresahan, gera, dan kemarahan masyarakat, banyak warga Indonesia yang demo dengan pencurian budaya Indonesia oleh Malaysia, mereka ada yang melakukan demo, dan aktivitas-aktivitas yang lain untuk menggugah pemerintah Indonesia agar segera menindaklanjuti adanya pengklaiman budaya yang dilakukan oleh Malaysia.

2.6 Upaya Pemerintah dalam Menyelesaikan Masalah Ini Begitu juga halnya dengan pemerintah, pemerintah harus tegas dalam menjaga dan melestarikan kebudayaan indonesia dengan cara membuat peraturan perundangan yang bertujuan untuk melindungi budaya bangsa. Dan jika perlu pemerintah harus mematenkan budaya-budaya yang ada di Indonesia agar budayabudaya bangsa tidak jatuh ke tangan bangsa lain. Pemerintah harus membangun sumber daya manusia dan meningkatkanan daya saing bangsa dapat dilakukan

dengan menanamkan norma dan nilai luhur budaya Indonesia sejak dini, dengan cara sosialisasi nilai budaya yang ditanamkan kepada anak sejak usia prasekolah. Hal ini ditujukan untuk mengangkat kembali identitas bangsa

IndonesiaMenghubungkan antara warisan budaya dengan kepemilikannya secara hukum adalah reaksi yang wajar dan sebenarnya memberikan sinyal positif bahwa masyarakat Indonesia masih memiliki pride (rasa bangga) terhadap kebudayaannya sendiri. Namun demikian, kondisi aktual yang terjadi baik di tingkat internasional maupun nasional belum memungkinkan dilakukannya klaim HKI atas warisan budaya. Sampai saat ini, belum ada instrumen hukum internasional yang dapat dijadikan sebagai payung perlindungan HKI atas warisan budaya. Perbedaan yang tajam antara khususnya negara maju (yang tidak menghendaki sesuatu yang kuno untuk dilindungi oleh rezim HKI) dan negara sedang berkembang (yang menghendaki perlindungan, karena sesuatu yang kuno ternyata dapat pula menghasilkan keuntungan finansial yang besar) hingga saat ini belum dapat dicarikan jalan keluarnya yang saling menguntungkan. Di tingkat nasional, satu-satunya peraturan perundang-undangan yang mengatur adalah Pasal 10 Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta yang pada intinya menyatakan bahwa negara melindungi Ekpresi Budaya Tradisional/Folklor milik bangsa Indonesia. Namun hingga saat ini, peraturan pelaksanaan dari UU ini belum dapat diwujudkan. Sebuah upaya terobosan yang sedang dilakukan adalah dengan membuat undang-undang tersendiri, yaitu UndangUndang tentang Perlindungan dan Pemanfaatan Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional. Sekali lagi, hingga saat ini, upaya tersebut masih dalam bentuk Rancangan Undang-Undang. Melakukan perlindungan Warisan Budaya bangsa bukanlah pekerjaan yang mudah. Hal tersebut sama halnya seperti upaya membangkitkan kembali kebesaran bangsa Indonesia di zaman Majapahit. Sebuah negara yang mampu melindungi dan mempromosikan Warisan Budayanya dengan baik pada umumnya akan menjadi bangsa yang besar.Sebuah contoh menarik adalah Jepang.

10

Di saat mereka baru saja kalah perang setelah berakhirnya Perang Dunia II dan semua orang sibuk berusaha untuk bertahan hidup, Pemerintah Jepang pada tahun 1950 justru mengeluarkan sebuah undang-undang tentang perlindungan Warisan Budaya Takbenda (WBT). Mereka berkeyakinan bahwa jika WBT-nya hilang, maka bangsa Jepang tidak akan pernah menjadi bangsa yang besar. Hari ini -setelah 60 tahun lebih berlalu- mereka membuktikan bahwa keputusan Pemerintah Jepang pada waktu itu adalah tepat. Pemerintah RI telah berusaha untuk melakukan berbagai upaya, antara lain: membuat inventarisasi WBT milik bangsa Indonesia; mendaftarkan mata budaya Indonesia sebagai warisan budaya dunia di UNESCO; menjadi anggota UNESCO Convention for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage 2003; dan, menyusun RUU tentang Perlindungan dan Pemanfaatan PT dan EBT. Namun demikian, semua itu tidak akan memadai, karena perlindungan Warisan Budaya esensinya adalah upaya penanaman kembali keyakinan di dalam diri bangsa Indonesia bahwa kebudayaan asli kita adalah sesuatu yang sangat luhur dan membanggakan. Dibutuhkan biaya yang sangat besar dan keterlibatan seluruh anggota masyarakat secara serentak dan berkelanjutan. Mengandalkan sepenuhnya kepada upaya Pemerintah dengan anggaran yang terbatas untuk saat ini tidak mungkin dapat dilakukan. Sebagai contoh, media massa elektronik televisi perlu mengalokasikan sebagian dari prime time-nya untuk memberikan ruang kepada acara-acara yang mengedepankan pentingnya perlindungan dan promosi Warisan Budaya bangsa. Dalam jangka pendek, upaya untuk melindungi Warisan Budaya bangsa dari klaim oleh pihak asing adalah mempromosikannya baik di dalam maupun di luar negeri melalui berbagai macam cara. Aktivitas tersebut harus dilakukan secara intensif dan berkelanjutan hingga terbentuk citra (image) bahwa suatu mata budaya adalah identik dengan Indonesia, seperti halnya baju Kimono dengan Jepang, atau bela diri Kungfu dengan Cina. Sebagai contoh, jika kita hendak melindungi dan mempromosikan mata budaya Tari Pendet, maka perlu dilakukan berbagai hal di bawah ini secara berkelanjutan:

11

1. Sebanyak mungkin misi kebudayaan ke luar negeri menampilkan kesenian Tari Pendet; 2. Seluruh perwakilan RI di luar negeri dalam berbagai kesempatan diupayakan untuk mengenakan pin atau atribut lainnya yang

menggambarkan kesenian Tari Pendet; 3. Diupayakan agar iklan komersial dapat seoptimal mungkin menunjukkan kesenian Tari Pendet; 4. Menayangkan cerita tentang Tari Pendet di media TV internasional seperti Discovery Travel and Living (Cina, India, Singapura dan Malaysia seringkali menggunakan jaringan TV tersebut untuk mempromosikan Warisan Budayanya); 5. Diproduksi berbagai macam produk barang yang menggambarkan kesenian Tari Pendet, seperti suvenir, kaos, kemeja, CD musik, film, dan sebagainya. Namun demikian, semua upaya itu hanya berhenti dalam waktu yang relatif pendek jika rasa memiliki terhadap Warisan Budaya itu sendiri tidak tertanam secara mendalam di dalam diri masyarakat. Oleh karena itu, secara paralel -oleh seluruh pemangku kepentingan terkait- perlu dilakukan berbagai upaya lainnya yang justru jauh lebih penting, antara lain: 1. Meningkatkan upaya untuk menggali kembali pengetahuan mengenai berbagai Warisan Budaya bangsa untuk menemukan berbagai nilai luhur yang dikandungnya dan dapat memberikan kebanggaan berbangsa dan bernegara; 2. Memberikan penghargaan yang tinggi -material dan non materialkepada para maestro atau human living treasure yang telah berjasa melestarikan dan mengembangkan Warisan Budaya bangsa; 3. Secara sistematis dan berkelanjutan menanamkan kembali nilai-nilai luhur dari Warisan Budaya bangsa ke dalam perilaku keseharian masyarakat;

12

4.

Mengintegrasikan kearifan lokal di dalam berbagai perencanaan kebijakan pembangunan dan pengembangan usaha, dan sebagainya.

13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Indonesia mempunyai berbagai macam kebudayaan. Hampir setiap pulau ditinggali oleh suku dan ras dan tiap-tiap suku dan ras mempunyai kebudayaannya sendiri. Pemerintah Indonesia dalam menangani masalah pengklaiman budaya yang dilakukan oleh Malaysia masih kurang tegas dan teliti dalam mengambil tindakan, contohnya dalam menjaga, memelihara dan mengamankan kebudayaan Negara kita agar tidak dapat diklaim atau ditiru oleh bangsa lain. Dari tindakan pemerintah Indonesia yang sepeti itu, dengan mudahnya Negara lain mudah mengakui kebudayaan Indonesia sebagai miliknya. Apabila hal ini terus berlangsung maka kebudayaan Indonesia akan mati.

3.2 Saran Agar budaya Indonesia tidak diklaim atau ditiru oleh bangsa lain hendaknya kita sebagai warga Negara Indonesia juga ikut menjaga, melestarikan budaya-budaya yang kita miliki, tidak hanya pemerintah saja yang kita handalkan. Karena semua elemen masyarakat harus membantu demi utuh dan murni selalu budaya milik Negara kita, yaitu Negara Indonesia. Apabila hal atau tindakan tersebut telah dimaksimalkan, astilah Indonesia akan menjadi Negara yang terhindar dari pengklaiman budaya. Indonesia akan menjadi Negara yang mempunyai identitas budaya yang tidak bisa disamakan dengan bangsa lain. Dan Indonesia lambat laun akan mempopuerkan budaya tersebut melalui bidang pariwisata yang dapat meningkatkan devisa Negara meningkatkan devisa Negara kita. Dan yang tidak kalah penting budaya Negara kita akan diakui oleh bangsa luar, yang akhirnya tidak ada yang berani mengklaim suatu budaya.

14

BAB IV DAFTAR RUJUKAN

Microsoft Encarta Reference Library, 2005. Makna Kebudayaan,online, http://synaps.wordpress.com/2006/01/07/masalah-budaya/ Masalah Kebudayaan Di Indonesia. http://skyrider27.blogspot.com/2009/11/masalah-kebudayaan-di-indonesia.html Hunungan antara Indonesia dengan Malaysia http://id.wikipedia.org/wiki/Hubungan_Indonesia_dengan_Malaysia Langkah Praktis Menangkal Klaim Warisan Budaya oleh Pihak Asing. http://oase.kompas.com/read/2009/08/26/16294067/langkah.praktis.menangkal.klaim. warisan.budaya.oleh.pihak.asing kebudayaan ASLI Indonesia yang diklaim atau dicuri oleh oknum/pemerintah Malaysia http://cassierrabrenmom.multiply.com/journal/item/12/Indonesia_vs_Malaysia_Peng klaiman_budaya_yang_terus_berlanjut http://cassierrabrenmom.multiply.com/journal/item/12/Indonesia_vs_Malaysia_Peng klaiman_budaya_yang_terus_berlanjut Pengaruh Kebudayaan dari Luar http://aprillins.com/2009/481/pengaruh-kebudayaan-barat-terhadap-kebudayaanindonesia/ kebudayaan Indonesia yang Semakin Tergusur http://pusakacita.wordpress.com/2008/02/19/kebudayaan-kita-semakin-tergusur/ budaya Indonesia http://indonesia-liek.blogspot.com/2009/08/budaya-indonesia.html

15

You might also like