You are on page 1of 6

Makalah Filsafat George F.

Hegel
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ......... Daftar isi .......... BAB I PENDAHULUAN ......
A. Latar Belakang ......... B. Rumusan Masalah................................ C. Tujuan...........

BAB II PEMBAHASAN ....... Filsafat Goerge f. hegel BAB III PENUTUP

Kesimpulan..................................................................

DAFTAR PUSTAKA....

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Tatkala filsafat lahir dan mulai tumbuh, ilmu pengetahuan masih merupakan bagian yang tak terpisahkan dari filsafat. Seiring berjalannya waktu Filsafat pun berkembang dan masingmasing terklasifikasi. Dalam banyak literatur filsafat mutakhir, klasifikasi tahap sejarah filsafat dibagi menjadi empat tahap penting, yaitu Filsafat Klasik, Filsafat Abad Pertengahan, Filsafat Modern dan Filsafat Kontemporer. Pada zaman Filsafat modern, ada banyak filsuf penting yang hidup pada masa modern ini, salah satu filsuf penting itu adalah Geprge F. Hegel dengan berbagai karyanya yang sangat terkenal. Karya yang paling digemari dan menimbulkan diskusi diskusi yang sangat menarik adalah Phenomenology of Mind. Meski Hegel telah mati dan tak bergerak jasad fisiknya, pikiran-pikirannya terus hidup, bergerak keseluruh dunia hingga saat ini. Lebih dari itu, visi misi filsafat Hegel memang berbeda dibanding dengan karya pemikir lainnya, Oleh karena itu dalam makalah ini kami mencoba membahas lebih lanjut tentang Pemikiran Filsafat George F. Hegel. B. Rmusan Masalah Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah Sejarah Filsafat George F. hegel? C. Tujuan Adapun tujuannya yaitu : 1. Memahami bagaimana filsafat George F. Hegel.

BAB II PEMBAHASAN

Filsafat George F. Hegel


George Wilhelm Friedrich Hegel, demikian nama aslinya, lahir di Stuttgart pada 27 Agustus 1770 dan meninggal pada 14 november 1831. Keluarga Hegel adalah sebuah keluarga menegah yang mapan di Stuttgart. Hegel muda hidup di zaman revolusi perancis. Seperti kebanyakan pemuda lainnya di jerman, ia mengikuti pencerahan dan berbagai peristiwa di Perancis dengan penuh perhatian dan hati-hati. Tepat tahun 1807 Hegel menuntaskan buku pertamanya di saat Napoleon berkuasa. Buku itu berjudul Phenomenology of spirit. Hegel memiliki pengaruh yang sangat luas terhadap para penulis dari berbagai kalangan termasuk para pengagumnya yaitu Hans King, Max Striner, Karl marx. Tetapi tidak sedikit pula yang menentangnya diantaranya, Nietszche, Schelling, Kierkegaard. Filsafat Hegel sering disebut sebagai puncak idealisme Jerman. Filsafatnya banyak diinspirasikan oleh Imanuel Kant dengan filsafat ilmunya ( filsafat dualisme). Hegel yang pada awalnya sangat terpengaruh oleh filsafat Kant tersebut kemudian menemukan jalan keluarnya melalui kontemplasi yang terus menerus. Ketertarikan Hegel sejak awal pada metafisika, meyakinkannya bahwa ada ketidak jelasan bagian dunia, bagi Bertrand Russell pemikirannya kemudian merupakan Intelektualisasi dari wawasan metafisika. Pada dasarnya filsafat Hegel mematahkan anggapan kaum empiris seperti John Lock, Barkeley dan David Hame. Mereka ( kaum empiris ) mengambil sikap tegas pada metafisika, bagi Lock metafisika tidak mampu menjelaskan basis fundamental filsafat atau Epistimologi ( bagaimana realitas itu dapat diketahui ) dan tidak dapat mencapai realitas total, pendapat ini diteruskan kembali oleh David Hume bahwa metafisika tidaklah berharga sebagai ilmu dan bahkan tidak mempunyai arti., baginya metafisika hanya merupakan ilusi yang ada diluar batas pengertian manusia. Dengan metafisika kemudian Hegel mencoba membangun suatu sistem pemikiran yang mencakup segalanya baik Ilmu Pengetahuan, Budaya, Agama, Konsep Kenegaraan, Etika, Sastra, dll. Hegel meletakkan ide atau ruh atau jiwa sebagai realitas utama, dengan ini ia akan menyibak kebenaran absolut dengan menembus batasan-batasan individual atau parsial. Kemandirian bendabenda yang terbatas bagi Hegel dipandang sebagai ilusi, tidak ada yang benar nyata kecuali keseluruhan (The Whole).

Hegel memandang Realitas bukanlah suatu yang sederhana, melainkan suatu sistem yang rumit. Ia membangun filsafat melalui metafora pertumbuhan biologis dan perubahan perkembangan atau bisa disebut dengan organisme. Pengaruh konsep organisme pada diri Hegel, membuatnya memandang bahwa organisme merupakan model untuk memahami kepribadian manusia, masyarakat, institusi, filsafat dan sejarah. Dalam hal ini organisme dipandang sebagai suatu hirarki, kesatuan yang saling membutuhkan dan masing-masing bagian memiliki peran dalam mempertahankan suatu keseluruhan. Segala sesuatu yang nyata adalah rasional dan segala sesuatu yang rasional adalah nyata (all that is real is rational and all that is rational is real) adalah merupakan dalil yang menegaskan bahwa luasnya ide sama dengannya luasnya realitas. Dalil ini berbeda dengan yang dinyatakan oleh keum empiris tentang realitas, yang nyata bagi kaum empiris secara tegas ditolak oleh Hegel, sebab baginya itu tidaklah rasional, hal tersebut terlihat rasional karena merupakan bagian dari aspek keseluruhan. Hegel meneruskan bahwa keseluruhan itu bersifat mutlak dan yang mutlak itu bersifat spiritual yang lambat laun menjadi sadar akan dirinya sendiri. Jadi realitas pada kesendiriannya bukanlah hal yang benar-benar nyata, tetapi yang nyata pada dirinya adalah partisipasinya pada keseluruhan. Dalam bukunya Phenomenologi of Mind (1807), Hegel menggambarkan tentang yang mutlak sebagai bentuk yang paling sempurna dari ide yang selanjutnya menjadi ide absolut. Ide absolut menurut Bertrand Russell adalah pemikiran murni, artinya adalah bahwa ide absolut merupakan kesempurnaan fikiran atau jiwa yang hanya dapat memikirkan dirinya sendiri. Pikirannya dipantulkan kedalam dirinya sendiri melalui kesadaran diri. Sistem filsafat Hegel dapat dibagi kedalam tiga pokok utama: Pertama, tahap ketika roh berada dalam keadaan "ada dalam dirinya sendiri", filsafat yang membicarakan keadaan roh dalam keadaan seperti ini disebut dengan logika. Logika yang dimaksud Hegel tidak seperti pengertian tradisional sebagai bentuk dan hukum berfikir seperti dirumuskan Aristoteles, tapi logika ini memandang roh di dalam dirinya yang bebas dalam batasan ruang dan waktu.

Kedua, tahap ketika roh berada dalam keadaan "berbeda dengan dirinya sendiri." Ketiga, tahap dimana roh kembali kepada dirinya sendiri, ringkasnya roh berada dalam keadaan "dalam dirinya dan bagi dirinya sendiri." Seperti halnya kaum idealis lainnya, Hegel juga menerima prinsip idealistik bahwa realitas seluruhnya harus disetarafkan sengan suatu subjek. dalil Hegel yang kemudian terkenal berbunyi:"Semua yang real bersifat rasional dan semua yang rasional bersifat real." Maksudnya adalah bahwa luasnya rasio sama dengan luasnya realitas. Realitas seluruhnya adalah proses pemikiran (idea, menurut istilah Hegel) yang memikirkan dirinya sendiri. Atau dengan perkataan Hegel yang lain, realitas seluruhnya adalah Roh yang lambat laun menjadi sadar akan dirinya. Konsep filsafat Hegel seluruhnya historis dan relatif. Ia mengatakan bahwa apa yang benar ialah perubahan. Kunci filsafat Hegel terletak pada pandangannya tentang sejarah. Sejarah menurut Hegel mengikuti jiwa dialektik. Untuk menjelaskan filsafatnya, Hegel menggunakan dialektika sebagai metode. Namun, dialektika itu bukanlah sekedar digunakan untuk menjelaskan. Lebih luas dari itu, menurut Hegel, dalam realitas ini berlaku dialektika. Yang dimaksud oleh Hegel dengan dialektika adalah mendamaikan, mengkompromikan hal-hal yang berlawanan.

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari pembahsan diatas adalah sebagai berikut : Konsep filsafat Hegel seluruhnya historis dan relatif. Ia mengatakan bahwa apa yang benar ialah perubahan. Kunci filsafat Hegel terletak pada pandangannya tentang sejarah. Sejarah menurut Hegel mengikuti jiwa dialektik.Untuk menjelaskan filsafatnya, Hegel menggunakan dialektika sebagai metode. Yang dimaksud oleh Hegel dengan dialektika adalah mendamaikan, mengkompromikan hal-hal yang berlawanan. dalil Hegel yang kemudian terkenal berbunyi:"Semua yang real bersifat rasional dan semua yang rasional bersifat real." Maksudnya adalah bahwa luasnya rasio sama dengan luasnya realitas. Realitas seluruhnya adalah proses pemikiran (idea, menurut istilah Hegel) yang memikirkan dirinya sendiri. Atau dengan perkataan Hegel yang lain, realitas seluruhnya adalah Roh yang lambat laun menjadi sadar akan dirinya.

DAFTAR PUSTAKA
Maksum, Ali, 2008, Pengantar Filsafa Dari masa klasik hingga post modernisme, Yogyakarta: Arruz Media. Bagus, Loren, 1996, Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedia. Magnis Suseno, Franz, 1992, Filsafat sebagai Ilmu Kritis, Yogyakarta: Kanisius.

You might also like