You are on page 1of 11

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Manusia membutuhkan seni untuk memberi warna dalam hidupnya. Melalui seni, kita bisa mengekspresikan diri, menumpahkan segala rasa dan gelora jiwa. Bahkan, kita dapat pula menuangkan berbagai ide dan kreasi kita. Tidak hanya kita, anak-anak perlu juga dikenalkan dengan seni. Dengan berkesenian, diharapkan banyak manfaat yang dapat dipetik untuk perkembangan mental anak. Seni juga bisa menumbuhkan jiwa kreatif pada buah hati kita. Apabila anak kita sudah pandai menyanyi, tentu dia ingin menguasai berbagai jenis lagu, entah itu pop, rok, dangdut, maupun yang lainnya. Tentu dia akan bernyanyi sambil bergoyang-goyang, tersenyum-senyum, atau menggerak-gerakkan tangan dan kakinya. Ia pun dengan spontan akan menyesuaikan gaya dengan musik iringannya. Pendek kata, segala hal dilakukan untuk menambah bagus penampilannya. Anak pun selanjutnya ingin membuat lagu sendiri dengan segala kemampuan dan kelucuan yang dimiliki. Begitu pun dengan aktivitas seni lainnya, anak pasti akan menunjukkan kreativitasnya. Apabila anak kita sudah terdidik untuk kreatif dalam berkesenian, maka dia akan kreatif pula dalam berproses mencapai segala impian hidupnya. Ia tidak akan diam saja ketika menghadapi kesulitan, namun dengan sigap selalu mencari cara untuk mengatasinya. Anak tidak akan mati gaya, mati kreativitas, karena seni telah mengantarkan anak pada pemahaman sisi kemanusiaan. Dalam bermusik pun anak harus didukung kreativitasnya, misalnya melalui permainan tradisional. Para pendidik hendaknya mau mengenalkann permainan tradisioanal kepada anak agar kreativitas bermusik anak dapat tumbuh dengan baik sejak dini.

B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah hakekat bermusik bagi anak? 2. Bagaimanakah hakekat permainan tradional itu? 3. Bagaimanakah cara menumbuhkan kreativitas bermusik pada anak melalui permainan tradisional?
1

C. Tujuan 1. Mengetahui hakekat bermusik bagi anak. 2. Mengetahui hakekat permainan tradional. 3. Mengetahui cara menumbuhkan kreativitas bermusik pada anak melalui permainan tradisional

BAB II PEMBAHASAN

A. Hakekat Bermusik bagi Anak Musik berperan mengoptimalkan perkembangan otak anak. Mendengarkan musik di 3 tahun pertama akan membentuk fungsi otak yang sangat menunjang proses belajar:

Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah Memacu berpikir kreatif Menambah daya ingat Menambah motivasi dan kemampuan belajar Mengaktifkan kedua belah otak (kiri dan kanan) Penguasaan bahasa dan perbendaharaan kata yang baik Meningkatkan aspek-aspek dalam intelegensi ganda, mis: berpikir spasial-temporal Meningkatkan rentang perhatian (konsentrasi) terhadap suatu tugas/pekerjaan Banyak wanita yang sejak hamil memberikan rangsangan musik pada janinnya.

Namun begitu si bayi lahir rangsangan bermusik ini makin lama makin berkurang. Padahal sejak lahir seorang bayi sudah dibekali dengan gen dan sinapsis di otaknya yang sensitif terhadap bunyi musik sehingga ia peka dan siap bermusik dan akan berkembang jika dirangsang oleh lingkungan terlebih pada masa pekanya yaitu 0 3 tahun. Namun kemampuan memproses musik secara natural ini akan lama-lama hilang jika tidak terus dirangsang. Jadi semakin dini rangsangan bermusik diberikan dan dipupuk terus semakin baik pengaruhnya bagi anak. Beberapa jenis musik mempunyai efek yang berbeda pada seseorang. Musik klasik seperti dari Mozart, Bach, Chopin mempunyai efek terapi/penyembuhan, sedangkan musik klasik berirama mars (atau dari Paganini dan Wagner) membangkitkan energi seseorang, bahkan pada beberapa anak membuat tingkat hiperaktivitasnya bertambah. Musik rock dan disko, karena latar belakan irama dan musiknya yang gaduh terlalu merangsang anak sehingga ber-efek kurang baik. Apakah anak harus mendengarkan musik sepanjang hari? Tidak. Karena mendengarkan musik terus menerus akan membuat telinga menjadi kebal

dan menurunkan sensitivitas terhadap musik. Kesenyapan/kesunyian juga dibutuhkan untuk membantu anak belajar konsentrasi, atau mendengarkan sesuatu secara fokus. Ada 4 elemen bermusik: menyanyi, menari (gerak bebas/kreatif), mendengar, dan memainkan alat musik. 1. Menyanyi

Rajinlah menyanyi bersama anak. Nyanyian yang baik untuk anak adalah yang melodi dan syairnya sederhana, mudah dimengerti dan diikuti.

Bernyanyilah tanpa iringan alat musik, spontan, dan mengiringi kegiatan anda dengan anak (bangun tidur, mandi, cuci tangan, menjelang makan, bermain, membereskan mainan, belajar, menjelang tidur, dan lainnya)

Menyanyilah untuk bayi: yang masih di kandungan maupun yang sudah lahir. Perkenalkan anak pada berbagai macam lagu: daerah, perjuangan, hari-hari besar, jenaka, klasik, dan lainnya. Pakailah lagu sebagai sarana untuk mengenalkan suatu informasi. Misalnya: lagu TekKotek untuk mengajarkan tentang ayam, Ambilkan Bulan, Bu untuk belajar tentang malam hari.

2. Menari (gerak bebas/kreatif)


Dorong anak menari dengan selendang, pita lebar-panjang, mengikuti irama musik Ajak anak menciptakan gerakan sesuai irama musik: cepat, lambat, lembut/melambai, baris-berbaris dan lainnya.

3. Mendengarkan

Perdengarkan kaset, CD musik di mobil, maupun di rumah. Perkenalkan anak pada berbagai jenis musik: klasik, pop, jazz, tradisional, blues, rapreggae, dll.

Ajak anak menonton konser musik di sekolah, marching-band pada berbagai pawai, orkestra di gedung pertunjukkan khusus.

Ajak anak menginterpretasikan lagu dari sisi: syair, dan mood lagu (ceria, sendu, muram, seram, meledak-ledak, tenang).

4. Memainkan alat musik

Ciptakan alat musik buatan sendiri dari bahan yang sederhana: botol plastik diisi bijibijian menjadi marakas, kaleng susu dan sendok menjadi drum dan pemukulnya, tempurung kelapa jadi alat irama (ritmik).
4

Mulailah dengan menyediakan instrumen musik irama untuk anak bereksplorasi bebas dan kreatif: tambourine, cymbal, bel, genderang.

Mainkan instrumen musik bermelodi seperti xylofon, piano, dan gitar (jika anda bisa dan punya)

Tawarkan les alat musik pada anak. Masa terbaik untuk belajar instrumen musik terutama pada usia 3-10 tahun. Untuk mendapat manfaat optimal dari musik yakni kecerdasan anak, anak harus aktif

bermain dengan musik. Pada awalnya, yang dipakai tidak harus alat musik yang sesungguhnya. Ia harus memiliki kesempatan berpartisipasi dalam menyanyi, menari (gerakan kreatif), mendengarkan dan memainkan alat musik. Kombinasi ini dinamakan keterampilan membuat musik secara aktif. Namun, pada awalnya, alat musik tidaklah harus alat musik sesungguhnya. Seperti dalam belajar berbicara, anak harus mendengar suara orang bicara. Kemampuan berbahasanya tidak akan lengkap jika ia tidak mendapat kesempatan berbicara dengan orang lain. Demikian pula dengan musik. Ia harus punya kesempatan membuat musik secara aktif. Mendengar musik tanpa punya kesempatan memproduksi musik sama saja mendengarkan bahasa tanpa punya kesempatan berkomunikasi dengan orang lain. Salah satu kegiatan bermusik yang paling mudah dan mungkin pertama kali dilakukan anak adalah bernyanyi. Saat ini, karena kesibukan orang tua pada masa kini dan sejalan dengan berkembangannya, industri musik membuat musical play (kegiatan bermain yang melibatkan musik) dan bernyanyi, dilupakan dan digantikan dengan CD yang berisi dentuman energik drum dan lagu-lagu anak yang lucu. Anak-anak memerlukan model vokal yang pantas. Dr. John Feierabend (1996) menyarankan cara memilih lagu yang menarik minat anak. ia merekomendasikan folk songs, misalnya, karena terdiri dari kata-kata dan musik. Ia juga percaya kalau teks seharusnya berhubungan dengan dunia anak: imajinatif, kreatif dan penuh dengan pengamatan dari kacamata anak yang indah. Bernyanyi juga menyediakan kesempatan untuk ekspresi diri, membantu mengembangkan kesadaran diri. Aktif bermusik juga berarti mendapat kesempatan untuk menghasilkan bunyi. Saat anak mendapatkan kesempatan untuk memainkan instrumen sederhana, ia mendapatkan pengalaman musik yang penting. Menciptakan bunyi dengan cara mengeksplorasi instrumen sederhana membuat anak mengekspresikan dirinya secara unik. Improvisasi dan eksperimen dengan drum, sticks berirama, rattle, dan bahkan irama dari perkakas rumah, membuat anak memiliki kesempatan menghubungkan antara suara yang bervariasi dan bagaimana menghasilkan suara tersebut.

B. Hakekat Permainan Tradisional Menurut Hurlock dalam Kamtini (2005), bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan secara sukarela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kajian. Bermain musik termasuk permainan aktif yang dapat mendorong anak untuk

mengembangkan tingkah laku sosialnya, yaitu dengan bekerja sama dengan teman-teman sebayanya dalam memproduksi musik, menyanyi, berdansa atau memainkan alat musik. Ketika anak-anak bermain, mereka kerap kali merasakan adanya kejenuhan ataupun rasa bosan. Pada saat seperti inila mereka biasanya mencoba melakukan sebuah variasi permainan, misalnya dengan menyanyi atau menari. Permainan tradisional adalah permainan yang dimainkan anak-anak dengan alat-alat yang sederhana. Mereka menggunakan barang-barang yang ada di sekitar pemain. Hal itu mendorong mereka untuk lebih kreatif dalam menciptakan alat-alat permainan. Di sini juga terlihat bahwa para pemain dituntut untuk kreatif dalam menciptakan aturan yang sesuai keadaan mereka. Children International Summer Village (CISV) Indonesia, Dharmesti Shindunatha mengatakan berbagai permainan tradisional yang ada di berbagai daerah patut untuk tetap kita jaga. Menurutnya, permainan tradisional memiliki nilai-nilai pendidikan dan kearifan lokal yang berakar. Menurut Dharmesti, kalau sebuah permainan daerah betul-betul dikuasai sesuai dengan jenis dan batas usia, akan berdampak positif terhadap pertumbuhan anak. Selain itu, permainannya juga tidak kalah seru dibanding berbagai mainan yang disuguhkan oleh gadget. Permainan tradisional sudah hampir terpinggirkan dan tergantikan dengan permainan modern. Sebaiknya ada upaya dari orang dewasa yang pernah mengalami fase bermain permainan tradisional untuk memperkenalkan dan melaestarikan kembali permainan tradisional. Sebab permainan tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa, fisik dan mental anak. Pengaruh dan manfaat permainan tradisional terhadap perkembangan jiwa anak di antaranya yaitu anak manjadi lebih kreatif, dapat menjadi terapi bagi anak, untuk mengembangkan kecerdasan majemuk anak salah satunya yaitu mengembangkan kecerdasan musikal pada anak. Nyanyian atau bunyi-bunyian sangat akrab pada permainan tradisional. Permainan-permainan yang dilakukan sambil bernyanyi di antaranya yaitu:
6

1. Cublak-cublak suweng 2. Jamuran 3. Jaranan 4. Ucang-ucang angge 5. Enjot-enjotan 6. Tali tempurung 7. Berbalas pantun 8. Pur-pur sadapur 9. Dll. C. Permainan Tradisional sebagai Penumbuh Kreativitas Bermusik pada Anak Supriadi (2001) memaparkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Sementara itu, Munandar (1999) mengemukakan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang sudah ada atau sudah dikenal sebelumnya, yaitu semua pengalaman dan pengetahuan yang telah diperoleh seseorang selama hidupnya baik itu di lingkungan sekolah, keluarga, maupun dari lingkungan masyarakat. Selain itu, menurut pandangan ahli psikologis Horrace et al (Sumarno, 2003) dikatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menemukan cara-cara baru bagi pemecahan problemaproblema, baik yang berkenaan dengan ilmu pengetahuan, seni sastra atau seni lainnya, yang mengandung suatu hasil atau pendekatan yang sama sekali baru bagi yang bersangkutan, meskipun bagi orang lain merupakan suatu hal yang tidak asing lagi. Banyak definisi tentang kreativitas, namun tidak ada satu definisi pun yang dapat diterima secara universal. Untuk lebih menjelaskan pengertian kreativitas, akan dikemukakan beberapa perumusan yang merupakan simpulan para ahli mengenai kreativitas. Kreativitas merupakan proses mental yang unik, suatu proses yang semata-mata dilakukan untuk menghasilkan sesuatu yang baru, berbeda dan orisinal. Penelitian telah menunjukkan dua faktor yang penting yang mempengaruhi kreativitas pada anak (Hurlock, 1999). Pertama, sikap sosial yang ada dan tidak menguntungkan kreativitas harus ditanggulangi. Alasannya, karena sikap seperti itu mempengaruhi teman sebaya, orang tua dan guru serta perlakuan mereka terhadap anak yang berpotensi kreatif. Apabila harus dibentuk kondisi yang menguntungkan bagi perkembangan
7

kreativitas, faktor negatif ini harus dihilangkan. Kedua, kondisi yang menguntungkan bagi perkembangan kreativitas harus diadakan pada awal kehidupannyua ketika kreativitas mulai berkembang dan harus dilanjutkan terus sampai berkembang dengan baik. Banyak hal dapat dilakukan untuk meningkatkan kreativitas, seperti memberi dorongan kreatif, waktu untuk bermain dan sebagainya. Anak membutuhkan waktu dan kesempatan menyendiri untuk mengembangkan kehidupan imajinatif yang kaya. Selain hal tersebut mereka juga membutuhkan sarana untuk bermain dan kelak sarana lainnya harus disediakan untuk merangsang dorongan eksperimental dan eksplorasi, yang merupakan unsur penting dari semua kreativitas dengan dukungan lingkungan yang merangsang. Tentang kondisi lingkungan yang dapat merangsang kreativitas dijelaskan oleh Hurlock (1999) bahwa lingkungan rumah dan sekolah harus merangsang kreativitas dengan memberikan bimbingan dan dorongan untuk menggunakan sarana yang akan mendorong kreativitas. Kurangnya rangsangan, sebagai salah satu hambatan yang paling umum terjadi, akan menghambat perkembangan kreativitas dan membekukan kreativitas itu sendiri. Kurangnya rangsangan dapat disebabkan ketidaktahuan orang tua dan orang lain dalam lingkungan anak tentang pentingnya kreativitas atau mungkin ditimbulkan oleh asumsi bahwa kreativitas merupakan sifat bawaan, sehingga alam akan mengatur perkembangnnya dan karena nya rangsangan tidak diperlukan. Permainan-permainan tradisional menggunakan keterampilan bermusik sebagai salah satu pendukungnya. Lelagon dolanan atau lagu dolanan anak menjadi bagian dari permainan anakanak tradisional. Di sela-sela permainan, lelagon dolanan anak sering dilantunkan. Hal ini membuat suasana permainan semakin semarak, akrab, indah, dan menyengangkan. Menthok-menthok, Kupu Kuwi, Gundhul Pacul, Cublak Suweng, Kate Dipanah, Sarsur Kulonan, Buta Galak, Montor Cilik, Bocah Dolan, Jambe Thukul, Ilir-ilir, Pitik Jambul, Pitik Tukung, Sluku Bathok, Sapi, Gugur Gunung, Gajah-gajah, dan lain-lain adalah sebagian dari repertoar lelagon dolanan anak karya leluhur yang telah dikenal dan disajikan oleh anak-anak pada saat itu.

Permainan tradisonal akan lebih mampu dalam menunjang kreativitas bermusik pada anak apabila dibandingkan dengan permainan modern yang lebih bersifat monoton. Permainan tradisional menyuguhkan berbagai alternatif pilihan untuk mengembangkan kreativitas bermusik seperti kreativitas dalam bernyanyi, menari sesuai irama musik ataupun memainkan alat musik. Apabila hal tersebut disinergikan, maka akan mampu memupuk bakat anak dalam bermusik. Hal tersebut juga selaras dengan usia anak yaitu usia bermain dan berkelompok. Jadi akan lebih mudah mengajarkan musik pada anak melalui permainan

terlebih lagi permainan tradisional yang dapat mengembang keempat komponen dalam bermusik. Permainan tradisional ini juga termasuk permainan aktif, jadi anak dapat secara bebas mengungkapkan ide dan kreativitasnya pada saat melakukan permainan tradisional. Permainan
tradisional akan mendukung anak dalam bermusik. Hal tersebut karena dalam permainan tradisional anak bermain dengan lebih bebas. Meraka dapat menggunakan kreativitas mereka dalam bernyanyi, menari maupun memainkan alat musik sesuai dengan permaina yang mereka lalukan. Misalnya untuk permainan jaranan, anak dapat secara kreatif bernyanyi lagu jaranan sambil diiringi dengan alat musik ritmis yang mereka buat sendiri seperti menggunakan botol beling, maracas dari botol berisi bijian ataupun menggunakan kaleng-kaleng bekas. Properti yang digunakan pun juga dapat diambil dari lingkungan sekitar mereka, contohnya untuk mengganti kuda-kudaan yaitu menggunakan pelepah daun pisang. Dengan permainan taradisional diharapkan anak dapat memiliki kecerdasan musikal yang baik karena permainan ini disertai dengan keterampilan bermusik.

BAB III PENUTUP

A. Simpulan Musik berperan mengoptimalkan perkembangan otak anak. Mendengarkan musik di 3 tahun pertama akan membentuk fungsi otak yang sangat menunjang proses belajar. Ada 4 elemen bermusik: menyanyi, menari (gerak bebas/kreatif), mendengar, dan memainkan alat musik. Dr. John Feierabend (1996) menyarankan cara memilih lagu yang menarik minat anak. ia merekomendasikan folk songs, misalnya, karena terdiri dari kata-kata dan musik. Ia juga percaya kalau teks seharusnya berhubungan dengan dunia anak: imajinatif, kreatif dan penuh dengan pengamatan dari kacamata anak yang indah. Permainan tradisional adalah permainan yang dimainkan anak-anak dengan alat-alat yang sederhana. Mereka menggunakan barang-barang yang ada di sekitar pemain. Hal itu mendorong mereka untuk lebih kreatif dalam menciptakan alat-alat permainan. Di sini juga terlihat bahwa para pemain dituntut untuk kreatif dalam menciptakan aturan yang sesuai keadaan mereka. Kreativitas merupakan proses mental yang unik, suatu proses yang semata-mata dilakukan untuk menghasilkan sesuatu yang baru, berbeda dan orisinal. Permainanpermainan tradisional menggunakan keterampilan bermusik sebagai salah satu

pendukungnya. Lelagon dolanan atau lagu dolanan anak menjadi bagian dari permainan anak-anak
tradisional. Hal tersebut juga selaras dengan usia anak yaitu usia bermain dan berkelompok.

Jadi akan lebih mudah mengajarkan musik pada anak melalui permainan terlebih lagi permainan tradisional yang dapat mengembang keempat komponen dalam bermusik.

B. Saran Sejak dini, sebaiknya anak dikenalkan dengan permainan tradisional sehingga kreativitas bermusik mereka dapat tumbuh lebih maksimal. Pendidik pun perlu mendukung hal teserbut.

10

Daftar Pustaka

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_pls_055493_chapter1.pdf http://www.scribd.com/doc/48666155/INOVASI-PENDIDIKAN-MELALUI-PERMAINANTRADISIONAL http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND.TEKNIK_SIPIL/196409101991011UKADI/02-Penelitian/12-Pola_Permainan_Anak.pdf http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK/197803082001122RITA_MARIYANA/MODUL_KREATIVITAS_AUD.pdf http://www.scribd.com/doc/48666155/INOVASI-PENDIDIKAN-MELALUI-PERMAINANTRADISIONAL

11

You might also like