Professional Documents
Culture Documents
Diajukan pada Kegiatan Pelatihan USG Dasar Obstetri Ginekologi ke VII di RSPAD Gatot
Soebroto, Jakarta, 9 – 12 April 2008
Tujuan Pembelajaran
Umum
Setelah mempelajari tulisan ini, peserta didik diharapkan mampu mengetahui pemeriksaan cairan
amnion
Khusus
1. Mampu menjelaskan embriologi, komposisi dan fisiologi cairan amnion.
2. Mampu melakukan penilaian sonografis cairan amnionm dan aspek klinisnya.
3. Mampu mendeteksi kelainan cairan amnion
4. Mampu membuat laporan tertulis dari hasil pemeriksaan cairan amnion
Pendahuluan
Cairan amnion sangat penting bagi tumbuh kembang normal seorang janin. Bila terdapat
oligohidramnion atau hidramnion, maka angka mortalitas dan morbiditas janin dan neonatus akan
meningkat. USG dapat membantu menilai volume cairan amnion baik secara subyektif maupun
semikuantitatif.
Selain berkaitan dengan usia gestasi, volume cairan amnion juga berhubungan dengan
berat janin dan berat plasenta.( Queenan JT, 1972).
Pada trimester kedua dan ketiga dapat dilihat adanya partikel-partikel ekhogenik didalam
cairan amnion. Partikel-partikel tersebut adalah epitel-epitel yang terlepas dari tubuh janin dan
verniks kaseosa (G. Weber et al, 2005).
2
Pada Gambar 2 dan 3 dapat dilihat mekanisme pertukaran atau sirkulasi cairan amnion.
3
ada satupun metoda pengukuran volume cairan amnion tersebut yang dapat dijadikan standar
baku emas. Penilaian subyektif oleh seorang pakar dengan memakai USG “real-time” dapat
memberikan hasil yang baik.
Penilaian subyektif volume cairan amnion didasarkan atas pengalaman subyektif
pemeriksa didalam menentukan volume tersebut berdasarkan apa yang dilihatnya pada saat
pemeriksaan. Dikatakan normal bila masih ada bagian janin yang menempel pada dinding uterus
dan pada bagian lain cukup terisi oleh cairan amnion. Bila sedikit, maka sebagian besar tubuh
janin akan melekat pada dinding uterus sedangkan bila hidramnion, maka tidak ada bagian janin
yang menempel pada dinding uterus.
Penilaian semikuantitatif dilakukan melalui pengukuran satu kantong (single pocket)
amnion terbesar yang terletak antara dinding uterus dan tubuh janin, tegak lurus terhadap lantai
(lihat Gambar 10.7). Tidak boleh ada bagian janin yang terletak didalam area pengukuran
tersebut. Pada tabel 10.1 dapat dilihat klasifikasi volume cairan amnion berdasarkan
pengukuran semikuantitatif (G. Weber et al, 2005).
> 8 cm Polihidramnion
• 8 – 12 cm • Polihidramnion ringan
• 12 – 16 cm • Polihidramnion sedang
• > 16 cm • Polihidramnion berat
< 1 cm Oligohidramnion
Sumber : Weber G, Merz E. Amniotic Fluid. Dalam : Ultrasound in Obstetrics and Gynecology.
Editor Eberhard Merz, Thieme, 2005:409-414
Pengukuran volume amnion empat kuadran atau indeks cairan amnion (ICA) diajukan
oleh Phelan dkk (1987) lebih akurat dibandingkan cara lainnya. Pada pengukuran ini, abdomen
ibu dibagi atas empat kuadran. Garis yang dibuat melalui umbilikus vertikal ke bawah dan
transversal (lihat gambar 4). Kemudian transduser ditempatkan secara vertikal tegak lurus lantai
dan cari diameter terbesar dari kantong amnion, tidak boleh ada bagian janin atau umbilikus
didalam kantong tersebut (Gambar 4, 5, 6, 8, dan 9). Setelah diperoleh empat pengukuran,
kemudian dijumlahkan dan hasilnya ditulis dalam millimeter atau sentimeter (lihat Tabel 2). More
dan Cayle (1990) melakukan pengukuran ICA pada usia gestasi 16 – 42 minggu dalam nilai
persentil.
4
Gambar 4. Pengukuran ICA berdasarkan empat kuadran (Phelan)
Sumber : modifikasi dari Weber G, Merz E. Amniotic Fluid. Dalam : Ultrasound in Obstetrics and
Gynecology. Editor Eberhard Merz, Thieme, 2005:409-414
Nilai ICA sebaiknya disesuaikan dengan hasil pada tabel pengukuran berdasarkan usia gestasi
janin. Pada Tabel 10.2 di atas, hasil pengukuran tersebut dibuat berdasarkan nilai yang berlaku
secara umum (generalisata). Chudleigh T dkk (2004) menuliskan batasan hidramnion adalah bila
ICA > 25 cm. Selain itu harus juga diperhatikan garis pengukuran pada layar monitor. Kesalahan
yang sering terjadi adalah tidak membuat garis tegak lurus lantai atau garis yang dibuat
menabrak tubuh janin atau tali pusat (lihat Gambar 9 ).
5
Tabel 3. Indeks cairan amnion, di down load dari http://hostingprod.com/@ fetalanomalies. org/
Fluid. html pada tanggal 28 Januari 2007.
Gambar 10.5. Indeks cairan amnion, (didown load dari http://hostingprod.com/@ fetalanomalies.
Org / Fluid.html pada tanggal 28 Januari 2007).
6
A
B C
Gambar 6. Cara meletakkan probe pada waktu pengukuran indeks cairan amnion. A. Benar, B.
Salah : transduser tidak tegak lurus lantai, dan C. Salah : transduser terlalu ditekan kearah perut.
7
Gambar 8. Cara pengukuran empat kuadran : nilai ICA = 16 cm
8
Kelainan Cairan Amnion
Hidramnion
Hidramnion adalah jumlah cairan ketuban lebih banyak dari normal, yaitu lebih dari 2000 ml.
Angka kejadian hidramnion sekitar 1,1 – 2,8% dari seluruh kehamilan dan 8 – 18% diantaranya
berkaitan dengan kelainan janin (Hobbins JC et al, 1979; Schmidt W et al, 1981; Zamah NM et al,
1982). Penyebab hidramnion antara lain kelainan traktus digestivus, susunan saraf pusat,
kelainan plasenta dan tali pusat, hidrops fetalis dan penyebab yang tidak diketahui (lihat Tabel
10.4). Secara umum kausa hidramnion dibagi tiga kategori yaitu, faktor kelainan janin (20%),
kelainan ibu (20%), dan idiopatik (60%). Cara pengukuran ICA dapat dilihat pada gambar 10.10,
10.11, dan 10.12.
9
Gambar 12. Hidramnion pengukuran 4 kuadran dalam dua tahap
(ICA = 26 cm)
Oligohidramnion
Kejadian oligohidramnion diperkirakan 1,7 – 7% dari seluruh kehamilan (Hobbins JC et al, 1979;
Philipson EH et al, 1983). Semakin awal terjadinya oligohidramnion, maka semakin buruk
prognosisnya bagi janin. Pada gambar 10.13 didapatkan oligohidramnion pada kehamilan 7
minggu yang disertai perdarahan subkhorionik.
10
Gambar 13. Oligohidramnion pada kehamilan 7 minggu yang
disertai perdarahan subkhorionik (CRL = 10 mm)
J = janin; P = perdarahan subkhorionik, CX = serviks
11
Tabel 5. Kemungkinan penyebab oligohidramnion (G. Weber et al, 2005)
Gambar 15. Oligohidramnion berat, perhatikan anatomi janin yang tidak begitu tegas batas-
batasnya dan adanya kompresi tubuh janin (thoraks dan abdomen)
Pada keadaan oligohidramnion berat sering terjadi kompresi tubuh janin dan tali pusat (Gambar
15). Pada kompresi tali pusat dapat menyebabkan abnormalitas denyut jantung janin. Pemakaian
Doppler berwarna juga dapat mengurangi kesalahan dalam penentuan volume cairan amnion
(Gambar 16). Pada gambar 16 sisi kiri seolah-olah masih ada kantong amnion, tetapi begitu
Doppler berwarna dihidupkan, ternyata di daerah tersebut berisi kumpulan tali pusat, tidak
tampak lagi gambaran cairan amnion.
12
Gambar 16. Pemakaian Doppler berwarna untuk mengurangi kesalahan dalam penilaian volume
cairan amnion
Kepustakaan
1. Weber G, Merz E. Amniotic Fluid. Dalam : Ultrasound in Obstetrics and Gynecology. Editor
Eberhard Merz, Thieme, 2005:409-414
4. Chudleigh T, Thilaganathan B. The placenta and amniotic fluid. Dalam : Obstetric Ultrasound
: How, Why, and When. Editor : Trish Chudleigh, Basky Thilaganathan. Elsevier,2004:137-
148
13