You are on page 1of 5

hf/bhs.

Ind/kimia/2002

MENULIS PARAGRAF
1. Pendahuluan

Paragraf (alenia) adalah sekumpulan kalimat yang tersusun secara logis dan runtun (sistematis), yang memungkinkan suatu gagasan pokok dapat dikomunikasikan kepada pembaca secara efektif. Paragraf merupakan satuan terkecil sebuah karangan. Isinya membentuk satuan pikiran sebagai bagian dari pesan yang disampaikan penulis dalam karangannya. Paragraf yang tidak jelas susunannya akan menyulitkan pembaca untuk menangkap pikiran penulis. Meskipun singkat, oleh karena ada isi pikiran yang hendak disampaikan, paragraf membutuhkan organisasi dan susunan yang khas. Di samping itu, karena paragraf merupakan bagian dari suatu pasal, maka antara paragraf satu dengan yang lain harus saling berhubungan secara harmonis, sehingga sesuai dengan rangka keseluruhan karangan. Oleh karena itu, sebuah karangan hanya akan baik jika paragrafnya ditulis dengan baik dan dirangkai dalam runtunan yang logis. 2. Panjang Paragraf

Dalam suatu paragraf, pernyataan pokok (kalimat topik) diikuti oleh sejumlah pernyataan pendukungnya. Pernyataan pendukung tersebut harus cukup rinci sehingga gagasan utama yang akan dikomunikasikan menjadi jelas bagai pembaca. Rincian yang terlalu sedikit akan menyulitkan pembaca memahami isi paragraf. Sebaliknya, rincian yang berlebih-lebihan tidak akan membuat paragraf lebih jelas, bahkan rincian yang bertele-tele akan menjemukan pembaca. Oleh karena itu pilihlah rincian yang cocok dengan pokok bahasan, dan jumlahnya memadai sehingga terbentuk paragraf yang hemat. Panjang pendeknya paragraf tergantung sepenuhnya pada kedalaman isi pikiran atau gagasan pokok yang akan dikomunikasikan, dan daya baca pembaca yang menjadi sasaran tulisan. Sebuah paragraf harus mampu menjelaskan gagasan pokok secara tuntas. Apabila satu kalimat dipandang belum dapat menjelaskannya, maka perlu ditambah dengan kalimat kedua, ketiga dan seterusnya, sampai menjadi jelas. Paragraf yang terlalu pendek (terdiri atas satu atau dua kalimat) seringkali tidak cukup mampu menjelaskan gagasan pokok senyatanya. Sedangkan, paragraf yang terlampau panjang dan berbelitbelit justru akan mengaburkan gagasan pokok yang seharusnya ditonjolkan. Paragraf surat kabar umumnya pendek-pendek (20-40 kata) karena harus dapat dibaca cepat oleh berbagai lapisan masyarakat. Majalah populer umumnya menggunakan paragraf yang panjangnya 100-150 kata. Pada umumnya buku ajar perguruan tinggi memiliki panjang paragraf antara 75 dan 200 kata. 3. Pola susunan paragraf

Paragraf merupakan rangkaian kalimat yang tersusun dengan pola runtunan tertentu, antara lain: 1) Pola runtunan waktu Pola susunan ini biasanya dipakai untuk memerikan (mendeskripsikan) suatu peristiwa atau prosedur membuat atau melakukan sesuatu selangkah demi selangkah. Misalnya cara melakukan percobaan, menyelesaikan masalah, dan menggunakan suatu alat. Pola susunan ini ditandai dengan rambu yang menyatakan runtunan waktu, seperti pertama, mula-mula, lalu, kemudian, setelah itu, sambil, seraya, selanjutnya, dsb. 2) Pola runtunan ruang Apabila penulis menggunakan pola runtunan ruang secara umum, ia akan menggunakan kata seperti di sebelah kiri, sedikit di atas, agak menjorok ke dalam, dsb. Apabila penulis menggunakan pola ini secara pasti, maka ia dapat menyebutkan ukurannya, misalnya sepuluh sentimeter di atasnya, menjorok ke dalam 1 m, membentuk sudut 45 derajat, dsb. 3) Pola susunan sebab-akibat Pola susunan paragraf ini digunakan antara lain untuk (1) mengemukakan alasan secara logis, (2) mendeskripsikan suatu proses, (3) menerangkan sebab bagi suatu peristiwa atau fenomena, (4) memprakirakan peristiwa yang akan terjadi. Beberapa rambu dalam pola susunan ini adalah jadi, karena itu, dengan demikian, karena, mengakibatkan, akibatnya, menghasilkan, sehingga, dll.

hf/bhs.Ind/kimia/2002

4) Pola susunan pembandingan Pola ini digunakan untuk membandingkan dua perkara atau lebih, yang di satu pihak mempunyai kesamaan, sedangkan di pihak lain kebedaan. Pembadingan ditandai dengan rambu seperti tetapi, apalagi, berbeda dengan, demikian pula, sedangkan, sementara itu. 5) Pola susunan daftar Suatu paragraf dapat pula memuat rincian yang diungkapkan dalam bentuk daftar. Susunan daftar dapat berformat (berderet ke bawah) atau tidak (membaur di dalam paragraf itu sendiri, sehingga tak terlihat jelas sebagai daftar. Baik berformat maupun tidak, kalimat-kalimat rincian perlu seiring dan berhubungan secara mulus dengan kalimat induknya. 6) Pola susunan contoh Banyak gagasan yang memerlukan contoh, sehingga kalimat-kalimat rinciannya mengemukakan contoh-contoh, yang adakalanya diawali dengan kata misalnya atau contohnya, tetapi adakalanya tidak. 7) Pola susunan bergambar Terdapat pernyataan yang dilengkapi dengan gambar (bagan, tabel, grafik, diagram, dsb.) untuk memperjelas maksud pernyataan tertulisnya. Dalam kaitan itu perlu dicantumkan penunjukan kepada gambar bersangkutan supaya pembaca mengetahui gambar yang harus dilihatnya, misalnya lihat gambar 2, atau (gambar 2). 4. Perpautan antarkalimat

Paragraf yang baik memiliki kesetalian atau keterpautan, yang mengikat pernyataan di dalamnya menurut runtunan yang logis. Ada beberapa cara yang dapat dipakai untuk memperpautkan kalimat agar diperoleh paragraf yang setali, antara lain sebagai berikut: 1) mengulang kata dari kalimat yang satu pada kalimat berikutnya, misalnya obyek pada kalimat pertama menjadi subyek pada kalimat kedua; 2) menggabung dua kalimat atau lebih menjadi sebuah kalimat majemuk; 3) menggunakan perangkai (jadi, contohnya, seperti, sebagai gambaran, selain itu, kedua, lagi pula, selanjutnya, juga, akhirnya, di satu pihak, dipihak lain, sebaliknya, sekalipun begitu, tetapi, oleh karena itu, kesimpulannya, dengan demikian, dengan kata lain, dsb.; 4) menggunakan pokok kalimat yang tetap dalam seluruh paragraf dengan kata yang sama, dengan sinonim, atau dengan kata ganti; 5) menggunakan bangun perkalimatan yang seiring. 5. Jenis paragraf 1) Paragraf lantas (langsung) Paragraf dimulai dengan pernyataan tentang pokok bahasan (kalimat topik), sehingga paragraf menyampaikan informasi secara lugas kepada pembaca. Kalimat-kalimat berikutnya merupakan rincian untuk memperjelas paparan atau memperkuat argumentasi terhadap pokok bahasan (deduktif). 2) Paragraf rampat Pokok bahasan pada paragraf rampat terdapat pada bagian akhir setelah didahului dengan serangkaian rincian. Paragraf rampat mengajak pembaca secara induktif menarik kesimpulan berdasarkan fakta atau pendapat yang diketengahkan sebelumnya. 3) Paragraf rincian Jenis paragraf ini tidak mempunyai pernyataan pokok bahasan, tetapi seluruhnya terdiri atas pernyataan rincian. Biasanya paragraf jenis ini tidak berdiri sendiri, melainkan sebagai lanjutan dari paragraf sebelumnya yang memiliki pokok bahasan. 4) Paragraf tanya Paragraf tanya dibuka dengan pertanyaan, yang menunjuk kepada pokok bahasan yang akan dipaparkan, atau sebagai peralihan dari gagasan yang satu kepada yang berikutnya. Pertanyaan diajukan untuk membangkitkan keingintahuan pembaca. Selanjutnya pertanyaan itu dijawab sendiri oleh penulis melalui rincian-rincian berikutnya.

hf/bhs.Ind/kimia/2002

6. Tugas Paragraf Sebuah karangan diawali dengan paragraf pembuka, kemudian dilanjutkan dengan rangkaian paragraf pengembang yang diselingi satu sama lain dengan paragraf perangkai, dan akhirnya ditutup dengan paragraf pemungkas (penutup). Paragraf pembuka dapat diibaratkan dengan pintu gerbang, yang harus dibangun dengan baik sehingga orang tertarik. Penulis harus berusaha untuk menulis paragraf pembuka sebaik-baiknya. Dengan paragraf itu, ia memberikan gambaran singkat tentang perkara yang dibahas dalam tulisannya, atau mencoba membangkitkan perhatian pembaca agar tertarik untuk membaca seluruh karyanya. Paragraf perangkai tugasnya meluweskan peralihan dari pembahasan hal yang satu kepada yang lain. Paragraf perangkai biasanya muncul pada saat pengarang mengakhiri satu bagian dari uraiannya, dan hendak beralih pada uraian yang lain. Paragraf pemungkas menutup sebuah karangan, dan dengan sendirinya harus benar-benar menutup dengan wajar. Janganlah dirasakan oleh pembaca seolah-olah karangan itu putus di tengah jalan, atau karangan itu belum selesai. Biasanya paragraf pemungkas menyajikan kesimpulan, saran, atau harapan penulis. Pada sejumlah karangan yang baik tampak adanya hubungan antara paragaraf pembuka dan pemungkas. 7. Perpautan antarparagraf Paragraf mengemukakan satu penggalan pikiran yang bulat, dan sebagai penggalan pikiran paragraf yang satu terpisah dari paragraf yang lain. Sementara itu, sebagai penggalan pikiran pula paragraf merupakan mata rantai dari rangkaian paragraf yang menyajikan gagasan-gagasan pengarang secara beruntun dengan tertib dan logis. Dalam pada itu pengarang menggunakan unsur perangkai yang memperpautkan paragraf yang satu kepada yang berikutnya. Perangkai tersebut dapat berupa kata yang diulang, kata rangkai, sebuah kalimat, atau bahkan sebuah paragraf. 1) Pengulangan kata sebagai perangkai Mengulang kata atau pokok karangan dari paragraf yang satu pada paragraf berikutnya merupakan cara yang baik untuk memperpautkan berbagai paragraf dalam sebuah karangan. Ketika pembaca beralih membaca dari paragraf yang satu kepada paragaraf berikutnya, ia diingatkan oleh kata yang diulang itu kepada perkara yang dibacanya pada paragraf terdahulu. Dengan demikian gagasan pada paragraf yang sedang dibacanya tidak terlepas dari gagasan yang mendahuluinya. 2) Kata rangkai Cara lain untuk memperpautkan sebuah paragraf pada paragraf yang mendahuluinya ialah dengan menggunakan kata atau gugus kata rangkai pada awal kalimat pertamanya. Kata atau gugus kata rangkai yang sering dipakai untuk memperpautkan paragraf, misalnya, anehnya, sementara itu, sebaliknya, namun, sebagaimana dikatakan di muka, sehubungan dengan hal itu. 3) Kalimat sebagai perangkai Perangkai dapat pula berupa sebuah kalimat berdiri sendiri sebagai paragraf. Isinya dapat merupakan kesimpulan uraian sebelumya. 4) Paragraf sebagai perangkai Perangkai dapat pula berupa sebuah peragraf utuh atau pendek. Paragraf seperti itu biasanya muncul pada saat pengarang mengakhiri satu bagian dari bahasannya, dan hendak berpindah pada bahasan yang lain. Cara menggunakannya dapat bermacam-macam. Paragraf dapat berupa ringkasan perkara yang dibahas sebelumnya, satu atau beberapa contoh mengenai masalah yang telah dibahas, atau dapat pula memperkenalkan bahasan selanjutnya. Referensi: Akhadiah, S., Arsjad, M. G., dan Ridwan, S. H. (1988). Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga. Sakri, A. (1992). Bangun Paragraf Bahasa Indonesia. Bandung: Penerbit ITB. Sakri, A. (1988). Belajar Menulis Lewat Paragraf. Bandung: Penerbit ITB.

hf/bhs.Ind/kimia/2002

Paragraf untuk dianalisis struktur dan polanya 1) Sifat penting senyawa adalah mempunyai susunan tetap. Artinya, perbandingan massa unsur-unsur pembentuknya dalam senyawa adalah tetap. Dikemukakan oleh Joseph Proust (Ahli kimia bangsa Perancis) pada tahun 1808 bahwa senyawa mengikuti Hukum Perbandingan Tetap: Perbandingan massa unsur-unsur dalam senyawa selalu tetap sekalipun dibentuk dengan cara-cara berbeda. Sebagai contoh, air murni dapat diperoleh dari pemurnian air tanah, air laut, atau dibuat dari pembakaran gas hidrogen. Bagaimanapun air murni diperoleh, bila dianalisis secara kimia, mengandung hidrogen dan oksigen dengan perbandingan massa 11,2% hidrogen dan 88,8% oksigen. Demikian pula halnya dengan senyawa yang dinamakan sukrosa (gula tebu). Sesungguhnya sukrosa bukan hanya diperoleh dari tebu, melainkan juga dari bit. Sekalipun sukrosa diperoleh dari bahan baku berlainan, selalu mengandung 42,1% massa karbon, 6,5% massa hidrogen, dan 51,4% massa oksigen. <Firman & Liliasari (1997). Kimia untuk SMU Kelas 1. Jakarta: Balai Pustaka> Derajat kekristalan berpengaruh besar pada sifat (dan tentunya penggunaan) polimer. Misalnya, polimer dengan kesatuan berulang simetris dan gaya antarrantai tinggi, dapat digunakan untuk membentuk serat yang mempunyai kekristalan dan daya regang tinggi. Sebaliknya, plastik atau resin yang mempunyai derajat kekristalan lebih rendah, jika tidak banyak mengandung sambungsilang, dapat dilunakkan dan dibentuk pada suhu tinggi. Elastomer atau karet, dengan derajat kekristalan sangat rendah, bersifat kenyal dan berdaya regang besar. <Cowd, M. A. (1991). Kimia Polimer (terjemahan Harry Firman). Bandung: Penerbit ITB>

2)

3) Secara umum, langkah-langkah penyetaraan persamaan reaksi adalah sebagai berikut. 1. Menuliskan persamaan reaksi belum setara, tetapi memuat rumus kimia pereaksi atau hasil reaksi secara benar. 2. Memberikan koefisien untuk tiap rumus kimia pada persamaan reaksi sedemikian rupa sehingga persamaan reaksi setara. 3. Menuliskan lambang untuk wujud masing-masing pereaksi dan hasil reaksi. <Harry Firman & Liliasari (1997). Kimia untuk SMU Kelas 1. Jakarta: Balai Pustaka> 4) Sangat sukar mendefinisikan ukuran atom, sebab tidak ada batas yang jelas pada titik mana kerapatan elektron menjadi nol dalam atom. Namun, demi kepentingan praktis, ukuran atom ditentukan dari data seberapa jauh dua buah atom, berikatan ataupun tidak, saling mendekat satu sama lain. Jari-jari atom unsur yang berupa padatan didefinisikan sebagai setengah kali jarak antarinti dari dua buah atom yang berdekatan dalam kelompoknya. <Harry Firman (1992). Kimia Dasar II. Diktat> 5) Istilah kopolimer menunjuk pada polimer yang dibuat dari dua atau lebih monomer yang berbeda (jadi memungkinkan meragamkan struktur polimer). Terdapat beberapa jenis kopolimer, yakni kopolimer acak, kopolimer berselang-seling, kopolimer balok, dan kopolimer cangkuk. Dalam kopolimer acak, sejumlah kesatuan berulang yang berbeda tersusun secara acak dalam rantai polimer. Dalam kopolimer berselang-seling, beberapa kesatuan berulang yang berbeda berselangseling adanya dalam rantai polimer. Dalam kopolimer balok, kelompok atau kesatuan berulang berselang-seling dengan kelompok kesatuan berulang lainnya dalam rantai polimer. Dalam kopolimer cangkuk, kelompok satu macam kesatuan berulang tercangkuk pada polimer tulang punggung lurus yang mengandung hanya satu macam kesatuan berulang (lihat gambar 2). <Cowd, M. A. (1991). Kimia Polimer (terjemahan Harry Firman). Bandung: Penerbit ITB> 6) Berapa banyak atom terdapat dalam 12,000 g karbon-12? Berbagai eksperimen yang dilakukan menyunjukkan bahwa dalam satu mol karbon-12 terkandung 6,022 x 1023 atom karbon-12. Oleh karena dalam tiap mol zat terdapat jumlah yang sama partikel zat itu, maka dalam 1 mol besi terdapat 6,022 x 1023 atom besi. Dalam 1 mol air terdapat 6,022 x 1023 molekul air. Dalam 1 mol garam dapur (NaCl) terdapat 6,022 x 1023 pasangan ion Na+ dan Cl-, yang terdiri atas6,022 x 1023 ion Na+ dan ion 6,022 x 1023 ion Cl-. Nilai 6,022 x 1023/mol dinamakan tetapan Avogadro, dengan lambang L. Lambang ini diambil dari huruf pertama nama Loschmidt, seorang fisikawan Austria yang pada tahun 1865 menyelidiki banyaknya partikel yang ada dalam 1 mol zat. <Harry Firman & Liliasari (1997). Kimia untuk SMU Kelas 1. Jakarta: Balai Pustaka>

hf/bhs.Ind/kimia/2002

7) Pada sebuah gelas kimia larutkan 2 gram natrium hidroksida dalam kira-kira 50 cc air, kemudian didihkan perlahan-lahan. Tambahkan ke dalamnya 5 gram belerang, dan aduklah terus menerus. Manakala sebagian besar belerang melarut, dinginkan campuran, dan selanjutnya saring ke dalam gelas kimia lainnya. Ke dalam filtrat yang berwarna cokelat kekuningan tambahkan 10 cc 1,2dikloroetana (etil diklorida), dan panaskan campuran pada suhu 70-80oC sambil terus diaduk. Gumpalan karet yang berwarna putih dan mirip bunga karang pada akhirnya akan terpisah sehingga dapat diambil dari campuran reaksi. Selanjutnya cucilah dengan air, dan uji dengan tangan kemiripan sifatnya dengan karet. <Cowd, M. A. (1991). Kimia Polimer (terjemahan Harry Firman). Bandung: Penerbit ITB> 8) Dalam termodinamika ada macam perubahan yang disebut proses adiabatis dan proses isotermal. Proses adiabatis ialah proses yang tidak diikuti oleh pemindahan kalor dari sistem ke lingkungan atau sebaliknya. Contohnya adalah reaksi kimia yang dilakukan dalam bejana terisolasi, misalnya dalam termos. Reaksi peledakan dapat dipandang sebagai suatu proses adiabatis karena reaksi itu berlangsung begitu cepat, sehingga kalor yang dihasilkan tidak dapat segera diserap oleh lingkungan. Sedangkan suatu proses disebut isotermal jika selama proses berlangsung terjadi pemindahan kalor dari sistem ke lingkungan atau sebaliknya, sehingga temperatur sistem konstan selama proses berlangsung. <Firman, H. (1992). Kimia Dasar I. Diktat> Asam nitrat merupakan cairan yang tidak berwarna dan berasap, dengan titik didih 80oC. Di masa lalu asam ini disebut juga aqua fortis. Asam nitrat, yang memiliki rumus kimia HNO3, bersifat oksidator kuat, sehingga dapat bereaksi dengan banyak logam menghasilkan gas nitrogen dioksida. Rendahnya titik didih asam nitrat menunjukkan bahwa asam ini bersifat mudah menguap (volatil). Reaksi asam, nitrat dengan senyawa organik menghasilkan berbagai senyawa penting, seperti TNT dan seluloid. Asam nitrat juga digunakan dalam industri pupuk.

9)

10) Pada eskperimen tetesan minyak, tetesan halus minyak dapat menangkap satu, dua, tiga, empat, lima, dan seterusnya elektron. Dari ekspeimen tersebut, Millikan menemukan bahwa tetesan halus minyak mempunyai muatan yang merupakan kelipatan bulat dari 1,60 x 10-19 coulomb. Dengan demikian. Ia menyimpulkan bahwa elektron mempunyai muatan sebesar 1,60 x 10-19 coulomb. Oleh karena itu nisbah muatan terhadap massa elektron telah diketahui Thomson sebesar 1,76 x 108 coulomb/gram, dan muatan elektron diketahui Millikan sebesar 1,60 x 10-19 coulomb, maka massa elektron dapat dihitung, yakni 9,11 x 10-28 gram. <Harry Firman & Liliasari (1997). Kimia untuk SMU Kelas 1. Jakarta: Balai Pustaka> 11) Cara menggunakan model VSEPR untuk meramalkan struktur ruang molekul ialah secara bertahap melakukan hal-hal berikut: (1) Hitung jumlah elektron valensi dan tuliskan struktur Lewis molekul atau ion yang dipersoalkan; (2) Dari struktur Lewis, tentukan jumlah pasangan elektron tak terpakai dan jumlah ikatan pada atom pusat (ingat, ikatan rangkap dianggap satu ikatan); (3) Gunakan tabel 11.3 untuk meramalkan struktur ruang molekul atau ion. <Firman, H. (1992). Kimia Dasar I. Diktat> 12) Tahap-tahap penyetaraan persamaan reaksi redoks dengan metode bilangan oksidasi adalah: 1) Menuliskan persamaan reaksi yang belum setara dan mengidentifikasi unsur-unsur yang mengalamimperubahan bilangan oksidasi. 2) Menyetarakan jumlah atom tiap unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi. 3) Menghitung perubahan total bilangan oksidasi, baik untuk oksidasi maupun reduksi. 4) Mengalikan besarnya perubahan bilangan oksidasi dengan suatu bilangan bulat yang menyebabkan peningkatan bilangan oksidasi yang dialami suatu unsur sama dengan pengurangan bilangan oksidasi yang terjadi pada unsur lainnya. 5) Mengalikan koefisien-koefisien zat yang terlibat dalam reaksi dengan bilangan bulat yang dipilih pada tahap sebelumnya, sesuai dengan pengurangan dan peningkatan bilangan oksidasi yang dialami zat-zat tersebut. 6) Menyetarakan jumlah atom-atom lainnya. <Firman, H.dan Liliasari (1992). Kimia Dasar II. Diktat>

You might also like