You are on page 1of 9

Luqman Junaidi Gajah Tunggal 02-02-2012

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS Ar-Rum [30]: 41)

Islam adalah agama yang memiliki misi dan ajaran yang universal: memberi rahmat untuk semesta alam (rahmatan lil alamin), dan memiliki ajaran yang sistematis dan kompreahensif tentang relasi antara Allah, manusia, dan alam. Dalam Islam, alam adalah ciptaan dan anugerah. Karena diciptakan, maka alam bersifat sempurna, teratur, dan bermakna. Alam sebagai anugerah dan rahmat yang tak mengandung cela dan disediakan untuk manusia. Tujuan diciptakannya alam agar manusia memungkinkan untuk melakukan amal shaleh dan mencapai kebahagiaan lahir batin. Konsep teosofi Islam menyatakan bahwa secara hirarki lahiriyah kosmis, alam memang telah dipersiapkankan untuk manusia, untuk kemaslahatan hidup di dunia. Secara hirarki batiniyah kosmis, alam dan manusia sama-sama ciptaan Allah.

Dalam memanfaatkan alam manusia tidak boleh mengabaikan spiritualitasnya apalagi berusaha untuk mereduksinya secara ektrim seperti yang dilakukan oleh Barat yang materialistis. Dalam Al-Quran Allah menyatakan dengan tegas bahwa manusia diciptakan sebagai wakil-Nya (khalifah) di atas bumi dan juga sebagai hamba Allah. Manusia harus memahami cara memposisikan diri dalam lingkungan alam semesta, dan cara memperlakukan alam. Sebagai khalifah manusia punya kedudukan yang istimewa dibandingkan mahluk yang lain. Dengan demikian seharusnya manusia memiliki kemampuan mengenal dan memahami lingkungan alam sekitarnya, sehingga dalam mengekploitasi sumber daya alam tetap mempertimbangkan etika. Orientasi ilmiah manusia (kemampuan mengenal dan memahami) dilengkapi dan harus dibimbing oleh nilai-nilai ruhaniah (ajaran Islam), yaitu nilai yang memancar dari kesadaran sebagai mahluk yang berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya.

Jabatan khalifah menuntut manusia untuk aktif memelihara dan memakmurkan alam. Sedangkan sebagai hamba, manusia dituntut pasrah kepada Allah Jika manusia hanya diberi kedudukan sebagai khalifah, tanpa dibarengi kedudukannya sebagai hamba, maka kekhalifahan manusia akan berakibat pada sikap antroposentrisme mutlak, yang sekarang dituduh paling bertanggung jawab terhadap kerusakan alam (lingkungan). Kedudukan tersebut membawa konsekuensi ditundukkannya (taskhir) alam bagi manusia, sebagaimana disebutkan Al-Quran, Apakah kamu tidak melihat bahwa Allah menundukkan bagimu apa yang ada di bumi ? (QS. [22]: 65). Konsep taskhir tidak dapt diartikan penaklukan alam sebagaimana telah diklaim oleh sejumlah kaum muslimin modern yang haus kekuasaan seperti yang dijanjikan sains modern kepada mereka. Ayat tersebut dimaksudkan, bahwa dominasi manusia terhadap apa yang ada di bumi diperbolehkan bagi manusia sepanjang tidak bertentangan dengan hukum-hukum Allah. Jadi konsep taskhir pada dasarnya merupakaan penegasan (reinforcement) Allah terhadap kedudukan manusia sebagai khalifah. Oleh karena itu, konsep taskhir tidak dapat dipisahkan kedudukan manusia sebagai khalifah sekaligus sebagai Abdullah.

1. Sikap Hormat terhadap Alam (Respect For Nature) Allah Swt. Berfirman, Dan tiadalah kami mengutusmu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS Al-Anbiya 107) Sesuai dengan tujuan ini, wajar apabila Islam menjadi pelopor bagi pengelolaan alam dan lingkungan sebagai manifestasi dari rasa kasih bagi alam semesta tersebut. Selain melarang membuat kerusakan di muka bumi, Islam juga mempunyai kewajiban untuk menjaga lingkungan dan menghormati alam semesta Hormat terhadap alam merupakan prinsip dasar bagi manusia sebagai bagian dari alam semesta seluruhnya. Seperti halnya, setiap anggota komunitas sosial mempunyai kewajiban untuk menghargai kehidupan bersama (kohesivitas sosial), demikian pula setiap anggota komunitas ekologis harus menghargai dan menghormati setiap kehidupan dan spesies dalam komunitas ekologis itu, serta mempunyai kewajiban moral untuk menjaga kohesivitas dan integritas komunitas ekologis, alam tempat hidup manusia ini.

Allah Swt. Berfirman, Dan tiadalah kami mengutusmu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS Al-Anbiya 107) Sesuai dengan tujuan ini, wajar apabila Islam menjadi pelopor bagi pengelolaan alam dan lingkungan sebagai manifestasi dari rasa kasih bagi alam semesta tersebut. Selain melarang membuat kerusakan di muka bumi, Islam juga mewajibkan manusia untuk menjaga lingkungan dan menghormati alam semesta Menghormati alam merupakan prinsip dasar bagi manusia sebagai bagian dari alam semesta seluruhnya. Setiap anggota komunitas ekologis harus menghargai dan menghormati setiap kehidupan dan spesies dalam komunitas ekologis itu, serta mempunyai kewajiban moral untuk menjaga kohesivitas dan integritas komunitas ekologis, alam tempat hidup manusia ini. sebagai khalifah di muka bumi dan secara ontologis manusia adalah bagian integral dari alam sebagaimana firman-Nya. Kenyataan ini melahirkan prinsip moral bahwa manusia mempunyai tanggung jawab baik terhadap alam semesta seluruhnya dan integritasnya, maupun terhadap keberadaan dan kelestariannya.

Prinsip solidaritas muncul dari kenyataan bahwa manusia adalah bagian integral dari alam semesta. Lebih dari itu, dalam perspektif ekofeminisme, manusia mempunyai kedudukan sederajat dan setara dengan alam dan semua makhluk lain di alam ini. Kenyataan ini membangkitkan dalam diri manusia perasaan solider, perasaan sepenanggungan dengan alam dan dengan sesama makhluk hidup lain.

Sebagai sesama anggota komunitas ekologis yang setara, manusia digugah untuk mencintai, menyayangi, dan melestarikan alam semesta dan seluruh isinya, tanpa diskriminasi dan tanpa dominasi. Kasih sayang dan kepedulian ini juga muncul dari kenyataan bahwa sebagai sesama anggota komunitas ekologis, semua makhluk hidup mempunyai hak untuk dilindungi, dipelihara, tidak disakiti, dan dirawat.

You might also like