You are on page 1of 96

ASKEB I (Kehamilan)

30 04 2010

ORGAN GENETALIA & SIKLUS HORMONAL WANITA Mata Kuliah : ASKEB I (Asuhan Kehamilan) Kode Mata Kuliah : Bd. 301 Sub Pokok Bahasan : 1. 2. 3. 4. Genetalia Interna Genetalia Eksterna System hormon Siklus haid

Dosen : Irmayanti, SST PENDAHULUAN ALAT REPRODUKSI WANITA Terdiri alat/organ eksternal dan internal, sebagian besar terletak dalam rongga panggul. Eksternal (sampai vagina) : fungsi kopulasi. Internal : fungsi ovulasi, fertilisasi ovum, transportasi blastocyst, implantasi, pertumbuhan fetus, kelahiran. Fungsi sistem reproduksi wanita dikendalikan / dipengaruhi oleh hormonhormon gondaotropin / steroid dari poros hormonal thalamus hipothalamus hipofisis adrenal ovarium. Selain itu terdapat organ/sistem ekstragonad/ekstragenital yang juga dipengaruhi oleh siklus reproduksi : payudara, kulit daerah tertentu, pigmen dan sebagainya. Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ (kadang disebut sebagai kelenjar sekresi internal), yang fungsi utamanya adalah menghasilkan dan melepaskan hormon-hormon secara langsung ke dalam aliran darah. Hormon berperan sebagai pembawa pesan untuk mengkoordinasikan kegiatan berbagai organ tubuh. Hormon adalah zat yang dilepaskan ke dalam aliran darah dari suatu kelenjar atau organ, yang mempengaruhi kegiatan di dalam sel-sel.

Sebagian besar hormon merupakan protein yang terdiri dari rantai asam amino dengan panjang yang berbeda-beda. Sisanya merupakan steroid, yaitu zat lemak yang merupakan derivat dari kolesterol. Hormon dalam jumlah yang sangat kecil bisa memicu respon tubuh yang sangat luas. Pada siklus menstruasi normal, terdapat produksi hormon-hormon yang parallel dengan pertumbuhan lapisan rahim untuk mempersiapkan implantasi (perlekatan) dari janin (proses kehamilan). Gangguan dari siklus menstruasi tersebut dapat berakibat gangguan kesuburan, abortus berulang, atau keganasan. Gangguan dari siklus menstruasi merupakan salah satu alasan seorang wanita berobat ke dokter. ISI GENETALIA INTERNA Uterus Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum (serosa). Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi dan nutrisi konseptus. Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan serviks uterus, isi konsepsi dikeluarkan. Terdiri dari corpus, fundus, cornu, isthmus dan serviks uteri. Serviks uteri Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan / menembus dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen utama: otot polos, jalinan jaringan ikat (kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina yaitu portio cervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri externum (luar, arah vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa serviks, dan ostium uteri internum (dalam, arah cavum). Sebelum melahirkan (nullipara/primigravida) lubang ostium externum bulat kecil, setelah pernah/riwayat melahirkan (primipara/ multigravida) berbentuk garis melintang. Posisi serviks mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar mukosa serviks menghasilkan lendir getah serviks yang

mengandung glikoprotein kaya karbohidrat (musin) dan larutan berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas lendir serviks dipengaruhi siklus haid. Corpus uteri Terdiri dari : paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada ligamentum latum uteri di intraabdomen, tengah lapisan muskular/miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke dalam arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta dalam lapisan endometrium yang melapisi dinding cavum uteri, menebal dan runtuh sesuai siklus haid akibat pengaruh hormonhormon ovarium. Posisi corpus intraabdomen mendatar dengan fleksi ke anterior, fundus uteri berada di atas vesica urinaria. Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus dan serviks uterus bervariasi selama pertumbuhan dan perkembangan wanita (gambar). Ligamenta penyangga uterus Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum cardinale, ligamentum ovarii, ligamentum sacrouterina propium, ligamentum infundibulopelvicum, ligamentum vesicouterina, ligamentum rectouterina. Vaskularisasi uterus Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca interna, serta arteri ovarica cabang aorta abdominalis. Salping / Tuba Falopii Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang tuba kiri-kanan, panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai cavum uteri. Dinding tuba terdiri tiga lapisan : serosa, muskular (longitudinal dan sirkular) serta mukosa dengan epitel bersilia. Terdiri dari pars interstitialis, pars isthmica, pars ampularis, serta pars infundibulum dengan fimbria, dengan karakteristik silia dan ketebalan dinding yang berbeda-beda pada setiap bagiannya.

Pars isthmica (proksimal/isthmus) Merupakan bagian dengan lumen tersempit, terdapat sfingter uterotuba pengendali transfer gamet. Pars ampularis (medial/ampula) Tempat yang sering terjadi fertilisasi adalah daerah ampula / infundibulum, dan pada hamil ektopik (patologik) sering juga terjadi implantasi di dinding tuba bagian ini. Pars infundibulum (distal) Dilengkapi dengan fimbriae serta ostium tubae abdominale pada ujungnya, melekat dengan permukaan ovarium. Fimbriae berfungsi menangkap ovum yang keluar saat ovulasi dari permukaan ovarium, dan membawanya ke dalam tuba. Mesosalping Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada usus). Ovarium Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum, sepasang kiri-kanan. Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri dari korteks dan medula. Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum (dari sel epitel germinal primordial di lapisan terluar epital ovarium di korteks), ovulasi (pengeluaran ovum), sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid (estrogen oleh teka interna folikel, progesteron oleh korpus luteum pascaovulasi). Berhubungan dengan pars infundibulum tuba Falopii melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae menangkap ovum yang dilepaskan pada saat ovulasi. Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium, ligamentum infundibulopelvicum dan jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari cabang aorta abdominalis inferior terhadap arteri renalis. GENETALIA EKSTERNA

Vulva Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum, orificium urethrae externum, kelenjar-kelenjar pada dinding vagina. Mons pubis / mons veneris Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os pubis. Pada masa pubertas daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis. Labia mayora Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang, banyak mengandung pleksus vena. Homolog embriologik dengan skrotum pada pria. Ligamentum rotundum uteri berakhir pada batas atas labia mayora. Di bagian bawah perineum, labia mayora menyatu (pada commisura posterior). Labia minora Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel rambut. Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut saraf. Clitoris Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva, dan corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior vagina. Homolog embriologik dengan penis pada pria. Terdapat juga reseptor androgen pada clitoris. Banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf, sangat sensitif. Vestibulum Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral labia minora. Berasal dari sinus urogenital. Terdapat 6 lubang/orificium, yaitu orificium urethrae externum, introitus vaginae, ductus glandulae Bartholinii kanan-kiri dan duktus Skene kanan-kiri. Antara fourchet dan vagina terdapat fossa navicularis.

Introitus/orificium vagina Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan tipis bermukosa yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa robekan. Hymen normal terdapat lubang kecil untuk aliran darah menstruasi, dapat berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis, septum atau fimbriae. Akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat robek dan bentuk lubang menjadi tidak beraturan dengan robekan (misalnya berbentuk fimbriae). Bentuk himen postpartum disebut parous. Corrunculae myrtiformis adalah sisa2 selaput dara yang robek yang tampak pada wanita pernah melahirkan / para. Hymen yang abnormal, misalnya primer tidak berlubang (hymen imperforata) menutup total lubang vagina, dapat menyebabkan darah menstruasi terkumpul di rongga genitalia interna. Vagina Rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix uteri di bagian kranial dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal ventral. Daerah di sekitar cervix disebut fornix, dibagi dalam 4 kuadran : fornix anterior, fornix posterior, dan fornix lateral kanan dan kiri. Vagina memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang elastis. Dilapisi epitel skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus haid. Fungsi vagina: untuk mengeluarkan ekskresi uterus pada haid, untuk jalan lahir dan untuk kopulasi (persetubuhan). Bagian atas vagina terbentuk dari duktus Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis. Batas dalam secara klinis yaitu fornices anterior, posterior dan lateralis di sekitar cervix uteri. Titik Grayenbergh (G-spot), merupakan titik daerah sensorik di sekitar 1/3 anterior dinding vagina, sangat sensitif terhadap stimulasi orgasmus vaginal. Perineum Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma urogenitalis (m.perinealis transversus profunda, m.constrictor urethra). Perineal body adalah raphe median m.levator ani, antara anus dan vagina. Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk memperbesar jalan lahir dan mencegah ruptur.

SISTEM HORMON Poros Hormonal Sistem Reproduksi 1. Badan pineal Suatu kelenjar kecil, panjang sekitar 6-8 mm, merupakan suatu penonjolan dari bagian posterior ventrikel III di garis tengah. Terletak di tengah antara 2 hemisfer otak, di depan serebelum pada daerah posterodorsal diensefalon. Memiliki hubungan dengan hipotalamus melalui suatu batang penghubung yang pendek berisi serabut-serabut saraf. Menurut kepercayaan kuno, dipercaya sebagai tempat roh. Hormon melatonin : mengatur sirkuit foto-neuro-endokrin reproduksi. Tampaknya melatonin menghambat produksi GnRH dari hipotalamus, sehingga menghambat juga sekresi gonadotropin dari hipofisis dan memicu aktifasi pertumbuhan dan sekresi hormon dari gonad. Diduga mekanisme ini yang menentukan pemicu/onset mulainya fase pubertas. 1. Hipotalamus Kumpulan nukleus pada daerah di dasar otak, di atas hipofisis, di bawah talamus. Tiap inti merupakan satu berkas badan saraf yang berlanjut ke hipofisis sebgai hipofisis posterior (neurohipofisis). Menghasilkan hormon-hormon pelepas : GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone), TRH (Thyrotropin Releasing Hormone), CRH (Corticotropin Releasing Hormone) , GHRH (Growth Hormone Releasing Hormone), PRF (Prolactin Releasing Factor). Menghasilkan juga hormon-hormon penghambat : PIF (Prolactin Inhibiting Factor). 1. Pituitari / hipofisis Terletak di dalam sella turcica tulang sphenoid. Menghasilkan hormon-hormon gonadotropin yang bekerja pada kelenjar reproduksi, yaitu perangsang pertumbuhan dan pematangan folikel (FSH Follicle Stimulating Hormone) dan hormon lutein (LH luteinizing hormone). Selain hormon-hormon gonadotropin,

hipofisis menghasilkan juga hormon-hormon metabolisme, pertumbuhan, dan lain-lain. 1. Ovarium Berfungsi gametogenesis / oogenesis, dalam pematangan dan pengeluaran sel telur (ovum). Selain itu juga berfungsi steroidogenesis, menghasilkan estrogen (dari teka interna folikel) dan progesteron (dari korpus luteum), atas kendali dari hormonhormon gonadotropin. 1. Endometrium Lapisan dalam dinding kavum uteri, berfungsi sebagai bakal tempat implantasi hasil konsepsi. Selama siklus haid, jaringan endometrium berproliferasi, menebal dan mengadakan sekresi, kemudian jika tidak ada pembuahan/implantasi, endometrium rontok kembali dan keluar berupa darah / jaringan haid. Jika ada pembuahan / implantasi, endometrium dipertahankan sebagai tempat konsepsi. Fisiologi endometrium juga dipengaruhi oleh siklus hormon-hormon ovarium. Hormon-Hormon Reproduksi 1. GnRH (Gonadotrophin Releasing Hormone) Diproduksi di hipotalamus, kemudian dilepaskan, berfungsi menstimulasi hipofisis anterior untuk memproduksi dan melepaskan hormon-hormon gonadotropin (FSH / LH ). 1. FSH (Follicle Stimulating Hormone) Diproduksi di sel-sel basal hipofisis anterior, sebagai respons terhadap GnRH. Berfungsi memicu pertumbuhan dan pematangan folikel dan sel-sel granulosa di ovarium wanita (pada pria: memicu pematangan sperma di testis). Pelepasannya periodik/pulsatif, waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 3 jam), sering tidak ditemukan dalam darah. Sekresinya

dihambat oleh enzim inhibin dari sel-sel granulosa ovarium, melalui mekanisme feedback negatif. 1. LH (Luteinizing Hormone) / ICSH (Interstitial Cell Stimulating Hormone) Diproduksi di sel-sel kromofob hipofisis anterior. Bersama FSH, LH berfungsi memicu perkembangan folikel (sel-sel teka dan selsel granulosa) dan juga mencetuskan terjadinya ovulasi di pertengahan siklus (LH-surge). Selama fase luteal siklus, LH meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum pascaovulasi dalam menghasilkan progesteron. Pelepasannya juga periodik / pulsatif, kadarnya dalam darah bervariasi setiap fase siklus, waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 1 jam). Kerja sangat cepat dan singkat. (Pada pria : LH memicu sintesis testosteron di sel-sel Leydig testis). 1. Estrogen Estrogen (alami) diproduksi terutama oleh sel-sel teka interna folikel di ovarium secara primer, dan dalam jumlah lebih sedikit juga diproduksi di kelenjar adrenal melalui konversi hormon androgen. Pada pria, diproduksi juga sebagian di testis. Selama kehamilan, diproduksi juga oleh plasenta. Berfungsi stimulasi pertumbuhan dan perkembangan (proliferasi) pada berbagai organ reproduksi wanita. Pada uterus : menyebabkan proliferasi endometrium. Pada serviks : menyebabkan pelunakan serviks dan pengentalan lendir serviks. Pada vagina : menyebabkan proliferasi epitel vagina. Pada payudara : menstimulasi pertumbuhan payudara. Juga mengatur distribusi lemak tubuh. Pada tulang, estrogen juga menstimulasi osteoblas sehingga memicu pertumbuhan/regenerasi tulang. Pada wanita pascamenopause, untuk pencegahan tulang keropos/osteoporosis, dapat diberikan terapi hormon estrogen (sintetik) pengganti. 1. Progesteron

Progesteron (alami) diproduksi terutama di korpus luteum di ovarium, sebagian diproduksi di kelenjar adrenal, dan pada kehamilan juga diproduksi di plasenta. Progesteron menyebabkan terjadinya proses perubahan sekretorik (fase sekresi) pada endometrium uterus, yang mempersiapkan endometrium uterus berada pada keadaan yang optimal jika terjadi implantasi. 1. HCG (Human Chorionic Gonadotrophin) Mulai diproduksi sejak usia kehamilan 3-4 minggu oleh jaringan trofoblas (plasenta). Kadarnya makin meningkat sampai dengan kehamilan 10-12 minggu (sampai sekitar 100.000 mU/ml), kemudian turun pada trimester kedua (sekitar 1000 mU/ml), kemudian naik kembali sampai akhir trimester ketiga (sekitar 10.000 mU/ml). Berfungsi meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum dan produksi hormon-hormon steroid terutama pada masamasa kehamilan awal. Mungkin juga memiliki fungsi imunologik. Deteksi HCG pada darah atau urine dapat dijadikan sebagai tanda kemungkinan adanya kehamilan (tes Galli Mainini, tes Pack, dsb). 1. LTH (Lactotrophic Hormone) / Prolactin Diproduksi di hipofisis anterior, memiliki aktifitas memicu / meningkatkan produksi dan sekresi air susu oleh kelenjar payudara. Di ovarium, prolaktin ikut mempengaruhi pematangan sel telur dan mempengaruhi fungsi korpus luteum. Pada kehamilan, prolaktin juga diproduksi oleh plasenta (HPL / Human Placental Lactogen). Fungsi laktogenik / laktotropik prolaktin tampak terutama pada masa laktasi / pascapersalinan. Prolaktin juga memiliki efek inhibisi terhadap GnRH hipotalamus, sehingga jika kadarnya berlebihan (hiperprolaktinemia) dapat terjadi gangguan pematangan follikel, gangguan ovulasi dan gangguan haid berupa amenorhea. SIKLUS HAID

Siklus menstruasi normal berlangsung selama 21-35 hari, 2-8 hari adalah waktu keluarnya darah haid yang berkisar 20-60 ml per hari. Penelitian menunjukkan wanita dengan siklus mentruasi normal hanya terdapat pada 2/3 wanita dewasa, sedangkan pada usia reproduksi yang ekstrim (setelah menarche <pertama kali terjadinya menstruasi> dan menopause) lebih banyak mengalami siklus yang tidak teratur atau siklus yang tidak mengandung sel telur. Siklus mentruasi ini melibatkan kompleks hipotalamushipofisis-ovarium. Siklus Menstruasi Normal Siklus menstruasi normal dapat dibagi menjadi 2 segmen yaitu, siklus ovarium (indung telur) dan siklus uterus (rahim). Siklus indung telur terbagi lagi menjadi 2 bagian, yaitu siklus folikular dan siklus luteal, sedangkan siklus uterus dibagi menjadi masa proliferasi (pertumbuhan) dan masa sekresi. Perubahan di dalam rahim merupakan respon terhadap perubahan hormonal. Rahim terdiri dari 3 lapisan yaitu perimetrium (lapisan terluar rahim), miometrium (lapisan otot rehim, terletak di bagian tengah), dan endometrium (lapisan terdalam rahim). Endometrium adalah lapisan yangn berperan di dalam siklus menstruasi. 2/3 bagian endometrium disebut desidua fungsionalis yang terdiri dari kelenjar, dan 1/3 bagian terdalamnya disebut sebagai desidua basalis. Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah: 1. FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan FSH 2. LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan LH 3. PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk mengeluarkan prolaktin Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium (indung telur). Pada umumnya hanya 1 folikel yang

terangsang namun dapat perkembangan dapat menjadi lebih dari 1, dan folikel tersebut berkembang menjadi folikel de graaf yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan hormon yang kedua yaitu LH. Produksi hormon LH maupun FSH berada di bawah pengaruh releasing hormones yang disalurkan hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap hipotalamus. Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang baik akan menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang mengandung estrogen. Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium. Di bawah pengaruh LH, folikel de graaf menjadi matang sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum yang akan menjadi korpus luteum, di bawah pengaruh hormon LH dan LTH (luteotrophic hormones, suatu hormon gonadotropik). Korpus luteum menghasilkan progesteron yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada pembuahan maka korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan pelepasan dari endometrium. Proses ini disebut haid atau menstruasi. Apabila terdapat pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum tersebut dipertahankan. Pada tiap siklus dikenal 3 masa utama yaitu: 1. Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu endometrium (selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon ovarium berada dalam kadar paling rendah 2. Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari desidua fungsionalis untuk mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada fase ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel telur dari indung telur (disebut ovulasi) 3. Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon progesteron dikeluarkan dan

mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk membuat kondisi rahim siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim) Siklus Ovarium 1. Fase folikular. Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel telur yang berasal dari 1 folikel kemudian matang pada pertengahan siklus dan siap untuk proses ovulasi (pengeluaran sel telur dari indung telur). Waktu rata-rata fase folikular pada manusia berkisar 10-14 hari, dan variabilitasnya mempengaruhi panjang siklus menstruasi keseluruhan 2. Fase luteal. Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan jangka waktu rata-rata 14 hari Siklus Hormonal Dan Hubungannya Dengan Siklus Ovarium Serta Uterus Di Dalam Siklus Menstruasi Normal 1. Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon gonadotropin (FSH, LH) berada pada level yang rendah dan sudah menurun sejak akhir dari fase luteal siklus sebelumnya 2. Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan setelah akhir dari korpus luteum dan pertumbuhan folikel dimulai pada fase folikular. Hal ini merupakan pemicu untuk pertumbuhan lapisan endometrium 3. Peningkatan level estrogen menyebabkan feedback negatif pada pengeluaran FSH hipofisis. Hormon LH kemudian menurun sebagai akibat dari peningkatan level estradiol, tetapi pada akhir dari fase folikular level hormon LH meningkat drastis (respon bifasik) 4. Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor (penerima) hormon LH yang terdapat pada sel granulosa, dan dengan rangsangan dari hormon LH, keluarlah hormon progesteron 5. Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH terpicu yang menyebabkan terjadinya ovulasi yang muncul 24-36 jam kemudian. Ovulasi adalah penanda fase transisi dari fase proliferasi ke sekresi, dari folikular ke luteal

6. Kedar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum ovulasi sampai fase pertengahan, dan kemudian meningkat kembali karena sekresi dari korpus luteum 7. Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda bahwa sudah terjadi ovulasi 8. Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa hidup korpus luteum dan kemuadian menurun untuk mempersiapkan siklus berikutnya PENUTUP KESIMPULAN 1. Genetalia interna terdiri atas: 1. Vagina 2. Uterus 3. Tuba Fallopii/Salping 4. Ovarium 2. Genetalia eksterna terdiri atas: 1. Monsveneris 2. Labiya Mayora 3. Labiya Minora 4. Klitoris 5. Vestibulum 6. Introitus Vaginalis dan Hymen 7. Perineum 3. Hormon-hormon yang berpengaruh pada system reproduksi: 1. GnRH (Gonadotrophin Releasing Hormone) 2. FSH (Follicle Stimulating Hormone) 3. LH (Luteinizing Hormone) / ICSH (Interstitial Cell Stimulating Hormone) 4. Estrogen 5. Progesteron 6. HCG (Human Chorionic Gonadotrophin) 7. LTH (Lactotrophic Hormone) / Prolactin 4. Tiga masa utama pada siklus haid: 1. Masa menstruasi 2. Masa proliferasi 3. Masa sekresi.

Komentar : Tinggalkan sebuah Komentar Kategori : bahan kuliah

ASKEB III (NIFAS)


15 02 2010

Deteksi Dini Komplikasi Pada Masa Nifas Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan III (Nifas) Kode Mata Kuliah : Bd. 303 Sub Pokok Bahasan : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Perdarahan pervaginam Infeksi masa nifas Sakit kepala, nyeri epigastrik, penglihatan kabur Pembengkakan diwajah atau ekstrimitas Demam,, muntah, rasa sakit waktu berkemih Payudara yang berubah menjadi merah, panas, atau terasa sakit 7. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama 8. Rasa sakit, merah, lunak dan atau pembengkakan dikaki 9. Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan diri sendiri Dosen : Irmayanti, SST PENDAHULUAN Asuhan kebidanan merupakan suatu penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kebidanan pada pasien yang mempunyai kebutuhan atau masalah dalam bidang kesehatan, ibu pada masa hamil, nifas dan bayi baru lahir serta keluarga berencana. Pada periode masa nifas bidan dituntut untuk memberikan asuhan kebidanan terhadap perubahan fisik dan psikologis ibu, dimana asuhan fisik lebih mudah diberikan karena dapat dilihat dan dinilai secara langsung, apabia terjadi ketidaknormalan bidan langsung bisa mendeteksi dan memberikan intervensi, sedangkan pemberian asuhan terhadap

emosi dan psikologi ibu membutuhkan ketelitian dan kesabaran yang lebih dari bidan. Untuk mencapai hasil yang optimal dibutuhkan kerjasama yang baik antara bidan dan keluarga. ISI Berikut adalah Deteksi Dini Komplikasi pada Masa Nifas: 1. 1. Perdarahan Pervaginam Perdarahan pervaginam yang melebihi 500ml setelah bersalin didefinisikan sebagai perdarahan pasca persalinan, terdapat beberapa masalah mengenai definisi ini: 1. Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang-kadang hanya setengah dari biasanya. Darah tersebut bercampur dengan cairan amnion atau dengan urine, darah juga tersebar pada spon, handuk dan kain di dalam ember dan lantai. 2. Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar hemoglobin ibu. Seorang ibu dengan kadar Hb normal akan dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang akan berakibat fatal pada anemia. Seorang ibu yang sehat dan tidak anemia pun dapat mengalami akibat fatal dari kehilangan darah. 3. Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu beberapa jam dan kondisi ini dapat tidak dikenali sampai terjadi syok. Penilaian resiko pada saat antenatal tidak dapat memperkirakan akan terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penanganan aktif kala III sebaiknya dilakukan pada semua wanita yang bersalin karena hal ini dapat menurunkan insiden perdarahan pasca persalinan akibat atonia uteri. Semua ibu pasca bersalin harus dipantau dengan ketat untuk mendiagnosis perdarahan fase persalinan. 1. 2. Infeksi Masa Nifas Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi setelah persalinan, Infeksi masa nifas masih merupakanpenyebab tertinggi AKI.

Infeksi alat genital merupakan komplikasi masa nifas. Infeksi yang meluas kesaluran urinary, payudara, dan pasca pembedahan merupakan salah satu penyebab terjadinya AKI tinggi. Gejala umum infeksi berupa suhu badan panas, malaise, denyut nadi cepat. Gejala lokal dapat berupa Uterus lembek, kemerahan dan rasa nyeri pada payudara atau adanya disuria. 1. 3. Sakit Kepala, Nyeri Epigastrik, Penglihatan Kabur Gejala-gejala ini merupakan tanda-tanda terjadinya Eklampsia post partum, bila disertai dengan tekanan darah yang tinggi. 1. 4. Pembengkakan di Wajah atau Ekstrenitas. Ini berhubungan dengan no 3. 1. 5. Demam, Muntah, Rasa Sakit Waktu Berkemih Pada masa nifas dini sensitifitas kandung kemih terhadap tegangan air kemih di dalam vesika sering menurun akibat trauma persalinan serta analgesia epidural atau spinal. Sensasi peregangan kandung kemih juga mungkin berkurang akibat rasa tidak nyaman, yang ditimbulkan oleh epiosomi yang lebar, laserasi, hematom dinding vagina. 1. 6. Payudara yang Berubah Menjadi Merah, Panas, dan Terasa Sakit. Disebabkan oleh payudara yang tidak disusu secara adekuat, putting susu yang lecet, BH yang terlalu ketat, ibu dengan diet jelek, kurang istirahat, anemia. 1. 7. Kehilangan Nafsu Makan Dalam Waktu Yang Lama Kelelahan yang amat berat setelah persalinan dapat mengganggu nafsu makan,sehingga ibu tidak ingin makan sampai kelelahan itu hilang. Hendaknya setelah bersalin berikan ibu minuman hangat,susu,kopi atau teh yang bergula untuk mengembalikan tenaga yang hilang. Berikanlah makanan yang sifatnya ringan,karena alat pencernaan perlu istirahat guna memulihkan keadaanya kembali.

1. 8. Rasa sakit,merah,lunak dan pembengkakan di kaki Selama masa nifas dapat terbentuk thrombus sementara pada vena-vena manapun di pelvis yang mengalami dilatasi. 1. 9. Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan dirinya sendiri Penyebabnya adalah kekecewaan emosional bercampur rasa takut yang dialami kebanyakan wanita hamil dan melahirkan, rasa nyeri pada awal masa nifas,kelelahan akibat kurang tidur selama persalinan dan setelah melahirkan, kecemasan akan kemampuannya untuk merawat bayinya setelah meninggalkan rumah sakit, ketakutan akan menjadi tidak menarik lagi PENUTUP Kesimpulan Peranan bidan dalam memberikan asuhan masa nifas adalah memberikan asuan yang konsisten, ramah dan memberikan dukungan pada setiap ibu dalam proses penyembuhannya dari stress fisik akibat persalinan dan meningkatkan kepercayaan diri ibu dalam merawat bayinya. Dalam proses penyesuaian ini, dituntut kontribusi bidan dalam melaksanakan kompetensi, keterampilan dan sensitivitas terhadap ebutuhan dan harapan setiap ibu dan keluarga. Bidan harus dapat merencanakan asuhan yang akan diberikan pada ibu sesuai dengan kebutuhan ibu tersebut.

Komentar : Tinggalkan sebuah Komentar Kategori : bahan kuliah

KDPK
15 02 2010

PERSIAPAN DAN PERAWATAN PASIEN OPERASI

Mata Kuliah : KDPK (Keterampilan Dasar Praktik Kebidanan) Kode Mata Kuliah : Bd. 208 Sub Pokok Bahasan : 1. Pre Operasi 2. Intra Operasi 3. Post Operasi Dosen : Irmayanti, SST PENDAHULUAN PERAWATAN PERIOPERATIF Tujuan dilakukan perawatan Dilakukan untuk menetapkan strategi yang sesuai dengan kebutuhan individu selama periode perioperatif sehingga klien memperoleh kemudahan sejak datang sampai klien sehat kembali. Periode perioperatif Perioperatif terdiri dari beberapa tahapan yaitu: 1. Pre-operatif (sebelum) 2. Intra-operatif (selama) 3. Post-operatif (sesudah) ISI PRE-OPERATIF Perawatan pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan perioperatif yang dimulai sejak pasien diterima masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi untuk dilakukan tindakan pembedahan.

Persiapan pembedahan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yang meliputi persiapan psikologi baik pasien maupun keluarga dan persiapan fisiologi (khusus pasien). 1. 1. Persiapan psikologi Terkadang pasien dan keluarga yang akan menjalani operasi emosinya tidak stabil. Hal ini dapat disebabkan karena: 1. Takut akan perasaan sakit, narkosa atau hasilnya 2. Keadaan social ekonomi keluarga Penyuluhan merupakan fungsi penting dari perawat pada fase pra bedah dan dapat mengurangi cemas pasien. Hal-hal dibawah ini penyuluhan yang dapat diberikan kepada pasien pra bedah: 1. Penjelasan tentang peristiwa 1) Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi (alasan persiapan). 2) 3) 4) 5) 6) a) b) c) Hal-hal yang rutin sebelum operasi. Alat-alat khusus yang diperlukan Pengiriman ke ruang bedah. Ruang pemulihan. Kemungkinan pengobatan-pengobatan setelah operasi : Perlu peningkatan mobilitas sedini mungkin. Perlu kebebasan saluran nafas. Antisipasi pengobatan. 1. Bernafas dalam dan latihan batuk 2. Latihan kaki

3. Mobilitas 4. Membantu kenyamanan 1. 2. Persiapan fisiologi 1. Diet 2. Persiapan Perut Pemberian leuknol/lavement sebelum operasi dilakukan pada bedah saluran pencernaan atau pelvis daerah periferal. Untuk pembedahan pada saluran pencernaan dilakukan 2 kali yaitu pada waktu sore dan pagi hari menjelang operasi. Maksud dari pemberian lavement antara lain : 1) Mencegah cidera kolon

2) Memungkinkan visualisasi yang lebih baik pada daerah yang akan dioperasi. 3) 4) Mencegah konstipasi. Mencegah infeksi. 1. Persiapan Kulit Daerah yang akan dioperasi harus bebas dari rambut. Pencukuran dilakukan pada waktu malam menjelang operasi. Rambut pubis dicukur bila perlu saja, lemak dan kotoran harus terbebas dari daerah kulit yang akan dioperasi. Luas daerah yang dicukur sekurang-kurangnya 10-20 cm2. 1. Hasil Pemeriksaan Meliputi hasil laboratorium, foto roentgen, ECG, USG dan lainlain. 1. Persetujuan Operasi / Informed Consent Izin tertulis dari pasien / keluarga harus tersedia. Persetujuan bisa didapat dari keluarga dekat yaitu suami / istri, anak tertua, orang

tua dan kelurga terdekat. Pada kasus gawat darurat ahli bedah mempunyai wewenang untuk melaksanakan operasi tanpa surat izin tertulis dari pasien atau keluarga, setelah dilakukan berbagai usaha untuk mendapat kontak dengan anggota keluarga pada sisa waktu yang masih mungkin. 1. 3. Persiapan Akhir Sebelum Operasi Di Kamar Operasi (Serah terima dengan perawat OK) 1. Mencegah cidera Untuk melindungi pasien dari kesalahan identifikasi atau cidera perlu dilakukan hal tersebut di bawah ini : 1) Cek daerah kulit / persiapan kulit dan persiapan perut (lavement). 2) 3) 4) 5) 6) 7) Cek gelang identitas / identifikasi pasien. Lepas tusuk konde dan wig dan tutup kepala / peci. Lepas perhiasan Bersihkan cat kuku. Kontak lensa harus dilepas dan diamankan. Protesa (gigi palsu, mata palsu) harus dilepas.

8) Alat pendengaran boleh terpasang bila pasien kurang / ada gangguan pendengaran. 9) Kaus kaki anti emboli perlu dipasang pada pasien yang beresiko terhadap tromboplebitis. 10) Kandung kencing harus sudah kosong. 11) Status pasien beserta hasil-hasil pemeriksaan harus dicek meliputi ; a) Catatan tentang persiapan kulit.

b) c) d) e) f) g)

Tanda-tanda vital (suhu, nadi, respirasi, TN). Pemberian premedikasi. Pengobatan rutin. Data antropometri (BB, TB) Informed Consent Pemeriksan laboratorium. 1. Pemberian obat premedikasi

Obat-obat pra anaesthesi diberikan untuk mengurangi kecemasan, memperlancar induksi dan untuk pengelolaan anaesthesi. Sedative biasanya diberikan pada malam menjelang operasi agar pasien tidur banyak dan mencegah terjadinya cemas. INTRA-OPERATIF Perawatan intra operatif dimulai sejak pasien ditransfer ke meja bedah dan berakhir bila pasien di transfer ke wilayah ruang pemulihan. 1. 1. Anggota Tim Asuhan Keperawatan Intra Operatif Anggota tim asuhan pasien intra operatif biasanya di bagi dalam dua bagian. Berdasarkan kategori kecil terdiri dari anggota steril dan tidak steril : 1. Anggota steril 1) 2) 3) Ahli bedah utama / operator Asisten ahli bedah. Scrub Nurse / Perawat Instrumen 1. Anggota tim yang tidak steril, terdiri dari :

1) 2)

Ahli atau pelaksana anaesthesi. Perawat sirkulasi

3) Anggota lain (teknisi yang mengoperasikan alat-alat pemantau yang rumit). 1. 2. Prinsip Tindakan Keperawatan Selama Pelaksanaan Operasi. 1. Persiapan Psikologis Pasien 2. Pengaturan Posisi Posisi diberikan perawat akan mempengaruhi rasa nyaman pasien dan keadaan psikologis pasien. Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi pasien adalah : 1) 2) 3) Letak bagian tubuh yang akan dioperasi. Umur dan ukuran tubuh pasien. Tipe anaesthesia yang digunakan.

4) Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan (arthritis). Prinsip-prinsip didalam pengaturan posisi pasien : 1) Atur posisi pasien dalam posisi yang nyaman.

2) Sedapat mungkin jaga privasi pasien, buka area yang akan dibedah dan kakinya ditutup dengan duk. 3) Amankan pasien diatas meja operasi dengan lilitan sabuk yang baik yang biasanya dililitkan diatas lutut. Saraf, otot dan tulang dilindungi untuk menjaga kerusakan saraf dan jaringan.

4) Jaga pernafasan dan sirkulasi vaskuler pasien tetap adekuat, untuk meyakinkan terjadinya pertukaran udara. 5) Hindari tekanan pada dada atau bagain tubuh tertentu, karena tekanan dapat menyebabkan perlambatan sirkulasi darah yang merupakan faktor predisposisi terjadinya thrombus. 6) Jangan ijinkan ekstremitas pasien terayun diluar meja operasi karena hal ini dapat melemahkan sirkulasi dan menyebabkan terjadinya kerusakan otot. 7) Hindari penggunaan ikatan yang berlebihan pada otot pasien. 8) Yakinkan bahwa sirkulasi pasien tidak berhenti ditangan atau di lengan. 9) Untuk posisi litotomi, naikkan dan turunkan kedua ekstremitas bawah secara bersamaan untuk menjaga agar lutut tidak mengalami dislokasi. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Membersihkan dan Menyiapkan Kulit. Penutupan Daerah Steril Mempertahankan Surgical Asepsis Menjaga Suhu Tubuh Pasien dari Kehilangan Panas Tubuh Monitor dari Malignant Hyperthermia Penutupan luka pembedahan Perawatan Drainase Pengangkatan Pasien Ke Ruang Pemulihan, ICU atau PACU.

POST-OPERATIF Perawatan post operasi merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre dan intra operatif yang dimulai saat klien diterima di ruang pemulihan / pasca anaestesi dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya Periode segera sesudah anaesthesi adalah gawat. Pasien harus diamati dengan jeli dan harus mendapat bantuan fisik dan psikologis yang intensif sampai pengaruh utama dari anaesthesi

mulai berkurang dan kondisi umum mulai stabil. Banyaknya asuhan yang dilaksanakan segera setelah periode pasca anaesthesi tergantung kepada prosedur bedah yang dilakukan. 1. 1. Hal-hal yang harus diperhatikan meliputi : 1. Mempertahankan ventilasi pulmonari 1) Berikan posisi miring atau setengah telungkup dengan kepala tengadah kebelakang dan rahang didorong ke depan pada pasien sampai reflek-reflek pelindung pulih. 2) Saluran nafas buatan.

Saluran nafas pada orofaring biasanya terpasang terus setelah pemberian anaesthesi umum untuk mempertahankan saluran tetap terbuka dan lidah kedepan sampai reflek faring pulih. Bila pasien tidak bisa batuk dan mengeluarkan dahak dan lendir harus dibantu dengan suction. 3) Terapi oksigen

O2 sering diberikan pada pasca operasi, karena obat anaesthesi dapat menyebabkan lyphokhemia. Selain pemberian O2 harus diberikan latihan nafas dalam setelah pasien sadar. 1. Mempertahankan sirkulasi Hipotensi dan aritmia adalah merupakan komplikasi kardiovaskuler yang paling sering terjadi pada pasien post anaesthesi. Pemantauan tanda vital dilakukan tiap 15 menit sekali selama pasien berada di ruang pemulihan. 1. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit Pemberian infus merupakan usaha pertama untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit. Monitor cairan per infus sangat penting untuk mengetahui kecukupan pengganti dan pencegah kelebihan cairan. Begitu pula cairan yang keluar juga harus dimonitor.

1. Mempertahankan keamanan dan kenyamanan Pasien post operasi atau post anaesthesi sebaiknya pada tempat tidurnya dipasang pengaman sampai pasien sadar betul. Posisi pasien sering diubah untuk mencegah kerusakan saraf akibat tekanan kepada saraf otot dan persendian. Obat analgesik dapat diberikan pada pasien yang kesakitan dan gelisah sesuai dengan program dokter. Pada pasien yang mulai sadar, memerlukan orientasi dan merupakan tunjangan agar tidak merasa sendirian. Pasien harus diberi penjelasan bahwa operasi sudah selesai dan diberitahu apa yang sedang dilakukan. 1. 2. Perawatan Pasien Di Ruang Pemulihan/Recovery Room Uraian diatas telah membahas tentang hal yang diperhatikan pada pasien post anaesthesi. Untuk lebih jelasnya maka dibawah ini adalah petunjuk perawatan/ observasi diruang pemulihan: 1. Posisi kepala pasien lebih rendah dan kepala dimiringkan pada pasien dengan pembiusan umum, sedang pada pasein dengan anaesthesi regional posisi semi fowler. 2. Pasang pengaman pada tempat tidur. 3. Monitor tanda vital : TN, Nadi, respirasi / 15 menit. 4. Penghisapan lendir daerah mulut dan trakhea. 5. Beri O2 2,3 liter sesuai program. 6. Observasi adanya muntah. 7. Catat intake dan out put cairan. 8. Beberapa petunjuk tentang keadaan yang memungkinkan terjadinya situasi krisis: 1) Tekanan sistolik < 90 100 mmHg atau > 150 160 mmH, diastolik < 50 mmHg atau > dari 90 mmHg. 2) 3) HR kurang dari 60 x menit > 10 x/menit Suhu > 38,3 C atau kurang dari 35 C.

4) 5)

Meningkatnya kegelisahan pasien Tidak BAK + 8 jam post operasi. 1. 3. Pengeluaran dari ruang pemulihan / Recovery Room

Kriteria umum yang digunakan dalam mengevaluasi pasien : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Pasien harus pulih dari efek anaesthesi. Tanda-tanda vital harus stabil. Tidak ada drainage yang berlebihan dari tubuh. Efek fisiologis dari obat bius harus stabil. Pasien harus sudah sadar kembali dan tingkat kesadaran pasien telah sempurna. Urine yang keluar harus adekuat ( 1cc/ Kg/jam). Jumlahnya harus dicatat dan dilaporkan. Semua pesan harus ditulis dan dibawa ke bangsal masingmasing. Jika keadaan pasien membaik, pernyataan persetujuan harus dibuat untuk kehadiran pasien tersebut oleh seorang perawat khusus yang bertugas pada unit dimana pasien akan dipindahkan. Staf dari unit dimana pasien harus dipindahkan, perlu diingatkan untuk menyiapkan dan menerima pasien tersebut.

9.

1. 4. Pengangkutan Pasien keruangan Hal-hal yang harus diperhatikan selama membawa pasien ke ruangan antara lain: 1. Keadaan penderita serta order dokter. 2. Usahakan pasien jangan sampai kedinginan. 3. Kepala pasien sedapat mungkin harus dimiringkan untuk menjaga bila muntah sewaktu-waktu dan muka pasien harus terlihat sehingga bila ada perubahan sewaktuwaktu terlihat. PENUTUP KESIMPULAN

1. Perawatan pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan perioperatif yang dimulai sejak pasien diterima masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi untuk dilakukan tindakan pembedahan. 2. Perawatan intra operatif dimulai sejak pasien ditransfer ke meja bedah dan berakhir bila pasien di transfer ke wilayah ruang pemulihan. 3. Perawatan post operasi merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre dan intra operatif yang dimulai saat klien diterima di ruang pemulihan / pasca anaestesi dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya

Komentar : 1 Komentar Kategori : bahan kuliah

Dokumentasi Kebidanan
20 11 2009

PRINSIP PENDOKUMENTASIAN KEBIDANAN DENGAN PENDEKATAN SOAP Mata Kuliah : Dokumentasi Kebidanan Kode Mata Kuliah : Bd. 213 Sub Pokok Bahasan : 1. Proses Penatalaksanaan Kebidanan 2. Metode Pendokumentasian SOAP Dosen : Irmayanti, SST PENDAHULUAN Keperawatan dan Kebidanan di Indonesia sebagai suatu profesi yang sedang dalam proses memperjuangkan penerimaan profesi yang mandiri oleh masyarakat membutuhkan upaya aktualisasi diri dalam memberikan pelayanan profesional. Semua ini dapat dicapai apabila perawat/bidan mampu menunjukan

kemampuannya baik dalam bidang pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang didasari oleh ilmu yang jelas, serta mendokumentasikan semua hasil kerja yang telah dilaksanakan secara baik dan benar. Akhirnya dokumentasi dapat meningkatkan kesinambungan perawatan pasen, dan menguatkan akuntabilitas, dan tanggungjawab perawat/bidan dalam mengimpelemen-tasikan, dan mengevaluasi pelayanan yang diberikan serta membantu institusi untuk memenuhi syarat akreditasi dan hukum.

ISI 1. 1. Proses Penatalaksanaan Kebidanan Penatalaksanaan kebidanan yaitu proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode, untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan ketrampilan, dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 1997). Penatalaksanaan kebidanan terdiri beberapa langkah yang berurutan yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi, langkah tersebut membutuhkan kerangka yang lengkap bisa diaplikasikan dalam situasi. Proses Manajemen Kebidanan: 1. Mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk menilai keadaan klien secara keseluruhan. 2. Menginterpretasikan data untuk identifikasi diagnosa/masalah. 3. Mengidentifikasikan dx/masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya. 4. Menetapkan kebutuhan klien/terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan nakes lain dirujukan. 5. Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional. Berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya.

6. Mengevaluasi asuhan yang diberikan dengan mengulang kembali pelaksanaan proses untuk aspek-aspek asuhan yang efektif. Proses penatalaksanaan kebidanan Varney 7 langkah : Sebagai kerangka pikir bidan dalam proses pemecahan masalah berdasarkan teori ilmiah tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan 1. Pengumpulan data dasar Dikumpulkan informasi yang akurat dan lengkap dari sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien 1) 2) 3) 4) Anamnesa Px fisik sesuai kebutuhan dan px TTV Px khusus Px penunjang

Langkah I merupakan langkah awal yang menentukan langkah berikutnya Kelengkapan data menentukan proses interpretasi. 1. Interpretasi data Untuk mengidentifikasi dx/masalah Data dasar yang dikumpulkan diinterpretasikan menemukan dx dan masalah yang spesifik Dx dapat didefinisikan, masalah tidak dapat didefinisikan, berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami orang yang diidentifikasi bidan sesuai dengan hasil pengkajian Dx kebidanan adalah dx yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan memenuhi standar nomenklatur dx kebidanan

1) 2) 3) 4)

Diakui dan telah disahkan oleh profesi Berhubungan langsung dengan praktik kebidanan Memiliki ciri khas kebidanaan Didukung oleh clinical judgement dalam praktik kebidanan

5) Dapat diselesaikan dengan pendekatan penatalaksanaan kebidanan 6) /kolaborasi baru/rujukan 1. Mengidentifikais Dx/masala potensial dan mengantisipasi penanganan Mengidentifikasi masalah potensial berdasarka dx/masalah yang sudah diidentifikasi Langkah ini membutuhkan antisipasi jika memungkinkan dilakukan pencegahan Bidan harus waspada dan bersiap-siap mencegah Dx/masalah potensial agar tidak benar-benar terjadi. 1. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera Pada langkah 4 ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial tidak hanya merumuskam masalah/dx potensial tetapi juga harus bisa merumuskan tindakan antisipasi agar masalah/dx potensial tidak terjadi. Merupakan langkah yang bersifat antisipasi yang rasional/logis Untuk melakukan konsultasi, kolaborasi dengan nakes lain berdasarkan kondisi klien Beberapa data mungkin mengidentifikasi yang gawat dan perlu tindakan segera

Contoh: perdarahan kala III, distosia bahu, asfiksia berat dan sebagainya. Contoh keadaan yang membutuhkan konsultasi/kolaborasi dengan dokter 1) 2) 3) 4) Tanda-tanda awal Kelainan panggul Penyakit atg dl kehamilan Diabetes kehamilan 1. Menyusun Rencana Asuhan Direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkahlangkah sebelumnya Merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah/dx yang telah diidentifikasi/diantisipasi Informasi daya yang tidak lengkap dapat dilengkapi Setiap rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak yaitu bidan dan klien. Tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana asuhan dengan klien kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya 1. Pelaksanaan asuhan Rencana asuhan menyeluruh (langkah kelima) dilaksanakan secara efisien dan aman Bisa dlakukan seluruhnya oleh bidan/sebagian lagi oleh klien/anggota tim kesehatan lain Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter maka keterlibatan bidan dalam penatalaksanaan asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut

Penatalaksanaan yang efisien menyakut waktu dan biaya serta meningkatkan dan asuhan klien 1. Evaluasi Dilaksanakan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi s/i dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi didalam dx dan masalah Rencana tesebut dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya Rencana yang belum efektif mengulang kembali di awal Proses penatalaksanaan kebidanan merupakan langkah sistematik yang merupakan pola pikir bidan 1. 2. Metode Pendokumentasian SOAP Merupakan intisari dari proses penatalaksanaan kebidanan digunakan dalam dokumen pasien dalam rekam medis sebagai catatan kemajuan. S : Subjektif, apa yang dikatakan klien O : Objektif, apa yang dilihat dan dirasakan oleh bidan dalam pelaksanaan A : Analisa kesimpulan apa yang disebut dari data S dan O P : Planning apa yang dilakukan berdasarkan hasil evaluasi WHY disebut sistem pendokumentasian : 1. Pendokumentasian SOAP merupakan kemajuan informasi yang mengorganisir penemuan dan kesimpulan menjadi suatu rencana asuhan. 2. Merupakan intisari dari proses penatalaksanaan kebid dengan tujuan menyediaan dan dokumen asuhan.

3. Merupakan urut-urutan yang dapat membantu mengorganisir pikiran dan memberikan asuhan yang menyeluruh. PENUTUP 1. 1. Kesimpulan Proses penatalaksanaan kebidanan (menajemen kebidanan) menurut Varney merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan bidan dalam memberikan asuhan kepada klien. Setelah melaksanakan asuhan, bidan harus mendokumentasikan asuhan yang telah diberikan dengan menggunakan metode SOAP yang tidak lepas dari pola pikir penatalaksanaan kebidanan (manajemen kebidanan) 1. 2. 3. 4. 5. 2. Evaluasi Langkah proses manajemen kebidanan ? 7 langkah varney ? Langkah menyusun rencana asuhan ? Mengapa disebut system pendokumentasian ?

Komentar : Tinggalkan sebuah Komentar Kategori : bahan kuliah

Dokumentasi Kebidanan
20 11 2009

TEKNIK PENDOKUMENTASIAN Mata Kuliah : Dokumentasi Kebidanan Kode Mata Kuliah : Bd. 213 Sub Pokok Bahasan : 1. 2. 3. 4. SOAPIER SOAPIE SOAPIED SOAP

Dosen : Irmayanti, SST PENDAHULUAN Keperawatan dan Kebidanan di Indonesia sebagai suatu profesi yang sedang dalam proses memperjuangkan penerimaan profesi yang mandiri oleh masyarakat membutuhkan upaya aktualisasi diri dalam memberikan pelayanan profesional. Semua ini dapat dicapai apabila perawat/bidan mampu menunjukan kemampuannya baik dalam bidang pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang didasari oleh ilmu yang jelas, serta mendokumentasikan semua hasil kerja yang telah dilaksanakan secara baik dan benar. Akhirnya dokumentasi dapat meningkatkan kesinambungan perawatan pasien, dan menguatkan akuntabilitas, dan tanggungjawab perawat/bidan dalam mengimpelemen-tasikan, dan mengevaluasi pelayanan yang diberikan serta membantu institusi untuk memenuhi syarat akreditasi dan hukum. ISI 1. 1. SOAPIER S : Data Subjektif 1. Catatan ini berhubungan masalah dengan sudut pandang pasien 2. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat sehingga kutipan langsung/ringkasan yang berhubungan dengan dx (data primer) 3. Pada bayi/anak kecil data subjektif ini dapat diperoleh dari orang tuanya (data sekunder) 4. Data subjektif menguatkan dx yang akan dibuat O : Data Objektif 1. Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan dx 2. Data yang digolongkan dalam kategori ini, antara lain 3. Data psikologik 4. Hasil observasi yang jujur

5. Informasi kajian teknologi (hasil px lab, Ro, CTG, USG dll) 6. Ada pendapat yang memasukan laporan dari keluarga juga masuk kategori ini 7. Apa yang dapat diobservasi oleh bidan/perawat akan menjadi komponen penting dari dx yang akan ditegakan A : Analisis/Asessment 1. Masalah/dx yang ditegakan berdasarkan data/informasi subjektif maupun data/informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan dan disimpulkan 2. Karena keadaan pasien terus berubah dan selalu ada informasi baru baik subjektif maupun objektif dan sering diungkapkan secara terpisah-pisah, maka proses analisa adalah segala proses yang dinamik 3. Sering menganalisa penting ! 4. Mengikuti perkembangan pasien dan menjamin segala perubahan baru dapat diketahui dan dapat diikuti sehingga dapat diambil tindakan yang tepat. P : Planning/perencanaan 1. Membuat perencanaan tindakan saat itu/yang akan datang untuk mengusahakan mencapai kondisi pasien sebaik mungkin/menjaga/mempertahankan kesejahteraannya 1. Proses ini termasuk kriteria tujuan terdiri dari kebutuhan pasien yang harus dicapai dalam batas waktu tertentu 2. Tindakan yang diambil harus membantu pasien mencapai kemajuan dalam kesehatannya x/ proses pslnnya dan harus mendukung rencana dokter bila itu dalam manajemen kolaborasi/rujukan I : Implentasi 1. Pelaksanaan rencana tindakan untuk mengatasi masalah keluhan/mencapai tujuan pasien 2. Tindakan ini harus disetujui oleh pasien kecuali bila tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan pasien

3. Pilihan pasien harus sebanyak mungkin menjadi bagian dari proses ini 4. Apabila kondisi pasien berubah, implementasi mungkin juga harus berubah/disesuaikan E : Evaluasi 1. Tafsiran dari hasil tindakan yang telah diambil adalah penting untuk menilai keefektifan asuhan yang diberikan 2. Analisa dari hasil yang dicapai menjadi fokus dari penilaian ketepatan tindakan 3. Kalau kriteria tujuan tidak tercapai, proses evaluasi dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif sehingga dapat mencapai tujuan R : Revisi/re-assesment/perbaikan Komponen re-evaluasi dapat menjadi petunjuk perlunya perbaikan dari perubahan intervensi dan tindakan/menunjukan perubahan dari rencana awal/perlu /kolaborasi baru/rujukan 1. 2. SOAPIE S : Data Subjektif 1. Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang pasien. 2. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa. 3. Pada orang yang bisu, di bagian data di belakang S diberi tanda 0 atau X ini menandakan orang itu bisu. 4. Data subyektif menguatkan diagnosa yang akan dibuat. O : Data Objektif 1. Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan dignosa. 2. Data fisiologis, hasil observasi yang jujur, informasi kajian teknologi (hasil laboratorium, sinar X, rekaman CTG,

USG, dan lain-lain) dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam kategori ini. 3. Apa yang dapat diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen yang berarti dari diagnosa yang akan ditegakkan. A : Analisis/Asessment 1. Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau disimpulkan. 2. Karena keadaan pasien terus berubah dan selalu ada informasi baru baik subjektif maupun objektif, dan sering diungkapkan secara terpisah-pisah, maka proses pengkajian adalah sesuatu proses yang dinamik. 3. Sering menganalisa adalah sesuatu yang penting dalam mengikuti perkembangan pasien dan menjamin sesuatu perubahan baru cepat diketahui dan dapat diikuti sehingga dapat diambil tindakan yang tepat. P : Plan/Planning/perencanaan 1. Membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang, ini untuk mengusahakan mencapai kondisi pasien sebaik mungkin atau menjaga /mempertahankan kesejahteraannya. 2. Proses ini termasuk kriteria tujuan tertentu dari kebutuhan pasien yang harus dicapai dalam batas waktu tertentu, tindakan yang diambil harus membantu pasien mencapai kemajuan dalam kesehatan dan harus mendukung rencana dokter jika melakukan kolaborasi. I : Intervensi/Implentasi 1. Pelaksanaan rencana tindakan untuk mengatasi masalah, keluhan, atau mencapai tujuan pasien (persalinan). 2. Tindakan ini harus disetujui oleh pasien kecuali bila tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan pasien. 3. Oleh karena itu, pilihan pasien harus sebanyak mungkin menjadi bagian dari proses ini. Apabila kondisi pasien

berubah, intervensi mungkin juga harus berubah atau disesuaikan. E : Evaluasi 1. Tafsiran dari efek tentang tindakan yang telah diambil adalah penting untuk menilai keefektifan asuhan yang diberikan. 2. Analisa dari hasil yang dicapai menjadi fokus dari penilaian ketepatan tindakan. 3. Kalau tujuan tidak tercapai, proses evaluasi dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif sehingga dapat mencapai tujuan. 1. 3. SOAPIED Metode pendokumentasian ini untuk sampai dengan langkah SOAPIE sama saja dengan metode pendokumentasian SOAPIER dan SOAPIE. Untuk symbol tambahan untuk D adalah dokumentasi atau pencatatan dan pelaporan. 1. SOAP Metode pendokumentasian SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan tertulis. Pencatatan ini biasa dipakai untuk mendokumentasikan asuhan kebidanan. 4 (empat) langkah dalam metode ini adalah ini secara rinci adalah sebagai berikut: S : Data Subjektif 1. Merupakan informasi yang diperoleh langsung dari klien 2. Informasi tersebut dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa. O : Data Objektif 1. Data yang diperoleh dari apa yang dilihat dan dirasakan oleh bidan pada waktu pemeriksaan termasuk juga hasil pemeriksaan laboratorium, USG, dll.

2. Apa yang dapat diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen yang berarti dari diagnosa yang akan ditegakkan. A : Analisis/Asessment 1. Merupakan kesimpulan yang dibuat berdasarkan data subjektif dan data objektif yang didapatkan. 2. Merupakan suatu proses yang dinamik, meliputi: 1) 2) Diagnosa Antisipasi diagnosa/masalah potensial

3) Perlunya tindakan segera (Langkah 2,3,4 dalam manajemen varney) P : Plan/Planning/perencanaan Merupakan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai dengan kesimpulan yang dibuat ( berdasarkan langkah 5,6,7 pada manajemen varney) Alasan pemakaian SOAP dalam pendokumentaian Asuhan kebidanan, yaitu: 1. SOAP merupakan pencatatan yang memuat kemajuan informasi yang sistematis, mengorganisasikan penemuam kesimpulan sehingga terbentuk suatu rencana asuhan. 2. SOAP merupakan intisari dari manajemen kebidanan untuk penyediaan pendokumentasian. 3. SOAP merupakan urutan-urutan yang dapat embantu bidan mengorganisasikan pikiran dalam pemberian asuhan yang bersifat komprehensif. DAFTAR DIAGNOSE NOMENKLATUR: NoDiagnosa Kebidanan 1 Kehamilan normal 2 Partus normal No Diagnosa Kebidanan 36 Inversio uteri 37 Bayi besar

3 Syok 4 DJJ tidak normal 5 Abortus 6 Solusio plasenta 7 Akut pielonefritis 8 Amnionitis 9 Anemia 10 Apendiksitis 11 Atonia uteri 12 Post partum normal 13 Infeksi mamae 14 Pembengkakan mamae 15 Presentasi bokong 16 Asma bronchiale 17 Presentasi dagu 18 CPD 19 Hipertensi kronik 20 Koagulopati 21 Presentasi ganda 22 Cystitis 23 Eklampsi 24 Kehamilan ektopik 25 Ensephalitis 26 Epilepsi 27 Hidramnion 28 Presentasi muka 29 Persalinan semu 30 Kematian janin 31 Haemorragik antepartum 32 Haemorragik postpartum 33 Gagal ginjal 34 Ineria uteri 35 Infeski luka PENUTUP 1. 1. Kesimpulan

Malaria berat dengan komplikasi 39 Malaria berat tanpa komplikasi 40 Mekonium 41 Meningitis 42 Metritis 43 Migrain 44 Kehamilan mola 45 Kehamilan ganda 46 Partus macet 47 Posisi Occiput Posterior 48 Posisi Occiput melintang 49 Kista ovarium 50 Abses pelvic 51 Peritonitis 52 Plasenta previa 53 Pneumonia 54 PEB/PER 55 Hipertensi dalam kehamilan 56 KPD 57 Partus prematurus 58 Prolapsus tali pusat 59 Fase laten lama 60 Kala II Lama 61 Retensio plasenta 62 Sisa plasenta 63 Ruptura uteri 64 Bekas luka uteri 65 Presentasi bahu 66 Distosia bahu 67 Robekan serviks dan vagina 68 Tetanus 69 Letak lintang 38

Dari semua model pendokumentasian yang telah dibahas yang biasa dipakai dalam dokumentasi asuhan kebidanan adalah model

dokumentasi SOAP. Model pendokumentasian tersebut juga telah disesuaikan dengan 7 langkah kerangka berpikir Varney. 1. 2. 3. 4. 5. 2. Evaluasi Yang dimaksud dengan SOAPIER ? Yang dimaksud dengan SOAPIE ? Yang dimaksud dengan SOPIED ? Yang dimaksud dengan SOAP ?

Komentar : Tinggalkan sebuah Komentar Kategori : bahan kuliah

KDPK
20 11 2009

KONSEP DASAR PEMERIKSAAN FISIK Mata Kuliah : KDPK (Keterampilan Dasar Praktik Kebidanan) Kode Mata Kuliah : Bd. 208 Sub Pokok Bahasan : 1. 2. 3. 4. Prinsip dasar pemeriksaan fisik Teknik pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik persistem Pemeriksaan fisik head to toe

Dosen : Irmayanti, SST PENDAHULUAN Kebutuhan fisioogis merupakan kebutuhan yang sangat primer dan mutlak dipenuhi untuk memlihara keseimbangan biologis dan kelangsungan kehidupan bagi tiap manusia. Kebutuhan ini merupakan syarat dasar, apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi maka dapat mempengaruhi kebuthan yang lain. Keadaan fisik dari klien wajib diketahui dan dikaji oleh perawat maupun bidan yang memberikan asuhan, pemeriksaan fisik merupakan salah satu data penunjang agar diagnose dapat ditegakkan kira-kira masalah apa yang dialami oleh klien.

ISI PRINSIP DASAR DAN TEKNIK PEMERIKSAAN FISIK Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien Prinsip umum dari pemeriksaan fisik adalah dilakukan secara komprehensif. Hal-hal yang harus dipertimbangkan yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Penjagaan kesopanan Cara mengadakan hubungan dengan pasien Pencahayaan dan lingkungan yang memadai Tahap pertumbuhan/perkembangan pasien Pencatatan data Pengambilan tindakan yang sesuai dgn masalah klien Pasien dalam posisi duduk/sesuai jenis pemeriksaan Hanya membuka bagian tubuh yg diperiksa, menutup bag.lain 9. Sistematis 10. Bandingkan satu bag tubuh dgn bag. Tubuh lain 11. Penjelasan sederhana kpd klien 12. Data didokumentasikan dgn tepat (DO & DS) Ada empat teknik pemeriksaan fisik, yang biasa disebut dengan teknik IPPA(Inspeksi, Palpasi, Perkusi & Auskultasi) yaitu: 1. Inspeksi Adalah pemeriksaan dengan cara melihat atua melakukan observasi terhadap keadaan klien. Tujuan dari teknik ini ialah mendeteksi tanda-tanda fisik yang berhubungan dengan status fisik. Teknik inspeksi dilakukan ketika pertama kali bertemu klien

dan yang diamati yaitu tingkah laku dan keadaan tubuh klien serta hal umum dan khusus. Langkah kerja: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Atur Pencahayaan Suhu dan ruangan nyaman Buka bagian yg diinspeksi Bila perlu gunakan kaca pembesar Jelaskan hasil pada klien dan keluarga Perhatikan kesan pertama klien Sistematis

1. Palpasi Adalah teknik pemeriksaan fisik dengan sentuhan, rabaan maupun sedikit tekanan pada bagian tubuh yang akan diperiksa dan dilakukan secara teroganisir dari satu bagian ke bagian yang lain. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah mendeterminasi ciri-ciri jaringan atau organ. Dapat dilakukan bersamaan dengan teknik inspeksi dan perkusi. Teknik palpasi dibagi menjadi dua: 1. Palpasi ringan Caranya: ujung-ujung jari pada satu/dua tangan digunakan secara simultan.Tangan diletakkan pada area yang dipalpasi, jari-jari ditekan kebawah perlahan-lahan sampai ada hasil. 1. Palpasi dalam (bimanual) Caranya: untuk merasakan isi abdomen, dilakukan dua tangan.Satu tangan untuk merasakan bagian yang dipalpasi, tangan lainnya untuk menekan ke bawah. Dengan Posisi rileks, jari-jari tangan kedua diletakkan melekat pd jari2 pertama. Langkah kerja: 1. Area palpasi terbuka 2. Cuci tangan

3. Beritahu klien 4. Dikerjakan semua jari tp telunjuk dan ibu jari > sensitif. 5. u/ mendeterminasi bentuk dan struktur organ gunakan jari 2,3, dan 4 bersamaan. 6. U/ palpasi abdomen gunakan telapak tangan, beri tekanan ringan dgn jari2. 7. Sistematis, uraikan ciri-ciri ttg ukuran, bentuk, konsistensi dan permukaan. 1. Perkusi Adalah pemeriksaan dengan cara mengetuk. Tujuan pemeriksaan perkusi yaitu menentukan batas-batas organ atau bagian tubuh dengan cara merasakan vibrasi yang ditimbulkan akibat adanya gerakan yang diberikan ke bawah jaringan (udara, cairan, atau zat padat). Langkah kerja: 1. Area terbuka 2. Luruskan jari tengah tangan kiri, tekan bag. Ujung jari dan letakkan dgn kuat pada permukaan diperkusi. 3. Upayakan jari jari yg lain tidak menyentuh permukaan, konsisten pd permukaan yg diperkusi. 4. Lenturkan jari tengah tangan kanan ke atas dgn lengan bawah relaks. 5. Pertahankan kelenturan tangan pada pergelangan tangan. 1. Auskultasi Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan menggunakan alat bantu yaitu stetoskop dengan tujuan pemeriksaannya adalah untuk dapat mendengar bunyi jantung, paru-paru, bunyi usus serta untuk mengukur tekanan darah dan nadi. Tingkatan kesadaran: 1. Kompos Mentis 2. Apatis 3. Samnolen Tidur. : sadar Penuh : acuh tak acuh : dibangunkan dengan rangsangan, .

4. Delirium : berteriak2, tidak sadar 5. Sopor/semikoma : tidak sadar tetapi masih merasakan rangsangan nyeri 6. Koma : tidak sadar. PEMERIKSAAN FISIK PERSISTEM Merupakan pendekatan dalam pemeriksaan fisik dengan sistemsistem tubuh sebagai acuan pemeriksaaan. Berikut ini merupakan detail pemeriksaan fisik, dengan pendekatan sistem tubuh adalah : 1. Sistem syaraf pusat 2. Sistem Kardiovaskular 1. Kaji LOC (level of consiousness) atau tingkat kesadaran: dengan melakukan pertanyaan tentang kesadaran pasien terhadap waktu, tempat dan orang 2. Kaji status mental 3. Kaji tingkat kenyamanan, adanya nyeri dan termasuk lokasi, durasi, tipe dan pengobatannya. 4. Kaji fungsi sensoris dan tentukan apakah normal atau mengalami gangguan. Kaji adanya hilang rasa, rasa terbakar/panas dan baal. 5. Kaji fungsi motorik seperti : genggaman tangan, kekuatan otot, pergerakan dan postur 6. Kaji adanya kejang atau tremor 7. Kaji catatan penggunaan obat dan diagnostik tes yang mempengaruhiSSP. 1. Kaji nadi : frekuensi, irama, kualitas (keras dan lemah) serta tanda penurunan kekuatan/pulse deficit 2. Periksa tekanan darah : kesamaan antara tangan kanan dan kiri atau postural hipotensi 3. Inspeksi vena jugular seperti distensi, dengan membuat posisi semi fowlers 4. Cek suhu tubuh dengan metode yang tepat, atau palpasi kulit. 5. Palpasi dada untuk menentukan lokasi titik maksimal denyut jantung

6. Auskultasi bunyi jantung S1- S2 di titik tersebut, adanya bunyi jantung tambahan, murmur dan bising. 7. Inspeksi membran mukosa dan warna kulit, lihat tanda sianosis (pucat) atau kemerahan 8. Palpasi adanya edema di ekstremitas dan wajah 9. Periksa adanya jari-jari tabuh dan pemeriksaan pengisian kapiler di kuku 10. Kaji adanya tanda-tanda perdarahan (epistaksis, perdarahan saluran cerna, phlebitis, kemerahan di mata atau kulit. 11. Kaji obat-obatan yang mempengaruhi sistem kardiovaskular dan test diagnostik. 1. Sistem Respirasi (Pernapasan) 1. Kaji keadaan umum dan pemenuhan kebutuhan respirasi 2. Kaji respiratory rate, irama dan kualitasnya 3. Inspeksi fungsi otot bantu napas, ukuran rongga dada, termasuk diameter anterior dan posterior thorax, dan adanya gangguan spinal 4. Palpasi posisi trakea dan adanya subkutan emphysema 5. Auskultasi seluruh area paru dan kaji suara paru normal (vesikular, bronkovesikular, atau bronkial) dan kaji juga adanya bunyi paru patologis (wheezing, cracles atau ronkhi) 6. Kaji adanya keluhan batuk, durasi, frekuensi dan adanya sputum/dahak, cek warna, konsistensi dan jumlahnya dan apakah disertai darah 7. Kaji adanya keluhan SOB (shortness of breath)/sesak napas, dyspnea dan orthopnea. 8. Inspeksi membran mukosa dan warna kulit 9. Tentukan posisi yang tepat dan nyaman untuk meningkatkan fungsi pernapasan pasien 10. Kaji apakah klien memiliki riwayat merokok (jumlah per hari) dan berapa lama telah merokok 11. Kaji catatan obat terkait dengan sistem pernapasan dan test diagnostik 1. Sistem Pencernaan

1. Inspeksi keadaan umum abdomen : ukuran, kontur, warna kulit dan pola pembuluh vena (venous pattern) 2. Auskultasi abdomen untuk mendengarkan bising usus 3. Palpasi abdomen untuk menentukan : lemah, keras atau distensi, adanya nyeri tekan, adanya massa atau asites 4. Kaji adanya nausea dan vomitus 5. Kaji tipe diet, jumlah, pembatasan diet dan toleransi terhadap diet 6. Kaji adanya perubahan selera makan, dan kemampuan klien untuk menelan 7. Kaji adanya perubahan berat badan 8. Kaji pola eliminasi : BAB dan adanya flatus 9. Inspeksi adanya ileostomy atau kolostomi, yang nantinya dikaitkan dengan fungsi (permanen atau temporal), kondisi stoma dan kulit disekitarnya, dan kesediaan alat 10. Kaji kembali obat dan pengkajian diagnostik yang pasien miliki terkait sistem GI 1. SistemPerkemihan 1. Kaji kebiasaan pola BAK, output/jumlah urine 24 jam, warna, kekeruhan dan ada/tidaknya sedimen 2. Kaji keluhan gangguan frekuensi BAK, adanya dysuria dan hematuria, serta riwayat infeksi saluran kemih 3. Palpasi adanya distesi bladder (kandung kemih) 4. Inspeksi penggunaan condom catheter, folleys catheter, silikon kateter atau urostomy atau supra pubik kateter 5. Kaji kembali riwayat pengobatan dan pengkajian diagnostik yang terkait dengan sistem perkemihan 1. SistemIntegumen 1. Kaji integritas kulit dan membrane mukosa, turgor, dan keadaan umum kulit (jaundice, kering) 2. Kaji warna kulit, pruritus, kering, odor 3. Kaji adanya luka, bekas operasi/skar, drain, dekubitus, dsb

4. Kaji resiko terjadinya luka tekan dan ulkus 5. Palpasi adanya nyeri, edema, dan penurunan suhu 6. Kaji riwayat pengobatan dan test diagnostik terkait sistem integument 2. Sistem muskuloskeletal 1. Kaji adanya nyeri otot, kram atau spasme 2. Kaji adanya kekakuan sendi dan nyeri sendi 3. Kaji pergerakan ekstremitas tangan dan kaki, ROM (range of motion), kekuatan otot 4. Kaji kemampuan pasien duduk, berjalan, berdiri, cek postur tubuh 5. Kaji adanya tanda-tanda fraktur atau dislokasi 6. Kaji ulang pengobatan dan test diagnostik yang terkait sistem musculoskeletal 1. Sistem Physikososial 1. perasaan pasien tentang kondisinya dan penyakitnya 2. Kaji tingkat kecemasan, mood klien dan tanda depresi 3. Kaji pemenuhan support sistem 4. Kaji pola dan gaya hidup klien yang mempengaruhi status kesehatan 5. Kaji riwayat penyalah gunaan obat, narkoba, alkohol, seksual abuse, emosional dan koping mekanisme 6. Kaji kebutuhan pembelajaran dan penyuluhan kesehatan PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE Merupakan teknik pemeriksaan fisik dengan bagian tubuh klien sebagai acuan yaitu dari ujung kepala sampai ke ujung kaki. Maksudnya disini adalah pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasien secara umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda vital atau pemeriksaan suhu, denyut nadi, pernafasan dan tekanan darah selalu dilakukan pertama kali.

1. 1. Tanda vital 1. Suhu Pemeriksaan suhu akan memberikan tanda suhu inti yang secara ketat dikontrol karena dapat dipengaruhi oleh reaksi kimiawi. Suhu dapat menjadi salah satu tanda infeksi atau peradangan, yakni demam (di atas > 37C). Suhu yang tinggi juga dapat disebabkan oleh hipertermia. Suhu tubuh yang jatuh atau hipotermia juga dinilai. Normal untuk suhu tubuh adalah 36-37C 1. Tekanan darah Tekanan darah dinilai dalam 2 nilai, sebuah tekanan tinggi sistolik yang menandakan kontraksi maksimal jantung dan tekanan rendah daistolik atau tekanan istirahat. Pemeriksaan tekanan darah biasanya dilakukan pada lengan kiri, kecuali pada lengan tersebut terdapat cedera. Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik disebut tekanan denyut. Di Indonesia, tekanan darah biasanya diukur dengan tensimeter air raksa. Tidak ada nilai tekanan darah normal yang tepat, namun dihitung berdasarkan rentang nilai berdasarkan kondisi pasien. Tekanan darah amat dipengaruhi oleh kondisi saat itu, misalnya seorang pelari yang baru saja melakukan lari maraton, memiliki tekanan yang tinggi, namun ia dalam nilai sehat. Dalam kondisi pasien tidak bekerja berat, tekanan darah normal berkisar 120/80 mmHg. Tekanan darah tinggi atau hipertensi diukur pada nilai sistolik 140-160 mmHg. Tekanan darah rendah disebut hipotensi. Rentang sistolik normal adalah 100-140 mmHg, sedangkan diastolic normal yaitu 60-90 mmHg 1. Denyut Denyut merupakan pemeriksaan pada pembuluh nadi atau arteri. Ukuran kecepatannya diukur pada beberapa titik denyut misalnya denyut arteri radialis pada pergelangan tangan, arteri bracialis pada lengan atas, arteri karotis pada leher, arteri poplitea pada

belakang lutut, arteri dorsalis pedis atau arteri tibialis posterior pada kaki. Pemeriksaan denyut dapat dilakukan dengan bantuan stetoskop. Denyut sangat bervariasi tergantung jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan usia. Bayi yang baru dilahirkan (neonatus) dapat memiliki denyut 120-160 denyut per menit. Orang dewasa memiliki denyut sekitar 60-90 kali per menit. 1. Kecepatan pernapasan Beraneka ragam tergantung usia. Batas normalnya sekitar 16-20 penarikan napas per menit untuk orang dewasa. 1. 2. Biometrika dasar 1. Tinggi Tinggi merupakan salah satu ukuran pertumbuhan seseorang. Tinggi dapat diukur dengan stasiometer atau tongkat pengukur. Pasien akan diminta untuk berdiri tegak tanpa alas kaki. Anakanak berusia dibawah 2 tahun diukur tingginya dengan cara dibaringkan. 1. Berat atau massa Berat atau massa tubuh diukur dengan pengukur massa atau timbangan. Indeks massa tubuh digunakan untuk menghitung hubungan antara tinggi dan mssa sehat serta tingkat kegemukan. 1. Nyeri Pengukuran nyeri bersifat subyektif namun penting sebagai tanda vital. Dalam klinik, nyeri diukur dengan menggunakan skala FACES yang dimulai dari nilai 0 (tidak dirsakan nyeri pada pasien dapat dilihat dari ekspresi wajah pasien), hingga 5 (nyeri terburuk yang pernah dirasakan pasien). 1. 3. Struktur dalam penulisan riwayat pemeriksaan 1. Tampilan umum

1) Kondisi yang jelas tertangkap ketika pasien masuk ke ruangan konsultasi dan berkomunikasi dengan dokter. (misalnya: pasien terlihat pincang atau pasien mengalami ketulian sehingga sulit berkomunikasi) 2) JACCOL, sebuah jembatan keledai, untuk tanda kekuningan (Jaudience), kemungkinan tanda pucat pada kulit atau konjungtiva (Anaemia), tanda kebiruan pada bibir atau anggota gerak (Cyanosis), kelainan bentuk pada kuku jari (Clubbing), pembengkakan (Oedema atau Edema), dan, pemeriksaan pada nodus limfatikus (Lymph nodes) pada leher, ketiak, dan lipatan paha. 1. Sistem organ 1) a) System kardiovaskular Tekanan darah, denyut nadi, irama jantung

b) Tekanan vena jugularis atau Jugular veins preassure (JVP), edema perifer, dan bukti edema pulmonaris atau edema paru. c) 2) Pemeriksaan jantung Paru-paru

Kecepatan pernapasan, auskultasi paru-paru 3) 4) Dada dan payudara Abdomen

a) Pemeriksaan abdomen misalnya pendeteksian adanya pembesaran organ (contohnya aneurisma aorta) b) 5) 6) Pemeriksaan rectum System reproduksi System otot dan gerak

7)

System saraf, termasuk pemeriksaan jiwa

8) Pemeriksaan kepala, leher, hidung, tenggorokkan, telinga (THT) 9) a) b) Kulit Pemeriksaan pada pertumbuhan rambut Peneriksaan tanda klinis pada kulit

PENUTUP KESIMPULAN 1. Prinsip umum pemeriksaan fisik yaitu: 2. Empat teknik pemeriksaan fisik yaitu teknik IPPA(Inspeksi, Palpasi, Perkusi & Auskultasi) 3. Pemeriksaan fisik persistem merupakan pendekatan dalam pemeriksaan fisik dengan sistem-sistem tubuh sebagai acuan pemeriksaaan 4. Pemeriksaan fisik head to toe adalah teknik pemeriksaan fisik dengan bagian tubuh klien sebagai acuan yaitu dari ujung kepala sampai ke ujung kaki. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Penjagaan kesopanan Cara mengadakan hubungan dengan pasien Pencahayaan dan lingkungan yang memadai Tahap pertumbuhan/perkembangan pasien Pencatatan data Pengambilan tindakan yang sesuai dgn masalah klien Pasien dalam posisi duduk/sesuai jenis pemeriksaan Hanya membuka bagian tubuh yg diperiksa, menutup bag.lain 9. Sistematis 10. Bandingkan satu bag tubuh dgn bag. Tubuh lain 11. Penjelasan sederhana kpd klien 12. Data didokumentasikan dgn tepat (DO & DS)

Komentar : Tinggalkan sebuah Komentar

Kategori : bahan kuliah

KDPK
14 10 2009

PRINSIP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA Mata Kuliah : KDPK (Keterampilan Dasar Praktik Kebidanan) Kode Mata Kuliah : Bd. 208 Sub Pokok Bahasan : 1. Homeotatis 2. Hemodinamik Dosen : Irmayanti, SST PENDAHULUAN KONSEP KEBUTUHAN DASAR PADA MANUSIA Kebutuhan dasar pada manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam menjaga keseimbangan baik secara fisiologis maupun fisiologis. Kebutuhan Dasar pada Manusia Menurut Abraham Maslow Abraham Maslow mengemukakan Teori Hierarki Kebutuhan yang menyatakanbahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu: 1. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar pada manusia 2. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan dibagi menjadi a) Perlindunngan fisik meliputi perlindungan atas ancaman terhadap tubuh atau hidup b) Perlindungan psikologis, yaitu perlindungan atas ancaman dari pengalamanyang baru dan asing.

1. Kebutuhan rasa cinta, yaitu kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki. 2. Kebutuhan akan harga diri maupun perasaan dihargai oleh orang lain 3. Kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan tertinggi dalam hierarki Maslow, berupa kebutuhan Ciri Kebutuhan Dasar pada Manusia Manusia memiliki kebutuhan dasar yang bersifat heterogen. Pada dasarnya, setiap orang memiliki kebutuhan yang sama. Akan tetapi karena terdapat perbedaan budaya, maka kebutuhan tersebutpun ikut berbeda. Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia menyesuaikan diri dengan prioritas yang ada. Lalu jika gagal memenuhi kebutuhannya, manusia akan berfikir keras dan bergerak untuk berusaha mendapatkan. Faktor yang Mempengaruhi Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Manusia Pemenuhan kebutuhan dasar pada manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. Penyakit Hubungan keluarga Konsep diri Tahap perkembangan ISI HOMEOSTASIS Homeostasis adalah suatu proses yang terjadi secara terus-menerus untuk memelihara stabilitas dan beradaptasi terhadap kondisi lingkungan sekitarnya. Homeostasis merupakan mekanisme tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dalam menghadapi berbagai kondisi yang dialaminya. Dapat terjadi seara alamiah apabila tubuh mengalami stress.

Homeostasis terdiri atas homeostasis fisiologis dan psikologis. Dalam tubuh manusia, homeostasis fisiologis dikendalikan oleh system endokrin dan system saraf otonom. Proses homeostasis fisiologis terjadi melalui empat cara yaitu: 1. 2. 3. 4. Pengaturan diri (self regulation) Kompensasi Umpan balik negatif Umpan balik positif

Homeostasis psikologis berfokus pada keseimbangan emosional dankesejahteraan mental. Proses ini didapat dari pengalaman hidup dan interaksi dengan orang lain serta dipengaruhi oleh norma dan kultur masyarakat. Jadi inti dari proses homeostasis adalah keseimbangan dalam tubuh. HOMEODINAMIK Homeodinamik merupakan pertukaran energi antara manusia dan lingkungan sekitar secara terus menerus. Pada proses ini manusia tidak hanya melakukan penyesuaian diri, tetapi terus berinteraksi dengan lingkungan agar mampu mempertahankan hidupnya. Dalam poses homeodinamik, terdapat beberapa prinsip menurut teori Rogers sebagai berikut : 1. 2. 3. Prinsip integral Prinsip resonansi Prinsip helicy PENUTUP KESIMPULAN

1. 1. Homeostasis adalah suatu proses yang terjadi secara terus-menerus untuk memelihara stabilitas dan beradaptasi terhadap kondisi lingkungan sekitarnya 2. 2. Homeostasis terdiri atas homeostasis fisiologis dan psikologis 3. 3. Homeodinamik merupakan pertukaran energi antara manusia dan linkungan sekitar secara terus menerus 4. 4. Prinsip hemodinamik: prinsip integral, prinsip resonansi dan prinsip helicy KEBUTUHAN FISIK MANUSIA Mata Kuliah : KDPK (Keterampilan Dasar Praktik Kebidanan) Kode Mata Kuliah : Bd. 208 Sub Pokok Bahasan: 1. 2. 3. 4. Body mekanik dan posisi Keamanan dan kenyamanan lingkungan Ambulasi Istirahat dan tidur

Dosen : Irmayanti, SST PENDAHULUAN Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya. Untuk mempertahankan keseimbangan tersebut manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang harus terpenuhi dengan baik. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah sebuah teori yang dapat digunakan untuk memahami hubungan antara kebutuhan dasar manusia pad saat memberikan asuhan. Kebutuhan dasar manusia adalah hal-hal seperti makanan, air, keamanan dan cinta yang merupakan hal yang penting untuk bertahan hidup dan kesehatan. Kebutuhan yang dinyatakan memiliki tingkat paling tinggi dlm kebutuhan manusia adalah tercapainya aktualisasi diri. Untuk mencapai aktualisasi diri diperlukan konsep diri yang sehat. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow sebagai berikut berdasarkan prioritas:

Aktualissi diri (Kebutuhan yg harus dipenuhi diri sendiri) Harga Diri ( Kebutuhan yang harus difikirkan oleh diri sendiri dan orang lain) Cinta dan rasa ingin memiliki ( Kasih sayang, perasan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain) Keamanan dan keselamtan ( Keselamatan fisik dan keselamatan fisiologis) Kebutuhan Fisiologis ( Oksigen, cairan, nutrisi, temperature, eliminasi, tempat , istirahat, sekstinggal Kebutuhan fisiologis atau kebutuhan fisik manusia merupakan kebutuhan yang paling mendasar yang harus terpenuhi agar kelangsungan hidup bisa bertahan. Ada beberapa kebutuhan fisik manusia yang akan dibahas yaitu body mekanika dan posisi, keamanan dan kenyamanan lingkungan, ambulasi dan istirahat/tidur. KEBUTUHAN MEKANIKA TUBUH Merupakan usaha koordinasi dari muskuloskeletal dan system saraf untuk mempertahankan keseimbangan tubuh dengan tepat. Mekanika tubuh adalah cara menggunakan tubuh secara efesien, yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga, terkoordinasi, serta aman dalam menggerakkan dan mempertahankan keseimbangan selama beraktivitas. Merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia. Beberapa pergerakan dasar yang harus diperhatikan yaitu: 1. 1. Gerakan(ambulating) Gerakan yang benar dapat membantu dalam mempertahankan keseimbangan tubuh. Contoh pada saat berjalan.

1. 2. Menahan (squatting) Dalam melakukan pergantian, posisi menahan selalu berubah. Contoh, posisi orang yang duduk akan berbeda dengan orang yang jongkok. 1. 3. Menarik(pulling) Menarik dengan benar akan memudahkan dalam memindahkan benda. 1. 4. Mengangkat(lifting) Cara pergerakan dengan menggunakan daya tarik ke atas. 1. 5. Memutar(pivoting) Gerakan untuk berputarnya anggota tubuh dengan bertumpu pada tulang belakang. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mekanika Tubuh 1. 1. Status kesehatan Perubahan status kesehatan dapat mmengaruhi system muskulos keletal dan system saraf berupa penurunan koordinasi. 1. 2. Nutrisi Membantu proses pertumbuhan tulang dan perbaikan sel. Kekurang nutrisi menyebabkan kelemahan otot dan memudahkan terjadinya penyakit. 1. 3. Emosi Penyebab menurunnya kemampuan mekanika tubuh dan ambulasi yang baik. 1. 4. Situasi dan kebiasaan

Menyebabkan perubahan mekanika tubuh dan ambulasi. 1. 5. Gaya hidup Menyebabkan stress dan kemungkinan besar akan menimbulkan kecerobohan dalam beraktivitas, sehingga dapat mengganggu koordinasi antara system musculoskeletal dan saraf. 1. 6. Pengetahuan Pengetahuan yang baik akan mengurangi energi yang telah dikeluarkan, dan pengetahuan yang kurang akan menjadikan seseorang berisiko mengalami gangguan koordinasi system musculoskeletal dan saraf. PENGATURAN POSISI Pengaturan posisi yang dapat dilakukan pada pasien ketika mendapatkan asuhan, seperti: Posisi Fowler Posisi setengah duduk atau duduk, bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Untuk fowler(45-90) dan semifowler(15-45). Dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan, memfasilitasi fungsi pernapasan, dan untuk pasien pasca bedah. Posisi Sim Posisi miring ke kanan atau ke kiri. Dilakukan untuk memberi kenyamanan dan untuk mempermudah tindakan pemeriksaan rectum atau pemberian huknah atau obat-obatan lain melalui anus. Posisi Trendelenburg Posisi pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah daripada bagian kaki. Dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak, dan pada pasien shock dan pada pasien yang dipasang skintraksi pada kakinya.

Posisi Dorsal Recumbent Posisi berbaring terlentang dengan kedua lutut fleksi(ditarik atau direnggangkan). Dilakukan untuk merawat dan memeriksa genetalia serta proses persalinan. Posisi Litotomi Posisi berbaring terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya ke atas bagian perut. Dilakukan untuk memeriksa genetalia pada proses persalinan, dan memasang alat kontrasepsi. Posisi Genu Pektoral Posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian atas tempat tidur. Dilakukan untuk memeriksa daerah rectum dan sigmoid dan untuk membantu merubah letak kepala janin pada bayi yang sungsang. KEAMANAN DAN KENYAMANAN LINGKUNGAN KEAMANAN LINGKUNGAN Lingkungan Klien mencakup semua faktor fisik dan psikososial yang mempengaruhi atau berakibat terhadap kehidupan dan kelangsungan hidup klien. Kebutuhan Fisiologis: 1. 2. 3. 4. 5. Oksigen Kelembaban Pengurangan Bahaya Fisik Pengurangan Transmisi Patoge Pengontrolan Polusi

Faktor-faktor yang mempengaruhi: 1. 2. 3. 4. 5. Usia Tingkat Kesadaran Emosi Status Metabolisme Gangguan persepsi sensori

6. 7. 8. 9.

Informasi/komunikasi Penggunaan antibiotik Keadaan imunitas Ketidakmampuan tubuh dlm memproduksi sel drh putih

10. Status nutrisi 11. Tingkat pengetahuan Macam-macam bahaya/kecelakaan: 1. Di rumah 2. Di RS : Mikroorganisme Cahaya Kebisingan Cedera Kesalahan prosedur Peralatan medik, dll Pencegahan Kecelakaan di RS: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Mengkaji tingkat kemampuan pasien untuk melindungi diri Menjaga keselamatan psien yang gelisah Dari infeksi Mengunci roda kereta dorong saat berhenti Penghalang sisi tempat tidur Bel yg mudah dijangkau Meja yang mudah dijangkau Kereta dorong ada penghalangnya Kebersihan lantau

10. Prosedur tindakan, dll Kenyamanan

Konsep kenyamanan memiliki subjektivitas yang sama dengan nyeri. Sifat nyeri Merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri : 1. 2. 3. 4. 5. Usia Jenis Kelamin Kebudayaan Makna nyeri Perhatian 6. 7. 8. 9. 10. Ansietas Keletihan Pengalaman sebelum Pengalaman sebelum Dukungan Keluarga

Meningkatkan Kenyamanan/Strategi kesehatan 1. 2. 3. 4. 5. 6. Sentuhan teraupeutik Akupresure Relaksasi dan Teknik Imajinasi Imajinasi terbimbing Bimbingan Antisipasi Distraksi

KENYAMANAN LINGKUNGAN Selain keamanan untuk pasien yang perlu dijaga, kenyamanan lingkungan juga harus diperhatikan. Lingkungan yang nyaman akan menunjang cepatnya kesembuhan pasien. Menyiapkan Tempat Tidur Jenis persiapan tempat tidur 1. Unoccupid bed (tempat tidur yang belum ada klien di atasnya 1. Closed bed (tempat tidur tertutup) 2. Open bed (tempat tidur terbuka) 3. Aether bed (tempat tidur pasca operasi)

2. Occupied bed (mengganti tempat tidur dengan klien diatasnya) Prinsip perawatan tempat tidur antara lain : 1. Tempat tidur pasien harus selalu bersih dan rapi 2. Linen diganti sesuai kebutuhan dan sewaktu-waktu jika kotor 3. Penggunaan linen bersih harus seuai kebutuhan dan tidak boros. Persiapan tempat tidur 1. 1. Unoccupid bed (tempat tidur yang belum ada klien di atasnya) Pengertian menyiapkan tempat tidur pasien baru: Tempat tidur yang disiapkan untuk klien yang baru masuk atau menjalani rawat inap. Pengertian mengganti alat tenun tanpa pasien diatasnya adalah Mengganti alat tenun kotor pada tempat tidur klien dengan memindahkan klien kekursi/tempat duduk. Tujuan mengganti alat tenun tanpa pasien diatasnya adalah: 1. Membersihkan perasaan senang dan meningkatkan rasa nyaman pada pasien/klien 2. Meningkatkan mobilisasi klien 3. Memelihara kebersihan dan kerapian Menyiapkan Tempat Tidur Pasien Post Op Pengertian menyiapkan tempat tidur pasien Post Op adalah: Tempat tidur yang disiapkan untuk klien pasca operasi yang dapat narkose (obat bius).

Tujuan menyiapkan tempat tidur pasien post op/pasca bedah: 1. Menghangatkan klien 2. Mencegah penyulit/komplikasi post op/pasca bedah 1. 2. Mengganti Alat Tenun fengan Pasien diatasnya (Occupied bed) Pengertian mengganti alat tenun dengan pasien diatasnya adalah Mengganti alat tenun kotor pada tempat tidur klien tanpa memindahkan klien Tujuan: 1. Membersihkan perasaan senang dan meningkatkan rasa nyaman pada pasien/klien 2. Mencegah terjadinya dekubitus 3. Memelihara kebersihan dan kerapian. AMBULASI DAN MOBILISASI Ambulasi merupakan upaya seseoranga untuk melakukan latihan jalan atau berpindah tempat. Mobilitas merupakan suatu kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur. Jenis-jenis Mobilisasi 1. 1. Mobilisasi penuh Kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi social dan menjalankan peran sehari-hari. 1. 2. Mobilisasi sebagian Kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan yang jelas sehingga tidak mampu bergerak secara bebas. Mobilitas sebagian dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

1. Mobilitas sebagian temporer 2. Mobilitas sebagian permanen Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mobilitas Mobilitas seseorang dapat dipengaruhi oleh: 1. 1. Gaya hidup Dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas seseorang. 1. 2. Proses penyakit/injury Dapat mempengaruhi fungsi sistem tubuh. 1. 3. Kebudayaan Sebagai contoh,orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki kemamapuan mobilitas yang kuat. 1. 4. Tingkat energi seseorang Untuk dapat melakukan mobilitas yang baik, dibutuhkan energi yang cukup. 1. 5. Usia dan status perkembangan Kemampuan atau kematangan fungsi alat gerak sejalan dengan perkembagan usia. Tindakan yang Berhubungan dengan Ambulasi dan Mobilitas 1. 1. Latihan ambulasi 1. Duduk ditempat di atas tempat tidur 2. Turun dan berdiri 3. Membantu berjalan 1. 2. Membantu ambulasi dengan memindahkan pasien Cara Pelaksanaan :

1. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan. 2. Atur branchard dalam posisi terkunci. 3. Bantu pasien dengan 2-3 orang. 4. Berdiri menghadap pasien. 5. Silangkan tangan pasien di depan dada. 6. Tekuk lutut anda, kemudian masukkan tangan ke bawah tubuh pasien. 7. Orang pertama meletakkan tangan di bawah leher/ bahu dan bawah pinggang, orang kedua meletakkan tangan di bawah pinggang dan panggul pasien dan orang ketiga meletakkan tangan di bawah pinggul dan kaki. 8. Angkat bersama-sama dan pindahkan ke branchard 9. Atur posisi pasien di branchard KEBUTUHAN ISTIRAHAT Pengertian Istirahat Keadaan yang relaks tanpa adanya tekanan emosional dan bukan dalam keadaan tidak beraktivitas, melainkan juga berhenti sejenak. Karekteristik Istirahat Pada tahun 1967, Narrow mengemukakan enam karakteristik yang berhubungan dengan istirahat: 1. 2. 3. 4. 5. Merasakan bahwa segala sesuatu dapat diatasi. Meras diterima. Mengetahui apa yang sedang terjadi. Bebas dari gangguan ketidaknyamanan. Mempunyai sejumlah kepuasan terhadap aktivitas yang memepunyai tujuan. 6. Mengetahui adanya bantuan sewaktu memerlukan. KEBUTUHAN TIDUR Kebutuhan tidur pada manusia bergantung pada tingkat perkembangan. Pengertian Tidur

Suatu kondisi tidak sadar di mana individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensori yang sesuai. Fisiologi Tidur Pengaturan kegiatan tidur yang melibatkan hubungan mekanisme selebral secara bergantian agar mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk dapat tidur dan bangun. Jenis-jenis tidur Terdapat dua jenis tidur yaitu: jenis tidur yang disebabkan oleh menurunnya kegiatan di dalam sistem pengaktivasi retikularis dan jenis tidur yang disebabkan oleh penyaluran isyarat-isyarat abnormal dari dalam otak, jenis tidur ini disebut dengan jenis tidur poradoks atau tidur rapid eye movement (NREM) 1. Tidur gelombang lambat (slow wave sleep)/ nonrapid eye movement (NREM) Tahap tidur jenis NREM a. Tahap 1

Adalah tahap transisi antara bangun dan tidur. b. Tahap 2

Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. c. Tahap 3

Merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi, frekuensi napas, dan proses tubuh lainnya lambat. Hal ini disebabkan oleh adanya dominasi sistem saraf parasimpatis sehingga sulit untuk bangun. d. Tahap 4

Merupakan tahap tidur dalam dengan ciri kecepatan jantung dan pernapasan turun, jarang bergerak, sulit dibangunkan, gerak bola mata cepat, sekresi lambung menurun dan tonus otot menurun. 2. Tidur paradoks/ tidur rapid eye movement (REM)

Ciri tidur REM adalah: 1. Biasanya disertai dengan mimpi aktif 2. Lebih sulit dibangunkan daripada selama tidur nyenyak NREM. 3. Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan, menunjukkan inhibisi kuat proyeksi spinal atas sistem pengaktivasi retikularis 4. Frekuensi jantung dan pernapasan menjadi tidak teratur. 5. Pada otot perifer, terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur. 6. Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan irregular, tekanan darah meningkat atau berfluktuasi, sekresi gaster meningkat, dan metabolisme meningkat. 7. Tidur ini penting Fungsi dan Tujuan Tidur Fungsi dan tujuan masih belum diketahui secara jelas. Meskipun demikian, tidur diduga bermanfaat untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, dan kesehatan. Selain itu, stres pada paru-paru, sistem kardiovaskuler, endokrin, dan lain-lainnya juga menurun aktivitasnya. Energi yang tersimpan selama tidur diarahkan untuk fungsi-fungsi seluler yang penting. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tidur Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas tersebut dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhannya. Berikut ini merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan tidur, antara lain: 1. 1. Penyakit

Sakit dapat mempengaruhi kebutuhan tidur seseorang. Banyak penyakit yang dapat memperbesar kebutuhan tidur, seperti penyakit yang disebabkan oleh infeksi, terutama infeksi limpa. 1. 2. Latihan dan kelelahan Keletihan akibat aktivitas yang tinggi dapat memerlukan lebih banyak tidur untuk menjaga keseimbangan energi yang telah dikeluarkan. Hal tersebut terlihat pada seseorang yang telah melakukan aktivitas dan mencapai kelelahan. 1. 3. Stress psikologis Kondisi stres psikologis dapat terjadi pada seseorang akibat ketegangan jiwa. Seseorang yang memiliki masalah psikologis akan mengalami kegelisahan sehingga sulit untuk tidur. 1. 4. Obat Beberapa jenis obat yang mempengaruhi proses tidur, seperti jenis golongan obat diuretik yang dapat menyebabkan insomnia; antidepresan yang dapat menekan REM; kafein yang dapat meningkatkan saraf simpatis sehingga menyebabkan kesulitan untuk tidur; golongan beta bloker dapat berefek pada timbulnya insomnia; dan golongan narkotik dapat menekan REM sehingga mudah mengantuk. 1. 5. Nutrisi Terpenuhinya kebutuhan nutrisi dapat mempercepat proses tidur. Konsumsi protein yang tinggi dapat menyebabkan individu tersebut akan mempercepat proses terjadinya tidur. Demikian sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang dapat juga mempengaruhi proses tidur, bahkan terkadang sulit untuk tidur. 1. 6. Lingkungan Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seseorang dapat -nempercepat proses terjadinya tidur. Sebaliknya, lingkungan yang tidak aman dan nyaman bagi seseorang dapat menyebabkan hilangnya ketenangan sehingga mempengaruhi proses tidur.

1. 7. Motivasi Merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang untuk tidur, sehingga dapat mempengaruhi proses tidur. Gangguan/Masalah Kebutuhan Tidur 1. Insomnia Merupakan suatu keadaan yang menyebabkan individu tidak mampu mendapatkan tidur yang adekuat, baik secara kualitas maupun kuantitas, sehingga individu tersebut hanya tidur sebentar atau susah tidur. 2. Hipersomnia Merupakan gangguan tidur dengan kriteria tidur berlebihan. Pada umumnya, lebih dari sembilan jam pada malam hari. 3. Parasomnia Merupakan kumpulan beberapa penyakit yang dapat mengganggu pola tidur. Misalnya, somnambulisme (berjalan-jalan dalam tidur) yang banyak terjadi pada anak-anak, yaitu pada tahap III dan IV dari tidur NREM. 4. Enuresis Merupakan buang air kecil yang tidak disengaja pada waktu tidur atau disebut juga dengan istilah mengompol. 5. Apnea tidur dan mendengkur Mendengkur tidak termasuk gangguan tidur, tetapi mendengkur yang disertai dengan keadaan apnea dapat menjadi masalah, karena adanya rintangan dalam pengaliran udara di hidung dan mulut pada waktu tidur. 6. Narkolepsi

Merupakan keadaan tidur yang tidak dapat dikendalikan, seperti tidur dalam keadaan berdiri, mengemudikan kendaraan, atau di tengah pembicaraan. 7. Mengigau Merupakan suatu gangguan tidur bila terjadi terlalu sering dan di luar kebiasaan menyebabkan kualitas dan kebutuhan tidur berkurang. 8. Gangguan pola tidur secara umum Suatu keadaan ketika individu mengalami atau mempunyai resiko peubahan jumlah dan kualitas pola istirahat yang menyebabkan ketidaknyamanan atau mengganggu gaya hidup yang diinginkan. PENUTUP KESIMPULAN 1. Body mekanik/ mekanika tubuh merupakan usaha koordinasi dari muskuloskeletal dan system saraf untuk mempertahankan keseimbangan tubuh dengan tepat 2. Lingkungan Klien mencakup semua faktor fisik dan psikososial yang mempengaruhi atau berakibat terhadap kehidupan dan kelangsungan hidup klien 3. Lingkungan yang nyaman akan menunjang cepatnya kesembuhan pasien. 4. Ambulasi merupakan upaya seseoranga untuk melakukan latihan jalan atau berpindah tempat. Mobilitas merupakan suatu kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur. 5. Kebutuhan istirahat adalah keadaan yang relaks tanpa adanya tekanan emosional dan bukan dalam keadaan tidak beraktivitas, melainkan juga berhenti sejenak. KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL Mata Kuliah : KDPK (Keterampilan Dasar Praktik Kebidanan) Kode Mata Kuliah : Bd. 208 Sub Pokok Bahasan :

1. Hak-hak klien 2. Rasa aman dan nyaman Dosen : Irmayanti, SST PENDAHULUAN Manusia adalah mahluk biopsikososial yang unik dan menerapkan sistem terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut sehat, sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan keseimbangan diri dan lingkungannya. Ada beberapa kebutuhan manusia yang patut diketahui untuk mengoptimalkan pelayanan kesehatan terhadap klien. Setiap klien mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal. Hak-hak tersebut diharapkan mampu memberikan dukungan terhadap pemeliharaan pasien yang lebih efektif sehingga diperoleh kepuasa yang lebih besar oleh pasien, dokter dan organisasi pelayanan kesehatan lainnya. ISI HAK-HAK KLIEN Hak dan kewajiban adalah hubungan timbal balik dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bila seorang memiliki hak terhadap B, maka B mempunyai kewajiban terhadap A. Hak pasti berhubungan dengan individu yaitu pasien, sedangkan bidan mempunyai kewajiban/ keharusan untuk pasien. Jadi hak adalah sesuatu yang diterima oleh pasien, sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang diberikan oleh bidan. Seharusnya juga ada hak yang harus diterima oleh bidan dan kewajiban yang harus diberikan oleh pasien. Hak klien adalah hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai hak klien. Hak-hak tersebut adalah :

1. Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit / institusi pelayanan kesehatan. 2. Pasien berhak atas pelayanan yang manusia, adil dan jujur. 3. Pasien berhak memperoleh pelayanan kebidanan sesuai dengan profesi bidan tanpa diskriminasi 4. Pasien berhak memilih bidan yang akan menolongnya sesuai dengan keinginannya. 5. Pasien berhak mendapatkan informasi yang meliputi kehamilan, persalinan nifas dan bayinya yang baru dilakhirkan. 6. Pasien berhak mendapat pendampingan suami atau keluarga selam persalinan berlangsung. 7. Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit. 8. Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat kritis dan pendapat etisnya tanpa campur tangan dari pihak luar. 9. Pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah sakit tersebut (second opinion) terhadap penyakit yang dideritanya sepengetahuan dokter yang merwat. 10. Pasien berhak meminta atas privacy dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya. 11. Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi : 1. 2. 3. 4. 5. Penyakit yang diderita Tindakan kebidanan yang akan dilakuukan. Alternatif terapi lainnya. Prognosanya Perkiraan biaya pengobatan.

12. Pasien berhak menyetujui/ memberikan izin atas tindakan yang akan dilakukan oleh dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya. 13. Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri pengobatan serta perawatan atas

tanggung jawab sendiri sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya. 14. Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis. 15. Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak mengganggupasien lainnya. 16. Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di rumah sakit. 17. Pasien berhak menerima/ menolak bimbingan moral maupun spiritual 18. Pasien berhak mendapatkan perlindungan hukum atas terjadinya kasus mal praktek. Kewajiban Pasien 1. Pasien dan keluarganya berkewajjiban unytuk mentaati segala peraturan dan tata tertib rumah sakit/ institusi pelayanan kesehatan. 2. Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter, bidan , perawat yang merawatnya. 3. Pasien/ penanggungjawabnya berkewajiban untuk melunasi semua imbalan atas jasa pelayanan rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan dokter, bidan dan perawat. 4. Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban memenuhi hal-hal yang selalu disepakati/ janjian yang teklah dibuatnya. RASA AMAN DAN NYAMAN Rasa Aman Manusia adalah mahluk biopsikososial yang unik dan menerapkan sistem terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk menyesuaikan diri dengan dengan lingkungannya. Untuk mempertahankan

keseimbangan tersebut manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang harus terpenuhi dengan baik. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Abraham maslow sebagai berikut berdasarkan prioritas : 1. 1. Kebutuhan Fisiologis Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang paling mendasar yang harus terpenuhi agar kelangsungan hidup bisa bertahan. Ada 8 kebutuhan secara fisiologis diantaranya :

Oksigenasi

Oksigen adalah slh satu komponen gas dan unsur vital dalm proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel manusia.

Cairan dan Elektrolit

Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan. Cairan dan Elektrolit saling berhubungan.

Nutrisi

Tubuh memerlukan energi untuk fungsi-fungsi organ tubuh, pergerakan tubuh, mempertahnkn suhu, fungsi enzim, pertumbuhan dan pengantian sel yang rusak

Eliminasi

Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh

Tempat Tinggal

Lingkungan tempat tinggal yang kotor bisa meningkatkan risiko terjadinya penyakit, selain itu kondisi yang berantakan dan kurang

bersihpun menjadi faktor pencetus terjadinya penularan penyakit menulr.

Aktivitas dan Istirahat Tidur

Kebutuhan aktivitas (pergerakan) istirahat merupakan kesatuan yang saling berhubungan

Seks

Kebutuhan seksual dan perilaku bagaimana untuk memenuhinya dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya : umur, social budaya, etika, nilai, harga diri dan tingkat kesejahteraan 1. 2. Keamanan dan Keselamatan Keselamatan adalah suatu keadaan seseorng atau lebih yang terhindar dari ancaman bahaya/kecelakaan, sedangkan keamanan adalah keadaan aman dan tentram.

Keamanan Fisik Keamanan Psikologi

1. 3. Cinta dan Rasa Memiliki Memberi dan menerima kasih sayang, kehangatan dan persahabatan serta mendapat tempat dalm keluarga dan kelompok social 1. 4. Harga Diri Perasan tidak tergantung kompeten dan respek terhadapdiri sendiri dn orang lain 1. 5. Aktualissi Diri Dapat mengenal diri dengn baik, tidk emosional, punya dedikasi yang tinggi, kreatif dan lain-lain Karakteristik Kebutuhan Dasar Manusia

1. Setiap orang mempunyai kebutuhan dasar yang sama, dimana setiap kebutuhan dimodifikasi sesuai dengan kultur 2. Seseorang memenuhi kebutuhannya sesuai prioritas 3. Walaupun kebutuhan umumnya harus dipenuhi, beberap kebutuhan dapt di tunda 4. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan menghasilkan keseimbangan 5. Kebutuhan dapat membuat sesorang berfikir dan bergerak untuk memenuhi rangsangan dari eksternal maupun internal 6. Seseorang dapat merasakan adanya kebutuhan dengan merespon dengan berbagai cara 7. Kebutuhan saling berkaitan, beberapa kebutuhan yang tidak berpengaruh akan mempengaruhi kebutuhan lainnya. Faktor faktor yang mempengaruhi Pemenuhan Kebutuhan 1. 2. 3. 4. Penyakit Hubungan yang berarti dari keluarga, support person Konsep diri Tahap perkembangan

Rasa Nyaman (Bebas Nyeri) Pengertian Nyeri Merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. Klasifikasi Nyeri Secara umum dibagi menjadi dua, yakni: nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat mendadak dan cepat menghilang, tidak melebihi enam bulan, serta ditandai dengan adanya peningkatam tegangan otot. Dan nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan lahan, biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari enam bulan.

Stimulus Nyeri Terdapat beberapa jenis stimulasi nyeri, di antaranya: 1. 2. 3. 4. 5. Trauma pada jaringan tubuh Gangguan pada jaringan tubuh Tumor Iskemia pada jaringan Spasme otot.

Teori Nyeri Terdapat beberapa teori tengtang terjadinya rangsangan nyeri, di antaranya: 1. 2. 3. 4. Teori pemisahan Teori pola Teori pengendalian gerbang Teori transmisi dan inhibisi

Faktor yang Memengaruhi Nyeri Pengalaman nyeri pada seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal,di antaranya adalah: 1. 2. 3. 4. Arti nyeri Persepsi nyeri Toleransi nyeri Reaksi terhadap nyeri PENUTUP 1. 1. KESIMPULAN Hak hak klien Hak klien adalah hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai hak klien

Hak adalah sesuatu yang diterima oleh pasien, sedangkan Kewajiban adalah sesuatu yang diberikan oleh bidan. Seharusnya juga ada hak yang harus diterima oleh bidan dan kewajiban yang harus diberikan oleh pasien. Hak klien adalah hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai hak klien. Rasa Aman dan Nyaman Manusia sebagai makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan sistem terbuka serta saling berinteraksi. Rasa aman dan nyaman merupakan kebutuhan dasar manusia, setiap kebutuhan menbuat adanya keseimbangnan dalam kehidupan manusia. Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow terdapat 5 kebutuhan dasar yang disususn berdasarkan prioritas nya yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. Kebutuhan Fisiologis Keamanan dan Keselamatan Cinta dan Rasa Memiliki Harga Diri Aktualisasi Diri

1. 2. EVALUASI 1. Coba sebutkan 5 hak hak klien dan contohnya ! 2. Coba jelaskan perbedaan antara hak dan kewajiban pada klien 3. Coba sebutkan dan berikan contohnya kebutuhan dasar berdasarkan abraham maslow! 4. Bagaimana menurut pendapat anda apakah setiap kebutuhan harus terpenuhi? 5. Jika kebutuhan tingkat tinggi dapat tercapai apakah kebutuhan dalam tingkat rendah juga harus tercapai dulu, coba jelaskn dengn singkat !

Komentar : 2 Komentar

Kategori : bahan kuliah

ASKEB III
14 10 2009

KONSEP DASAR NIFAS Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan III (Nifas) Kode Mata Kuliah : Bd. 303 Sub Pokok Bahasan : 1. 2. 3. 4. 5. Pengertian Masa Nifas Tujuan Asuhan Kebidanan Nifas Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas Tahapan Masa Nifas Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Dosen : Irmayanti, SST PENDAHULUAN Seperti diketahui Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia menurun sangat lambat (307/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2003 menjadi 248/100.000 kelahiran hidup SDKI 2007) dan masih tertinggi diantara negara ASEAN. Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) telah menurun cukup cepat, pemerintah Indonesia bertekat untuk menurunkan AKI menjadi 125/100.000 kelahiran hidup dan AKB menjadi 15/1000 kelahiran hidup pada tahun 2010. Salah satu factor kematian ibu adalah perdarahan masa nifas yang bisa disebabkan karena kurangnya pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan dan program pemerintah yang tidak berjalan,masa nifas adalah masa setelah placenta lahir sampai dengan 6 minggu post partum dan terdiri dari tiga tahapan yaitu puerperium dini, intermedial dan remote puerperium.dalam masa nifas ini bidan mempunyai peran dan tanggung jawab dalam melekukan manajemen asuhan dan memberikan asuhan. ISI

1. 1. Pengertian Masa Nifas Masa Nifas (puerperium) dimulai setelah placenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. 2002. p N 23 dan Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. 2001. p 122). Wanita yang melalui periode puerperium disebut puerpura (Varney s midwifery 3 rd. ed. 1997.p 623-628) Puerperium (Nifas) berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal.(Ilmu Kebidanan, Penyakit kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. 1998. p 190). Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas ini 6-8 minggu. (Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi jilid I. Edisi 2. 1998. p 115). Batasan waktu nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada batas waktunya, bahkan bias jadi dalam waktu yang relatif pendek darah sudah keluar, sedangkan batasan maksimumnya adalah 40 hari. (Buku BAYI panduan lengkap sejak dalam kandungan hingga merawat bayi.2003. p 69). Jadi Masa Nipas (puerperium ) adalah masa setelah keluarnya plecenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari. 1. 2. Tujuan Asuhan Masa Nifas Asuhan nifas diperlukan pada periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.

1. Tujuan Umum : Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal mengasuh anak. 1. Tujuan Khusus : 1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik. 2) Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, 3) Mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya. 4) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat. 5) Memberikan pelayanan keluarga berencana. 1. 3. Peran Dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas 2. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan 3. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tandatanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman 4. Memfasilitasi hubungan ikatan batin antara ibu dan bayi 5. Memulai dan mendorong pemberian ASI. 6. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas. 7. Memberikan asuhan secara professional. 1. Tahapan Masa NifasNifas dibagi dalam 3 periode yaitu : 2. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.

3. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia lamanya 6-8 minggu. 4. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan. 1. 5. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas Dalam kebijakan program nasional masa nifas adalah melakukan kunjungan masa nifas paling sedikit 4 kali kunjungan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah , mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi. Waktu Kunjungan: Kunjungan 1 : 6 8 PP Kunjungan 2 : 6 hari PP Kunjungan 3 : 2 minggu PP Kunjungan 4 : 6 minggu PP PENUTUP 1. Kesimpulan 2. Konsep dasar nifas adalah masa setelah placenta lahir sampai kembalinya alat-alat reproduksi seperti sebelum hamil,yang berlangsung kira 6 minggu atau 40 hari. 3. Yang terdiri dari 3 tahapan yaitu puerperium dini, puerperium intermedial dan remote puerperium. 4. Dalam kebijakan program nasional masa nifas adalah melakukan kunjungan masa nifas paling sedikit 4 kali kunjungan 5. Masa nifas atau masa puerpurium adalah masa setelah partus selesai dan berakhir setelah 6 minggu. 6. Wanita pasca persalinan harus cukup istirahat. 7. Delapan jam pasca persalinan, ibu harus tidur terlentang untuk mencegah perdarahan. Sesudah 8 jam, ibu boleh miring ke kiri atau ke kanan untuk mencegah trombosis. Ibu dan bayi ditempatkan pada satu kamar. Pada hari kedua, bila perlu dilakukan latihan senam. Pada hari ketiga

umumnya sudah dapat duduk, hari keempat berjalan dan hari kelima dapat dipulangkan. 8. Makanan yang diberikan harus bermutu tinggi dan cukup kalori, cukup protein dan banyak buah. 1. Perawatan dan hal-hal yang terjadi selama nifas : 2. Genitalia interna dan eksterna 3. Suhu badan pasca persalinan 4. Nadi 5. Hemokonsentrasi 6. Laktasi 7. Mulas 8. Serviks, uterus dan adneksa 9. Lokea 10. Miksi 11. Defekasi 12. Latihan senam

Komentar : Tinggalkan sebuah Komentar Kategori : bahan kuliah

Dokumentasi Kebidanan
14 10 2009

MODEL-MODEL DALAM PENDOKUMENTASIAN Mata Kuliah : Dokumentasi Kebidanan Kode Mata Kuliah : Bd. 213 Sub Pokok Bahasan : 1. 2. 3. 4. 5. POR SOR CBE KARDEKS KOMPUTERISASI

Dosen : Irmayanti, SST PENDAHULUAN

Pelayanan keperawatan/kebidanan merupakan pelayanan profesional dari pelayanan kesehatan yang tersedia selama 24 jam secara berkelanjutan selama masa perawatan pasien. Dengan demikian, pelayanan keperawatan dan kebidanan memegang peranan penting dalam upaya menjaga dan meningkatkan kualitas pelayanan di rumah sakit dan puskesmas. Dokumentasi keperawatan dan kebidanan tidak hanya merupakan dokumen sah tapi juga instrumen untuk melindungi para pasien, perawat dan bidan secara sah; oleh karena itu, perawat/bidan diharapkan dapat bekerja sesuai dengan standar profesional. Ada berbagai macam model dalam pendokumentasian asuhan yang dapat dibuat oleh perawat maupun bidan, baik itu dengan naratif secara tradisional sampai dengan menggunakan alat modern yaitu komputer. ISI 1. 1. POR (Problem Oriented Record) Model pendokumentasian ini menitikberatkan pada pendekatan terhadap masalah pasien, jadi dokumentasi yang disusun adalah berdasarkan data masalah dari pasien. Model ini berusaha mengintegrasikan data yang dikumpulkan oleh semua tenaga kesehatan yang memberikan asuhan atau terlibat dalam pelayanan kesehatan klien. Pendekatan orientasi masalah pertama kali dikenalkan oleh Dr. Lawrence Weed tahun 1960 dari Amerika Serikat yang kemudian disesuaikan pemakaiannya oleh perawat/bidan. Dalam format aslinya pendekatan orientasi masalah ini dibuat untuk memudahkan pendokumentasian dengan catatan perkembangan yang terintegritas dengan sistem ini dan semua tim petugas kesehatan mencatat observasinya dari suatu daftar masalah. Sisitem ini dianggap paling ilmiah dan banyak digunakan diberbagai Negara. Beberapa istilah yang berhubungan dengan sistem pencatatan ini yaitu : POR : Problem Oriented Record

POMR : Problem Oriented Medical Record PONR : Problem Oriented Nursing Record Model dokumentasi ini terdiri dari empat komponen, yaitu: 1. Data Dasar Data dasar berisi semua informasi yang telah dikaji dari klien ketika pertama kali masuk Rumah Sakit. Data dasar mencakup pengkajian kebidanan, riwayat penyakit/kesehatan, pemeriksaan fisik, pengkajian ahli gizi dan hasil laboratorium. Data dasar yang telah terkumpul selanjutnya digunakan sebagai sarana mengidentifikasi masalah klien 1. Daftar Masalah Daftar masalah berisi tentang masalah yang telah teridentifikasi dari data dasar. Selanjutnya masalah disusun secara kronologis sesuai tanggal identifikasi masalah. Daftar masalah ditulis pertama kali oleh tenaga yang pertama bertemu dengan klien atau orang yang diberi tanggung jawab. Daftar masalah ini dapat mencakup masalah fisiologis, psikologis, sosio kultural, spiritual, tumbuh kembang, ekonomi dan lingkungan. Daftar ini berada pada bagian depan status klien dan tiap masalah diberi tanggal, nomor, dirumuskan dan dicantumkan nama orang yang menemukan masalah tersebut. 1. Daftar Awal Rencana Asuhan Rencana asuhan ditulis oleh tenaga yang menyusun daftar masalah. Dokter menulis instruksinya, sedang bidan menulis instruksi kebidanan atau rencana asuhan kebidanan 1. Catatan Perkembangan (Progress Notes) Progress Notes berisikan perkembangan/kemajuan dari tiap tiap masalah yang telah dilakukan tindakan dan disusun oleh semua anggota yang terlibat dengan menambahkan catatan perkembangan pada lembar yang sama. Beberapa acuan progress note dapat digunakan antara lain:

SOAP (Subyektif data, Obyektif data, Analisis/Assesment dan Plan) SOAPIER (SOAP ditambah Intervensi, Evaluasi dan Revisi) PIE (Problem Intervensi Evaluasi) Setelah 20 tahun sistem ini dikembangkan langsung menjadi sistem SOAP Nakes S Subjektif : data dari pasien (riwayat, biodata) O Objektif : hasil pemeriksaan fisik A Analisis/Assesment/Diagnosa P Planning : pelaksanaan intervensi, evaluasi, implementasi Adapun yang menggunakan sistem SOAP PIE S : Subjetif O : Objektif R : Reassasment/Reevaluasi A : Analisa D : Dokumentasi kesimpulan P : Perencanaan I : Implementasi E : Evaluasi Keuntungan: 1. 2. 3. 4. Terstruktur karena informasi konsisten Mencakup semua proses perawatan Merupakan catatan terintegrasi dengan medik Mudah dipakai untuk mengendalikan mutu

Kekurangan:

1. Menekankan pada masalah dan ketidakstabian dapat menghasilkan suatu pendekatan secara negatif terhadap pengobatan/tindakan. 2. Sistem ini setelah digunakan apabila dapftar tidak dimulai/tidak berkesinambungan/diperbarui terus menerus belum disetujui/tidak ada batas waktu untuk evaluasi dan strategi untuk follow up belum disepakati. 3. Perawatan mungkin tidak tercatat bila tidak ada flow sheet. 4. Bentuk SOAPIER mungkin mengulang pencatatan yang lain apabila perkembangan itu lambat dan sering ada evaluasi 1. 2. SOR (Source Oriented Record) Model ini menempatkan catatan atas dasar disiplin orang atau sumber yang mengelola pencatatan. Bagian penerimaan klien mempunyai lembar isian tersendiri, dokter menggunakan lembar untuk mencatat instruksi, lembaran riwayat penyakit dan perkembangan penyakit, perawat/bidan menggunakan catatan keperawatan.kebidanan, begitu pula disiplin lain mempunyai catatan masing-masing. Adalah suatu cara mendokumentasikan dalam bentuk narasi mengenai keadaan pasien secara singkat dan jelas Keuntungan: 1. Lebih mudah dilakukan 2. Waktu yang digunakan lebih singkat Kekurangan: 1. 2. 3. 4. Sulit menemukan spesifikasi masalah Tidak tampak respon pasien/klien Kadang-kadang tidak relevan/tepat Kadang-kadangpun tidak si dengan kerangka

Komponen-komponen dalam SOR: 1. Adminission sheet/kartu masuk

1) 2)

nama no cm, jenis kelamin umur, status, pekerjaan 1. Lembar instruksi dokter

Catat tentang perintah-perintah dokter, tanggal, waktu, terapiterapi khusus dan tanda tangan 1. Kartu grafik/pencatatan Pengamatan yang berulang dan pengukuran 1. Lembar riwayat medik Semua pengamatan, observasi tentang kondisi pasien yang dibuat oleh dokter 1. Catatan perawatan Narasi tentang perawatan 1. Catatan pengobatan Semua pengobatan, tanggal, jam dan tanda tangan 1. Lembar khusus/lap lainnya Catatan dari semua disiplin kesehatan, radiologi, konsultasi, lab, inform consent 1. 3. CBE (Charting By Exeption) CBE adalah sistem dokumentasi yang hanya mencatat secara naratif hasil atau penemuan yang menyimpang dari keadaan normal atau standar. Keuntungan CBE yaitu mengurangi penggunaan waktu untuk mencatat sehingga lebih banyak waktu untuk asuhan langsung pada klien, lebih menekankan pada data yang penting saja, mudah untuk mencari data yang penting, pencatatan langsung ketika memberikan asuhan, pengkajian yang

terstandar, meningkatkan komunikasi antara tenaga kesehatan, lebih mudah melacak respons klien dan lebih murah. Dimulai sejak tahun 1983 di St. Luke Medikal Center in Milkwankee CBE mengintegrasikan 3 komponen penting, yaitu: 1. Lembar alur (flowsheet) 2. Dokumentasi dilakukan berdasarkan standar praktik 3. Formulir diletakkan di tempat tidur klien sehingga dapat segera digunakan untuk pencatatan dan tidak perlu memindahlan data Format CBE 1. 2. 3. 4. 5. 6. Data dasar (riwayat dan px fisik) Intervensi flow sheet Grafik record Catatan bimbingan pasien Catatan pasien plg Format catatan perawatan (menggunakan format SOAPIER) 7. Daftar diagnosa 8. Diagnosa dengan standar rencana tindakan perawatan dasar 9. Profil perawatan dasar dengan sistem kardeks Pedoman Penulisan CBE 1. Data dasar dicatat untuk setiap klien dan disimpan sebagai catatan yang permanen 2. Daftar diagnosa keperawatan disusun dan ditulis pada waktu masuk rumah sakit dan menyediakan daftar isi untuk semua diagnosa keperawatan 3. Ringkasan pulang ditulis untuk setiap diagnosa keperawatan pada saat klien pulang 4. SOAPIER digunakan sebagai catatan respon klien terhadap intervensi melalui tempat tinggal klien 5. Data diagnosa keperawatan dan perencanaan dapat dikembangkan

6. Kartu KARDEKS dan rencana tindakan dikembangkan setiap klien Keuntungan: 1. Tersusunnya standar minimal untuk pengkajian dan intervensi 2. Data yang tidak normal nampak jelas 3. Data yang tidak normal secara mudah ditandai dan dipahami 4. Data normal atau respon yang diharapkan tidak menganggu informasi lain 5. Menghemat waktu karena catatan rutin dan observasi tidak perlu dituliskan 6. Pencatatan dan duplikasi dapat dikurangi 7. Data klien dapat dicatat pada format klien secepatnya 8. Informasi terbaru dapat diletakkan pada tempat tidur klien 9. Jumlah halaman lebuh sedikit digunakan dalam dokumentasi 10. Rencana tindakan keperawatan disimpan sebagai catatan yang permanen Kerugian: 1. Pencatatan secara narasi sangat singkat. Sangat tergantung pada checklist 2. Kemungkinan ada pencatatan yang masih kosong atau tidak ada 3. Pencatatan rutin sering diabaikan 4. Adanya pencatatan kejadian yang tidak semuanya didokumentasikan 5. Tidak mengakomodasikan pencatatan disiplin ilmu lain 6. Dokumentasi proses keperawatan tidak selalu berhubungan dengan adanya suatu kejadian 1. KARDEKS Merupakan pendokumentasian tradisional dipergunakan diberbagai sumber mengenai informasi pasien yang disusun dalam suatu buku. Sistem ini terdiri dari serangkaian kartu yang disimpan pada indeks file yang dapat dengan mudah dipindahkan

yang berisikan informasi yang diperlukan untuk asuhan setiap hari. Informasi yang terdapat dalam kardeks meliputi: Data demografi dasar, diagnosis medik utama, instruksi dokter terakhir yang harus dilaksanakan perawat, rencana asuhan kebidanan tertulis (digunakan jika rencana formal tidak ditemukan dalam catatan klien), instruksi kebidanan, jadwal pemeriksaan dan prosedur tindakan, tindak pencegahan yang dilakukan dalam asuhan kebidanan serta faktor yang berhubungan dengan kegiatan hidup sehari-hari. Karena sering ditulis dengan pensil kecuali jika kardeks digunakan sebagai bagian permanen dari catatan klien. Potter dan Perry (1989) menekankan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan rencana asuhan pada kardeks, yaitu: Rencana asuhan ditulis ketika bidan: 1. Membahas tentang masalah kebutuhan klien b.Melakukan rode setelah identifikasi atau peninjauan masalah klien 1. Setelah diskusi dengan anggota tim kesehatan lain yang bertanggung jawab terhadap klien 2. Setelah berinteraksi dengan klien dan keluarganya Dalam kardeks harus ditulis tentang data pengkajian kebidanan yang berhubungan diagnostik, instruksi (observasi yang harus dilakukan, prosedur terkait dengan pemulihan, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, cara khusus yang digunakan untuk mengimplementasikan tindakan kebidanan, melibatkan keluarga dan perencanaan pulang serta hasil yang diharapkan. Keuntungan: Keuntungan menggunakan sistem kardeks karena memungkinkan mengkomunikasikan informasi yang berguna kepada sesama anggota tim kebidanan tentang kebutuhan unik klien terkait, diit,

cara melakukan tindakan penanggulangan, cara meningkatkan peran serta klien atau waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan keperwatan tertentu. Kekurangan: Kelemahan dari sistem kardeks, yaitu informasi dalam kardeks hanya terbatas untuk tim kebidanan saja(diisi tidak lengkap), tidak cukup tempat untuk menulis rencana kebidanan bagi klien dengan banyak masalah dan tidak up to date. Informasi yang terdapat dalam kardeks: 1. Data pasien 2. Diagnosa kebidanan 3. Pengobatan sekarang/yang sedang dilakukan 1. 5. KOMPUTERISASI Sistem dokumentasi dengan menggunakan komputer sudah makin luas digunakan di Rumah sakit dan instruksi pelayanan kesehatan terutama di negara yang telah berkembang. Perawat/bidan adalah pemakai utama sistem yang mengintegrasikan semua sumber informasi ini, serta memungkinkan semua tenaga kesehatan untuk dapat menggunakan informasi tersebut. Keuntungan: 1. Lebih mudah dibaca 2. Kemungkinan salah/kelupaan lebih sedikit dengan kata lain ketepatan pencatatan lebih tinggi karena secara otomatis komputer memanggil semua data yang ada bila ada hal yang tidak sesuai dengan yang terprogram 3. Hemat waktu dan biaya (bila sistem itu sudah berjalan) 4. Pelayanan pasien bisa lebih cepat karena banyak pesanan dapat disampaikan lewat komputer dan komunikasi antar unit bisa dipantau lewat sarana komputer 5. Meningkatkan komunikasi antar tim petugas kesehatan 6. Lebih memudahkan untuk kepentingan pendidikan, penelitian dan peningkatan mutu

Kekurangan: 1. Kurang terjaminnya kerahasian pasien 2. Tidak semua institusi dan petugas siap untuk komputerisasi dan perlu latihan khusus untuk sistem komputerisasi 3. Modal awal sangat tinggi dan menuntut keahlian khusus untuk menciptakan programnya dan perangkat komputer yang dibutuhkan 4. Ketergantungan kepada alat/teknolohi tinggi 5. Ada perbandingan khusus untuk keperluan alat/unit komputer dan jumlah pasien (10-15 bed/terminal komputer) PENUTUP 1. 1. Kesimpulan Keperawatan dan Kebidanan di Indonesia sebagai suatu profesi yang sedang dalam proses memperjuangkan penerimaan profesi yang mandiri oleh masyarakat membutuhkan upaya aktualisasi diri dalam memberikan pelayanan profesional. Semua ini dapat dicapai apabila perawat/bidan mampu menunjukan kemampuannya baik dalam bidang pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang didasari oleh ilmu yang jelas, serta mendokumentasikan semua hasil kerja yang telah dilaksanakan secara baik dan benar. Akhirnya dokumentasi dapat meningkatkan kesinambungan perawatan pasen, dan menguatkan akuntabilitas, dan tanggungjawab perawat/bidan dalam mengimpelemen-tasikan, dan mengevaluasi pelayanan yang diberikan serta membantu institusi untuk memenuhi syarat akreditasi dan hukum. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 2. Evaluasi Yang dimaksud dengan POR (Problem Oriented Record) ? Yang dimaksud dengan SOR (Source Oriented Record) ? Yang dimaksud dengan CBE (Charting By Exeption) ? Yang dimaksud dengan KARDEKS ? Yang dimaksud dengan KOMPUTERISASI ?

You might also like