You are on page 1of 15

RINGKASAN Buah dan sayuran merupakan komoditi pertanian yang sangat mudah mengalami kerusakan (perishable commodities) setelah

panen dilakukan. Selain itu, komoditi tersebut masih melakukan proses kehidupan sebagaimana lazimnya makhluk hidup lainnya, meskipun telah dipisahkan dari pohon induknya. Oleh karena itu, buah dan sayuran segar sangat memerlukan teknologi penanganan pasca panen. Salah satunya adlah penyimpanan komoditi buah dan sayur pada suhu penyimpanan yang sesuai. Tiap jenis sayuran dan buah-buahan mempunyai sifat karakteristik penyimpanan tersendiri. Buah mentimun termasuk komoditas yang mudah atau cepat mengalami kerusakan setelah dipanen. Fungsi penyimpanan adalah untuk mempertahankan kesegaran buah mentimun sebelum sampai ke konsumen. Apabila buah mentimun dibiarkan dalam kondisi normal (tanpa perlakuan khusus) maka dalam waktu 3-4 hari mentimun sudah menjadi keriput atau layu (penampilan tidak segar). Lain halnya, kalau mentimun selama proses pemasakan dan senescene-nya menghadapi suatu lingkungan temperatur atau suhu yang ekstrim, beberapa reaksi yang berlangsung akan demikian terpengaruh, mungkin dipercepat atau diperlambat, yang tentunya akan mengacaukan kelangsungan pemasakan yang wajar tadi. Penyimpanan buah mentimun dalam ruangan bersuhu rendah dapat mempertahankan laju penguapan (transpirasi) dan laju pernafasan (respirasi) yang terjadi pada buah mentimun sehingga kesegaran buah mentimun dapat dipertahankan sampai beberapa lama. Buah mentimun yang disimpan pada suhu rendah (50F - 53F) dengan kelembaban nisbi 92% tahan disimpan sampai 2 minggu dan kehilangan berat selama penyimpanan tersebut 7,2%. Mentimun peka terhadap kerusakan dingin jika disimpan lebih dari 2 hari pada suhu dibawah 45F. Tanda-tanda kerusakan dingin pada mentimun adalah bercak-bercak, lepuh, bintibintik atau adanya jaringan yang rusak. Penyimpanan komoditas mentimun diatas suhu 50F, proses pematangan berlangsung cepat sehingga akan terjadi penguningan. Sayuran atau buah-buahan yang yang disimpan pada suhu 2-3F lebih tinggi dari yang seharusnya, sangat mungkin akan terjadi pembusukan atau proses pematangan yang tidak baik. Penyimpanan buah mentimun dalam ruangan berventilasi dapat mempertahankan kesegaran buah timun cukup lama karena udara yang cukup kering dan tidak lembab di dalam ruangan tersebut. Pengemasan buah mentimun dalam plastik pada ruangan berventilasi dapat memperlambat proses pematangan, sehingga penyimpanan buah mentimun yang dikemas terlebih dahulu dengan kantong plastik poly ethylene dapat mempertahankan kesegaran buah lebih lama (3 hari lebih) dari buah mentimun yang tidak dikemas dalam kantong plastik. Penyimpanan buah mentimun dengan teknik atmosfir termodifikasi dengan komposisi gas Oksigen (O2) 3% - 5%, Karbondioksida (CO2) 5% - 7%, Nitrogen (N2) 90%, suhu udara 10C 11C, dan kelembaban udara 90% - 95% kesegaran buah mentimun dapat dipertahankan selama 10 14 hari.

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara agraris yang beriklim tropis, Indonesia memiliki potensi besar menghasilkan berbagai varietas sayuran dan buah. Tidak jarang pula berbagai jenis buah dan sayuran asli Indonesia diekspor dan mendatangkan devisa yang cukup besar. Untuk meningkatkan nilai jual berbagai komoditas itu, penanganan produk, mulai dari tahap pemanenan, pengumpulan, hingga pascapanen, harus diperhatikan dengan saksama. Pasalnya, buah-buahan serta sayuran mudah rusak dan busuk akibat pengaruh fisiologis, fisika, kimiawi, parasitik, dan mikrobiologis. Produkproduk yang membusuk tentu saja tidak dapat dimanfaatkan dan akan menimbulkan kerugian. Diperkirakan, angka kehilangan buah-buahan di Indonesia mencapai 25% sampai 40% per tahunnya. Buah dan sayuran merupakan komoditi pertanian yang sangat mudah mengalami kerusakan (perishable commodities), setelah proses panen dilakukan. Hal ini disebabkan karena komoditi tersebut masih melakukan proses kehidupan sebagaimana lazimnya makhluk hidup lainnya, meskipun telah dipisahkan dari pohon induknya. Buah dan sayuran tersebut masih melakukan aktivitas pernapasan (respirasi) untuk kelangsungan kehidupannya dengan mengandalkan sumber energi yang tersedia didalam produk itu sendiri, dengan tidak ada lagi suplai dari luar seperti saat masih pada pohon induknya. Lambat laun sumber energi yang tersedia akan habis, selanjutnya buah dan sayuran tersebut pun akan sangat cepat mengalami penuaan, rusak dan tidak dapat dikonsumsi lagi. Laju kerusakan yang terjadi berbanding lurus dengan kecepatan respirasi yang dimiliki oleh buah dan sayuran segar bersangkutan. Semakin cepat laju respirasinya, maka semakin cepat pula terjadinya kerusakan pada buah dan sayuran tersebut. Oleh karena itu, buah dan sayuran segar sangat memerlukan teknologi penanganan pasca panen yang sempurna setelah dilakukannya proses pemanenan. Sedapat mungkin buah dan sayuran terhindar dari kerusakan fisik, baik saat panen maupun dalam proses penanganan pasca panen termasuk dalam proses pengangkutannya. Salah satu upaya untuk mempertahankan kesegaran, mencegah

susut dan kerusakan buah dan sayuran segar yang akan dikonsumsi adalah dengan menyimpan buah dan sayuran pada suhu penyimpanan yang sesuai, karena kesesuaian suhu simpan untuk masing-masing jenis buah dan sayuran berbedabeda. 2. Perumusan Masalah 1. 2. 3. 4. Bagaimana pengaruh suhu rendah pada penyimpanan mentimun? Bagaimana pengaruh suhu tinggi pada penyimpanan mentimun? Bagaimana pengaruh penyimpanan dalam ruang berventilasi Bagaimana pengaruh penyimpanan di dalam ruangan dengan teknik

terhadap komoditas mentimun? atmosfir termodifikasi terhadap komoditas mentimun?

II. STUDI PUSTAKA Mentimun atau ketimun atau timun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu jenis sayuran dari keluarga labu-labuan (Cucurbitaceae) yang sudah populer di deluruh dunia. Begitu pula di Indonesia, mentimun merupakan sayuran yang sangat populer dan digemari oleh hampir seluruh masyarakat. Selain itu, buah mentimun selalu ada sepanjang tahun di tengah-tengah masyarakat, dan kini masyarakat sudah banyak yamg membudidayakannya sebagai usaha perkebunan yang menguntungkan. Buah mentimun memiliki bermacam-macam manfaat dalam kehidupan seharihari, antara lain sebagai bahan makanan, bahan untuk obat-obatan, dan bahan kosmetik. Kandungan zat-zat gizi yang terdapat pada buah mentimun secara terperinci dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Kandungan Nilai Gizi dan Kalori dalam Buah Mentimun per 100 g bahan yang Dapat Dimakan. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Jenis Zat Kalori (kal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Besi (mg) Vitamin A Vitamin B1 (mg) Vitamin B2 (mg) Vitamin C (mg) Serat Air (g) Niacin (mg) Jumlah kandungan gizi 12,00 0,70 0,10 2,70 10,00 21,00 0,30 0,03 0,02 8,00 0,50 96,10 0,10

15

Bahan dapat digunakan (%) 1994.

7,00

Sumber : Direktorat Gizi Depkes RI, 1981 dan Emma .S. Wirakusumah, Tanaman mentimun (cucumis sativus. L) termasuk kedalam jenis tanaman sayuran buah semusim (berumur pendek) seperti halnya terong, labu, tomat, pare dan lain sebagainya. Tanaman mentimun tumbuh merambat (menjalar), berbentuk semak atau perdu, dan tinggi atau panjang tanaman dapat mencapai 2 m atau lebih. Buah mentimun mempunyai bentuk yang beragam, yaitu panjang silindris, bulat panjang, bulat pendek dan bulat sedang, tergantung varietasnya. Pada beberapa varietas panjang buah dapat mencapai 45 cm. Akan tetapi pada umumnya buah mentimun mempunyai ukuran panjang berkisar antara 8 cm - 25 cm. Diameter buah mentimun juga bervariasi berkisar antara 2,3 cm 7 cm, tergantung dari varietasnya. Buah ini juga mempunyai berat yang beragam, berkisar antara 90 g 1.100 g. Buah mentimun terdiri atas kulit buah, daging buah, dan biji yang diselaputi oleh lendir. Kulit buah sangat tipis dan basah, serta mempunyai warna yang beragam, tergantung varietasnya. Kulit buah ada yang berwarna hijau gelap (hijau kehitaman), hijau tua, putih, putih kehijauan, hijau terang, hijau keputihan, hijau muda, tergantung varietasnya. Kulit buah berduri halus yang tersebar tidak merata di bagian tengah buah. Daging buah berwarna putih dan tebal, agak keras (bila dimakan renyah), dan banyak mengandung air. Biji timun berwarna putih, krem, berbentuk bulat lonjong (oval) dan pipih. Biji ini diselaputi oleh lendir dan saling melekat pada ruang-ruang tempat biji tersusun dan jumlahnya sangat banyak. Bijibiji ini dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman atau pembiakan. Dalam penanganan atau pengelolaan hasil tanaman kita menghendaki agar dapat terwujud hasil tanaman yang dapat memenuhi keinginan konsumen, baik bentuk, warna, rasa, kuantitas dan kualitasnya. Namun komoditi hortikultura setelah dipanen masih terus melangsungkan proses biologis yaitu proses hidup yang merangkum pertumbuhan tanaman, jadi berhubungan sangat erat pula dengan produksi hasilnya dan proses tersebut akan dialami oleh setiap tanaman, yang akan menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan berbagai zat yang dikandungnya.

Berkaitan dengan hasil tanaman, proses biologis meliputi proses fisiologis, enzimatis, dan kimiawi (khemis), berlangsung pada hasil tanaman sebelum dan beberapa saat setelah panen. Tiap jenis sayuran dan buah-buahan mempunyai sifat karakteristik penyimpanan tersendiri. Sifat-sifatnya selama dalam penyimpanan mungkin dipengaruhi oleh faktor varietas, iklim tempat tumbuh, kondisi tanah dan cara budidaya tanaman, derajat kematangan dan cara penanganan sebelum disimpan. Jika bahan yang akan disimpan mempunyai kondisi yang kurang baik, diangkut dari tempat yang jauh atau mengalami kerusakan, maka diperlukan tindakan yang tepat untuk mengatasi kerugian-kerugian yang mungkin timbul.

III. PEMBAHASAN MASALAH

Fungsi penyimpanan adalah untuk mempertahankan kesegaran buah mentimun sebelum sampai ke pasar atau konsumen. Penanganan penyimpanan terhadap hasil panen sangat penting karena adanya kesenjangan pemanenan dan penggunaan hasil panen yang cukup memerlukan waktu panjang karena jauhnya pusat produksi dengan pasar atau konsumen dan adanya faktor lain seperti produk yang berlimpah dan situasi harga yang kurang baik yang menyebabkan tertundanya proses pemasaran. Buah mentimun termasuk komoditas yang mudah atau cepat mengalami kerusakan setelah dipanen. Apabila buah mentimun dibiarkan dalam kondisi normal (tanpa perlakuan khusus) maka dalam waktu 3-4 hari mentimun sudah menjadi keriput atau layu (penampilan tidak segar) (Cahyono,2006). Pada kondisi ini kualitas buah mentimun sudah menurun, struktur buah lembek, ukuran buah mengecil, dan kandungan gizi menurun. Menurunnya kualitas buah setelah panen ini dikenal sebagai gangguan fisiologis. Gangguan fisiologis setelah panen timbul karena hasil tanaman yang telah dipanen masih melakukan proses kehidupan, dimana dalam proses kehidupan tersebut proses respirasi dan proses transpirasi pada hasil tanaman masih berjalan. Secara tidak langsung gangguan fisiologis menyebabkan hasil tanaman yang telah dipanen lebih mudah mengalami kerusakan mekanis dan kerusakan oleh parasit. Gangguan parasit akan mempercepat proses kerusakan buah mentimun yang telah dipanen. Mentimun atau hasil tanaman lainnya yang melangsungkan pemasakan pada lingkungan alami, dalam menghadapi fluktuasi (ketidaktepatan) temperatur lingkungan yang bagaimanapun, kemungkinan untuk menerima pengaruh atau akibat ketidaktepatan tadi tidak boleh diabaikan, seperti pengaruh atau akibat yang dapat menimbulkan perlambatan atau sebaliknya percepatan reaksi-reaksi unsur. Dalam keadaan ini sesungguhnya metabolisme akan berubah, namun demikian tekanan fisiologisnya tidak menunjukkan kejadian yang jelas, sehingga sayur atau hasil tanaman tampaknya tetap melangsungkan pemasakan (juga senescene) secara wajar.

Lain halnya, kalau mentimun selama proses pemasakan dan senescene-nya menghadapi suatu lingkungan temperatur atau suhu yang ekstrim, beberapa reaksi yang berlangsung akan demikian terpengaruh, mungkin dipercepat atau diperlambat, yang tentunya akan mengacaukan kelangsungan pemasakan yang wajar tadi. Untuk mendapatkan hasil yang baik, maka penting dijaga agar suhu ruang penyimpanan relatif tetap. Perubahan 2 atau 3F dari suhu yang dikehendaki sebaiknya dicegah. Mentimun dapat disimpan selama 10-14 hari pada suhu 45-50F dengan kelembaban tinggi (Muchtadi, 1992). Mentimun mudah keriput sehingga kelembaban yang tinggi diperlukan selama penyimpanan. Kelembaban dalam ruang penyimpanan secara langsung mempengaruhi mutu bahan yang disimpan. Jika kelembaban rendah maka akan terjadi pelayuan atau pengkriputan dan jika terlalu tinggi akan merangsang proses pembusukan. Pengontrolan terhadap pertumbuhan kapang (jamur) makin sulit dilakukan jika kelembaban nisbi mendekati 100% yang menyebabkan terjadinya kondensasi air. Selain pada bahan, kapang dapat juga tumbuh pada dinding dan langit-langit ruang penyimpanan. a. Penyimpanan dalam Ruangan Bersuhu Rendah Melindungi hasil-hasil tanaman dari kerusakan ketika dalam penyimpanan dapat dilakukan dengan pendinginan, yang pada dasarnya dalam perlakuan ini memerlukan pengaturan temperatur, pengaturan kelembaban dan udara. Pendinginan dapat pula dinyatakan sebagai memberi perlakuan temperatur rendah, dibawah temperatur lingkungan/ruangan, pada alat penyimpanan bahan-bahan hasil tanaman, sehingga bahan-bahan hasil tanaman tersebut tetap ada dalam keadaan segar. Suhu atau temperatur rendah yaitu suatu temperatur batas yang diinginkan buah atau hasil tanaman bagi perkembangan yang wajar, di bawah dari temperatur batas itu kerusakan-kerusakan biasanya tidak dapat dicegah. Penyimpanan buah mentimun dalam ruangan bersuhu rendah dapat mempertahankan laju penguapan (transpirasi) dan laju pernafasan (respirasi) yang

terjadi pada buah mentimun sehingga kesegaran buah mentimun dapat dipertahankan sampai beberapa lama. Di samping itu, penyimpanan pada suhu rendah dapat mencegah berkembangnya mikroorganisme dan perubahan biokimia pada buah mentimun yang disimpan, tidak mempengaruhi rasa, warna, tekstur, nilai gizi dan bentuk buah. Penyimpanan dingin pada suhu dingin diperlukan untuk komoditi sayuran dan buah-buahan yang mudah rusak, karena cara ini dapat : 1. Mengurangi kegiatan respirasi dan metabolisme yang lainnya. Laju respirasi berkaitan dengan umur simpan suatu produk. Semakin tinggi nilai laju respirasi, maka massa simpan suatu produk akan lebih pendek dan sebaliknya semakin rendah laju respirasi, maka umur simpan produk tersebut akan semakin lama. 2. Mengurangi proses penuaan karena adanya proses pematangan, pelunakan dan perubahan-perubahan warna serta tekstur. Proses pematangan dan menjadi tuanya hasil tanaman banyak dihubungkan dengan timbulnya etilen (ethylene), perubahan zat-zat tertentu dan perubahan fisik hasil tanaman. Etilen adalah suatu senyawa kimia yang mudah menguap, yang dihasilkan selama proses masaknya hasil tanaman (terutama buah-buahan dan sayuran). Produksi etilen erat hubungannya dengan aktivitas respirasi. Pada temperatur yang lebih rendah pengaruh rangsangan terhadap respirasi oleh etilen menjadi berkurang. Dalam keadaan menurunnya temperatur, berkurangnya tingkat respon terhadap etilen seimbang dengan penurunan tingkat respirasi. 3. 4. Mengurangi kehilangan air dan pelayuan. Mengurangi kerusakan karena aktivitas mikroba (bakteri, kapang, khamir). Penyimpanan dalam ruangan bersuhu rendah memerlukan ruangan yang dilengkapi dengan peralatan pendingin. Buah mentimun yang disimpan pada suhu rendah (50F - 53F) dengan kelembaban nisbi 92% tahan disimpan sampai 2 minggu dan kehilangan berat selama penyimpanan tersebut 7,2% (Cahyono, 2006). Kehilangan air sekitar 3-6% cukup menyebabkan mutu bahan rusak, meskipun

kadang-kadang suatu bahan yang mengalami kehilangan air sampai 10% masih dapat dipasarkan dengan baik. Mentimun peka terhadap kerusakan dingin jika disimpan lebih dari 2 hari pada suhu dibawah 45F (Muchtadi, 1992). Luasnya kerusakan dalam sayur atau hasil tanaman lainnya yang disebabkan oleh temperatur rendah ternyata bergantung pada waktu atau lama berlangsungnya temperatur rendah itu. Temperatur rendah yang berdaya merusak yang berlangsung dalam waktu pendek biasanya setelah terjadi kerusakan itu berlangsung pula perbaikan atau pemulihan kembali atas kerusakan tadi dengan dorongan temperatur yang agak berbeda walaupun derajat perbedaannya hanya sedikit sekali. Tanda-tanda kerusakan dingin pada mentimun adalah bercak-bercak, lepuh, binti-bintik atau adanya jaringan yang rusak. Proses pembusukan dapat terjadi akibat kerusakan dingin, terutama sesudah dikeluarkan dari ruang penyimpanan. Teori mekanisme dasar yang berkaitan dengan kerusakan dingin yang banyak diterima adalah sebagai berikut : suatu penurunan kemampuan buah untuk fosforilasi oksidatif terjadi yang makin meningkat dengan adanya suhu rendah. Hal ini dapat mengakibatkan kekurangan energi (ATP) yang diperlukan untuk mempertahankan organisasi sel dengan adanya proses-proses enzimatik, yang secara terus-menerus cenderung untuk mengganggu sistem tersebut. Hasilnya berupa perombakan zat-zat penyusun sel yang komplek sebagai akibat kekurangan energi. Hilangnya organisasi jaringan yang menyertainya sebagai akibat pendinginan, dapat menerangkan adanya peningkatan permeabilitas membran sel, kerentanan terhadap pembusukan, penimbunan metabolit dan lain-lain. Berkaitan dengan kurangnya ATP tersebut maka pengkriputan kulit (gejala kerusakan dingin yang paling umum) dapat disebabkan oleh penimbunan zat-zat beracun mudah menguap di bawah kutikula, yang dilepas melalui membranmembran yang permeable. Zat-zat yang mudah menguap tersebut dapat berasal dari suboksidasi substrat-substrat sebagai akibat tidak tersedianya energi yang cukup.

b. Penyimpanan dalam Ruangan Bersuhu Tinggi

Sayuran atau buah-buahan yang yang disimpan pada suhu 2-3F lebih tinggi dari yang seharusnya, sangat mungkin akan terjadi pembusukan atau proses pematangan yang tidak baik. Laju respirasi dipengaruhi oleh suhu. Untuk tiap kenaikan suhu 10C (18F), respirasi akan berlangsung dua atau tiga kali lipat lebih besar. Jadi, respirasi mengikuti hukum Van Hoff yang menyatakan bahwa laju reaksi kimia dan biokimia akan meningkat 2-3 kali lipat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10C (Muchtadi, 1992). Pada penyimpanan komoditas mentimun, suhu penyimpanan diatas suhu 50F, proses pematangan berlangsung cepat sehingga akan terjadi penguningan (Muchtadi, 1992). Makin lama suatu keadaan diatas suhu optimum tersebut berlangsung, makin besar kemungkinan terjadinya kerusakan pada bahan yang disimpan. Proses pematangan akan dipercepat jika pada ruang penyimpanan yang sama terdapat komoditi lain yang menghasilkan etilen seperti tomat, apel dan sebagainya. Temperatur yang tinggi akan sangat berpengaruh pada hasil tanaman, menimbulkan kerusakan fisik dan khemis, seperti terjadinya pengubahan protein, pemecahan emulsi, penguapan kandungan air dan kerusakan kandungan vitamin. Menjadi keringnya hasil tanaman dikarenakan penguapan kandungan air yang berlebihan, demikian pula terjadinya kehangusan (pengeringan di bagian luar) hasil tanaman. Perubahan fisis yang disebabkan penguapan kandungan air yang berlebihan dapat berakibat : 1. lebih kuat. 2. 3. 4. perubahan. Menjadi bersifat plastisnya dalam hasil tanaman disebabkan Bahan dalam hasil tanaman menjadi keropos (porous). Takaran dan bentuk bahan dalam hasil tanaman mengalami adanya senyawa-senyawa yang mencair pada temperatur tinggi. Mengerasnya bahan dalam hasil tanaman yang dalam peristiwa demikian resisitennya terhadap tegangan-teganganpun menjadi

c.

Penyimpanan dalam Ruangan Berventilasi Penyimpanan dengan cara ini buah mentimun disimpan di dalam ruangan yang

memiliki cukup lubang-lubang ventilasi, dan di dalam ruangan dilengkapi dengan rak-rak untuk meletakkan buah mentimun. Udara yang cukup kering dan tidak lembab di dalam ruangan yang berventilasi dapat mempertahankan kesegaran buah mentimun cukup lama (Cahyono, 2006). Buah mentimun yang disimpan di dalam ruangan yang berventilasi banyak diletakkan di rak-rak. Penyusunan buah mentimun pada rak-rak tidak boleh terlalu banyak bertumpukan. Buah mentimun yang akan disimpan dapat juga dikemas terlebih dahulu ke dalam kantong plastik poly ethylene yang berlubang. Selanjutnya kemasan yang telah berisi buah mentimun ditata secara rapi pada rak-rak. Pengemasan buah mentimun dalam plastik dapat memperlambat proses pematangan, sehingga penyimpanan buah mentimun yang dikemas terlebih dahulu dengan kantong plastik poly ethylene dapat mempertahankan kesegaran buah lebih lama (3 hari lebih) dari buah mentimun yang tidak dikemas dalam kantong plastik. d. Penyimpanan di dalam Ruangan dengan Teknik Atmosfir Termodifikasi Penyimpanan dengan teknik atmosfer termodifikasi merupakan suatu cara penyimpanan dengan mengatur komposisi gas oksigen (O2), karbondioksida (CO2) dan nitrogen (N2) di dalam ruangan penyimpanan pada tingkat konsentrasi tertentu yang dapat memperlambat proses pernafasan (respirasi) dan proses penguapan (transpirasi), serta aktifitas biologis lainnya pada buah mentimun. Proses respirasi dan aktifitas biologis atau proses metabolisme buah mentimun dapat diperlambat dengan menurunkan konsentrasi oksigen hingga di bawah 8% dan meningkatkan kandungan CO2 di atas 2% di dalam ruang penyimpanan. Pengaruh rendahnya oksigen dan tingginya respirasi, karbondioksida pematangan dalam udara penyimpanan akan memperlambat (ripening), pelayuan (senessence),

menurunkan laju produksi etilen, memperlambat pembusukan, dan menekan perubahan yang berhubungan dengan pematangan. Penyimpanan dengan teknik

atmosfir termodifikasi, suhu udara dan kelembaban udara dalam ruang penyimpanan juga diatur pada kisaran yang sesuai. Penyimpanan buah mentimun dengan teknik atmosfir termodifikasi dengan komposisi gas Oksigen (O2) 3% - 5%, Karbondioksida (CO2) 5% - 7%, Nitrogen (N2) 90%, suhu udara 10C 11C, dan kelembaban udara 90% - 95% kesegaran buah mentimun dapat dipertahankan selama 10 14 hari (Cahyono, 2006).

IV. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 1. Buah mentimun yang disimpan pada suhu rendah (50F - 53F) dengan kelembaban nisbi 92% tahan disimpan sampai 2 minggu dan kehilangan berat selama penyimpanan tersebut 7,2%. 2.
3.

Buah mentimun yang disimpan pada suhu diatas 50F, proses Penyimpanan buah mentimun dalam ruangan berventilasi dapat

pematangan berlangsung cepat sehingga akan terjadi penguningan. mempertahankan kesegaran buah timun cukup lama karena udara yang cukup kering dan tidak lembab di dalam ruangan tersebut. Pengemasan buah mentimun dalam plastik pada ruangan berventilasi dapat memperlambat proses pematangan, sehingga penyimpanan buah mentimun yang dikemas terlebih dahulu dengan kantong plastik poly ethylene dapat mempertahankan kesegaran buah lebih lama (3 hari lebih) dari buah mentimun yang tidak dikemas dalam kantong plastik.
4.

Penyimpanan buah mentimun dengan teknik atmosfir termodifikasi

dengan komposisi gas Oksigen (O2) 3% - 5%, Karbondioksida (CO2) 5% 7%, Nitrogen (N2) 90%, suhu udara 10C 11C, dan kelembaban udara 90% - 95% kesegaran buah mentimun dapat dipertahankan selama 10 14 hari. B. Saran Perlu pengaturan temperatur yang sesuai untuk penyimpanan buah mentimun agar dapat mempertahankan kesegaran buah mentimun.

DAFTAR PUSTAKA Cahyono, Bambang. 2006. Timun. Aneka Ilmu : Semarang Darsana, Linayanti, dkk. 2003. Pengaruh Saat Panen dan Suhu Penyimpanan Terhadap Umur Simpan dan Kualitas Mentimun Jepang (Cucumis sativus L.).http://pertanian.uns.ac.id/~agronomi/agrosains/peng_saatpanen_anggur_linayanti.pdf : Diakses tanggal 13 April 2010. Kartasapoetra, A.G. 1989. Teknologi Penanganan Pasca Panen. Penerbit Bina Aksara : Jakarta. Muchtadi, Deddy. 1992. Petunjuk Laboratorium Fisiologi Pasca Panen Sayuran dan Buah-buahan. Institut Pertanian Bogor : Bogor. Pantastico, ER. B. 1975. Fisiologi Pascapanen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta. Winarno, F.G. 2002. Fisiologi Lepas Panen Produk Hortikultura. M-Brio Press : Bogor.

You might also like