You are on page 1of 7

Konsep Kematian Menurut Bioetik Kedokteran, Islam, Hukum dan HAM

Pandangan Islam
Mati menurut Al-Quran adalah terpisahnya Ruh dari jasad dan hidup adalah bertemunya Ruh dengan Jasad. Kita mengalami saat terpisahnya Ruh dari jasad sebanyak dua kali dan mengalami pertemuan Ruh dengan jasad sebanyak dua kali pula. Terpisahnya Ruh dari jasad untuk pertama kali adalah ketika kita masih berada dialam Ruh, ini adalah saat mati yang pertama. Seluruh Ruh manusia ketika itu belum memiliki jasad. Allah mengumpulkan mereka dialam Ruh dan berfirman sebagai disebutkan dalam surat Al Araaf 172:

Bioetik Kedokteran
Kematian batang otak irreversible coma, (Harvard Report on irreversible coma, 1968) o Pasien tidak bereaksi terhadap stimulus, termasuk stimulus yang menyakitkan o Tidak ada tanda tanda pernapasan spontan dalam waktu satu jam o Tidak ada refleks ( vestibulo okular, kornea, cahaya)

Di Indonesia SK PB-IDI No. 336/PB/A.4/88


Meyakini adanya kondisi: pasien dalam keadaan koma, nafas berhenti, tidak responsif. Jika dibantu ventilator ada tanda tanda kerusakan otak struktural yang tidak dapat diperbaiki lagi Meyakini bahwa tak ada penyebab koma dengan berhenti nafas yang reversibel, misalnya: intoksikasi obat, hipotermi, gangguan metabolik endokrin

Pandangan Hukum dan HAM


UUD 1945 pasal 28I ayat 1: o Hak untuk hidup o Hak untuk tidak tersiksa o Hak untuk kemerdekaan pikiran dan hati nurani o Hak beragama o Hak untuk tidak diperbudak o Hak untuk diakui pribadi di hadapan hukum

Mempercepat kematian tidak diperbolehkan. Sedangkan untuk eutanasia pasif, para ahli baik dari kalangan kedokteran, ahli pidana, ahli agama sepakat diperbolehkan. Berdasarkan pertimbangan bahwa pasien sudah tidak memiliki fungsi organ organ yang memberi kepastian hidup (otak, jantung, paru). Jika rusak salah satu saja dan bukan termasuk batang otak maka harus dipertahankan. Tetapi jika di RS kecil/ biaya untuk meneruskan pengobatan tidak ada maka diperbolehkan. Karena Alloh tidak memberikan beban yang manusia tidak sanggup memilikinya. Yang terpenting, tidak ada unsur kesengajaan.

Aspek Hukum
UU tertulis ( KUHP pasal 340, 344) dokter sebagai pelaku eutanasia aktif dianggap pembunuhan berencana.

You might also like