You are on page 1of 15

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Al-Quran adalah kitab suci kaum muslimin dan menjadi sumber ajaran Islam yang

pertama dan utama yang harus mereka imani dan aplikasikan dalam kehidupan mereka agar mereka memperoleh kebaikan di dunia dan di akhirat. Karena itu, tidaklah berlebihan jika selama ini kaum muslimin tidak hanya mempelajari isi dan pesan-pesannya. Tetapi juga telah berupaya semaksimal mungkin untuk menjaga otentitasnya. Upaya itu telah mereka laksanakan sejak Nabi Muhammad SAW. masih berada di Mekkah dan belum berhijrah ke Madinah hingga saat ini. Dengan kata lain upaya tersebut telah mereka laksanakan sejak al-Quran diturunkan hingga saat ini. Mengenai mengerti asbabun nuzul sangat banyak manfaatnya. Karena itu tidak benar orangorang mengatakan, bahwa mempelajari dan memahami sebab-sebab turun Al-Quran itu tidak berguna, dengan alasan bahwa hal-hal yang berkaitan dengan ayat-ayat al-Quran itu telah masuk dalam ruang lingkup sejarah. Di antara manfaatnya yang praktis ialah menghilangkan kesulitan dalam memberikan arti ayat-ayat al-Quran. Imam al-Wahidi menyatakan; tidak mungkin orang mengerti tafsir suatu ayat, kalau tidak mengetahui ceritera yang berhubungan dengan ayat-ayat itu, tegasnya untuk mengetahui tafsir yang terkandung dalam ayat itu harus mengetahui sebab-sebab ayat itu diturunkan. Ulama salaf tatkala terbentur kesulitan dalam memahami ayat, mereka segera kembali berpegang pedoman asbabun nuzulnya. Dengan cara ini hilanglah semua kesulitan yang mereka hadapi dalam mempelajari al-Quran tentang Asbabun Nuzul. Dalam hal ini penulis mencoba menuangkan dalam bentuk makalah yang berjudul ASBABUN NUZUL dengan harapan semoga makalah ini dapat menambah keimanan dan keilmuan kita baik di dunia maupun di akhirat kelak. Amin.

B.

Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis memberikan batasan masalah agar tujuan makalah lebih terfokus dan tidak terlalu luas, yaitu mengenai : 1. Pengertian Asbabun Nuzul 2. Pentingnya Ilmu Asbabun Nuzul

1|Page

3. Latar Belakang Turunnya Ayat 4. Perbedaan Pendapat Ulama tentang Riwayat Asbabun Nuzul

C.

Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah yang akan di bahas, yaitu : 1. Apa Pengertian Asbabun Nuzul ? 2. Bagaimana Pentingnya Ilmu Asbabun Nuzul ? 3. Bagaimana Latar Belakang Turunnya Ayat ? 4. Perbedaan Pendapat Ulama tentang Riwayat Asbabun Nuzul ?

D.

Tujuan dan Kegunaan Makalah Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas kelompok yang diberikan oleh Dosen AIKA (pengantar Studi Al-Quran), Bapak Dosen Zulpiqor, M.Ag. Sedangkan kegunaan makalah ini adalah sebagai bahan referensi belajar bagi para mahasiswa khususnya, dan para pembaca pada umumnya.

2|Page

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Asbabun Nuzul Asbabun Nuzul, dalam pengertian literal bahasa verbal adalah sebab-sebab turunnya AlQuran. Secara historis, Al-Quran bukanlah wahyu yang turun dalam ruang hampa, tetapi ia mempunyai latar belakang, argumentasi dan faktor-faktor tertentu yang menjadikan dia turun ke bumi. Hal ini karena, Al-Quran diturunkan sebagai alat untuk menjawab problematika kehidupan di muka bumi. Oleh karena itu, kehadirannya di alam material sangat terkait ruang dan waktu tertentu yang menjadi faktor-faktor di balik turunnya Al-Quran. Ungkapan Asbab An-Nuzul merupakan bentuk idhafah dari kata asbab dan nuzul Secara etimologis, asbabun nuzul ayat itu berarti sebab-sebab yang melatar belakangi terjadinya sesuatu atau dalam hal ini adalah sebab-sebab turun ayat. dalam pengertian sederhana turunnya suatu ayat disebabkan oleh suatu peristiwa, sehingga tanpa adanya peristiwa itu, ayat tersebut itu tidak turun.

Banyak pengertian terminologi yang dirumuskan oleh para ulama, diantaranya : 1. Az Zarqani : Asbab An-Nuzul adalah khusus atau sesuatu yang terjadi, serta ada hubungannya dengan turunnya Al Quran sebagai penjelas hukum pada saat peristiwa itu terjadi.

2. Ash Shabuni : Asbab An-Nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabkan turunnya satu atau beberapa ayat yang mulia yang berhubungan dengan kejadian tersebut baik berupa pertanyaan yang diajukan kepada nabi atau kejadian yang berkaitan dengan urusan agama.

3. Subhi Shalih : Asbab An-Nuzul adalah Sesuatu yang dengan sebabnyalah turun sesuatu ayat atau beberapa ayat yang mengandung sebab itu, atau memberi jawaban tentang sebab itu, atau menerangkan hukumnya; pada masa terjadinya peristiwa itu.

3|Page

4. Mana Al Qathan : Asbab An-Nuzul adalah Peristiwa yang menyebabkan turunnya Al Quran berkenaan dengan waktu peristiwa itu terjadi baik berupa suatu kejadian atau pertanyaan yang diajukan kepada Nabi.

Kendatipun redaksinya pendefinisian diatas berbeda, namun hal itu menyimpulkan bahwa, Asbab An-Nuzul adalah kejadian atau peristiwa yang melatar belakangi turunnya Al Quran itu sangat beragam, diantaranya berupa konflik sosial seperti : a) Ketegangan antara suku aus dan suku khazraj, b) Kesalahan besar seperti, kasus seorang sahabat yang mengimani shalat dalam keadaan mabuk, dan c) pertanyaan pertanyaan yang diajukan para sahabat kepada Nabi, baik berkaitan dengan sesuatu yang telah lewat, sedang atau yang akan terjadi. Persoalan apakah semua ayat Al Quran diturunkan berdasarkan Asbab An-Nuzul, ternyata telah menjadi bahan kontroversi dikalangan para ulama. Sebagian ulama berpendapat bahwa tidak semua ayat Al Quran diturunkan dengan asbabun nuzul, sehingga diturunkan tanpa ada yang melatar belakanginya (ibtida) dan ada pula Al Quran yang diturunkan dengan dilatarbelakangi oleh suatu peristiwa (ghairu ibtida). Pendapat tersebut hampir merupakan konsensus para ulama ada yang mengatakan bahwa kesejarahan Arabi para Al Quran pada masa turunnya Al Quran adalah latar belakanng turunnya Al Quran secara makro sementara riwayat riwayat asbabun nuzul merupakan latar belakang mikronya. Pendapat ini berarti menganggap bahwa semua ayat Al Quran memiliki sebab - sebab yang melatar belakanginya.

B. Latar Belakang Turunnya Ayat Perlunya mengetahui asbabun nuzul, al-wahidi berkata: Tidak mungkin kita mengetahui penafsiran ayat Al-Quran tanpa mangetahui kisahnya dan sebab turunnya ayat adalah jalan yang kuat dalam memahami makna Al-Quran. Sedangkan Ibnu taimiyah berkata: mengetahui sebab turun ayat membantu untuk memahami ayat Al-Quran. Sebab pengetahuan tentang sebab akan membawa kepada pengetahuan tentang yang disebabkan (akibat). Namum sebagaimana telah diterangkan sebelumnya tidak semua Al-Quran harus mempunyai sebab turun, ayat - ayat yang mempunyai sebab turun juga tidak semuanya harus
4|Page

diketahui sehingga, tanpa mengetahuinya ayat tersebut bisa dipahami, Ahmad adil kamal menjelaskan bahwa turunnya ayat - ayat Al-Quran melalui tiga cara: 1) Ayat - ayat turun sebagai reaksi terhadap pertanyaan yang dikemukakan kepada nabi. 2) Ayat - ayat turun sebagai permulaan tanpa didahului oleh peristiwa atau pertanyaan. 3) Ayat - ayat yang mempunyai sebab turun itu terbagi menjadi dua kelompok : Ayat ayat yang sebab turunnya harus diketahui ( hukum ), karena Asbabun Nuzulnya harus diketahui agar penetapan hukumnya tidak menjadi keliru. Ayat ayatyang sebab turunnya tidak harus diketahui, ( ayat yang menyangkut kisah dalam Al-Quran ). Kebanyakan ayat - ayat kisah turun tanpa sebab yang khusus, namun ini tidak benar bahwa semua ayat - ayat kisah tidak perlu mengetahui sebab turunnya, bagaimanpun sebagian kisah AlQuran tidak dapat dipahami tanpa pengetahuan tentang sebab turunnya. Sedangkan peristiwa yang melatar belakangi turunnya ayat terkadang justru muncul dari pribadi Rasulullah Shallallhu alaihi wasallam sendiri sebagai penerima wahyu, seperti yang melatari turunnya surat As-Sab. Ketika itu, Ibnu Ummi Maktum bermaksud menemui Nabi Muhammad Shallallhu alaihi wasallam. Sementara Nabi Shallallhu alaihi wasallam sedang sibuk berbincang-bincang dengan pemuka Quraisy dan mengajak mereka untuk masuk Islam. Di sela-sela kesibukan itu Ibnu Ummi Maktum menghaturkan diri seraya memohon Ya Rasulullah ajarilah aku apa yang telah diajarkan oleh Allah kepadamu. Dia pun tidak hentihentinya memohon meskipun saat itu Rasulullah Shallallhu alaihi wasallam sedang sibuk menyambut kelompok Quraisy, sehingga Rasulullah Shallallhu alaihi wasallam kurang begitu memperhatikan kehadiran Ibnu Ummi Maktum karena kesibukannya itu. Kemudian turunlah surat As-Sab sebagai teguran terhadap Beliau Shallallhu alaihi wasallam. Sejak saat itulah jika Rasulullah melihat Ummi Maktum Beliau Shallallhu alaihi wasallam berkata Selamat datang wahai orang yang membuat Allah menegurku. Dan terkadang peristiwa yang melatar belakangi turunnya ayat itu berkenaan dengan aktifitas sekelompok sahabat dan adakalanya juga muncul dari permasalahan orang - orang munafik atau orang musyrik. Pertanyaannya adalah, apakah sebab yang melatarbelakangi turunnya ayat memberi batasan tertentu pada makna umum ayat tersebut?

5|Page

Ulama Ushul Fikih menetapkan bahwa sebuah ungkapan itu diarahkan pada makna umum yang terkandung sebuah lafal dan tidak dibatasi oleh faktor yang melatarbelakanginya. Maksudnya ialah, faktor yang melatar belakangi turunnya ayat tidak sampai membelenggu dan membatasi pada keumuman makna yang dikandungnya, akan tetapi hanya sekedar mempengaruhi turunnya wahyu. Walaupun ada beberapa ayat yang menurut mayoritas ulama tertentu pada sebabnya saja, seperti ayat ke-17 dari surat al-Lail yang tertentu kepada Abu Bakar Shallallhu alaihi wasallam.

C. Pentingnya Ilmu Asbabun Nuzul Allah menjadikan segala sesuatu melalui sebab-musabbab dan menurut suatu ukuran. Tidak seorang pun manusia lahir dan melihat cahaya kehidupan tanpa melalui sebab-musabbab dan berbagai tahap perkembangan. Tidak sesautu pun terjadi di dalam wujud ini kecuali setelah melewati pendahuluan dan perencanaan. Begitu juga perubahan pada cakrawala pemikiran manusia terjadi setelah melalui persiapan dan pengarahan. Itulah sunnatullah (hukum Allah) yang berlaku bagi semua ciptaan-Nya, dan engkau tidak akan menemukan perubahan pada sunnatullah (al-Ahzab, 62). Tidak ada bukti yang menyingkap kebenaran sunnatullah itu selain sejarah, demikian pula penerapannya dalam kehidupan. Seorang sejarahwan yang berpandangan tajam dan cermat mengambil kesimpulan, dia tidak akan sampai kepada fakta sejarah jika tidak mengetahui sebabmusabab yang mendorong terjadinya peristiwa. Tapi tidak hanya sejarah yang menarik kesimpulan dari rentetan peristiwa yang mendahuluinya, tapi juga ilmu alam, ilmu sosial dan kesusastraan pun dalam pemahamannya memerlukan sebab - musabab yang melahirkannya, disamping tentu saja pengetahuan tentang prinsip - prinsip serta maksud tujuan. Pentingnya ilmu asbabun nuzul dalam ilmu Al-Qur'an guna mempertegas dan mempermudah dalam memahami ayat - ayatnya. Ilmu Asbabun Nuzul mempunyai pengaruh yang penting dalam memahami ayat, karenanya kebanyakan ulama begitu memperhatikan ilmu tentang Asbabun Nuzul bahkan ada yang menyusunnya secara khusus. Diantara tokoh (penyusunnya) antara lain Ali Ibnu al-Madiny guru Imam al-Bukhari r.a. Kitab yang terkenal dalam hal ini adalah kitab Asbabun Nuzul karangan al-Wahidy sebagaimana halnya judul yang telah dikarang oleh Syaikhul Islam Ibnu Hajar. Sedangkan as-Sayuthy juga telah menyusun
6|Page

sebuah kitab yang lengkap lagi pula sangat bernilai dengan judul Lubabun Nuqul Fi Asbabin Nuzul. Oleh karena pentingnya ilmu asbabun nuzul dalam ilmu Al-Qur'an guna mempertegas dan mempermudah dalam memahami ayat-ayatnya, dapatlah kami katakan bahwa diantara ayat AlQur'an ada yang tidak mungkin dapat dipahami atau tidak mungkin diketahui ketentuannya atau hukumnya tanpa ilmu Asbabun Nuzul. Sebagian orang ada yang beranggapan, bahwa ilmu Asbabun Nuzul tidak ada gunanya dan tidak ada pengaruhnya karena pembahasannya hanyalah berkisar pada lapangan sejarah dan ceritera. Menurut anggapan mereka ilmu Asbabun Nuzul tidaklah akan mempermudah bagi orang yang mau berkecimpung dalam menafsirkan ayat - ayat Al-Qur'an. Anggapan tersebut adalah salah dan tidaklah patut didengar karena tidak berdasarkan pendapat para ahli Al-Qur'an yang dikenal dengan ahli tafsir. Di sini akan diungkap secara sekilas pendapat sebagian ulama dan kemudian akan disertakan beberapa faedah tentang ilmu Asbabun Nuzul. Al-Wahidy berpendapat: menafsirkan ayat tanpa bertitik tolak dari sejarah dan penjelasan turunnya tidaklah mungkin. Ibnu Daqiqil 'Ied berpendapat: Keterangan tentang Asbabun Nuzul adalah merupakan salahsatu jalan yang tepat dalam memahami Al-Qur'an. Ibnu Taimiyah berpendapat: Ilmu Asbabun Nuzul akan membantu dalam memahami ayat, karena ilmu tentang sebab akan menimbulkan ilmu tentang akibat. Dengan demikian akan jelaslah pentingnya ilmu Asbabun Nuzul sebagai bagian dari ilmu AlQur'an. Adapun faedah dari ilmu Asbabun Nuzul dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Mengetahui bentuk hikmah rahasia yang terkandung dalam hukum. 2. Menentukan hukum (takhshish) dengan sebab menurut orang yang berpendapat bahwa suatu ibarat itu dinyatakan berdasarkan khususnya sebab. 3. Menghindarkan prasangka yang mengatakan arti hashr dalam suatu ayat yang zhahirnya hashr. 4. Mengetahui siapa orangnya yang menjadi kasus turunnya ayat serta memberikan ketegasan bila terdapat keragu-raguan. 5. Dan lain-lain yang ada hubungannya dengan faedah ilmu Asbaun Nuzul.
7|Page

Beberapa contoh tentang faedah ilmu Asbabun Nuzul. Pertama: Marwan ibnul Hakam sulit dalam memahami ayat:

Janganlah sekali-kali kamu menyangka, bahwa orang-orang yang bergembira dengan apa yang mereka telah kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan, janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksaan. (Ali Imrn: 188). Beliau memerintahkan kepada pembantunya: "Pergilah menemui Ibnu Abbas dan katakan kepadanya, bila semua orang telah merasa puas dengan apa yang telah ada dan ingin dipuji terhadap perbuatan yang belum terbukti hasilnya pasti ia akan disiksa dan kamipun akan terkena siksa". Ibnu Abbas menjelaskan kepadanya (pembantu), bahwa ia (Marwan) merasa kesulitan dalam memahami ayat tersebut dan kemudian Ibnu Abbas menjelaskannya: "Ayat tersebut turun sehubungan dengan persoalan Ahli Kitab (Yahudi) tatkala ditanya oleh Nabi SAW, tentang sesuatu persoalan dimana mereka tidak menjawab pertanyaan yang sebenarnya ditanyakan, mereka mengalihkan kepada persoalan yang lain serta menganggap bahwa persoalan yang ditanyakan oleh Nabi kepadanya telah terjawab. Setelah itu mereka meminta pujian kepada Nabi, maka turunlah ayat tersebut di atas. (HR. Bukhari Muslim). Kedua: Urwah Ibnu Jubair juga mengalami kesulitan dalam memahami makna firman Allah SWT:

Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syiar Allah. Barangsiapa yang beribadah Haji ke Baitullah atau berumrah, maka

8|Page

tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i antara keduanya. (AlBaqarah: 158). Menurut zhahir ayat dinyatakan bahwa sa'i antara Shafa dan Marwah adalah tidak wajib, bahkan sampai Urwah ibnu Zubair mengatakan kepada bibinya Aisyah r.a.: "Hai bibiku! sesungguhnya Allah telah berfirman: "tidak mengapa baginya untuk melakukan sa'i antara keduanya", karena itu saya berpendapat bahwa "tidak apa-apa bagi orang yang melakukan Haji Umrah sekalipun tidak melakukan sa'i antara keduanya". Aisyah seraya menjawab: "Hai keponakanku! kata-katamu itu tidak benar. Andaikata maksudnya sebagaimana yang kau katakan niscaya Allah berfirman "tidak mengapa kalau tidak melakukan sa'i antara keduanya". Setelah itu Aisyah menjelaskan: bahwasanya orang-orang Jahiliyah dahulu melakukan sa'i antara Shafa dan Marwah sedang mereka dalam sa'inya mengunjungi dua patung yang bernama Isaar yang berada di bukit Shafa dan Na'ilah yang berada di bukit Marwah. Tatkala orang-orang masuk Islam diantara kalangan sahabat ada yang merasa berkeberatan untuk melakukan sa'i antara keduanya karena khawatir campur-baur antara ibadah Islam dengan ibadah Jahiliyah. Dari itu turunlah ayat sebagai bantahan terhadap keberatan mereka (yang mengatakan) kalau-kalau tercela atau berdosa dan menyatakan wajib bagi mereka untuk melakukan sa'i karena Allah semata bukan karena berhala. Itulah sebabnya Aisyah membantah pendapat Urwah berdasarkan sebab turun ayat. Ketiga: Sebagian Imam mengalami kesulitan dalam memahami makna syarat Allah SWT: dalam firman

Dan perempuan-perempuan yang terhenti dari haid diantara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang) iddahnya maka iddah mereka adalah 3 bulan. (Ath- Thalaq: 4). Golongan zhahiriah berpendapat bahwa Ayisah (wanita yang tidak lagi haid karena sudah lanjut usia) mereka tidak perlu masa iddah bila keayisahannya tidak diragukan lagi. Kesalahpahaman mereka nampak dengan berdasarkan Asbabun Nuzul, dimana ayat tersebut
9|Page

adalah merupakan khitab (ketentuan) bagi orang yang tidak mengetahui bagaimana seharusnya dalam masa iddah, serta mereka ragu apakah mereka perlu iddah atau tidak. Dari itu maka makna " " (bila anda bingung tentang bagaimana mereka dan tidak mengerti tentang

iddah mereka, maka inilah undang-undangnya). Ayat turun setelah ada sebagian shahabat yang mengatakan bahwa diantara iddah kaum wanita tidak terdapat dalam Al-Qur'an; yaitu wanita yang masih kecil dan wanita yang Ayisah. Setelah itu turunlah ayat yang menjelaskan ketentuan tentang mereka. Wallhu a'lam. Keempat: Diantara contoh tentang ilmu Asbabun Nuzul sebagai sanggahan terhadap dugaan hashr (batasan tertentu) sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Syafi'i tentang firman Allah SWT:

Katakanlah! tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi karena sesungguhnya semua itu kotor atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. (Al-An'm: 145).

Dalam hal ini beliau mengungkapkan yang maksudnya: bahwa orang kafir ketika mengharamkan sesuatu yang dihalalkan Allah dan menghala1kan apa yang diharamkan Allah serta mereka terlalu berlebihan, maka turunlah ayat sebagai bantahan terhadap mereka. Dengan demikian seolah-olah Allah berfirman "Yang halal hanya yang kamu anggap haram dan yang haram itu yang kamu anggap halal". Dalam hal ini Allah tidak bermaksud menetapkan kebalikan dari ketentuan di atas melainkan sekedar menjelaskan ketentuan yang haram samasekali tidak menyinggung-nyinggung yang halal.

10 | P a g e

Imam Al-Haramain berkata "uslub ayat tersebut sangat indah. Kalau saja Imam Syafi'i tidak mengatakan pendapat yang demikian niscaya kami tidak dapat menarik kesimpulan perbedaan imam Malik dalam hal hashr/batasan hal yang diharamkan sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas". Penjelasan dari makna ayat. Sekedar penjelasan dari uraian di atas saya berpendapat bahwa zhahir ayat menunjukkan batasan yang haram, dimana yang haram adalah hanya yang tersebut dalam ayat di atas, padahal persoalannya tidak demikian, karena di samping yang tersebut pada ayat di atas masih ada lagi yang lain, hanya saja mengungkapannya yang berbentuk hash sedang maknanya tidak demikian, yaitu sebagai bantahan terhadap orang-orang musyrik yang mengharamkan sesuatu yang sebenarnya dihalalkan Allah dan menghalalkan yang sebenamya diharamkan Allah. Kelima: Diantara faedah Asbabun Nuzul adalah untuk mengetahui nama orang yang menjadi kasus turunnya ayat agar keraguan dan kekaburan menjadi hilang, sebagaimana Marwan menduga bahwa firman Allah SWT:

Ialah diturunkan sehubungan dengan kasus Abdurrahman ibnu Abi Bakar. Aisyah membantah bahwa anggapan tersebut adalah salah, ia menjelaskan kepada Marwan tentang sebab turunnya. Adapun secara lengkap kisah tersebut sebagaimana diriwayatkan Bukhari sebagai berikut: "Marwan adalah seorang amil (Gubernur) wilayah Madinah. Muawiyah menginginkan agar Yazid menjadi khalifah setelah kemangkatannya. Ia menulis surat kepada Marwan tentang persoalannya. Karenanya Marwan mengumpulkan rakyat dan berpidato di hadapan mereka. Dalam pidatonya ia menyebutkan nama Yazid (memfigurkan). Dalil ia menyeru untuk membaiatnya sambil berkata: "Sesungguhnya Amirul Mukminin telah diperlihatkan oleh Allah tentang pendapat yang baik dalam diri Yazid. Bila Amirul Mu'minin mengangkatnya sebagai khalifah, sungguh Abu Bakar dan Umar pun telah menjadi khalifah". Abdurrahman menjawab: "Bukankah sistem yang demikian itu merupakan Herakliusisme?" (Maksudnya itu adalah kediktatoran seorang raja sebagaimana tindakan raja-raja Romawi). Marwan menjawab: Itu sama dengan sunah Abu Bakar dan Umar. Abdurrahman menjawab lagi "Herakliusisme". Abu Bakar dan Umar tidak mengangkat keturunan atau familinya
11 | P a g e

sedangkan Muawiyah bertindak semata-mata untuk kehormatan anaknya seraya Marwan berkata "Tangkaplah ia Abdurrahman". Abdurrahman masuk ke rumah Aisyah, karena itu pengejarpengejarnya tidak dapat menangkapnya. Setelah itu Marwan mengatakan "Dialah orang yang menjadi kasus sehingga Allah menurunkan ayat:

Dan orang yang berkata kepada kedua ibu bapaknya cis bagi kamu keduanya, apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku? (Al-Ahgat ayat 17).

Dari balik tabir Aisyah menjawab "Allah tidak pernah menurunkan ayat Al-Qur'an tentang kasus seseorang tertentu di antara kita kecuali ayat yang melepaskan aku dari tuduhan berbuat jahat, andaikata aku mau menjelaskan orang yang menjadi kasus turunya ayat tesebut niscaya akan kujelaskan.

D. Perbedaan Pendapat Para Ulama Tentang Riwayat Asbabun Nuzul Terkadang terdapat banyak riwayat mengenai sebab nuzul suatu ayat. Dalam keadaan demikian, sikap seorang mufasir kepadanya sebagai berikut: Apabila bentuk-bentuk redaksi riwayat itu tidak tegas, seperti: Ayat ini turun mengenai urusan ini, atau Aku mengira ayat ini turun mengenai urusan ini, maka dalam hal ini tidak ada kontradiksi di antara riwayatriwayat itu. Sebab maksud riwayat-riwayat tersebut adalah penafsiran dan penjelasan bahwa hal itu termasuk ke dalam makna ayat dan disimpulkan darinya, bukan menyebutkan sebab nuzul, kecuali bila ada karinah atau indikasi pada salah satu riwayat bahwa maksudnya adalah penjelasan sebab nuzulnya. Apabila salah satu bentuk redaksi riwayat itu tidak tegas, misalnya Ayat ini turun mengenai urusan ini. Sedang riwayat yang lain menyebutkan sebab nuzul dengan tegas yang berbeda dengan riwayat pertama, maka yang menjadi pegangan adalah riwayat yang menyebutkan sebab nuzul secara tegas; dan riwayat yang lain dipandang termasuk di dalam hukum ayat. Contohnya ialah riwayat tentang asbabun nuzul. Dari nafi disebutkan Pada suatu hari aku
12 | P a g e

membaca (istri-istri adalah ibarat tempat kamu bercocok tanam), maka kata Ibnu Umar: Tahukah engkau mengenai apa ayat ini diturunkan?, Aku menjawab: Tidak, ia berkata ayat ini turun mengenai persoalan mendatangi istri dari belakang. Bentuk redaksi riwayat dari Ibnu Umar ini tidak dengan tegas menunjukkan sebab nuzul.

Di sisi lain sebagian para ulama menjelaskan bahwa ada yang beranggapan bahwa disiplin ini tidak mempunyai kegunaan ia hanya berfungsi sebagai sejarah. Dalam hal ini ia salah, justru disiplin ini mempunyai kegunaan. Sementara itu terdapat riwayat yang sangat tegas menyebutkan sebab nuzul yang bertentangan dengan riwayat tersebut. Melalui Jabir dikatakan orang-orang Yahudi berkata: Apabila seorang laki-laki mendatangi istrinya dari arah belakang maka anaknya nanti akan bermata juling, maka turunlah ayat tersebut. Maka Jabir inilah yang dijadikan pegangan, karena ucapannya merupakan pernyataan tegas tentang asbabun nuzul. Sedangkan ucapan Ibnu Umar, tidaklah demikian. Karena itulah ia dipandang sebagai kesimpulan atau penafsiran.

Pedoman Mengetahui Asbabun Nuzul Pedoman dasar para ulama dalam mengetahui asbabun nuzul ialah riwayat shahih yang berasal dari Rasulullah Saw atau dari sahabat. Itu disebutkan pemberitahuan seorang sahabat mengenai hal seperti ini, bila jelas, maka hal itu bukan sekedar pendapat, tetapi ia mempunyai hukum marfu (disandarkan pada Rasulullah. Al-Wahidie mengatakan, Tidak halal berpendapat mengenai asbabun Nuzul kitab kecuali dengan berdasarkan pada riwayat atau mendengar langsung dari orang-orang yang menyaksikan turunnya, mengetahui sebabsebabnya dan membahasnya tentang pengertiannya serta bersungguh-sungguh dalam mencarinya. Al-Wahidie telah menentang ulama-ulama zamannya atas kecerobohan mereka terhadap riwayat asbabun nuzul. Bahkan ia menuduh mereka pendusta dan mengingatkan mereka akan ancaman berat, dengan mengatakan Sekarang setiap orang suka mengadangada dan berbuat dusta: ia menempatkan kedudukannya dalam kebodohan, tanpa memikirkan acaman berat bagi orang yang tidak mengetahui sebab turunnya ayat.

13 | P a g e

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 1. Al-Quran merupakan mujizat terbesar yang diturunkan Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw dengan perantaraan Malikat Jibril As. disampaikan secara mutawatir dan bernilai ibadah bagi yang membacanya baik di dalam shalat maupun di luar shalat. Al-Quran yang memiliki cita-cita para Nabi, dan menguraikan masalah hukum-hukum dan lain-lain ternyata ayat tersebut memiliki kekhasan tersendiri, di antaranya: a. Masalah asbabun nuzul ayat yaitu sebab-sebab ayat-ayat al-Quran diturunkan. b. Adapun asbabun nuzul mempunyai ruang lingkup pembahasan yang berkaitan langsung dengan peristiwa diturunkannya ayat al-Quran terutama dalam hubungan peristiwa dan ungkapan kata, baik teks ayat, maupun redaksi ayat. 2. Asbabun nuzul juga mengungkapkan ilmu tentang turunnya ayat - ayat al-Quran dimana para ulama berpedoman langsung kepada riwayat yang shahih yang berasal dari Nabi Saw atau dari shabat sejak zaman tarikh Islam klasik yang berisikan kisah-kisah nuzulnya ayat mengenai asbabun nuzulnya suatu ayat terkadang para ulama telah terjadi perbedaan pendapat, misalnya: a. Apabila salah satu bentuk redaksi riwayat itu tidak tegas, seperti Ayat ini turun mengenai urusan ini, sedang riwayat lain menyebutkan sebab nuzul dengan tegas yang berbeda dengan riwayat pertama, maka yang menjadi pegangan adalah riwayat yang menyebutkan sebab nuzul secara tegas, dan riwayat yang lain dipandang termasuk di dalam hukum ayat. b. Para perawi dan kita sekarang dapat membaca dan meneliti keabsahan berita tentang turunnya ayat-ayat al-Quran itu, dan dengan demikian dapat memahami al-Quran dengan baik. Itulah urgensinya mengetahui asbabun nuzul. B. Saran Penulis menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, sebab kesempurnaan hanya milik Allah, dan kesalahan datangnya dari kita. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangaqt kami harapkan demi perbaikan makalah ini.

14 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA
http://santrikuliah.blogspot.com http://foswannu.blogspot.com/2011/12/latar-belakang-turunnya-ayat-al-quran.html http://pustaka.abatasa.com/pustaka/detail/ulumul-quran/allsub/72/beberapa-faedah-mengetahuiasbabun-nuzul.html Zulfiqor, M.Ag, H.Zulkifli, M.Pd, dan Yusrizal, S.Ag, M.E.Sy. Pengantar Studi Al-Quran dan Al-Hadist. 2012. Tangerang : UMT PRESS.

15 | P a g e

You might also like