You are on page 1of 22

PEMANENAN DAN PENGANGKUTAN

1. PANEN TEBU Pelaksanaan panen pada tanaman tebu meliputi beberapa kegiatan utama, yaitu taksasi hasil perencanaan tebang berdasarkan analisis pendahuluan kemasakan tebu dan tabang angkut. Taksasi Hasil Taksasi hasil dilakukan untuk menaksir hasil tebu yang akan diperoleh nantainya, sehingga dapat direncanakan berapa lama hari giling, berapa tenaga kerja yang harus disiapkan dan berapa banyak bahan pembantu di pabrik yang harus disediakan. Umumnya taksasi dilakukan 2 kali yaitu pada bulan Desember dan Februari. Taksasi dilakukan dengan menghitung tebu dengan sistim sampling dan digunakan rumus Y = jml bt/m juring x jml juring/ha x tinggi bt x bobot bt/m Dimana., Y = hasil taksasi tebu per hektar Jml bt/m juring = hasil perhitungan jumlah batang tebu per m juring Jml juring/ha = banyaknya juringan per ha (yang ada di lapangan) Tinggi bt = diukur sampai titik patah ( 30 cm dari pucuk) Bobot bt = bobot batang per m yang diperoleh dari data tahun sebelumnya Pemanenan Panen dilaksanakan pada musim kering yaitu sekitar bulan April sampai Oktober. Hal tersebut berkaitan dengan masalah kemudahan transportasi tebu dari areal ke pabrik serta tingkat kemasakan tebu akan mencapai optimum pada musim kering. Kegiatan pemanenan diawali dengan tahap persiapan yang dilaksanakan sekurang-kurangnya tiga bulan sebelum panen dimulai. Tahap persiapan meliputi kegiatan estimasi produksi tebu, pembuatan program tebang, penentuan kemasakan tebu, rekrutmen kontraktor dan tenaga tebang, persiapan peralatan tebang dan pengangkutan, serta persiapan sarana dan prasarana tebang. Untuk menentukan periode kemasakan optimal tebu dan sekaligus untuk memperkirakan waktu yang tepat penebangan tebu, dilaksanakan analisis kemasakan tebu (Maturity Test). Analisis kemasakan tebu dilaksanakan tiga kali dengan interval 2 minggu (satu ronde), pada saat tanaman menginjak umur delapan bulan. Kegiatan tersebut dimulai dengan pengambilan tanaman contoh yang diawali, batang contoh ditentukan minimal 15 meter dari tepi dan 30 baris dari barisan pinggir. Tanaman contoh diberi tanda untuk mempermudah pengambilan contoh berikutnya. Setiap kali analisis dibutuhkan 15 20 batang atau sebanyak dua rumpun tebu, kemudian dilakukan penghitungan jumlah dan pengukuran tinggi batang, serta penggilingan untuk memperoleh nira tebu. Selanjutnya dilakukan pengukuran persen brix, pol dan purity dari setiap contoh. Data pol yang diperoleh dipetakan pada peta kemasakan tebu yang akan digunakan sebagai informasi untuk lokasi tebu yang sudah layak panen. Prioritas penebangan dilakukan dengan memperhatikan faktor lain selain kemasakan, yaitu jarak kebun dari pabrik, kemudahan transportasi, keamanan tebu, kesehatan tanaman, dan faktor tenaga kerja. Pelaksanaan Tebang Digunakan dua metode penebangan yaitu tebu hijau (Green Cane) dan tebu bakar (Burn Cane). Metode tebu hijau adalah menebang tebu dalam kondisi tanpa ada perlakuan pendahuluan, sedangkan tebu bakar adalah dilakukan pembakaran sebelum tebang untuk memudahkan penebangan dan mengurangi sampah yang tidak perlu. Tebu di Jawa dilakukan tanpa bakar, sedangkan di luar Jawa khususnya Lampung 90% dilakukan dengan bakar. Tebang dilakukan dalam tiga sistem tebangan yaitu Bundled Cane (tebu ikat), Loose Cane (tebu urai) dan Chopped Cane (tebu cacah). Pelaksanaan di lapangan tebang masih dimominasi dengan manual, sebab dari segi kualitas tetap lebih baik dibandingkan dengan mesin tebang. Bundled Cane (Tebu Ikat) Tebangan ini dilaksanakan secara manual, baik pada saat penebangan maupun pemuatan tebu ke dalam truk. Pemuatan/pengangkutan tebu dari areal ke pabrik dilkasanakan mulai jam

5.00 22.00 WIB dengan menggunakan truk (los bak maupun ada baknya). Truk yang digunakan terdiri atas truk kecil dengan kapasitas angkut 6 8 ton dan truk besar dengan kapasitas angkut 10 12 ton. Saat pemuatan tebu ke dalam truk dalam kondisi lahan tidak basah, truk masuk ke areal dan lintasan truk tidak memotong barisan tebu. Perjalanan truk dari areal ke pabrik sesuai dengan rute yang telah ditetapkan dengan kecepatan maksimun 40 km/jam. Pembongkaran muatan dilaksanakan di Cane Yard (tempat penampungan tebu sebelum giling) setelah penimbangan, dengan menggunakan patok beton (Cane Stacker) atau langsung ke meja tebu (Direct Feeding). Loose Cane (Tebu Urai) Tebangan loose cane merupakan sistem tebangan semi mekanik. Penebangan tebu dilaksanakan secara manual sedangkan pemuatan tebu ke Trailer atau truk menggunakan Grab Loader. Pembongkaran tebu dilaksanakan di tempat penampungan tebu (Cane Yard) langsung ke meja tebu (Feeding Table). Penebangan loose cane menggunakan sistem 12 : 1, artinya setiap 12 baris ditebang dan ditumpuk menjadi satu tumpukan, dilaksanakan oleh dua orang. Tumpukan tebu diletakkan pada barisan ke 6 7, sedangkan sampah pada barisan ke 1 dan 12. Penebangan harus rata dengan tanah dan sampah yang terbawa ke pabrik tidak boleh lebih dari 6%. Chopped Cane (Tebu Cacah) Sistem penebangan tebu cacah dilaksanakan dengan menggunakan alat Bantu berupa mesin Cane Harvester. Penebangan sistem ini digunakan sebagai peyangga atau pembantu untuk memenuhi guota pengiriman tebu. Untuk pengoperasian Cane Harvester secara optimal diperlukan kondisi areal yang relatif rata, kondisi tebu tidak banyak yang roboh, kondisi areal bersih dari sisa sisa kayu/tunggul, tidak banyak gulma merambat, petak tebang dalam kondisi utuh sekitar 10 ha dan kondisi tanah tidak basah. Pengangkutan dilaksanakan dengan menggunakan truk yang ada baknya (truk box), hal tersebut berkaitan dengan hasil tebangan Cane Harvester berbentuk potongan dengan panjang 20 30 cm. Pada saat pembongkaran muatan, tebu dengan tebangan Chopped Cane harus diprioritaskan, tebu langsung ditampung di meja tebu (feeding table).

2. PANEN KARET Persiapan Panen Pemungutan hasil panen karet disebut penyadapan karet. Biasanya penyadapan dilakukan pada saat pagi hari hingga pukul 07.30. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari terjadinya koagulasi pada lateks. Pembuatan tempat penampungan hasil (TPH). TPH dibuat untuk menampung hasil lateks dari kebun sebelum diangkut ke pabrik. Satu TPH biasanya digunakan untuk menampung latek dari luasan areal sadap 20 sampai 30 hektar. Pada lokasi TPH disediakan bak/tangki penampung yang diletakan di atas, sehingga lateks yang ditampung dapat langsung dimasukkan ke truk pengangkut. Pembuatan jalan panen. Pembuatan jalan panen biasanya dibuat pada saat pekerja hendak melakukan penyadapan. Biasanya jalan panen di perkebunan hanya sederhana dan berupa jalan setapak, sehingga yang dibutuhkan hanyalah parang atau sabit untuk memotong rumput atau gulma yang mengganggu jalan yang akan dibuat. Alat-alat panen. Alat-alat panen yang perlu dipersiapkan adalah pisau sadap, mangkok sadap, talang sadap, ember dan pengasah pisau. Pisau sadap, ember dan pengasah pisau hanya disediakan untuk masing-masing tenaga penyadap, sedangkan mangkok dan talang sadap harus disediakan untuk setiap tanaman. Kebutuhan tenaga panen. Kebutuhan tenaga penyadap diperhitungkan dengan cara menghitung luas lahan yang disadap per hari (tergantung frekuensi sadap yang digunakan). Pada umumnya luas yang disadap per hari adalah 1/3 dari luas TM. Untuk kebutuhan tenaga penyadap dapat dihitung dengan

memperhatikan kemampuan seorang penyadap dalam melakukan penyadapan dalam satu hari. Untuk lahan datar 1 orang penyadap mampu menyadap seluas 1 hektar. Pelaksanaan Panen Kriteria matang sadap. Kriteria matang sadap pada tanaman karet ditentukan oleh dua syarat yaitu, (1) lilit batang (lingkar batang 1 meter di atas pertautan lebih besar dari 45 cm dan (2) 60% dari populasi memenuhi syarat nomor 1. Biasanya masa ini akan dicapai setelah tanaman berumur 5 tahun. Hanca panen. Hanca panen atau luas yang dipanen per hari sangat tergantung dari rotasi eksploitasi yang digunakan. Pada umumnya tanaman karet disadap 3 hari sekali, sehingga luas panen per hari kurang lebih 1/3 dari total luas tanaman menghasilkan (TM). Untuk lahan yang datar, 1 orang penyadap mampu menyadap seluas 1 hektar. Rotasi panen. Lamanya rotasi panen dilakukan tergantung luasan hanca panen. Semakin luas hanca panen, maka rotasi panen semakin lama. Rotasi panen juga tergantung pada berapa kali dalam seminggu dilakukan penyadapan.

Aturan teknis panen. Setiap penyadap biasanya sudah berada di kebun pada pukul 05.00 untuk melakukan persiapan-persiapan seperti : pembagian lokasi sadap, pengecekan peralatan dan pengecekan kehadiran tenaga penyadap. Setiap penyadap akan melakukan penyadapan pada hancanya sendiri (setiap penyadap memiliki lokasi penyadapan masing-masing). Penyadapan dilakukan dengan memotong kulit karet (setelah melepas lateks yang membeku pada alur sadap) pada alur sadap yang telah ada serta memasang mangkok dan pemberian anti koagulan (2 tetes) pada mangkok sadap. Anti koagulan ini berfungsi untuk mencegah terjadinya pembekuan lateks sebelum sampai di pabrik. Setelah seluruh hanca sadap di sadap (selesai pada pukul 07.30) maka lateks ditunggu mengalir hingga pukul 11.00 dan selanjutnya lateks dikumpulkan di TPH. Pada setiap penyadap akan dicatat volume lateks yang terkumpul pada hari itu dan akan digunakan sebagai salah satu penentu besarnya upah yang akan diterima. Pengangkutan Hasil Panen Setelah lateks hasil sadapan terkumpul seluruhnya, selanjutnya lateks dari tangki penerimaan/pengumpulan yang berada di lokasi tempat pengumpulan hasil di kebun, kemudian diangkut dengan tangki pengangkut ke pabrik. Tangki pengangkut ada yang ditarik dengan traktor, dan ada pula yang terpasang pada truk-truk tangki. Dalam pengangkutan lateks ke pabrik harus dijaga agar lateks tidak terlalu tergoncang dan terlalu kepanasan karena dapat berakibat terjadinya prakoagulasi di dalam tangki. Dalam keadaan tertentu, lateks dalam tangki tersebut perlu diberi obat anti koagulan. Sarana angkutan. Sarana angkutan yang digunakan untuk pengangkutan lateks dari kebun ke pabrik adalah truk tangki dengan kapasitas biasanya antara 2.000 sampai 3.000 liter. Tangki dibuat dari bahan alumunium dan dirancang sedemikian rupa sehingga mudah dipasang dan dilepas dari alat penarik (truk/taktor) dan dengan mudah dibersihkan. Jumlah truck yang diperlukan tergantung dari tingkat produksi lateks yang dihasilkan per hari. Sedapat mungkin harus diusahakan semua lateks dapat diangkut ke pabrik pusat agar dapat dilakukan pencampuran lateks dari semua bagian kebun dalam satu atau beberapa bak pencampur di pabrik, sehingga dapat diharapkan hasil yang seragam. Jika keadaan tempat memaksa untuk dilakukan koagulasi di kebun, jumlah lateks yang dikoagulasi sedapat mungkin harus dibatasi. Prasarana jalan. Prasarana jalan yang digunakan untuk pengangkutan lateks dari kebun harus cukup baik. Hal ini untuk menghindari terjadinya goncangan-goncangan selama pengangkutan

yang dapat meningkatkan proses prakoagulasi. Oleh karena itu TPH biasanya diletakkan/berada di pinggir-pinggir jalan produksi. 3. PANEN TEMBAKAU Umur Panen Kriteria waktu panen tembakau dapat dilihat dari gejala tingkat kematangan daun di pohon sebagai berikut Daun bawah (3-4 lembar) mendekati kehijau-hijauan dan gagangnya keputih-putihan. Daun tengah (4-6 lembar) berwarna kuning kenanga. Daun atas (6-9 lembar) dan daun pucuk (4-7 lembar) telah matang benar. Cara Pemetikan Pemetikan daun tembakau Burley dilakukan dengan dua cara yaitu petik biasa (reaping) dan tebang batang ( stalk cutting). Reaping dilakukan dengan memetik daun-daunya saja, sedangkan stalk cutting dilakukan dengan menebang batang tembakau beserta daunnya tepat pada pangkal batang. Untuk mendapatkan hasil yang tinggi tembakau burley biasanya diperlakukan reaping paling banyak dua kali dan selanjutnya stalk cutting. Pemetikan pertama daun tembakau Burley dilakukan pada saat tanaman berumur 65-70 har, dengan jumlah daun yang dipetik 2-3 lembar. Stalk cutting dilakukan apabila daun pucuk kelihatan sudah cukup tua (berwarna kuning) dengan umur tanaman 90-100 HST. Saat pemetikan (pagi, siang dan sore) berpengaruh terhadap kualitas daun tembakau. 4. PANEN KAKAO Buah kakao hendaknya dipanen apabila sudah cukup masak. Kriteria buah masak apabila alur buah berwarna kekuningan untuk buah yang warna kulitnya merah dan berwarna kuning tua atau jingga untuk buah yang warna kulitnya hijau. Pemanenan terhadap buah muda atau lewat masak harus dihindari karena akan menurunkan mutu biji keringnya. Pemanenan buah kakao dapat dilakukan dengan alat panen seperti sabit yang tajam, buah dan bantakan bunga tidak boleh rusak. Bantalan bunga merupakan tempat tumbuhnya bunga untuk periode selanjutnya. a. Tanda-tanda buah siap panen : Perubahan warna alur dari hijau menjadi kuning orange 50 % Buah masak porosnya agak kering, biji-biji didalam agak renggang dari kulit buah terbentuk rongga antara biji dan kulit buah. Buah apabila dikocok/diguncang berbunyi b. Pemetikan:

Petik buah yang betul-betul masak menggunakan pisau atau sabit bergalah Yang tajam Rotasi pemetikan setiap 7 atau 14 hari Rendam buah yang busuk atau terserang hama/penyakit kedalam tanah sedalam 50 cm di pinggir kebun Selama memanem buah diusahakan tidak merusak atau melukai batang tanaman/bantalan buah.

5. PANEN KELAPA SAWIT Pada umumnya tanaman kelapa sawit yang tumbuh subur sudah dapat menghasilkan buah serta siap dipanen pertama pada umur sekitar 3,5 tahun jika dihitung mulai dari penanaman biji kecambah di pembibitan. Namun jika dihitung mulai penanaman di lapaangan maka tanaman berbuah dan siap panen pada umur 2,5 tahun. Buah terbentuk setelah terjadi penyerbukan dan pembuahan. Waktu yang diperlukan mulai dari penyerbukan sampai buah matang dan siap panen kurang lebih 5-6 bulan. Tanaman kelapa sawit rata-rata menghasilakan buah 20-22 tandan/tahun. Pada tanaman yang semakin tua produktivitasnya semakin menurun menjadi 12-14 tandan/tahun. Banyaknya

buah yang terdapat dalam satu tandan tergantung pada faktor genetik, umur, lingkungan dan teknik budidaya. Jumlah buah pertandan pada tanaman yang cukup tua mencapai 1600 buah. Proses pematangan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulit buahnya. Buah akan berubah menjadi merah jingga ketika masak. Pada saat buah masak, kandungan minyak pada daging buah telah maksimal. Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan lepas dan jatuh dari tangkai tandannya. Buah yang jatuh tersebut disebut membrondol. Proses pemanenan kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut brondolan dan mengangkut buah ke tempat penampungan hasil (TPH) serta ke pabrik. Pelaksanaan pemanenan tidak dilakukan secara sembarang. Perlu memperhatikam beberapa kriteria tertentu sebab tujuan panen kelapa sawit adalah untuk mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dengan kualitas minyak yang baik. Kriteria panen yang harus diperhatikan adalah matang panen, cara panen, alat panen, rotasi panen, sistem panen serta mutu panen. A. Kriteria Matang Panen Matang panen kelapa sawit dapat dilihat secara visual dan secara fisiologi. Secara visual dapat dilihat dari perubahan warna kulit buah menjadi merah jingga, sedangkan secara fisiologi dapat dilihat dari kandungan minyak yang maksimal dan kandungan asam lemak bebas yang minimal. Pada saat matang tersebut dicirikan pula oleh membrondolnya buah. Jumlah brondolan buah inilah yang dijadikan dasar untuk memanen tandan buah, yaitu tanaman dengan umur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan kuran lebih 10 butir dan tanaman dengan umur lebih 10 tahun, jumlah brondolan sekitar 15-20 butir. Namun secara praktis digunakan kriteria umum yaitu pada setiap 1 kg tandan buah segar (TBS) terdapat 2 brondolan. B. Cara Panen Berdasarkan tinggi tanaman, ada 2 cara panen yang umum dilakukan oleh perkebunan kelapa sawit. Untuk tanaman yang berumur < 7 tahun cara panen menggunakan alat dodos dengan lebar 10-12,5 cm dengan gagang pipa besi atau tongkat kayu. Sedangkan tanaman yang berumur 7 tahun atau lebih pemanenan menggunakan egrek yang disambung dengan pipa alumunium atau batang bambu. Untuk memudahkan pemanenan, sebaiknya pelepah daun yang menyangga buah dipotong terlebih dahulu dan diatur rapi di tengah gawangan. Tandan buah yang matang dipotong sedekat mungkin dengan pangkalnya, maksimal 2 cm. Tandan buah yang telah dipotong diletakkan teratur dipiringan dan brondolan dikumpulkan terpisah dari tandan. Brondolan harus bersih dan tidak tercampur tanah atau kotoran lain. Selanjutnya tandan dan brondolan dikumpulkan di TPH. C. Rotasi Panen Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir dengan panen berikutnya pada tempat yang sama. Perkebuanan kelapa sawit pada umumnya menggunakan rotasi panen 7 hari, artinya satu areal panen harus dimasuki oleh pemanen tiap 7 hari. Rotasi panen diangap baik bila buah tidak terlalu matang, yaitu menggunakan sistem 5/7. artinya dalam satu minggu terdapat 5 hari panen dan masing-masing ancak panen diulang 7 hari berikutnya. Pemanenan dilakukan terus menerus sepanjang tahun. D. Sistem Panen Dikenal dua sistem ancak panen, yaitu sistem giring dan sistem tetap. a. Sistem Giring Pada sistem ini, apabila suatu ancak telah selesai dipanen, pemanenan pindah ke ancak berikutnya yang telah ditunjuk oleh mandor, dan begitu seterusnya. Sistem ini memudahkan pengawasan pekerjaan pemanenan dan hasil panen lebih cepat sampai ke TPH dan pabrik. Namun ada kecenderungan pemanen akan memilih buah yang mudah dipanen sehingga ada tandan buah atau brondolan yang tertingal karena pemanenannya menggunakan sistem borongan. b. Sistem Tetap Sistem ini sangat baik diterapakan pada areal perkebunan yang sempit, topografi terbuka atau curam, dan dengan tahun tanam yang berbeda. Pada sistem ini pemanenan diberi ancak dengan luas tertentu dan tidak berpindah-pindah. Hal tersebut menjamin diperolehnya TBS dengan kematangan yang optimal. Rendemen minyak yang dihasilkanpun tinggi. Namun kelemahan sistem ini buah lebih lambat keluar sehingga lambat pula sampai ke pabrik.

E. Kerapatan Panen Kerapatan panen adalah sejumlah angka yang menunjukkan tingkat kerapatan pohon matang panen di dalam suatu areal. Tujuannya untuk mendapatkan satu tandan yang matang panen. Sebagai contoh, kerapatan panen 1:5, artinya setiap 5 pohon akan ditemukan minimal 1 tandan yang matan panen. Agar lebih akurat di dalam penentuan kerapatan panen, dapat ditentikan selama 1 hari sebelum panen buah. Perhitungan dilakukan khususnya pada areal yang keesokanya akan dipanen. Untuk menghitung kerapatan panen dalam satu areal, dapat mengambil beberapa pohon yang akan digunakan sebagai contoh secara sistematis, misalnya di dalam satu blok diambil sebanyak 10 baris tanaman sebagai barisan pohon contoh, kemudian di dalam setiap barisan tersebut ditentukan pula sebanyak 10 batang pohon untuk contoh perhitungaan. Dengan demikian, di dalam satu blok akan digunakan 100 pohon contoh. Selanjutnya pada setiap pohon tersebut dilakukan perhitungan dan pencatatan jumlah tandan yang matang panen. Jika ternyata di dalam satu blok tersebut ditemukan sebanyak 25 tandan yang matang panen maka kerapatan panennya adalah 1:4. Hal ini berati rata-rata 4 pohon akan dapat dijumpai 1 tandan yang matang panen. Pekerjaan ini sebaiknya dilakukan langsung oleh mandor yang bersangkutan sehingga hasil akan lebih akurat. F. Kebutuhan Tenaga Panen Untuk menghitung kebutuhan tenaga panen dapat digunakan rumus sebagai berikut : Kebutuhan tenaga panen = (A x B x C x D)/E Keterangan : A = luas ancak yang akan dipanen (ha) B = kerapatan panen C.= rata-rata berat buah (kg) D = populasi tanaman/ha E = kapasitas panen/HK Contoh perhitungan: A = luas areal yang akan dipanen 100 ha B = kerapatan panen I :5 C = rata-rata berat buah 10 kg D = Populasi tanaman 143 batang/ha E = Kapasitas panen 750 kg/HK Keburuhan tenaga panen sebanyak (100 ha x (1 : 5) x I0 kg x 143 batang/ha)/750 kg per HK= 38 pemanen/hari kerja Bagi perkebunan yang tidak melakukan servei kerapatan panen, jumlah tenaga kerja ditentukan berdasarkan estimasi produksi dan hari kerja dalam satu tahun, yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut. Kebutuhan tenaga panen = (A B)/(C:D) Keterangan : A = total estimasi produksi/tahun (kg) B = panen pada hari libur/tahun (kontanan) C = kapasitas panen maksimal/HK D = jumlah hari kerja/tahun Contoh perhitungan: A = total estimasi produksi/tahun 2.500.000 kg B = panen pada hari libur 10%/tahun (jika ada) C = kapasitas panen maksimal 1.500 kg/HK D = jumlah hari kerja sebanyak 294 hari/tahun (dipotong hari Minggu, hari libur, dan hari cuti) Kebutuhan tenaga panen sebanyak (2.500.000 kg - 10%)/(1.500 kg/Hk : 294 hari/tahun)= 5 pemanen/hari kerja Di samping dua rumus tersebut, ada juga beberapa perkebunan yang tidak melakukan survei kerapatan panen, tetapi menentukan jumlah tenaga kerja dilakukan berdasarkan rata-rata hasil produksi/ha dalam satu tahun, yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut. Kebutuhan tenaga panen = (A x B)/(C : D) Keterangan : A = rata.-rata hasil/ha/tahun (kg)

B = total areal tanaman keseluruhan (ha) C = kapasitas panen maksimal/HK P = jumlah hari kerja/tahun. Contoh perhitungan: A = rata-rata hasil 24.000 kg/ha/tahun B = total areal tanaman 1.000 ha C = kapasitas panen maksimal 1.500 kg/HK p = jumlah hari kerja sebanyak 294 hari/tahun Kebutuhan tenaga panen sebanyak (24.000 kg/ha x 1000 ha)/( 1.500 kg/HK : 294 hari/tahun)= 54 pemanenlharikeria G. Fraksi TBS dan Mutu Panen Komposisi fraksi tandan yang biasanya ditentukan di pabrik sangat dipengaruhi perlakuan sejak awal panen. Faktor penting yang cukup berpengaruh adalah kematangan buah dan tingkat kecepatan pengangkutan buah ke pabrik. Dalam hal ini, pengetahuan mengenai derajat kematangan buah mempunyai arti penting sebab jumlah dan mutu minyak yang akan diperoleh sangat ditentukan oleh faktor ini. Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan asam lemak bebas (ALB) minyak sawit yang dihasilkan. Apabila pemanenan buah dilakukan dalam keadaan lewat matang, maka minyak yang dihasilkan mengandung ALB dalam prosentase tinggi (lebih dari 5%). Sebaliknya, jika pemanenan dilakukan dalam keadaan buah belum matang, selain kadar ALB-nya rendah, rendemen minyak yang diperoleh juga rendah. Berdasarkan hal tersebut di atas, ada beberapa tingkatan atau fraksi dari TBS(tandan buah segar) yang dipanen. Fraksi-fraksi TBS tersebut sangat mempengaruhi mutu panen, termasuk kualitas minyak sawit yang dihasilkan. Dikenal ada lima fraksi TBS. Berdasarkan fraksi TBS tersebut, derajat kematangan yang baik adalah jika tandan-tandan yang dipanen berada pada fraksi 1,2, dan 3. Secara ideal, dengan mengikuti ketentuan dan kriteria matang panen dan terkumpulnya brondolan, serta pengangkutan yang lancal maka dalam suatu pemanenan akan diperoleh komposisi fraksi tandan sebagai berikut. Jumlah brondolan di pabrik sekitar 25% dari berat tandan seluruhnya. Tandan yang terdiri dari fraksi 2 dan 3 minimal 65% dari jumlah tandan. Tandan yang terdiri dari fraksi 1 maksimal 20% dari jumlah tandan. Tandan yang terdiri dari fraksi 4 dan 5 maksimal 15% dari jumlah tandan.

H. Pengangkutan TBS ke Pabrik TBS harus segera diangkut ke pabrik untuk diolah, yaitu maksimal 8 jam setelah panen harus segera diolah. Buah yang tidak segera diolah, akan mengalami kerusakan. Pemilihan alat angkut yang tepat dapat membantu mengatasi kerusakan buah selama pengangkutan. Alat angkut yang dapat digunakan dari kebun ke pabrik, di antaranya lori, traktor gandengan, atau truk. Pengangkutan dengan lori dianggap lebih baik dibanding dengan alat angkutan lain. Guncangan selama perjalanan lebih banyak terjadi jika menggunakan truk atau traktor gandengan sehingga pelukaan pada buah lebih banyak. Setelah TBS sampai di pabrik, segera dilakukan penimbangan. Penimbangan penting dilakukan terutama untuk mendapatkan angka-angka yang berkaitan dengan produksi, pembayaran upah pekerja, dan perhitungan rendemen minyak sawit. Sistem Panen Kriteria Matang Panen Kriteria matang panen adalah persyaratan kondisi tandan yan ditetapkan untuk dipanen. Kriteria matang panen TBS yaitu 5 Brondolan segar per tandan di piringan. Brondolan di piringan yang kecil ukurannya (partenocarp), brondolan kering atau yang sakit tidak bisa dijadikan dasar sebagai kriteria matang panen. Hal ini didasarkan pada pertimbangan: Rendemen minyak sawit dan rendemen inti sawit serta perolehan total minyak dan inti sawit.

Kehilangan brondolan di lapangan karena diambil atau dicuri serta tidak terkutip (di gawangan dan terutama di piringan) dapat diminimalkan. Kemudahan bagi pemanen dalam mengutip brondolan sehingga yang tidak terkutip dapat ditekan seminimal mungkin. Bila dipokok dijumpai tandan yang membrondol < 5 butir tandan belum dipanen. Dengan tidak memanen tandan yang berondolannya < 5 butir di piringan secara konsekwen maka komposisi kemantangan buah yang dipanen sampai ke PKS ( Pabrik Kelapa Sawit) akan sangat baik. Demikian juga mengenai jumlah pelepah dipokok dapat dipertahankan 48-56 helai karena pelepah baru di turunkan setelah tandan matang. Kondisi seperti ini dalam jangka panjang sangat berpengaruh terhadap produksi. Alat Alat Panen Semua kebutuhan alat panen disediakan perusahan kecuali untuk pemanen tenaga pemborong. Alat- alat panen terdiri dari : 1. Alat chisel (dodos dengan lebar 8cm) di areal tanaman muda (3-5 tahun) 2. Kampak 3. Egrek 4. Aloy stick 5. Tali 6. Gancu 7. Kereta sorong (sepeda) 8. Goni Cara Panen 1. Tandan yang telah memenuhi kriteria matang panen dipotong. 2. Pelepah di bawah tandan yang dipanen dipotong mepet (untuk tanaman dewasa) sedangkan pada tanaman muda (3-5 tahun) pelepah tidak dipotong karena yang dipotong hanya buah saja. 3. Pelepah dipotong menjadi 2 bagian dan disusun di gawangan mati (di areal rata), sedangkan di areal bergelombang, pelepah tidak dipotong dan disusun disekitar tanaman sejajar dengan arah teresan / pasar panen agar berfungsi sebagai penahan erosi. 4. TBS disusun ditempat pengumpulan hasil sedangkan brondolan yang dipiringan dikutip bersih dan dimasukan tersendiri dalam karung goni untuk di bawa ke tempat pengumpulan brondolan. 5. Gagang TBS dibentuk cangkem kodok dan diberi nomor pemanen. 6. Tandan buah segar disusun 5-10 tandan per-baris. Pengangkutan TBS Tandan buah segar yang dipanen harus diangkut dan sampai ke pabrik kelapa sawit pada hari itu juga. Upayakan pengangkutan buah dapat selesai sore hari sebelum malam tiba. Pengangkutan pada malam hari, selain menyulitkan sortasi buah di loading ramp. Dan hindarkan terjadinya buah restan dengan pertimbangan : 1. Buah restan mengakibatkan kenaikan asam lemak bebas (ALB) minyak sawit yang dihasilkan. 2. Buah restan menimbulkan kerawanan terhadap pencurian TBS. Pengangkutan buah dapat dilakukan dengan kendaraan sendiri atau pemborong. Kebutuhan kendaran angkut buah setiap hari dihitung berdasarkan estimasi produksi yang sudah diketahui pada sore hari (sehari sebelum panen) dan realisasi pengangkutan pada hari sebelumnya. Dan fluaktuasi produksi harian biasanya tidak jauh berbeda. Efisiensi pengoperasian alat-alat transport akan didapat maksimal apabila : Setiap hari Kepala Afdeling merencanakan tonase produksi dan angkutan lain-lain untuk besok setiap sore hari. Awas realisasi produksi tidak boleh terlampau jauh menyimpang dari taksasi, maksimal 2 (dua) %. Hal ini penting dalam rangka penentuan jumlah kendaraan oleh mandor transport atau Kepala Transport. Angkutan pupuk dan angkutan lain-lain sudah harus selesai paling lambat jam 08.30 sehingga diatas jam 08.30 kendaraan dikonsentrasikan untuk angkat buah. Supir dan kenek harus bawa bekal (bontot). Tidak dibenarkan pulang untuk makan dan minum. Jadwal doorsmer haus benar-benar dilaksanakan. Untuk hal ini harus tetap tersedia 1-2 unit

kendaraan untuk menggantikan kendaraan yang sedang menjalani doorsmer atau direparasi tersebut. Sebelumnya supir harus mencatat, melaporkan bagian-bagian yang perlu diperbaiki. Jangan dibiarkan mentolerir adanya buah restan (tinggal) di lapangan (TPH). Kapasitas setiap kendaraan harus semaksimal mungkin. Oleh karena itu apabila TBS dari satu afdeling sudah habis diangkut maka kendaraan harus pindah ke afdeling lain yang terkendala transportasinya. Jangan ada pergerakan kendaraan yang tidak efisien. Pengisian BBM setiap hari harus sudah selesai jam 06.00 atau sore hari pada hari sebelumnya.

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PENGANGKUTAN BUAH 1. Kapasitas angkut dari truk harus dibatasi yaitu maksimal 5-6 ton/trip (untuk sejenis kendaraan seperti Mitsubishi PS 100 atau PS 120). Demikian juga jadwal tiba kendaraan truk ke lokasi panen dan tiba di pabrik harus diatur sedemikian rupa agar operasional kendaraan optimal dan proses pengolahan di pabrik berjalan lancar. 2. Kendaraan truk harus sudah mulai mengangkut pukul 7.00 pagi dan tandan pertama diharapkan dapat sampai di pabrik pada pukul 9.00 sedangkan tandan terakhir selambatlambatnya pukul 22.00. Setiap kendaraan truk dilayani oleh 2 atau 3 orang tukang muat bongkar dan 1 orang kerani muat. 3. Tandan diusahakan tidak terbanting dan karung brondolan diletakan disebelah atas. Tandan busuk dan tandan kosong jangan ikut terangkut ke pabrik serta semua brondolan dipastikan dimuat ke dalam kendaraan 4. Di pabrik, karung kosong bekas brondolan dikumpulkan dan dikembalikan ke afdeling yang bersangkutan. 5. TBS yang tercecer (jatuh) di jalan harus dipungut kembali. Apabila diperlukan, TBS di dalam truk memakai jaring (terutama pada saat perjalanan cukup jauh dan melawati jalan negara atau kondisi jalan rusak berat. 6. PANEN KAYU MANIS Umur panen Umur panen sangat mempengaruhi produksi kulit kayu manis. Semakin tua umur tanaman maka hasil kulit kayunya akan lebih tebal sehingga produksinyapun akan lebih tinggi. Untuk mendapatkan kualitas kulit kayu manis yang ditinjau dari bentuk stick, umur ideal untuk dipanen adalah 6-12 tahun. Hal ini disebabkan kulit tanaman belum begitu tebal sehingga kulit kayu dapat menggulung dengan baik. Jika ditinjau dari kandungan minyak asiri, makin tua umur tanaman maka kandungan minyak asirinya makin tinggi pula yang dicontohkan dengan tanaman kayu manis usia 20 tahun kandungan minyak asirinya mencapai 3,5 - 4,5 % sebesar. Waktu panen Saat panen kayu manis terbaik ditandai oleh warna daun yang sudah menjadi hijau tua dan tumbuhnya pucuk baru. Jika tanaman sudah mempunyai tanda-tanda tersebut biasanya sudah cukup banyak aliran getah diantara kayu dan kulit sehingga kulit mudah terkelupas dan segera dapat dipanen. Mengingat kulit yang diperdagangkan dalam bentuk kulit kering, maka waktu terbaik untuk memanen atau menguliti tanaman kayu manis adalah saat menjelang musim hujan agar setelah panen, kulit kayu dapat langsung dijemur. Sistim panen Sistem panen sangat menentukan mutu kayu manis yang dihasilkan, bila dalam panen kurang benar maka mutu kayu manis akan turun. Ada tiga sistem panen yang dapat dilakukan yaitu: sistem tebang sekaligus, sistem situmbuk dan sistem batang dipukuli sebelum ditebang. Sistem tebang sekaligus, sistem ini sangat umum dilakukan oleh petani kayu manis, caranya dengan memotong langsung tanaman hingga dekat tanah, setelah itu dikuliti. Hal ini seperti

yang dilakukan 50% petani di Sumatera Barat (di Kabupaten Tanah datar dan Kabupaten Agam). Sistem situmbuk, disebut situmbuk karena cara ini dikembangkan oleh petani di daerah Situmbuk, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Pada sistem ini, dua bulan sebelum tanaman ditebang kulit batang tanaman dikupas melingkar mulai dari ketinggian 5 cm dari pangkal batang hingga 80-100 cm. Selanjutnya tanaman ditebang pada ketinggian 5 cm dari pangkal batang. Tujuan menyisakan pangkal batang ini adalah untuk menumbuhkan tunas baru yang selanjutnya dapat dijadikan bibit. Sistem batang dipukuli sebelum ditebang, Sistem ini dikembangkan petani di daerah Sungayang, Kabupaten tanah Datar Sumatera Barat, dimana cara memanen kayu manis dilakukan dengan memukuli kulit batang secara melingkar. Dengan cara ini diharapkan kulit yang akan diperoleh lebih tebal. Bertambahnya ketebalan kulit karena pada bekas pukulan terjadi keretakan pada kulit, selanjuatanya dari retakan kulit tersebut akan tumbuh kalus baru sehingga kulit kayu tampak ada pembengkakan. Pemukulan batang dilakukan dua bulan sebelum tanaman dikuliiti dengan menggunakan pemukul dari kayu. Cara panen Panen kulit kayu manis dapat dilakukan sejak tanaman berumur muda, yang bertujuan untuk penjarangan. Penjarangan dilakukan dengan pertimbangan beberapa faktor antara lain kesuburan lahan, perkembangan musim, letak kebun diatas permukaan laut. Semakin tinggi letak kebun, maka akan semakin lambat pertumbuhannya. Panen penjarangan, panen ini dilakukan pada saat tanaman berumur 2-3 tahun, dengan tujuan untuk penjarangan tanaman, karena jarak tanaman sudah terlalu rapat, agar tanaman tumbuh lurus dan pertumbuhan cabang terhambat, serta untuk membuang tanaman yang sakit dan tanaman yang pertumbuhannya terlambat. Pada pertanaman kayu manis biasanya dilakukan dua kali penjarangan, namun jika penjarangan sudah dimulai sejak umur 2-3 tahun maka frekuensi penjarangan bisa tiga kali sebelum penebangan total. Interval penjarangan yang baik adalah 3-5 tahun. Cara penjarangan dilakukan hanya dalam baris tanaman dan tanaman yang ditebang pada ketinggian 5-10 cm dari permukaan tanah atau leher akar. Hal ini dilakukan agar pangkal batang yang tidak ditebang akan bisa menumbuhkan tunas-tunas baru. Panen total, yaitu tanaman yang ada dikebun seluruhnya ditebang, termasuk tunas yang dibairkan tumbuh dari pangkal batang bekas penjarangan pertama dan kedua. Panen total biasanya dilakukan setelah tanaman berumur 15 tahun, Cara panen seperti pada penjarangan yaitu ditebang pada ketinggian 5-10 cm. Pengelupasan kulit kayu Pengelupasan kulit kayu manis, dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara pengulitan sebelum tanaman ditebang dan pengulitan setelah ditebang . Pengulitan sebelum ditebang, cara ini pengelupasan sebelum ditebang dianggap lebih praktis jika dibanding setelah ditebang. Kebersihan kulit akan tetap terjamin karena batang tanaman belum menyentuh tanah jadi belum kotor. Untuk meperoleh kulit kayu bermutu baik (bagian luarnya tampak bersih), sebaiknya sebelum pengulitan, kulit yang masih melekat pada tanaman dibersihkan dari lumut/kotoran dengan cara dikerok, sehingga kulit tampak hijau kekuningan dan permukaan luarnya licin. Setelah dibersihkan, kulit dikerat melingkari batang pada ketinggian 5-10 cm diatas leher akar dan pada ketinggian 100 cm dari keratan pertama. Selanjutnya pada kulit diantara batas keratan bawah dan atas ditoreh tegak lurus dalam bentuk garis-garis dengan jarak sekitar 5-10 cm, lalu dengan menggunakan pisau pengungkit, kulit dicungkil dari lingkaran atas dan ditarik ke bawah. Sehingga diperoleh kulit selebar 5-10 cm dan panjang 100 cm. Pengulitan setelah ditebang, pengulitan setelah tanaman ditebang banyak dilakukan petani di Indonesia. Caranya setelah ditebang batang kayu dipukul-pukul untuk memudahkan pengelupasan. Kulit kayu yang dihasilkan dengan cara ini, berkualitas rendah (kualitas C) bahkan setelah dijemur berwarna hitam.

7. Kopi Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)

Pada dasarnya kegiatan pengelolaan tanaman menghasilkan (TM) sama dengan kegiatan pengelolaan tanaman belum menghasilkan. Perbedaannya ialah pada frekuensi dan volume pekerjaan serta kebutuhan bahan baik pupuk maupun pestisida dimana pada tanaman menghasilkan lebih besar daripada tanaman belum menghasilkan. Panen dan Pasca Panen Tanaman kopi berbunga pada umur tiga tahun dengan buah dapat dipanen pada umur empat tahun. Waktu panen sangat dipengaruhi oleh iklim dan jenis kopi. Iklim mempengaruhi masa berbunga, kematangan buah dan periode panen. Buah kopi mulai masak kira-kira pada bulan April/Mei hingga September/Oktober. Di daerah-daerah basah, masa panen lebih lama dengan produksi harian tertinggi antara 1 2 % dari produksi total setahun. Di daerah-daerah kering, masa panen lebih singkat dengan produksi harian tertinggi antara 2 3 % atau lebih dari produksi total setahun. Tanaman kopi berbunga tidak serentak melainkan secara bertahap sehingga menyebabkan adanya perbedaan-perbedaan umur buah dalam satu dompolan yang sama. Oleh karena adanya perbedaan umur buah tersebut, maka panen dilakukan dalam beberapa putaran, setiap putaran antara 1 2 minggu. Dalam setiap musim panen kopi terbagi kedalam tiga tahap, yaitu masa panen pendahuluan / permulaan (termasuk petik bubuk), masa panen besar dan masa panen terakhir (termasuk racutan dan lelesan). Ada tiga tahap kegiatan yang perlu dilakukan dalam menghadapi pemanenan buah kopi, yaitu persiapan panen, pelaksanaan panen dan pengangkutan hasil panen, baik dilakukan secara terpisah maupun secara simultan. Persiapan Panen

1. Pembuatan Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) dibuat untuk memudahkan pengangkutan hasil pemetikan buah kopi ke dalam truk pengangkutan serta memudahkan dalam pencatatan hasil pemetikan. Di TPH ini pula dilakukan sortasi kopi gelondong untuk memisahkan buah kopi merah/kuning dengan buah kopi hijau. Masing-masing hasil sortasi tersebut kemudian ditimbang dan dinaikkan ke dalam truk untuk diangkut ke pabrik. TPH dibuat dengan ukuran 7 m x 4 m dan di setiap blok dibuat 1- 2 unit. 2. Pembuatan Jalan Panen Jalan panen merupakan sarana penting untuk pengangkutan hasil pemetikan buah kopi. Jalan panen dibuat mengelilingi, membatasi dan membagi blok ke dalam beberapa bagian serta digunakan untuk pengontrolan pekerjaan tenaga pemetik. Jalan panen harus dibuat seekonomis mungkin, tetapi dapat memudahkan pemetik mengangkut hasil petikannya ke TPH. 3. Alat-alat Panen Pada saat pemanenan buah kopi, peralatan yang harus dipersiapkan adalah keranjang untuk menampung buah kopi hasil petikan, sapu lidi untuk membersihkan serasah pada piringan di bawah pohon kopi yang dipanen, karung plastik untuk menampung buah hitam dan timbangan untuk menimbang buah kopi yang telah disortasi. Pada areal kebun berskala besar, selain peralatan tersebut di atas juga dilengkapi dengan bendera petik yang biasanya digunakan untuk batas blok (bendera merah), batas areal pemetikan (bendera putih) dan TPH (bendera kuning). 4. Kebutuhan Tenaga Pemetik Tenaga kerja pemetik buah kopi umumnya tenaga kerja wanita. Tenaga kerja yang digunakan umumnya merupakan tenaga kerja borongan yang jumlahnya disesuaikan dengan hasil taksasi produksi. Apabila kapasitas petik antara 30 80 kg dengan rata-rata 60 kg buah kopi gelondong/pemetik/hari, maka tenaga kerja pemetik yang diperlukan antara 20 60 HK/ha.

5. Taksasi Produksi Taksasi produksi yaitu kegiatan memperkirakan potensi produksi yang akan dicapai pada musim panen yang akan datang berdasarkan perhitungan (taksasi) baik bunga maupun buah. Taksasi produksi sangat berguna dalam penyusunan rencana kerja selama kegiatan panen dan pasca panen, terutama dalam memperkirakan kebutuhan tenaga kerja pemetik, peralatan dan bahan panen serta pengolahan. Taksasi produksi terdiri atas dua tahap, yaitu taksasi bunga dan taksasi buah. Pelaksanaan Panen Kriteria Matang Panen Kriteria buah kopi matang panen yaitu buah yang telah masak dan berwarna merah. Dalam satu dompolan buah kopi terdapat buah yang berbeda-beda umur dan tingkat kemasakannya. Oleh karena itu, pemetikan harus dilakukan secara bertahap dan selektif. Pemetikan hanya dilakukan terhadap buah-buah yang matang merata atau matang kuning. Pemetikan terhadap buah matang hijau tidak boleh lebih 3 % dari produksi buah total. Pemetikan terhadap buah-buah kopi yang telah kering karena lewat masak harus dilakukan untuk mencegah perkembangan hama bubuk buah. Di perkebuanan kopi berskala besar, hasil panen buah superior (merah/kuning) minimum 90 %, sedangkan buah inferior (hijau, kering) maksimum 10 persen. Hal tersebut perlu diperhatikan untuk memperoleh kopi hasil olahan yang bermutu baik. Hanca panen Hanca panen /petik yaitu jumlah pohon (larikan pohon) yang dapat dipanen oleh seorang pemetik dalam satu hari. Di perkebunan kopi biasanya diterapkan sistem hanca giring, yaitu apabila pemetik tetap menyelesaikan pemetikan pada larikan pohon tertentu bisa pindah ke larikan pohon lainnya sampai pekerjaan pemetikan selesai. Tenaga kerja yang digunakan untuk pemetikan yaitu tenaga kerja harian atau tenaga kerja borongan. Pada sistem borongan, upah tenaga pemetik ditetapkan berdasarkan prestasi kerja, yaitu hasil buah kopi dalam kg dikalikan harga buah kopi per kg. Harga buah kopi hasil panen pemetik biasanya lebih tinggi pada awal dan akhir musim panen dengan menurun pada saat musim panen raya. Rotasi Panen Rotasi panen yaitu selang waktu antara satu periode pemetikan ke periode pemetikan berikutnya. Rotasi panen atau disebut juga gilir petik/siklus petik pada tanaman kopi berkisar antara 7 14 hari, bergantung pada keadaan iklim, jenis kopi dan ketersediaan tenaga kerja pemetik. Aturan Teknis Panen Pemungutan hasil atau pemanenan merupakan tujuan akhir dari suatu proses produksi tanaman. Oleh karena itu ketepatan dalam penyusunan perencanaan dalam pelaksanakan pemanenan serta pengawasan sangat diperlukan untuk mencapai efisiensi, efektifitas dan produktivitas yang tinggi. Perencanaan harus dimulai dari pelaksanaan taksasi produksi yang tepat, baik waktu maupun hasilnya. Dengan taksasi produksi kebutuhan tenaga kerja pemetik, peralatan dan bahan serta persiapan mesin-mesin pengolahan dapat ditentukan. Dalam pelaksanaan pemetikan, hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu ketepatan pelaksanaan rotasi panen, pencapaian jatah kerja pemetik setiap hari, kualitas hasil pemetikan dan kebersihan pemetikan.

Pasca Panen

Biji kopi yang dapat diperdagangkan adalah berupa biji kering yang sudah terlepas dari daging buah, kulit tanduk dan kulit arinya. Butiran biji kopi yang demikian disebut kopi beras (coffee beans) atau market coffee. Kopi biji berasal dari kopi gelondong yang telah mengalami beberapa tingkat proses pengolahan pasca panen. Secara garis besar pengolahan kopi untuk menghasilkan kopi biji

berdasarkan cara kerjanya dibedakan menjadi dua yaitu pengolahan kopi basah (West Indische Bereiding) dan dengan cara kering (Oost Indische Bereiding). Pengolahan kopi di perkebunan besar baik yang dilakukan secara basah maupun kering melalui tahapan pekerjaan pengumpulan buah. Khususnya dalam pengolahan secara basah memerlukan banyak air sehingga tempat mesin-mesin pengolahan kopi dipilih yang lebih rendah. Dengan demikian aliran air akan lancar dan mengangkut buah kopi dari suatu proses ke tahap proses lainnya. Dalam pengolahan berskala besar, buah kopi dari kebun diangkut dengan lori, gerobak, truk dan sebagainya, dikumpulkan dalam suatu bak perendam dengan dasar miring ke pusat (Gambar Lampiran 3). Bak perendaman ini dasarnya miring ke arah letak corong mesin pengupas buah (pulper). Letak mesin pulper lebih rendah dari pada dasar bak. Air diisikan ke dalam bak dan diaduk sehingga buah yang ringan terpisah dari buah yang berat. Buah berat merupakan buah yang masak dan bernas, sedangkan buah yang terapung adalah buah muda dan rusak. Buah kopi yang bernas akan masuk corong mesin pulper besar, sedangkan yang ringan akan masuk diteruskan oleh air ke mesin kecil yang khusus mengupas buah ringan saja. Buah hijau dan kering dipisahkan tersendiri yang akan diproses secara kering. Bagian yang bukan buah kopi atau benda asing berupa batu kerikil, pasir dan tanah akan terpisahkan dibagian dasar bak dan secara berkala akan dibuang. Buah kopi yang berwarna merah jangan tercampur dengan buah yang terlewat masak dan buah muda. Buah yang masak tersebut harus cepat dikupas, karena sari buah akan mengalami fermentasi. Buah kopi harus segera dikelupas dalam waktu 12 20 jam, bila tidak akan terjadi pemanasan akibat dari respirasi atau fermentasi buah. Pengangkutan Hasil Panen Setelah buah kopi dipetik, dilakukan sortasi lapang sebelum hasil panen ditimbang. Sortasi lapang bertujuan memisahkan antara buah masak merah dengan buah masak hijau dan buah merah sebagian serta membersihkan kotoran-kotoran berupa daun, ranting yang terbawa saat panen. Penimbangan antara buah masak merah (termasuk buah merah sebagian) dan masak hijau dipisahkan. Buah kopi yang sudah ditimbang dinaikkan ke dalam truk dan diangkut ke pabrik. Di pabrik dilakukan penimbangan kembali sebelum buah kopi dimasukkan ke dalam bak penerimaan, yang berfungsi sebagai alat kontrol selama pengangkutan. ALAT ANGKUT Alat angkut / pengangkutan untuk tanaman kopi dari lahan ke tempat penanganan pasca panen adalah sebagai berikut : 1. Angkong Angkong merupakan gerobak kecil beroda satu di bagian depan dan dua penyangga di bagian belakang.Alat ini digunakan untuk mengangkut buah kopi yang dipanen dan yang telah dimuat dalam karung plastic untuk memperlancar pengangkutan dari lahan ke tepian lahan / tempat penampungan sementara.Angkong juga digunakan di tempat pengolahan sebagai alat angkut dari tempat penjemuran ke gudang penyimpanan.Angkong hanya dapat memuat buah kopi yang jumlahnya relatif sedikit tidak seperti gerobak.Angkong dilahan kadang tidak digunakan karena banyak petani yang berskala kecil hanya menggunakan tenaganya untuk mengangkut kopi dari lahan ke tempat penampungan sementara. 2. Gerobak Gerobak merupakan alat angkut yang berukuran lebih besar daripada angkong.Gerobak dapat membawa beban yang lebih besar karena didukung dua roda dan dua atau satu penyangga di belakang.Fungsinya sama dengan angkong haya saja ia dapat memuat dengan jumlah yang lebih besar.Gerobak biasanya terbuat dari besi atau seng dan kayu. 3. Mobil Bak Terbuka ( Pick Up / Colt ) Mobil jenis ini tidak hanya digunakan untuk mengangkut buah kopi tetapi juga dapat digunakan untuk memuat buahan ataupun sayuran ataupun jenis barang lain.Mobil jenis ini mampu memuat 10 kali lebih besar dari beban yang dibawa oleh gerobak bahkan lebih,dan mobil jenis ini biasanya digunakan untuk mengangkut kopi dalam jarak yang dekat karena tidak didukung oleh tenaga yang besar walaupun terkadang ada yang menggunakannya dalam jarak yang cukup jauh. 4. Truk Sampai saat ini penggunaan truk sebagai alat pengangkutan barang terutama hasil pertanian masih banyak dilakukan,termasuk untuk mengangkut kopi.Truk memiliki kapasitas

dan tenaga yang jauh lebih besar dibandingkan mobil bak terbuka.Penggunaan truk biasanya dilakukan oleh perkebunan kopi skala besar / perusahaan karena lebih muat banyak,tenaga mesin lebih besar sehingga efisien waktu.Truk juga digunakan untuk mengangkut buah kopi dalam jarak yang relatif jauh misalnya antar pulau.Biasanya kopi yang diangkut ke luar pulau adalah dalam bentuk kopi kering. 8. Lada Penanganan Panen Lada Putih A. Panen dan Penanganan Bahan 1. Untuk lada putih, hanya buah lada yang telah matang yang dapat dipanen yang ditandai dengan satu atau dua buah biji lada yang telah berubah warna menjadi kemerahan. 2. Buah harus dipetik secara selektif, dan panen harus dilakukan sesering mungkin selama musim panen. Dengan seringnya dilakukan pemetikan selama musim panen, dapat diharapkan buah lada yang di petik menjadi seragam. Bila pemetikan lada hanya dilakukan satu atau dua kali selama musim panen, kemungkinan buah yang tidak matang atau terlalu tua akan ikut terbawa. 3. Buah lada yang telah jatuh ke tanah harus diambil secara terpisah dan tidak boleh dicampur dengan buah lada yang berasal dari pohon. Buah lada yang jatuh ke tanah harus diproses secara terpisah untuk digunakan sesuai dengan kebutuhan. 4. Pemetikan lada harus dilakukan dengan cara yang higienis /bersih, dikumpulkan dan di angkut di dalam kantong atau keranjang yang bersih untuk dibawa ketempat pemrosesan. Keranjang atau kantong yang telah dipergunakan untuk menyimpan bahan kimia pertanian tidak boleh digunakan untuk mengemas buah lada. Setiap kantong atau keranjang yang akan digunakan harus dibersihkan untuk memastikan bahwa kantong atau keranjang tersebut bebas dari bahan-bahan yang dapat menimbulkan kontaminasi.

PENANGANAN PANEN LADA HITAM Pada dasarnya, proses pengolahan buah lada untuk menghasilkan produk lada hitam adalah dengan cara mengeringkan dan memisahkan buah dari tangkainya tanpa menghilangkan kulit luarnya. Didalam kulit luar buah lada terdapat zat resin yang memiliki khasiat obat dan mengandung minyak yang biasa digunakan sebagai bahan pembuatan parfum. Tahap-tahap penanganan pasca panen untuk menghasilkan lada hitam adalah sebagai berikut : 20 A. Panen dan Penanganan Bahan 1. Untuk lada hitam, hanya buah lada yang telah matang dapat dipanen, ditandai dengan satu atau dua buah lada dalam satu tangkai yang telah berubah warnanya menjadi kuning. 2. Buah harus dipetik secara selektif, dan panen harus dilakukan sesering mungkin selama musim panen. Dengan seringnya dilakukan pemetikan selama musim panen, dapat diharapkan buah lada yang di petik menjadi seragam. Bila pemetikan lada hanya dilakukan satu atau dua kali selama musim panen, kemungkinan buah yang tidak matang atau terlalu tua akan ikut terbawa. 3. Buah lada yang jatuh ke tanah harus diambil secara terpisah dan tidak boleh dicampur dengan buah lada yang berasal dari pohon. Buah lada yang jatuh ke tanah harus diproses secara terpisah untuk digunakan sesuai dengan kebutuhan. 4. Pemetikan lada harus dilakukan dengan cara yang higienis /bersih, dikumpulkan dan di angkut di dalam kantong atau keranjang yang bersih untuk dibawa ketempat pemrosesan. Keranjang atau kantong yang telah dipergunakan untuk menyimpan bahan kimia pertanian tidak boleh digunakan untuk mengemas buah lada. Setiap kantong atau keranjang yang akan digunakan harus dibersihkan untuk memastikan bahwa kantong atau keranjang tersebut bebas dari bahan-bahan yang dapat menimbulkan kontaminasi.

9. Panen Kentang 1. Panen Panen adalah proses pengambilan umbi kentang yang sudah menunjukkan ciri (sifat khusus) untuk digali (masak panen optimal). Tujuannya adalah menggali dan mengambil umbi dari dalam tanah. Saat panen umbi kentang yang tepat , tergantung dari varietas kentang yang ditanam karena setiap varietas kentang mempunyai umur panen berbeda-beda. Untuk varietas Cipanas misalnya, umbi bisa dipanen setelah berumur 95 -105 hari, Varietas Cosima 100 - 110 hari, varietas Segunung 100 hari, varietas Granola sekitar 100 - 115 hari dan varietas Merbabu-17 baru bisa dipanen setelah tanaman berumur 90 -100 hari. Sebagai tanda bahwa kentang sudah dapat dipanen sebenarnya cukup mudah. Lihat saja daunnya. Jika daun kentang yang tadinya berwarna hijau segar kemudian berubah menjadi kekuningan, tetapi warna kekuningan ini bukan karena penyakit dan kulit umbinya tidak mudah lecet atau terkelupas, umbi kentang tersebut sudah siap dipanen. Sebelum umbi dipanen, pangkas bagian tanaman yang ada di permukaan tanah. Setelah itu, bongkar umbi kentang secara hati-hati, terutama sewaktu membongkar guludan. Waktu panennya jangan dilakukan pada saat turun hujan atau menjelang hujan, tetapi dilakukan pada saat cuaca cerah. Cara panennya, bongkar guludan dengan mencangkul tanah di sekitar umbi yang dilakukan secara hati-hati, jangan sampai melukai umbi yang dipanen, lalu mengangkatnya sehingga umbi kentang keluar dari dalam tanah. Umbi yang baru dipanen itu ditaruh di permukaan tanah agar terjemur sinar matahari. Umbi yang sudah dipanen itu selanjutnya dikumpulkan dan dilakukan sortasi (pemilihan) awal sesuai kualitasnya. Masukan umbi yang sudah dipilih ke dalam keranjang/waring, kemudian dibawa ke tempat pengumpulan hasil panen kentang untuk penanganan lebih lanjut. 10. TEH Panen Ciri dan Umur Panen Pada tanaman teh, panen berarti memetik pucuk/daun teh muda yang berkualitas dalam jumlah sebesar-besarnya dengan memperhatikan kestabilan produksi dan kesehatan tanaman. Tanaman memasuki saat dipetik setelah berumur 3 tahun. Daun yang dipetik adalah: 1. Peko: Pucuk/tunas yang sedang tumbuh aktif 2. Burung: Pucuk/tunas yang sedang istirahat 3. Kepel: Daun kecil yang terletak di ketiak daun tempat ranting tumbuh. Cara Panen Terdapat tiga macam petikan teh, yaitu: 1. Petikan jendangan, petikan pertama setelah pangkasan untuk membentuk bidang petik agar datar dan rata. 2. Petikan produksi, dilakukan setelah petikan jendangan: 1. Semua tunas yang melewati bidang petik dan memenuhi rumus petik harus diambil, tunas yang melewati bidang petik tetapi belum memenuhi rumus petik dibiarkan. 2. Tunas yang terlalu muda harus diambil. 3. Semua pucuk burung diambil. 4. Tunas cabang yang menyamping dan tingginya tidak lebih dari bidang pangkas dibiarkan. 5. Petikan gandesan, dilakukan di kebun yang akan dipangkas dengan cara memetik semua pucuk tanpa melihat rumus petik. Periode Panen Panjang pendeknya periode pemetikan ditentukan oleh umur dan kecepatan pembentukan tunas, ketinggian tempat, iklim dan kesehatan tanaman. Pucuk teh dipetik dengan periode antar 6-12 hari. Teh hijau Jepang dipanen dengan frekuensi yang lebih lama yaitu 55 hari sekali. Prakiraan Produksi Produksi diharapkan mencapai 200 kg berat kering/ha/tahun.

Pasca panen Waktu memetik teh, jangan menggenggam pucuk terlalu banyak. Pucuk hasil petikan ditempatkan di dalam keranjang 10 kg yang digendong di atas punggung. Waring (keranjang bambu) digunakan untuk menampung hasil petikan dengan ukuran minimal 150 x 160 cm dengan daya muat 20 kg (maksimal 25 kg). Tempatkan waring dalam keadaan terbuka dan tidak ditumpuk di tempat teduh (di los). 11. CENGKEH PANEN Masing-masing daerah waktunya tanaman berbunga itu tidajlah sama. Hal ini sangat tergantung pada keadaan iklim setempat, tinggi tempat dan factor-faktor lain yang sangat bersar pengaruhnya. Maka mulai berbunga dan waktu pemungutannya pun tidak sama. Di Sumatera : tumbuh kuncup bunga antara bulan Oktober November maka musim panennya sekitar bulan April Juni Di Jawa : Tumbuh kuncup bunga antara bulan November Januari maka panennya jatuh pada bulan Mei-Juli Di Maluku : Tumbuh kuncup bunga antara bulan Mei-Juli dan waktu panennya pada bulan Oktober _ Januari Cengkih dapat mulai dipanen mulai umur tanaman 4,5 - 6,5 tahun, untuk memperoleh mutu yang baik bunga cengkih dipetik saat matang petik, yaitu saat kepala bunga kelihatan sudah penuh tetapi belum membuka. Matang petik setiap tanaman umumnya tidak serempak dan pemetikan dapat diulangi setiap 10-14 hari selama 3-4 bulan. Bunga cengkih dipetik per tandan tepat diatas buku daun terakhir. Bunga yang telah dipetik lalu dimasukkan ke dalam keranjang/karung kecil dan dibawa ke tempat pengolahan. Produk utama tanaman cengkeh adalah bunga, yang pada waktu dipanen kadar airnya berkisar antara 60 70 %. Waktu yang paling baik untuk memetik cengkeh adalah sekitar 6 bulan setelah bakal bunga timbul, yaitu setelah satu atau dua bunga pada tandanya mekar dan warna bunga menjadi kuning kemerah-merahan dengan kepala bunga masih tertutup, berisi dan mengkilat. Pemungutan bunga cengkeh dilakukan dengan cara memetik tangkai bunga dengan tangan, kemudian dimasukkan kedalam kantong kain atau keranjang yang telah disiapkan, menggunakan tangga segitiga atau galah dari bambu, serta tidak merusak daun disekitarnya pada waktu pemetikan. Waktu panen sangat berpengaruh terhafdap rendemen dan mutu bunga cengkeh serta miyak atsirinya. Saat pemetikan bunga cengkeh yng tepat yaitu apabila bunga sudah penuh benar tetapi belum mekar, pemetikan yang dilakukan saat bunga cengkeh masih muda (sebelum bunga masak) akan menghasilkan bunga cengkeh kering yang keriput, kandungan minyak atsirinya rendah dan berbau langu (tidak enak). Sedangkan apabila pemetikan terlambat (bunga sudah mekar) setelah dikeringkan akan diperoleh mutu yang rendah, tanpa kepala serta rendeman rendah. Waktu Pemetikan Di atas telah dijelaskan bahwa waktu cengkeh berbunga itu disetiap daerah tidak sama. Maka sebagai gambaran, di bawah ini diketengahkan masa-masa berbunga atau panen yang berbeda. Pada umumnya cengkeh berbunga itu di Indonesia itu satu tahun sekali, demikian pula waktu panennya. Walaupun waktu panen itu makan waktu minimal tiga bulan, lebih-lebih bila luas arealnya luas, panennya tidak cukup 3-4 bulan. Tanaman yang normal setelah umur 15-20 tahun bisa menghasilkan sekitar 3 kg per pohon. Ini adalah merupakan suatu perhitungan yang normal. Memang sering dialami ada pohon yang menhasilkan lebih dari 5 kg cengkeh kering tiap pohon, tetapi pada suatu ketika ada pohon yang sama sekali tidak berbuah sesuai dengan siklusnya. Jadi perhitungan secara normal adalah diambil rata-ratanya saja. Di Malagasi juga hanya ada satu musim panen yang pendek saja yakni musim kemaraumulai pertenghan Oktober hingga Desember yang berarti satu tahun hanya satu musim berbunga. Di Zanzibar, terdapat dua musim berbunga yang berarti dua musim panen yaitu, panen besar mulai Juli-September dan panen kecil musim November-Januari. Produksi pertahun rata-rata 3 kg tiap pohonnya.

Perbedaan tingkat pemasakan bunga, waktu panen, tepatnya waktu pemetikan dan teknik pengolahan hasil akan menyebabkan kualitas hasik yang berbeda pula. Sedang di daehah penghasil cengkeh yang musim kemaraunya bersamaan, tetapi berlainan lokasinya, maka musim panennya juga berbeda. Juga pengaruh pola hujan, temperature dan tinggi tempat pertanaman akan membawa pengaruh yang berbeda pula. Oleh karena itu, pemetikan harus dilakukan pada tingkat kemasakan yang tepat yakni pada waktu bunga berwarna pucat yang sebelumnya itu berwarna hijau, kemudian menguning akhirnya keunguan muda dan merah tua. Saat yang paling bagus adalah pada saat kepala buah yang terdiri dari mahkota bunga masih tertutup dan bundar bentuknya, berisi dan megkilat. Apabila bunga itu warnanya menjadi merah muda berarti sebentar lagi akan membuka. Jika pemetikan dilakukan terlalu awal, maka akan menghasilkan cengkeh kering yang keriput, berat rendemennya sangat kurang, kadar minyak kurang sehingga harganya pun rendah. Sedangkan jika pemetikannya terlambat misalnya bunga banyak yang mekar akan meghasilkan cengkeh kering yang tidak berkepala sehingga ruas dan aromanya sangat berkurang. Itulah sebabnya, maka pemetikan cengkeh harus dilakukan pada waktu yang tepat . pemetikan biasanya dilakukan setelah ada beberapa bunga yang membuka dalam pohon itu, misalnya ada 2-3 yang sudah membuka. CARA PEMETIKAN Bunga cengkeh yang sudah tua atau masak untuk dipungut jangan dibiarkan sampai mekar. Sebelum dilakukan pemetikan, dibawah tajuk pohon harus dibersihkan terlebih dahulu, maksudnya bila ada bebrapa bunga yang jatuh diwaktu pemetikan mudah dipungut. Adapun cara pemetikannya tergantung keadaan tanaman itu sendiri Apabila tanaman itu belum tinggi, pemetikan dapat dilakukan cukup dengan berdiri mengelilingi pohon yang paling bawah. Selanjutnya kalau pohon agak tinggi dapat menggunakan kait supaya lebih mudah. Kalau tanaman sudah cukup besar dan tinggi, lebih baik menggunakan tangga yang berkaki tiga, tangga itu mudah dipindah-pindahkan. Pada pohon yang sangat besar, yang umumnya lebih dari 25 tahun pemetikannya bisa dilakukan dengan memanjat pohon dengan menggunakan kait sebab rantingnya dapat ditarik dengan kait itu sehingga memudahkan pemetikannya. Tapi pekerjaan ini hanya dapat dilakukan pada ranting-ranting yang dekat dengan btang pokok. Yang lebih sulit batang sudah tinggi dan besar. Maka untuk keperluan ini, pada sekitar pohon itu harus diberi tiang dari bamboo, diberi palang-palang dan diikat kuat-kuat sehingga bisa dipergunakan untuk memnjat dengan demikian pemungutan dapat dilakukan lebih mudah. Sebagaimana diketahui bunga cengkeh itu terdapat pula pucuk-pucuk ranting yang jauh dari batang atau cabang, maka pemungutannya harus pandai jangan sampai merusaknya. Alat yang diperlukan untuk panen cengkeh antara lain karung berukuran kecil atau keranjang bamboo dan karung besar. Apabila sudah tinggi dan kita tidak dapat menjangkau dengan tangan, maka diperlukan tangga segitiga berkaki empat. Pemetikan yang lazim dilakukan yaitu dengan jalan mematahkan rumpun bunga pada bukunya sehingga sepasang daun akan ikut terpetik. Tetapi cara demikian sebenarnya kurang baik, sebaiknya yang dipetik hanya tandannya saja, sepasang daun pada tandan tidak usah diikut sertakan.Maksudnya untuk memperbanyak jumlah sirung baru yang keluar dari pemetikan kelak. Bunga cengkeh dipetik pertandan tepat di atas buku daun berakhir dengan menggunakan kuku jari atau pisau yang kecil dan tajam. Daun termuda yang berdekatan dengan bunga tidak boleh ikut dipetik agar tidak menggangu pertumbuhan tunas berikutnya. Apabila daun ikut terpetik, dapat mengurangi jumlah tunas hingga 1/3 -1/2 bagian. Bunga yang sudah dipetik dimasukkan kedalam keranjang atau karung kecil yang sudah disediakan dan dibawa mengikuti geraknya arah pemetikan. Setelah penuh, cengkeh dipindahkan karung besar kemudian dibawa kesuatu tempat pemroses selanjutnya. Rata-rata satu hari kerja seseorang dapat memperoleh 20-30 kg cengkeh segar. Hal ini sangat tergantung pada banyaknya cengkeh yang bisa dipetik dan juga keterampilan mereka (pekerja). Satu pohon cengkeh biasanya dipetik 3-4 kali bahkan ada yang sampai 6 kali dengan jarak 5-7 hari. Hal ini tergantung pada umur dan besarnya pohon. Untuk suatu kebun luas yang terdapat ribuan pohon dengan jenis yang berlainan, pemetikannya bisa makan waktu 3-4 bulan.

12. Jeruk Panen Umur buah/tingkat kematangan buah yang dipanen, kondisi saat panen, dan cara panen merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi mutu jeruk. Umur buah yang optimum untuk dipanen adalah sekitar 8 bulan dari saat bunga mekar. Ciri-ciri buah yang siap dipanen : jika dipijit tidak terlalu keras; bagian bawah buah jika dipijit terasa lunak dan jika dijentik dengan jari tidak berbunyi nyaring, warnanya menarik (muncul warna kuning untuk jeruk siam), dan kadar gula (PTT) minimal 10%. Kadar gula dapat ditentukan dengan alat hand refraktometer di kebun. Dalam satu pohon, buah jeruk tidak semuanya dapat dipanen sekaligus, tergantung pada kematangannya. Jeruk termasuk buah yang kandungan patinya rendah sehingga bila dipanen masih muda tidak akan menjadi masak seperti mangga. Jika panen dilakukan setelah melampaui tingkat kematangan optimum atau buah dibiarkan terlalu lama pada pohon, sari buah akan berkurang dan akan banyak energi yang dikuras dari pohon sehingga mengganggu kesehatan tanaman dan produksi musim berikutnya. Panen yang tepat adalah pada saat buah telah masak dan belum memasuki fase akhir pemasakan buah. Dalam penyimpanan, rasa asam akan berkurang karena terjadi penguraian persenyawaan asam lebih cepat dari pada peruraian gula. Kerusakan mekanis selama panen bisa menjadi masalah yang serius, karena kerusakan tersebut menentukan kecepatan produk untuk membusuk, meningkatnya kehilangan cairan dan meningkatnya laju respirasi serta produksi etilen yang berakibat pada cepatnya kemunduran produk. Panen dapat dilakukang dengan tangan maupun gunting. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam panen jeruk : Jangan melakukan panen sebelum embun pagi lenyap. Tangkai buah yang terlalu panjang akan melukai buah jeruk yang lain sehingga harus di potong di sisakan sekitar 2 mm dari buah. Panen buah di pohon yang tinggi harus menggunakan tangga, agar cabang dan ranting tidak rusak. Jangan memanen buah dengan cara memanjat pohon, karena kaki kotor dapat menyebarkan penyakit pada pohon Pemanen buah dilengkapi dengan keranjang yang dilapisi karung plastik atau kantong yang dapat digantungkan pada leher. Wadah penampung buah terbuat dari bahan yang lunak, bersih, dan buah diletakkan secara perlahan. Krat walau biaya awalnya mahal, bisa ditumpuk, bertahan lama, dapat dipakai berulang-ulang dan mudah dibersihkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jeruk yang cara pengambilanya berhati-hati dan disimpan pada temperatur kamar 23-31oC selama 3 minggu, yang busuk mencapai 7 %; buah yang dijatuhkan diatas lantai yang busuk sebanyak 12 %; buah yang dipetik basah yang busuk sebesar 21 %; buah yang dipetik terlalu masak yang busuk sebanyak 29 %; buah yang terkena sinar matahari selama satu hari yang busuk sebanyak 38 %.

13. APEL PANEN Ciri dan Umur Panen Pada umumnya buah apel dapat dipanen pada umur 4-5 bulan setelah bunga mekar, tergantung pada varietas dan iklim. Rome Beauty dapat dipetik pada umur sekitar 120-141 hari dari bunga mekar, Manalagi dapat dipanen pada umur 114 hari setelah bunga mekar dan Anna sekitar 100 hari. Tetapi, pada musim hujan dan tempat lebih tinggi, umur buah lebih panjang. Pemanenan paling baik dilakukan pada saat tanaman mencapai tingkat masak fisiologis (ripening), yaitu tingkat dimana buah mempunyai kemampuan untuk menjadi masak normal setelah dipanen. Ciri masak fisiologis buah adalah: ukuran buah terlihat maksimal, aroma mulai terasa, warna buah tampak cerah segar dan bila ditekan terasa kres. Cara Panen Pemetikan apel dilakukan dengan cara memetik buah dengan tangan secara serempak untuk

setiap kebun. Periode Panen Periode panen apel adalah enam bulan sekali berdasarkan siklus pemeliharaan yang telah dilakukan. Prakiraan Produksi Produksi buah apel sangat tergantung dengan varietas, secara umum produksi apel adalah 6-15 kg/pohon. Pengemasan dan Transportasi Kemasan yang digunakan adalah kardus dengan ukuran 48 x 33 x 37 cm dengan berat 35 kg buah apel. Dasar dan diatas susunan apel perlu diberi potongan kertas dan disusun miring (tangkai sejajar panjang kotak). Dasar kotak diisai 3-3 atau 2-2 atau berselang 3-2 saling menutup ruang antar buah. a.Ciri-ciri buah siap panen Buah apel yang dipanen masih muda dan telalu tua akan mengurangi mutu buah. Ciri-ciri buah apel yang masih muda antara lain: warna kulit dominan/paling banyak hijau dan tidak mengkilat. Selain itu bila dibelah, daging buah keras, banyak air, dan rasanya masam. Kemudian bila disimpan, aroma akan cepat berkurang, rasa hambar, kekerasan berkurang, perubahan warna hijau lama, dan kulit buah cepat mengkerut. Sedangkan ciri-ciri buah apel tua antara lain: tangkai buah mengering, warna hijau pada kulit berubah, aroma buah mulai timbul, daging buah berwarna kekuning-kuningan, beratnya menyusut. Buah apel tua ini baik untuk dikonsumsi/dimakan langsung, apabila disimpan lama rasanya menjadi tidak enak karena kering dan masir. Untuk mendapatkan buah apel yang bermutu baik, harus dipanen/dipetik pada saat yang tepat. Ciri-ciri buah apel yang siap dipanen/dipetik antara lain: ukuran buah terlihat optimal/paling besar ukuran tergantung jenisnya, warna kulit buah dari hijau menjadi hijau muda dan permukaan kulit buah yang berwarna merah tampak mengkilat, tangkai buah belum mongering tetapi telah tampak retak-retak. b. Waktu panen Pada umumnya buah apel dapat dipanen/dipetik pada umur 4-5 bulan setelah bunga mekar, tergantung pada varietas dan iklim. Biasanya pada musim hujan dan tempat lebih tinggi, umur petik buah apel agak panjang. Adanya teknologi penggunaan zat pengatur tumbuh juga berpengaruh terhadap waktu panen buah apel. Penggunaan ZPT terbukti mampu mempercepat saat pecah tunas dan pembungaan apel. Dengan teknologi ini apel varietas Rome Beauty dapat dipetik pada umur sekitar 120141 hari dari bunga mekar, Manalagi pada umur 114 hari dari bunga mekar dan Anna pada umur sekitar 100 hari dari bunga mekar. c. Cara panen Memanen buah apel dengan cara memetik menggunakan tangan hingga tangkai buah terpisah dari cabang/ranting. Tangkai buah tetap menyatu dengan buah apel, karena untuk menghindari terjadinya serangan jamur/cendawan melalui bekas luka tangkai buah. Tangkai buah yang panjang sebaiknya dibiarkan atau dipotong sependek mungkin agar tidak melukai permukaan kulit apel yang lain. Pada saat memetik buah harus hati-hati dan hindarkan terjadi kerusahan atau terjadi luka pada buah apel maupun ranting/cabang tempat menempel buah. Kemudian buah apel setelah dipetik juga harus dijaga jangan sampai rusak atau ada luka dengan cara meletakan buah ke dalam wadah/keranjang panen dengan perlahan dan hati-hati. Buah apel yang terjatuh atau tertekan benda berat dapat menimbulkan bercak berwarna coklat pada daging buah (Browning). d. Wadah hasil panen Biasanya wadah panen apel berupa keranjang dari ayaman bambu sebagai wadah sementara. Kemampuan wadah panen sebaiknya tidak terlalu berat, agar tidak menyebabkan luka pada buah apel dan menyulitkan pengangkutan. Wadah tersebut biasanya menampung 3035 kg buah apel. Wadah panen yang akan digunakan, bagian bawah perlu diberi alas dan bebas dari tonjolan yang dapat mengakibatkan kerusakan kulit buah apel. Wadah diletakkan di titik-titik tertentu dalam kebun apel agar pemetik mudah menjangkaunya. Buah apel yang telah dipetik dimasukkan dalam wadah/keranjang panen tersebut dengan pelan-pelan untuk menghindari kerusakan atau adanya luka pada buah apel.

14. ROSELLA Pemanenan pertama dilakukan 45 bulan setelah tanam. Sesudah panen pertama, rosela masih dapat menghasilkan bunga, asalkan suhu pada malam hari tidak kurang dari 21C. Oleh karena itu, pemanenan dapat terus dilakukan hingga tanaman tidak menghasilkan bunga, yakni sekitar 48 bulan berikutnya. Pemanenan rata-rata dilakukan setiap 10 hari sekali. Kelopak bunga yang masih segar dipanen saat biji sudah masak. Saat itu, bunga telah gugur, buahnya membuka, dan biji belum mengering. Setelah dipanen, biji harus segera dipisahkan dari kelopaknya. Jika tidak segera dipisahkan, kapsul penutup biji akan keringdan mengeras sehingga biji akan semakin sukar dipisahkan. Kelopak dipisahkan dari bijinya dengan bantuan alat menyerupai pisau. Caranya, biji didorong dengan alat tesebut dari pangkal kelopak bagian luar. Proses pemanenan sebaiknya dilakukan secara manual dan harus dijaga agar hasil panen tidak terkontaminasi benda-benda asing lainnya. Selain itu, kelopak bunga sebaiknya tidak dibiarkan bersentuhan dengan tanah atau permukaan kotor lainnya. Untuk pengangkutan dari kebun ke lokasi pengeringan, harus digunakan wadah atau kontainer yang bersih. Untuk mengurangi kontaminasi, waktu antara pemanenan dan pengeringan haruslah seminimal mungkin. Saat ini banyak metode pemanenan yang digunakan di seluruh dunia. Di Meksiko misalnya, seluruh tanaman dipotong dan diletakan di suatu tempat untuk dilepas kelopaknya. Di Cina, hanya kelopak yang sudah tua yang dipanen menggunakan alat potong. Sementara itu, tangkaidan kelopak yang belum tua tetap dibiarkan tertinggal dan dipanen setelah tua. Hasil survei importir rosella tingkat internasional, total panen rosella kering rat-rata 250 Kg/hektar dan pernah mencapai 500 Kg/hektar. Pekebun di desa Panggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, Jawa Timur dapat menghasilkan 1,25 kg kelopak bunga basah dari setiaptanaman rosela. Contoh hasil panen di negara lain seperti California, setiap tanaman bisamenghasilkan sekitar 1,3 kg. Sementara itu, di Porto Rico hasil panen berkisar 1,8 kg/tanamandan di Florida 7,25 kg/tanaman

15.

TERONG

KRITERIA BUAH TERONG SIAP UNTUK DI PANEN Sebenarnya,kriteria buah terong yang siap untuk dipanen adalah sesuai dengan varietas asalnya.Tetapi sebagai gambaran umum,kriteria buah terong yang siap untuk dipanen adalah sbb. a. Untuk terong hijau yang jenisnya lonjong 1. Bentuk buahnya memanjang (lonjong) 2. Buah terisi penuh 3. Daging buah belum keras 4. Warna kulit buah hijau cerah dan mengkilat ada pula yang agak putih (sesuai varietas) 5. Buah kelihatan segar 6. Ukuran buah tidak terlalu besar ataupun terlalu kecil 7. Ujung buah agak membulat tetapi tidak membulat penuh dan sedikit meruncing (sesuai varietas) b. Untuk terong hijau yang jenisnya bulat 1. Buah berbentuk bulat agak lonjong 2. Buah terisi penuh 3. Daging buah belum keras 4. Warna kulit buah hijau mengkilat ada pula yang agak putih (sesuai varietas) 5. Buah kelihatan segar 6. Ukuran buah tidak terlalu besar ataupun terlalu kecil 7. Bila dipotong belum tampak biji yang berwarna kuning keemasan 8. Warna daging masih putih bersih 9. Ujung buah membulat bahkan membulat penuh (sesuai varietas) c. Untuk terong ungu yang jenisnya lonjong 1. Bentuk buahnya memanjang (lonjong) 2. Buah terisi penuh 3. Daging buah belum keras

4. Warna kulit buah ungu cerah dan mengkilat 5. Buah belum berwarna kecoklatan 6. Buah kelihatan segar 7. Ukuran buah tidak terlalu besar ataupun terlalu kecil 8. Ujung buah agak membulat tetapi tidak membulat penuh dan sedikit meruncing (sesuai varietas) d. Untuk terong ungu yang jenisnya bulat ,maka 1. Buah berbentuk bulat agak lonjong 2. Buah terisi penuh dan 3. Daging belum keras 4. Warna kulit buah ungu mengkilat 5. Buah belum berwarna kecoklatan 6. Buah kelihatan segar 7. Ukuran tidak terlalu besar ataupun terlalu kecil 8. Bila dipotong belum tampak biji yang berwarna kuning keemasan 9. Warna daging buah masih putih bersih 10. Ujung buah membulat bahkan membulat penuh (sesuai varietas) CARA / TEKNIK PEMANENAN BUAH TERONG Pada terong hijau lonjong / bulat maupun terong ungu lonjong / bulat,cara / teknik pemanenannya adalah sama yaitu dengan cara memotong bagian pangkal tangkai buah.Atau bisa juga kira kira 1,5 cm dari pangkal tangkai buah untuk mempercepat pekerjaan pada penanganan pasca panennya. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan alat yang tajam.Fungsi dari alat yang tajam antara lain adalah merapikan bekas potongan supaya rajin serta tidak menambah luka pada bagian tanaman sehingga tidak menambah luka pada bagian sayatan sehingga tidak menimbulkan efek sekunder.Selain itu juga untuk mencegah terjadinya kerontokan bunga lain saat buah dipetik / dipanen. ALAT DAN BAHAN DALAM PEMANENAN BUAH TERONG Alat yang digunakan dalam proses memanen buah tanaman terong adalah: Pisau atau gunting stek Pisau atau gunting stek dalam keadaan tajam sebagai alat untuk memotong tangkai buah Bak / karung Bak / karung sebagai tempat buah pada saat buah dipanen dan sebagai wadah saat pengangkutan dari lahan ke tempat penanganan pasca panennya. WAKTU UMUR PANEN BUAH TERONG Untuk umur tanaman siap untuk dipanen adalah tergantung dari varietasnya sendiri walaupun ada variatas terong yang bisa dipanen pada umur 2 bulan.Tetapi biasanya adalah setelah umur 2,5 - 3 bulan. Pemanenan juga harus mempertimbangkan pula lama pengangkutannya.Sebaiknya buah dipetik dalam keadaan lebih muda tetapi bijinya belum keras dan struktur daging buahnya belum liat.Bila buah akan diangkut dalam jangka waktu yang lama maka buah dipetik sebelum masak tetapi sudah tampak barnas (berisi). ROTASI PANEN Rotasi panen dapat dilakukan rutin tiap 3-7 hari sekali dengan cara memilih buah yang sudah siap dipetik atau seminggu dua kali sehingga total dalam satu musim dapat dilakukan 8 kali panen dengan potensi jumlah buah per tanaman bisa mencapai 18 buah. WAKTU PANEN Waktu pemanenan yang paling tepat pagi atau sore hari.Waktu pemanenan berpengaruh terhadap kualitas buah yang dipanen.Dianjurkan panen tidak dilakukan pada siang hari karena dila dilakukan pada siang hari akan memutuskan proses fotosintesis yang sedang berlangsung,sehingga proses pembentukan zat gizinya akan terganggu yang dapat mengakibatkan kadar gizi dari buah yang dipanen pada siang hari lebih rendah daripada buah yang dipanen pada siang hari.Selain itu,sinar terik dari matahari dapat mengakibatkan kerusakan pada buah berupa mengeriputnya kulit buah yang dapat menurunkan kwalitas / mutu dari buah

yang dipanen.Juga tidak dianjurkan melakukan panen pada malam hari karena dapat mempersulit pemanen itu sendiri saat proses pemanenan. Pemanenan hendaknya dilakukan pada siang hari saat cuaca cerah/tidak hujan.Sebab air hujan yang membasahi buah yang dipanen dapat menyebabkan buah cepat rusak setelah dipanen,sehingga dapat mempengaruhi kwalitas buah yang dipanen.Pemanenan dilakukan pagi hari karena tanaman belum melakukan fotosintesis secara optimal/besar besaran atau sore hari karena tanaman sudah memproduksi zat gizi pada siang harinya. PENGANGKUTAN BUAH TERONG Pengangkutan buah terong dari lahan menuju ke tempat penanganan pasca panen dapat dilakukan dengan cara memasukkah buah terong yang telah dipanen ke dalan bak atau karung yang ditata rapi di dalamnya dan diikat pada bagian ujung karung (bila menggunakan karung) lalu di angkut ke tempat penanganan pasca panen dengan gerobag atau mobil yang sebelumnya karung karung atau bak bak tersebut ditata rapi pada mobil atau gerobag. PENANGANAN PASCA PANEN BUAH TERONG Penanganan pasca panen baik terong hijau maupun terong ungu adalah: Memotong setengah dari tangkai buah agar mudah dalam pembungkusan atau pengemasan.Bila perlu kadan dipotong sampai habis. Membersihkan bagian luar buah dari kotoran atau tanah yang menempel pada kulit buah dengan menggunakan kain atau lap yang telah dibasahi dengan air. Mengemas buah dalam plastik bila akan dijual langsung kepada konsumen atau ditata rapi di dalam karung bila akan dijual ke pasar atau padagang pengepul.

You might also like