Professional Documents
Culture Documents
1.1
Maksud 1.1.1 Mendeskripsikan preparat secara mikroskopis 1.1.2 Mengetahui granularitas, kristalisasi, dan fabrik pada masing masing preparat 1.1.3 Mengetahui komposisi mineral pada masing masing preparat 1.1.4 Mengetahui pembentukan mineral dan hubungannya dengan tekstur dan komposisi mineral tersebut 1.1.5 Mengetahui nama batuan berdasarkan klasifikasi IUGS, 1976
1.2
Tujuan 1.2.1 Mampu mendeskripsikan preparat secara mikroskopis 1.2.2 Mampu mengetahui granularitas, kristalisasi, dan fabrik pada masing masing preparat 1.2.3 Mampu mengetahui komposisi mineral pada masing masing preparat 1.2.4 Mampu Mengetahui pembentukan mineral dan hubungannya dengan tekstur dan komposisi mineral tersebut 1.2.5 Mampu mengetahui nama batuan berdasarkan klasifikasi IUGS, 1976
1.3
Hari/Tanggal
Waktu Tempat
Gigir
Gambar I. 1. Mikroskop Polarisasi tipe Leitz. 3. Tromol pengatur kasar dan halus yang umumnya terpisah. Gunanya untuk mengatur jarak objektif dan preparat. Tromol pengatur yang halus acapkali memiliki pembagian skala dan gunanya untuk mengukur selisih ketinggian kedudukan obyektif. 4. Meja yang berbentuk piring dengan lubang di tengah-nya yaitu untuk jalan cahaya yang masuk. Piring ini dapat diputar-putar pada porosnya yang tegak, pada tepi meja mempunyai pembagian skala dari 0 sampai 360, dan disertai pula dengan nonius. Ada beberapa lubang sekrup pada meja tersebut, di antaranya untuk menempatkan penjiepit preparat (dua buah) dan lubang-lubang untuk mendudukkan "mechanical stage" yaitu suatu alat untuk menggerak-kan preparat pada dua arah yang saling tegak lnrus. 5. Sekrup pemusat gunanya untuk mengatur agar sumbu putaran meja tepat benar pada potongan salib rambut (cross hairs). Biasanya sekrup pemusat merupakan bagian dari obyektif. 6. Tubus, yaitu bagian yang umumnya dengan pertolongan tromol pengatur dapat diturun-naikkan. Tetapi pada mikroskop model Carls Zeiss bila
tromol pengatur diputar yang bergerak adalah mejanya, sedangkan tubus tetap pada tempatnya. Sekalipun demikian efeknya tetap sama, karena menurunkan meja sama dengan mengangkat tubus. 7. Cermm yang selalu terdiri dari cermin datar dan konvek. Masing-masing gunanya untuk mendapatkan pantulan sinar sejajar dan sinar konvergen. Pada beberapa jenis mikroskop tempat kedudukan cer'min ini digantikan oleh sumber cahaya (lampu) yang memakai filter gelas biru. 8. Kondensor, yaitu bagian yang terdiri dari lensa cem-bung untuk memberikan cahaya yang konvergen. 9. Diafragma iris, yaitu merupakan bagian untuk menga-tur jarak cahaya yang masuk dengan jalan mengurangi atau menambah besamya apetumya. 10. Merupakan bagian vital yang dibuat dari polaroid atau prisma nicol. Arah getaran biasanya N S, tetapi pada mikroskop model Carl Zeiss justru E W. 11. Obyektif juga merupakan bagian vital, biasanya paling sedikit disediakan 5 buah obyektif atau lebih yang pembesarannya berlainan. Pada beberapa model mikroskop penggantian obyektif dapat dilakukan dengan cepat berkat adanya sebuah revolver yang mudah diputar. Pada revolver ini setiap obyektif didudukkan dalam keadaan siaga. 12. Lubang tempat komparator, yaitu lubang gepeng dimana komparator dapat diselipkan dengan arah NW - ES. 13. Analisator, yaitu suatu bagian yang vital terbuat dari polaroid atau prisma nicol. Arah getarannya selalu tegak lurus pada arah getaran polarisator. Sekalipun demikian pada mikroskop penelitian arah getaran analisator dapat diatur sekehendak kita. Bila arah getaran analisator dan polarisator saling tegak lurus, maka disebut kedudukan nicol bersilang. 14. Lensa Bertrand merupakan lensa yang dapat dikeluar-masukkan pula. 15. Okuler, yaitu bagian mikroskop darimana mata kita melihat medan bayangan. Ada okuler yang memakai pembagian skala (okuler mikrometer) dan ada pula satu, dua atau lebih okuler tanpa pembagian skala tetapi dengan pembesaran yang berbeda-beda.
Formula
Formula
Mg2SiO4 Fe2SiO4 CaMgSiO4 Mg2Si2O6 Fe2Si2O6 CaMgSi2O6 CaFeSi2O6 (Ca,Mg,Fe,Al)2(Si,Al)2O6
(Mg,Fe,Ca)(Mg,Fe)Si2O6 NaFe+3 Si2O6 NaAlSi2O6 CaSiO3 (Mg,Fe)7Si8O22(OH,F)2 (Mg,Fe)5Al2(Al2Si6)O22(OH,F)2 (Mg,Fe)7Si8O22(OH,F)2 Ca2(Mg,Fe)7Si8O22(OH,F)2 Ca2(Mg,Fe,Al)5(SiAl)8O22(OH,F)2 Na2Fe3+2Fe2+3 Si8O22(OH,F)2 Na2Mg3Al2Si8O22(OH,F)2
AMPHIBOL
Biotit
MICA
Pyrope Almandine
GARNET
3Al2O3.2SiO2 Fe2Al9Si3,75O22(OH)2 (Fe+2,Mg,Mn)2(Al,Fe+3)Al3O2(SiO4)2(OH)4 Ca2Fe+3Al2O(S2O7)(SiO4(OH) Ca2AlAl2O(Si2O7)(SiO4(OH) CaAl2(OH)2Si2O7H2O Ca2MgSi2O7 Ca2MgSi2O7 NaCaAlSi2O7 CaCO3 CaMg(CO3)2
MELILITE
1. Olivin Abu2 agak kehijauan-transparan Relief tinggi Bentuk poligonal/prismatik Pecahan tak beraturan, tanpa belahan WI orde II Pada bidang pecahan/rekahan sering teralterasi menjadi serpentin
2. Piroksen a. Klinopiroksen Augit Warna hitam Sayatan tegak lurus c Gelapan miring augit 45-54o belahan 2 arah masing-masing 90o
b. Ortopiroksen a. Hipersten Sifat optik sama dengan klinopiroksen, yang membedakan adalah gelapannya sejajar (klino=miring) TO sumbu 2 (-) hipersten
3. Hornblende Warna kehijauan/kecoklatan Relief tinggi Pleokroisme kuat (dikroik/trikroik) Belahan 1 arah atau 2 arah 120o Bentuk prismatik (biasanya memanjang) Gelapan miring 12-30o
4. Biotit Warna Abu-abu kecoklatan, hitam Sayatan sejajar bidang c Gelapan miring diopsid 37-44o Belahan 1 arah
5. Plagioklas Colorles tapi agak keruh Relief rendah-sedang Kembaran albit atau carlsbad-albit WI abu2 terang orde I TO sumbu 2 (-) dan (+)
10
6. Ortoklas Colorles tapi agak keruh Relief rendah Pada sayatan 001 terlihat kembaran Carlsbad WI abu2 terang orde I TO sumbu 2 (-)
8. Kuarsa Colorless, relief rendah Bentuk tak beraturan, dalam batuan umumnya anhedral Tidak punya belahan Gelapan bergelombang Warna interferensi abu-abu orde1 TO sumbu I (+)
11
9. Kalsit Colorless Belahan sempurna tiga arah Bias ganda sangat tinggi TO I (-)
12
Tekstur Intersertal Seperti tekstur intergranular, tetapi diantara mineral-mineral plagioklas yang memanjang secara random terisi oleh gelas atau altersi gelas. Sering dijumpai pada basalt 4. Tekstur Reaksi atau Corona (KELYPHITIC RIM) Tekstur reaksi merupakan pembungkusan mineral dalam batuan beku, olivine, mineral yang pertama terbentuk dalam deret diskontnue mungkin dikelilingi oleh mineral yang terbentuk kemudian (piroksen atau hornblende). Tekstur ini dapat pula terbentuk karena reaksi post magmatig atau dapat terjadi akibat metamorfosa derajat rendah. Tekstur Perthitic, kristal-kristal kecil yang tertanam secara acak dalam kristal yang lebih besar Tekstur Antiperthitic Kristal-kristal piroksen tertanam secara acak dalam kristal plagioklas. Disamping macam-macam tekstur diatas, dalam batuan beku juga ditemukan beberapa tekstur khusus, antara lain : a. Tekstur Poikilitik Kristal-kristal kecil yang tertanam secara acak dalam kristal yang lebih besar b. Tekstur Ophitic Kristal-kristal plagioklas tertanam secara acak dalam kristal yang lebih besar olivin atau piroksen. Dijumpai pada gabro (b) dan basal c. Tekstur Sub-ophitic Kristal-kristal plagioklas dan kristal olivin atau piroksen, tumbuh bersama, Seperti tekstur ophitik, tetapi ukuran kirstal relatif sama Dijumpai pada diabas d. Mikroporfiritik Porfiritik terlihat di bawah mikroskop. e. Vitrofirik Fenokris tertanam dalam masa dasar gelas f. Felsofirik
14
Bila masa dasar terdiri atas intergrowth kuarsa dengan feldspar. g. Poikilitik Adanya inklusi-inklusi mineral secara random dalam suatu mineral besar. h. Hyalopilitik Mikrolit-mikrolit plagioklas dijumpai bersama-sama dengan
mikrokristalin piroksen dengan arah yang random dalam masa dasar gelas. i. Pilotasitik Mikrolit-mikrolit plagioklas menunjukkan kesejajaran (sub-paralel) dan dijumpai bersama-sama dengan mineral-mineral mikrokristalin atau kriptokristalin. j. Felled texture Apabila masa dasar terdiri dari mikrolit-mikrolit yang tidak beraturan k. Vesicular Biasa dijumpai pada lava, merupakan lubang-lubang bekas gas l. Amydaloid Biasa dijumpai pada lava, merupakan bekas lubang gas yang telah diisi oleh mineral-mineral sekunder seperti zeolit, opal, kalsedon, klorit, kalsit dan lain-lain. m. Tekstur Sperulit dalam Riolit Bentuk radial dari kristal fibrus di dalam matrik gelas. Kemungkinan komposisi sperulit alkali felsdpar dan polymorf SiO2 n. Tekstur Graphic kristal-kristal kuarsal yang tertanam secara acak dalam kristal K-feldspar o. Tekstur Mrymekite Seperti tekstur graphic dimana bentuk kuarsa menyerupai cacing dengan letak tak teratur
15
Perbesaran: 4 kali Tekstur : Granularitas = inequigranular Kristalisasi = holokristalin Fabrik Komposisi Mineral Hornblende : relief tinggi, warna kecoklatan, bentuknya prismatik Klinopiroksen : gelapan miring, relief rendah, kembaran albite Ortopiroksen : kembaran miring, belahan satu arah Plagioklas : colorless tapi keruh, relief sedang, kembaran carlsbat albit
MP 1 (%) 20% 30% 20% 40% MP II (%) 40% 15% 10% 40% MP III (%) 30% 20% 10% 40% Rata - rata 29% 21% 12% 38%
= hipidiomorphic
MP2 1 A B C D E F G
16
MP3 1 A B C D E F G
MP1 c4 c4 d5, b6 b5
MP3 b1 c3 e5, d2 d1
Petrogenesis : Tekstur pada sayatan batuan ini tergolong inequigranular, yang menandakan bahwa proses pembekuan magma yang tidak merata dan berlangsung tidak cepat. Kemudian mineral mineral pada sayatan ini tidak terlihat jelas batas bidang bidang mineralnya. Dari kelimpahan klinopiroksen dan ortopiroksen yang cukup dominan maka, dapat diindikasikan bahwa, batuan inin terbentuk pada daerah hipabisal yang berarti magmanya bersifat intermediet.. Lalu dengan kehadiran mineral hornblende menandakan bahwa, batuan terangkat karena terbentuk di suhu yang lebih rendah.
(IUGS, 1976)
17
Perbesaran: 4 kali Tekstur : Granularitas = inequigranular Kristalisasi = holokristalin Fabrik Komposisi Mineral Klinopiroksen: gelapan miring, relief rendah, kembaran albite Ortopiroksen : kembaran miring, belahan satu arah Plagioklas : colorless tapi keruh, relief sedang, kembaran carlsbat albit
MP 1 (%) 40% 3% 50% MP II (%) 20% 5% 50% MP III (%) 30% 3% 50% Rata - rata 36% 3% 61%
= idiomorphic
MP2 1 A B C D E F G
MP2 c6 b7 c4, g5
MP3 c3 77 f5, d7
18
Petrogenesis : Tekstur pada sayatan batuan ini tergolong inequigranular, yang menandakan bahwa proses pembekuan magma yang tidak merata. Kemudian mineral mineral pada sayatan ini terlihat batas bidang bidang mineralnya. Dari kelimpahan mineralnya, dapat diindikasikan bahwa mineral yang terbentuk awal adalah plagioklas lalu diikuti oleh pertumbuhan mineral klinopiroksen dan ortopiroksen. Batuan ini terbentuk di dalam permukaan yang cukup dalam dilihat dari pembentukan mineralnya yang terjadi di suhu yang cukup tinggi. Batuan ini terbentuk pada daerah hipabisal yang berarti, sifat magmanya intermediet.
Nama Batuan : Gabbronorite (IUGS, 1976)
19
Perbesaran: 4 kali Tekstur : Granularitas = inequigranular Kristalisasi = holokristalin Fabrik Komposisi Mineral Klinopiroksen : gelapan miring, relief rendah, kembaran albite Ortopiroksen : kembaran miring, belahan satu arah Plagioklas : colorless tapi keruh, relief sedang, kembaran carlsbat albit
MP 1 (%) 10% 3% 30% MP II (%) 5% 5% 40% MP III (%) 5% 10% 30% Rata - rata 14% 13% 73%
= hipidiomorphic
MP2 1 A B C D E F G
MP2 b6 c6 a4, d5
20
Petrogenesis : Tekstur pada sayatan batuan ini tergolong inequigranular, yang menandakan bahwa proses pembekuan magma yang tidak merata. Kemudian mineral mineral pada sayatan ini tidak terlihat batas bidang bidang mineralnya. Dari kelimpahan mineralnya, dapat diindikasikan bahwa mineral yang terbentuk awal adalah plagioklas lalu diikuti oleh pertumbuhan mineral klinopiroksen dan ortopiroksen. Batuan ini terbentuk di dalam permukaan yang cukup dalam dilihat dari pembentukan mineralnya yang terjadi di suhu yang cukup tinggi. Batuan ini diindikasikan terbentuk pada daerah hipabisal dan sifat magmanya adalah intermediet.
(IUGS, 1976)
21
Perbesaran: 4 kali Tekstur : Granularitas = equigranular Kristalisasi = holokristalin Fabrik Komposisi Mineral Klinopiroksen : gelapan miring, relief rendah, kembaran albite Ortopiroksen : kembaran miring, belahan satu arah Olivine: relief tinggi, poligonal, pecahan tak beraturan = ipidiomorphic
MP2 1 A B C D E F G
22
Petrogenesis : Tekstur pada sayatan batuan ini tergolong equigranular, yang menandakan bahwa proses pembekuan magma yang cukup merata. Kemudian mineral mineral pada sayatan ini terlihat batas bidang bidang mineralnya. Dari kelimpahan mineralnya, dapat diindikasikan bahwa mineral yang terbentuk awal adalah olivine lalu diikuti oleh pertumbuhan mineral klinopiroksen dan ortopiroksen. Batuan ini terbentuk jauh di dalam permukaan bumi dilihat dari pembentukan mineralnya yang terjadi di suhu yang tinggi. Dapat
diindikasikan bahwa batuan ini terbentuk pada daerah plutonik dimana suhunya sangat tinggi. Lalu magma pada batuan ini bersifat ultrabasa.
(IUGS, 1976)
23
Perbesaran: 4 kali Tekstur : Granularitas = inequigranular Kristalisasi = holokristalin Fabrik Komposisi Mineral Klinopiroksen: gelapan miring, relief rendah, kembaran albite Ortopiroksen : kembaran miring, belahan satu arah Plagioklas : colorless tapi keruh, relief sedang, kembaran carlsbat albit = hipidiomorphic
MP2 1 A B C D E F G
MP2 f4 b3 f5
24
Petrogenesis : Tekstur pada sayatan batuan ini tergolong inequigranular, yang menandakan bahwa proses pembekuan magma tidak merata. Kemudian mineral mineral pada sayatan ini tidak terlihat jelas batas bidang bidang mineralnya. Dari kelimpahan mineralnya, dapat diindikasikan bahwa mineral yang terbentuk awal adalah plagioklas lalu diikuti oleh pertumbuhan mineral klinopiroksen dan ortopiroksen. Batuan ini terbentuk di dalam permukaan yang cukup dalam dilihat dari pembentukan mineralnya yang terjadi di suhu yang cukup tinggi Diinidikasikan bahwa batuan ini terbentuk pada daerah hipabisal dimana sifat magmanya adalah intermediet.
(IUGS, 1976)
25
Perbesaran: 4 kali Tekstur : Granularitas = inequigranular Kristalisasi = holokristalin Fabrik Komposisi Mineral Klinopiroksen : gelapan miring, relief rendah, kembaran albite Ortopiroksen : kembaran miring, belahan satu arah Olivine: relief tinggi, poligonal, pecahan tak beraturan Plagioklas : colorless tapi keruh, relief sedang, kembaran carlsbat albit
MP 1 (%) 10% 5% 15% 50% 3 4 5 6 7 MP II (%) 10% 20% 50% MP2 1 A B C D E F G 2 3 4 5 6 7 MP III (%) 15% 10% 50% 2 3 4 5 Rata - rata 15% 6% 15% 64% 6 7
= hipidiomorphic
MP1 e4 a2 b3, f4 c3
MP2 d3 e4 d7 b7
MP3 c5 f4 b2 c6
26
Petrogenesis : Tekstur pada sayatan batuan ini tergolong inequigranular, yang menandakan bahwa proses pembekuan magma yang tidak merata. Kemudian mineral mineral pada sayatan ini tidak terlihat jelas batas bidang bidang mineralnya. Dari kelimpahan mineralnya, dapat diindikasikan bahwa mineral yang terbentuk awal adalah plagioklas lalu diikuti oleh pertumbuhan mineral olivine. Selanjutnya adalah klinopiroksen dan ortopiroksen. Batuan ini terbentuk jauh di dalam permukaan bumi dilihat dari pembentukan mineralnya yang terjadi di suhu yang tinggi. Diindikasikan batuan ini
terbentuk di daerah plutonik dengan suhu yang sangat tinggi, karena di dukung dengan kehadiran mineral olivine yang terbentuk pada suhu suhu yang tinggi.
(IUGS, 1976)
27
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Preparat Nomor G 31 Pada deskripsi mikroskopis preparat nomor G 31 dilakukan dengan pengamatan tanpa nikol maupun dengan nikol. Dengan perbesaran empat kali. Granularitas yang merupakan hubungan antara kristal penyusun terhadap kristal lain ini tergolong ke dalam inequigranular karena kenampakan kristal penyusun batuan memiliki ukuran yang berbeda. Tekstur ini mengindikasikan bahwa pembekuan yang tidak merata dan waktunya pembekuannya sedang. Tingkat kristalisasinya tergolong pada holokristalin. Lalu kenampakan bentuk kristal yang terlihat tergolong pada hipidiomorphic karena, bentuk kristal tidak sempurna dan sebagian saja yang di batasi oleh bidang bidang kristal. Dari komposisi mineral yang terdapat pada preparat nomor G 31 ini dapat terlihat kenampakan mineral hornblende, klinopiroksen, ortopiroksen, dan plagioklas. Pada sifat optik hornblende yang dapat terlihat adalah warna yang kecoklatan, relief tinggi yang menandakan adanya perbedaan harga indeks bias yang besar, bentuknya prismatik(memanjang). Sifat optik klinopiroksen yang dapat terlihat adalah relief yang sedang yang menandakan perbedaan indeks bias tidak terlalu besar, dan gelapannya miring. Sifat optik ortopiroksen yang dapat terlihat adalah relief sedang yang menandakan perbedaan indeks biasnya tidak terlalu besar, gelapannya sejajar. Sifat optik plagioklas yang dapat terlihat adalah colorles tapi agak keruh, lalu relief sedang yang menandakan perbedaan indeks bias yang tidak terlalu besar, kembarannya carlsbad albit. Dari kelimpahan mineral yang terlihat tabel Bowens yaitu, hornblende 29%, series, maka dapat
klinopiroksen 21%, ortopiroksen 12%, plagioklas 38%. Berdasarkan pada pembentukan mineral reaction
diindikasikan bahwa mineral yang terbentuk pertama adalah plagioklas karena kelimpahannya yang mencapai 38%. Lalu seiringnya pembentukan
28
plagioklas
diikuti
dengan
pembentukan
mineral
klinopiroksen
dan
ortopiroksen, karena mineralnya yang mencapai sekitar 21%. Mineral terakhir yang terbentuk adalah hornblende yang menandakan terbetuknya di suhu yang lebih rendah. Batuan yang awalnya terbentuk jauh dari permukaan bumi ini terangkat menjadi mendekati permukaan bumi, dilihat dari kehadiran piroksen yang terbentuk pada suhu yang cukup tinggi lalu adanya hornblende yang terbentuk di suhu yang lebih rendah. Berdasarkan pada klasifikasi batuan beku plutonik basa (IUGS), dari kelimpahan mineral hornblende 29%, klinopiroksen 21%, ortopiroksen 12%, dan plagioklas 38%, maka batuan ini bernama Pyroxene hornblende gabbronorite. 4.2 Preparat Nomor G 27 Pada deskripsi mikroskopis preparat nomor G 27 dilakukan dengan pengamatan tanpa nikol maupun dengan nikol. Dengan perbesaran empat kali. Granularitas yang merupakan hubungan antara kristal penyusun terhadap kristal lain ini tergolong ke dalam inequigranular karena kenampakan kristal penyusun batuan memiliki ukuran yang berbeda. Tekstur ini mengindikasikan bahwa pembekuan yang tidak merata dan waktunya pembekuannya sedang. Tingkat kristalisasinya tergolong pada holokristalin. Lalu kenampakan bentuk kristal yang terlihat tergolong pada eubhedral karena, bentuk kristal sempurna dan di batasi oleh bidang bidang kristal. Dari komposisi mineral yang terdapat pada preparat nomor G 27 ini dapat terlihat kenampakan mineral klinopiroksen, ortopiroksen, dan plagioklas. Pada sifat optik klinopiroksen yang dapat terlihat adalah relief yang sedang yang menandakan perbedaan indeks bias tidak terlalu besar, dan gelapannya miring. Sifat optik ortopiroksen yang dapat terlihat adalah relief sedang yang menandakan perbedaan indeks biasnya tidak terlalu besar, gelapannya sejajar. Sifat optik plagioklas yang dapat terlihat adalah colorles tapi agak keruh, lalu relief sedang yang menandakan perbedaan indeks bias yang tidak terlalu besar, kembarannya carlsbad albit.
29
Dari kelimpahan mineral yang terlihat yaitu, klinopiroksen 36%, ortoklas 3%, plagioklas 61%. Berdasarkan pada pembentukan mineral tabel Bowens reaction series, maka dapat diindikasikan bahwa mineral yang terbentuk pertama adalah plagioklas karena kelimpahannya yang mencapai 61%. Lalu seiringnya pembentukan plagioklas diikuti dengan pembentukan mineral klinopiroksen yang kelimpahan mineralnya mencapai 36%. Mineral terakhir yang terbentuk adalah ortopiroksen yang menandakan terbetuknya di suhu yang lebih rendah. Batuan ini diindikasikan terbektuk jauh di dalam permukaan bumi, karena dilihat dari kehadiran mineralnya yang terbentuk pada suhu suhu yang cukup tinggi. Berdasarkan pada klasifikasi batuan beku plutonik basa (IUGS), dari kelimpahan mineral klinopiroksen, ortopiroksen, dan plagioklas maka batuan ini bernama Gabbronorite. 4.3 Preparat Nomor G 32 Pada deskripsi mikroskopis preparat nomor G 32 dilakukan dengan pengamatan tanpa nikol maupun dengan nikol. Dengan perbesaran empat kali. Granularitas yang merupakan hubungan antara kristal penyusun terhadap kristal lain ini tergolong ke dalam inequigranular karena kenampakan kristal penyusun batuan memiliki ukuran yang berbeda. Tekstur ini mengindikasikan bahwa pembekuan yang tidak merata dan waktunya pembekuannya sedang. Tingkat kristalisasinya tergolong pada holokristalin. Lalu kenampakan bentuk kristal yang terlihat tergolong pada subhedral karena, bentuk kristal tidak sempurna dan sebagian saja yang di batasi oleh bidang bidang kristal. Dari komposisi mineral yang terdapat pada preparat nomor G 32 ini dapat terlihat kenampakan mineral klinopiroksen, ortopiroksen, dan plagioklas. Pada sifat optik klinopiroksen yang dapat terlihat adalah relief yang sedang yang menandakan perbedaan indeks bias tidak terlalu besar, dan gelapannya miring. Sifat optik ortopiroksen yang dapat terlihat adalah relief sedang yang menandakan perbedaan indeks biasnya tidak terlalu besar, gelapannya sejajar. Sifat optik plagioklas yang dapat terlihat adalah colorles
30
tapi agak keruh, lalu relief sedang yang menandakan perbedaan indeks bias yang tidak terlalu besar, kembarannya carlsbad albit. Dari kelimpahan mineral yang terlihat yaitu, klinopiroksen 14%,
ortopiroksen 13%, plagioklas 73%. Berdasarkan pada pembentukan mineral tabel Bowens reaction series, maka dapat diindikasikan bahwa mineral yang terbentuk pertama adalah plagioklas karena kelimpahannya yang mencapai 73%. Lalu seiringnya pembentukan plagioklas diikuti dengan pembentukan mineral klinopiroksen dan ortopiroksen, karena mineralnya yang mencapai sekitar 14%. Batuan ini diindikasikan terbektuk jauh di dalam permukaan bumi, karena dilihat dari kehadiran mineralnya yang terbentuk pada suhu suhu yang cukup tinggi. Berdasarkan pada klasifikasi batuan beku plutonik basa (IUGS), dari kelimpahan mineral klinopiroksen 14%, ortopiroksen 13%, dan plagioklas 73% maka batuan ini bernama Gabbronorite. 4.4 Preparat Nomor G 29 Pada deskripsi mikroskopis preparat nomor G 29 dilakukan dengan pengamatan tanpa nikol maupun dengan nikol. Dengan perbesaran empat kali. Granularitas yang merupakan hubungan antara kristal penyusun terhadap kristal lain ini tergolong ke dalam equigranular karena kenampakan kristal penyusun batuan memiliki ukuran relatif seragam. Tekstur ini
mengindikasikan bahwa pembekuan yang merata. Tingkat kristalisasinya tergolong pada holokristalin. Lalu kenampakan bentuk kristal yang terlihat tergolong pada eubhedral karena, bentuk kristal di batasi oleh bidang bidang kristal yang jelas. Dari komposisi mineral yang terdapat pada preparat nomor G 29 ini dapat terlihat kenampakan mineral klinopiroksen, ortopiroksen, dan olivine. Pada sifat optik klinopiroksen yang dapat terlihat adalah relief yang sedang yang menandakan perbedaan indeks bias tidak terlalu besar, dan gelapannya miring. Sifat optik ortopiroksen yang dapat terlihat adalah relief sedang yang menandakan perbedaan indeks biasnya tidak terlalu besar, gelapannya sejajar.
31
Sifat optik olivine yang dapat terlihat adalah relief tinggi yang menandakan besarnya perbedaan indeks biasnya, lalu banyaknya pecahan. Dari kelimpahan mineral yang terlihat yaitu, klinopiroksen 21%,
ortopiroksen 15%, olivine 64%. Berdasarkan pada pembentukan mineral tabel Bowens reaction series, maka dapat diindikasikan bahwa mineral yang terbentuk pertama adalah olivine karena kelimpahannya yang mencapai 64%. Lalu pembentukan mineral selanjutnya adalah klinopiroksen, lalu setelah itu ortopiroksen. Dari adanya mineral yang ada maka dapat diindikasikan bahwa batuan ini terbentuk jauh dari permukaan bumi dan terbentuk pada suhu yang tinggi sekitar 1600 - 1400. Sifat magma pada batuan ini adalah ultrabasa, dimana kandungan silikanya lebih dari 40% dan terbentuk dekat dengan mantel pliutonik. Berdasarkan pada klasifikasi batuan beku plutonik basa (IUGS), dari kelimpahan mineral klinopiroksen 21%, ortopiroksen 15%, dan olivine 64%, maka batuan ini bernama Lherzolite. 4.5 Preparat Nomor 11 B9 Pada deskripsi mikroskopis preparat nomor 11 B9 dilakukan dengan pengamatan tanpa nikol maupun dengan nikol. Dengan perbesaran empat kali. Granularitas yang merupakan hubungan antara kristal penyusun terhadap kristal lain ini tergolong ke dalam inequigranular karena kenampakan kristal penyusun batuan memiliki ukuran yang berbeda. Tekstur ini mengindikasikan bahwa pembekuan yang tidak merata dan waktunya pembekuannya sedang. Tingkat kristalisasinya tergolong pada holokristalin. Lalu kenampakan bentuk kristal yang terlihat tergolong pada subhedral karena, bentuk kristal tidak sempurna dan sebagian saja yang di batasi oleh bidang bidang kristal. Dari komposisi mineral yang terdapat pada preparat nomor 11 B9 ini dapat terlihat kenampakan mineral klinopiroksen, ortopiroksen, dan plagioklas. Pada sifat optik klinopiroksen yang dapat terlihat adalah relief yang sedang yang menandakan perbedaan indeks bias tidak terlalu besar, dan gelapannya miring. Sifat optik ortopiroksen yang dapat terlihat adalah relief
32
sedang yang menandakan perbedaan indeks biasnya tidak terlalu besar, gelapannya sejajar. Sifat optik plagioklas yang dapat terlihat adalah colorles tapi agak keruh, lalu relief sedang yang menandakan perbedaan indeks bias yang tidak terlalu besar, kembarannya carlsbad albit. Dari kelimpahan mineral yang terlihat yaitu, klinopiroksen 4%,
ortopiroksen 21%, plagioklas 75%. Berdasarkan pada pembentukan mineral tabel Bowens reaction series, maka dapat diindikasikan bahwa mineral yang terbentuk pertama adalah plagioklas karena kelimpahannya yang mencapai 75%. Lalu seiringnya pembentukan plagioklas diikuti dengan pembentukan mineral klinopiroksen dan ortopiroksen, karena mineralnya yang mencapai sekitar 21%. Batuan ini diindikasikan terbektuk jauh di dalam permukaan bumi, karena dilihat dari kehadiran mineralnya yang terbentuk pada suhu suhu yang cukup tinggi sekitar 1400. Berdasarkan pada klasifikasi batuan beku plutonik basa (IUGS), dari kelimpahan mineral klinopiroksen 4%, ortopiroksen 21%, dan plagioklas 75%, maka batuan ini bernama Pyroxene hornblende gabbronorite.
4.6 Preparat Nomor B - 1 Pada deskripsi mikroskopis preparat nomor B 1 dilakukan dengan pengamatan tanpa nikol maupun dengan nikol. Dengan perbesaran empat kali. Granularitas yang merupakan hubungan antara kristal penyusun terhadap kristal lain ini tergolong ke dalam inequigranular karena kenampakan kristal penyusun batuan memiliki ukuran yang berbeda. Tekstur ini mengindikasikan bahwa pembekuan yang tidak merata dan waktunya pembekuannya sedang. Tingkat kristalisasinya tergolong pada holokristalin. Lalu kenampakan bentuk kristal yang terlihat tergolong pada subhedral karena, bentuk kristal tidak sempurna dan sebagian saja yang di batasi oleh bidang bidang kristal. Dari komposisi mineral yang terdapat pada preparat nomor B 1 ini dapat terlihat kenampakan mineral klinopiroksen, ortopiroksen, plagioklas dan olivine. Pada sifat optik klinopiroksen yang dapat terlihat adalah relief yang sedang yang menandakan perbedaan indeks bias tidak terlalu besar, dan
33
gelapannya miring. Sifat optik ortopiroksen yang dapat terlihat adalah relief sedang yang menandakan perbedaan indeks biasnya tidak terlalu besar, gelapannya sejajar. Sifat optik olivine yang dapat terlihat adalah relief tinggi yang menandakan besarnya perbedaan indeks biasnya, lalu banyaknya pecahan. Sifat optik plagioklas yang dapat terlihat adalah colorles tapi agak keruh, lalu relief sedang yang menandakan perbedaan indeks bias yang tidak terlalu besar, kembarannya carlsbad albit. Dari kelimpahan mineral yang terlihat pembentukan mineral tabel Bowens yaitu, klinopiroksen 15%, series, maka dapat
ortopiroksen 6%, olivine 15%, dan plagioklas 64%. Berdasarkan pada reaction
diindikasikan bahwa mineral yang terbentuk pertama adalah olivine, lalu plagioklas karena kelimpahannya yang dominan, lalu setelah itu ortopiroksen dan piroksen. Dari adanya mineral yang ada maka dapat diindikasikan bahwa batuan ini terbentuk jauh dari permukaan bumi dan terbentuk pada suhu yang tinggi sekitar 1600 - 1400. Berdasarkan pada klasifikasi batuan beku plutonik basa (IUGS), dari kelimpahan mineral klinopiroksen 15%, ortopiroksen 6%, dan olivine 15% maka batuan ini bernama Olivin gabronorite.
34
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan 5.1.1 Preparat nomor G 31 memiliki tekstur, inequigranular, holokristalin, dan hipidiomorphic. Sedangkan komposisi mineralnya hornblende, klinopiroksen, ortopiroksen, dan plagioklas, Batuan ini terbentuk pada daerah hipabisal dan magmanya bersifat intermediet. Penamaan batuan ini berdasar pada IUGS adalah Piroksen hornblende gabbronorite. 5.1.2 Preparat nomor G 27 memiliki tekstur, inequigranular, holokristalin, dan idiomorphic. Sedangkan komposisi mineralnya klinopiroksen, ortopiroksen, dan plagioklas, Batuan ini terbentuk pada daerah hipabisal dan magmanya bersifat intermediet. Penamaan batuan ini berdasar pada IUGS adalah gabbronorite. 5.1.3 Preparat nomor G 32 memiliki tekstur, inequigranular, holokristalin, dan hipidiomorphic. Sedangkan komposisi mineralnya klinopiroksen, ortopiroksen, dan plagioklas, Batuan ini terbentuk pada daerah hipabisal dan magmanya bersifat intermediet. Penamaan batuan ini berdasar pada IUGS adalah gabbronorite. 5.1.4 Preparat nomor G 29 memiliki tekstur, equigranular, holokristalin, dan idiomorphic. Sedangkan komposisi mineralnya klinopiroksen,
ortopiroksen, dan olivine, Batuan ini terbentuk pada daerah plutonik dan magmanya bersifat ultrabasa. Penamaan batuan ini berdasar pada IUGS adalah Lherzolite. 5.1.5 Preparat nomor 11 B9 memiliki tekstur, inequigranular, holokristalin, dan hipidiomorphic. Sedangkan komposisi mineralnya klinopiroksen, ortopiroksen, dan plagioklas, Batuan ini terbentuk pada daerah hipabisal dan magmanya bersifat intermediet. Penamaan batuan ini berdasar pada IUGS adalah gabbronorite.
35
5.1.6 Preparat nomor B - 1 memiliki tekstur, inequigranular, holokristalin, dan hipidiomorphic. Sedangkan komposisi mineralnya klinopiroksen, ortopiroksen, dan olivine, Batuan ini terbentuk pada daerah plutonik dan magmanya bersifat basa. Penamaan batuan ini berdasar pada IUGS adalah Olivine gabbronorite.
36
DAFTAR PUSTAKA
Hendratno, Agus. 2005. Lecture Note Petrografi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada http://www.scribd.com/doc/22907987/petrografi
37