You are on page 1of 93

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU SUSU KENTAL MANIS PADA PT INDOMILK

SKRIPSI DILZAR DIAN WIJAYA

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

RINGKASAN DILZAR DIAN WIJAYA. D03499059. 2006. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Susu Kental Manis pada PT Indomilk. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor Pembimbing Utama : Ir. Burhanuddin, MM Pembimbing Anggota : Ir. Wiwiek Rindayanti, MSi. Persediaan bahan baku merupakan aset yang bernilai tinggi bagi suatu perusahaan. Pada suatu perusahaan manufaktur, umumnya nilai persediaan bahan baku mencapai 30% dari aset total perusahaan (Buffa dan Sarin, 1996). Tingginya nilai persediaan bahan baku menyebabkan pengendalian persediaan bahan baku perlu mendapatkan perhatian yang besar. PT Indomilk sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri pengolahan susu hendaknya melakukan pengendalian persediaan atas bahan baku yang dimilikinya agar dapat meningkatkan efisiensi dan dapat terus bersaing. Dengan melakukan pengendalian persediaan bahan baku diharapkan perusahaan dapat mengadakan persediaan bahan baku dalam jumlah, waktu, dan kualitas yang tepat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari manajemen persediaan bahan baku yang selama ini dilakukan oleh PT Indomilk serta mencoba untuk merumuskan suatu alternatif model pengendalian persediaan bahan baku yang efisien dan sesuai dengan kondisi perusahaan. Pengumpulan data dilaksanakan pada PT Indomilk yang berlokasi di Jl. Raya Bogor Km 26,6 Gandaria, Jakarta selama bulan Juli 2005. Manajemen persediaan bahan baku pada PT Indomilk dianalisis dan diuraikan secara deskriptif. Analisa yang dilakukan dibatasi hanya pada dua jenis bahan baku utama, yaitu Skim Milk Powder (SMP) dan Butter Milk Powder (BMP). Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Material Requirement Planning (MRP) dengan tiga teknik penentuan ukuran lot yang berbeda, yaitu teknik Lot-For-Lot (LFL), Economic Order Quantity (EOQ), dan Part-Period Total Cost Balancing (PPB). Perusahaan menerapkan periodic order cycle policy dalam pengendalian persediaan bahan bakunya, dimana persediaan diawasi dan pada setiap periode tertentu sejumlah bahan baku ditambahkan agar jumlah persediaan tetap berada pada tingkat persediaan yang telah ditentukan. Tingkat persediaan bahan baku pada PT Indomilk diatur dalam standard buffer stock policy, dimana targeted buffer stock untuk bahan baku SMP dan BMP adalah sebesar kebutuhan dua minggu produksi. Selama periode pengamatan (Juli 2004 Juni 2005), total kuantitas pesanan untuk bahan baku SMP adalah sebesar 6.194,75 ton dengan frekuensi pemesanan sebanyak 28 kali. Untuk bahan baku BMP, total kuantitas pesanannya adalah sebesar 2.705,225 ton dengan frekuensi pemesanan sebanyak 20 kali. Total biaya persediaan merupakan total biaya pemesanan ditambah total biaya penyimpanan. Total biaya persediaan yang dikeluarkan perusahaan selama periode pengamatan (Juli 2004-Juni 2005) untuk bahan baku SMP dan BMP masingmasing adalah sebesar Rp 321.253.002,31 dan Rp 152.452.504,55. Persediaan bahan baku pada PT Indomilk berfungsi sebagai anticipation stock, yaitu persediaan diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan berdasarkan pola musiman serta untuk mengantisipasi ketidakpastian dari

pemasok. Jika dilihat dari segi biaya, manajemen persediaan bahan baku yang selama ini dilakukan oleh perusahaan masih kurang efisien. Penggunaan metode MRP dengan teknik LFL, EOQ, dan PPB dapat menghemat biaya persediaan yang dikeluarkan perusahaan untuk kedua jenis bahan baku masing-masing sebesar 88,98%, 73,05%, dan 69,19%. Akan tetapi, metode MRP yang digunakan sebagai alternatif model pengendalian persediaan bahan baku dalam penelitian ini masih belum dapat diterapkan pada perusahaan karena adanya ketidaksesuaian antara asumsi-asumsi dalam metode MRP dengan situasi dan kondisi yang dihadapi oleh perusahaan pada saat ini. Asumsi-asumsi yang tidak sesuai tersebut diantaranya adalah biaya-biaya persediaan konstan dan waktu tunggu pengadaan bahan baku diketahui dan konstan. Sebelum metode MRP dapat diterapkan oleh perusahaan, diperlukan penelitian lebih lanjut dengan memperhitungkan faktor resiko, yaitu dengan cara melakukan analisis probabilitas terhadap waktu tunggu dan persediaan pengaman. Kata-kata kunci: pengendalian persediaan, ukuran lot pemesanan, biaya persediaan

ii

ABSTRACT Analysis of Inventory Control of Sweet Condensed Milk's Raw Materials at PT Indomilk Wijaya, D.D., Burhanuddin, and W. Rindayanti Inventory control is an important operations management functions because inventory requires a great deal of capital and affects the delivery of goods to customers. This research was conducted to learn the raw material's inventory control at PT Indomilk and trying to find alternative methods that can give a better result in company's raw material's inventory control. Inventory control at PT Indomilk is analysed and explained descriptively. The data were analyzed using Material Requirement Planning (MRP) system with three different lot-sizing methods, LotFor-Lot (LFL), Economic Order Quantity (EOQ), and Part-Period Total Cost Balancing (PPB). At this moment, PT Indomilk applies periodic order cycle policy to control their inventory in which the inventory is controlled and added periodically to maintain the inventory level. The inventory level at PT Indomilk is arranged in companys standar policy of buffer stock. PT Indomilk targeted buffer stock at least equal to gross requirement for two week's production. The total inventory cost expended by the company was as much Rp 323,465,134.00. The inventory control at PT Indomilk is still not efficient if seen from the total amount of inventory cost that expended. Research results shows that with MRP system the company can saves inventory cost that expended until 88.98%. But the results also shows that the MRP systems is still not yet applicable because there is some assumption that did not appropriate with the condition faced by company at this moment. To become applicable, further research that calculates the risk factor is needed. Keywords: Inventory Control, Optimal Lot Size, Inventory Cost

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU SUSU KENTAL MANIS PADA PT INDOMILK

DILZAR DIAN WIJAYA D03499059

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU SUSU KENTAL MANIS PADA PT INDOMILK

Oleh DILZAR DIAN WIJAYA D03499059

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 27 Januari 2006

Pembimbing Utama

Pembimbing Anggota

Ir. Burhanuddin, MM

Ir. Wiwiek Rindayanti, MSi

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Ronny R. Noor, MRur.Sc

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 18 Februari 1981 di Bogor, Jawa Barat. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Krisna Wijaya dan Ibu Endah Krisna Wijaya. Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1993 di SDN Polisi IV Bogor, pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 1996 di SMPN 4 Bogor, dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 1999 di SMUN 2 Bogor. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Departemen Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) pada tahun 1999. Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Industri Peternakan (HIMASEIP) dan Koperasi Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (KOPMA IPB).

KATA PENGANTAR Persediaan bahan baku merupakan aset yang bernilai tinggi bagi suatu perusahaan. Tingginya nilai persediaan bahan baku menyebabkan pengendalian

persediaan atas bahan baku perlu mendapatkan perhatian yang besar, terutama bagi perusahaan manufaktur yang sebagian besar bahan bakunya merupakan hasil impor seperti PT Indomilk. Selain untuk mempelajari manajemen persediaan bahan baku pada PT Indomilk, skripsi ini juga disusun untuk mencoba merumuskan suatu model pengendalian persediaan bahan baku yang dapat dijadikan alternatif oleh perusahaan. Penulisan skripsi ini dilakukan setelah melalui proses pengamatan langsung di Production Planning and Inventory Control (PPIC) Department pada PT Indomilk, pencarian informasi dan pustaka di perpustakaan, diskusi dengan dosen pembimbing, dan seminar hasil yang diadakan pada bulan Desember 2005 lalu. Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah Material Requirement Planning (MRP) dengan tiga teknik penentuan ukuran lot yang berbeda, yaitu teknik Lot-ForLot (LFL), teknik Economic Order Quantity (EOQ), dan teknik Part-Period Total Cost Balancing (PPB). Terakhir penulis ucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan selama proses penulisan skripsi ini. Semoga amal baik rekanrekan mendapat balasan dari Yang Maha Kuasa.

Bogor, Januari 2006

Penulis

DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN .............................................................................................. ABSTRACT ................................................................................................. RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... KATA PENGANTAR ................................................................................. DAFTAR ISI ................................................................................................ DAFTAR TABEL ........................................................................................ DAFTAR GAMBAR ................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ PENDAHULUAN ....................................................................................... Latar Belakang ................................................................................. Perumusan Masalah ......................................................................... Tujuan .............................................................................................. KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................................ TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. Persediaan ........................................................................................ Pengertian Persediaan .......................................................... Fungsi dan Peranan Persediaan ............................................ Tipe dan Jenis Persediaan .................................................... Biaya Persediaan .................................................................. Pengendalian Persediaan .................................................................. Pengertian Pengendalian Persediaan ................................... Tujuan Pengendalian Persediaan ......................................... Kebijaksanaan dalam Pengendalian Persediaan .................. Sistem Persediaan MRP ................................................................... METODE ..................................................................................................... Lokasi dan Waktu ............................................................................ Desain .............................................................................................. Data dan Instrumentasi .................................................................... Pengumpulan Data ........................................................................... Analisis Data .................................................................................... Analisis Biaya Persediaan .................................................... Analisis Kuantitatif Pengendalian Persediaan ..................... Definisi Istilah .................................................................................. KEADAAN UMUM LOKASI .................................................................... Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ........................................... Lokasi Perusahaan ........................................................................... Struktur Organisasi Perusahaan ....................................................... i iii iv v vi viii x xi 1 1 4 5 6 8 8 8 9 9 11 13 13 14 14 15 20 20 20 20 21 21 22 23 25 26 26 27 28

Tenaga Kerja Perusahaan ................................................................. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... Klasifikasi Bahan Baku ................................................................... Identifikasi Kebutuhan Bahan Baku ................................................ Proses Pengadaan dan Pembelian Bahan Baku ............................... Sistem Pencatatan Persediaan .......................................................... Waktu Tunggu Pengadaan Bahan Baku .......................................... Biaya Persediaan .............................................................................. Sistem Pengendalian Persediaan Perusahaan .................................. Sistem Persediaan MRP ................................................................... Metode MRP Teknik Lot-For-Lot ....................................... Metode MRP Teknik Economic Order Quantity ................. Metode MRP Teknik Part-Period Total Cost Balancing .... Perbandingan Antara Metode Perusahaan dengan Metode MRP ..... KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... Kesimpulan ...................................................................................... Saran ................................................................................................ UCAPAN TERIMA KASIH ....................................................................... DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. LAMPIRAN .................................................................................................

29 30 30 30 31 32 33 33 38 42 43 44 45 46 52 52 52 53 54 55

vii

DAFTAR TABEL Nomor 1. Perkembangan Konsumsi Susu di Indonesia Tahun 1997-2003 ........ 2. Pangsa Industri Pengolahan Susu Berdasarkan Nilai Penjualan di Indonesia Tahun 1998-2001 ............................................................... 3. Perkembangan Produksi Susu di Indonesia Tahun 1997-2003 .......... 4. Impor Susu dan Bahan Baku Susu Tahun 1996-2001 ....................... 5. Cara Penghitungan Bagian Periode .................................................... 6. Format Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku .................................... 7. Komponen Biaya Pembelian Bahan Baku Skim Milk Powder dan Butter Milk Powder PT Indomilk Periode Juli 2004-Juni 2005 .. 8. Komponen Biaya Pemesanan Per Pesanan Bahan Baku Skim Milk Powder dan Butter Milk Powder PT Indomilk Periode Juli 2004Juni 2005 ............................................................................................. 9. Komponen Biaya Penyimpanan Bahan Baku Skim Milk Powder dan Butter Milk Powder PT Indomilk Periode Juli 2004-Juni 2005 .. 10. Volume Pemakaian Bahan Baku Skim Milk Powder dan Butter Milk Powder pada PT Indomilk Periode Juli 2004-Juni 2005 ........... 11. Jumlah Pesanan dan Tingkat Persediaan Bahan Baku Skim Milk Powder Berdasarkan Kebijakan PT Indomilk Periode Juli 2004Juni 2005 ............................................................................................ 12. Jumlah Pesanan dan Tingkat Persediaan Bahan Baku Butter Milk Powder Berdasarkan Kebijakan PT Indomilk Periode Juli 2004Juni 2005 ............................................................................................ 13. Total Biaya Persediaan Bahan Baku Skim Milk Powder dan Butter Milk Powder PT Indomilk Periode Juli 2004-Juni 2005 .................... 14. Total Biaya Persediaan Bahan Baku Skim Milk Powder dan Butter Milk Powder dengan Metode MRP Teknik Lot-For-Lot Periode Juli 2004-Juni 2005 ............................................................................ 15. Total Biaya Persediaan Bahan Baku Skim Milk Powder dan Butter Milk Powder dengan Metode MRP Teknik Economic Order Quantity Periode Juli 2004-Juni 2005 ................................................ 16. Total Biaya Persediaan Bahan Baku Skim Milk Powder dan Butter Milk Powder dengan Metode MRP Teknik Part-Period Total Cost Balancing Periode Juli 2004-Juni 2005 ............................................. 17. Perbandingan Hasil Pengendalian Persediaan antara Metode Perusahaan dengan Metode MRP untuk Bahan Baku Skim Milk Powder Periode Juli 2004-Juni 2005 ................................................. Halaman 1 2 3 3 19 24 34

36 38 39

40

41 42

44

45

46

47

18. Perbandingan Hasil Pengendalian Persediaan antara Metode Perusahaan dengan Metode MRP untuk Bahan Baku Butter Milk Powder Periode Juli 2004-Juni 2005 ................................................. 19. Penghematan yang Dihasilkan oleh Metode MRP Terhadap Biaya Persediaan yang Dikeluarkan Perusahaan Periode Juli 2004-Juni 2005 .................................................................................................... 20. Keunggulan dan Kelemahan dari Masing-masing Teknik Penentuan Ukuran Lot dalam Metode MRP ........................................................

48

48 50

ix

DAFTAR GAMBAR Nomor 1. Bagan Kerangka Pemikiran Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Susu Kental Manis pada PT Indomilk ........................... 2. Hubungan Biaya Pemesanan dan Biaya Penyimpanan ...................... Halaman 7 17

DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1. Peta Lokasi PT Indomilk .................................................................... 2. Denah Gudang PT Indomilk .............................................................. 3. Denah Gudang Lansano ..................................................................... 4. Struktur Organisasi PT Indomilk ....................................................... 5. Penentuan Ukuran Lot dengan Menggunakan EPP untuk Bahan Baku Skim Milk Powder ..................................................................... 6. Penentuan Ukuran Lot dengan Menggunakan EPP untuk Bahan Baku Butter Milk Powder .................................................................. 7. Perhitungan MRP Teknik LFL untuk Bahan Baku Skim Milk Powder ............................................................................................... 8. Perhitungan MRP Teknik LFL untuk Bahan Baku Butter Milk Powder ............................................................................................... 9. Perhitungan MRP Teknik EOQ untuk Bahan Baku Skim Milk Powder ............................................................................................... 10. Perhitungan MRP Teknik EOQ untuk Bahan Baku Butter Milk Powder ............................................................................................... 11. Perhitungan MRP Teknik PPB untuk Bahan Baku Skim Milk Powder ............................................................................................... 12. Perhitungan MRP Teknik PPB untuk Bahan Baku Butter Milk Powder ............................................................................................... Halaman 56 57 58 59 60 61 62 65 68 71 74 77

PENDAHULUAN Latar Belakang Susu merupakan produk yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas gizi karena susu merupakan bahan makanan yang mengandung protein, hidrat arang dan lemak susu yang mudah diserap oleh tubuh (Ressang dan Nasution, 1982). Dalam keadaan segar, susu merupakan salah satu bahan pangan yang bersifat mudah rusak (perishable) karena mudah menjadi medium tumbuhnya mikroorganisme patogen. Untuk memperpanjang umur simpan dan meningkatkan citarasanya, susu kemudian diolah menjadi berbagai macam produk susu olahan. Tingkat pendidikan masyarakat Indonesia yang semakin tinggi membawa dampak positif bagi kesadaran akan pentingnya mengkonsumsi makanan yang bergizi, termasuk diantaranya produk susu olahan. Tingkat konsumsi susu secara nasional sempat mengalami penurunan yang cukup berarti akibat krisis yang terjadi pada akhir tahun 1997 lalu, walaupun hal tersebut tidak berlangsung untuk jangka waktu yang lama. Sejak tahun 1999, perkembangan konsumsi susu di Indonesia mulai menunjukkan peningkatan yang berarti dari tahun ke tahun (Tabel 1). Tabel 1. Perkembangan Konsumsi Susu di Indonesia Tahun 1997-2003 Tahun 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 *) Konsumsi (ribu ton) 1.116,5 897,4 1.116,0 1.400,0 1.262,9 1.266,4 1.350,5 Perubahan (%) -24,41 19,59 20,28 -10,85 0,27 6,23

Keterangan : *) Angka sementara 2003 Sumber : Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan (2003)

Selama ini pangsa pasar industri pengolahan susu di Indonesia lebih banyak dikuasai oleh beberapa perusahaan besar seperti PT Friesche Vlag Indonesia, PT Nestle Indonesia, dan PT Indomilk. Pangsa pasar industri pengolahan susu

berdasarkan nilai penjualan di Indonesia selama kurun waktu 1998-2001 dapat

dilihat pada Tabel 2. Besarnya pangsa pasar yang dimiliki perusahaan-perusahaan tersebut disebabkan oleh bervariasinya produk-produk yang dihasilkan, sudah cukup lamanya perusahaan-perusahaan tersebut berdiri serta bergerak di bidang industri pengolahan susu, dan karena adanya kepercayaan konsumen akan produk-produk yang dihasilkan. Tabel 2. Pangsa Industri Pengolahan Susu Berdasarkan Nilai Penjualan di Indonesia Tahun 1998-2001
Penjualan (juta rupiah) 1998
PT Friesche Vlag PT Nestle Indonesia PT Indomilk PT Sari Husada PT Indoexim Alfa PT Wirayuda Estitama PT Nutricia PT Sanghiang Perkasa Bebelac Indonesia PT Ultrajaya Lain-Lain Jumlah 1.208.896 1.126.813 904.455 276.835 218.317 199.242 191.533 150.812 105.206 76.268 124.889 4.589.319

Nama Perusahaan

1999
1.315.750 1.278.970 1.050.100 380.315 325.680 276.120 265.233 167.775 110.076 90.375 138.900 5.399.324

2000
1.479.860 1.395.540 1.115.600 400.975 450.683 300.050 273.280 173.430 114.378 99.450 150.955 5.954.201

2001
1.490.900 1.450.260 1.250.300 428.849 420.368 285.910 285.590 170.650 118.576 95.357 177.648 6.174.408

Pangsa Pasar Rata-Rata (%)


24,93 24,61 20,62 6,85 6,30 4,77 4,59 2,86 1,81 1,65 2,70 100,00

Sumber : Capricorn Indonesia Consult (2001)

Salah satu kendala yang banyak dialami oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang industri pengolahan susu adalah masalah dalam pengadaan bahan baku. Meskipun produksi susu segar dalam negeri menunjukkan kecenderungan yang meningkat dalam beberapa tahun terakhir (Tabel 3), namun tetap saja pasokan susu segar dari dalam negeri masih belum mampu memenuhi kebutuhan bahan baku dari industri pengolahan susu baik dari segi jumlah, kualitas, maupun harga.

Tabel 3. Perkembangan Produksi Susu di Indonesia Tahun 1997-2003 Tahun 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 *) Produksi (ribu ton) 423,7 375,4 436,0 495,6 479,9 493,4 577,5 Perubahan (%) -12,86 13,90 12,02 -3,27 2,73 14,56

Keterangan : *) Angka sementara 2003 Sumber : Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan (2003)

Untuk memenuhi kebutuhan industri pengolahan susu dalam negeri, sebagian besar bahan baku susu masih harus didapat dengan cara mengimpor. Selama ini, sebagian besar susu dan bahan baku susu yang diimpor ke Indonesia berasal dari Selandia Baru dan Australia yang merupakan produsen susu terbesar di dunia. Iklim dan manajemen di kedua negara tersebut sangat mendukung untuk pengembangan sapi perah dan bibit unggul, sehingga skala produksi susu yang dimilikinya juga besar. Perkembangan impor susu dan bahan baku susu selama kurun waktu 19962001 dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Impor Susu dan Bahan Baku Susu Tahun 1996-2001
Tahun Milk and cream of fat (cair) SMP (bubuk) Yoghurt 1) (kental) Milk fat (mentega) Cheese (keju) Total

-------------------------------------------- ton --------------------------------------1996 1997 1998 1999 2000 2001 )


Keterangan :
1 2

2.770 3.102 3.330 4.877 5.757


2

48.933 45.681 37.858 55.050 111.511 101.638

9.259 11.187 6.792 12.816 16.958 18.944

6.540 5.116 6.665 13.620 24.514 20.343

6.119 4.692 4.459 4.276 6.002 5.547

73.621 69.778 59.104 90.639 164.742 153.809

7.337

) Termasuk susu kental ) Januari November Sumber : BPS/Data Consult (2002)

Bahan baku bagi perusahaan-perusahaan yang bergerak di industri pengolahan hasil pertanian (agroindustri) merupakan sumber daya yang sangat penting dan juga merupakan komponen biaya terbesar. Dengan memperhatikan hal tersebut di atas, perlu dipelajari sistem pengadaan dan pengendalian persediaan bahan baku dan faktor-faktor yang mempengaruhinya agar dapat memanfaatkannya secara optimal. Perumusan Masalah Persediaan bahan baku merupakan aset yang bernilai tinggi bagi suatu perusahaan. Pada suatu perusahaan manufaktur, umumnya nilai persediaan bahan baku mencapai 30% dari aset total perusahaan (Buffa dan Sarin, 1996). Dengan semakin ketatnya persaingan dalam memperebutkan pangsa pasar, PT Indomilk senantiasa dituntut untuk meningkatkan efisiensinya agar dapat terus bersaing. Salah satu hal yang dapat dilakukan perusahaan untuk meningkatkan efisiensi adalah dengan melakukan pengendalian persediaan, khususnya persediaan bahan baku. Dengan melakukan pengendalian persediaan atas bahan baku yang dimiliki, diharapkan perusahaan dapat mengadakan persediaan bahan baku dalam jumlah, waktu, dan kualitas yang tepat. Kekurangan persediaan bahan baku dapat

menghambat proses produksi, tidak dapat memenuhi permintaan pelanggan dengan baik, dan meningkatkan biaya pemesanan sejalan dengan meningkatnya frekuensi pembelian sehingga mengakibatkan kerugian pada perusahaan. Sedangkan kelebihan persediaan bahan baku akan menimbulkan biaya ekstra serta dapat mengakibatkan turunnya mutu bahan baku akibat masa penyimpanan yang lama. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1) Bagaimana sistem atau kebijakan pengendalian persediaan bahan baku yang selama ini dilakukan oleh PT Indomilk? 2) Apakah kebijakan pengendalian persediaan bahan baku yang diterapkan oleh perusahaan sudah cukup efisien? 3) Apakah terdapat alternatif model pengendalian persediaan bahan baku yang lebih efisien dan sesuai dengan kondisi perusahaan pada saat ini?

Tujuan Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1) Menganalisis kebijakan, pelaksanaan, dan permasalahan dalam manajemen persediaan bahan baku pada PT Indomilk. 2) Merumuskan suatu alternatif model pengendalian persediaan bahan baku yang dapat meningkatkan efisiensi dan sesuai dengan kondisi perusahaan pada saat ini.

KERANGKA PEMIKIRAN Dalam penelitian ini, hal yang pertama kali dilakukan adalah

mengidentifikasi sistem dan kebijakan pengendalian persediaan bahan baku yang selama ini dilakukan oleh PT Indomilk. Hal-hal yang perlu diketahui meliputi

klasifikasi bahan baku, prosedur-prosedur yang berkaitan dengan pengadaan, pembelian, dan penanganan bahan baku, kebijakan yang diterapkan perusahaan dalam mengendalikan dan mengatur tingkat persediaan bahan bakunya, serta sistem pencatatan persediaan bahan baku yang selama ini digunakan perusahaan. Penentuan bahan baku pokok perusahaan merupakan hal yang perlu untuk diprioritaskan sebab dengan melakukan pengendalian atas bahan baku pokok berarti melakukan pengendalian atas biaya yang cukup besar. Bahan baku pokok

perusahaan adalah bahan baku kritis yang keberadaannya akan sangat mempengaruhi aktivitas perusahaan. Bahan baku yang dianalisis dalam penelitian ini adalah Skim Milk Powder (SMP) dan Butter Milk Powder (BMP). Pembatasan jenis bahan baku yang diteliti dilakukan berdasarkan atas besarnya volume pemakaian dan kepentingan bahan baku tersebut dalam proses produksi. Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah menganalisis volume pemakaian bahan baku, waktu tunggu pengadaan bahan baku, serta biaya persediaan yang dihasilkan. Volume pemakaian dari bahan baku perlu diketahui karena volume

pemakaian bahan baku dapat menunjukkan besar permintaan bahan baku dan termasuk salah satu variabel penting untuk mendapatkan kuantitas pesanan yang optimal. Selain itu, data time series dari volume pemakaian bahan baku dapat juga digunakan dalam peramalan pemakaian bahan baku di masa yang akan datang. Waktu tunggu pengadaan bahan baku juga merupakan hal yang penting untuk diketahui. Waktu tunggu (lead time) digunakan untuk dapat menentukan waktu pelaksanaan pesanan sehingga pesanan dapat diterima pada saat dibutuhkan. Dengan menggunakan data-data yang diperoleh, dilakukan analisis dengan menggunakan metode Material Requirement Planning (MRP) dengan tiga teknik penentuan ukuran lot yang berbeda, yaitu teknik Lot-For-Lot (LFL), teknik Economic Order Quantity (EOQ), dan teknik Part-Period Total Cost Balancing (PPB). Hasil yang didapat kemudian dianalisis dan dibandingkan dengan metode perusahaan dalam hal besar biaya persediaan untuk mendapatkan alternatif model

pengendalian persediaan bahan baku yang efisien. Selain dari besar biaya persediaan yang dihasilkan, masing-masing model juga akan dinilai kesesuaiannya dengan kondisi perusahaan pada saat ini. Secara umum, bagan kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
IDENTIFIKASI SISTEM DAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PERUSAHAAN

KLASIFIKASI BAHAN BAKU

PROSEDUR PENGADAAN, PEMBELIAN, DAN PENANGANAN BAHAN BAKU

SISTEM PENCATATAN PERSEDIAAN

PENENTUAN BAHAN BAKU POKOK

ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU

VOLUME PEMAKAIAN BAHAN BAKU

WAKTU TUNGGU PENGADAAN BAHAN BAKU

BIAYA PERSEDIAAN BAHAN BAKU

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU

METODE PERUSAHAAN

METODE MRP TEKNIK LFL

METODE MRP TEKNIK EOQ

METODE MRP TEKNIK PPB

PERBANDINGAN ANTAR METODE

REKOMENDASI ALTERNATIF MODEL PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Susu Kental Manis pada PT Indomilk 7

TINJAUAN PUSTAKA Persediaan Pengertian Persediaan Pengertian persediaan menurut Herjanto (2003) adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali, dan untuk suku cadang dari suatu peralatan atau mesin. Persediaan dapat berupa barang mentah, bahan pembantu, barang dalam proses, barang jadi, ataupun suku cadang. Bisa dikatakan tidak ada perusahaan yang beroperasi tanpa persediaan, meskipun sebenarnya persediaan hanyalah suatu sumber daya yang menganggur, karena sebelum persediaan digunakan berarti dana yang terikat di dalamnya tidak dapat digunakan untuk keperluan lain. Begitu pentingnya persediaan ini sehingga para akuntan

memasukkannya ke dalam neraca sebagai salah satu aktiva lancar. Menurut Joko (2004) persediaan adalah sumber daya menganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Proses lebih lanjut tersebut dapat berupa kegiatan produksi pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran pada sistem distribusi, ataupun kegiatan konsumsi pada sistem rumah tangga. Menurut Assauri (1993) persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barangbarang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal, atau persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. Sedangkan sistem persediaan adalah serangkaian

kebijaksanaan pengendalian yang memonitor tingkat persediaan dan menentukan tingkat persediaan. Persediaan mempunyai arti dan peranan penting pada suatu perusahaan. Pada dasarnya persediaan diperlukan untuk mempermudah atau memperlancar jalannya operasi perusahaan yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang serta selanjutnya menyampaikannya pada konsumen. Tanpa adanya

persediaan, para pengusaha akan dihadapkan pada risiko bahwa perusahaannya pada suatu waktu tidak dapat memenuhi permintaan konsumen.

Fungsi dan Peranan Persediaan Efisiensi operasional suatu organisasi dapat ditingkatkan karena berbagai fungsi penting persediaan (Handoko, 1991). dimaksud adalah : 1) Fungsi Decoupling. Melalui penyimpanan persediaan, perusahaan dapat Fungsi-fungsi persediaan yang

memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung pada pemasok. Persediaan bahan baku diadakan agar perusahaan tidak akan sepenuhnya tergantung pada pengadaannya dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman. 2) Fungsi Economic Lot Sizing. Melalui penyimpanan persediaan, perusahaan

dapat memproduksi dan membeli sumber daya dalam kuantitas yang dapat mengurangi biaya per unit. 3) Fungsi Antisipasi. Persediaan musiman ditujukan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan data masa lalu, yaitu permintaan musiman. Persediaan antisipasi ini penting agar kelancaran proses produksi tidak terganggu. Menurut Herjanto (2003) diadakannya persediaan mulai dari yang berbentuk bahan mentah sampai menjadi barang jadi antara lain berguna untuk dapat : 1) Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang yang dibutuhkan perusahaan. 2) Menghilangkan resiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan. 3) Menghilangkan resiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi. 4) Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga perusahaan tidak akan kesulitan jika bahan itu tidak tersedia di pasaran. 5) Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan potongan kuantitas (quantity discounts). 6) Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan tersedianya barang yang diperlukan. Tipe dan Jenis Persediaan Menurut Handoko (1991) persediaan tersedia dari beberapa jenis, setiap jenis mempunyai karakteristik khusus tersendiri dan cara pengolahannya pun berbeda. Menurut tahapan di dalam proses produksi, persediaan dapat dibedakan atas : 9

1) Persediaan bahan mentah (raw materials), yaitu persediaan barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. 2) Persediaan komponen rakitan (purchased parts), yaitu persediaan barang yang terdiri dari komponen yang diperoleh dari perusahaan lain. 3) Persediaan bahan penolong (supplies), yaitu persediaan barang yang diperlukan dalam proses produksi dan tidak merupakan bagian dari barang jadi. 4) Persediaan barang dalam proses (work in process), yaitu persediaan barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi tetapi masih memerlukan proses selanjutnya. 5) Persediaan barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang yang telah selesai diolah dalam pabrik dan siap dijual atau dikirim ke konsumen. Sedangkan menurut Herjanto (2003) persediaan dapat dikelompokkan ke dalam empat jenis, yaitu : 1) Fluctuation stock, merupakan persediaan untuk menjaga terjadinya fluktuasi permintaan yang tidak diperkirakan sebelumnya, dan untuk mengatasi jika terjadi kesalahan/penyimpangan dalam prakiraan penjualan, waktu produksi, atau pengiriman barang. 2) Anticipation stock, merupakan jenis persediaan untuk menghadapi permintaan yang dapat diramalkan, misalnya pada musim permintaan tinggi, tetapi kapasitas produksi pada saat itu tidak mampu memenuhi permintaan. Persediaan ini juga dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan sukarnya diperoleh bahan baku sehingga tidak mengakibatkan terhentinya proses produksi. 3) Lot-size inventory, merupakan persediaan yang diadakan dalam jumlah yang lebih besar daripada kebutuhan saat itu. Cara ini dilakukan untuk mendapatkan keuntungan dari harga barang (potongan kuantitas) karena pembelian dalam jumlah yang besar, atau untuk mendapatkan penghematan dari biaya pengangkutan per unit yang lebih rendah. 4) Pipeline inventory, merupakan persediaan yang sedang dalam proses pengiriman dari tempat asal ke tempat dimana barang itu akan digunakan. Misalnya, barang yang dikirim dari pabrik menuju tempat penjualan, yang dapat memakan waktu beberapa hari atau beberapa minggu.

10

Biaya Persediaan Secara umum dapat dikatakan bahwa biaya persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat adanya persediaan. Menurut Joko (2004) biaya-biaya persediaan terdiri dari : 1) Biaya pembelian (purchasing cost) Biaya pembelian adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang. Besarnya biaya pembelian ini sangat tergantung pada jumlah barang yang dibeli dan harga satuan barang. Biaya pembelian merupakan faktor penting ketika harga barang yang dibeli tergantung pada ukuran pembelian. Situasi ini

diistilahkan sebagai quantity discount atau price break dimana harga barang per unit akan turun bila jumlah barang yang dibeli meningkat. Dalam banyak teori persediaan, komponen biaya pembelian tidak dimasukkan ke dalam biaya persediaan karena diasumsikan harga barang per unit tidak dipengaruhi oleh jumlah barang yang dibeli sehingga komponen biaya pembelian untuk suatu periode tertentu (misalnya satu tahun) dianggap konstan dan hal ini tidak akan mempengaruhi jawaban optimal tentang berapa banyak barang yang harus dipesan. 2) Biaya pengadaan (procurement cost) Biaya pengadaan dapat dibedakan menjadi 2 jenis sesuai dengan asal barang, yaitu biaya pemesanan (ordering cost) bila barang yang diperlukan diperoleh dari pihak luar (supplier) dan biaya pembuatan (set up cost) bila barang diperoleh dengan cara membuatnya sendiri. a) Biaya pemesanan (ordering cost) adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barang dari luar. Biaya ini meliputi biaya untuk

menentukan pemasok (supplier), pembuatan pesanan, pengiriman pesanan, biaya pengangkutan, biaya penerimaan, dan seterusnya. diasumsikan konstan setiap kali pesan. b) Biaya pembuatan (set up cost) adalah semua pengeluaran yang timbul dalam mempersiapkan produksi suatu barang. Biaya ini timbul di dalam pabrik yang meliputi biaya menyusun peralatan produksi, menyetel mesin, mempersiapkan gambar kerja, dan sebagainya. Biaya ini

11

3) Biaya penyimpanan (holding cost/carrying cost) Biaya penyimpanan adalah semua pengeluaran yang timbul akibat menyimpan barang. Biaya ini meliputi : a) Biaya memiliki persediaan (biaya modal) Penumpukan barang di gudang berarti penumpukan modal, dimana modal perusahaan mempunyai ongkos yang dapat diukur dengan suku bunga bank. Oleh karena itu biaya yang timbul karena memiliki persediaan harus diperhitungkan dalam biaya sistem persediaan. Biaya memiliki persediaan diukur sebagai persentase nilai persediaan untuk periode waktu tertentu. b) Biaya gudang Barang yang disimpan memerlukan tempat penyimpanan sehingga timbul biaya gudang. Bila gudang dan peralatannya disewa maka biaya gudang merupakan biaya sewa, sedangkan bila perusahaan mempunyai gudang sendiri, maka biaya gudang merupakan biaya depresiasi. c) Biaya kerusakan dan penyusutan Barang yang disimpan dapat mengalami kerusakan atau penyusutan karena beratnya atau jumlahnya berkurang (karena hilang). Biaya kerusakan atau penyusutan biasanya diukur dari pengalaman sesuai dengan persentasenya. d) Biaya kadaluarsa (obsolence) Barang yang disimpan dapat mengalami penurunan nilai karena perubahan teknologi dan model. Biaya kadaluarsa biasanya diukur dengan besarnya penurunan nilai jual barang tersebut. e) Biaya asuransi Barang yang disimpan diasuransikan untuk menjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti kebakaran dan sebagainya. Biaya asuransi sangat

tergantung dari jenis barang yang diasuransikan dan perjanjiannya dengan perusahaan asuransi. f) Biaya administrasi dan pemindahan Biaya ini dikeluarkan untuk administrasi persediaan barang yang ada, baik pada saat pemesanan, penerimaan barang maupun penyimpanan dan biaya untuk memindahkan barang dari, ke, dan di dalam tempat penyimpanan, termasuk di dalamnya adalah upah buruh dan biaya peralatan handling.

12

4) Biaya kekurangan persediaan (shortage cost) Bila perusahaan kehabisan persediaan barang pada saat ada permintaan, maka akan terjadi kekurangan persediaan. Keadaan ini akan menimbulkan kerugian karena proses produksi akan terganggu dan perusahaan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan atau bahkan kehilangan pelanggan. Biaya

kekurangan persediaan dapat berupa biaya yang dikeluarkan perusahaan akibat : a) Kuantitas yang tidak dapat dipenuhi Biasanya diukur dari laba yang hilang karena tidak dapat memenuhi permintaan atau kerugian akibat terhentinya proses produksi. b) Waktu pemenuhan Lamanya gudang kosong berarti lamanya proses produksi terhenti atau lamanya perusahaan tidak mendapatkan keuntungan, sehingga waktu menganggur tersebut dapat diartikan sebagai uang yang hilang. Biaya

waktu pemenuhan diukur berdasarkan waktu yang diperlukan untuk memenuhi gudang dengan satuan Rupiah per satuan waktu. c) Biaya pengadaan darurat Supaya pelanggan tidak kecewa, maka dapat dilakukan pengadaan darurat yang biasanya akan mengakibatkan pengeluaran biaya yang lebih besar daripada pengadaan normal. Pengendalian Persediaan Pengertian Pengendalian Persediaan Menurut Assauri (1993) pengendalian persediaan merupakan suatu kegiatan untuk menentukan tingkat dan komposisi persediaan komponen rakitan, bahan baku dan barang hasil (produk) sehingga perusahaan dapat melindungi kelancaran produksi dan penjualan serta kebutuhan-kebutuhan pembelanjaan perusahaan dengan efektif dan efisien. Kelebihan maupun kekurangan persediaan akan menimbulkan kerugian dalam perusahaan. Kelebihan persediaan mengakibatkan timbulnya resiko

kerusakan, penurunan nilai, besarnya dana untuk investasi lain berkurang, dan juga kenaikan biaya-biaya penyimpanan, asuransi, dan biaya-biaya lainnya yang berhubungan dengan persediaan meningkat. Kekurangan persediaan akan

mengganggu jalannya proses produksi, tidak dapat memenuhi kepuasan pelanggan 13

dengan baik, dan meningkatnya biaya pemesanan sejalan dengan meningkatnya frekuensi pembelian persediaan. Tujuan Pengendalian Persediaan Menurut Assauri (1993) tujuan pengendalian persediaan dinyatakan sebagai usaha untuk : 1) Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi. 2) Menjaga supaya pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar atau berlebihan sehingga biaya-biaya yang timbul dari persediaan tidak terlalu besar. 3) Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena akan berakibat pada biaya pemesanan yang menjadi besar. Menurut Stevenson (1986) persyaratan untuk mencapai pengendalian persediaan yang efektif adalah sebagai berikut : 1) Mempunyai sistem akuntansi persediaan, sistem akuntansi ini bisa berupa sistem akuntansi periodik atau sistem akuntansi perpetual. Untuk dapat mendukung perusahaan dalam membuat keputusan tentang besar pesanan, penjadwalan serta pengangkutan diperlukan suatu sistem akuntansi yang akurat. 2) Memiliki ramalan permintaan yang dapat dipercaya dimana didalamnya terdapat ramalan kemungkinan kesalahan. 3) Mengetahui jangka waktu antara pesanan dilakukan dan pesanan diterima, serta varians dari jangka waktu tersebut. 4) Estimasi biaya-biaya persediaan (holding cost, ordering cost, shortage cost). 5) Sistem klasifikasi untuk jenis-jenis persediaan. Kebijaksanaan dalam Pengendalian Persediaan Kebijaksanaan dalam pengendalian persediaan perlu ditetapkan dalam rangka pengaturan persediaan bahan, baik mengenai pemesanannya, maupun mengenai tingkat persediaan yang optimum. Kebijaksanaan mengenai pemesanan bahan baku meliputi penentuan mengenai bagaimana cara pemesanannya, berapa jumlah yang dipesan agar pemesanan tersebut ekonomis serta kapan pemesanan tersebut dilakukan. Sedangkan dalam kebijaksanaan mengenai tingkat persediaan perlu

ditentukan besarnya persediaan pengaman yang merupakan persediaan minimum, 14

besarnya persediaan pada waktu pemesanan kembali dilakukan, dan besarnya persediaan maksimum (Assauri, 1993). Persediaan pengaman merupakan batas jumlah persediaan terendah yang harus ada untuk suatu jenis bahan. Pemesanan standar merupakan banyaknya bahan baku yang dipesan dalam jumlah tetap untuk suatu periode yang telah ditentukan. Pemesanan ini berdasarkan atas pertimbangan efisiensi biaya persediaan yang minimum. Sistem Persediaan MRP Penyediaan bahan baku dapat dilakukan dengan bantuan beberapa model analisis yang kesemuanya itu bertujuan untuk memperoleh kualitas dan kuantitas yang tepat dari bahan-bahan yang tersedia pada waktu dibutuhkan dengan biayabiaya yang minimum untuk memperoleh keuntungan atau untuk kepentingan perusahaan (Assauri, 1993). Model pengendalian persediaan bahan baku yang

digunakan tergantung pada jenis permintaan dari bahan baku itu sendiri. Terdapat dua jenis pemintaan bahan atau barang, yaitu : 1) Permintaan bebas (independent), merupakan jenis permintaan dimana

permintaan konsumen terhadap barang tersebut tidak dipengaruhi atau tidak berhubungan dengan permintaan konsumen akan barang lain. 2) Permintaan terikat (dependent), merupakan jenis permintaan dimana permintaan konsumen terhadap barang tersebut berhubungan dengan permintaan konsumen akan barang lain. Semua permintaan terikat dapat diturunkan dan dihitung dari kebutuhan produk yang dibentuknya. Semua komponen yang membentuk

produk akhir memiliki jenis permintaan terikat. Model analisis pengendalian persediaan yang paling sesuai untuk bahan baku, komponen, atau subkomponen yang memiliki jenis permintaan terikat adalah model analisis deterministik yang salah satu diantaranya adalah sistem MRP (Material Requirement Planning). Sistem ini tidak mencoba untuk membuat persediaan bahan baku menjadi tersedia setiap saat. Sistem ini merencanakan ukuran lot sehingga bahan baku tersebut tersedia pada saat dibutuhkan. Dengan menggunakan sistem MRP tingkat persediaan bahan baku menjadi lebih rendah dan biaya penyimpanan dapat dikurangi.

15

Sistem MRP adalah suatu sistem perencanaan dan penjadwalan kebutuhan material yang memerlukan beberapa tahapan proses. Rencana produksi untuk

produk akhir diterjemahkan ke kebutuhan bahan baku dengan memperhitungkan waktu tunggu sehingga dapat ditentukan kapan dan berapa banyak bahan baku yang harus dipesan untuk produk yang akan dibuat. Sistem MRP memiliki banyak

kelebihan dalam menangani barang-barang dengan permintaan terikat, yaitu : 1) Meningkatkan pelayanan dan kepuasan pelanggan. 2) Meningkatkan kegunaan fasilitas dan tenaga kerja. 3) Perencanaan dan penjadwalan persediaan yang baik. 4) Respon lebih cepat terhadap perubahan pasar. 5) Mengurangi tingkat persediaan tanpa mengurangi pelayanan kepada pelanggan. Ada berbagai macam teknik yang dapat digunakan dalam menentukan ukuran lot pada sistem MRP, beberapa diantaranya adalah teknik Lot-For-Lot (LFL), Economic Order Quantity (EOQ), dan Part-Period Total Cost Balancing (PPB). Teknik Lot-For-Lot. Dalam teknik ini, perusahaan memesan tepat sebesar yang dibutuhkan tanpa persediaan pengaman dan antisipasi atas pesanan lebih lanjut. Pesanan dilakukan sebesar kebutuhan bersih, yaitu kebutuhan kotor dikurangi persediaan yang ada di tangan pada periode-periode awal dan diharapkan pesanan akan diterima pada saat barang tersebut dibutuhkan. Karena model ini hanya

memesan sebesar yang dibutuhkan, maka periode-periode berikutnya setelah persediaan awal dihabiskan tidak terdapat persediaan yang ada di tangan, sehingga kebutuhan kotor adalah sama dengan kebutuhan bersih yang kemudian dipesan dengan harapan akan diterima tepat pada waktunya (Buffa dan Sarin, 1996). Teknik ini berusaha menghilangkan biaya penyimpanan persediaan yang dipegang melewati suatu persediaan. Tetapi teknik ini tidak dapat mengambil

keuntungan ekonomis yang berhubungan dengan ukuran pesanan tetap seperti ukuran kontainer tetap dan prosedur-prosedur standar lainnya (seperti potongan pembelian dan jaminan kontinuitas pasokan bahan baku) karena kuantitas yang dibeli dalam jumlah kecil disesuaikan dengan kebutuhan bersihnya setiap periode. Teknik Economic Order Quantity. Teknik ini merupakan teknik pengendalian

persediaan yang tertua dan paling umum dikenal. Teknik Economic Order Quantity (EOQ) seperti yang sering digunakan dalam persediaan barang-barang bebas dapat 16

juga digunakan sebagai teknik penentuan ukuran lot dalam metode MRP. Dalam teknik EOQ, pemesanan dilakukan sebesar kuantitas pemesanan yang ekonomis. Apabila dalam suatu periode kebutuhan bersihnya lebih besar daripada jumlah EOQ, maka jumlah yang dipesan adalah sebesar kelipatan dari EOQ yang terdekat, yaitu dua atau tiga kali EOQ. Menurut Handoko (1991) teknik ini relatif mudah

digunakan, tetapi memiliki sejumlah asumsi, beberapa diantaranya adalah : 1) Permintaan akan produk adalah konstan, seragam, dan diketahui (deterministik). 2) Harga per unit produk adalah konstan. 3) Biaya penyimpanan per unit per tahun adalah konstan. 4) Biaya pemesanan per pesanan adalah konstan. 5) Waktu antara pesanan dilakukan dan barang-barang diterima adalah konstan. 6) Tidak terjadi kekurangan barang. Biaya yang mempengaruhi kuantitas pemesanan yang optimal (EOQ) menurut Assauri (1993) adalah biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Biaya persediaan lainnya seperti biaya stock out dan biaya pertambahan persediaan tidak diperhitungkan karena dengan asumsi permintaan bahan baku konstan, maka kedua biaya tersebut tidak timbul. Hubungan antara biaya pemesanan dan biaya

penyimpanan dapat dilihat pada (Gambar 2), dimana Q0 adalah kuantitas yang meminimumkan total biaya. Kuantitas pesanan tetap yang meminimumkan biaya tersebut terjadi pada saat kurva biaya pemesanan dan kurva biaya penyimpanan berpotongan, yaitu pada saat biaya pemesanan sama dengan biaya penyimpanan.
Biaya

TC = Biaya total QH/2 = Biaya penyimpanan

DS/Q = Biaya pemesanan Q0 Kuantitas (Q)

Gambar 2. Hubungan Biaya Pemesanan dan Biaya Penyimpanan

17

Penentuan kuantitas pesanan yang optimal dengan menggunakan model EOQ adalah sebagai berikut : Biaya tahunan total = Biaya pemesanan + Biaya penyimpanan TC = (DS/Q) + (QH/2) Menurut Handoko (1991), ukuran lot dengan biaya minimum diperoleh pada saat turunan pertama dari biaya total tahunan sama dengan nol, sehingga diperoleh rumus sebagai berikut :
Q0 =

(2DS) H
D = penggunaan atau permintaan yang diperkirakan per tahun S = biaya pemesanan per pesanan

Dimana : Q0 = kuantitas pemesanan ekonomis

H = biaya penyimpanan per unit per tahun Teknik Part-Period Total Cost Balancing. Teknik PPB ini adalah suatu pendekatan yang lebih dinamis untuk menyeimbangkan biaya pemesanan dan biaya

penyimpanan. Dalam teknik Part-Period Total Cost Balancing (PPB), besarnya pesanan dilakukan sebesar kebutuhan bersih kumulatif dalam suatu periode yang digabungkan. Penggabungan periode dilakukan untuk gabungan periode berurutan yang memiliki nilai kumulatif bagian antar periode mendekati nilai Economic Part Periode (EPP). Nilai EPP adalah kuantitas pembelian yang dapat menyeimbangkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan berdasarkan kebutuhan bersih kumulatif dari beberapa periode yang digabungkan. menggunakan rumus :
EPP = S H

Nilai EPP dapat dihitung dengan

Dimana : S = biaya pemesanan per kali pesan H = biaya penyimpanan per unit per minggu Teknik PPB memiliki prinsip menggabungkan suatu periode ke periode berikutnya. Setelah itu dilakukan penghitungan kebutuhan bersih kumulatif dari periode gabungan tersebut dan juga kumulatif bagian periodenya. Kumulatif bagian periode dipilih dengan mengkumulatifkan perkalian kebutuhan bersih suatu periode dengan tambahan yang ditanggung (Tabel 5).

18

Tabel 5. Cara Penghitungan Bagian Periode


Periode yang digabungkan Kebutuhan bersih kumulatif Kumulatif bagian periode

1 1,2 1,2,3

a a+b a+b+c

a x (1-1) = 0 b x (2-1) b x (2-1) + c x (3-1)

Keterangan : a, b, dan c adalah besar kebutuhan bersih dari setiap periode Sumber : Stevenson (1986)

Kemudian dilihat bagian gabungan periode yang mendekati nilai EPP, yaitu pilihan gabungan periode yang dipilih. Besar pesanan adalah sebesar kebutuhan bersih kumulatif, dilakukan sebelum kebutuhan terjadi dengan harapan diterima tepat pada awal periode gabungan tersebut dan digunakan selama periode gabungan.

19

METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di PT Indomilk yang berlokasi di Jl. Raya Bogor Km 26,6 Gandaria, Jakarta. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2005. Desain Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilaksanakan pada PT Indomilk. Penelitian ini mempelajari manajemen persediaan bahan baku yang selama ini dilakukan oleh PT Indomilk serta mencoba untuk merumuskan alternatif model pengendalian persediaan bahan baku yang efisien dan sesuai dengan kondisi perusahaan. Data dan Instrumentasi Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan pihak perusahaan. Data primer yang diperlukan adalah gambaran perusahaan serta kebijakan-kebijakan perusahaan dalam pengadaan dan pengendalian persediaan bahan bakunya. Data primer tersebut digunakan untuk menganalisis

kebijakan pengadaan dan pengendalian persediaan bahan baku yang selama ini dilakukan oleh perusahaan. Data sekunder diperoleh dari laporan tahunan perusahaan, yaitu data berupa kebutuhan bahan baku, data pemesanan yang mencakup frekuensi dan tenggang waktu pemesanan, serta laporan produksi tahunan. Data sekunder juga diperoleh dari literatur-literatur yang relevan dengan masalah penelitian yang berasal dari instansiintansi terkait, seperti Badan Pusat Statistik, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan, serta hasil-hasil penelitian yang relevan. Data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data-data kualitatif yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi jenis dan asal bahan baku, prosedur pengadaan, pembelian, dan penanganan bahan baku, sistem pencatatan persediaan, serta kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan pengendalian dan penentuan tingkat persediaan bahan baku perusahaan. Sedangkan data kuantitatif yang diperlukan adalah sebagai berikut :

1) Data persediaan bahan baku masa lalu yang berupa data kuantitatif persediaan awal, pemasukan (pembelian) dan pemakaian bahan baku, persediaan akhir yang terdapat di gudang, kapasitas gudang, dan jadwal produksi. 2) Biaya pembelian (purchasing cost). Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk

membeli barang. Biaya pembelian diantaranya terdiri dari harga bahan baku, Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dll. 3) Biaya pemesanan (ordering cost). Biaya ini terdiri dari data biaya-biaya yang berkaitan dengan pemesanan bahan baku dalam satu kali pesan. pemesanan diantaranya terdiri dari biaya administrasi, biaya telepon, dll. 4) Biaya penyimpanan (holding/carrying cost). Biaya yang terjadi karena adanya persediaan bahan baku di gudang. Biaya penyimpanan diantaranya terdiri dari biaya modal (opportunity cost), biaya penanganan persediaan (handling), dll. 5) Waktu tunggu (lead time). Lama waktu antara mulai dilakukannya pemesanan bahan baku sampai dengan kedatangan bahan baku tersebut di gudang. Pengumpulan Data Pengumpulan data utamanya dilaksanakan di Production Planning and Inventory Control (PPIC) Department, PT Indomilk. Pengumpulan data Biaya

dilaksanakan selama satu bulan. Responden yang dilibatkan dalam pengumpulan data terdiri dari PPIC Manager serta staf-staf terkait dari PPIC, Production, dan Warehouse Department. Analisis Data Kebijakan, pelaksanaan, dan permasalahan dalam manajemen persediaan bahan baku yang selama ini dilakukan oleh PT Indomilk dianalisis dan diuraikan secara deskriptif. Pada penelitian ini, analisa yang dilakukan dibatasi hanya pada dua bahan baku saja, yaitu Skim Milk Powder (SMP) dan Butter Milk Powder (BMP). Selain karena merupakan bahan baku utama, pemilihan kedua jenis bahan baku ini juga didasarkan atas besarnya volume pemakaian bahan baku tersebut pada proses produksi. Untuk mendapatkan alternatif model pengendalian persediaan, digunakan metode MRP dengan tiga teknik penentuan ukuran lot yang berbeda, yaitu teknik Lot-For-Lot, Economic Order Quantity (EOQ), dan Part-Period Total Cost 21

Balancing (PPB).

Model pengendalian persediaan yang paling efisien didapat

dengan cara membandingkan ketiga model tesebut dengan metode perusahaan dalam hal besar biaya persediaan. Data dan informasi yang terkumpul diolah dan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diolah dengan menggunakan alat bantu software Microsoft Excel dan kalkulator, dimana sebagian besar hasilnya ditampilkan dalam bentuk tabel. Kemudian data kuantitatif hasil analisa tersebut dibandingkan untuk mendapatkan alternatif model pengendalian persediaan yang paling efisien. Tahapan-tahapan pengolahan dan analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1) Identifikasi sistem dan kebijakan pengendalian persediaan bahan baku yang selama ini dilakukan oleh perusahaan 2) Penentuan bahan baku pokok perusahaan 3) Analisis waktu tunggu pengadaan dan volume pemakaian bahan baku 4) Analisis komponen-komponen biaya persediaan 5) Analisis kuantitatif pengendalian persediaan dengan metode MRP 6) Analisis hasil dan perbandingan antar metode Analisis Biaya Persediaan Biaya-biaya persediaan yang akan dianalisis meliputi biaya persediaan yang terdiri dari biaya pemesanan dan biaya penyimpanan bahan baku. Penentuan

komponen biaya persediaan ini berguna dan saling terkait dalam menentukan kuantitas optimal pesanan pada analisis berikutnya. Biaya pemesanan adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan yang berkaitan dengan pemesanan dan penerimaan bahan baku dari pemasok. Biaya ini berhubungan dengan frekuensi pesanan, tetapi tidak tergantung dari kuantitas pesanan. Komponen biaya ini meliputi biaya administrasi, biaya telepon, biaya fax, biaya transfer bank, dsb.
TC = F C

Besarnya biaya pemesanan selama satu tahun dapat

dihitung dengan menggunakan rumus :

Dimana : TC = Biaya pemesanan selama satu tahun F = Banyaknya frekuensi pemesanan selama satu tahun C = Biaya pemesanan per pesanan 22

Biaya penyimpanan adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan yang berkaitan dengan adanya persediaan di gudang. Biaya ini berhubungan dengan tingkat rata-rata persediaan yang terdapat di gudang. Komponen biaya ini meliputi biaya penanganan persediaan, biaya asuransi, serta biaya modal (opportunity cost) dari investasi dalam bentuk persediaan. Besarnya biaya penyimpanan selama satu tahun dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
T H = t Hi
i 1 365

t Hi = Qri h
Q ri = (Q awi + Q aki ) 2

Dimana : TH = Biaya penyimpanan per tahun tHi = Biaya penyimpanan per hari

Qri = Tingkat persediaan rata-rata tanggal i Qawi = Tingkat persediaan awal rata-rata tanggal i Qaki = Tingkat persediaan akhir rata-rata tanggal i h = Biaya penyimpanan per unit per hari Besar dari opportunity cost dipengaruhi oleh harga per unit dan besarnya tingkat suku bunga yang berlaku pada satu periode yang bersangkutan. Biaya ini dihitung karena dengan mengadakan persediaan bahan baku, perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan jika dana untuk mengadakan persediaan bahan baku tersebut disimpan di bank. Besar dari opportunity cost dapat dihitung dengan cara sebagai berikut : Opportunity cost = P x r Dimana : P = Harga pembelian bahan baku per unit r = Tingkat suku bunga investasi Analisis Kuantitatif Pengendalian Persediaan Hal utama yang dicari dari suatu model pengendalian persediaan adalah kuantitas dan waktu pesanan yang optimal bagi perusahaan. Dalam penelitian ini dilakukan perbandingan atas beberapa model pengendalian persediaan yang dapat dijadikan alternatif. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistem

rencana kebutuhan bahan atau Material Requirement Planning (MRP) System. Dalam sistem MRP, digunakan format seperti yang terdapat pada Tabel 6.

23

Tabel 6. Format Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku


Minggu keKeterangan 1 Kebutuhan kotor Proyeksi persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan
Sumber : Buffa dan Sarin, 1996

Langkah pertama

adalah

menentukan

kebutuhan

kotor perusahaan.

Kebutuhan kotor merupakan rencana pemakaian persediaan perusahaan yang telah ditentukan sebelumnya pada saat penjadwalan produksi. Proyeksi persediaan di tangan adalah perkiraan persediaan awal yang ada di tangan untuk suatu periode. Apabila tidak terdapat penerimaan terjadwal, tidak terdapat kebutuhan bersih dan tidak terdapat rencana penerimaan pesanan pada periode sebelumnya, maka besar proyeksi persediaan di tangan untuk suatu periode adalah proyeksi persediaan di tangan pada periode sebelumnya dikurangi kebutuhan kotor pada periode sebelumnya. Apabila terdapat penerimaan terjadwal pada periode sebelumnya, tetapi tidak terdapat kebutuhan bersih dan rencana penerimaan pesanan pada periode sebelumnya, maka proyeksi persediaan di tangan adalah sebesar penerimaan terjadwal pada periode sebelumnya dikurangi dengan kebutuhan kotor pada periode sebelumnya. Apabila terdapat kebutuhan bersih dan rencana

penerimaan pesanan pada periode sebelumnya, maka proyeksi persediaan di tangan adalah sebesar rencana penerimaan pesanan pada periode sebelumnya dikurangi dengan kebutuhan bersih pada periode sebelumnya. Penerimaan terjadwal adalah persediaan yang akan diterima pada periode tertentu dalam periode pengamatan berdasarkan pemesanan yang dilakukan sebelum pengamatan. Kebutuhan bersih adalah kebutuhan persediaan yang tidak lagi dapat dipenuhi oleh persediaan perusahaan. Apabila jumlah penerimaan terjadwal dan proyeksi persediaan di tangan untuk suatu periode lebih besar dari kebutuhan kotor, maka tidak terdapat kebutuhan bersih pada periode tersebut. Dan sebaliknya, apabila proyeksi persediaan di tangan lebih kecil dari kebutuhan kotor untuk suatu periode, 24

maka kebutuhan bersih untuk periode tersebut adalah sebesar kebutuhan kotor dikurangi dengan proyeksi persediaan di tangan pada periode tersebut. Rencana penerimaan pesanan adalah besar pesanan yang direncanakan akan diterima untuk suatu periode. Besar rencana penerimaan pesanan ditentukan

berdasarkan teknik penentuan ukuran lot yang digunakan. Rencana pelaksanaan pesanan adalah besar pesanan yang direncanakan akan diterima pada suatu periode, dengan harapan akan diterima perusahaan tepat pada saat yang dibutuhkan. Pesanan pada saat rencana pelaksanaan pesanan besarnya sama dengan saat rencana penerimaan pesanan, sedangkan periode pelaksanaannya sebesar waktu tunggu sebelum rencana penerimaan pesanan. Definisi Istilah Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan. Bahan baku adalah bahan yang membentuk bagian menyeluruh dari suatu produk jadi. Biaya pemesanan adalah biaya-biaya yang terkait langsung dengan kegiatan pemesanan atau pembelian bahan baku yang dilakukan oleh perusahaan. Biaya ini diasumsikan konstan setiap kali pesan. Biaya penyimpanan adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan yang berkaitan dengan adanya persediaan bahan baku di gudang perusahaan. Biaya persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat adanya persediaan. Biaya persediaan yang dibandingkan dalam penelitian ini terdiri dari biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Waktu tunggu adalah tenggang waktu antara pemesanan bahan baku sampai bahan baku tersebut diterima perusahaan. Ukuran lot pemesanan yang optimal adalah jumlah dari bahan baku yang dipesan dalam satu kali pesan untuk memenuhi kebutuhan kotor perusahaan, dimana pemesanan dilakukan dalam kuantitas yang dapat meminimumkan biaya persediaan.

25

KEADAAN UMUM LOKASI Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Pada awal berdirinya, PT Australia Indonesian Milk Industries merupakan pabrik pengolahan susu yang merupakan hasil kerjasama antara pemerintah Indonesia dan Australia (Australian Dairy Produce Board) yang didasarkan pada Undang-Undang Penanaman Modal Asing Nomor 1 Tahun 1967 dan Surat Presiden RI Nomor B33/Press/II/1967 tanggal 3 November 1967. PT Australia Indonesian Milk Industries secara resmi didirikan di Jakarta pada tanggal 15 Desember 1967 dengan akte notaris A. Latief No.36. Perusahaan ini merupakan hasil kerjasama antara Perusahaan Dagang dan Industri (PD&I) Morison N.V. dari pihak Indonesia dengan kepemilikan saham sebesar 25 persen dengan pihak Australia yang diwakili oleh ADPB (Australian Dairy Produce Board) atau yang sekarang bernama ADC (Australian Dairy Corporation) dengan kepemilikan saham sebesar 75 persen. Pembangunan pabrik dimulai pada tanggal 1 Mei 1968 di atas tanah seluas 3 hektar dengan luas bangunan 6.000 m2 dan selesai pada bulan Juni 1969. PT Australia Indonesian Milk Industries mulai berproduksi pada tanggal 3 Juli 1969 dan menghasilkan produk susu kental manis (SKM) dengan merek INDOMILK. Produk-produk SKM yang dihasilkan PT Australia Indonesian Milk Industries hingga saat ini diantaranya adalah SKM INDOMILK (Plain dan Choco), SKM Cap Enaak (Plain dan Coklat), dan Krimer Kental Manis Kremer. Di samping itu, PT Australia Indonesian Milk Industries juga memproduksi SKM untuk keperluan ekspor yang diproduksi sesuai dengan permintaan. Pada tahun 1971, PT Australia Indonesian Milk Industries mulai memproduksi susu cair pasteurisasi (Pasteurized Liquid Milk), dan pada tahun 1972 mulai memproduksi butter dengan merek dagang Orchid. Selain memproduksi susu dan butter, PT Australia Indonesian Milk Industries juga memproduksi bahan baku es krim yang selanjutnya diolah lebih lanjut oleh PT Dairyville menjadi es krim dengan merek dagang Peters yang kemudian berubah menjadi Indo Es Krim. Pada tahun 1990, PT Australia Indonesian Milk Industries bekerjasama dengan PT Ultrajaya Bandung membentuk PT Ultrindo yang memproduksi susu bubuk dengan merek INDOMILK. Pada tahun 1983, PT Australia Indonesian Milk Industries berubah nama menjadi PT Indomilk pada saat mengalami perubahan

bentuk dari Penanaman Modal Asing (PMA) menjadi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh Grup Salim (60%), BBI/Sinar Mas Inti (20%), dan sisanya dimiliki oleh P.D.&I Morison. Pada tahun 1994, PT Indomilk menjadi perusahaan susu pertama di Indonesia yang memperoleh rekomendasi untuk mencantumkan label halal pada semua produknya setelah memenuhi persyaratan ketat yang diterapkan oleh Departemen Kesehatan dan Departemen Agama Republik Indonesia dalam bahan baku, formulasi, pengolahan, peralatan, uji coba kontaminasi dan radiasi, kebersihan sarana kerja, kontrol mutu dan kemasan serta penanganan limbah. Pada tahun 2001, PT Indomilk mendapat sertifikat ISO 9002 di bidang industri pengolahan susu dari Lembaga Sertifikat International SGS dan UKAS Quality Management dengan nomor sertifikat Q53616. Lokasi Perusahaan Kantor pusat dan pabrik PT Indomilk terletak di Jalan Raya Bogor Km 26,6 Gandaria, Kelurahan Pekayon, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Area pabrik menempati lokasi yang sangat strategis karena jarak dan sarana transportasi dari sumber bahan mentah ke lokasi pabrik dekat, juga dekat dengan terminal barang (pelabuhan dan stasiun), pusat-pusat kegiatan perekonomian seperti perkantoran, pertokoan, perdagangan, perbankan, hiburan, dan lain-lain. Pemilihan lokasi ini dapat memudahkan dalam pengadaan tenaga kerja, bahan baku, kemudahan transportasi sehingga memungkinkan distribusi berjalan dengan baik dan cepat, serta dekat dengan daerah pemasaran. Saat ini PT Indomilk mempunyai luas lahan 3 hektar dengan luas bangunan kurang lebih 10.727 m2. Bangunan-bangunan yang dibangun di dalam area pabrik antara lain terdiri dari kantor, laboratorium, ruang produksi, ruang generator, ruang boiler, gudang, bengkel, tempat pengolahan limbah, kantin, mesjid, dan pos penjagaan. Selain gudang yang terletak di dalam area pabrik, PT Indomilk juga memiliki gudang lain yang letaknya kurang lebih 2 km dari area pabrik yang diberi nama gudang lansano. Di sebelah barat PT Indomilk terdapat PT Kiwi, PT Nutricia, PT NGK Busi dan PT Guru. Di sebelah selatan terdapat sungai Cipinang sebagai area tempat pembuangan limbah yang telah diolah dan tidak berbahaya. Di dalam areal PT 27

Indomilk terdapat perusahaan pengolahan susu lainnya yang memiliki hubungan erat, yaitu PT Dairyville dan PT Ultrindo. Struktur Organisasi Perusahaan Pimpinan operasional tertinggi di PT Indomilk adalah Steering Committee yang bertugas memimpin perusahaan secara keseluruhan dan bertanggung jawab kepada para pemegang saham terhadap kemajuan perusahaan. Dalam menjalankan tugasnya Steering Committee dibantu oleh Management Representative, Quality Assurance, Corporate Advisor, dan Executive Payroll. Steering Committee

membawahi sembilan divisi, yang terdiri dari Product Development and Quality Control (PDQC) Division, Marketing and Sales Division, Human Resources Development and General Affair (HRD&GA) Division, Supply Chain Division, Production Division, Central Purchasing Division, Engineering Division, Finance and Accounting Division, dan KUD Service Division. Masingmasing divisi tersebut dikepalai oleh seorang kepala divisi. Divisidivisi ini terbagi lagi menjadi beberapa departemen yang dikepalai oleh seorang manajer yang dibantu oleh beberapa supervisor yang memimpin beberapa staf. Product Development and Quality Control Division bertugas untuk menjaga kualitas mutu bahan baku sampai menjadi produk jadi dan melakukan penelitian untuk pengembangan dan penciptaan produk baru. Marketing and Sales Division bertanggung jawab dalam hal pemasaran dan penjualan produk yang dihasilkan perusahaan, dan juga melakukan riset pasar untuk mendapatkan peluang pasar yang lebih luas dan menjaga kelangsungan hidup pasar yang telah didapatkan. Human Resources Development and General Affair Division bertanggung jawab dalam perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian atas pengadaan tenaga kerja, pengembangan, kompensasi, integrasi pemeliharaan, dan pemutusan hubungan kerja. Selain itu, divisi ini juga bertanggung jawab dalam pembinaan hubungan dengan pihak luar maupun hubungan di dalam perusahaan itu sendiri. Supply Chain Division bertugas melakukan perencanaan produksi dan persediaan bahan baku untuk produksi maupun produk jadi. Perencanaan ini

didasarkan atas data-data dan informasi dari Production Division dan Marketing and

28

Sales Division, sedangkan untuk pembelian barang-barang kebutuhan perusahaan dilakukan oleh Central Purchasing Division. Production Division bertanggung jawab dalam kelancaran proses produksi agar produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Engineering Division bertanggung jawab dalam penanganan dan perawatan peralatan mesin-mesin produksi serta sarana dan prasarana lainnya, juga penanganan kerusakan yang termasuk pengadaan suku cadang untuk pemeliharaan peralatan demi menunjang lancarnya kegiatan perusahaan. Finance and Accounting Division bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan perusahaan. perusahaan dan bertugas menyusun anggaran-anggaran belanja

Divisi ini berwenang dalam mengatur penggajian karyawan, biaya

pengeluaran pabrik dan menghitung aset perusahaan. KUD Service Division bertugas untuk dapat menjamin ketersediaan bahan baku susu segar yang sesuai dengan spesifikasi mutu yang ditetapkan perusahaan. Divisi ini bekerja sama dengan para peternak yang tergabung dalam GKSI (Gabungan Koperasi Seluruh Indonesia), serta melakukan pembinaan kepada peternak guna mendapatkan bahan baku yang sesuai dengan mutu yang diharapkan. Tenaga Kerja Perusahaan Berdasarkan waktu kerjanya, PT Indomilk membagi karyawannya menjadi dua golongan yaitu karyawan tetap dan karyawan kontrak. Karyawan tetap adalah karyawan yang terikat hubungan kerja untuk waktu yang tidak ditentukan, sedangkan karyawan kontrak adalah karyawan yang memiliki hubungan kerja dalam batas waktu yang ditentukan (kontrak). Jumlah karyawan perusahaan kurang lebih

mencapai 913 orang, yang terdiri atas 850 orang karyawan tetap dan 63 orang karyawan kontrak. Untuk karyawan administratif (kantor), waktu kerja adalah lima hari seminggu yaitu hari Senin sampai Jumat pukul 08.00-16.30 WIB, sedangkan untuk karyawan pabrik bekerja 7 hari dalam satu minggu menurut shift berikut : 1) Shift malam : Pukul 22.30-07.00 WIB 2) Shift pagi : Pukul 6.30-15.00 WIB

3) Shift Siang : Pukul 14.30-23.00 WIB

29

HASIL DAN PEMBAHASAN Klasifikasi Bahan Baku Bahan baku yang diperlukan dalam proses produksi susu kental manis (SKM) pada PT Indomilk terdiri dari air, Skim Milk Powder (SMP), Butter Milk Powder (BMP), Whey Powder, gula, Palm Oil, dan bahan-bahan lain dalam jumlah yang sedikit, seperti vitamin, laktosa, flavour, dan Butyl Hidroksi Anisol. Untuk lebih memudahkan pengendaliannya, bahan baku tersebut dibedakan menjadi bahan baku utama dan bahan baku tambahan berdasarkan atas nilai investasi dan kepentingannya dalam proses produksi. Bahan baku utama yang digunakan oleh PT Indomilk terdiri dari SMP, BMP, dan gula. Skim Milk Powder digunakan sebagai sumber protein susu. Skim Milk

Powder yang digunakan oleh PT Indomilk merupakan hasil impor dari beberapa negara, antara lain Australia, Selandia Baru, Jerman, Belanda, dan Amerika Serikat. PT Indomilk menggunakan SMP karena pasokan susu segar dari dalam negeri masih belum dapat memenuhi kebutuhan perusahaan baik dari segi jumlah, kuantitas, maupun harga. Selain itu perusahaan juga lebih suka menggunakan SMP karena kemudahan dalam mendapatkannya dan daya simpannya yang cukup lama dibandingkan dengan susu segar. Butter Milk Powder digunakan untuk meningkatkan aroma, kandungan protein serta sebagai sumber lemak hewani pada produk susu kental manis PT Indomilk. Butter Milk Powder yang digunakan oleh PT Indomilk merupakan hasil impor dari Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, Jerman, dan Denmark. Butter Milk Powder dan SMP diimpor dalam kemasan sak dengan berat dari tiap kemasan adalah sebesar 25 kg. Identifikasi Kebutuhan Bahan Baku Proses identifikasi kebutuhan bahan baku pada PT Indomilk dilakukan oleh material planner dari Production Planning and Inventory Control (PPIC) Department. Perhitungan kebutuhan bahan baku dilakukan dengan bantuan

komputer berdasarkan atas rencana produksi yang dikeluarkan oleh production planner dan simulasi terhadap jumlah dan jadwal kedatangan barang.

Rencana produksi dibuat oleh Marketing Services Department berdasarkan atas ramalan penjualan, kapasitas produksi, dan ketersediaan produk akhir (finished goods) yang terdapat di gudang perusahaan. Beberapa faktor lain yang perlu

dipertimbangkan dalam menyusun rencana produksi adalah kondisi mesin produksi, jumlah hari kerja, dan tenaga kerja yang tersedia. Proses perencanaan produksi dimulai dengan diterbitkannya Supply Order (SO). Supply Order merupakan permintaan produk dari Marketing Services

Department yang isinya terdiri dari jenis dan jumlah produk yang diminta. Supply Order diterbitkan oleh seorang Marketing Service Manager untuk setiap bulannya. Berdasarkan atas SO yang diterbitkan, kapasitas produksi, jumlah hari kerja, dan standard buffer stock policy, PPIC Department kemudian membuat Confirmed Supply Order (CSO). Selain berdasarkan atas rencana produksi, proses identifikasi kebutuhan bahan baku juga dilakukan dengan mempertimbangkan Bill of Material yang dikeluarkan oleh Product Development and Quality Control (PDQC) Division dan laporan stock material dari Warehouse Department. Proses Pengadaan dan Pembelian Bahan Baku Proses pengadaan bahan baku dimulai dengan diterbitkannya Purchase Requisition (PR) oleh seorang PPIC Manager. Purchase Requisition dibuat saat perusahaan perlu melakukan pemesanan bahan baku. Purchase Requisition berisi tentang jenis barang, jumlah barang yang akan dipesan, dan jadwal pengiriman. Bila PR telah ditandatangani oleh PPIC Manager, maka lembar PR akan diserahkan ke Purchasing Department. Jika barang yang hendak dibeli tersebut merupakan barang impor, maka akan dilakukan koordinasi dengan Import Department. Dasar dari penetapan pemasok adalah canvas sheet. Canvas sheet dibuat oleh Purchasing Department berdasarkan surat penawaran yang diterima dari berbagai pemasok. Kriteria-kriteria yang digunakan dalam menentukan pemasok diantaranya adalah harga yang ditawarkan, ketersediaan barang, kualitas harus sesuai dengan standar yang ditentukan, ketepatan waktu pengiriman, serta kemudahan dihubungi dan kecepatan dalam menanggapi komplain. Setelah menentukan beberapa

pemasok, Purchasing Department kemudian akan mengkonfirmasi kontrak kepada setiap pemasok dan mengaturnya berdasarkan rencana kebutuhan bahan baku perusahaan. Berdasarkan konfirmasi kontrak dari setiap pemasok, Purchasing 31

Department kemudian akan meminta proforma invoice dari pemasok yang berkepentingan. Di dalam proforma invoice, waktu pembayaran akan disebutkan. Pembayaran dilakukan dengan menggunakan irrevocable L/C at sight, yaitu Letter of Credit (L/C) yang tidak dapat dibatalkan dan dapat langsung dibayar setelah terdapat kesepakatan antara pemasok dan pembeli walaupun barang belum diterima oleh pembeli. Prosedurnya adalah Purchasing Department mengajukan pembukaan L/C ke Bank Devisa. Bank selanjutnya menerbitkan L/C dan mengirimkan detail L/C kepada Purchasing Department. Setelah menerima detail L/C, Purchasing

Department kemudian membuat Purchasing Order (PO) untuk dikirimkan kepada pemasok. Purchasing Order dibuat berdasarkan PR, detail L/C, dan working

instruction pembuatan PO. Pemasok kemudian akan mengirimkan Bill of Lading (B/L) dan dokumendokumen impor lainnya (invoice dan packing list) kepada Purchasing Depatment melalui Bank Devisa. Setelah menerima dokumen-dokumen tersebut perusahaan akan mengurus dokumen kepabeanan, menyelesaikan pembayaran bea masuk, serta melunasi biaya impor lainnya pada pada Bank Devisa. Ketika barang tiba, perusahaan melalui agen ekspedisi akan mengeluarkan barang dari pelabuhan dengan menunjukkan B/L, delivery order, dan bukti pelunasan bea masuk beserta dokumen-dokumen impor lainnya. Setelah diberikan izin keluar, agen ekspedisi kemudian akan mengantarkan barang sampai ke gudang perusahaan. Sistem Pencatatan Persediaan Sistem pencatatan persediaan bahan baku di PT Indomilk dilakukan oleh Warehouse Department yang menentukan jumlah persediaan dengan periodic system dan perpectual system. Periodic system yaitu perhitungan bahan baku secara fisik yang dilakukan setiap akhir bulan, sedangkan perpectual system adalah sistem penghitungan persediaan yang berupa catatan administrasi persediaan yang mencatat setiap terjadinya mutasi bahan baku. Untuk menghindari kesalahan pencatatan,

pencatatan harus dilakukan oleh staf dari Warehouse Department di buku pembelian dan persediaan bahan baku setiap terjadi mutasi bahan baku. Hasil pemeriksaan dari Warehouse Department diantaranya terdiri dari jumlah bahan baku yang dibeli dan jumlah bahan baku yang digunakan. Jumlah bahan baku yang tersedia di gudang pada setiap akhir bulan akan dilaporkan kepada Purchasing Department dan 32

Production Manager berdasarkan jenis, jumlah, maupun tingkat kerusakan pada bahan baku yang disimpan. Data-data tersebut kemudian dimasukkan ke komputer untuk mempermudah proses pemeriksaan jumlah persediaan yang disimpan. Metode yang digunakan oleh perusahaan untuk menilai persediaannya adalah metode First In First Out (FIFO) dimana bahan baku yang lebih dahulu dipakai adalah bahan baku yang lebih dulu masuk. Metode ini didasarkan atas asumsi bahwa harga persediaan bahan baku yang lebih dahulu dipakai dinilai menurut harga pembelian bahan baku yang lebih dahulu masuk. Dengan demikian, persediaan akhir dinilai menurut harga pembelian bahan baku yang terakhir masuk. Waktu Tunggu Pengadaan Bahan Baku Waktu tunggu (lead time) adalah lama waktu antara mulai dilakukannya pemesanan bahan baku sampai dengan kedatangan bahan baku tersebut di gudang perusahaan. Waktu tunggu sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dari bahan baku itu sendiri dan jarak antara pembeli dengan pemasok. Bagi perusahaan yang

menggunakan bahan baku impor, waktu tunggu merupakan hal yang sangat penting. Apabila waktu tunggu diketahui, perusahaan akan dapat melakukan tindakantindakan untuk mengurangi faktor ketidakpastian pasokan bahan baku. Skim Milk Powder dan Butter Milk Powder yang digunakan oleh PT Indomilk merupakan bahan baku impor sehingga pengadaannya memerlukan waktu yang cukup lama. Waktu tunggu pengadaan bahan baku SMP dan BMP pada PT Indomilk rata-rata adalah delapan minggu. Biaya Persediaan Secara umum dapat dikatakan bahwa biaya persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat adanya persediaan. Biayabiaya persediaan tersebut terdiri dari biaya pembelian (purchasing cost), biaya pemesanan (ordering cost), biaya penyiapan (set up cost), biaya penyimpanan (holding cost), dan biaya kekurangan persediaan (shortage cost). Pada PT Indomilk, biaya yang dimasukkan sebagai biaya persediaan terdiri dari biaya pembelian, biaya pemesanan, dan biaya penyimpanan. Biaya penyiapan tidak dimasukkan ke dalam biaya persediaan karena perusahaan tidak memproduksi bahan bakunya sendiri sehingga biaya penyiapan tidak terdapat pada PT Indomilk. 33

Sedangkan biaya kekurangan persediaan tidak dimasukkan karena selama periode penelitian perusahaan tidak pernah mengalami kehabisan bahan (stock out). Biaya pembelian adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku. Besarnya biaya pembelian ini sangat tergantung pada jumlah bahan baku yang dibeli dan harga satuan dari bahan baku tersebut. Selain dari harga bahan baku itu sendiri, komponen biaya pembelian pada PT Indomilk terdiri dari biaya asuransi, pajak, biaya transportasi dan lain-lain (Tabel 7). Beberapa dari biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan seperti harga bahan baku, biaya transportasi dan biaya THC dikenakan dalam mata uang U$D. Asumsi nilai tukar yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar Rp 9.776,00 per U$D 1 yang merupakan kurs rata-rata selama periode pengamatan (Juli 2004-Juni 2005). Harga pembelian dari bahan baku SMP dan BMP yang digunakan dalam penelitian ini merupakan harga rata-rata selama periode pengamatan (Juli 2004Juni 2005), yaitu sebesar U$D 1552,58 per ton untuk bahan baku SMP dan U$D 1281,83 per ton untuk bahan baku BMP. Harga tersebut merupakan harga Cost and Freight (C&F), yaitu harga sampai ke pelabuhan penerima. Tabel 7. Komponen Biaya Pembelian Bahan Baku Skim Milk Powder dan Butter Milk Powder PT Indomilk Periode Juli 2004-Juni 2005
Komponen Biaya Pembelian Harga C&F Asuransi (Marine Insurance) Bea Masuk Bank Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pajak Penghasilan (PPh) Transportasi Terminal Handling Charge (THC) Penumpukan (Lift On Lift Off) Total per peti kemas1) Total per sak2) Total per kg
Keterangan :
1) 2)

SMP (Rp/peti kemas) 379.450.552,00 1.897.252,76 19.067.390,24 476.684,75 40.041.519,50 10.010.379,87 1.710.800,00 1.466.400,00 40.500,00 454.161.479,12 454.161,48 18.166,46

BMP (Rp/peti kemas) 313.279.252,00 1.566.396,26 15.742.282,41 393.557,06 33.058.793,07 8.264.698,27 1.710.800,00 1.466.400,00 40.500,00 375.522.679,07 375.522,68 15.020,91

Peti kemas dengan panjang 20 kaki dapat menampung 25 ton bahan baku 1 sak sama dengan 25 kg Sumber : PT Indomilk, 2005

34

Nilai dari asuransi bahan baku adalah sebesar 0,5% dari harga C&F, sehingga harga Cost Insurance and Freight (CIF) yang didapat adalah sebesar Rp 381.347.804,76 per peti kemas untuk bahan baku SMP dan Rp 314.845.648,26 per peti kemas untuk bahan baku BMP. Satu peti kemas dengan panjang 20 kaki dapat digunakan untuk memuat sebanyak 25 ton bahan baku. Nilai dari bea masuk yang dibayarkan perusahaan adalah sebesar 5% dari harga CIF untuk setiap kali kedatangan barang. Biaya bank yang dikeluarkan nilainya adalah sebesar 2,5% dari bea masuk. Nilai dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dikeluarkan adalah sebesar 10% dari harga CIF ditambah nilai bea masuk barang tersebut. Besarnya Pajak Penghasilan (PPh) yang harus dibayarkan oleh perusahaan adalah sebesar 2,5% dari jumlah bea masuk dan harga CIF. Total biaya yang dikeluarkan untuk jasa

transportasi barang dari pelabuhan sampai gudang perusahaan adalah sebesar U$D175. Biaya THC yang dikeluarkan adalah sebesar U$D 150 per peti kemas. Biaya THC terdiri dari biaya bongkar muat dan biaya Container Handling Charge (CHC). Biaya CHC adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk penanganan peti kemas selama peti kemas berada di pelabuhan. Sedangkan biaya bongkar muat merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pengangkutan peti kemas dari atas kapal ke pelataran pelabuhan. Total biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membeli bahan baku SMP adalah Rp 454.161.479,12 per peti kemas. Untuk bahan baku BMP, total biaya pembeliannya adalah sebesar Rp 375.522.679,07 per peti kemas. Dengan demikian, biaya pembelian yang didapat untuk bahan baku SMP dan BMP masing-masing adalah sebesar Rp 18.166,46 dan Rp 15.020,91 per kg. Biaya pemesanan adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan yang berkaitan dengan pemesanan dan penerimaan bahan baku dari pemasok setiap kali perusahaan melakukan pesanan. Biaya pemesanan merupakan biaya tetap sehingga kuantitas barang yang dibeli tidak akan mempengaruhi besar kecilnya biaya pemesanan. Secara lengkap, komponen biaya pemesanan untuk setiap kali pesan dari kedua jenis bahan baku dapat dilihat pada Tabel 8.

35

Tabel 8. Komponen Biaya Pemesanan Per Pesanan Bahan Baku Skim Milk Powder dan Butter Milk Powder PT Indomilk Periode Juli 2004Juni 2005
Jenis Biaya Biaya Administrasi Biaya Telepon Biaya Fax Biaya Telegraphic Transfer Biaya Quality Control Biaya Delivery Order Biaya PIB Total
Sumber : PT Indomilk, 2005

Rp 20.000,00 50.000,00 60.000,00 244.400,00 20.000,00 10.000,00 100.000,00 504.400,00

% 3,97 9,91 11,89 48,45 3,97 1,98 19,83 100,00

Biaya administrasi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan dokumen-dokumen pemesanan dan penerimaan bahan baku. Biaya telepon

merupakan biaya yang dikeluarkan dengan adanya penggunaan telpon pada saat pemesanan dan memonitor jadwal penerimaan bahan baku yang dipesan. Biaya fax dikeluarkan ketika perusahaan mengirimkan Purchasing Order (PO) dan kontrak kepada pemasok. Biaya telegraphic transfer merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran melalui bank atas pemesanan bahan baku yang dibeli perusahaan. Biaya quality control merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pemeriksaan laboratorium bahan baku yang diterima. Biaya delivery order merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan Surat Perintah Pengeluaran Barang (SPPB). Surat ini dikeluarkan oleh perusahaan pelayaran atau agennya setelah pengurusan dokumen kepabeanan dan pelunasan biaya impor pada bank devisa diselesaikan. Biaya Pemberitahuan Impor Barang (PIB) merupakan biaya yang dikeluarkan untuk mengurus PIB dan dokumendokumen kepabeanan terkait. Biaya penyimpanan adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan yang berkaitan dengan adanya persediaan di gudang. Biaya ini berhubungan dengan tingkat rata-rata persediaan yang terdapat di gudang. Komponen biaya penyimpanan

36

pada PT Indomilk terdiri dari opportunity cost, biaya penanganan bahan baku, asuransi, dan biaya pallets. Opportunity cost merupakan biaya yang dikorbankan karena adanya persediaan, yakni apabila dana untuk mengadakan persediaan tersebut disimpan di bank. Besar dari opportunity cost dipengaruhi oleh harga per unit dan besarnya tingkat suku bunga yang berlaku pada satu periode yang bersangkutan. Besar dari harga per unit atau biaya pembelian per kg bahan baku untuk bahan baku SMP adalah sebesar Rp 18.166,46. Sedangkan untuk bahan baku BMP, harga per unitnya adalah sebesar Rp 15.020,91. Tingkat suku bunga yang digunakan dalam penelitian ini merupakan rata-rata dari tingkat suku bunga yang berlaku selama periode pengamatan (Juli 2004Juni 2005), yaitu sebesar 7,604%. Bahan baku yang disimpan di gudang perusahaan diasuransikan untuk menjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti kebakaran dan sebagainya. Biaya yang dikeluarkan untuk asuransi nilainya adalah sebesar 0,025% dari biaya pembelian per kg bahan baku. Biaya handling atau biaya penanganan persediaan merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk menangani persediaan selama bahan baku tersebut disimpan di dalam gudang perusahaan. Biaya yang dikeluarkan untuk

penanganan persediaan adalah biaya penanganan hama tikus. Penanganan hama tikus dilakukan sebulan sekali untuk menjaga agar tingkat kerusakan persediaan bahan baku yang disimpan tetap kecil. Biaya penanganan persediaan untuk kedua jenis bahan baku diperkirakan sebesar Rp 780,00 per sak per tahunnya. Pallets merupakan alas penempatan bahan baku yang terbuat dari kayu dengan tujuan untuk mempermudah proses pengangkutan bahan baku dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan forklift. Pallets perlu diganti setahun sekali. Setiap pallets dapat digunakan untuk menampung sebanyak 50 sak bahan baku. Biaya pallets untuk satu tahun diperkirakan sebesar Rp 150.000,00 sehingga biaya pallets per sak setiap tahunnya adalah sebesar Rp 3.000,00. Secara lengkap, komponen biaya penyimpanan pada PT Indomilk untuk kedua jenis bahan baku dapat dilihat pada Tabel 9.

37

Tabel 9. Komponen Biaya Penyimpanan Bahan Baku Skim Milk Powder dan Butter Milk Powder PT Indomilk Periode Juli 2004-Juni 2005
Bahan Baku Komponen Biaya Opportunity cost SMP Asuransi Handling Pallets Total Opportunity cost BMP Asuransi Handling Pallets Total
Keterangan : *) 1 sak sama dengan 25 kg Sumber : PT Indomilk, 2005

Rp/sak*)/tahun 34.538,96 113,55 780,00 3.000,00 38.432,51 28.559,27 93,90 780,00 3.000,00 32.433,17

Rp/sak*)/minggu 664,21 2,18 15,00 57,69 739,08 549,22 1,80 15,00 57,69 623,71

% 89,87 0,30 2,03 7,80 100,00 88,05 0,30 2,40 9,25 100,00

Biaya penyimpanan lain seperti biaya listrik, biaya tenaga kerja, biaya penyusutan gudang, dan biaya lain-lain tidak diperhitungkan karena biaya tersebut bersifat tetap yang berarti besarnya biaya tidak tergantung pada jumlah bahan baku yang disimpan. Biaya penyusutan tidak dimasukkan karena perputaran persediaan pada PT Indomilk relatif cepat, selain itu penanganan bahan baku dilakukan dengan baik sehingga tingkat kerusakan bahan baku relatif kecil. Sistem Pengendalian Persediaan Perusahaan Pengendalian persediaan bahan baku pada PT Indomilk dilakukan oleh PPIC Department dengan melakukan koordinasi dengan Purchasing, Warehouse, dan Import Department. PPIC Department bertanggung jawab dalam perencanaan

tingkat pembelian bahan baku sesuai dengan peramalan pemakaian bahan baku yang dilakukan oleh Marketing Service Department untuk beberapa periode ke depan. Perencanaan kebutuhan bahan baku ini dibuat berdasarkan kapasitas produksi, struktur produk (Bill of Material), dan stok persediaan yang terdapat di gudang. Kebijaksanaan dan pengendalian tingkat persediaan pada perusahaan diarahkan untuk menghadapi fluktuasi permintaan, memperlancar arus produksi dan melindungi dari ketidakpastian pemasok. Dengan menjaga tingkat persediaan bahan 38

baku, proses produksi dapat dilakukan secara kontinyu sehingga stok dari finished goods dapat dijaga. Pemakaian bahan baku SMP dan BMP pada PT Indomilk disesuaikan dengan jadwal produksi mingguan yang telah disetujui. Jadwal produksi mingguan dibuat dengan mempertimbangkan perkiraan penjualan dan jumlah persediaan finished goods yang terdapat di gudang perusahaan. Volume pemakaian bahan baku SMP dan BMP pada PT Indomilk selama periode pengamatan (Juli 2004-Juni 2005) dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Volume Pemakaian Bahan Baku Skim Milk Powder dan Butter Milk Powder pada PT Indomilk Periode Juli 2004-Juni 2005
Bulan Hari Kerja SMP/bulan BMP/bulan SMP/hari BMP/hari

----------------------------- sak*) --------------------------Juli 2004 Agustus 2004 September 2004 Oktober 2004 Nopember 2004 Desember 2004 Januari 2005 Februari 2005 Maret 2005 April 2005 Mei 2005 Juni 2005 Total 30 23 23 30 22 28 23 22 22 29 22 24 298 18.160 18.676 22.712 21.735 21.976 20.748 18.025 18.248 18.424 20.840 18.116 19.908 237.568 8.465 7.688 9.888 8.855 9.456 8.900 7.990 7.752 8.352 8.680 8.164 8.724 102.914 605,33 812,00 987,48 724,50 998,91 741,00 783,70 829,45 837,45 718,62 823,45 829,50 9.691,40 282,17 334,26 429,91 295,17 429,82 317,86 347,39 352,36 379,64 299,31 371,09 363,50 4.202,48

Keterangan : *) 1 sak sama dengan 25 kg Sumber : PT Indomilk, 2005

Sepanjang periode pengamatan (Juli 2004-Juni 2005), PT Indomilk melakukan pemesanan sebanyak 28 kali untuk bahan baku SMP dengan kuantitas pesanan setiap kali pesan bervariasi antara 7.200 sampai 13.979 sak. Total kuantitas pesanan untuk bahan baku SMP adalah sebesar 247.790 sak dengan rata-rata kuantitas pesanan sebesar 20.649,17 sak per bulannya. Total biaya yang dikeluarkan PT Indomilk selama periode pengamatan (Juli 2004-Juni 2005) untuk membeli bahan 39

baku SMP adalah sebesar Rp 112.536.672.911,00. Jumlah pesanan dan tingkat persediaan bahan baku SMP selama periode pengamatan (Juli 2004-Juni 2005) pada PT Indomilk dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Jumlah Pesanan dan Tingkat Persediaan Bahan Baku Skim Milk Powder pada PT Indomilk Periode Juli 2004-Juni 2005
Periode Frekuensi Pemesanan Total Kuantitas Pesanan Persediaan Awal Persediaan Akhir Persediaan Rata-Rata

-------------------------------- sak*) -----------------------------Juli 2004 Agustus 2004 September 2004 Oktober 2004 Nopember 2004 Desember 2004 Januari 2005 Februari 2005 Maret 2005 April 2005 Mei 2005 Juni 2005 Total 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 28 21.179 19.566 21.851 22.228 23.953 20.968 19.973 17.407 19.943 20.874 17.983 21.865 247.790 3.051 5.750 6.480 5.610 5.672 7.209 6.798 8.682 7.841 8.263 5.357 3.512 74.225 5.750 6.480 5.610 5.672 7.209 6.798 8.682 7.841 8.263 5.357 3.512 3.259 74.433 4.400,50 6.115,00 6.045,00 5.641,00 6.440,50 7.003,50 7.740,00 8.261,50 8.052,00 6.810,00 4.434,50 3.385,50 74.329,00

Keterangan : *) 1 sak sama dengan 25 kg Sumber : PT Indomilk, 2005

Untuk bahan baku BMP, PT Indomilk melakukan pemesanan sebanyak 20 kali dengan kuantitas pesanan setiap kali pesan bervariasi antara 4.320 sampai 8.593 sak. Total kuantitas pesanan untuk bahan baku BMP adalah sebesar 108.209 sak dengan rata-rata kuantitas pesanan sebesar 9.017,42 sak per bulannya. Total biaya yang dikeluarkan PT Indomilk selama periode pengamatan (Juli 2004-Juni 2005) untuk membeli bahan BMP adalah sebesar Rp 40.634.933.579,00. Jumlah pesanan dan tingkat persediaan bahan baku BMP selama periode pengamatan (Juli 2004-Juni 2005) pada PT Indomilk dapat dilihat pada Tabel 12.

40

Tabel 12. Jumlah Pesanan dan Tingkat Persediaan Bahan Baku Butter Milk Powder pada PT Indomilk Periode Juli 2004-Juni 2005
Periode Frekuensi Pemesanan Total Kuantitas Pesanan Persediaan Awal Persediaan Akhir Persediaan Rata-Rata

-------------------------------- sak*) -----------------------------Juli 2004 Agustus 2004 September 2004 Oktober 2004 Nopember 2004 Desember 2004 Januari 2005 Februari 2005 Maret 2005 April 2005 Mei 2005 Juni 2005 Total 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 20 10.785 8.016 9.822 9.139 9.827 9.761 9.944 7.773 9.242 5.958 8.593 9.349 108.209 385 2.697 2.865 2.790 2.643 2.894 3.575 5.529 5.550 5.478 1.407 917 36.730 2.697 2.865 2.790 2.643 2.894 3.575 5.529 5.550 5.478 1.407 917 764 37.109 1.541,00 2.781,00 2.827,50 2.716,50 2.768,50 3.234,50 4.552,00 5.539,50 5.514,00 3.442,50 1.162,00 840,50 37.009,00

Keterangan : *) 1 sak sama dengan 25 kg Sumber : PT Indomilk, 2005

Total biaya persediaan bahan baku per tahun merupakan total biaya pemesanan bahan baku ditambah total biaya penyimpanan bahan baku per tahunnya. Total biaya persediaan selama periode pengamatan untuk bahan baku SMP adalah sebesar Rp 321.253.002,31 dengan biaya pemesanan sebesar Rp 14.123.200,00 dan biaya penyimpanan sebesar Rp 307.129.802,31. Sedangkan total biaya yang

dikeluarkan untuk bahan baku BMP adalah sebesar Rp 152.452.504,55 dengan biaya pemesanan sebesar Rp 10.088.000,00 dan biaya penyimpanan sebesar Rp 142.364.504,55. Total biaya persediaan untuk bahan baku SMP jauh lebih besar apabila dibandingkan dengan bahan baku BMP. Hal ini diantaranya disebabkan oleh volume pemakaian bahan baku SMP yang lebih tinggi dalam proses produksi. Selain itu, harga per satuan bahan baku SMP juga masih lebih tinggi dari harga per satuan

41

bahan baku BMP. Total biaya persediaan yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk bahan baku SMP dan BMP selama periode pengamatan dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Total Biaya Persediaan Bahan Baku Skim Milk Powder dan Butter Milk Powder PT Indomilk Periode Juli 2004Juni 2005
Bahan Baku Total Biaya Pemesanan Total Biaya Penyimpanan Total Biaya Persediaan

--------------------------------------- Rp ------------------------------------------SMP BMP Total Sumber : PT Indomilk, 2005 14.123.200,00 10.088.000,00 24.211.200,00 307.129.802,31 142.364.504,55 449.494.306,86 321.253.002,31 152.452.504,55 473.705.506,86

Sistem Persediaan MRP Permintaan SMP dan BMP pada PT Indomilk merupakan jenis permintaan terikat (dependent) dimana permintaan akan SMP dan BMP sangat dipengaruhi oleh besarnya jumlah produk susu kental manis (SKM) yang diproduksi. Besar dari produksi produk SKM perusahaan sangat dipengaruhi oleh permintaan akan produk SKM tersebut yang besarnya berfluktuasi setiap bulannya. Model pengendalian persediaan yang sesuai untuk bahan baku, komponen, atau subkomponen yang memiliki jenis permintaan terikat adalah sistem MRP. Sistem MRP adalah suatu sistem perencanaan dan penjadwalan kebutuhan material yang memerlukan beberapa tahapan proses. Rencana produksi untuk produk akhir diterjemahkan ke kebutuhan bahan baku dengan memperhitungkan waktu tunggu sehingga dapat ditentukan kapan dan berapa banyak bahan baku yang harus dipesan untuk produk yang akan dibuat. Sistem ini tidak mencoba untuk membuat persediaan bahan baku menjadi tersedia setiap saat. Sistem ini merencanakan ukuran lot sehingga bahan baku

tersebut tersedia pada saat dibutuhkan. Dengan menggunakan sistem MRP tingkat persediaan bahan baku menjadi lebih rendah dan biaya penyimpanan dapat dikurangi. Untuk dapat menggunakan metode MRP terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi oleh perusahaan. Asumsi-asumsi tersebut diantaranya adalah

permintaan produk jadi diasumsikan jumlahnya diketahui dan waktu tunggu

42

pengadaan bahan baku diasumsikan diketahui dan konstan. Asumsi-asumsi di atas berlaku untuk ketiga teknik penentuan ukuran lot yang digunakan dalam penelitian ini. Untuk teknik Economic Order Quantity (EOQ) dan Part-Period Total Cost Balancing (PPB) berlaku satu lagi asumsi tambahan, yaitu biaya-biaya persediaan yang terdiri dari biaya pemesanan dan biaya penyimpanan diasumsikan konstan. Metode MRP Teknik Lot-For-Lot Dalam metode MRP teknik Lot-For-Lot (LFL), perusahaan memesan tepat sebesar kebutuhan bersih untuk satu periode tunggal sehingga tidak terdapat persediaan di tangan pada periode selanjutnya setelah persediaan awal dihabiskan. Hal ini berarti besar kebutuhan bersih sama dengan besar kebutuhan kotornya dan besar pesanan sama besarnya dengan kebutuhan kotor bahan baku tersebut. Persediaan bahan baku SMP dan BMP yang terdapat di gudang perusahaan pada awal minggu pertama bulan Juli 2004 adalah sebesar 3.051 dan 385 sak. Dengan kebutuhan kotor sebesar 3.632 dan 1.693 sak untuk masing-masing bahan baku pada periode yang sama, maka persediaan tersebut akan langsung habis digunakan sebelum periode tersebut berakhir. Hal ini mengakibatkan pada metode MRP teknik LFL tidak terdapat biaya penyimpanan karena sama sekali tidak terdapat persediaan yang disimpan. Dengan menggunakan metode MRP teknik LFL, kuantitas bahan baku SMP yang dipesan selama periode Juli 2004-Juni 2005 adalah sebesar 234.517 sak dengan total biaya pembelian sebesar Rp 106.508.587.599,00. Untuk bahan baku BMP, kuantitas bahan baku yang dipesan untuk periode yang sama adalah sebesar 102.529 sak dengan total biaya pembelian sebesar Rp 38.501.964.762,00. Total biaya pemesanan merupakan hasil perkalian dari frekuensi pemesanan dengan biaya pemesanan per pesanan. Frekuensi pemesanan yang dilakukan untuk bahan baku SMP dan BMP sama jumlahnya, yaitu sebanyak 52 kali sehingga total biaya pemesanan yang dikeluarkan untuk kedua jenis bahan baku tersebut juga sama, yaitu sebesar Rp 26.228.800,00. Secara lengkap, total biaya persediaan yang

dikeluarkan selama periode Juli 2004-Juni 2005 dengan menggunakan metode MRP teknik LFL dapat dilihat pada Tabel 14.

43

Tabel 14. Total Biaya Persediaan Bahan Baku Skim Milk Powder dan Butter Milk Powder dengan Metode MRP Teknik Lot-For-Lot Periode Juli 2004-Juni 2005
Bahan Baku Total Biaya Pemesanan Total Biaya Penyimpanan Total Biaya Persediaan

----------------------------------------- Rp ----------------------------------------SMP BMP Total 26.228.800,00 26.228.800,00 52.457.600,00 0,00 0,00 0,00 26.228.800,00 26.228.800,00 52.457.600,00

Metode MRP Teknik Economic Order Quantity Dalam metode MRP teknik EOQ, pemesanan dilakukan sebesar kuantitas pemesanan yang ekonomis. Apabila dalam suatu periode kebutuhan bersihnya lebih besar daripada jumlah EOQ, maka jumlah yang dipesan adalah sebesar kelipatan dari EOQ yang terdekat, yaitu dua atau tiga kali EOQ. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus EOQ, besarnya kuantitas pemesanan ekonomis yang didapat adalah sebesar 2.497 sak untuk bahan baku SMP dan sebesar 1.789 sak untuk bahan baku BMP. Berdasarkan metode MRP teknik EOQ, frekuensi pemesanan untuk masingmasing bahan baku adalah sebanyak 52 kali untuk bahan baku SMP dan 51 kali untuk bahan baku BMP. Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh dapat

diketahui bahwa total biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku SMP adalah sebesar Rp 106.599.874.056,00 dengan kuantitas pemesanan sebesar 234.718 sak. Untuk BMP, total biaya pembelian yang dikeluarkan adalah sebesar Rp

38.964.984.226,00 dengan kuantitas pemesanan sebesar 103.762 sak. Total biaya persediaan yang dikeluarkan dengan menggunakan metode MRP teknik EOQ untuk kedua jenis bahan baku adalah sebesar Rp 121.568.396,00. Secara lengkap, total biaya persediaan yang dikeluarkan apabila menggunakan metode MRP teknik EOQ dapat dilihat pada Tabel 15.

44

Tabel 15. Total Biaya Persediaan Bahan Baku Skim Milk Powder dan Butter Milk Powder dengan Metode MRP Teknik Economic Order Quantity Periode Juli 2004-Juni 2005
Bahan Baku Total Biaya Pemesanan Total Biaya Penyimpanan Total Biaya Persediaan

----------------------------------------- Rp ----------------------------------------SMP BMP Total 26.228.800,00 25.724.400,00 51.953.200,00 42.787.558,00 26.827.638,00 69.615.196,00 69.016.358,00 52.552.038,00 121.568.396,00

Metode MRP Teknik Part-Period Total Cost Balancing Besarnya ukuran lot untuk pemesanan dalam metode MRP teknik PPB adalah sebesar kebutuhan bersih pada suatu periode yang digabungkan. Penggabungan periode dilakukan terhadap periode berurutan yang memiliki nilai kumulatif kebutuhan bersih mendekati nilai Economic Part Period (EPP). Economic Part Period dapat dihitung dengan menggunakan rumus : EPP = Biaya Pemesanan / Biaya Penyimpanan Biaya pemesanan untuk kedua jenis bahan baku sama besarnya yaitu Rp 504.400,00. Dengan biaya penyimpanan sebesar Rp 739,08/sak/minggu untuk bahan baku SMP dan sebesar Rp 623,71/sak/minggu untuk bahan baku BMP, maka nilai EPP yang diperoleh masing-masing adalah sebesar 682 dan 809 sak. Nilai EPP yang lebih kecil dari kebutuhan kotor perusahaan per minggu menyebabkan periode berurutan yang digabungkan pada saat penentuan ukuran lot tidak pernah lebih dari 2 periode. Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh dapat diketahui bahwa total biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku SMP adalah sebesar Rp 106.508.587.599,00 dengan kuantitas pemesanan sebesar 234.517 sak. Untuk bahan baku BMP, total biaya pembelian yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 38.501.964.762,00 dengan kuantitas pemesanan sebesar 102.529 sak. Dengan

menggunakan metode MRP teknik PPB, frekuensi pemesanan yang didapat untuk kedua jenis bahan baku masing-masing adalah sebanyak 26 kali. Total biaya persediaan yang dikeluarkan dengan menggunakan metode MRP teknik PPB untuk kedua jenis bahan baku adalah sebesar Rp 146.653.557,00. Secara

45

lengkap, total biaya persediaan yang dikeluarkan dengan menggunakan metode MRP teknik PPB dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Total Biaya Persediaan Bahan Baku Skim Milk Powder dan Butter Milk Powder dengan Metode MRP Teknik Part-Period Total Cost Balancing Periode Juli 2004-Juni 2005
Bahan Baku Total Biaya Pemesanan Total Biaya Penyimpanan Total Biaya Persediaan

----------------------------------------- Rp ----------------------------------------SMP BMP Total 13.114.400,00 13.114.400,00 26.228.800,00 88.263.151,00 32.161.606,00 120.424.757,00 101.377.551,00 45.276.006,00 146.653.557,00

Perbandingan Antara Metode Perusahaan dengan Metode MRP Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat dibandingkan hasil pengendalian persediaan untuk kedua jenis bahan baku dengan menggunakan metode yang selama ini diterapkan perusahaan dengan metode MRP teknik LFL, teknik EOQ, dan teknik PPB. Frekuensi pembelian dengan teknik LFL dan EOQ lebih tinggi dibandingkan dengan teknik PPB dan metode perusahaan. Tingginya frekuensi pembelian pada teknik EOQ disebabkan karena ukuran lot yang didapat dari hasil perhitungan kuantitas pemesanan ekonomis termasuk kecil apabila dibandingkan dengan kebutuhan kotor per minggunya sehingga pemesanan harus lebih sering dilakukan. Dalam hal kuantitas pesanan, hasil yang didapat untuk ketiga teknik MRP relatif tidak berbeda jauh. Namun jika dibandingkan dengan metode perusahaan, ketiga teknik MRP memiliki kuantitas pemesanan yang lebih kecil. Biaya pemesanan berkaitan dengan frekuensi pemesanan. Hal ini

menyebabkan biaya pemesanan dengan metode MRP teknik LFL dan EOQ lebih besar dibandingkan metode MRP teknik PPB dan metode perusahaan karena frekuensi pemesanannya yang lebih tinggi. Teknik PPB menghasilkan biaya

pemesanan yang paling kecil dibandingkan metode-metode lainnya. Biaya penyimpanan berkaitan dengan tingkat persediaan yang terdapat di gudang. Pada teknik LFL tidak terdapat biaya penyimpanan karena pada teknik LFL bahan baku hanya dipesan sebesar yang dibutuhkan saja sedangkan persediaan yang 46

terdapat pada awal periode lebih kecil daripada kebutuhan kotor sehingga langsung habis dipakai. Biaya penyimpanan yang dihasilkan oleh metode MRP lebih rendah apabila dibandingkan metode perusahaan karena metode MRP meminimalkan tingkat persediaan yang terdapat di gudang. Tingginya biaya penyimpanan yang dihasilkan oleh metode perusahaan diakibatkan oleh adanya kebijakan untuk menjaga tingkat persediaan bahan baku agar dapat memenuhi kebutuhan 2 minggu produksi. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa dengan menggunakan metode MRP dapat menghasilkan biaya persediaan yang lebih rendah dari metode perusahaan. Teknik LFL menghasilkan biaya persediaan yang paling rendah karena pada teknik LFL tidak terdapat biaya penyimpanan yang merupakan komponen biaya yang paling besar persentasenya dari biaya persediaan. Untuk bahan baku SMP, teknik EOQ menghasilkan biaya persediaan lebih rendah dari teknik PPB. Hal ini dikarenakan oleh biaya penyimpanan dengan teknik EOQ jauh lebih rendah dari teknik PPB, yaitu Rp 42.787.558,00 untuk teknik EOQ dan Rp 88.263.151,00 untuk teknik PPB. Perbandingan pengendalian persediaan antara metode perusahaan dengan metode MRP untuk bahan baku SMP secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Perbandingan Hasil Pengendalian Persediaan antara Metode Perusahaan dengan Metode MRP untuk Bahan Baku Skim Milk Powder Periode Juli 2004Juni 2005
Uraian Metode Perusahaan 28 kali 247.790 sak Rp 14.123.200,00 Rp 309.341.934,00 Rp 323.465.134,00 Metode MRP Teknik LFL 52 kali 234.517 sak Rp 26.228.800,00 Rp 0,00 Rp 26.228.800,00 Teknik EOQ 52 kali 234.718 sak Rp 26.228.800,00 Rp 46.495.523,00 Rp 72.724.323,00 Teknik PPB 26 kali 234.517 sak Rp 13.114.400,00 Rp 88.263.151,00 Rp 101.377.551,00

Frekuensi Pemesanan Kuantitas Pemesanan Biaya Pemesanan Biaya Penyimpanan Biaya Persediaan

Sedangkan untuk bahan baku BMP, teknik PPB menghasilkan biaya persediaan yang lebih rendah dari teknik EOQ. Walaupun biaya penyimpanan

dengan teknik PPB sedikit lebih tinggi dari teknik EOQ, yaitu Rp 32.161.606,00 untuk teknik PPB dan Rp 26.827.638,00 untuk teknik EOQ akan tetapi selisih dari

47

biaya pemesanannya lebih rendah Rp 12.870.000,00 sehingga biaya persediaan dari teknik PPB menjadi lebih rendah daripada teknik EOQ. Secara lengkap,

perbandingan pengendalian persediaan antara metode perusahaan dengan metode MRP untuk bahan baku BMP dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Perbandingan Hasil Pengendalian Persediaan antara Metode Perusahaan dengan Metode MRP untuk Bahan Baku Butter Milk Powder Periode Juli 2004Juni 2005
Uraian Metode Perusahaan 20 kali 108.209 sak Rp 10.088.000,00 Rp 142.495.281,00 Rp 152.583.281,00 Metode MRP Teknik LFL 52 kali 102.529 sak Rp 26.228.800,00 Rp 0,00 Rp 26.228.800,00 Teknik EOQ 51 kali 103.762 sak Rp 25.724.400,00 Rp 29.819.575,00 Rp 55.543.975,00 Teknik PPB 26 kali 102.529 sak Rp 13.114.400,00 Rp 32.161.606,00 Rp 45.276.006,00

Frekuensi Pemesanan Kuantitas Pemesanan Biaya Pemesanan Biaya Penyimpanan Biaya Persediaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan akan dapat menghemat biaya persediaan yang dikeluarkan apabila menggunakan metode MRP. Besar dari penghematan yang dihasilkan oleh masing-masing teknik dalam metode MRP dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Penghematan yang Dihasilkan oleh Metode MRP Terhadap Biaya Persediaan yang Dikeluarkan Perusahaan Periode Juli 2004-Juni 2005
Bahan Baku SMP BMP Total Metode MRP Teknik LFL Rp 297.236.334,00 126.354.481,00 423.590.815,00 % 91,89 82,81 88,98 Metode MRP Teknik EOQ Rp 250.740.811,00 97.039.306,00 347.780.117,00 % 77,51 63,59 73,05 Metode MRP Teknik PPB Rp 222.087.583,00 107.307.275,00 329.394.858,00 % 68,65 70,32 69,19

Pada Tabel 19 dapat dilihat bahwa dari ketiga teknik MRP, teknik LFL menghasilkan total penghematan biaya persediaan yang paling besar, yaitu Rp 423.590.815,00 atau 88,98% dari metode perusahaan. Teknik EOQ menghasilkan penghematan biaya persediaan terhadap metode perusahaan yang lebih kecil dibanding teknik LFL, yaitu sebesar Rp 347.780.117,00 atau 73,05%. Dengan teknik menggunakan EOQ, tingkat persediaan rata-rata yang disimpan dapat ditekan 48

sehingga menghasilkan biaya penyimpanan yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan metode perusahaan. Dari ketiga teknik MRP, teknik PPB menghasilkan penghematan biaya persediaan paling kecil, yaitu sebesar Rp 329.394.858,00 atau 69,19% dari metode perusahaan. Teknik PPB menghasilkan tingkat persediaan rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan teknik-teknik MRP lainnya. Hal tersebut mengakibatkan biaya penyimpanan dengan menggunakan teknik PPB menjadi lebih tinggi dibandingkan teknik-teknik MRP lainnya. Jika dilihat hanya dari penghematan biaya persediaan yang dihasilkan, maka alternatif teknik yang direkomendasikan pada perusahaan secara berurutan adalah teknik LFL, teknik EOQ, dan terakhir teknik PPB. Namun teknik yang akan

direkomendasikan tidak cukup hanya berdasarkan penghematan biaya persediaan saja, akan tetapi juga perlu disesuaikan dengan kebijakan perusahaan dalam pengendalian persediaan bahan bakunya. PT Indomilk merupakan perusahaan yang memiliki pangsa pasar yang cukup besar dalam industri pengolahan susu di Indonesia dan juga area pemasaran yang luas. Hal ini berarti bahwa perusahaan harus memiliki stok dari produk jadi dalam jumlah yang cukup agar dapat dipasarkan setiap saat. Agar tingkat persediaan dari produk jadi perusahaan tetap terjaga, proses produksi harus dilakukan secara kontinyu. perusahaan Persediaan bahan baku merupakan salah satu faktor penting agar dapat melakukan produksi secara kontinyu sehingga tingkat

persediaannya perlu diperhatikan. Dari hasil yang diperoleh, dapat dilihat bahwa teknik-teknik penentuan ukuran lot yang digunakan dalam penelitian ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing (Tabel 20). Menurut Herjanto (2003), hasil ini sangat dipengaruhi oleh besar biaya pemesanan, biaya penyimpanan per unit barang, dan variasi kebutuhan bahan setiap periode.

49

Tabel 20. Keunggulan dan Kelemahan dari Masing-masing Teknik Penentuan Ukuran Lot dalam Metode MRP
Teknik LFL Keunggulan - Tidak terdapat biaya penyimpanan - Biaya persediaan paling rendah Kelemahan - Frekuensi pemesanan tinggi - Tidak terdapat persediaan - Resiko kekurangan bahan baku tinggi - Frekuensi pemesanan tinggi Catatan Tambahan - Dapat memberikan hasil maksimal apabila biaya pemesanan rendah, biaya penyimpanan tinggi, dan variasi kebutuhan bahan tidak seragam - Dapat memberikan hasil maksimal jika biaya pemesanan besarnya tidak berbeda jauh dari biaya penyimpanan, dan variasi kebutuhan bahan seragam

EOQ

- Tingkat persediaan rendah - Biaya penyimpanan rendah - Biaya persediaan rendah - Frekuensi pemesanan rendah

PPB

- Tingkat persediaan tinggi - Biaya penyimpanan tinggi - Pada akhir periode gabungan tidak terdapat persediaan yang disimpan - Resiko penurunan mutu atau kerusakan bahan baku akibat lama disimpan

- Dapat memberikan hasil maksimal jika biaya pemesanan tinggi, biaya penyimpanan rendah, dan variasi kebutuhan bahan tidak seragam

Metode MRP dengan teknik LFL merupakan teknik yang konsisten dengan ukuran lot yang kecil, pesanan berkala, datangnya persediaan tepat waktu, dan permintaan terkait dengan permintaan sebelumnya. Metode MRP dengan teknik LFL memberikan penghematan terbesar dalam hal biaya persediaan. Akan tetapi metode MRP dengan teknik LFL memiliki tingkat resiko yang tinggi apabila diterapkan pada PT Indomilk yang sebagian besar bahan bakunya merupakan hasil impor. Resiko itu berupa kemungkinan terhentinya proses produksi akibat terjadinya keterlambatan pengiriman pesanan (Joko, 2004). Tingginya tingkat resiko tersebut menyebabkan metode MRP dengan teknik LFL tidak direkomendasikan kepada perusahaan walaupun menghasilkan penghematan yang paling besar. MRP teknik EOQ memiliki keunggulan dalam hal mempermudah manajemen dalam hal menentukan jumlah pemesanan yang optimal dalam setiap kali pemesanan. Berdasarkan hasil yang diperoleh, metode MRP dengan teknik EOQ dinilai paling dapat diterapkan dan sesuai kondisi perusahaan saat ini. Walaupun dari perhitungan di atas teknik ini tidak menghasilkan biaya persediaan yang paling rendah, akan

50

tetapi teknik EOQ dapat memberikan ukuran lot yang ekonomis yang dapat menyeimbangkan antara biaya pemesanan dengan penyimpanan. Besar biaya pemesanan dan biaya penyimpanan yang relatif tidak berbeda jauh dan variasi kebutuhan bahan baku per minggu perusahaan yang seragam menyebabkan teknik ini dapat memberikan ukuran lot pemesanan yang optimal dan dapat meminimumkan biaya persediaan. Disamping itu, teknik ini juga menyediakan persediaan yang cukup untuk berjaga-jaga apabila suatu waktu perusahaan dihadapkan pada permasalahan kekurangan bahan baku. MRP teknik PPB merupakan teknik pengukuran tingkat lot persediaan dengan memperhitungkan periode-periode berikutnya. Teknik ini lebih tepat

digunakan jika biaya pemesanan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan biaya penyimpanan sehingga akan lebih menguntungkan jika perusahaan melakukan pemesanan dalam jumlah yang besar. Menurut teknik ini, akan lebih baik jika perusahaan melakukan pemesanan dalam frekuensi yang sedikit tetapi dengan kuantitas pesanan yang besar dibanding melakukan pemesanan dalam kuantitas yang kecil dengan frekuensi pemesanan yang banyak. Metode MRP teknik PPB tidak direkomendasikan sebagai metode alternatif pengendalian persediaan pada PT Indomilk. Hal ini disebabkan karena di samping penghematan biayanya yang kurang optimal, teknik ini juga mengakibatkan tingginya tingkat persediaan bahan baku yang disimpan di gudang perusahaan. Hal ini akan mengakibatkan tingginya biaya penyimpanan dan juga beresiko terjadinya penurunan kualitas bahan baku atau timbulnya kerugian karena kerusakan bahan baku akibat disimpan terlalu lama.

51

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Persediaan bahan baku pada PT Indomilk berfungsi sebagai anticipation stock, dimana persediaan bahan baku diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan berdasarkan pola musiman serta untuk mengantisipasi ketidakpastian dari pemasok. Pengendalian persediaan bahan baku pada PT Indomilk dilakukan dengan menerapkan periodic order cycle policy, dimana persediaan bahan baku diawasi dan pada setiap periode tertentu sejumlah bahan baku ditambahkan agar jumlah persediaan tetap berada pada tingkat persediaan yang telah ditentukan. Tingkat persediaan bahan baku perusahaan diatur dalam standard buffer stock policy, dimana target buffer stock perusahaan adalah sebesar kebutuhan dua minggu produksi. Rata-rata dari target buffer stock perusahaan selama periode

pengamatan (Juli 2004-Juni 2005) adalah sebesar 9.242,33 untuk bahan baku SMP dan sebesar 4.004,83 sak untuk bahan baku BMP. Jika dilihat dari segi biaya, manajemen persediaan bahan baku yang selama ini dilakukan oleh perusahaan masih kurang efisien. Penggunaan metode MRP dengan teknik LFL, EOQ, dan PPB dapat menghemat biaya persediaan yang dikeluarkan perusahaan untuk bahan baku SMP dan BMP masing-masing sebesar 88,98%, 73,05%, dan 69,19%. Metode MRP belum dapat diterapkan secara utuh pada PT Indomilk karena adanya ketidaksesuaian antara asumsi-asumsi dari metode MRP dengan situasi dan kondisi yang dihadapi oleh perusahaan pada saat ini. Asumsi-asumsi yang tidak sesuai dengan kondisi perusahaan tersebut diantaranya adalah biaya-biaya persediaan diasumsikan konstan dan waktu tunggu pengadaan bahan baku diasumsikan diketahui dan konstan padahal dalam kenyataannya berfluktuasi. Saran Sebelum metode MRP dengan salah satu teknik penentuan ukuran lot yang digunakan dalam penelitian ini dapat diterapkan pada PT Indomilk, diperlukan penelitian lebih lanjut yang memperhitungkan faktor resiko, yaitu dengan melakukan analisis probabilitas terhadap waktu tunggu dan persediaan pengaman.

UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT dengan karunia dan rahmat-Nya yang telah melimpahkan nikmat tak terhingga dan hanya dengan pertolongan-Nya, skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada kedua orang tua atas doa yang tidak pernah putus, limpahan materi, motivasi, serta semua kasih sayang yang telah diberikan. Juga, kepada Michica Wijaya, S.P. MM, Yuli Astria, dan Annisa Dwiyana, S.Pt. yang telah banyak membantu selama masa penulisan skripsi. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Ir. Burhanuddin, MM dan Ir. Wiwiek Rindayanti, MSi., yang telah berkenan untuk meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan, dan membantu penulis mulai dari penyusunan usulan proposal hingga tahap akhir penulisan skripsi. Selain itu ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ir. Lucia Cyrilla ENSD, MSi., Dr. Ir. Sri Mulatsih, MSc.Agr dan Dr. Ir. Toto Toharmat, M.Agr selaku penguji seminar dan sidang atas kritik, sumbangan pemikiran serta masukan yang diberikan. Terakhir penulis ucapkan terima kasih banyak kepada seluruh staff manajemen PT Indomilk yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu. Juga, kepada civitas akademika Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya.

Bogor, Januari 2006

Penulis

DAFTAR PUSTAKA Assauri, S. 1993. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi 4. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Buffa, E.S. and Sarin, R.K. 1996. Manajemen Operasi dan Produksi Modern. Edisi 8. Terjemahan: A. Maulana. Binarupa Aksara. Jakarta. Capricorn Indonesia Consult. 2001. Business Report. Jakarta. Data Consult. 2002. Penetrasi pasar ekspor dukung recovery industri pengolahan susu. DC/ICN No.339, 6 Mei 2002. Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan. 2003. Buku Statistik Peternakan. Departemen Pertanian Republik Indonesia. Jakarta. Handoko, T.H. 1991. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta Herjanto, E. 2003. Manajemen Produksi & Operasi. Edisi 2. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Joko, S. 2004. Manajemen Produksi dan Operasi: Suatu Pengantar. Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang. Malang. Mulyadi. 1999. Akuntansi Biaya. Edisi 5. Aditya Media. Yogyakarta. Rangkuti, F. 2002. Manajemen Persediaan: Aplikasi di Bidang Bisnis. Edisi 2. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. Ressang, A.Z. dan A. M. Nasution. 1982. Pedoman Mata Pelajaran Ilmu Kesehatan Susu. Edisi 2. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Stevenson, W.J. 1986. Production/Operations Management. 2nd Edition. Irwin. Homewood, Illinois.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Lokasi PT Indomilk

56

Lampiran 2. Denah Gudang PT Indomilk

57

Lampiran 3. Denah Gudang Lansano

58

Lampiran 4. Struktur Organisasi PT Indomilk STEERING COMMITTEE

Management Representative Quality Assurance Corporate Advisor Executive Payroll

Marketing and Sales Div

Finance and Accounting Div

Central Purchasing Div

PDQC Div

Supply Chain Div

HRD and GA Div

Production Div

Engineering Div

KUD Service Div

Material Planning Dept

PPIC Dept

Warehouse Dept

Import Dept

Traffic and Shipping Dept

59

Lampiran 5. Penentuan Ukuran Lot dengan Menggunakan EPP untuk Bahan Baku Skim Milk Powder
Periode (Minggu ke-) 27 27, 28 27, 28, 29 29, 30 31, 32 33, 34 35, 36 37, 38 39, 40 41, 42 43, 44 45, 46 47, 48 49, 50 Lama Penyimpanan (Minggu) 0 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Periode-bagian (sak*) 0 3.632 7.264 3.632 4.669 4.669 5.678 5.678 4.347 4.347 4.347 5.494 5.494 5.187 Akumulasi periode-bagian (sak*) 0 3.632 10.896 3.632 4.669 4.669 5.678 5.678 4.347 4.347 4.347 5.494 5.494 5.187 Periode (Minggu ke-) 51, 52 1, 2 3, 4 5, 6 7, 8 9, 10 11, 12 13, 14 15, 16 17, 18 19, 20 21, 22 23, 24 25, 26 Lama Penyimpanan (Minggu) 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Periode-bagian (sak*) 5.187 3.605 3.605 4.562 4.562 4.606 4.606 4.168 4.168 4.168 4.529 4.529 4.977 4.977 Akumulasi periode-bagian (sak*) 5.187 3.605 3.605 4.562 4.562 4.606 4.606 4.168 4.168 4.168 4.529 4.529 4.977 4.977

Keterangan : *) 1 sak sama dengan 25 kg EPP = 682 sak

60

Lampiran 6. Penentuan Ukuran Lot dengan Menggunakan EPP untuk Bahan Baku Butter Milk Powder
Periode (Minggu ke-) 27 27, 28 27, 28, 29 29, 30 31, 32 33, 34 35, 36 37, 38 39, 40 41, 42 43, 44 45, 46 47, 48 49, 50 Lama Penyimpanan (Minggu) 0 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Periode-bagian (sak*) 0 1.693 3.386 1.693 1.922 1.922 2.472 2.472 1.771 1.771 1.771 2.364 2.364 2.225 Akumulasi periode-bagian (sak*) 0 1.693 5.079 1.693 1.922 1.922 2.472 2.472 1.771 1.771 1.771 2.364 2.364 2.225 Periode (Minggu ke-) 51, 52 1, 2 3, 4 5, 6 7, 8 9, 10 11, 12 13, 14 15, 16 17, 18 19, 20 21, 22 23, 24 25, 26 Lama Penyimpanan (Minggu) 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Periode-bagian (sak*) 2.225 1.598 1.598 1.938 1.938 2.088 2.088 1.736 1.736 1.736 2.041 2.041 2.181 2.181 Akumulasi periode-bagian (sak*) 2.225 1.598 1.598 1.938 1.938 2.088 2.088 1.736 1.736 1.736 2.041 2.041 2.181 2.181

Keterangan : *) 1 sak sama dengan 25 kg EPP = 809 sak

61

Lampiran 7. Perhitungan MRP Teknik LFL untuk Bahan Baku Skim Milk Powder
Minggu ke Keterangan 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 ---------------------------------------------------------------------------- sak*) --------------------------------------------------------------------------Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana Penerimaan Pesanan Rencana Pelaksanaan Pesanan 3.051 3.632 0 581 581 4.669 3.632 0 3.632 3.632 5.678 3.632 0 3.632 3.632 5.678 3.632 0 3.632 3.632 5.678 3.632 0 3.632 3.632 5.678 4.669 0 4.669 4.669 4.347 4.669 0 4.669 4.669 4.347 4.669 0 4.669 4.669 4.347 4.669 0 4.669 4.669 4.347 5.678 0 5.678 5.678 4.347 5.678 0 5.678 5.678 5.494 5.678 0 5.678 5.678 5.494 5.678 0 5.678 5.678 5.494

Minggu ke Keterangan 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 ---------------------------------------------------------------------------- sak*) --------------------------------------------------------------------------Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana Penerimaan Pesanan Rencana Pelaksanaan Pesanan 4.347 0 4.347 4.347 5.494 4.347 0 4.347 4.347 5.187 4.347 0 4.347 4.347 5.187 4.347 0 4.347 4.347 5.187 4.347 0 4.347 4.347 5.187 5.494 0 5.494 5.494 3.605 5.494 0 5.494 5.494 3.605 5.494 0 5.494 5.494 3.605 5.494 0 5.494 5.494 3.605 5.187 0 5.187 5.187 3.605 5.187 0 5.187 5.187 4.562 5.187 0 5.187 5.187 4.562 5.187 0 5.187 5.187 4.562

Keterangan : *) 1 sak sama dengan 25 kg Lead Time = 8 minggu

62

Lampiran 7. Perhitungan MRP Teknik LFL untuk Bahan Baku Skim Milk Powder (Lanjutan)
Minggu ke Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 ---------------------------------------------------------------------------- sak*) --------------------------------------------------------------------------Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana Penerimaan Pesanan Rencana Pelaksanaan Pesanan 3.605 0 3.605 3.605 4.562 3.605 0 3.605 3.605 4.606 3.605 0 3.605 3.605 4.606 3.605 0 3.605 3.605 4.606 3.605 0 3.605 3.605 4.606 4.562 0 4.562 4.562 4.168 4.562 0 4.562 4.562 4.168 4.562 0 4.562 4.562 4.168 4.562 0 4.562 4.562 4.168 4.606 0 4.606 4.606 4.168 4.606 0 4.606 4.606 4.529 4.606 0 4.606 4.606 4.529 4.606 0 4.606 4.606 4.529

Minggu ke Keterangan 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 ---------------------------------------------------------------------------- sak*) --------------------------------------------------------------------------Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana Penerimaan Pesanan Rencana Pelaksanaan Pesanan 4.168 0 4.168 4.168 4.529 4.168 0 4.168 4.168 4.977 4.168 0 4.168 4.168 4.977 4.168 0 4.168 4.168 4.977 4.168 0 4.168 4.168 4.977 4.529 0 4.529 4.529 0 4.529 0 4.529 4.529 0 4.529 0 4.529 4.529 0 4.529 0 4.529 4.529 0 4.977 0 4.977 4.977 0 4.977 0 4.977 4.977 0 4.977 0 4.977 4.977 0 4.977 0 4.977 4.977 0

Keterangan : *) 1 sak sama dengan 25 kg Lead Time = 8 minggu

63

Frekuensi Pemesanan = 52 kali Biaya Persediaan = (Biaya Pemesanan x Frekuensi Pemesanan) + (Biaya Penyimpanan x Jumlah Persediaan Di Tangan) = (Rp 504.400,00 x 52) + (Rp 739,08 x 0 sak) = Rp 26.228.800,00 + Rp 0,00 = Rp 26.228.800,00 Kuantitas Pemesanan = 234.517 sak Biaya Pembelian = 234.517 sak x Rp 18.166,46 = Rp 106.508.587.599,00

64

Lampiran 8. Perhitungan MRP Teknik LFL untuk Bahan Baku Butter Milk Powder
Minggu ke Keterangan 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 ---------------------------------------------------------------------------- sak*) --------------------------------------------------------------------------Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana Penerimaan Pesanan Rencana Pelaksanaan Pesanan 385 1.693 0 1.308 1.308 1.922 1.693 0 1.693 1.693 2.472 1.693 0 1.693 1.693 2.472 1.693 0 1.693 1.693 2.472 1.693 0 1.693 1.693 2.472 1.922 0 1.922 1.922 1.771 1.922 0 1.922 1.922 1.771 1.922 0 1.922 1.922 1.771 1.922 0 1.922 1.922 1.771 2.472 0 2.472 2.472 1.771 2.472 0 2.472 2.472 2.364 2.472 0 2.472 2.472 2.364 2.472 0 2.472 2.472 2.364

Minggu ke Keterangan 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 ---------------------------------------------------------------------------- sak*) --------------------------------------------------------------------------Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana Penerimaan Pesanan Rencana Pelaksanaan Pesanan 1.771 0 1.771 1.771 2.364 1.771 0 1.771 1.771 2.225 1.771 0 1.771 1.771 2.225 1.771 0 1.771 1.771 2.225 1.771 0 1.771 1.771 2.225 2.364 0 2.364 2.364 1.598 2.364 0 2.364 2.364 1.598 2.364 0 2.364 2.364 1.598 2.364 0 2.364 2.364 1.598 2.225 0 2.225 2.225 1.598 2.225 0 2.225 2.225 1.938 2.225 0 2.225 2.225 1.938 2.225 0 2.225 2.225 1.938

Keterangan : *) 1 sak sama dengan 25 kg Lead Time = 8 minggu

65

Lampiran 8. Perhitungan MRP Teknik LFL untuk Bahan Baku Butter Milk Powder (Lanjutan)
Minggu ke Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 ---------------------------------------------------------------------------- sak*) --------------------------------------------------------------------------Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana Penerimaan Pesanan Rencana Pelaksanaan Pesanan 1.598 0 1.598 1.598 1.938 1.598 0 1.598 1.598 2.088 1.598 0 1.598 1.598 2.088 1.598 0 1.598 1.598 2.088 1.598 0 1.598 1.598 2.088 1.938 0 1.938 1.938 1.736 1.938 0 1.938 1.938 1.736 1.938 0 1.938 1.938 1.736 1.938 0 1.938 1.938 1.736 2.088 0 2.088 2.088 1.736 2.088 0 2.088 2.088 2.041 2.088 0 2.088 2.088 2.041 2.088 0 2.088 2.088 2.041

Minggu ke Keterangan 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 ---------------------------------------------------------------------------- sak*) --------------------------------------------------------------------------Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana Penerimaan Pesanan Rencana Pelaksanaan Pesanan 1.736 0 1.736 1.736 2.041 1.736 0 1.736 1.736 2.181 1.736 0 1.736 1.736 2.181 1.736 0 1.736 1.736 2.181 1.736 0 1.736 1.736 2.181 2.041 0 2.041 2.041 0 2.041 0 2.041 2.041 0 2.041 0 2.041 2.041 0 2.041 0 2.041 2.041 0 2.181 0 2.181 2.181 0 2.181 0 2.181 2.181 0 2.181 0 2.181 2.181 0 2.181 0 2.181 2.181 0

Keterangan : *) 1 sak sama dengan 25 kg Lead Time = 8 minggu

66

Frekuensi Pemesanan = 52 kali Biaya Persediaan = (Biaya Pemesanan x Frekuensi Pemesanan) + (Biaya Penyimpanan x Jumlah Persediaan Di Tangan) = (Rp 504.400,00 x 52) + (Rp 623,71 x 0 sak) = Rp 26.228.800,00 + Rp 0,00 = Rp 26.228.800,00 Kuantitas Pemesanan = 102.529 sak Biaya Pembelian = 102.529 sak x Rp 15.020,91 = Rp 38.501.964.762,00

67

Lampiran 9. Perhitungan MRP Teknik EOQ untuk Bahan Baku Skim Milk Powder
Minggu ke Keterangan 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 ---------------------------------------------------------------------------- sak*) --------------------------------------------------------------------------Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana Penerimaan Pesanan Rencana Pelaksanaan Pesanan 3.051 3.632 1.916 581 2.497 4.994 3.632 781 1.716 2.497 4.994 3.632 2.143 2.851 4.994 7.491 3.632 1.008 1.489 2.497 4.994 3.632 2.370 2.624 4.994 4.994 4.669 198 2.299 2.497 4.994 4.669 523 4.471 4.994 4.994 4.669 848 4.146 4.994 2.497 4.669 1.173 3.821 4.994 4.994 5.678 489 4.505 4.994 4.994 5.678 2.302 5.189 7.491 4.994 5.678 1.618 3.376 4.994 4.994 5.678 934 4.060 4.994 4.994

Minggu ke Keterangan 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 ---------------------------------------------------------------------------- sak*) --------------------------------------------------------------------------Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana Penerimaan Pesanan Rencana Pelaksanaan Pesanan 4.347 1.581 3.413 4.994 7.491 4.347 2.228 2.766 4.994 4.994 4.347 378 2.119 2.497 4.994 4.347 1.025 3.969 4.994 4.994 4.347 1.672 3.322 4.994 4.994 5.494 1.172 3.822 4.994 2.497 5.494 672 4.322 4.994 4.994 5.494 172 4.822 4.994 2.497 5.494 2.169 5.322 7.491 4.994 5.187 1.976 3.018 4.994 2.497 5.187 1.783 3.211 4.994 4.994 5.187 1.590 3.404 4.994 4.994 5.187 1.397 3.597 4.994 4.994

Keterangan : *) 1 sak sama dengan 25 kg Lead Time = 8 minggu EOQ = 2.497 sak

68

Lampiran 9. Perhitungan MRP Teknik EOQ untuk Bahan Baku Skim Milk Powder (Lanjutan)
Minggu ke Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 ---------------------------------------------------------------------------- sak*) --------------------------------------------------------------------------Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana Penerimaan Pesanan Rencana Pelaksanaan Pesanan 3.605 289 2.208 2.497 2.497 3.605 1.678 3.316 4.994 4.994 3.605 570 1.927 2.497 4.994 3.605 1.959 3.035 4.994 4.994 3.605 851 1.646 2.497 4.994 4.562 1.283 3.711 4.994 4.994 4.562 1.715 3.279 4.994 2.497 4.562 2.147 2.847 4.994 4.994 4.562 82 2.415 2.497 4.994 4.606 470 4.524 4.994 2.497 4.606 858 4.136 4.994 4.994 4.606 1.246 3.748 4.994 4.994 4.606 1.634 3.360 4.994 4.994

Minggu ke Keterangan 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 ---------------------------------------------------------------------------- sak*) --------------------------------------------------------------------------Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana Penerimaan Pesanan Rencana Pelaksanaan Pesanan 4.168 2.460 2.534 4.994 2.497 4.168 789 1.708 2.497 4.994 4.168 1.615 3.379 4.994 4.994 4.168 2.441 2.553 4.994 4.994 4.168 770 1.727 2.497 4.994 4.529 1.235 3.759 4.994 0 4.529 1.700 3.294 4.994 0 4.529 2.165 2.829 4.994 0 4.529 133 2.364 2.497 0 4.977 150 4.844 4.994 0 4.977 167 4.827 4.994 0 4.977 184 4.810 4.994 0 4.977 201 4.793 4.994 0

Keterangan : *) 1 sak sama dengan 25 kg Lead Time = 8 minggu EOQ = 2.497 sak

69

Frekuensi Pemesanan = 52 kali Biaya Persediaan = (Biaya Pemesanan x Frekuensi Pemesanan) + (Biaya Penyimpanan x Jumlah Persediaan Di Tangan) = (Rp 504.400,00 x 52) + (Rp 739,08 x 62.910 sak) = Rp 26.228.800,00 + Rp 46.495.523,00 = Rp 72.724.323,00 Kuantitas Pemesanan = 234.718 sak Biaya Pembelian = 234.718 sak x Rp 18.166,46 = Rp 106.599.874.056,00

70

Lampiran 10. Perhitungan MRP Teknik EOQ untuk Bahan Baku Butter Milk Powder
Minggu ke Keterangan 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 ---------------------------------------------------------------------------- sak*) --------------------------------------------------------------------------Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana Penerimaan Pesanan Rencana Pelaksanaan Pesanan 385 1.693 481 1.308 1.789 1.789 1.693 577 1.212 1.789 3.578 1.693 673 1.116 1.789 1.789 1.693 769 1.020 1.789 1.789 1.693 865 924 1.789 3.578 1.922 732 1.057 1.789 1.789 1.922 599 1.190 1.789 1.789 1.922 466 1.323 1.789 1.789 1.922 333 1.456 1.789 1.789 2.472 1.439 2.139 3.578 1.789 2.472 756 1.033 1.789 1.789 2.472 73 1.716 1.789 1.789 2.472 1.179 2.399 3.578 3.578

Minggu ke Keterangan 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 ---------------------------------------------------------------------------- sak*) --------------------------------------------------------------------------Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana Penerimaan Pesanan Rencana Pelaksanaan Pesanan 1.771 1.197 592 1.789 1.789 1.771 1.215 574 1.789 1.789 1.771 1.233 556 1.789 3.578 1.771 1.251 538 1.789 1.789 1.771 1.269 520 1.789 1.789 2.364 694 1.095 1.789 1.789 2.364 119 1.670 1.789 1.789 2.364 1.333 2.245 3.578 1.789 2.364 758 1.031 1.789 1.789 2.225 322 1.467 1.789 1.789 2.225 1.675 1.903 3.578 1.789 2.225 1.239 550 1.789 1.789 2.225 803 986 1.789 1.789

Keterangan : *) 1 sak sama dengan 25 kg Lead Time = 8 minggu EOQ = 1.789 sak

71

Lampiran 10. Perhitungan MRP Teknik EOQ untuk Bahan Baku Butter Milk Powder (Lanjutan)
Minggu ke Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 ---------------------------------------------------------------------------- sak*) --------------------------------------------------------------------------Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana Penerimaan Pesanan Rencana Pelaksanaan Pesanan 1.598 994 795 1.789 1.789 1.598 1.185 604 1.789 1.789 1.598 1.376 413 1.789 1.789 1.598 1.567 222 1.789 1.789 1.598 1.758 31 1.789 3.578 1.938 1.609 180 1.789 0 1.938 1.460 329 1.789 1.789 1.938 1.311 478 1.789 1.789 1.938 1.162 627 1.789 1.789 2.088 863 926 1.789 1.789 2.088 564 1.225 1.789 3.578 2.088 265 1.524 1.789 1.789 2.088 1.755 1.823 3.578 1.789

Minggu ke Keterangan 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 ---------------------------------------------------------------------------- sak*) --------------------------------------------------------------------------Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana Penerimaan Pesanan Rencana Pelaksanaan Pesanan 1.736 19 0 0 1.789 1.736 72 1.717 1.789 1.789 1.736 125 1.664 1.789 1.789 1.736 178 1.611 1.789 3.578 1.736 231 1.558 1.789 1.789 2.041 1.768 1.810 3.578 0 2.041 1.516 273 1.789 0 2.041 1.264 525 1.789 0 2.041 1.012 777 1.789 0 2.181 620 1.169 1.789 0 2.181 228 1.561 1.789 0 2.181 1.625 1.953 3.578 0 2.181 1.233 556 1.789 0

Keterangan : *) 1 sak sama dengan 25 kg Lead Time = 8 minggu EOQ = 1.789 sak

72

Frekuensi Pemesanan = 51 kali Biaya Persediaan = (Biaya Pemesanan x Frekuensi Pemesanan) + (Biaya Penyimpanan x Jumlah Persediaan Di Tangan) = (Rp 504.400,00 x 51) + (Rp 623,71 x 47.810 sak) = Rp 25.724.400,00 + Rp 29.819.575,00 = Rp 55.543.975,00 Kuantitas Pemesanan = 103.762 sak Biaya Pembelian = 103.762 sak x Rp 15.020,91 = Rp 38.964.984.226,00

73

Lampiran 11. Perhitungan MRP Teknik PPB untuk Bahan Baku Skim Milk Powder
Minggu ke Keterangan 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 ---------------------------------------------------------------------------- sak*) --------------------------------------------------------------------------Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana Penerimaan Pesanan Rencana Pelaksanaan Pesanan 3.051 3.632 3.632 581 4.213 10.347 3.632 0 0 0 0 3.632 3.632 3.632 7.264 11.356 3.632 0 0 0 0 3.632 4.669 3.632 8.301 10.025 4.669 0 0 0 0 4.669 4.669 4.669 9.338 8.694 4.669 0 0 0 0 4.669 5.678 4.669 10.347 8.694 5.678 0 0 0 0 5.678 5.678 5.678 11.356 10.988 5.678 0 0 0 0 5.678 4.347 5.678 10.025 10.988

Minggu ke Keterangan 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 ---------------------------------------------------------------------------- sak*) --------------------------------------------------------------------------Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana Penerimaan Pesanan Rencana Pelaksanaan Pesanan 4.347 0 0 0 0 4.347 4.347 4.347 8.694 10.374 4.347 0 0 0 0 4.347 4.347 4.347 8.694 10.374 4.347 0 0 0 0 5.494 5.494 5.494 10.988 7.210 5.494 0 0 0 0 5.494 5.494 5.494 10.988 7.210 5.494 0 0 0 0 5.187 5.187 5.187 10.374 8.167 5.187 0 0 0 0 5.187 5.187 5.187 10.374 9.124 5.187 0 0 0 0

Keterangan : *) 1 sak sama dengan 25 kg Lead Time = 8 minggu EPP = 682 sak

74

Lampiran 11. Perhitungan MRP Teknik PPB untuk Bahan Baku Skim Milk Powder (Lanjutan)
Minggu ke Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 ---------------------------------------------------------------------------- sak*) --------------------------------------------------------------------------Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana Penerimaan Pesanan Rencana Pelaksanaan Pesanan 3.605 3.605 3.605 7.210 9.168 3.605 0 0 0 0 3.605 3.605 3.605 7.210 9.212 3.605 0 0 0 0 3.605 4.562 3.605 8.167 8.774 4.562 0 0 0 0 4.562 4.562 4.562 9.124 8.336 4.562 0 0 0 0 4.562 4.606 4.562 9.168 8.336 4.606 0 0 0 0 4.606 4.606 4.606 9.212 9.058 4.606 0 0 0 0 4.606 4.168 4.606 8.774 9.058

Minggu ke Keterangan 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 ---------------------------------------------------------------------------- sak*) --------------------------------------------------------------------------Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana Penerimaan Pesanan Rencana Pelaksanaan Pesanan 4.168 0 0 0 0 4.168 4.168 4.168 8.336 9.954 4.168 0 0 0 0 4.168 4.168 4.168 8.336 9.954 4.168 0 0 0 0 4.529 4.529 4.529 9.058 0 4.529 0 0 0 0 4.529 4.529 4.529 9.058 0 4.529 0 0 0 0 4.977 4.977 4.977 9.954 0 4.977 0 0 0 0 4.977 4.977 4.977 9.954 0 4.977 0 0 0 0

Keterangan : *) 1 sak sama dengan 25 kg Lead Time = 8 minggu EPP = 682 sak

75

Frekuensi Pemesanan = 26 kali Biaya Persediaan = (Biaya Pemesanan x Frekuensi Pemesanan) + (Biaya Penyimpanan x Jumlah Persediaan Di Tangan) = (Rp 504.400,00 x 26) + (Rp 739,08 x 119.423 sak) = Rp 13.114.400,00 + Rp 88.263.151,00 = Rp 101.377.551,00 Kuantitas Pemesanan = 234.517 sak Biaya Pembelian = 234.517 sak x Rp 18.166,46 = Rp 106.508.587.599,00

76

Lampiran 12. Perhitungan MRP Teknik PPB untuk Bahan Baku Butter Milk Powder
Minggu ke Keterangan 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 ---------------------------------------------------------------------------- sak*) --------------------------------------------------------------------------Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana Penerimaan Pesanan Rencana Pelaksanaan Pesanan 385 1.693 1.693 1.308 3.001 4.394 1.693 0 0 0 0 1.693 1.693 1.693 3.386 4.944 1.693 0 0 0 0 1.693 1.922 1.693 3.615 4.243 1.922 0 0 0 0 1.922 1.922 1.922 3.844 3.542 1.922 0 0 0 0 1.922 2.472 1.922 4.394 3.542 2.472 0 0 0 0 2.472 2.472 2.472 4.944 4.728 2.472 0 0 0 0 2.472 1.771 2.472 4.243 4.728

Minggu ke Keterangan 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 ---------------------------------------------------------------------------- sak*) --------------------------------------------------------------------------Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana Penerimaan Pesanan Rencana Pelaksanaan Pesanan 1.771 0 0 0 0 1.771 1.771 1.771 3.542 4.450 1.771 0 0 0 0 1.771 1.771 1.771 3.542 4.450 1.771 0 0 0 0 2.364 2.364 2.364 4.728 3.196 2.364 0 0 0 0 2.364 2.364 2.364 4.728 3.196 2.364 0 0 0 0 2.225 2.225 2.225 4.450 3.536 2.225 0 0 0 0 2.225 2.225 2.225 4.450 3.876 2.225 0 0 0 0

Keterangan : *) 1 sak sama dengan 25 kg Lead Time = 8 minggu EPP = 809 sak

77

Lampiran 12. Perhitungan MRP Teknik PPB untuk Bahan Baku Butter Milk Powder (Lanjutan)
Minggu ke Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 ---------------------------------------------------------------------------- sak*) --------------------------------------------------------------------------Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana Penerimaan Pesanan Rencana Pelaksanaan Pesanan 1.598 1.598 1.598 3.196 4.026 1.598 0 0 0 0 1.598 1.598 1.598 3.196 4.176 1.598 0 0 0 0 1.598 1.938 1.598 3.536 3.824 1.938 0 0 0 0 1.938 1.938 1.938 3.876 3.472 1.938 0 0 0 0 1.938 2.088 1.938 4.026 3.472 2.088 0 0 0 0 2.088 2.088 2.088 4.176 4.082 2.088 0 0 0 0 2.088 1.736 2.088 3.824 4.082

Minggu ke Keterangan 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 ---------------------------------------------------------------------------- sak*) --------------------------------------------------------------------------Kebutuhan kotor Persediaan di tangan Kebutuhan bersih Rencana Penerimaan Pesanan Rencana Pelaksanaan Pesanan 1.736 0 0 0 0 1.736 1.736 1.736 3.472 4.362 1.736 0 0 0 0 1.736 1.736 1.736 3.472 4.362 1.736 0 0 0 0 2.041 2.041 2.041 4.082 0 2.041 0 0 0 0 2.041 2.041 2.041 4.082 0 2.041 0 0 0 0 2.181 2.181 2.181 4.362 0 2.181 0 0 0 0 2.181 2.181 2.181 4.362 0 2.181 0 0 0 0

Keterangan : *) 1 sak sama dengan 25 kg Lead Time = 8 minggu EPP = 809 sak

78

Frekuensi Pemesanan = 26 kali Biaya Persediaan = (Biaya Pemesanan x Frekuensi Pemesanan) + (Biaya Penyimpanan x Jumlah Persediaan Di Tangan) = (Rp 504.400,00 x 26) + (Rp 623,71 x 51.565 sak) = Rp 13.114.400,00 + Rp 32.161.606,00 = Rp 45.276.006,00 Kuantitas Pemesanan = 102.529 sak Biaya Pembelian = 102.529 sak x Rp 15.020,91 = Rp 38.501.964.762,00

79

You might also like