You are on page 1of 13

ADRENALIN (EPINEFRIN,EPI) Adrenalin (epinefrin) yang merupakan zat adrenergikini dengan efek alfa + beta adalah Bronkchodilata terkuat

dengan kerja cepat tetapi singkat yang digunakan untuk serangan asma yang hebat. Seringkali senyawa ini dikombinasikan dengan tranguillizer peroral guna melawan r4asa takut dan cemas yang menyertai serangan. Secara oral, adrenalin tidak aktif. Adrenalin adalah sebuah hormon yang memicu reaksi terhadap tekanan dan kecepatan gerak tubuh kita. Tidak hanya gerak, hormon ini pun memicu reaksi terhadap efek lingkungan seperti suara derau tinggi atau cahaya yang terang. Reaksi yang kita sering rasakan adalah frekuensi detak jantung meningkat, keringat dingin dan keterkejutan.

Mekanisme kerja Adrenalin Tekanan darah Adrenalin adalah sejenis vasopresor kuat. Dosis farmakologi dari Adrenalin, dengan melalui rute intravena, dapat meningkatkan tekanan darah pada satu puncak yang sebanding dengan dosis Mekanisme kenaikan tekanan darah akibat Epi adalah tiga: 1) stimulasi miokard langsung yang meningkatkan kekuatan kontraksi ventrikel (tindakan positif inotropic melalui reseptor b1) 2) suatu peningkat denyut jantung (tindakan kronotopik positif melalui reseptor b1) 3) vasokonstriksi pembuluh darah di dasar pembuluh darah (terutama dalam resistensi prekapiler pembuluh kulit, mukosa, dan ginjal) bersama dengan penyempitan yang ditandai dari vena (melalui reseptor). Dosis kecil Epi (0,1 mg / kg) dapat menyebabkan tekanan darah menurun, efek depressor dari dosis kecil dan respon bifasik untuk dosis yang lebih besar adalah karena sensitivitas yang lebih besar untuk Adrenalin di reseptor vasodilator dari reseptor kontriktor

Efek vaskuler Efek chief vaskular Adrenalin adalah pada arteriol kecil dan sfingter prekapiler, meskipun vena dan arteri besar juga memberi respon. Berbagai dasar pembuluh darah bereaksi secara berbeda, mengakibatkan redistribusi besar di dalam aliran darah. Injeksi Adrenalin dapat menyebabkan penurunan nyata pada aliran darah kutaneus, dan menyebabkan konstriksi pembuluh prekapiler dan venula kecil. Efek kardiak Adrenalin adalah stimulan jantung yang kuat. Respons langsung kepada Adrenalin termasuk peningkatan rate of tension development, peak contractile force, dan rate of relaxation. Adrenalin bekerja langsung pada b1 dominan reseptor dari miosit dan sel-sel dari jaringan alat pacu jantung dan juga tisu tubuh yang berkaitan. Denyut jantung meningkat, dengan ritme yang sering diubah. Sistol jantung lebih pendek dan lebih kuat, output jantung yang diperkuatkan, serta kerja jantung dan konsumsi O2 yang nyata meningkat. Efek pernafasan Bekerja pada reseptor b2 pada otot polos bronkus, Adrenalin adalah bronkodilator yang kuat, terutamaketika otot bronkial dikontraksikan karena adanya penyakit atau sebagai respons terhadap obat-obatan atau berbagai autacoids. Efek menguntungkan dari Epi pada asma juga bisa muncul dari b2-mediated inhibition of antigeninduced iaitupelepasan mediator inflamasi dari sel mast, dan pada tingkat lebih rendah dari efek adrenergik untuk mengurangi sekresi bronkial dan kepadatan dalam mukosa. Obat-obat lain seperti glukokortikoid dan leukotriene-receptor antagonis, memiliki efek antiinflamasi yang lebih mendalam pada asma. Efek metabolik Adrenalin meninggikan konsentrasi glukosa dan laktat dalam darah, dan dapat menghambat atau merangsang sekresi insulin dimana penghambatan adalah efek yang dominan. Sekresi glukagon ditingkatkan melalui aktivasi b-reseptor sel-sel pulau pankreas. Adrenalin juga menurunkan

penyerapan glukosa oleh jaringan perifer, sebagian karena efeknya pada sekresi insulin, tetapi juga mungkin karena efek langsung pada otot rangka

Absorpsi dan eksresi obat Adrenalin tidak efektif setelah pemberian oral karena cepat dimetabolisme di mukosa GI dan hati. Penyerapan dari jaringan subkutan terjadi relatif lambat karena vasokonstriksi lokal, dan tingkat selanjutnya dapat dikurangi dengan hipotensi sistemik (misalnya, shock). Penyerapan lebih cepat setelah injeksi intramuskular. Dalam keadaan darurat, injeksi Adrenalin intravena adalah lebih efektif . Ketika Ketika Adrenalin relatif terkonsentrasi solusi (1%) dinebulisasi dan dihirup,sebagian besar tindak obat dibatasi untuk saluran pernapasan, namun, reaksi sistemik seperti aritmia dapat terjadi, terutama jika dosis yang lebih besar digunakan. Adrenalin cepat diinaktivasikan, terutama oleh hati. Dosis Suntikan adrenalin tersedia dalam 1 mg / mL (1:1000), 0,1 mg / mL (1:10.000), dan 0,5 mg / mL (1:2000) solusi. Dosis dewasa yang biasa diberikan subkutan berkisar 0,3-0,5 mg.Adrenalin intravena digunakan dengan hati-hati jika efek langsung dan cepat diperlukan. Jika obat ini diberikan melaluivena, ia harus cukup diencerkan dan disuntikkan perlahan-lahan. Dosis jarang sebanyak 0,25 mg,kecuali untuk serangan jantung, ketika dosis yang lebih besar mungkin diperlukan Toksisitas, efek samping dan kontraindikasi Adrenalin dapat menyebabkan gelisah, sakit kepala berdenyut, tremor, dan jantung berdebar. Efek ini cepat mereda dengan istirahat, tenang, sikap berbaring, dan ketenangan. Reaksi yang lebih serius termasuk pendarahan otak dan aritmia jantung. Penggunaan dosis besar atau injeksi yang tidak disengajakan atau suntikan intravena yang terlalu cepat dapat mengakibatkan pendarahan otak akibat dari kenaikan drastis pada tekanan darah. Aritmia ventrikel dapat terjadi pada pemberian obat.Adrenalin dapat menyebabkan angina pada pasien dengan penyakit arteri koroner. Penggunaan adrenalin umumnya merupakan kontraindikasi pada pasien yang menerima

obat inhibitor reseptor b nonselektif, karena efek terlindungnya pada reseptor a1 pembuluh darah dapat menyebabkan hipertensi parah dan pendarahan otak. Penggunaan terapeutik Penggunaan klinis Adrenalin didasarkan pada kerjanya pada pembuluh darah, jantung, dan otot bronkial. Penggunaan utamanya adalah untuk memberikan bantuan cepat dari reaksi hipersensitivitas, termasuk anafilaksis,obat dan alergen lainnya. Adrenalin digunakan untuk memperpanjang tindakan anestesi lokal, mungkin dengan vasokonstriksi dan penurunan konsekuen dalam penyerapan. Ia juga mungkin dapat mengembalikan jantung irama pada pasien dengan serangan jantung. Adrenalin juga digunakan sebagai agen hemostatik topikal pada pendarahan superfisial seperti di mulut atau pendarahan tukak lambung selama endoskopi lambung dan duodenum. Penyerapan sistemik obat dapat terjadi pada aplikasi di gigi. Selain itu, inhalasi adrealin mungkin berguna dalam pengobatan posintubasi.

NORADRENALIN (NOREPINEFRIN) Noradrenalin (LEVARTERENOL, l-noradrenalin) dilepaskan oleh mamalia saraf simpatis postganglionik. Noradrenalin merupakan 10-20% dari isi katekolamin di medula adrenal manusia dan sebanyak 97% di beberapa pheochromocytomas, yang mungkin tidak mengekspresikan phenylethanolamine-Nmethyltransferase. Tindakan farmakologi dari Noradrenalin dan Adrenalin telah dibandingkan in vivo dan in vitro. Mereka adalah sekitar sebanding dalam merangsang reseptor b1, tetapiberbeda terutama dalam efektivitas merangsang reseptor b2. Noradrenalin merupakan agonis kuat dan memiliki tindakan relatif sedikit pada reseptor b2, namun agak kurang kuat dibandingkan Adrenalin pada sebuah reseptor organ tubuh. Efek kardiovaskuler Noradrenalin yang diberikan secara infus dapat menyebabkan peningkatan tekanan sistolik dan diastolik serta nadi. Cardiac output tidak berubah atau menurun, dan resistensi total perifer diperkuat. Kompensasi aktivitas vagal refleks memperlambat jantung, mengatasi tindakan

cardioaccelerator langsung dan menyebabkan peningkatan stroke volume. Resistensi pembuluh darah perifer meningkat pada kebanyakan pembuluh darah, dan aliran darah ginjal berkurang. Noradrenalin menyempitkan pembuluh mesenterika dan mengurangi splanknikus hati dan aliran darah. Aliran koroner biasanya meningkat, dan berkemungkinan baik untuk pelebaran koroner pada induksi tidak lagsung, seperti Adrenalin untuk tekanan darah tinggi. Meskipun umumnya suatu agonis b2 yang tidak kuat, Noradrenalin dapat meningkatkan aliran darah koroner secara langsung dengan merangsang reseptor b2 pada pembuluh koroner. Pasien dengan angina varian Prinzmetal mungkin menjadi supersensitif akibat efek inhibitor di Noradrenalin.

Absorpsi dan eksresi Noradrenalin sama seperti adrenalin, tidak efektif jika diberikan per-oral dan tidak diserap dengan baik di situs subkutan atau injeksi. Hal ini dengan cepat diinaktivasi dalam tubuh dengan serapan dan tindakan COMT dan MAO. Biasanya ditemukan dalam jumlah yang kecildalam urin. Tingkat ekskresi dapat sangat meningkat terutama pada pasien dengan pheochromocytoma. Efek samping Efek samping Noradrenalin mirip dengan Adrenalin, meskipun biasanya peningkatan tekanan darah adalah lebih besar pada penggunaan Noradrenalin . Dosis berlebihan menyebabkan hipertensi berat. Pengawasan harus diambil supaya nekrosis dan pengelupasan tidak terjadi di tempat suntikan intravena karena ekstravasasi obat. Infus harus dibuat tinggi di anggota tubuh, sebaiknya melalui kanula plastik yang diperpanjang. Gangguan sirkulasi di lokasi injeksi, dengan atau tanpa ekstravasasi Noradrenalin, dapat dihilangkan dengan infiltrasi di daerah injeksi dengan phentolamine,sejenis antagonis reseptor. Tekanan darah harus sering dicatat. Berkurangnya aliran darah ke organ seperti ginjal dan usus adalah bahaya yang konstan pada penggunaan Noradrenalin

LIDOKAIN (XILOKAIN)

Lidokain merupakan obat anestesi golongan amida, selain sebagaiobat anestesi lokal lidokain juga digunakan sebagai obat antiaritmiakelas IB karena mampu mencegah depolarisasi pada membran selmelalui penghambatan masuknya ion natrium pada kanal natrium. Pemakaian lidokain di klinik antara lain sebagai: anestesi lokal,terapi aritmia ventrikuler, mengurangi fasikulasi suksinilkolin dan untukmengurangi gejolak kardiovaskuler serta menekan batuk pada tindakanlaringoskopi dan intubasi endotrakhea.Dosis yang diberikan pada terapi aritmia ventrikuler (takikardiventrikel) adalah 1-1,5 mg/kgBB bolus intravena kemudian diikuti infus 1-4mg/kgBB/menit. Cara ini biasanya menghasilkan kadar dalam plasma 2-6mg/L, bila tidak diikuti dengan infus, kadar dalam plasma akan menurundalam 30 menit setelah dosis bolus. Hal ini memerlukan bolus lanjutan 0,5mg/kgBB. Untuk mengurangi gejolak kardiovaskuler pada tindakan laringoskopi biasanya diberikan dosis 1-2 mg/kgBB bolus intravenasebelum tindakan. Efek ini sebagian disebabkan oleh efek analgesik dan efek anestesi lokal dari lidokain. Sebagai obat anestesi lokal lidokain dapat diberikan dosis 3-4mg/kgBB, bila ditambahkan adrenalin dosis maksimal mencapai 6mg/kgBB. Lidokain menyebabkan penurunan tekanan intrakranial(tergantung dosis) yang disebabkan oleh efek sekunder peningkatanresistensi vaskuler otak dan penurunan aliran darah otak.

Struktur Lidokain Sampai saat ini lidokain masih merupakan obat terpilih untuk berbagai tindakan dalam bidang kedokteran gigi, karena lidokainmempunyai potensi anestesi yang cukup kuat, mula kerja cepat,

masakerja cukup panjang dan batas keamanan yang lebar. Obat ini ter-masuk golongan amino asilamid yang jarang menimbulkan alergi.Rumus kimianya terdiri dari tiga komponen dasar yaitu: gugus aminhidrofil, gugus residu aromatik dan gugus intermedier. Gambar 1 : Rumus bangun lidokain Lidokain pertama kali ditemukan oleh ahli kimia Swedia yaituNils Lofgren pada tahun 1943. Lidokain dengan nama dagang Xylocainmerupakan anestetik lokal golongan - amino asid amid yang pertamakali ditemukan.Lidokain mempunyai rumus dasar yang terdiri dari gugus aminhidrofil, gugus residu aromatik dan gugus intermedier yangmenghubungkan kedua gugus tersebut. Gugus amin merupakan amintarsier atau sekunder, antara gugus residu aromatik dan gugusintermedier dihubungkan dengan ikatan amid. Bersifat basa lemahdengan pKa antara 7,5 9,0 dan sulit larut dalam air, kemampuanberdifusi ke jaringan rendah dan tidak stabil dalam larutan. Oleh karena itu preparat anestetik lokal untuk injeksi terdapat dalam bentuk garam asam dengan penambahan asam klorida. Dalam sediaan demikian, anestetik lokal mempunyai kelarutan dalam air tinggi,kemampuan berdifusi ke jaringan besar dan stabil dalam larutan.

Mekanisme kerja Setelah disuntikkan, obat dengan cepat akan dihidrolisis dalam jaringan tubuh pada pH 7,4 menghasilkan basa bebas (B) dan kation bermuatan positif (BH). Proporsi basa bebas dan kation bermuatan positif tergantung pada pKa larutan anestetik lokal dan pH jaringan.Hubungan kedua faktor tersebut dinyatakan dengan rumus: pH = pKalog (BH/B) yang dikenal sebagai persamaan Henderson Hasselbach.Anestetik lokal dengan pKa tinggi cenderung mempunyai mula kerjayang lambat. Jaringan dalam suasana asam (jaringan inflamasi) akan menghambat kerja anestetik lokal sehingga mula kerja obat menjadi lebih lama. Hal tersebut karena suasana asam akan menghambat terbentuknya asam bebas yang diperlukan untuk menimbulkan efek anestesi. Dari kedua bentuk di atas yaitu B dan BH, bentuk yang berperan dalam menimbulkan efek blok anestesi masih banyak dipertanyakan. Dikatakan baik basa bebas (B) maupun kationnya (BH)ikut berperan dalam proses blok anesteri. Bentuk basa bebas (B) penting untuk penetrasi optimal melalui selubung saraf, dan kation(BH) akan berikatan dengan reseptor pada sel membran. Cara kerja anestetik lokal secara molekular (teori ikatan reseptor spesifik) adalah

sebagai berikut : molekul anestetik lokal mencegah konduksi saraf dengan cara berikatan dengan reseptor spesifik pada celah natrium. Indikasi Lidokain sering digunakan secara suntikan untuk anesthesia infiltrasi, blockade saraf, anesthesia epidural ataupun anesthesia selaput lender. Pada anesthesia infitrasi biasanya digunakan larutan 0,25% 0,50% dengan atau tanpa adrenalin. Tanpa adrenalin dosis total tidak boleh melebihi 200mg dalam waktu 24 jam, dan dengan adrenalin tidak boleh melebihi 500 mg untuk jangka waktu yang sama.Lidokain dapat pula digunakan untuk anesthesia permukaan.Untuk anesthesia rongga mulut, kerongkongan dan saluran cerna bagian atas digunakan larutan 1-4% dengan dosis maksimal 1 gram sehari dibagi dalam beberapa dosis. Pruritus di daerah anogenital ataurasa sakit yang menyertai wasir dapat dihilangkan dengan supositoria atau bentuk salep dan krem 5 %. Untuk anesthesia sebelum dilakukan tindakan sistoskopi atau kateterisasi uretra digunakan lidokain gel 2 %dan selum dilakukan bronkoskopi atau pemasangan pipa endotrakeal biasanya digunakan semprotan dengan kadar 2-4%.Lidokain juga dapat menurunkan iritabilitas jantung, karena itu juga digunakan sebagai anti-aritmia Kontraindikasi Meliputi kontraindikasi obat inflamasi lokal dan atau sepsis, septicemia,tirotoksikosis, ekstremitas, hipersensitif terhadap anestesi lokal tipe amida. Cara pemakaian 1. Lidokain, biasanya dalam bentuk hidroklorida lidokain,tersedia dalam berbagai bentuk termasuk: 2. Anestesi lokal Injected (kadang dikombinasikandengan epinephrine untuk mengurangi perdarahan) 3. Dermal patch (kadang dikombinasikan denganprilocaine) 4. Injeksi intravena (kadang dikombinasikandengan epinephrine untuk mengurangi perdarahan) 5. Intravena infuse 6. Pembangkitan berangsur-angsur semprot /hidung (dikombinasikan dengan fenilefrin)

7. Gel oral (sering disebut sebagai "lidocainekental" atau disingkat "visc lidocaine" atau "visc lidokain hcl" dalam farmakologi; digunakan sebagai gel tumbuh gigi) 8. Oral cair 9. Topikal gel (seperti gel lidah buaya yangmencakup lidokain) [13] 10. Topical cair 11. Topikal patch (patch lidokain 5% dipasarkansebagai "Lidoderm" di AS (sejak 1999) dan "Versatis" di Inggris(sejak 2007 oleh Grnenthal)) 12. Semprot aerosol Topical 13. Dihirup melalui nebulizer

Efek samping Efek samping lidokain biasanya berkaitan dengan efeknya terhadap SSP, misalnya mengantuk, pusing, parestesia, gangguanmental, koma, dan seizures. Mungkin sekali metabolit lidokain yaitu monoetilglisin xilidid dan glisin xilidid ikut berperan dalam timbulnya efek samping ini.Lidokain dosis berlebihan dapat menyebabkan kematian akibat fibrilasi ventrikel, atau oleh henti jantung. Absorpsi dan eksresi Lidokain hanya efektif bila diberikan intravena. Pada pemberian peroral kadar lidokain dalam plasma sangat kecil dan dicapai dalam waktu yang lama. Pada pemberian intravena kadar puncak dalam plasma dicapai dalam waktu 3-5 menit dan waktu paruh 30-120 menit.Lidokain hampir semuanya dimetabolisme di hati menjadi monoethylglycinexylidide melalui proses dealkylation, kemudian diikuti dengan hidrolisis menjadi xylidide. Monoethylglycinexylididemempunyai aktivitas 80% dari lidokain sebagai antidisritmia,sedangkan xylidide mempunyai aktivitas antidisritmia hanya 10%.Xylidide diekskresi dalam urin sekitar 75% dalam bentuk hydroxy-2,6dimethylaniline. Lidokain sekitar 50% terikat dengan albumin dalam plasma. Pada penderita payah jantung atau penyakit hati, dosis harusdikurangi karena waktu paruh dan volume distribusi akan memanjang.Indikasi utama pemakaian lidokain selain sebagai anestesi lokal jugadipakai untuk mencegah takikardi ventrikel dan mencegah fibrilasisetelah infark miokard akut. Lidokain tidak efektif pada aritmia supraventrikuler kecuali yang berhubungan dengan sindroma wolf parkinson white atau karena keracunan obat digitalis

Lidokain mudah diserap dari tempat suntikan, dan dapatmelewati sawar darah otak. Kadarnya dalam plasma fetus dapat mencapai 60% kadar dalam darah ibu. Di dalam hati, lidokain mengalami deakilasi oleh enzim oksidase fungsi ganda (Mixed-Function Oxidases)membentuk monoetilglisin xilidid dan glisin xilidid.Kedua metabolit monoetilglisin xilidid maupun glisin xilidid ternyata masih memiliki efek anestetik local. Pada manusia 75% dari xilididakan disekresi bersama urin dalam membentuk metabolit akhir, 4hidroksi-2-6 dimetil-anilin

PETIDIN (MEPERIDIN HCL) Meperidin HCl yang biasa dikenal dengan nama petidin, merupakan salah satu obat penghilang rasa sakit golongan narkotik. Obat ini ditemukan pada tahun 1939, oleh dua orang ilmuwan Jerman, yaitu Eisleb and Schaumann. Pada awal kemunculannya, obat ini juga digunakan untuk mengatasi otot yang kaku (spasme). Meperidin HCl termasuk golongan obat sintetik. Secara umum, rumus kimia meperidin hampir sama dengan metadon dan fentanil, yang merupakan dua jenis penghilang nyeri yang sudah cukup dikenal.

Struktur Petidin Petidin merupakan narkotika sintetik derivat fenilpiperidinan dan terutama berefek terhadap susunan saraf pusat. Mekanisme kerja petidin menghambat kerja asetilkolin (senyawa yang berperan dalam munculnya rasa nyeri) yaitu pada sistem saraf serta dapat mengaktifkan reseptor,

terutama pada reseptor , dan sebagian kecil pada reseptor kappa. Penghambatan asetilkolin dilakukan pada saraf pusat dan saraf tepi sehingga rasa nyeri yang terjadi tidak dirasakan oleh pasien Efeknya terhadap SSP adalah menimbulkan analgesia, sedasi, euphoria, dapresi pernafasan serta efek sentral lain. Efek analgesik petidin timbul aga lebih cepat daripada efek analgetik morfin, yaitu kira-kira 10 menit, setelah suntikan subkutan atau intramuskular, tetapi masa kerjanya lebih pendek, yaitu 24 jam. Absorbsi petidin melalui pemberian oral maupun secara suntikan berlangsung dengan baik. Obat ini mengalami metabolism di hati dan diekskresikan melalui urin

Indikasi terapeutik Petidin digunakan sebagai analgesia untuk semua tipe nyeri yang sedang sampai berat. Misalnya sebagai suplemen sedasi sebelum pembedahan, nyeri pada infark miokardium walaupun tidak seefektif morfin sulfat, mengatasi nyeri setelah operasi, atau nyeri lainnya yang tidak dapat diatasi dengan obat biasa, untuk menghilangkan ansietas (kecemasan) pada pasien dengan dispnea (sesak nafas) karena acute pulmonary edema & acute left ventricular failure. Sediaan yang tersedia adalah tablet 50 dan 100 mg ; suntikan 10 mg/ml, 25 mg/ml, 50 mg/ml, 75 mg/ml, 100 mg/ml. ; larutan oral 50 mg/ml. Akan tetapi sebagian besar pasien tertolong dengan dosis parenteral 100 mg. Dosis untuk bayi dan anak ; 1-1,8 mg/kg BB.Petidin memiliki waktu paruh selama 5 jam. Dan durasi analgesinya pada penggunaan klinis 3-5 jam. Adapun perbedaan petidin dan morfin: 1. Petidin memiliki kelarutan dalam lemak lebih besar dibandingkan dengan morfin yang larut dalam air. 2. Metabolisme petidin oleh hepar lebih cepat dan menghasilkan normeperidin, asam meperidinat dan asam normeperidinat. Normeperidin merupakan metabolit yang masih aktif memiliki sifat konvulsi dua kali lipat petidin, tetapi efek analgesinya sudah berkurang 50%. 3. Petidin bersifat atropin menyebabkan kekeringan mulut, kekaburan pandangan dan takikardia.

4. Seperti morfin ia menyebabkan konstipasi, tetapi efek terhadap sfingter oddi lebih ringan. 5. Petidin cukup efektif untuk menghilangkan gemetaran pasca bedah yang tidak ada hubungannya dengan hipiotermi dengan dosis 20-25 mg i.v pada dewasa, sedangkan morfin tidak memiliki aksi tersebut. 6. Durasi kerja petidin lebih pendek dibandingkan morfin.

Efek samping dan toksisitas Petidin sebagai salah satu obat analgesik golongan narkotik tentu memiliki efek samping berupa ketagihan terhadap penggunaan obat. Selain ketagihan, petidin juga memiliki efek samping menekan sistem pernapasan. Efek samping yang ditimbulkan oleh petidin antara lain sakit kepala ringan, kepala terasa berputar, mual, muntah, gangguan aliran darah, gangguan koordinasi otot serta gangguan jantung. Efek samping yang tidak terlalu parah dapat berupa kesulitan buang air besar (konstipasi), kehilangan nafsu makan, mual, muntah, sakit kepala dan mulut terasa kering serta keringat berlebihan. Obat ini juga dapat menimbulkan efek alergi berupa kemerahan, gatal danbengkak pada daerah sekitar tempat penyuntikan. Gejala alergi ini dapat bermanifestasi parah, seperti kesulitan bernafas, bengkak pada wajah, bibir dan lidah, serta tenggorokan. Efek samping yang sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kematian adalah menekan sistem pernafasan. Efek samping ini akan semakin berbahaya apabila petidin digunakan secara berlebihan atau dikonsumsi bersamaan dengan obat lain yang juga menekan sistem pernafasan, seperti obat pelemas otot atau obat penenang. Kematian dapat disebabkan laju nafas yang semakin menurun kemudian berhenti. Selain itu, penurunan tekanan darah serta gangguan pada sistem saraf pusat yang ditimbulkan juga dapat mengakibatkan kematian. Efek samping berupa ketagihan dapat menimbulkan terjadinya overdosis. Gejala overdosis yang timbul berupa perubahan warna pada kulit, kulit menjadi dingin, dan kelemahan otot. Seseorang yang telah menggunakan obat ini dalam jangka waktu yang cukup lama, penghentiannya harus dilakukan secara bertahap dengan cara menurunkan dosis obat secara perlahan-lahan. Hal ini

disebabkan adanya efek withdrawal atau gejala putus obat yang dapat terjadi. Apabila penggunaan obat ini dihentikan secara tiba-tiba, maka akan muncul gejala berupa jantung berdebar, denyut nadi meningkat, serta pernafasan tertekan. Selain itu, penderita akan merasa tidak nyaman, merasa nyeri pada seluruh tubuh yang disertai muntah.

You might also like