You are on page 1of 16

Asuhan keperawatan pada Pasien dengan Tumor Colli TUMOR COLLI

1. Pengertian Pengertian Tumor secara umum adalah suatu pertumbuhan yang tidak terkendali dari suatu organ tubuh.

2. Jenis-jenis Tumor a. Tumor Jinak Tumor Jinak artinya pertumbuhan tersebut terbatas pada organ tersebut saja b. Tumor Ganas. Tumor ganas akan menyebar melalui pembuluh darah atau pembuluh getah bening ke organ tubuh lainnya. Tumor ganas nama lainnya adalah kanker.

3. Gejala Tumor Colli/Tumor Leher Tumor leher yang disebabkan oleh karsinoma nasopharynx terletak di ujung processus mastoideus, di depan m. sternocleidomastoideus dan di belakang angulus mandibullae. Pembesaran tumor leher ini merupakan penyebaran terdekat secara limfogen, sedang penyebaran jauh dapat ke hati, paru- paru, tulang pinggul, os sacrum dan lain-lain. Pembesaran tumor di leher inilah yang sering mendorong penderita pergi ke dokter.

4. Pembagian mengenai Penyebaran Tumor ke kelenjar limfe N0 : belum ada tumor di leher N1 : ada tumor leher homolateral dan tumor masih mudah bergerak N2 : ada tumor kontralateral atau bilateral, masih mudah bergerak. N3 : ada tumor leher kontralateral atau bilateral, tidakdapat bergerak

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF KAMAR BEDAH PADA PASIEN DENGAN TUMOR COLLI

A. Asuhan Keperawatan Pra Operatif 1. BIODATA PASIEN a. Nama : Ny. R b. Umur : 35 tahun c. No Register : 156901 d. Dx Medis : Tumor Colli e. Tindakan Operasi : Eksisi Tumor Colli f. Kamar Op/Tanggal : II/ 4 April 2009 g. Status Kesehatan : 1) Kesadaran : Compos Mentis 2) Vital Sign : TD 130/80 mmHg RR 23x/menit N 92x/menit Suhu : 36,5C 3) Riwayat Kesehatan Dahulu : Pernah operasi tahun yang lalu dengan penyakit yang sama Riwayat Kesehatan Saat ini : Pasien merasakan pegal di area sekitar benjolan 4) Cairan parenteral : Infus RL 500 CC 5) Kebersihan colon lambung : Puasa 6) Pencukuran daerah operasi : Sudah 7) Personal Hygiene (mandi) : Sudah 8) Kompres daerah operasi dengan kassa alcohol : Tidak 9) Pengosongan kandung kemih : Tidak terpasang DC. 10) Baju operasi : Sudah

2. PERSIAPAN PENUNJANG Laboratorium Darah Lengkap : Sudah GDS : Sudah Elektrolit : Sudah Urine rutin : Sudah

3. INFORM CONSENT : Sudah 4. DEFINISI DAN PATHWAY : Pengertian Tumor secara umum adalah suatu pertumbuhan yang tidak terkendali dari suatu organ tubuh. PATHWAY: Makanan yang mengandung zat karsinogenik-Menyebar ke seluurh tubuh melalui PD, P. Limfe-Pertumbuhan jaringan abnormal (Leher)-Insisi leher 5. Status Psikososial : Subyektif : a. Pasien mengatakan nyeri di area sekitar benjolan b. Pasien mengatakan tidak begitu takut menghadapi operasi Obyektif ; a. Pasien terlihat tenang b. Kooperatif apabila diajak berkomunikasi c. Pasin terlihat kurang nyaman dengan benjolan di lehernya

6. DIAGNOSA KEPERAWATAN Nyeri b.d agen-agen yang menyebabkan cedera

7. RENCANA KEPERAWATAN a. Nyeri b.d agen-agen yang menyebabkan cedera b. Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan masalah nyeri dapat teratasi. Kriteria hasil : 1) Pasien merasa nyaman 2) Pasien tidak terlihat menahan nyeri 3) Nyeri pasien berkurang

8. INTERVENSI a. Kaji tingkat nyeri pasien b. Ajarkan pasien untuk menarik nafas dalam ketika merasa nyeri

c. Berikan posisi yang nyaman

9. IMPLEMENTASI No. Implementsi 1. Mengkaji tingkat nyeri pasien, Kooperatif (nyeri ditunjukan pada tingkat 6) Respon pasien 2. Mengajarkan pasien untuk menarik nafas dalam ketika merasa nyeri, Kooperatif 3. Memberikan posisi yang nyaman, Kooperatif

B. Asuhan Keperawatan Intra Operatif 1. Persiapan Pasien : Posisi pasien : Supinasi TD : 136/66 mmHg Nadi : 93x/menit RR :18x/menit Pemasangan : Bed Side Monitor 2. Persiapan Alat : Instrumen Instrumen Tambahan Basic set : Jas Operasi Bengkok 2 Handscone Nailpuder2 Duk besar(2), duk lubang(1), duk sedang (2), duk klem 4 Klem arteri 10 Alkohol (3) Kom 2 Betadine Skapel 2 Bisturi no.22 Kooker 4 Kasa steril Gunting jaringan 1 Cauter Gunting benang 1 Hak Kulit Pinset anatomis 2 Kuret Pinset sirurgis 2 Benang, siede 2-0 (1), plan 2-0 (1) Hipafix

3. Pelaksanaan Asisten/Instrumen No. Tindakan Peralatan yang Disiapkan 1. Desinfeksi Kom, betadin, alcohol, klem, kasa 2. Drapping Duk besar(2), duk lubang(1), duk sedang (2), duk klem 4 4. Insisi area operasi (benjolan di leher) Bisturi no.22 5. Cutting Cutter 6. Klem sisi-sisinya untuk melihat tumornya Hak kulit 7. Mengambil tumor Kuret (tumor pecah menjadi bagian kecil-kecil sehingga diambil dengan kuret) 8. Penjahitan Subkutis Nailpuder, jarum, gunting, klem, kasa, Plan 2-0 9. Penjahitan kulit Nailpuder, jarum, seide 2-0, gunting, klem, kasa 10. Desinfeksi area jahitan Betadine, kasa, kom 11. Penutupan area operasi Kasa kering 2, kasa+betadine 2, hepafix

C. Asuhan Keperawatan Post Operatif I. Pengkajian a. Pengkajian primer A (Airway) : Tidak Ada sumbatan Jalan Nafas B (Breathing) : Suara nafas vesikuler, RR : 20X/menit C (Circulation) : Tidak ada sianosis, CR < 2 detik, TD 130/80 mmHg. b. Pengkajian sekunder Kesadaran pasien : Compos Metis TD : 130/80 mmHg. Nadi : 86X/menit Pemeriksaan fisik : 1) Kepala : Bentuk mesocepal, tidak ada benjolan, distribusi rambut baik dan bersih 2) Mata : Sklera unikterik, konjungtifa tidak anemis, mata simetris. 3) Hidung : Bersih, distribusi rambut baik, tidak ada nafas cuping hidung. 4) Mulut : Mukosa lembab, gigi bersih, tidak ada pembesaran tonsil. 5) Telinga : Simetris, tidak ada serumen 6) Leher : Terdapat luka insisi. 7) Dada : Bentuk dada normal, payudara simetris, tidak ada masa, ekspansi dada normal,

tidak ada otot bantu nafas. 8) Abdomen : Turgor kulit normal. 9) Genetalia : Tidak terpasang DC. 10) Ekstremitas : Tangan kiri terpasang infuse RL Jenis

Anestesi : General anestesi Pemeriksaan Aldrette Score Nilai > 7 tanpa nilai 0 dapat pindah ruang

II. Diagnosa Keperawatan 1. Diagnosa Keperawatan Resiko tinggi cidera b.d proses pemindahan pasien III. Rencana keperawatan a. Tujuan Resiko cidera berkurang b. Kriteri hasil Pasien merasa aman saat dilakukan pemindahan

IV. Rencana Tindakan a. Perhatikan posisi pasien b. Mendekatkan bed ke samping tempat tidur pasien. c. Kolaborasi dengan 2-3 perawat yang ada d. Mengangkat pasien secara bersamaan e. Meninggikan penyangga yang ada disamping tempat tidur pasien.

V. Implementasi Mendekatkan bed ke samping tempat tidur pasien, Kooperatif Mengangkat kepala pasien, Kooperatif Menghitung bersama-sama saat mengangkat pasien, Kooperatif Meninggikan pegangan di samping temoat tidur Kooperatif

6. Evaluasi Sumatif (SOAP) a. Subyektif: Pasien mengatakan lemes b. Obyektif: CM TD: 120/60 mmhg S : 37,5 C RR: 22 x/menit Nadi: 76x/menit c. Assesment: Masalah teratasi d. Planning: Lanjutkan perawatan anestesi/spinal di ruang RR

http://musculoskeletalbedah.blogspot.com/2009/07/asuhan-keperawatan-pada-pasiendengan_29.html

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tumor Colli

1.1 Tinjauan Medis Pengertian Tumor Colli adalah benjolan atau pembengkakan dalam tubuh pada bagian leher. ( S. Hidayat, 2001 ) Tumor Colli adalah adanya massa dalam tubuh pada bagian leher. ( Antony, 2003 ) Tumor Colli adalah benjolan yang disebabkan oleh neoplasma pada bagian leher. (Muhsin, 2005)

Etiologi 1. Karsinogen kimiawi dapat alami atau sintetik, misalnya Aflatoksin B1 pada kacang, vinylklorida pada industri plastik, benzoapiran pada asap kendaraan bermotor, kemoterapi dalam kesehatan. 2. 3. Karsinogen fisik, misalnya sinoar ionisasi pada nuklir, sinar radioaktif, sinar ultraviolet.

Hormon, misalnya estrogen

4. 5. 6. 7.

Viral, misalnya TBL-I, HBV, HPV, EBV Gaya hidup, misalnya diet, merokok, alcohol Parasit, misalnya schistoma hematobium

Genetik 8. Penurunan imunitas

Manisfestasi klinis 1. 2. 3. 4. Adanya benjolan yang mudah digerakkan Pertumbuhan amat lambat Tidak memberikan keluhan Paralisis fasial unilateral

Klasifikasi tumor Neoplasma dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasma ganas atau kanker terjadi karena timbul dan berkembang biaknya sel-sel secara tidak terkendali sehingga sel-sel ini tumbuh terus merusak bentuk dan organ tempat tumbuh kanker. Neoplasma jinak tumbuh dengan batas tegas dan tidak menyusup, tidak merusak tetapi membesar dan menekan jaringan sekitarnya (ekspansif) dan umumnya tidak bermetastase. Klasifikasi patologik tumor dibuat berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopis pada jaringan dan tumor . Patofisiologi

Sel tumor ialah sel tubuh yang mengalami transformasi dan tumbuh secara autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal sehingga sel ini berbeda dari sel normal dalam bentuk dan strukturnya. Perbedaan sifat sel tumor tergantung dari besarnya penyimpangan dalam bentuk dan fungsinya, autonominya dalam pertumbuhan, kemampuan dalam berinfiltrasi dan menyebabkan metastase Pada umumnya tumor mulai tumbuh dari satu sel di suatu tempat (unisentrik), tetapi kadang tumor berasal dari beberapa sel dalam satu organ (multisentrik) atau dari beberapa organ (multiokuler) pada waktu bersamaan (sinkron) atau berbeda (metakron).

Selama pertumbuhan tumor masih terbatas pada organ tempat asalnya maka tumor dikatakan mencapai tahap local, namum bilatelah infiltrasi ke organ sekitarnya dikatakan mencapai tahap invasive atau infiltratif . Sel tumor bersifat tumbuh terus sehingga makin lama makin besar dan mendesak jaringan sekitarnya. Pada neoplasma sel tumbuh sambil menyusup dan merembes ke jaringan sekitarnya dan dapat meninggalkan sel induk masuk ke pembuluh darah atau pembuluh limfe, sehingga terjadi penyebaran hematogen dan limfatogen.

Pemeriksaan penunjang 1. Pemeriksaan rontgen Foto foto rontgen tengkorak dan leher kadang-kadang dapat menunjukan ikut sertanya tulangtulang. Sedangakan foto thorax diperlukan untuk penilaian kemungkinan metastasis hematogen. Pemeriksaan rontgen glandula parotis dan submandibularis dengan bahan kontras (sialografi) dapat menunjukan, apakah tumor yang ditetapkan klinis itu berasal dari atau berhubungan dengan kelenjer-kelenjer ludah tersebut. Pemeriksaan ini penting untuk membedakan antara suatu tumor dengan radang (khronik), dan kalau dapat ditambah dengan temografi. Metode ini kurang berguna untuk membedakan antara tumor jinak dan ganas. (Zwaveling, 1985) 2. Pemeriksaan laboratorium 1) 2) 3. Pemeriksaan darah lengkap, urin. Laboratorium patologi anatomi

Pemeriksaan CT-Scan

Diagnosa dari suatu tumor dapat tergantung pada batas-batas tumor dan hasil biobsi dari lesi. Kanker dari organ-organ visceral lebih sulit di diagnosis dan di biobsi. Informasi dari pemeriksaan CT-Scan dapat bermanfaat untuk membantu mendiagnosis.

1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan 1.2.1 Pengkajian 1. Identitas klien Meliputi nama, umur ( kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan , alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register dan diagnosa medis. 2. Persiapan penunjang

Meliputi laboratorium, GDS, urine. 3. Pemeriksaan fisik 1) Sistem Integumen :

1) Perhatikan : nyeri, bengkak, flebitis, ulkus 2) Inspeksi kemerahan & gatal, eritema 3) Perhatikan pigmentasi kulit 4) Kondisi gusi, gigi, mukosa & lidah 2) Sistem Gastrointestinalis 1) Kaji frekwensi, mulai, durasi, berat ringannya mual & muntah setelah pemberian kemotherapi 2) Observasi perubahan keseimbangan cairan & elektrolit 3) Kaji diare & konstipasi 4) Kaji anoreksia 5) Kaji : jaundice, nyeri abdomen kuadran atas kanan 3) Sistem Hematopoetik 1) Kaji Netropenia

2) Kaji Trombositopenia : < 50.000/m3 menengah, < 20.000/m3 berat 3) Kaji Anemia

4) Sistem Respiratorik & Kardiovaskular 1) Kaji terhadap fibrosis paru yang ditandai : Dispnoe, kering, batuk non produktif terutama bleomisin 2) Kaji tanda CHF 3) Lakukan pemeriksaan EKG 5) Sistem Neuromuskular 1) Perhatikan adanya perubahan aktifitas motorik 2) Perhatikan adanya parestesia

3) Evaluasi refleks 4) Kaji ataksia, lemah, menyeret kaki 5) Kaji gangguan pendengaran 6) Diskusikan ADL 6) Sistem genitourinari 1) Kaji frekwensi BAK 2) Perhatikan bau, warna, kekeruhan urine 3) Kaji : hematuria, oliguria, anuria 4) Monitor BUN, kreatinin

1.2.2 Diagnosa Keperawatan a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh Tujuan : Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi Intervensi : 1). Pantau suhu dengan teliti Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi 2). Tempatkan anak dalam ruangan khusus Rasional : untuk meminimalkan terpaparnya anak dari sumber infeksi 3). Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk melaksanakan teknik mencuci tangan dengan baik Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif 4). Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasif Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi 5). Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi 6). Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisme 7). Berikan periode istirahat tanpa gangguan Rasional : menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler

8). Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia Rasional : untuk mendukung pertahanan alami tubuh 9). Berikan antibiotik sesuai ketentuan Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas Intervensi : 1). Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dala aktifitas sehari-hari Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan 2). Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan Rasional: menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan jaringan 3). Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervensi 4). Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri c. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah Tujuan : Tidak terjadi kekurangan volume cairan Pasien tidak mengalami mual dan muntah Intervensi : 1). Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi Rasional : untuk mencegah mual dan muntah 2). Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi Rasional : untuk mencegah episode berulang 3). Kaji respon anak terhadap anti emetik Rasional : karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum berhasil 4). Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat Rasional : bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah 5). Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering Rasional : karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik

6). Berikan cairan intravena sesuai ketentuan Rasional : untuk mempertahankan hidrasi d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang adekuat Intervensi : 1). Dorong orang tua untuk tetap rileks pada saat anak makan Rasional : jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat langsung dari mual dan muntah serta kemoterapi 2). Izinkan anak memakan semua makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat Rasional : untuk mempertahankan nutrisi yang optimal 3). Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk atau suplemen yang dijual bebas Rasional : untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi 4). Izinkan anak untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan Rasional : untuk mendorong agar anak mau makan 5). Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering Rasional : karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik 6). Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan peranan penting dalam mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat 7). Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep Rasional : membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori, khususnya bila BB dan pengukuran antropometri kurang dari normal e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas Tujuan : pasien mempertahankan integritas kulit Intervensi :

1). Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan daerah perianal Rasional : karena area ini cenderung mengalami ulserasi 2). Ubah posisi dengan sering Rasional : untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit 3). Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan Rasional : mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit 4). Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker Rasional : efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi dalam area radiasi pada beberapa agen kemoterapi 5). Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang kering Rasional : membantu mencegah friksi atau trauma kulit 6). Dorong masukan kalori protein yang adekuat Rasional : untuk mencegah keseimbangan nitrogen yang negative 7). Pilih pakaian yang longgar dan lembut diatas area yang teradiasi Rasional : untuk meminimalkan iritasi tambahan f. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan benjolan di leher Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif Intervensi : 1). Dorong anak untuk memilih wig (anak perempuan) yang serupa gaya dan warna rambut anak sebelum rambut mulai rontok Rasional : untuk membantu mengembangkan penyesuaian rambut terhadap kerontokan rambut 2). Berikan penutup kepala yang adekuat selama pemajanan pada sinar matahari, angin atau dingin Rasional : karena hilangnya perlindungan rambut 3). Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap bersih, pendek dan halus Rasional : untuk menyamarkan kebotakan parsial 4). Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan mungkin warna atau teksturnya agak berbeda Rasional : untuk menyiapkan anak dan keluarga terhadap perubahan penampilan rambut baru 5). Dorong hygiene, berdan, dan alat alat yang sesuai dengan jenis kelamin , misalnya wig, skarf, topi, tata rias, dan pakaian yang menarik Rasional : untuk meningkatkan penampilan

g. Cemas berhubungan dengan persiapan operasi Tujuan : ansietas berkurang/terkontrol. Kriteria hasil : - klien mampu merencanakan strategi koping untuk situasi-situasi yang membuat stress. - klien mampu mempertahankan penampilan peran. - klien melaporkan tidak ada gangguan persepsi sensori. - klien melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik. - tidak ada manifestasi perilaku akibat kecemasan. Intervensi : 1). Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien. Rasional : memudahkan intervensi. 2). Kaji mekanisme koping yang digunakan pasien untuk mengatasi ansietas di masa lalu. Rasional : mempertahankan mekanisme koping adaftif, meningkatkan kemampuan mengontrol ansietas. 3). Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan. Rasional : pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk mengeksternalisasikan kecemasan yang dirasakan. 4). Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada saat ini, harapan-harapan yang positif terhadap terapy yang di jalani. Rasional : alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi kecemasan. 5). Berikan penguatan yang positif untuk meneruskan aktivitas sehari-hari meskipun dalam keadaan cemas. Rasional : menciptakan rasa percaya dalam diri pasien bahwa dirinya mampu mengatasi masalahnya dan memberi keyakinan pada diri sendri yang dibuktikan dengan pengakuan orang lain atas kemampuannya. 6). Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.

Rasional : menciptakan perasaan yang tenang dan nyaman. 7). Sediakan informasi faktual (nyata dan benar) kepada pasien dan keluarga menyangkut diagnosis, perawatan dan prognosis. Rasional : meningkatkan pengetahuan, mengurangi kecemasan. 8). Kolaborasi pemberian obat anti ansietas. Rasional : mengurangi ansietas sesuai kebutuhan.

1.2.3 Evaluasi Evaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, Christine. 2001). Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan Pre Operasi Tumor adalah : 1) Ansietas berkurang/terkontrol. 2) Pasien memiliki persepsi yang positif terhadap penampilan dan fungsi tubuh. 3) Pasien menunjukkan koping yang efektif. 4) Pasien dan keluarga memahami perubahan perubahan dalam peran keluarga. 5) Pasien akan memperlihatkan pengendalian ketakutan. 6) Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal. http://dia-sukajaya.blogspot.com/2012/01/asuhan-keperawatan-pada-pasien-tumor.html

You might also like