You are on page 1of 11

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PERINTAH MENYANTUNI KAUM DUAFA

D I S U S U N Oleh: Kelompok F Ketua : Letisia Anggo : 1. Desi puspita sari ta : 2. Rio rolla pratama : 3. Barley indra malik akbar

Guru Bidang study


Supratman, S.Pd.I

SMK YADIKA BATURAJA

T.A 2012 / 2013


I. KATA PENGANTAR

Assalamualaiku Wr. Wb. Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah, karna atas rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik baiknya, pendidikan agama islam ini, Adapun makalah yang kami buat ini membahas tentang perintah menyantuni kaum duafa. Kami sadar bahwa sesungguhnya makalah yang telah kami buat ini tidak begitu sempurna, walaupun begitu kami mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya.. Makalah yang kami buat ini memuat beberapa bahasan tentang cara-cera menyantuni kaum duafa. Jika ada kesalahan dalam pembuataan makalah ini kami mohon maaf dan pada Allah kami mohon ampun. Demikianlah yang dapat kami sampaikan, akhir kata kami ucapkan terima kasih. Wassalamualaikum Wr.Wb.

Baturaja, 6 Agustus 2012 Hormat kami

Penyusun

i II. DAFTAR ISI

Hal I II III KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN i

.. ii . . ... ... 1 1 1 2

III.A LATAR BELAKANG III.B III.C IV RUMUSAN MASALAH

TUJUAN DAN MANFAAT

BAB II PEMBAHASAN

2 2 3

IV.A PENGERTIAN KAUM DHUAFA IV.B MACAM MACAM DHUAFA

IV.C PERINTAH MENYANTUNI KAUM DHUAFA IV.D ARTI DARI MENYANTUNI KAUM DHUAFA V BAB III PENUTUP

.. 3 ... 5 6 6

KESIMPULAN

BAB I
ii

III. PENDAHULUAN

III.A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan sosial kita tidak akan lepas dari dari ketiga unsur ini, yaitu tentang tamu, tetangga dan mengasihi para dhuafa. Maka dengan tiga masalah ini, kami sedikit menguraikan bagaimana cara kita untuk mengabdikan diri kepada sang Khalik dengan cara, menghormati, mengasihi, menyayangi, mengutamakan mereka, agar supaya pengabdian ini benar-benar diterima di sisiNya. Karena dalam suatu hadist di sebutkan Barang siapa yang tidak memenuhi undangan maka ia telah bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya. (HR. Bukhari), Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya tidak menyakiti tetangganya Dalam hadist lagi diterangkan, Seorang bertanya kepada Nabi Saw, Islam yang bagaimana yang baik? Nabi Saw menjawab, Membagi makanan (kepada fakir-miskin) dan memberi salam kepada yang dia kenal dan yang tidak dikenalnya. (HR. Bukhari), dan lagi Perumpamaan orang-orang yang beriman di dalam saling cinta kasih dan belas kasih seperti satu tubuh. Apabila kepala mengeluh (pusing) maka seluruh tubuh tidak bisa tidur dan demam. (HR. Muslim). Dengan latar belakang tersebut kami disini menyuguhkan tentang bagaimana cara menggapai ketiga masalah tersebut, sehingga atas dorongan Guru bidang studi terwujudlah apa yang ada di tangan anda ini, semoga ada manfaat dan gunanya. III.B. RUMUSAN MASALAH Rumusan masalah materi dalam makalah ini diarahkan pada Pembahasan Cara menghormati dan memuliakan serta menyantuni kaum dhuafa dan pengertian secara tekstual maupun kontekstual, sehingga pemahaman nanti tidak monoton. Dan juga kami uraikan istimbat hukum dalam setiap pembahasan dan di sertai pendapat para ulama yang mana semua nanti insya allah akan kami bahas. A. Perintah menyantuni kaum dhuafa B. Arti dari menyantuni kaum dhuafa

III.C. TUJUAN DAN MANFAAT Tujuan makalah ini untuk memahami pentingnya menghormati dan memuliakan serta menyantuni kaum dhuafa serta kewajiban kita sebagai pemeluk Agama islam. Sehingga pembahasan ini nanti bisa bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi masyarakat dan siswa-siswa smk yadika yang telah menyempatkan diri membaca makalah ini. Karena perbuatan yang baik atau terpuji atau tercela terhadap Allah SWT dinamakan hubungan vertical, sedangkan perbuatan yang berhubungan dengan perkara yang terpuji atau tercela terhadap sesama manusia atau alam sekitar dinamakan hubungan horizontal. Yang mana tujuan utama nanti untuk membentuk manusia seutuhnya.semoga makalah ini ada manfaat dan barakahnya.

BAB II IV. PEMBAHASAN IV.A. PENGERTIAN KAUM DHUAFA Ada beberapa ayat Al Quran yang menjelaskan arti kata dhufa yang berasal kata dhafa atau dhiafan. Salah satu firman Allah menyebutkan, Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah (dhiafan) , yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.(an Nisaa: 9) Dalam beberapa ayat yang lain, dhuafa disebut sebagai mustadhafin, diantaranya dalam Surah Al Qashash ayat 5 dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas (alladzinastudhifun), surah Al Araaf : 137 dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu (yustadhafun), dan dalam surat An Nisa : 75, . mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah (mustadhafin).

Berdasarkan beberapa ayat di atas, dapat ditarik satu kesimpulan bahwa yang dimaksud kaum dhuafa adalah orang-orang lemah atau tertindas.

IV.B. MACAM- MACAM DHUAFA


2

Allah SWT dalam Al Quran telah menjelaskan pula mengenai orang-orang yang tergolong dhuafa, mereka antara lain: 1. Anak-anak yatim 2. orang-orang miskin, 3. ibnu sabil (musafir), 4. orang yang meminta-minta, 5. hamba sahaya (al-Baqarah; 177), 6. tunanetra, orang cacat fisik, orang sakit (an Nuur:61); 7. manusia lanjut usia (al Israa: 23); 8. janda miskin (al Baqarah: 240); 9. orang yang berpenyakit sopak (lepra) (Ali Imran: 49); 10. tahanan atau tawanan (al Insan: 78); 11.mualaf (orang yang baru memeluk Islam, 12.orang-orang fakir; 13.orang-orang yang berutang (gharimin); 14.orang yang berjuang di jalan Allah (fii Sabilillah) (at Taubah:60); 15.buruh atau pekerja kasar (ath Thalaq:6);nelayan (al Kahfi:79); 16.rakyat kecil yang tertindas (an Nisaa:75); 17.anak-anak kecil dan bayi (al Anaam:140), dll. I V.C. PERINTAH MENYANTUNI KAUM DHUAFA Apakah hikmah yang dapat kamu ambil dari fenomena makhluk Allah yang telah diciptakannya berpasang-pasangan? Salah satunya adalah bahwa makhluk tidak akan sanggup hidup sendiri. Mereka pasti membutuhkan orang lain untuk membantu atau melengkapi keberadaan dirinya. Demikian juga dengan adanya orang kaya dan orang miskin. Kita saling membutuhkan satu sama lain meskipunterkadang kita tidak menyadarinya. Kaya

ataupun miskin adalah sebuah peluang untuk melaksanakan amal saleh sebanyak-banyaknya menuju ridha Allah SWT Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan yang bersifat fisik dan non fisik. Kebutuhan itu tidak pernah dapat dihentikan selama hidup manusia. Untuk mencapai kebutuhan itu, satu sama lain saling bergantung. Manusia sebagai makhluk sosial tidak mungkin dapat hidup seorang diri. Manusia pasti memerlukan kawan atau orang lain. Oleh
3 karena itu, manusia perlu saling hormat menghormati, tolong menolong dan saling

membantu dan tidak boleh saling menghina, menzalimi, dan merugikan orang lain Dalam upaya menanamkan kepekaan untuk saling tolong menolong, kita dapat mebiasakan diri dengan menginfakkan atau memberikan sebagian rezeki yang kita peroleh meskipun sedikit, seperti memberikan santunan kepada fakir miskin, orang tua dan jompo, mengangkat anak asuh, memberi bantuan kepada orang yang sedang menuntut ilmu, membangun sarana umum (jalan), serta mencari upaya mengentaskan kemiskinan yang ada di masyarakat Dalam surah Al-Isra Ayat 26-27

Artinya : 26. Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. 27. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah Saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. Kandungan Surah Al-Isra Ayat 26-27

Allah Swt memerintahkan seorang muslim memberikan hak kepada keluarga, Orang miskin, dan orang yang sedang perjalanan. Hak yang harus dilakukan seorang muslim terhadap keluarga dekat, orang miskin, dan orang yang sedang dalam perjalanan adalah mempererat tali persaudaraan dan hubungan kasih sayang, serta membantu meringankan beban penderitaan yang mereka alami. Hak keluarga dekat misalnya memperoleh penghormatan, kasih sayang, mengunjungi apabila tertimpa musibah, dan ikut gembira ketika memperoleh nikmat. Hak fakir miskin, misalnya memperoleh sedekah, disayangi, dikasihani, dan membantu meringankan beban penderitaannya. Hak ibnu sabil/orang yang dalam perjalanan dengan tujuan baik adalah memberikan bantuan dan pertolongan agar tujuan mereka tercapai. IV. D. ARTI DARI MENYANTUNI KAUM DHUAFA Beserta Orang Yang Pantas Diberi Santunan Maksud dari menyantuni kaum duafa ialah memberikan harta atau barang yang bermanfaat untuk duafa, kaum duafa sendiri ialah orang yang lemah dari bahasa Arab (duafa) atau orang yang tidak punya apa-apa, dan mereka harus disantuni bagi kewajiban muslim untuk saling memberi, itu sebagai bentuk ibadah kepada Allah Swt perlu digaris bawahi, bahwa memberi tidak harus uang malah kita berikan makanan bisa tapi nanti ibadahnya akan mengalir terus seperti halnya infak dan kalau sudah diberi akan jadi tanggung jawab orang miskin itu, misal saja barang yang diberikan digunakan untuk beribadah kepada Allah atau hal positif lainnya akan terkena pahala yang sama, ketika Dia gunakan tadi, sebaliknya degan digunakan mencopet atau judi kita tidak akan mendapat pahala buruk dari orang miskin itu insya Allah pahalanya tidak akan berkurang setelah memberi kepada orang miskin itu gunakan. Dan menurut para ulama menyantuni kaum duafa akan menyelamatkan diri kita dari api neraka, tapi sekarang banyak manusia yang segan megeluarkan hartanya untuk berinfak pada kaum duafa, tapi ada juga yang selalu membantu kaum dufa itu, bukan saja yang berarti duafa pada orang miskin juga bisa pada misalnya ; panti asuahan, membangun masjid, kepada diri sendiri, anak yang putus sekolah biayai pendidikannya sampai tingkat SMA , dan keluarga dekat serta orang yang sedang perjalanan, ini sama dijelaskan pada surat Al-isra ayat 26-27.
4

Untuk anak yatim, Islam memerintahkan untuk memeliharanya, memuliakannya, tidak boleh berlaku sewenang-wenang, menjaga hartanya ( kalau ada ), sampai anak yatim tersebut dewasa, mandiri dan bisa mengurus hartanya.

BAB III V. PENUTUP

KESIMPULAN Demikianlah, sesungguhnya dalam islam itu tertata dengan rapi, dan sangat lembut untuk menuju kehidupan yang lebih harmonis kepada semua insan tanpa ada pilih kasih, dan sesungguhnya sikap manusia yang penuh kesadaran meskipun kepada orang asing karena mereka itu masih keturunan Nabi Adam As. Mengingat ayat 70 Surat al-Isra yang artinya: Sangat Kami muliakan keturunan Nabi Adam dan Kami sebarkan segala yang berada didarat dan lautan, juga Kami mengutamakan mereka lebih utama dari mahluk lainnya. Kesimpulan dari ayat ini bahwa kita sekalian seharusnya saling harga menghargai, jangan timbul kekecewaan, mengingat surat al Maidah yang artinya: Hendaklah tolong menolong dengan sesama dan dalam melaksanakan kebajikan dan ketakwaan dengan sungguh-sungguh terhadap Agama maupun Negara, sebaliknya jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan terhadap perintah Agama maupun Negara. Jadi semakin jelas bahwa kita sebagaimana model interaksi yang ideal antar kita dengan orang yang lebih tinggi dari kita, dengan sesama dalam arti yang sederajat dalam segalanya, dengan orang yang ada dibawah kita dan dengan fakir miskin. Dan islam juga menjelaskan bahwa kedamaian lahir bathin akan terwujud ditengah-tengah masyarakat manakala masing-masing individu berpegang teguh terhadap etika sosial. karena ada dalil sesungguhnya sesuatu itu tergantung pada niatnya dan perintah kepada sesuatu, berarti melarang pada sesuatu. Jadi kami menyimpulkan bahwa hukum untuk Menghormati tamu dan tetangga Serta menyantuni kaum dhuafa itu tergantung pada individu masing-masing. Adapun menurut kami ada beberapa hukum sebagai berikut:

1. Wajib, jika perbuatan tersebut tidak membawa kemudharatan kepada kita, tapi sebaliknya akan membawa tatanan hidup yang harmonis dalam khasanah masyarakat yang madani. 2. Sunah, jika perbuatan tersebut tersebut akan membawa dampak yang sangat positif bagi kelangsungan bermasyarakat. 3. Mubah, jika perbuatan tersebut tidak berlebih-lebihan, atau dalam kata lain tidak membawa efek yang membahayakan dan kelangsungan bermasyarakat. 4. Makruh, dalam devinisinya adalah suatu larangan jika ditinggalkan mendapat pahala, dan jika dilakukan tidak mendapatkan siksa. Maka menurut kami, jika perbuatan tersebut tidak membawa akibat yang buruk dan juga tidak membawa mambawa manfaat, maka lakukanlah untuk masalah ini. 5. Haram, jika Menghormati tamu dan tetangga Serta menyantuni kaum dhuafa akan membawa kerusakan tatanan kehidupan bermasyarakat serta social, maka hindarilah untuk Menghormati tamu dan tetangga Serta menyantuni kaum dhuafa tersebut. Waallahu alam.
6

You might also like