You are on page 1of 7

TUGAS

GEOGRAFI DESA KOTA KLasifikasi Kota Teori tetangga terdekat Teori Perkembangan Kota OLEH :

Henny febryani (07/84459) Iramadhona Ria Wahyunningsih Syafrina Septi maya sari Verawati

JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2009

KLAIFIKASI KOTA
Kota adalah keseluruhan unsur-unsur bangunan, jalan dan sejumlah manusia di suatu tempat tertentu. Unsur-unsur ini merupakan suatu kesatuan, dan saling terkait antara satu dengan lain. Keterkaitan ini memberikan corak dalam kehidupan manusianya, yaitu dalam cara hidupnya dan sikap mentalnya. (Sandy, 1978). Kota sendiri merupakan suatu proses pertumbuhan. Jadi sebelum unsur-unsur bangunan, jalan dan sejumlah manusia di atas mencapai tingkat tertentu maka wilayah tersebut belum bisa disebut kota. Batasan jumlah penduduk bermacam-macam yang digunakan. Parameter jumlah penduduk C. Doxiadis mengemukakan sebagai berikut ( dalam Bintarto, 1984):

Tabel 1. Perkotaan Menurut Jumlah Penduduk Oleh Doxiadis Kelompok Jumlah Penduduk 1. Dwelling group 40 2. Small neighborhood 250 3. Neighborhood 1.500 4. Small town 9.000 5. Town 50.000 6. Large city 300.000 7. Metropolis 2.000.000 8. Conurbation 14.000.000 9. Megalopolis 100.000.000 10. Urban region 700.000.000 11. Urban continent 5.000.000.000 12. Ecumenepolis 30.000.000.000 (Sumber: Bintarto, 1984) Doxiadis melalukan pembagian jenis kota dari perkalian jumlah penduduknya. Sebagian perkembangan pemukiman didasarkan dari pertambahan jumlah penduduk sekitar enam kali jumlah penduduk jenis sebelumnya,contoh dari Neigborhood ke Small Town, dari Small Town ke Town dan selanjutnya ke Large City. Ada juga pertambahan penduduk sampai tujuh kali untuk mencapai tingkatan aglomerasi berikutnya contohnya, dari Metropolis ke Conurbation, dan dari Megalopolis ke Urban Region. Tidak diketahui apakah kenaikan jumlah penduduk dari batas bawah berarti jenis pemukimannya meningkat, misalnya pemukiman dengan jumlah penduduk 100 akan masuk dwelling group atau sudah masuk dalam small neighborhood. Pembagian jenis pemukiman dari jumlah penduduk menurut N.R. Saxena menjawab ketidak pastian dalam pembagian Doxiadis. Saxena membagi dalam empat

kelompok besar, namun jika ditinjau secara matematis maka pertambahan penduduk tidak terlalu jelas alasannya. Dari Infant town ke kelompok Adolescent township pertambahannya empat kali lipat. Sedangkan ke kelompok selanjutnya, kelompok Adolescent town, pertambahannya 16 kali dan ke kelompok terakhir, kelompok Metropolis hanya sepuluh kali. Berikut ini tabel perkotaan menurut jumlah penduduk oleh Saxena Tabel 2. Perkotaan Menurut Jumlah Penduduk oleh Saxena Kelompok Jumlah Penduduk 1. Infant town 5.000 - 10.000 2. - Adolescent township10.000 - 50.000 - Mature township 3. - Specialized township - Adolescent town100.000 - 1.000.000 Mature town - Specialized town - Adolescent city 4. Metropolis Lebih dari 10.000.000 (Sumber: Bintarto, 1984) Pembagian kota dari jumlah penduduk bukan saja terbatas pada kedua pendapat di atas ini. Pembagian kota juga dilakukan oleh beberapa negara untuk menentukan jenis kota. Di Jepang batasan kota adalah jumlah penduduk di atas 30.000 jiwa, di negeri Belanda 20.000, untuk India, Belgia dan Yunani angka 5.000 menjadi batasan kota. Sedangkan Meksiko dan Amerika Serikat menggunakan angka 2.500. Demikian seterusnya hingga yang paling kecil di Islandia sebesar 300 jiwa dan lebih. Demikian dikemukakan Noel P. Gist dan L.A. Halbert dalam Bintarto (1983). Penggunaan jumlah penduduk lebih bertujuan untuk membedakan antara apa yang disebut kota dan apa yang disebut desa. Pembagian ini tidak menunjukan kepadatan, perbedaan budaya, perbedaan pemanfaatan teknologi. Pembagian selain dari angka ini disebut pembagian non-numerik. (Bintarto, 1983:37). Jadi selain pembagian kota secara numerik juga bisa dilakukan dari segi lainnya seperti bangunan dan jalanan. Bangunan dan jalan pun menjadi suatu tolok ukur dalam pembatasan daerah kota atau urban. Pembatasan ini menghasilkan kawasan terbangun, jenis penggunaan tanah perkotaan (sebagai lawan dari pedesaan). Sandy (1978) mengemukakan model perkotaan berdasarkan antara lain jaringan jalan dan kawasan terbangun, baik yang

teratur maupun yang tidak teratur (terencana). Kajian kawasan terbangun dengan jaringan jalan menghasilkan persebaran perkotaan atau urban sprawl. Jadi dilihat dari berbagai ukuran perkotaan merupakan suatu proses dengan perubahan yang terus menerus terjadi. Perubahan inilah satu-satunya yang konsisten dalam perkotaan. Klasifikasi dan pemahaman atas proses perubahan ini yang menjadi perhatian para peneliti perkotaan. Perubahan kota, sejak terbentuknya, jika diukur dari jumlah penduduk, selalu mengalami perubahan yang bertingkat, dalam ukuran kecil melalui proses pelebaran, penambahan atau pembongkaran. Perubahan seperti ini bisa dilihat sebagai suatu cerminan proses urbanisasi dimana struktur kota secara menyeluruh tidak terpengaruhi (Hall, 1998)

TEORI TETANGGA TERDEKAT ( INTERAKSI DESA KOTA) Interaksi desa kota Interaksi keruangan Hubungan antar tempat yang berupa aliran manusia, barang dan jasa dalam suatu jaringan aktifitas yang terjadi karena: a. adanya spesialisasi pada suatu tempat b. terjadinya hubungan saling melengkapi antar tempat c. terjadi hubungan saling ketergantungan antar lokasi aktifitas

Interaksi keruangan yang terjadi jenis nya berupa a. interaksi ekonomi yang terjadi antar produsen dan konsumen, pekerja dan tempatnya b. interaksi social yang terjadi antara kelompok social berbeda c. interaksi administrative yang antara birokrat sebagai tingkatan atau antara birokrat dan warganegar Teori tetangga terdekat dan Toeri Von Thunen Untuk menetukan pola pemukiman dalam lingkup yang lebih luas (minimum beberapa kota) Data yang dibutuhkan: Data jaraka antara satu pemukiman dengan permukiman yang palin dekat yaitu permukiman tetangga yang paling dekat Parameter tetangga terdekat (nearest neighbour statistic) T =Ju --Jh T = indeks penyebsrsn tetangga Ju = rata - rata jarak terdekat ( jumlah jarak terdekat semua titik pemukiman bagi jumlah titik pemukiman /N Model perhitungan Rent dan Land use berdasarkan Von Thunen Von Thunen menjelaskan dengan teori Rent bagaimana terjadinya pola pemanfaatan lahan pertanian R = (Y.pr) (Y.c + Y.t.d) Sewa/nilai lahan sama dengan pendapatan biaya R (sewa/nilai lahan) Y (hasil) Pr ( harga jual komoditi) C ( Biaya produksi) T (biaya transportasi) D ( jarak dari kota pemasaran) Teori Chistaller dan teori grafitasi ( interaksi) Teori tempat pusat Ingin menjelaskan jumlah, ukuran, dan distribusi tempat pusat.

Christraller tertarik terhadap fungsi tempat pusat sebagai pusat pelayanan pasar dan juga sebagai pusat pelayanan social dan administrasi

TEORI PERKEMBANGAN KOTA Menurut Jhon turner (1968) residential mobility ada tiga stratum social masyarakat yang tinggal di kota berdasarkan lamanya tinggal di kota a. Brigde headers(golongan baru datang di kota) b. Cosolidators, golongan yang sudah agak lama tinggal di kota c. Status seekers, golongan yang sudah lama tinggal di kota Teori sector

Homer hoyt,1939 sektor pemukiman bernilai tinggi atau high rent residential areas cenderung berkembang ataralain: a. dari titik tertentu menuju daerah luar sepanjang jalur transportasi/ komunikasi b. pada daerah yang realitif tinggi dari kanan kirinya, bebas banjir, tepi danau dan lain lain c. kearah bagian dari kota yang terbuka untuk pengembangan lanjut d. kearah tempat tinggal pemukiman masyarakat e. kearah pertokoan agak rapi Deskripsi anatomis teori sector a. CBD sama halnya dengan teori kosentris b. Zona wholesale light manufacturing c. Zona pemukiman kelas rendah d. Zona pemukiman kelas menengah e. Zona pemukiman kelas tinggi Teori konsentris E.w.Burgess(1925) 1. Daerah pusat kegiatan (CBD/central business district) Merupakan pusat dari segala kegiatan ( politik, ekonomi, teknolog). Zona ini terdiri dari dua bagian yaitu rute transport dari segala penjuru memusat ke zoa ini. 2. Daerah peralihan 3. Zona perumahan pekerja bebas 4. Zona pemukiman lebih baik 5.Zona penglaju Teori Lipat ganda

You might also like