You are on page 1of 10

IKATAN ION

Dari teori Lewis dan Kossel tersebut dinyatakan bahwa ikatan ion terjadi antara ion positif (atom yang melepaskan electron) dengan ion negatif (atom yang menerima electron). Berarti, ikatan ion terbentuk akibat gaya elektrostatis antara ion yang berlawanan muatan sebagai akibat serah terima elektron dari suatu atom ke atom yang lain.

1. Pembentukan Ion Positif


Ion positif terbentuk karena suatu atom melepaskan elektron. Atom yang cenderung mlepaskan elktron membentuk ion positif adalah atom unsur logam. Oleh karena itu, unsur logam disebut unsur elektopositif. Unsur logam golongan utama cenderung melepaskan elektron valensinya agar konfigurasi elektron valensinya sesuai dengan konfigurasi elektron gas mulia. a. Logam golongan IA cenderung melepaskan 1 elektron. b. Logam golongan IIA cenderung melepaskan 2 elektron. c. Logam golongan IIIA cenderung melepaskan 3 elektron. Contoh: melepaskan 1 elektron a.
11

Na

11

Na+ +

(281) melepaskan 2 elektron b.


20

(28)

Ca

20

Ca2+ + 2

(2882)

(288)

melepaskan 3 elektron c.
13

Al

13

Al3+ + 3

(283)

(28)

2. Pembentukan Ion Negatif

Ion negatif terbentuk karena suatu atom menerima elektron. Atom yang cenderung menerima elektron adalah atom unsur nonlogam. Karena unsur nonologam cenderung membentuk ion negatif, unsur nonlogam disebut unsur elektronegatif dan mempunyai afinitas elektron yang besar. Secara umum banyaknya elektron yang diterima oleh unsur nonlogam adalah sebanyak kekurangannya agar sesuai dengan konfigurasi elektron gas mulia terdekat. Contoh: a. Unsur golongan VIA, menerima 2 elektron menerima 2 elektron
8

O + 2

O2-

(26) b. Unsur golongan VIIA, menerima 1 elektron menerima 1 elektron


17

(28)

Cl +

17

Cl-

(287)

(288)

Umumnya, bila suatu unsure logam bersenyawa dengan suatu unsur nonlogam akan membentuk senyawa dengan ikatan ion. Atom logam melepaskan elektron membentuk ion positif, elektron yang dilepaskan tersebut diterima oleh unsure nonlogam membentuk ion negatif. Ion positif dan ion negatif ini tarik menarik membentuk senyawa dengan ikatan ion. Pada ikatan ion ini terjadi serah terima elektron. Pada ikatan ion ini juga berlaku bahwa total elektron yang dilepaskan harus sama dengan total elektron yang diterima. a. Contoh pembentukan senyawa NaCl

Dengan struktur Lewis: Nax + Cl [ Na ]+[ Cl ]- = NaCl b. Contoh pembentukan senyawa MgCl2 Mg (282) Dengan struktur Lewis: Mg + [ Cl ]-[ Mg ]2+[ Cl ]- = MgCl2 + Cl2 Mg2+ + 2Cl(287) MgCl2

c. Contoh pembentukan senyawa Li2O

2Li (21)

2Li+ + O2Li2O

(26)

Dengan struktur Lewis: + O [ Li ]+ [ O ]2- = Li2O

d. Contoh pembentukan senyawa BeF2 Be (22) + F2 (27) Be2+ + 2FBeF2

Dengan struktur Lewis: Be + [ Be ]2+ [ F ]- = BeF2

e. Contoh pembentukan senyawa Al2O3 2Al + 3/2O2 Al2O3

Dengan struktur Lewis:

Ikatan ion disebut juga ikatan kovalen elektrovalen atau heteropolar. Senyawa yang

mempunyai ikatan ion disebut senyawa ion. Pada senyawa ion, ion-ion tersebut membuat suatu susunan sehingga setiap ion positif dikelilingi beberapa ion negatif, demikian sebaliknya. Rumus kimia senyawa ion merupakan rumus empiris.

IKATAN KOVALEN

Berdasarkan teori Lewis dan Kossel, ikatan kovalen terjadi akibat adanya pasangan elektron milik bersama. Pasangan elektron milik bersama tersebut berasal dari sumbangan masing-masing atom yang berikatan. Ikatan kovalen ini terjadi antara dua atom yang samasama cenderung menangkap elektron untuk mencapai konfigurasi elektron seperti gas mulia. Oleh karena itu teori Lewis mengenai ikatan kovalen dikenal dengan kaidah oktet Lewis (teori oktet). Menurut teori Lewis, untuk membentuk satu ikatan kovalen tunggal setiap atom menyumbangkan 1 elektron valensinya. Jika antara kedua atom terbentuk ikatan kovalen ganda (rangkap), maka setiap atom akan menyumbangkan elektron sesuai derajat penggandaannya. Umumnya bila suatu unsur nonlogam bersenyawa dengan unsur nonlogam lain, masing-masing atom menyumbangkan elektron untuk digunakan bersama membentuk ikatan kovalen. Lewis menggambarkan ikatan kovalen dengan struktur Lewis atau rumus elektron yang terdiri dari lambang Lewis, yaitu lambang atom yang dikelilingi sejumlah elektron valensi. Elektron yang belum berpasangan dari masing-masing atom yang berikatan, dapat disumbangkan.

1. Contoh Pembentukan Ikatan Kovalen Tunggal

a. Pembentukan Molekul Hidrogen (H2) Dengan struktur Lewis:

b. Pembentukan Molekul Flourin (F2) Dengan struktur Lewis:

c. Pembentukan Molekul HCl Dengan struktur Lewis:

2. Contoh Pembentukan Ikatan Kovalen Rangkap


a. Pembentukan Ikatan kovalen rangkap Dua Pembentukan molekul oksigen (O2)

Dengan struktur Lewis:

b. Pembentukan Ikatan Kovalen Rankap Tiga Pembentukan molekul nitrogen (N2) Dengan struktur Lewis:

Berdasarkan pengamatan terhadap sejumlah molekul senyawa, dikemukakan beberapa langkah yang dapat digunakan dalam menuliskan struktur Lewis sebagai berikut: 1) Jumlahkan elektron valensi setiap atom yang berikatan. Untuk ion, tambahkan atau kurangi dengan sejumlah elektron, sesuai dengan muatan negatif atau muatan positif ion bersangkutan. 2) Gunakan satu pasang elektron untuk membentuk ikatan antara dua atom yang berikatan. 3) Lengkapi elektron dari atom yang terikat pada atom pusat sehingga memenuhi hukum oktet (kecuali untuk hidrogen) 4) Sisa elektron pada atom pusat 5) Bila atom pusat belum memenuhi hukum oktet, lakukan pengaturan kembali dengan membentuk ikatan rangkap 2 atau 3.

3. Penyimpangan Kaidah Oktet


Beberapa senyawa ternyata mempunyai struktur Lewis yang menyimpang dari kaidah oktet. a. Spesies Ganjil Jika jumlah elektron valensi di dalam struktur Lewis adalah ganjil, maka ada elektron yang tidak berpasangan sehingga ada atom yang menyimpang dari kaidah oktet.

IKATAN KOVALEN POLAR

Sebelumnya telah dijelaskan, jika dua atom nonlogam yang berbeda keelektronegatifannya berikatan, maka pasangan elektron ikatan akan lebih tertarik ke atom yang lebih elektronegatif. Molekul yang terbentuk dinamakan molekul senyawa kovalen polar (mempunyai kutub listrik), misalnya pada senyawa HCl terbentuk dua kutub, yaitu sebagai berikut. H - Cl (kovalen polar) Sebaliknya, jika yang berikatan dua atom yang mempunyai keelektronegatifan sama, maka molekul yang terbentuk merupakan molekul senyawa molekul nonpolar, misalnya O2 (O-O). Ukuran kepolaran senyawa bergantung pada momen dipol senyawa. Momen dipol atau momen dwikutub didefinisikan sebagai hasil perkalian muatan (q) dengan jarak (d) ke dua pusat muatan positif dan negatif itu. Momen dipol merupakan besaran vektor.

Contohnya senyawa HCl H Cl Momen dipol = q x d

Jika senyawa kovalen mempunyai momen dipol besar berarti senyawanya sangat polar. Sebaliknya, jika momen dipol nol berarti senyawanya nonpolar. Untuk melihat kepolaran senyawa yang terdiri atas lebih dari dua atom (poliatom), sebelumnya dapat kita lihat apakah senyawa ini simetris atau tidak. Senyawa yang terbentuk molekul simetris mempunyai momen dipol nol, berarti senyawa nonpolar. Sebaliknya, senyawa yang terbentuk tidak simetris mempunyai momen dipol, berarti senyawa polar. Untuk melihat kepolaran senyawa yang terdiri dari dua atom (diatomik), selain mengacu pada harga momen dipol dapat pula ditentukan dari perbedaan keelektronegatifan antara dua atom tersebut. Makin besar perbedaan keelektronegatifannya, makin polar senyawanya dan sebaliknya. Perhatikan perbedaan kepolaran dari senyawa halida berikut ini. Dari skala Pauling kita memperoleh keelektronegatifan dari unsur-unsur, misalnya dari atom H = 2,1; F = 4,0; Cl = 3,0; Br = 2,8; dan I = 2,5. Perbadaan keelektronegatifan atau selisih keelektronegatifan antara atom dalam senyawa halida tersebut dapar dituliskan sebagai berikut. Tabel Perbedaan Keelektronegatifan Senyawa Halida

Senyawa Halida
HF HCl HBr HI

Perbedaan Keelektronegatifan
1,9 0,9 0,7 0,4

DAFTAR PUSTAKA

You might also like