You are on page 1of 8

EKSTRAKSI KATARAK

PENDAHULUAN Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan bening menjadi keruh. Kelainan ini bukan suatu tumor atau pertumbuhan jaringan dalam mata, akan tetapi merupakan keadaan lensa menjadi berkabut. Katarak dapat mengenai semua umur terutama pada orang tua, makin lanjut usia seseorang makin besar kemungkinan mendapatkan katarak. Penderita dengan katarak akan mengeluh penglihatannya seperti terhalang tabir asap yang makin tebal. Bila lensa menjadi keruh dan luas maka penglihatan akan terganggu sebahagian atau malahan menjadi gelap sama sekali, sehingga memerlukan tindakan pembedahan dengan membersihkan lensa mata yang keruh. DEFENISI Bedah katarak ini disebut juga ekstraksi katarak, yaitu suatu operasi pengambilan katarak baik pengambilan lensa beserta seluruh kapsulnya (ekstraksi katarak intra kapsuler) ataupun hanya mengambil isi lensa setelah kapsulnya dibuka ( ekstraksi katarak ekstra kapsuler ) melalui kapsul interior yang dirobek ( kapsulotami anterior ) dengan meninggalkan kapsul posterior. Tindakan bedah ini pada saat ini dianggap akan lebih baik karena mengurangi beberapa penyulit. INDIKASI EKSTRAKSI KATARAK 1. Pada bayi kurang dari satu tahun. Akibat sinar tidak dapat masuk karena ada katarak, maka macula tidak berkembang. Kalau katarak total, operasi dilakukan pada umur 5-6 bulan. Jika katarak sebagian, sinar dapat masuk dan operasi dapat diundurkan sampai pada usia 2 tahun 2. Pada umur lanjut. a. Indikasi klinis : kalau katarak menimbulkan penyulit, seperti uveitis atau glaucoma, meskipun visus masih baik untuk bekerja dilakukan operasi juga setelah keadaan menjadi tenang. Komplikasi harus ditanggulangi dulu. b. Indikasi visuil : tergantung dari katarak monokuler / binokuler.
(2,6) (5)

Katarak Monokuler : Tidak begitu cepat mengganggu, operasi ditunda sampai menjadi katarak mature. Bila visus kurang dari 6/36. Bila visus pasca bedah sebelum dikoreksi lebih baik daripada operasi. Contoh visus sebelum operasi 1/300, pasca bedah sebelum koreksi pada umumnya visus menjadi 2/60, jadi lebih baik daripada sebelum operasi. Katarak Binokuler - Bila sudah masuk dalam stadium mature dan visus kurang dari 6/36. - Bila visus meskipun telah dikoreksi, tidak cukup untuk melakukan pekerjaan sehari-hari
(3,4)

PERSIAPAN SEBELUM OPERASI Pembahasan ditujukan untuk memperbaiki penglihatan dan biasanya dikerjakan secara berencana, kecuali pada kasus-kasus yang tidak biasa, misalnya lensa hipermature yang sejak awal telah memberikan ancaman terjadinya reptura. Sebelum operasi harus dilakukan beberapa pemeriksaan yaitu : Fungsi retina harus baik, diperiksa dengan tes proyeksi sinar, dimana retina disinari dari semua arah dan arahnya itu harus dapat ditentukan oleh penderita dengan baik. Tidak boleh ada infeksi pada mata atau jaringan sekitarnya dengan melakukan Anel Test. Bila Anel Tes ( - ) merupakan kontra indikasi mutlak untuk tindakan operasi karena kuman dapat masuk ke dalam mata. Tidak boleh ada glaucoma. Sebab pada keadaan glaucoma, pembuluh darah retina telah menyesuaikan diri dengan tensi intra okuli yang tinggi. Visus, setelah dikoreksi batasnya pada orang yang buta huruf 5/40, sedang pada yang terpelajar 5/20.

Keadaan umum harus baik. Tidak boleh ada hipertensi, diabetes mellitus, batuk menahan, sakit jantung seperti decompensatio cordis.
(3,4)

JENIS-JENIS EKSTRAKSI KATARAK Jenis-jenis ekstraksi kataraknya, yaitu : katarak ini dilakukan sesuai dengan konsistensi dari

Katarak cair ( fluid cataract ), pada usia kurang dari 1 tahun dilakukan di sisi lensa.

Katarak lembek (soft cataract), pada usia 1-35 tahun dilakukan ekstraksi linier atau ekstraksi katarak intra kapsuler.

Katarak keras (hard cataract), pada usia lebih dari 35 tahun dilakukan ekstraksi katarak intra kapsuler.

Fakoemulsifikasi. Small IncisiCataract Extraction.


(4,7)

DISISI LENSA Suatu teknik operasi dengan mempergunakan pisau Discission, dimana capsula lentis anterior dikoyak, sehingga lensa \yang masih berisi cairan akan keluar dan berada dalam COA, dan cairan ini akan di absorsi sendiri. Bila abrosinnya tidaksempurna, maka cairan ini akan bersisa, sisanya ini menjadi After Cataract (Na-Star / Cataract Secunder).
(8)

EKSTRAKSI LINEAR Suatu teknik operasi katarak yang dilakukan pada katarak yang lembek. Limbus dibuka dengan Keratome, lalu capsula lentis anterior dibuka, isi lensa dengan konsistensi lembut dikeluarkan sedikit demi sedikit dengan alat David Spoon. Agar bersih semuanya dapat dicuci / diirningis dengan larutan NaCI 0,9 %. Capsula lentis posterior jangan sampai terkonyak. Karena pada usia diatas 35 tahun Corpus Vitreum masih menempel pada Capsula lentis, sehingga bila capsula ini pecah corpus vitreum akan prolapsus.
(8)

Operasi Katarak Ekstraksi (Ekstraksi Ekstra Kapsuler) Merupakan tindakan pembedahan pada lensa katarak, dimana dilakukan

pengeluaran isi lensa dengan mencegah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut. Robekan tersebut diambil melalui insisi limbus superior yang lebarnya 140-1600. Insisi Limbus yang kecil akan mempermudah penyembuhan luka pasca bedah. Setelah kapsul anterior dirobek dan diambil, inti dekstraksi, dan korteks lensa diirigasi dan diaspirasi agar keluar dari mata, sedangkan kapsul posterior dipertahankan tetap pada tempatnya. Larutan - larutan yang dapat dipakai untuk irigasi lensa ada bermacam macam, yaitu : Naci 0,9% larutan Ringer dan larutan BSS yang merupakan larutan yang relatif lebih baik. Teknik ini paling cocok dilakukan pada pasien dengan katarak congenital, katarak traumatik dan beberapa katarak senilis. Operasi lensa secar ekstra kapsuler yang terencana yang dilakukan bila : - Kita ragu apakah nukcleus lentis sudah terbentuk atau belum - Diduga badan kaca mencair , misalnya pada miopia setelah menderita uveites. - Telah terjadi perlengketan iris dan lensa. - Pada operasi mata yang lainnya telah terjadi ablasi retina atau prolps badan kaca. - Setelah operasi mata yang lainnya timbul penempelan badan kaca pada kornea. - Ingin memasang lensa intra okuler buatan.

Pada teknik operasi ini, penyulit yang dapat timbul adalah terjadinya katarak sekunder yang berbentuk seperti membran menutupi pupil, terutama bila masih terdapat sisa lensa di dalam camera oculi anterior. Operasi ini merupakan operasi yang aman karena dapat menghindari kerusakan badan kaca lewat luka.
(4,6,7)

Operasi Katarak Intra Kapsuler (Ekstraksi Katarak Intra Kapsuler) Operasi ini dilakukan pada katarak yang keras, dimana dilakukan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsulnya. Dapat dilakukan pada Zonula Zennii yang telah rapuh atau berdegenerasi dan mudah diputus. Pada katarak ekstraksi intra kapsuler, penjepitan kapsul lensalensa dengan cryprobe atau cryopencil, yang dapat lebih melekat pada kapsul lensa sehingga tidak sering menimbulkan robekan pada kapsul lensa. Fakoemulsifikasi Merupakan cara pembedahan yang paling mutakhir, yang dilakukan dibawah mikroskop dengan menggunakan getaran ultra sound. Tapi model ini belum dipraktekkan secara umum. Tehniknya adalah ; capsula lentis anterior dibuka dengan Keratome, lalu pipa ultra sound dimasukkan, pipa akan bergetar untuk memecahkan lensa. Melalui pipa ini juga dimasukkan cairan garam fisiologis sebagai irigasi untuk membersihkan kepingan lensa. Kemudian dengan pipa ini, cairan tersebut disedot bersama dengan sisa-sisa lensa sampai bersih. Keuntungan tehnik ini adalah : - Limbus tidak dibuka terlalu besar, hanya 3 mm untuk memasukkan pipa, sehingga mengurani komplikasi pasca bedah dan waktu pemondokan di rumah sakit. - Dapat juga di masukkan lensa yang dapat dilipat dan akan berkembang di dalam mata. - Pasien bisa langsung pulang.
(4,7,8)

Karena pada katarak senilis lensanya keras dan kadang kadang membengkak, maka dapat dibuat suatu insisi seluas separuh keliling kornea, yang sekarang ini dibuat dengan irisan corneal yang memerlukan penggunaan mikroskop operasi. Metode ini mempunyai keuntungan yaitu tidak terjadinya pendarahan operatif.

Keuntungan ekstraksi intra kapsular adalah tidak diperlukannya operasi kedua dan biasanya merupakan motode pilihan. Tapi dapat terjadi resiko yang lebih besar untuk keluarnya badan kaca. Pada katarak ekstraksi intra kapsuler tidak akan terjadi katarak sekunder, dan tindakan bedah ini dilakukan dengan menggunakan mikroskop dan pemakaian alat khusus sehingga penyulit tidak banyak seperti sebelumnya. Katarak ekstraksi intra kapsuler ini tidak boleh dilakukan pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligament hialoidea kapsuler. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini adalah astigmatisme, glaucoma, uveitis, endoptalmitis, dan pendarahan.(4,6,7) KOMPLIKASI A. Dapat Timbul Waktu Melakukan Operasi Katarak : Pendarahan, dapat terjadi pada waktu melakukan insisi kornea. prolaps iris, dapat terjadi pada waktu memasukkan keratome sehingga iris tidak dimasukkan lagi. Prolaps corpus ciliar, akibatnya iris tertarik keatas, sehingga hilang tidak terlihat. B. Dapat Timbul Setelah Operasi Katarak : Pada hari pertama dapat timbul peradangan yang dapat di obati dengan anti biotic. COA menjadi dangkal akibat udara masuk ke belakang iris. Prolaps iris, karena ada lubang diantara jahitan-jahitan, COA menjadi dangkal, pupil lonjong dan tampak bintik hitam diantara jahitan. Jika dibiarkan pada hari ke 4 dan 5 dapat menyebabkan COA dangkal sehingga timbul ablasi retina. PASCA BEDAH Sesudah ekstraksi katarak, mata tidak mempunyai lensa lagi yang disebut Afakia, dengan tanda-tanda :
(4)

COA dalam. Iris tremulans. Pupil hitam. Keadaan ini harus dikoreksi dengan lensa sferis (+) 10 dioptri supaya dapat melihat jauh dan untuk memfokus bayangan, dan 3 dioptri untuk penglihatan dekat. Koreksi ini harus diberikan 3 bulan setelah operasi, sebab sebelum 3 bulan keadaan refraksinya masih berubah karena lukanya belum tenang, dan masih terdapatnya oedema dan jaringan lainnya. Selain dirawat sebagai pasien Afakia ( tanpa lensa tanam ), juga dapat sebagai pasien pseudoafakia ( dengan lensa tanam ). Lensa kontak dapat dipakai karena dapat memperbesar bayangan kurang dari pada pembesaran oleh lensa kacamata katarak, sehingga mengurangi dari pada problema perbedaan ukuran bayangan ( Aniseikonia ). Walaupun demikian, lensa kontak dirasakan kurang praktis oleh penderita lanjut usia. Lensa tanam dari plastik lebih sesuai dan bisa memberikan penglihatan binokuler, tetapi ada resikonya yaitu bisa terjadi dislokasi dan reaksi penolakan. Lensa tanam ini juga dapat menjadi infeksi yang disebut infeksi intra okuler, dimana sebagian besar berasal dari : cairan yang tercemar Konjunctivitis menahan, atau infeksi pinggir kelopak mata menahan atau dacriocystitis menahun. Udara yang berasal dari hidung ahli bedah atau asistennya. Pembedahan yang memakan waktu terlalu lama atau penanaman lensa intra okuler. (2,3,4) PERAWATAN PASCA BEDAH Perawatan pasca bedah ini bertujuan untuk memungkinkan penyembuhan luka dengan sempurna, diantaranya : Pasien ditidurkan miring dengan mata yang dioperasi terletak di atas untuk memperkecil resiko trauma pada mata ini. Pada pasien tertentu dianjurkan untuk dirawat dan tinggal di rumah sakitselama 1-3 hari. Setiap kegelisahan atau adanya mual pasca bedah harus ditangani dengan pemberian sedatif atau anti emetikum. Perawat harus sangat dekat dengan pasien sehingga dapat membantu dan menjaga ketenangan pasien. Bila telah pulang ke rumah janganlah menggosok mata, bungkuk terlalu dalam, menggendong yang berat, membaca berlebih-lebihan dari biasanya, dan lain-lain. (5,7) KEPUSTAKAAN

1. Daniel Vaughan, Taylor Ashbury : Ofthalmologi Umum, Jilid I, Edisi Kesebelas, penerbit Widya Medika, Jakarta , 1990, hal. 174-175. 2. Daniel Vaughan, Taylor Ashbury : Ofthalmologi Umum, Jilid I, Edisi Kesebelas, Penerbit Widya Medika, Jakarta , 1992, hal. 155-193. 3. Mark W. Leitman, MD : Panduan Diagnosis Dan Pemeriksaan Mata, Edisi Ketiga, Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta, 1990, Hal 202-209. 4. Nana Widjaya : Ilmu Penyakit Mata, Cetakan Kelima, Edisi Keemp-at, Abadi Tegal, Jakarta, 1990, Hal 202-209. 5. Sidharta Ilyas : Masalah Kesehatan Mata Anda, balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 1989, Hal 81, 83, 85 86. 6. Sidharta Ilyas : Ilmu Penyakit Mata, Cetakan Kedua, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 1998, Hal 217-218. 7. Vera H. Darling & Margareth R. Thorpe : Perawatan Mata, Edisi I, Yayasan Essentia Medika, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta, 1996, Hal 44 53. 8. Murni H. Mahmud, Dr : Catatan Kuliah Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara Medan, 1998.

You might also like