You are on page 1of 21

A.

KOMPONEN DAN PENGELOMPOKKAN SISTEM KOLOID

1. Sistem Koloid
Istilah koloid pertama kali diusulkan oleh Thomas Graham (1805-1869) dari Inggris sewaktu mempelajari sifat difusi bebrepa larutan yang berdifusi melalui membran kertas perkamen. Zat-zat yang sukar berdifusi tersebut dinamakan koloid (bahasa Yunani : kolla= perekat atau lem). Tahun 1907, Ostwald mengemukakan sistem terdispersi bagi zat yang terdispersi dalam suatu medium mendispersi. Analogi dalam larutan, fase terdispersi adalah zat terlarut, sedangkan medium pendispersi adalah zat pelarut. Tahun 1912, Richard Esignondi (Jerman), mendesain mikroskop ultra untuk mengamati partikel-partikel terlarut termasuk koloid. Campuran terdapat tiga jenis, yaitu: Larutan adalah suatu campuran yang bersifat homogen dan terdispersi, tetapi tidak dipengaruhi oleh gravitasi atau gaya lainnya, sehingga tidak terjadi pengendapan. Koloid adalah suatu campuran antara dua zat yang satu disebut fase terdispersi tersebar secara seragam dalam bentuk patikel halus dalam zat lain yang disebut zat pendispersi. Suspensi adalah partikel-partikel yang tidak mudah mengendap karena kecil ukurannya dan tidak mudah menggumpal karena saling menolak.

LARUTAN

KOLOID

SUSPENSI

Perbedaan larutan, koloid dan suspensi NO Larutan 1. 1 fase 2. Jernih 3. Homogen 4. diameter partikel < 1 nm tidak dapat disaring tidak memisah Koloid 2 fase Keruh antara Suspensi 2 fase keruh danheterogen diameter partikel:

homogen

heterogen diameter partikel:

5. 6. 7.

1 nm < d < 100 nm > 100 nm tidak dapat disaringdapat disaring dengan penyaring biasa jikatidak memisah jikamemisah jika didiamkan didiamkan gula,Contoh: susu, kanji, cat,Contoh: campuran pasir cuka,dan busa yang kopi, minyak dengan air, tanah liat dengan air

didiamkan Contoh: larutan alkohol, larutan digunakan larutan zat

larutan garam, larutanasap, kabut, buih sabun,dengan air, air dengan larutan gas dalam udara, dalam

laboratorium dan industri

2. Jenis-jenis Koloid

Di atas telah kita bahas perbedaan antara larutan, koloid, dan suspensi. Sekarang kita akan mempelajari jenis-jenis koloid. Kita telah melihat bahwa sistem koloid terdiri atas dua fase (bentuk). Hal itu yang disebut komponen-komponen koloid . 1. Fase zat terdispersi, yaitu zat yang fasenya berubah; kecuali jika zat yang dicampur mempunyai fase yang sama. 2. Fase zat pendispersi (fase medium), yaitu zat yang mempunyai fase yang tetap pada sistem koloidnya. Jika dua zat yang fasenya berbeda atau sama membentuk koloid, maka diperoleh suatu koloid yang mempunyai fase yang sama dengan fase salah satu zat yang dicampurkan. Berdasarkan pengertian ini, maka suatu koloid dapat ditentukan fase pendispersi dan fase terdispersinya . Berdasarkan fase zat terdispersi, sistem koloid terbagi atas 3 bagian besar, yaitu sebagai berikut. a. Koloid sol Koloid sol adalah koloid dengan zat terdispersinya berfase padat. b. Emulsi Emulsi adalah koloid dengan zat terdispersinya berfase cair. c. Buih Buih adalah koloid dengan zat terdispersinya berfase gas. Berdasarkan fase mediumnya; sol, emulsi, dan buih masih terbagi atas beberapa jenis, yaitu sebagai berikut. a. Koloid Sol Koloid sol dibagi menjadi 3 jenis, yaitu sebagai berikut. 1) Sol padat (padat-padat)

Sol padat adalah jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase padat. Contoh: logam paduan, kaca berwarna, intan hitam, dan baja. 2) Sol cair (padat-cair) Sol cair atau disebut sol saja adalah jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase cair. Artinya, zat terdispersi berfase padat dan zat pendispersi (medium) berfase cair. Contoh: cat, tinta, dan kanji.

CAT

3) Sol gas (padat-gas) Sol gas (aerosol padat) adalah koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase gas. Artinya, zat terdispersi berfase padat dan zat pendispersi (medium) berfase gas. Contoh: asap dan debu. b. Koloid Emulsi Koloid emulsi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu sebagai berikut. 1) Emulsi padat (cair-padat) Emulsi padat (gel) adalah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase padat. Artinya, zat terdispersi berfase cair dan zat pendispersi (medium) berfase padat. Contoh: mentega, keju, jeli, dan mutiara.

MENTEGA

2) Emulsi cair (cair-cair) Emulsi cair (emulsi) adalah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase cair. Artinya, zat terdispersi berfase cair dan zat pendispersi (medium) berfase cair. Contoh: susu, minyak ikan, dan santan kelapa. 3) Emulsi gas (cair-gas) Emulsi gas (aerosol cair) adalah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase gas. Artinya, zat terdispersi berfase cair dan zat pendispersi (medium) berfase gas. Contoh: insektisida (semprot), kabut, dan hair spray . c. Koloid Buih Koloid buih dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu sebagai berikut. 1) Buih padat (gas-padat) Buih padat adalah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase padat. Artinya, zat terdispersi berfase gas dan zat pendispersi (medium) berfase padat. Contoh: busa pada jok mobil dan batu apung.

2) Buih cair (gas-cair)

Buih cair (buih) adalah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase cair. Artinya, zat terdispersi berfase gas dan zat pendispersi (medium) berfase cair. Contoh: buih sabun, buih soda, dan krim kocok.

BUIH SABUN

Untuk zat berfase gas terdispersi dalam zat berfase gas bukan merupakan koloid, melainkan merupakan larutan. Contohnya, larutan-larutan dalam udara bersih. 3. Koloid Dalam Industri Koloid merupakan satu-satunya bentuk campuran bukan larutan yang komposisinya (susunannya) merata dan stabil (tidak memisah jika didiamkan). Pada umumnya, produk industri untuk kebutuhan manusia dibuat dalam bentuk koloid. Koloid sangat diperlukan dalam industri cat, keramik, plastik, tekstil, kertas, karet, lem, semen, tinta, kulit, film foto, bumbu selada, mentega, keju, makanan, kosmetika, pelumas, sabun, obat semprot insektisida, detergen, selai, gel, perekat, dan sejumlah besar produk-produk industri lainnya. Jenis Industri Industri makanan Industri kosmetika dan perawatan tubuh Industri cat Industri kebutuhan rumah tangga Industri pertanian Industri farmasi Contoh aplikasi Keju, mentega, susu, saus salad Krim, pasta gigi, sabun Cat Sabun, detergen Pestisida dan insektisida Minyak ikan, penisilin untuk suntikan

B. SIFAT- SIFAT KOLOID


1. Efek Tindall Dan Gerak Brown
a. Efek Tyndall Ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall. Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati disinari dengan pada sistem koloid, cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati atau suspensi, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.

EFEK TYNDALL

b.

Gerak Brown

Gerak Brown ditemukan oleh seorang ahli biologi berkebangsaan Inggris, Robert Brown ( 1773 1858), pada tahun 1827. Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Partikelpartikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas( dinamakan gerak brown), sedangkan pada zat padat hanya beroszillasi di tempat ( tidak termasuk gerak brown ). Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown. Gerak Brown inilah sebagai bukti teori kinetik molekul. Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam campuran heterogen zat cair dengan zat padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.

GERAK BROWN

2. Partikel Partikel Koloid Bermuatan


a. Elektroforesis Koloid ada yang netral dan ada yang bermuatan listrik. Bagaimana mengetahui suatu koloid bermuatan listrik atau tidak? Dan mengapa koloid bermuatan listrik? Jika partikel-partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik, berarti partikel koloid tersebut bermuatan listrik. Jika sepasang elektrode dimasukkan ke dalam sistem koloid, partikel koloid yang bermuaran positif akan menuju elektrode negatif (katode) dan partikel koloid yang bermuatan negatif akan menuju elektrode positif (anode). Pergerakan partikel-partikel koloid dalam medan listrik ke masing-masing elektrode disebut elektroforesis . Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan koloid.

ELEKTROFORESIS

Pada sel elektroforesis, partikel-partikel koloid akan dinetralkan muatannya dan digumpalkan di bawah masing-rnasing elektrode. Di samping untuk menentukan muatan suatu partikel koloid, elektroforesis digunakan pula dalam industri, misalnya pembuatan sarung tangan dengan karet. Pada pembuatan sarung tangan ini, getah karet diendapkan pada cetakan berbentuk tangan secara elektroforesis. Elektroforesis juga digunakan untuk mengurangi pencemaran
9

udara yang dikeluarkan melalui cerobong asap pabrik. Metode ini pertama-tama dikembangkan oleh Frederick Cottrell (1877 - 1948) dari Amerika Serikat. Metode ini dikenal dengan metode Cottrell . Cerobong asap pabrik dilengkapi dengan suatu pengendap listrik (pengendap Cottrell), berupa lempengan logam yang diberi muatan listrik yang akan menggumpalkan partikel-partikel koloid dalam asap buangan. b. Adsorpsi Adalah proses atau kemampuan suatu bahan untuk mengkonsentrasikan gas, cairan, atau zat terlarut pada permukaannya secara adhesi, akibatnya terjadi selisih konsntrasi. Suatu partikel koloid akan bermuatan listrik apabila terjadi penyerapan ion pada permukaan partikel koloid tersebut. Contohnya, koloid Fe(OH)
3

dalam air akan menyerap ion H


2

sehingga bermuatan positif,

sedangkan koloid As

akan menyerap ion-ion negatif. Kita tahu bahwa

peristiwa ketika permukaan suatu zat dapat menyerap zat lain disebut absorpsi . Berbeda dengan absorpsi pada umumnya, penyerapan yang hanya sampai ke bagian dalam di bawah permukaan suatu zat, suatu koloid mempunyai kemampuan mengabsorpsi ion-ion. Hal itu terjadi karena koloid tersebut mempunyai permukaan yang sangat luas. Sifat absorpsi partikel-partikel koloid ini dapat dimanfaatkan, antara lain sebagai berikut. a. Pemutihan gula pasir Gula pasir yang masih kotor (berwarna coklat) diputihkan dengan cara absorpsi. Gula yang masih kotor dilarutkan dalam air panas, lalu dialirkan melalui sistem koloid, berupa mineral halus berpori atau arang tulang. Kotoran gula akan diabsorpsi oleh mineral halus berpori atau arang tulang sehingga diperoleh gula berwarna putih. b. Pewarnaan serat wol, kapas, atau sutera Serat yang akan diwarnai dicampurkan dengan garam A1 (SO 4 ) 3 terhidrolisis, akan mengabsorpsi zat warna.
2

(SO

) 3, lalu

dicelupkan dalam larutan zat warna. Koloid Al(OH) 3 yang terbentuk, karena A1
2

c. Penjernihan air Air keruh dapat dijernihkan dengan menggunakan tawas (K 2 SO 4 A1 2 (SO 4 ) 3 ) yang ditambahkan ke dalam air keruh. Koloid Al(OH)
3

yang terbentuk akan

mengabsorpsi, menggumpalkan, dan mengendapkan kotoran-kotoran dalam air. d. Obat Serbuk karbon (norit), yang dibuat dalam bentuk pil atau tablet, apabila diminum dapat menyembuhkan sakit perut dengan cara absorpsi. Dalam usus, norit dengan air akan membentuk sistem koloid yang mampu mengabsorpsi dan membunuh bakteri-bakteri e. Alat Pembersih (sabun) Membersihkan benda-benda dengan mencuci memakai sabun didasarkan pada prinsip absorpsi. Buih sabun mempunyai permukaan yang luas sehingga mampu mengemulsikan kotoran yang melekat pada benda yang dicuci. f. Koloid tanah liat mampu menyerap koloid humus Koloid tanah dapat mengabsorpsi koloid humus yang diperlukan tumbuhtumbuhan sehingga tidak terbawa oleh air hujan. g. Deodoran dan antiperspiran (zat anti keringat) dapat menghilangkan bau badan. Antiperspiran mengandung senyawa Al3+ seperti aluminium klorohidrat, Al2(OH)5Cl.2H2O, seng peroksida, parfum, dan zat antiseptik yang dapat menghentikan aktivitas bakteri sehingga dapat menghilangkan bau tidak sedap.

c. Koagulasi
Koagulasi adalah proses penggumpalan partikel-partikel koloid. Proses koagulasi ini terjadi akibat tidak stabilnya sistem koloid. Sistem koloid stabil bila koloid tersebut bermuatan positif atau bermuatan negatif. Jika muatan pada sistem koloid tersebut dilucuti dengan cara menetralkan muatannya, maka koloid tersebut menjadi tidak stabil lalu terkoagulasi (menggumpal). Koagulasi

dengan cara menetralkan muatan koloid dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu sebagai berikut. 1) Penambahan Zat Elektrolit Jika pada suatu koloid bermuatan ditambahkan zat elektrolit, maka koloid tersebut akan terkoagulasi. Contohnya, lateks (koloid karet) bila ditambah asam asetat, maka lateks akan menggumpal. Dalam koagulasi ini ada zat elektrolit yang lebih efisien untuk mengoagulasikan koloid bermuatan, yaitu sebagai berikut. a. Koloid bermuatan positif lebih mudah dikoagulasikan oleh elektrolit yang muatan ion negatifnya lebih besar. Contoh; koloid Fe(OH)
3

adalah koloid

bermuatan positif, lebih mudah digumpalkan oleh H 2 SO 4 daripada HC1. b. Koloid bermuatan negatif lebih mudah dikoagulasikan oleh elektrolit yang muatan ion positifnya lebih besar. Contoh; koloid As
2

adalah koloid

bermuatan negatif, lebih mudah digumpalkan oleh BaCl 2 daripada NaCl 2) Mencampurkan Koloid yang Berbeda Muatan Bila dua koloid yang berbeda muatan dicampurkan, maka kedua koloid tersebut akan terkoagulasi. Hal itu disebabkan kedua koloid saling menetralkan sehingga terjadi gumpalan. Contoh, campuran koloid Fe(OH) 3 dengan koloid As 2 S 3 . Selain koagulasi yang disebabkan adanya pelucutan muatan koloid, seperti di atas, ada lagi proses koagulasi dengan cara mekanik, yaitu melakukan pemanasan dan pengadukan terhadap suatu koloid. Contohnya, pembuatan lem kanji, sol kanji dipanaskan sampai membentuk gumpalan yang disebut 1em kanji. Di bawah ini beberapa contoh koagulasi dalam kehidupan sehari-hari dan dalam industri. a) Pembentukan delta di muara sungai.

Hal ini terjadi karena koloid tanah liat akan terkoagulasi ketika bercampur dengan elektrolit dalam air laut. b) Penggumpalan lateks (koloid karet) dengan cara menambahkan asam asetat ke dalam lateks. c) Sol tanah liat (berbentuk lumpur) dalam air, yang membuat air menjadi keruh, akan menggumpal jika ditambahkan tawas. Ion Al menggumpalkan koloid tanah liat yang bermuatan negatif. d) saat bagian dari tubuh kita mengalami luka, maka ion Fe 3+ atau Al3+ segera menetralkan partikel albuminoid yang dikandung darah, sehingga terjadi pengumpalan yang menutup luka.
3+

akan

3. Koloid Liofil Dan Koloid Liofob


Sistem koloid dimana fase terdispersinya mempunyai daya adsorbsi relatif lebih besar disebut koloid liofil yang bersifat lebih stabil. Sedangkan jika partikel terdispersinya mempunyai daya adsorbsi relatif lebih lemah disebut koloid liofob yang bersifat kurang stabil. Sol liofil/liofob mudah terkoagulasi dengan sedikit penambahan larutan elektrolit.

Koloid liofil (suka cairan). Koloid dimana terdapat gaya tarik menarik yang cukup besar antara fase terdispersi dengan medium pendispersi. Contoh, disperse kanji, sabun, dan deterjen.

Koloid liofob (tidak suka cairan). Koloid dimana terdapat gaya tarik menarik antara fase terdispersi dengan medium pendispersi yang cukup lemah atau bahkan tidak ada sama sekali. Contoh, dispersi emas, belerang dalam air.

4. Dialisis
Dialisis adalah penyaringan renik dengan selaput semipermeabel sehingga parikel koloid dan molekul atau ion dapat dipisahkan. Proses dialisis tersebut adalah sebagai berikut. Koloid dimasukkan ke dalam sebuah kantong yang terbuat dari selaput semipermeabel. Selaput ini hanya dapat melewatkan molekul-molekul air dan ion-ion, sedangkan partikel koloid tidak dapat lewat. Jika kantong berisi koloid tersebut dimasukkan ke dalam sebuah tempat berisi air yang mengalir, maka ionion pengganggu akan menembus selaput bersama-sama dengan air. Prinsip dialisis ini digunakan dalam proses pencucian darah orang yang ginjalnya (alat dialisis darah dalam tubuh) tidak berfungsi lagi.

5. Koloid Pelindung
Koloid pelindung melindungi muatan koloid itu dengan membentuk pelapisan di sekeliling partikel. Koloid pelindung pada suatu emulsi disebut emulgator. Emulgator merupakan senyawa organik yang mengandung kombinasi gugus polar dan nonpolar sehingga ia mampu mengikat zat polar (air) dan nonpolar (minyak). Salah satu contoh emulgator adalah sabun (garam karboksilat). Molekul sabun terdiri dari ekor alkil yang nonpolar (larut dalam minyak) dan kepala ion karboksilat yang polar (larut dalam air). Ekor nonpolar sabun menempel pada kotoran, sedangkan kepalanya menempel pada air. Akibatnya tegangan permukaan air berkurang, sehingga air jauh lebih mudah menarik kotoran. Prinsip inilah yang dimiliki oleh sabun dan detergen dalam proses mandi atau mencuci pakaian. Contoh lain penggunaan koloid pelindung: a. Gelatin pada es krim untik mencegah pengkristalan es. b. Cat atau yinta menggunakan koloid pelindung agar awet.

C. PEMBUATAN SISTEM KOLOID


Larutan
kondensa si

koloid

dispersi

suspensi

1. Cara Kondensasi

Kondensasi adalah cara pembuatan koloid dari partikel kecil (larutan) menjadi partikel koloid. Proses kondensasi ini didasarkan atas reaksi kimia; yaitu melalui reaksi redoks, reaksi hidrolisis, dekomposisi rangkap, dan pergantian pelarut. 1) Reaksi Redoks Contoh a. Pembuatan sol belerang dari reaksi redoks antara gas H 2 S dengan larutan SO 2 . Persamaan reaksinya: 2 H 2 S (g) + SO 2 (aq) 2 H 2 O (l) + 3 S (s)
sol belerang

b. Pembuatan sol emas dari larutan AuCl 3 dengan larutan encer formalin (HCHO). Persamaan reaksinya: 2 AuCl 3(aq) + 3 HCHO (aq) + 3H 2 O (l) 2 Au (s) + 6HCl (aq) + 3 HCOOH (aq)
sol emas

2) Reaksi Hidrolisis Contoh, pembuatan sol Fe(OH) 3 dengan penguraian garam FeCl 3 Persamaan reaksinya adalah: mengunakan air mendidih. FeCl 3 (aq) + 3 H 2 O (l) Fe(OH) 3 (s) + 3 HCl ( aq) sol Fe(OH) 3 3) Reaksi Dekomposisi Rangkap Contoh a) Pembuatan sol As 2 S 3, dibuat dengan mengalirkan gas H 2 S dan asam arsenit (H 3 AsO 3 ) yang encer. Persamaan reaksinya: 2 H 3 AsO 3 (aq) + 3 H 2 S (g) As 2 S 3 (s) + 6H 2 O (l)

sol As 2 S 3 b) Pembuatan sol AgCl dari larutan AgNO 3 dengan larutan NaCl encer. Persamaan reaksinya: AgNO 3 (aq) + NaC1 (aq) AgCl (s) + NaNO 3 (aq) Sol AgCl 4) Reaksi Pergantian Pelarut Contoh, pembuatan sol belerang dari larutan belerang dalam alkohol ditambah dengan air. Persamaan reaksinya: S (aq) + alkohol + air S (s) Larutan S sol belerang 2.

Cara Dispersi
Dispersi adalah pembuatan partikel koloid dari partikel kasar (suspensi). Pembuatan koloid dengan dispersi meliputi: cara mekanik, peptisasi, busur Bredig, dan ultrasonik. 1) Proses Mekanik Proses mekanik adalah proses pembuatan koloid melalui penggerusan atau penggilingan (untuk zat padat) serta dengan pengadukan atau pengocokan (untuk zat cair). Setelah diperoleh partikel yang ukurannya sesuai dengan ukuran koloid, kemudian didispersikan ke dalam medium (pendispersinya). Contoh, pembuatan sol belerang. 2) Peptisasi Peptisasi adalah cara pembuatan koloid dengan menggunakan zat kimia (zat elektrolit) untuk memecah partikel besar (kasar) menjadi partikel koloid. Contoh, proses pencernaan makanan dengan enzim dan pembuatan sol belerang dari endapan nikel sulfida, dengan mengalirkan gas asam sulfida. 3) Busur Bredig

Busur Bredig ialah alat pemecah zat padatan (logam) menjadi partikel koloid dengan menggunakan arus listrik tegangan tinggi. Caranya adalah dengan membuat logam, yang hendak dibuat solnya, menjadi dua kawat yang berfungsi sebagai elektrode yang dicelupkan ke dalam air; kemudian diberi loncatan listrik di antara kedua ujung kawat. Logam sebagian akan meluruh ke dalam air sehingga terbentuk sol logam. Contoh, pembuatan sol logam. 4) Suara Ultrasonik Cara ini hampir sama dengan cara busur Bredig, yaitu sama-sama untuk pembuatan sol logam. Ka1au busur Bredig menggunakan arus listrik tegangan tinggi, maka cara ultrasonik menggunakan energi bunyi dengan frekuensi sangat tinggi, yaitu di atas 20.000 Hz.

D. PROSES PENJERNIHAN AIR


Air dapat dijernihkan berdasarkan sifat-sifat koloid, yaitu koagulasi dan absorpsi. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, proses koagulasi terjadi akibat tidak stabilnya sistem koloid; yang disebabkan penambahan zat elektrolit ke dalam sistem koloid tersebut. Sedangkan absorpsi adalah proses ketika permukaan koloid menyertakan zat lain. Air sungai atau air sumur yang keruh mungkin mengandung lumpur (sol tanah liat), zat-zat warna, detergen, pestisida, dan lain-lain. Zat koagulasi yang ditambahkan pada proses penjernihan air adalah tawas, K 2 SO 4 A1 2 (SO 4 ) 3, pasir, kapur tohor, klorin, dan karbon aktif. Zat A1 2 (SO 4 ) 3 dalam air akan terhidrolisis membentuk koloid A1(OH)
3

. Koloid Al(OH)

yang terbentuk akan

mengabsorpsi, menggumpalkan, dan mengendapkan kotoran-kotoran dalam air keruh. Ion Al 3+ dari koloid Al(OH) 3 akan menggumpalkan koloid tanah liat yang bermuatan negatif. Di samping itu, koloid Al(OH)
3

akan mengabsorpsi zat-zat seperti zat-zat

warna, detergen, pestisida, dan lain-lain yang terdispersi dalam air keruh tersebut. Tawas berfungsi untuk mempermudah proses penyaringan dengan menggumpalkan partikel koloid serta mengabsorpsi zat pencemar dan zat warna dalam bentuk Al(OH) 3. Pasir berfungsi sebagai penyaring, klorin berfungsi sebagai disinfektan (membasmi hama), sedangkan kapur tohor digunakan untuk menaikkan pH, yaitu untuk

menetralkan keasaman yang terjadi akibat penggunaan tawas. Karbon aktif digunakan jika tingkat kekeruhan air yang di proses terlalu tinggi.

PROSES PENJERNIHAN AIR

E. JENIS KOLOID YANG MENCEMARI LINGKUNGAN


Jenis koloid yang mencemari udara dalah pencemaran butiran berupa aerosol padat daya pand(partikel padatan terdispersi dalam gas atau udara). Pencemaran butira ini berasal dari asap kendaran bermotor, industri, debu jalanan yang ditiup angin. Pencemaran butiran ini dapat mengganggu daya pandang( visibilitas), dan gangguan pernafasan. Selain itu, juga dapat mempengaruhi cuaca yaitu menimbulkan saeringnya hujan karena butiran merupakan salah satu komponen pembentuk awan. Jenis koloid yang mencemari air adalah limbah yang berasal dari industri, seperti logam berat (misal logam Pb dan Hg) dan limbah yang berasal dari pemukiman, seperti limbah detergen. Jenis koloid yang mencemari tanah adalah limbah pertanian, seperti peptisida dan pupuk.

PENCEMARAN UDARA

DAFTAR PUSTAKA
Priambodo, Erfan dkk. 2007. Aktif Belajar Kimia Untuk Kelas SMA Dan MA Kelas XI. Surakarta: Mediatama Parning dkk. 2006. Kimia SMA Kelas XI SMA Semester Kedua. Jakarta: Yudhistira Rodhi, Mahfud dkk. 2010. 11 IPA SMA Panduan Belajar Kimia. Yogyakarta: Primagama http://sahri.ohlog.com/komponen-dan-pengelompokkan.oh85101.html http://www.psb-psma.org/forum/bahan-ajar/kimia/koloid

You might also like