Professional Documents
Culture Documents
November 2007
Dokumen Final Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Petani Kelapa Sawit Indonesia. Nov 2007
Halaman 2 dari 44
Dokumen Final Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Petani Kelapa Sawit Indonesia. Nov 2007
Indikator Nasional Kriteria Major petani Sosial: kelembagaan petani memiliki dokumen aktivitas organisasi dan sosial 2. Untuk petani swadaya: Legal: Surat keterangan kepemilikan tanah berupa surat keterangan tanah lainnya yang disyahkan oleh instansi berwenang dan sepanjang tidak ada sengketa Sosial: kelembagaan petani memiliki dokumen aktivitas organisasi dan sosial Minor Appendix 1) Untuk petani kemitraan: Dokumen mengenai legal, lingkungan dan sosial sudah terdapat dalam dokumen AMDAL perusahaan mitra (tergantung luasan total perkebunan plasma yang wajib AMDAL) yang dilakukan oleh perusahaan mitra dan dokumen tersebut disimpan di kelembagaan petani. Untuk petani swadaya: Petani swadaya yang mempunyai luas < 25 ha harus mempunyai Surat Tanda Daftar Usaha Budidaya Perkebunan. Petani swadaya didorong untuk memiliki surat keterangan kepemilikan tanah berupa sertifikat (upaya ke arah sertifikasi kepemilikan tanah) atau surat keterangan kepemilikan tanah adat / tradisional sesuai ketentuan yang berlaku. Apabila petani swadaya tidak memiliki sertifikat, maka surat keterangan tanah lainnya yang disyahkan oleh instansi berwenang dapat digunakan sepanjang tidak ada keberatan yang didukung hukum dari pihak Panduan
Halaman 3 dari 44
Dokumen Final Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Petani Kelapa Sawit Indonesia. Nov 2007
Indikator Nasional Kriteria Major Minor lain, dan tidak tumpang tindih dengan kawasan lindung dan kawasan hutan. Pihak yang dapat menyatakan suatu kepemilikan tanah tidak ada sengketa adalah pemerintah dengan melibatkan tokoh adat setempat. Panduan
Halaman 4 dari 44
Dokumen Final Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Petani Kelapa Sawit Indonesia. Nov 2007
Indikator Nasional Kriteria Major Minor Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil no.: NO.: 73/Kpts/OT.210/2/98 tentang Pembinaan dan Pengembangan Koperasi Unit Desa di Bidang Perkebunan dengan Pola kemitraan melalui Pemanfaatan Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya. Pola PIR tercantum dalam KepMenTan NO. : 60/Kpts/KB.510/2/98 tentang Pembinaan dan Pengendalian Pengembangan Perkebunan Inti Rakyat, dll. Kriteria 2.2. Hak untuk menguasai dan menggunakan tanah dapat dibuktikan dan tidak dituntut secara sah oleh komunitas lokal dengan hak-hak yang dapat dibuktikan. Untuk seluruh petani: Informasi mengenai status tanah yang disampaikan adalah status tanah saat ini atau yang sedang dalam tahap pengurusan. Surat keterangan kepemilikan tanah tidak tumpang tindih dengan kawasan lindung (kawasan konservasi dan hutan lindung) dan status kawasan hutan dalam perencanaan tata ruang wilayah provinsi dan kabupaten, serta tidak tumpang tindih dengan hak orang lain. Pemerintah (dalam hal ini BPN atau Badan Planologi Kehutanan) harus menfasilitasi mekanisme pendataan dan pemetaan tanah kepemilikan /hak Panduan
Untuk seluruh petani: 1. Petani dapat menunjukan: surat keterangan kepemilikan tanah atau hak penggunaan lahan
Untuk seluruh petani: 1. Rekaman upaya penyelesaian keberatan dengan pihak lain, jika ada
Halaman 5 dari 44
Dokumen Final Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Petani Kelapa Sawit Indonesia. Nov 2007
Indikator Nasional Kriteria Major Minor masyarakat adat sesuai dengan daerah masing-masing dan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Untuk petani kemitraan: Surat kepemilikan tanah berupa sertifikat (lihat juga kriteria 1.2) Untuk petani swadaya: Jika petani swadaya tidak memiliki sertifikat,maka surat keterangan tanah lainnya dari instansi yang berwenang atau keterangan asal usul lahan yang didukung oleh bukti otentik adalah memadai sepanjang tidak ada sengketa. Kelembagaan petani membantu anggotanya dalam hal administrasi surat menyurat terkait pengurusan legalitas kepemilikan lahan. Kriteria 2.3. Penggunaan lahan untuk kelapa sawit tidak mengurangi hak berdasarkan hukum dan hak tradisional pengguna lain tanpa persetujuan terlebih dahulu dari mereka. Untuk seluruh petani: 1. Jika lahan berdasarkan hak legal dan hak tradisional telah diambil alih, tersedia catatan proses dan atau kesepakatan negosiasi antara pemilik hak tradisional dan petani yang dilengkapi peta lokasi dalam skala yang sesuai, sekurangkurangnya denah lokasi Untuk seluruh petani: Jika dalam lahan terdapat suatu hak legal atau hak tradisional maka pihak petani harus dapat memperlihatkan bahwa hak-hak ini dipahami, dan tidak terancam atau dikurangi. Kriteria ini harus dilihat bersama kriteria 6.4, 7.5 dan 7.6. Jika daerah hak tradisional ini tidak jelas, maka penentuannya paling baik dilakukan melalui kegiatan pemetaan bersama yang melibatkan masyarakat Panduan
Halaman 6 dari 44
Dokumen Final Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Petani Kelapa Sawit Indonesia. Nov 2007
Indikator Nasional Kriteria Major Minor yang terkena dampak maupun masyarakat sekitar. Kriteria ini memungkinkan adanya penjualan dan penjanjian imbalan berdasarkan negosiasi untuk memberikan kompensasi terhadap kehilangan keuntungan dan atau hak yang dilepaskan. Perjanjian yang dinegosiasikan harus dilakukan tanpa paksaan dan dibuat sebelum investasi baru atau operasi dilakukan dan didasarkan atas kesepakatan yang terbuka atas semua informasi terkait dalam bentuk dan bahasa yang sesuai. Waktu yang memadai harus diberikan bagi pengambilan keputusan secara adat dan dapat dilakukan negosiasi berulang-ulang, jika diminta. Perjanjian yang telah dinegosiasi harus dapat mengikat semua pihak terkait, dan dapat dijadikan alat bukti dalam proses pengadilan. Menetapkan kepastian dalam negosiasi lahan merupakan suatu keuntungan jangka panjang bagi seluruh pihak terkait. Panduan
Halaman 7 dari 44
Dokumen Final Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Petani Kelapa Sawit Indonesia. Nov 2007
Indikator Kriteria Major Kriteria 3.1. Terdapat rencana manajemen yang diimplementasikan yang ditujukan untuk mencapai keamanan ekonomi dan keuangan dalam jangka panjang. Untuk seluruh petani: 1. Tersedia dokumen rencana kerja operasional penting, minimal 1 tahun Minor Untuk seluruh petani: 1. Tersedia rencana persiapan menghadapi peremajaan tanaman Untuk seluruh petani: Petani harus mengetahui atau mendapatkan informasi tentang: prediksi produksi kebun akses kepada informasi teknologi baru dan informasi pasar/harga faktor-faktor yang mempengaruhi biaya produksi Untuk petani kemitraan: Kelembagaan petani harus terlibat dalam perhitungan kredit, perjanjian kerjasama dengan bank, mekanisme agunan, dll). Petani memperoleh pembinaan dari perusahaan mitra dalam hal pengelolaan kebun untuk mengoptimalkan produktivitas berkelanjutan. Untuk petani swadaya: Petani mendapat pembinaan dari instansi pemerintah terkait, petugas penyuluh lapangan, kelembagaan petani, pabrik yang membeli TBS mereka, supplier atau organisasi lain seperti LSM Petani difasilitasi oleh Panduan
Halaman 8 dari 44
Dokumen Final Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Petani Kelapa Sawit Indonesia. Nov 2007
Indikator Kriteria Major Minor pemerintah untuk keberlanjutan usahanya Kelembagaan petani dan petugas penyuluh lapangan harus membantu penyebaran informasi dan teknologi baru dalam mendukung peningkatan produktivitas Petani swadaya dapat menggunakan Buku Pedoman Teknis Budidaya Kelapa Sawit yang diterbitkan oleh Departemen Pertanian sebagai dokumen rencana kerja operasional. Panduan
Rencana persiapan menghadapi, peremajaaan tanaman dapat mencakup dana peremajaan dan atau rencana teknis Instansi terkait adalah dinas yang membidangi perkebunan baik di tingkat provinsi atau kabupaten/kota dan disesuaikan dengan objek urusan.
Halaman 9 dari 44
Dokumen Final Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Petani Kelapa Sawit Indonesia. Nov 2007
Prinsip 4 : Penggunaan praktik terbaik dan tepat oleh perkebunan dan pabrik
Indikator Kriteria Major Kriteria 4.1. Prosedur operasi didokumentasikan secara tepat dan diimplementasikan dan dipantau secara konsisten. Untuk seluruh petani: 1. Tersedia manual GAP kegiatan penting (penggunaan bibit unggul, Pengelolaan Hama Terpadu (PHT), pemupukan, sistem panen) Minor Untuk seluruh petani: 1. Tersedia bukti hasil kegiatan penting tersebut Untuk petani kemitraan: Petani kemitraan melaksanakan GAP sesuai dengan SOP perusahaan mitra. Untuk petani swadaya: Petani swadaya melaksanakan GAP sesuai dengan Pedoman Teknis Budidaya Kelapa Sawit yang diterbitkan oleh Direktorat Jendral Perkebunan Departemen Pertanian Republik Indonesia yang mencakup namun tidak terbatas pada: kesuburan tanah, teknik mempertahankan kesuburan tanah, faktor-faktor yang mempengaruhi erosi dan degradasi tanah (rorak, terassering, tapak kuda), faktor yang dapat mempengaruhi kualitas air (penanaman dipinggir sungai dan lereng, pemupukan, aplikasi pestisida), Upaya menghindari pencemaran air oleh pestisida dan pupuk, konsep dan Pengelolaan Hama Terpadu (penggunaan musuh alami), pestisida yang boleh digunakan menurut peraturan yang berlaku, cara aplikasi pestisida yang aman, cara menyimpan pestisida dan membuang sisa dan wadahnya secara aman. Panduan
Halaman 10 dari 44
Dokumen Final Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Petani Kelapa Sawit Indonesia. Nov 2007
Indikator Kriteria Major Kriteria 4.2. Praktek-praktek mempertahankan kesuburan tanah, atau bilamana mungkin meningkatkan kesuburan tanah, sampai pada tingkat yang memberikan hasil yang optimal dan berkelanjutan Untuk seluruh petani: 1. Rekaman aplikasi pemupukan 2. Rekaman produktivitas 3 tahun terakhir Minor Untuk petani kemitraan: 1. Rekaman aplikasi land application dan janjang kosong untuk petani kemitraan yang melaksanakannya Untuk seluruh petani: Petani diharapkan mempunyai dan melaksanakan manual GAP (lihat juga kriteria 4.1). Penggunaan pupuk organik, jika diperlukan, dapat digunakan untuk mempertahankan kesuburan tanah. Kelembagaan petani dianjurkan untuk menguji kualitas saprodi yang mereka terima sebelum disalurkan kepada petani anggotanya. Dalam hal ini, kelembagaan petani berkonsultasi dengan perusahaan mitra atau pabrik yang membeli TBS mereka mengenai kualitas saprodi. Perusahaan mitra atau pabrik yang membeli TBS petani sebaiknya membantu memfasilitasi petani mitranya untuk mendapatkan saprodi yang berkualitas. Kelembagaan petani dan perusahaan mitra membina anggotanya agar dapat melakukan pencatatan sederhana mengenai kegiatan perkebunannya. Untuk petani kemitraan: Pemanfaatan janjang kosong untuk petani kemitraan sepanjang tersedia di perusahaan mitra. Panduan
Halaman 11 dari 44
Dokumen Final Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Petani Kelapa Sawit Indonesia. Nov 2007
Indikator Kriteria Major Kriteria 4.3. Praktek-praktek meminimalisasi dan mengendalikan erosi dan degradasi tanah Untuk seluruh petani: 1. Bukti pembuatan terassiring dan upaya konservasi lainnya pada daerah curam sebelum atau pada saat replanting Minor Untuk seluruh petani: 1. Bukti penggunaan tanaman Penutup tanah untuk TBM 2. Bukti pembuatan drainase di daerah gambut dan areal rendahan Untuk seluruh petani: Petani diharapkan mempunyai dan melaksanakan manual sederhana GAP budidaya perkebunan kelapa sawit (lihat juga kriteria 4.1). Petani melakukan upaya untuk mencegah erosi di pingiran sungai di daerah perkebunan mereka (misal membuat benteng). Untuk seluruh petani: Petani diharapkan mempunyai dan melaksanakan manual sederhana GAP budidaya perkebunan kelapa sawit (lihat juga kriteria 4.1). Untuk petani kemitraan: Petani melaksanakan GAP sesuai dengan SOP perusahaan mitra. Panduan
Kriteria 4.4 Praktek-praktek mempertahankan kualitas dan ketersediaan air permukaan dan air tanah.
Untuk seluruh petani: 1. Bukti upaya pencegahan erosi dan menjaga sumber air alamiah
Kriteria 4.5. Hama, penyakit, gulma dan spesies introduksi yang berkembang cepat (invasif) dikendalikan secara efektif dengan menerapkan teknik Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang memadai. Kriteria 4.6. Agrokimia digunakan dengan cara yang tidak membahayakan kesehatan dan lingkungan. Tidak ada penggunaan propilaktik (pencegahan) dari pada pestisida, kecuali dalam kondisi khusus sebagaimana dimuat dalam panduan praktk terbaik Apabila
Untuk petani kemitraan: 1. Laporan hasil pengamatan dan pengendalian hama dan penyakit
Untuk petani kemitraan: 1. Petani kemitraan dapat menunjukkan bahwa mereka memiliki pengetahuan yang cukup mengenai PHT dan mampu melaksanakannya. Untuk seluruh petani: 1. Rekaman pengobatan bagi aplikator pestisida, jika terjadi kasus keracunan
Untuk seluruh petani: 1. Bukti penggunaan agrokimia yang terdaftar dan diijinkan oleh Menteri Pertanian 2. Bukti penggunaan agrokimia sesuai dengan target spesies, dosis, cara dan waktu
Untuk seluruh petani: Petani diharapkan mempunyai dan melaksanakan manual sederhana GAP budidaya perkebunan kelapa sawit (lihat juga kriteria 4.1).
Halaman 12 dari 44
Dokumen Final Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Petani Kelapa Sawit Indonesia. Nov 2007
Indikator Kriteria Major agrokimia yang digunakan tergolong sebagai Tipe 1A atau 1B WHO atau bahan-bahan yang termasuk dalam daftar Konvensi Stockholm atau Konvensi Rotterdam, maka perkebunan secara aktif mencari alternatif dan proses ini dokumentasikan. penggunaannya 3. Bukti pelaksanaan Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam aplikasi agrokimia 4. Bukti penyimpanan pestisida dan pemusnahan bekas wadah pestisida sesuai dengan peraturan yang berlaku Untuk petani kemitraan: 1. Tersedia pedoman penanganan kesehatan dan keselamatan kerja yang dapat disusun oleh perusahaan mitra, kelembagaan petani atau instansi terkait 2. Bukti telah mendapat pelatihan mengenai praktek kerja yang aman Untuk petani kemitraan: 1. Bukti memahami dan/atau telah melaksanakan tindakan-tindakan darurat, prosedur dan penanganan bila terjadi kecelakaan Untuk petani kemitraan: Petani kemitraan seharusnya: Mengetahui praktek pada perkebunan yang mempunyai resiko tinggi dan menyusun cara kerja yang aman Membuat catatan penggunaan pestisida (merek, dosis, cara aplikasi). Melaksanakan aplikasi dengan cara-cara yang aman terhadap kesehatan pekerja dan lingkungan Perusahaan mitra, koperasi, kelembagaan petani dan petani memantau pelaksanaannya. Untuk petani swadaya: Petani swadaya dianjurkan melaksanakan seperti indikator dan panduan pada petani kemitraan. Minor Panduan
Kriteria 4.7. Rencana kesehatan dan keselamatan kerja didokumentasikan, disebarluaskan dan diimplementasikan secara efektif.
Halaman 13 dari 44
Dokumen Final Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Petani Kelapa Sawit Indonesia. Nov 2007
Indikator Kriteria Major Kriteria 4.8 Seluruh staf, karyawan, petani dan kontraktor harus terlatih secara memadai. Untuk seluruh petani: 1. Program dan realisasi pelatihan bagi setiap kelembagaan petani Minor Untuk seluruh petani: Petani dapat menunjukan bahwa mereka telah mengikuti pelatihan mengenai pekerjaan yang dilakukan Pekerja pada perkebunan kecil (perkebunan rakyat) memerlukan pelatihan dan peningkatan keahlian yang cukup yang dapat diperoleh melalui kegiatan penyuluhan dari: pekebun atau pengolah yang membeli TBS mereka, organisasi petani atau melalui kerja sama dengan lembaga dan organisasi lain. Pencatatan dan dokumentasi pelatihan bagi petani tidak diharuskan, tetapi setiap pekerja di perkebunan harus mendapatkan pelatihan yang cukup untuk operasional kerja yang dilakukan Untuk Petani Kemitraan : Petani kemitraan seharusnya difasilitasi oleh perusahaan mitra dan koperasi anggota petani. Untuk Petani Swadaya : Petani swadaya difasilitasi oleh instansi pemerintah yang terkait dan organisasi petani . Panduan
Halaman 14 dari 44
Dokumen Final Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Petani Kelapa Sawit Indonesia. Nov 2007
Prinsip 5 : Tanggung jawab lingkungan dan konservasi kekayaan alam dan keanekaragaman hayati
Indikator Kriteria Major Kriteria 5.1 Aspek manajemen perkebunan dan pabrik, termasuk replanting yang menimbulkan dampak lingkungan diidentifkasi, dan rencana-rencana untuk mengurangi/mencegah dampak negatif dan mendorong dampak positif dibuat, diimplementasikan dan dimonitor untuk memperlihatkan kemajuan yang kontinu. Untuk petani kemitraan: 1. Tersedia dokumen AMDAL atau UKL dan UPL di kelembagaan petani dan disosialisasikan kepada anggota Minor Untuk petani kemitraan: 1. Tersedia rekaman pelaksanaan dan pelaporan RKL/UKL dan RPL/UPL di kelembagaan petani Untuk petani swadaya: 1. Kelembagaan petani memiliki rekaman identifikasi dampak dan rencana upaya pengelolaan lingkungan (Pokja STF Indonesia menyediakan template / checklist yang diperlukan untuk melakukan identifikasi dampak secara sederhana, lihat Appendix 1) Untuk seluruh petani: Petani diharapkan: mengetahui dampak negatif dari kegiatan mereka dan mengetahui cara meminimalkannya dan melaksanakannya (terutama: pembersihan lahan, pemupukan, aplikasi pestisida, erosi pinggiran sungai) Mempunyai AMDAL atau UPL, UKL dan RPL, RKL atau identifikasi dampak sesuai dengan peraturan yang berlaku berdasarkan luasan area perkebunan. Untuk petani kemitraan: AMDAL atau UPL, UKL dan RPL, RKL dilakukan oleh perusahaan mitra. Untuk petani swadaya: Petani swadaya diharapkan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dampak lingkungan melalui penyuluhan dari instansi pemerintah yang berwenang yang dilakukan secara periodik. Panduan
Halaman 15 dari 44
Dokumen Final Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Petani Kelapa Sawit Indonesia. Nov 2007
Indikator Kriteria Major Kriteria 5.2. Status spesies-spesies langka, terancam, atau hampir punah dan habitat dengan nilai konservasi tinggi, jika ada di dalam perkebunan atau yang dapat terpengaruh oleh manajemen kebun dan pabrik harus diidentifikasi dan konservasinya diperhatikan dalam rencana dan operasi manajamen dan atau kelembagaan petani. Untuk seluruh petani: 1. Petani mampu menyebutkan nama spesies yang dilindungi daerah setempat. 2. Petani dapat menjelaskan prosedur mengatasi konflik dengan spesies yang dilindungi. Minor Untuk seluruh petani: 1. Jika terdapat species yang dilindungi dalam perkebunan, maka perlu ada petugas dalam kelembagaan petani untuk membina anggotanya dalam mengelola species yang dilindungi tersebut Untuk petani kemitraan: 1. Terdapat bukti hasil identifikasi spesies yang dilindungi.yang disimpan di kelembagaan petani (lihat juga kriteria 5.1) Untuk seluruh petani: Informasi tentang spesies yang dilindungi dan habitat berkonservasi tinggi dapat diperoleh dari organisasi petani dan instansi pemerintah terkait seperti Dinas Perkebunan/Penyuluh, BKSDA, Informasi tentang spesies yang dilindungi dan cara mengatasi konflik dapat diperoleh dari instansi pemerintah terkait seperti Dinas Perkebunan / Penyuluh, BKSDA dan LSM yang berkompeten Untuk petani kemitraan: Penyusunan informasi tentang identifikasi spesies yang dilindungi telah dilaksanakan oleh perusahaan mitra sesuai dengan dokumen AMDAL. Kriteria 5.3. Limbah dikurangi, didaur ulang, dipakai kembali, dan dibuang dengan cara-cara yang dapat dipertanggungjawabkan secara lingkungan dan sosial Untuk seluruh petani: 1. Petani dapat menerangkan cara pembuangan limbah agrokimia dan wadahnya sesuai dengan acuan yang ada dikemasan. 2. Petani dapat menerangkan dan menunjukkan bukti bahwa point 1 telah dilaksanakan Untuk seluruh petani: 1. Rekaman pengaduan masyarakat berkenaan dengan pembuangan limbah dan cara penyelesaiannya (jika ada). Untuk seluruh petani: Pengelolaan limbah dan rencana pembuangan limbah harus meliputi langkah-langkah untuk: Mengidentifikasi dan memantau sumber limbah dan polusi. Memanfaatkan limbah, mendaur ulang limbah sebagai nutrisi atau Panduan
Halaman 16 dari 44
Dokumen Final Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Petani Kelapa Sawit Indonesia. Nov 2007
Indikator Kriteria Major Minor mengubahnya menjadi produk dengan nilai tambah (misalnya lewat program pembuatan pakan ternak). Pembuangan limbah agrokimia berbahaya dan wadahnya yang tepat. Kelebihan wadah agrokimia harus dibuang atau dibersihkan dengan cara yang bertanggung jawab secara lingkungan dan sosial (misalnya mengembalikan ke penjual atau melakukan pencucian tiga tahap), sehingga tidak timbul resiko kontaminasi terhadap sumber air atau kesehatan manusia. Petunjuk pembuangan sebagaimana tertera pada label wadah harus dijadikan acuan Panduan
Kriteria 5.4. Efisiensi penggunaan energi dan penggunaan energi terbarukan dimaksimalkan.
Kriteria 5.5 Penggunaan api untuk pemusnahan limbah dan untuk penyiapan lahan, guna penanaman kembali dihindari kecuali dalam kondisi spesifik, sebagaimana tercantum dalam kebijakan tanpabakar ASEAN atau panduan lokal
Untuk seluruh petani: 1. Pada saat replanting, petani dapat membuktikan tidak menggunakan api dalam penyiapan lahannya dan pemusnahan limbah, kecuali untuk membasmi hama
Untuk seluruh petani: 1. Kelembagaan petani memiliki sarana dan prasarana sederhana penanggulangan kebakaran lahan.
Untuk seluruh petani: Penggunaan api hanya dibolehkan jika penilaian menunjukkan bahwa metode itulah yang paling efektif dan merupakan pilihan yang paling sedikit menimbulkan resiko terjadinya kerusakan lingkungan,
Halaman 17 dari 44
Dokumen Final Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Petani Kelapa Sawit Indonesia. Nov 2007
Indikator Kriteria Major serupa. penyakit dan harus terlebih dahulu mendapat rekomendasi dari dinas teknis terkait 2. Petani mengetahui prosedur Tanggap Darurat untuk kebakaran lahan Minor dan untuk meminimalkan eksplosi hama dan penyakit, dengan disertai bukti-bukti adanya pengontrolan yang cermat terhadap pembakaran. Pembakaran di lahan gambut harus dihindari Kriteria 5.6. Rencana-rencana untuk mengurangi pencemaran dan emisi, termasuk gas rumah kaca, disusun, diimplementasikan dan dimonitor. Kriteria ini tidak berlaku untuk petani. Panduan
Halaman 18 dari 44
Dokumen Final Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Petani Kelapa Sawit Indonesia. Nov 2007
Prinsip 6 : Tanggung Jawab kepada pekerja, individu-individu dan komunitas dari kebun dan pabrik
Indikator Kriteria Major Kriteria 6.1 Aspek manajemen perkebunan dan pabrik termasuk replanting yang mempunyai dampak sosial diidentifikasi dengan cara partisipatif dan rencana penanganan dampak negatif dan pengembangan dampak positif disusun, dilaksanakan dan dimonitor untuk menunjukkan perbaikan yang berkelanjutan. Untuk seluruh petani: 1. Petani dapat menerangkan dampak sosial kegiatan perkebunan mereka dan memberikan bukti respon konstruktif terhadap keluhan, jika ada Untuk petani kemitraan: 1. Dokumen AMDAL yang tersedia di kelembagaan petani dan disosialisasikan kepada anggota Minor Khusus untuk petani kemitraan: 1. Petani kemitraan memiliki rekaman pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan dampak sosial yang tersedia di kelembagaan petani Untuk seluruh petani: Identifikasi dampak sosial dapat dilakukan oleh pihak perkebunan bersama-sama dengan pihak yang terkena dampak sesuai tuntutan situasi. Pelibatan ahli independen dapat dilakukan jika dipandang perlu untuk memastikan bahwa seluruh dampak (baik positif maupun negatif) telah diidentifikasi. Dampak sosial dapat ditimbulkan oleh kegiatan-kegiatan seperti: pembangunan jalan, pabrik atau infrastruktur baru; penanaman tanaman lain atau perluasan daerah penanaman; pembuangan limbah pabrik; pembersihan vegetasi alam yang tersisa; perubahan jumlah karyawan atau persyaratan kerja. Pengelolaan perkebunan kelapa sawit dapat menimbulkan dampak sosial (positif atau negatif) terhadap faktor-faktor berikut: - Hak atas akses dan hak guna. - Mata pencaharian (misalnya kerja harian) dan kondisi kerja. - Kegiatan-kegiatan mata pencaharian. Panduan
Halaman 19 dari 44
Dokumen Final Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Petani Kelapa Sawit Indonesia. Nov 2007
Untuk petani kemitraan: Analisis dampak sosial dan pengelolaan dampak yang terdokumentasi berupa dokumen AMDAL telah disusun oleh perusahaan mitra Untuk petani swadaya: Petani swadaya, melalui kelembagaan petani, melakukan identifikasi dampak dan rencana pengelolaan lingkungan
Kriteria 6.2. Terdapat metode terbuka dan transparan untuk komunikasi dan konsultasi antara pihak perkebunan dan/atau pabrik, masyarakat lokal, dan kelompok lain yang terkena dampak atau berkepentingan.
Untuk seluruh petani: 1. Kelembagaan petani mempunyai rekaman komunikasi dan konsultasi dengan masyarakat
Untuk seluruh petani: 1. Kelembagaan petani memiliki rekaman aspirasi masyarakat dan tanggapan/tindaklanjutnya 2. Kelembagaan petani memiliki petugas yang bertanggung jawab untuk melakukan konsultasi dan komunikasi dengan stakeholder.
Untuk seluruh petani: Mekanisme komunikasi dan konsultasi dirancang oleh kelembagaan petani bersama masyarakat lokal dan pihak yang terkena dampak atau pihak berkepentingan lainnya. Mekanisme ini perlu mempertimbangkan penggunaan mekanisme dan bahasa setempat. Pertimbangan perlu diberikan kepada keberadaan forum multi pihak. Komunikasi perlu mempertimbangkan kesenjangan akses terhadap informasi bagi kaum wanita dan
Halaman 20 dari 44
Dokumen Final Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Petani Kelapa Sawit Indonesia. Nov 2007
Indikator Kriteria Major Minor pria, pemimpin desa dan buruh harian, kelompok masyarakat lama dan baru, dan berbagai kelompok etnis. Pertimbangan perlu diberikan untuk pelibatan pihak ketiga, seperti kelompok masyarakat, LSM atau pemerintah (atau kombinasi dari ketiga kelompok ini) yang tidak memiliki kepentingan secara langsung, untuk memfasilitasi skema petani dan masyarakat, dan pihak lainnya jika dibutuhkan, dalam komunikasi ini. Kriteria 6.3. Terdapat sistem yang disepakati dan didokumentasikan bersama untuk mengurus keluhan dan ketidakpuasan yang diimplementasikan dan diterima oleh semua pihak. Untuk seluruh petani: 1. Kelembagaan petani menyediakan sistem untuk menerima keluhan Untuk seluruh petani: 1. Kelembagaan petani mempunyai rekaman keluhan/keberatan, penanganan keluhan / keberatan, dan pelaporan 2. Dokumentasi proses dan hasil penyelesaian perselisihan, jika ada Untuk seluruh petani: Mekanisme penyelesaian perselisihan harus dibuat lewat kesepakatan terbuka dengan pihak yang terkena dampak. Untuk petani swadaya: Untuk petani swadaya, instansi pemerintah terkait dan kelembagaan petani dapat membantu memfasiltasi penanganan keluhan dan perselisihan. Untuk seluruh petani: Petani harus mengikuti prosedur yang berlaku dalam mengidentifikasi hak-hak legal dan Panduan
Kriteria 6.4. Setiap perundingan menyangkut kompensasi atas kehilangan hak legal atau hak tradisional dilakukan melalui
Untuk seluruh petani: 1. Petani memiliki dokumen identifikasi, kalkulasi dan pembayaran kompensasi atas
Untuk seluruh petani: 1. Rekaman proses negosiasi dan/atau hasil kesepakatan kompensasi tersedia
Halaman 21 dari 44
Dokumen Final Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Petani Kelapa Sawit Indonesia. Nov 2007
Indikator Kriteria Major sistem terdokumentasi yang memungkinkan komunitas adat dan stakeholder lain memberikan pandangan pandangannya melalui institusi perwakilan mereka sendiri. kehilangan hak legal dan hak tradisional dengan melibatkan wakil masyarakat dan instansi terkait. Minor tradisional masyarakat yang berhak menerima kompensasi. Prosedur untuk menghitung dan membagikan kompensasi yang memadai (dalam wujud uang atau bentuk lainnya) dibuat dan diimplementasikan. Setiap pembayaran kompensasi atas pemindahan hak dari pihak lain harus dilakukan secara transparan, wajar dan tanpa tekanan sehingga tidak merugikan penduduk atau masyarakat yang memiliki hak atas lahan. Petani harus menunjukkan surat keterangan atas hak milik atau tradisional. Proses dan hasil dari setiap perjanjian yang disepakati didokumentasikan dan dilaksanakan secara terbuka Kriteria 6.5 Upah dan persyaratanpersyaratan kerja bagi karyawan dan karyawan dari kontraktor harus selalu memenuhi paling tidak standar minimum industri atau hukum, dan sesuai untuk memenuhi kebutuhan hidup yang layak. Untuk seluruh petani: 1. Bukti pembayaran upah pekerja Untuk seluruh petani: 1. Terdapat perjanjian kerja untuk pekerja tetap, jika terdapat tenaga kerja tetap Untuk seluruh petani: Kelembagaan petani harus memberikan informasi besarnya UMR pada daerah kebun tersebut berada secara periodik Dalam hal tenaga kerja lepas, kondisi kerja dan upah sesuai Panduan
Halaman 22 dari 44
Dokumen Final Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Petani Kelapa Sawit Indonesia. Nov 2007
Indikator Kriteria Major Minor perjanjian yang ditetapkan secara transparan dan tanpa paksa. Kriteria 6.6 Perusahaan menghormati hak seluruh karyawan untuk membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja sesuai dengan pilihan mereka dan untuk tawar menawar secara kolektif. Ketika hak kebebasan berkumpul dan mengeluarkan pendapat secara kolektif dibatasi oleh hukum, maka perusahaan memfasilitasi pendamping yang tidak berpihak, gratis dan melakukan tawar menawar bagi seluruh karyawan. Kriteria 6.7. Anak-anak tidak dipekerjakan dan dieksploitasi. Pekerjaan yang dilakukan oleh anak-anak hanya diperbolehkan pada perkebunan keluarga, di bawah pengawasan orang dewasa dan tidak mengganggu program pendidikan mereka. Anak-anak tidak boleh terpapar oleh kondisi kerja membahayakan. Kriteria 6.8. Segala bentuk diskriminasi berdasarkan ras, kasta, kebangsaan, agama, cacat, jender, orientasi seksual, Untuk seluruh petani: 1. Petani dapat membuktikan tidak mempekerjakan anakanak dibawah usia kerja dan pada usia sekolah Untuk seluruh petani: Kriteria ini tidak berlaku untuk petani. Panduan
Untuk seluruh petani: Petani harus mempekerjakan pekerja mengacu pada usia kerja minimum dan anak-anak usia sekolah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Petani atau perkebunan keluarga boleh mempekerjakan anak-anak sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Untuk seluruh petani: 1. Bukti bahwa para pekerja dan kelompok pekerja termasuk tenaga kerja pendatang
Untuk seluruh petani: Kelembagaan petani memilki prosedur penyampaian keluhan yang dapat dilaksanakan sesuai
Halaman 23 dari 44
Dokumen Final Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Petani Kelapa Sawit Indonesia. Nov 2007
Indikator Kriteria Major keanggotaan serikat, afiliasi politik atau umur dilarang diperlakukan sama Minor kriteria 6.3. Diskriminasi yang positif dalam penyediaan karyawan dan keuntungan untuk komunitas khusus, dapat diterima sebagai bagian dari perjanjian yang telah dinegosiasikan. Untuk seluruh petani: Petani menghormati hak reproduksi tenaga kerjanya. Panduan
Kriteria 6.9. Kebijakan untuk mencegah pelecehan seksual dan berbagai bentuk kekerasan terhadap perempuan dan untuk melindungi hak reproduksinya, disusun dan diaplikasikan.
Kriteria 6.10 Pihak perkebunan dan pabrik kelapa sawit berurusan secara adil dan transparan dengan petani dan bisnis lokal lainnya.
Untuk seluruh petani: 1.Memiliki dokumen atau aturan yang menghimbau kepada para anggotanya untuk tidak melakukan pelecehan seksual dan berbagai tindak kekerasan terhadap perempuan dan menghargai hak-hak reproduksi perempuan dan diimplementasikan Untuk seluruh petani: 1. Rekaman perulangan keluhan yang sama dari perusahaan mitra dan atau mitra bisnis lokal lainnya 2. Rekaman mekanisme penentuan harga dari Tim Penetapan Harga kepada kelembagaan petani dan bukti pembayaran TBS
Untuk seluruh petani: 1. Rekaman bukti kontrak kerjasama dengan mitra bisnis, jika ada.
Untuk seluruh petani: Kelembagaan petani sebaiknya terlibat dalam penentuan harga TBS
Halaman 24 dari 44
Dokumen Final Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Petani Kelapa Sawit Indonesia. Nov 2007
Indikator Kriteria Major Kriteria 6.11 Perkebunan dan pabrik berkontribusi terhadap pembangunan lokal yang berkelanjutan bilamana dianggap memadai. Minor Untuk seluruh petani: 1. Rekaman kontribusi kelembagaan petani dan / atau petani terhadap pembangunan lokal Untuk seluruh petani: Petani swadaya dan petani kemitraan pasca konversi berkontribusi terhadap pembangunan lokal melalui kelembagaan petani Kelembagaan petani secara aktif melakukan perundingan dengan perusahaan mitra dalam hal penentuan pemotongan hasil penjualan TBS petani untuk kontribusi pembangunan lokal dan pengelolaannya Kelembagaan petani turut menentukan arah pemanfaatan dan pengelolaan dana kontribusi Panduan
Halaman 25 dari 44
Dokumen Final Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Petani Kelapa Sawit Indonesia. Nov 2007
Halaman 26 dari 44
Dokumen Final Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Petani Kelapa Sawit Indonesia. Nov 2007
Indikator Kriteria Major Kriteria 7.2 Menggunakan survai tanah dan informasi topografi untuk merencanakan lokasi pengembangan perkebunan baru dan hasilnya digabungkan ke dalam perencanaan dan operasi Untuk seluruh petani: 1. Bukti terdapat rekomendasi pembangunan perkebunan di lahan petani dari instansi berwenang, dengan mempertimbangkan kesesuaian lahan. Minor Untuk seluruh petani: 1. Petani dapat menerangkan rencana kerja pembangunan perkebunan yang telah mendapat rekomendasi tersebut Untuk petani kemitraan: Untuk petani kemitraan pembangunan perkebunan disesuaikan dengan program kemitraan inti dan plasma Untuk petani swadaya: Untuk petani swadaya informasi mengenai topografi, jenis tanah dan kesesuaiannya untuk kelapa sawit dari lahan yang akan digunakan untuk perkebunan diperoleh dari Dinas yang membidangi Perkebunan atau petugas penyuluh lapangan. Rencana pembangunan perkebunan dibuat bersama dengan tenaga penyuluh lapangan. Untuk petani kemitraan: Untuk petani kemitraan, perusahaan mitra akan melakukan identifikasi HCV di lahan petani peserta. Untuk petani swadaya: Petani swadaya, melalui kelembagaan petani, berkonsultasi dengan instansi berwenang untuk mendapatkan informasi mengenai HCV yang ada di atau di sekitar lahan mereka Panduan
Kriteria 7.3 Penanaman baru sejak November 2005 tidak dilakukan di hutan primer atau setiap areal yang dipersyaratkan untuk memelihara atau meningkatkan satu atau lebih Nilai Konservasi Tinggi (High Conservation value)
Untuk seluruh petani: 1. Petani dapat membuktikan bahwa lahan perkebunan mereka bukan berasal dari konversi hutan primer atau areal bernilai konservasi tinggi
Halaman 27 dari 44
Dokumen Final Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Petani Kelapa Sawit Indonesia. Nov 2007
Indikator Kriteria Major Kriteria 7.4 Dihindari memperluas perkebunan di atas lahan yang curam, dan atau di tanah marjinal serta rapuh. Minor Untuk petani kemitraan : 1. Peta realisasi pembukaan lahan. 2. Rekaman tidak adanya penanaman berlebihan pada lahan yang curam dan/atau tanah marjinal yang rapuh sesuai dengan peraturan yang berlaku. Untuk petani kemitraan: Untuk petani kemitraan perusahaan mitra bersama dengan petani yang akan menyusun program penanaman baru Untuk petani swadaya Lihat kriteria 7.2. Panduan
Kriteria 7.5 Tidak ada penanaman baru dilakukan di tanah masyarakat lokal tanpa persetujuan terlebih dahulu dari mereka, yang dilakukan melalui suatu sistem yang terdokumentasi sehingga memungkinkan masyarakat adat dan masyarakat lokal serta para pihak lainnya bisa mengeluarkan pandangan mereka melalui institusi perwakilan mereka sendiri.
Untuk seluruh petani: 1. Petani dapat membuktikan bahwa tidak terdapat penolakan dari masyarakat adat dan lokal terhadap pembangunan perkebunan tersebut (Bukti dapat berupa surat persetujuan dari masyarakat adat atau masyarakat lokal yang diketahui atau disetujui oleh Ketua Adat/Kepala Desa atau sesuai dengan ketentuan di daerah setempat)
Untuk seluruh petani: Petani melakukan pendekatan dengan masyarakat adat dan lokal dalam hal pembangunan perkebunan kelapa sawit, dan bila lahan tersebut milik dari masyarakat adat atau lokal harus dinegosiasikan untuk mendapatkan kesepakatan yang disetujui oleh kedua belah pihak. Semua kesepakatan dituangkan dalam dokumen sebagai bukti di kemudian hari.
Kriteria 7.6 Masyarakat setempat diberikan kompensasi atas setiap pengambilalihan lahan dan pelepasan hak yang disepakati dengan persetujuan sukarela yang diberitahukan sebelumnya dan
Untuk seluruh petani: 1. Bukti kesepakatan yang telah diambil sebelum pembangunan perkebunan dilaksanakan (surat dokumentasi mengenai kesepakatan)
Untuk seluruh petani: Didahului proses pada kriteria 7.5, maka kompensasi dan pemenuhan kesepakatan lain dilaksanakan sebelum pembangunan perkebunan kelapa sawit
Halaman 28 dari 44
Dokumen Final Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Petani Kelapa Sawit Indonesia. Nov 2007
Indikator Kriteria Major kesepakatan yang telah dirundingkan 2. Bukti pelaksanaan kesepakatan sesuai perjanjian pada point 1. Untuk seluruh petani: 1. Petani dapat membuktikan bahwa mereka mengetahui dan mampu melaksanakan teknik penyiapan lahan tanpa bakar Untuk petani kemitraan: 1. Petani dapat membuktikan pernah mengikuti pelatihan/kursus penyiapan lahan tanpa bakar. Minor dilaksanakan Panduan
Kriteria 7.7 Dilarang membuka perkebunan baru dengan membakar, kecuali dalam keadaan khusus sebagaimana dalam ASEAN Guidelines atau regional Best Practices lainnya
Untuk seluruh petani: Petani mengetahui dan mematuhi undang-undang/peraturan yang melarang penggunaan api untuk penyiapan lahan. (misalnya petani mempunyai brosur / mengikuti pelatihan petunjuk teknik penyiapan lahan tanpa bakar yang dikeluarkan oleh instansi berwenang Instansi terkait atau petugas penyuluh lapangan memberikan pelatihan kepada petani mengenai teknik penyiapan lahan tanpa bakar. Untuk petani kemitraan: Penyiapan lahan petani kemitraan mengikuti teknik tanpa bakar yang dilaksanakan perusahaan mitra.
Halaman 29 dari 44
Dokumen Final Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Petani Kelapa Sawit Indonesia. Nov 2007
Halaman 30 dari 44
Dokumen Final Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Petani Kelapa Sawit Indonesia. Nov 2007
APPENDIX 1.
CHECK LIST IDENTIFIKASI DAMPAK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT RAKYAT
DATA KEBUN
Nama Pemilik Kebun : Alamat Kebun: Batas Kebun Luas Kebun: Status Kebun : Tanggal Penilaian: Pelaksana Penilaian oleh: Disetujui oleh: ??? Hasil Identifikasi A B C Dusun/Desa : Kabupaten : Barat: Timur: Bukaan baru / TBM / TM / Replanting 1. 2. 3. ; Telp/Hp : ; Kecamatan : ; Provinsi : ; Utara: ; Selatan (< 25 ha)
A B C
Kondisi kebun baik.. Petani harus menjamin kinerja yang ada dan mempertahankan pada level semua operasi saat ini. Kondisi kebun sedang. Petani harus meningkatkan operasi saat ini menjadi kondisi kebun baik (hijau) Kondisi kebun tidak memuaskan. Petani harus melakukan perbaikan-perbaikan untuk menuju kondisi kebun baik (hijau).
Halaman 31 dari 44
Dokumen Final Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Petani Kelapa Sawit Indonesia. Nov 2007
Halaman 32 dari 44
Dokumen Final Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Petani Kelapa Sawit Indonesia. Nov 2007
1 2 3 DATA PETANI 1 DATA KELUARGA 2 3 4 5 Kode kolom 5 Hubungan dengan kepala rumah tangga 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Kepala rumah tangga Istri suami Anak Menantu Cucu Orang tua/mertua Famili lain Pembantu rumah tangga lainnya
Kode kolom 6 Status perkawinan 1. 2. 3. 4. belum kawin kawin cerai hidup cerai mati
Kode kolom 7 Jenis pendidikan terakhir untuk Aanggota Rumah Tanngga (ART) diatas 5 tahun 1. Tidak sekolah 2. Tidak lulus SD 3. SD 4. SMP 5. SMU 6. PT (tambahkan tanda * jika sedang menjalani pendidikan terakhir) Kode kolom 10 Pekerjaan lain Keterangan kode sama dengan kolom 8 : Pekerjaan lain adalah selain perkejaan utama yang dapat mendatangkan uang
Kode kolom 8 Jenis pekerjaan utama untuk ART umur 10 tahun ke atas 1. Petani kelapa sawit 2. Pengumpul hasil hutan 3. Karyawan kebun sawit PBS/N 4. Karyawan kebun karet PBS/N 5. Karyawan HTI 6. Pedagang 7. 8. PNS 9. Pengusaha 10. Lainnya
Kode kolom 9 Status pekerjaan : 1. Berusaha sendiri tanpa bantuan orang lain 2. Berusaha sendiri dengan bantuan anggota rumah tangga/buruh tidak tetap 3. Berusaha dengan buruh tetap 4. Buruh karyawan 5. Pekerja rumah tangga 6. Perkeja dalam kelompok
Data Kebun
Alamat Kebun Batas Kebun Dusun/Desa : Kabupaten : berbatasan sebelah utara : berbatasan sebelah selatan : berbatasan sebelah timur : berbatasan sebelah barat : ; Kecamatan : ; Provinsi :
Halaman 33 dari 44
Dokumen Final Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Petani Kelapa Sawit Indonesia. Nov 2007
Jarak dari rumah(km) Luas kebun (ha) Jumlah tanaman (btg)/ha Umur tanam (th) Jenis bibit Hasil panen (kg/bl)/(ton/th) Cara mendapatkan lahan 1. Membuka lahan sendiri; 2. Warisan; 3. Pembelian lahan, 4. kebun kelapa sawit, 5. ................... 1. Bekas Hutan Alam (.. ha) 2. Bekas Hutan Tanaman (.. ha) 3. Bekas Hutan Lindung/Konservasi (.. ha) 4. Tidak berhutan / semak belukar (.. ha) 5. Hutan rusak/bekas kebakaran (.. ha) 6. ......................................... (.. ha) Total = ha 1. Tidak ada; 2. Tanah adat; 3. Surat jual beli; 4. SKT; 5. SKGR; 6. Sertifikat BPN; 6. 1. milik, 2. bagi hasil, 3. sewa/kontrak, 4. gadai/pinjam pakai 5. .. 1. 100 % TBS dijual ke PT.. (jarak .. km dari kebun) 2. . % TBS dijual ke .(jarak .. km dari kebun) 1. 2. 3. 4. PPKS Marihat Lonsum .
Status kebun
Penjualan TBS
Kondisi pengelolaan saat ini tetap dibiarkan tidak dibunuh dan dilindungi dari pemburu, akan dibunuh karena mengganggu kebun akan dipindahkan karena mengganggu kebun, tidak tahu harus diapakan ..... tetap dibiarkan tidak dibunuh dan dilindungi dari pemburu, akan dibunuh karena mengganggu kebun akan dipindahkan karena mengganggu kebun, tidak tahu harus diapakan ..... tetap dibiarkan tidak dibunuh dan dilindungi dari pemburu, akan dibunuh karena mengganggu kebun akan dipindahkan karena mengganggu kebun, tidak tahu harus diapakan ..... tetap dibiarkan tidak dibunuh dan dilindungi dari pemburu, akan dibunuh karena mengganggu kebun akan dipindahkan karena mengganggu kebun, tidak tahu harus diapakan ..... Ya/Ada Ya/Ada tidak tidak
Apakah kebun anda berbatasan langsung dengan hutan atau Kawasan Konservasi (seperti Taman Nasional, Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Hutan Lindung, dll) ? Jika jawabannya Ya/Ada, apakah anda menjaga kawasan konservasi yang berbatasan dengan kebun anda tersebut dari penjarahan keanekaragaman hayatinya ? Jika disekitar kebun anda masih ada hutan yang lebih luas, apakah kebun anda menyisakan hutan sebagai penghubung ke hutan yang lebih luas tersebut ? Apakah kebun anda mempunyai hutan atau rawa tempat persinggahan sejumlah (konsentrasi) satwa liar yang dilindungi ? Jika jawabannya Ya/Ada, apakah hutan atau rawa tersebut anda buka menjadi kebun sawit ? Jika jawabannya Tidak, apakah hutan atau rawa tersebut anda lindungi ?
Halaman 34 dari 44
Dokumen Final Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Petani Kelapa Sawit Indonesia. Nov 2007
Apakah kebun anda berada di sepanjang aliran sungai (DAS)? Jika jawabannya Ya/Ada, Apakah anda menanam pohon sawit hingga ke tepi sungai ? Apakah anda mengerti dengan fungsi hutan di pinggir sungai ? Jika jawabnya Ya/Ada, coba sebutkan paling tidak 3 fungsi hutan di sepanjang pinggir sungai 1. 2. 3. Apakah anda melakukan upaya/usaha mengatasi erosi pinggir sungai Jika jawabannya Ya, sebutkan upaya tersebut ? 1. 2. 3. Ya/Ada Ya/Ada Ya tidak tidak tidak
Ya/Ada
tidak
Apakah dalam kebun anda terdapat spesies endemik Ya/Ada tidak Catatan : Spesies endemik adalah spesies yang terbatas atau hanya ada pada kawasan geografi tertentu yang mungkin besar atau kecil. Beberapa LSM international telah mengeluarkan daftar spesies endemik seperti Kawasan Burung Endemik yang dikeluarkan oleh Birdlife International yang dikenal dengan EBA (Endemic Bird Area) atau Conservation International juga mengeluarkan Hotspot Keanekaragaman Hayati. Jika Ya, isi tabel dibawah ini Spesies Endemik Lokasi spesies di kebun 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 5. Kondisi pengelolaan saat ini tetap dibiarkan tidak dibunuh dan dilindungi dari pemburu, akan dibunuh karena mengganggu kebun akan dipindahkan karena mengganggu kebun, tidak tahu harus diapakan ..... tetap dibiarkan tidak dibunuh dan dilindungi dari pemburu, akan dibunuh karena mengganggu kebun akan dipindahkan karena mengganggu kebun, tidak tahu harus diapakan ..... tetap dibiarkan tidak dibunuh dan dilindungi dari pemburu, akan dibunuh karena mengganggu kebun akan dipindahkan karena mengganggu kebun, tidak tahu harus diapakan ..... Ya/Ada Ya/Ada Ya/Ada Ya/Ada Ya/Ada Ya/Ada Ya/Ada tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak
Apakah dalam kebun anda terdapat bagian dari ekosistem seperti : Hutan hujan di bagian bawah gunung, Hutan dataran rendah, Hutan rawa gambut, Hutan rawa air tawar, Hutan kerangas, Savanna, Mangrove Jika jawabannya Ya/Ada, apakah kebun anda telah membuka ekosistem di atas untuk kebun sawit Apakah dalam kebun anda terdapat sumber air yang digunakan oleh penduduk untuk keperluan sehari-hari? Jika jawabannya Ya/Ada, spakah areal disekitar sumber air tersebut ditanam pohon sawit anda ? Jika jawabannya tidak, Apakah anda biarkan areal tersebut atau dilindungi ? Apakah dalam kebun anda terdapat tempat yang dikeramatkan oleh penduduk setempat ? Jika jawabnnya Ya/Ada, apakah anda membuka areal tersebut untuk perkebunan sawit ?
Halaman 35 dari 44
Dokumen Final Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Petani Kelapa Sawit Indonesia. Nov 2007
dengan membuat plang pemberitahuan yang dapat dilihat secara publik dan hasilnya dapat dilihat secara nyata bahwa masih adanya satwa liar yang dilindungi berada aman dan lestari dikebun Petani maka perubahan warna bisa dipertimbangkan menjadi warna Kuning.
Halaman 36 dari 44
Dokumen Final Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Petani Kelapa Sawit Indonesia. Nov 2007
APPENDIX 2. DEFINISI
Masyarakat sebagai bagian dari stakeholder adalah masyarakat sekitar lokasi kebun yang terkena dampak operasional kebun secara langsung, dan terwakili dalam suatu kelembagaan yang sah sesuai peraturan dan hukum yang berlaku di Indonesia. Hak tradisional adalah hak-hak yang timbul karena serangkaian tindakan kebiasaan atau adat, yang telah memperoleh kekuatan hukum dalam geografis atau sosiologis HCVF (High Coservation Value Forest) atau kawasan hutan bernilai konservasi tinggi. Hutan harus menjaga atau meningkatkan satu atau lebih Nilai Konservasi Tinggi: HCV1. Areal hutan yang memiliki konsentrasi nilai-nilai keanekaragaman hayati yang secara global, regional atau nasional signifikan (misalnya endemisme, spesies-spesies yang terancam kepunahan). HCV2. Areal hutan yang memiliki hutan dengan tingkat pertanaman yang tinggi yang secara global, regional atau nasional signifikan, dan yang di dalamnya terdapat, atau memiliki unit manajemen, dengan populasi hidup dari sebagian besar, jika tidak semua, spesies-spesies liar yang hidup dengan pola distribusi dan penyebaran alami. HCV3. Areal hutan yang berada dalam atau memiliki ekosistem langka, terancam atau terancam punah. HCV4. Areal hutan yang menyediakan pelayanan alami dasar dalam keadaan kritis (misalnya perlindungan daerah aliran sungai, pengendalian erosi). HCV5. Areal hutan yang penting untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat setempat (misalnya mata pencaharian, kesehatan). HCV6. Areal hutan yang penting untuk identitas budaya tradisional masyarakat setempat (areal budaya, ekologi, ekonomi atau agama penting yang berhubungan dengan masyarakat setempat tersebut. (Lihat: The HCVF Toolkitpada www.proforest.net) AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) adalah sebuah proses memprakirakan dan menilai dampak-dampak sebuah atau serangkaian tindakan terhadap lingkungan hidup, kemudian menggunakan kesimpulannya sebagai sebuah sarana untuk merencanakan dan mengambil keputusan. Standar ISO adalah Standar yang disusun oleh Organisasi Standarisasi Internasional (ISO: lihat http://www.iso.ch/iso). Vegetasi alami adalah areal yang memiliki banyak terdapat karakteristik utama dan elemen kunci ekosistem asli seperti kompleksitas, struktur dan keragaman. Perkebunan adalah lahan yang ditanami kelapa sawit dan dengan penggunaan lahan terkait seperti prasarana (misalnya, jalan), wilayah tepian tebing dan pencadangan konservasi. Hutan primer adalah Sebuah hutan dengan karakteristik utama ekosistem asli seperti kompleksitas, struktur, dan keragaman serta pohon rindang yang berlimpah, yang relatif tidak terganggu oleh aktivitas manusia. Propilaktik adalah sebuah perlakuan atau serangkaian tindakan yang digunakan untuk sebuah tindakan pencegahan Restorasi adalah mengembalikan areal yang mengalami degradasi atau telah diubah di dalam daerah perkebunan ke tingkat semi-alami. Petani adalah para petani yang menanam kelapa sawit, kadang-kadang bersamaan dengan tanaman lain sebagai mata pencaharian, yang sebagian besar pekerjanya adalah anggota keluarga dan perkebunan tersebut menjadi sumber utama mata pencaharian dan luas tanaman kelapa sawitnya biasanya di bawah 25 hektar. Petani kemitraan adalah petani kelapa sawit yang perkebunannya, termasuk infrastruktur yang diperlukan, dibangunkan oleh perusahaan mitra. Setelah tanaman menghasilkan, perkebunan diserahkan kepada petani untuk dikelola secara mandiri dan perusahaan mitra akan menampung
Halaman 37 dari 44
Dokumen Final Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Petani Kelapa Sawit Indonesia. Nov 2007
TBS yang dihasilkan kebun petani. Petani mengembalikan biaya pembangunan perkebunan melalui pemotongan hasil penjualan TBS yang diterimanya. Petani swadaya adalah petani yang membangun dan mengelola sendiri perkebunan kelapa sawitnya tanpa bantuan dari perusahaan mitra. Walaupun demikian, mereka dapat menerima bantuan teknis dari pemerintah atau petugas penyuluh lapangan. Pengambil keputusan adalah perseorangan atau kelompok yang berkepentingan dengan, atau dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan sebuah organisasi dan akibat kegiatan-kegiatan tersebut. Pengaruh yang tidak semestinya adalah tekanan dari pihak ketiga yang memiliki bentuk kekuasaan tertentu agar seseorang menandatangani kontrak atau kesepakatan lain yang, jika tanpa tekanan, tidak akan ia tandatangani. Hak pakai adalah hak untuk menggunakan sumber-sumber daya hutan yang dapat diperoleh dari masyarakat adat, kesepakatan bersama, atau diberikan oleh badan lain yang memiliki hak akses. Hak-hak ini dapat membatasi penggunaan sumber daya tertentu pada tingkat konsumsi tertentu atau teknik-teknik pemanenan tertentu.
Halaman 38 dari 44
Dokumen Final Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Petani Kelapa Sawit Indonesia. Nov 2007
1. UU No. 12 tahun 1992 tentang Sistim Budidaya Tanaman 2. UU No. 23 tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup (Pasal 5 ayat 2 dan Pasal 6 ayat 2) 3. UU No. 18 tahun 2004 tentang Perkebunan 4. UU No.1/1970 ttg Keselamatan Kerja 5. PP No.8/1981 Perlindungan Upah 6. Keputusan Bersama Menteri Pertanian dan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil No.: NO.: 73/Kpts/OT.210/2/98 tentang Pembinaan dan Pengembangan Koperasi Unit Desa di Bidang Perkebunan dengan Pola kemitraan melalui Pemanfaatan Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya 7. KepMenTan NO. : 60/Kpts/KB.510/2/98 tentang Pembinaan dan Pengendalian Pengembangan Perkebunan Inti Rakyat, dll. 1. UU No. 18 tahun 2004 tentang Perkebunan 2. PP No 24 tahun 1997 tentang pendaftaran 3. Peraturan Menteri Pertanian No. 26/Permentan/ar.140/2/2007 1. UU No. 18 tahun 2004 tentang Perkebunan 2. Peraturan Menteri/Kepala BPN No. 5 tahun 1999 tentang Pedoman Penyelesaian masalah hak ulayat 3. Peraturan Menteri Pertanian No. 26/Permentan/ar.140/2/2007 Tidak tersedia peraturan yang relevan untuk petani 1. Petunjuk Teknis Budidaya Kelapa Sawit. Direktorat Jenderal Perkebunan. Departemen Pertanian. Jakarta, 1997 dan 2006 tentang Petunjuk teknis budi daya kelapa sawit tahun 1997. 2. Standar Pengolahan Kelapa Sawit 1993 dari Ditjen Pengolahan. 1. 2. 3. 4. UU No 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman UU No. 18 tahun 2004 tentang Perkebunan PP No. 8, 2001 mengenai Pupuk budidaya tanaman . Petunjuk Teknis Budidaya Kelapa Sawit. Direktorat Jenderal Perkebunan. Departemen Pertanian. Jakarta, 1997. 5. Pedoman Teknis Pembangunan Kebun Kelapa Sawit Direktorat Jenderal Perkebunan. (akan dirilis tahun 2007)
3 4
1 1
3 4 5
1. GAP untuk kelapa sawt 1. UU 12, tahun 1992 2. UU 18, tahun 2004 1. UU No 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman
Halaman 39 dari 44
Dokumen Final Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Petani Kelapa Sawit Indonesia. Nov 2007
PRINSIP
KRITERIA
PERATURAN 2. UU No. 18 tahun 2004 tentang Perkebunan 3. PP No. 6, 1995 mengenai Perlindungan tanaman. 4. Daftar penggunaan bahan kimia pertanian (agro kimia) yang diterbitkan oleh Komisi pestisida. 5. Pengendalian hama terpadu (Ditjenbun)
1. PP No. 18, 1999 junto PP No 85 mengenai Pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun. 2. PP No. 74, 2001 mengenai Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun. 3. UU tentang K3. 4. PP No. 7, 1973 mengenai Pengawasan atas peredaran, penyimpanan, dan pengunaan pestisida. 5. SK Menteri Pertanian No. 517/Kpts/TP.270/9/2002 mengenai Pengawasan pestisida. 6. Daftar penggunaan bahan kimia pertanian (agro kimia) yang diterbitkan oleh Komisi pestisida. 1. UU No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Tidak tersedia peraturan yang relevan untuk petani Tidak tersedia peraturan yang relevan untuk petani 1. PP No.7 Tahun 1999, Daftar Tanaman dan Hewan yang Dilindungi. 1 1. UU No. 23, 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup 1 2. PP No. 18, 1999 junto PP No 85, 1999 mengenai Pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun. 2 Tidak berlaku untuk petani 1. UU No 18 tahun 2004 tentang perkebunan 2. PP No 04 tahun 2001 tentang pengendalian kerusakan dan atau pencemaran lingkungan hidup yang berkaitan dengan kebakaran hutan dan atau lahan. Tidak berlaku untuk petani 1. UU No. 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Pasal 25) 2. UU No. 23 tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup 1. UU No. 18 tahun 2004 tentang Perkebunan. 1. UU No. 18 tahun 2004 tentang Perkebunan 1. 2. 3. 4. UU UU UU UU No. No. No. No. 12 tahun 23 tahun 13 tahun 18 tahun 1992 1997 2003 2004 tentang Sistim Budidaya Tanaman tentang Lingkungan Hidup Ketenagakerjaan tentang Perkebunan
7 8 1 2 3
4 5
6 1 2 3 4
5 6 7
1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.PER-01/MEN/1999 tentang Upah Minimum Tidak berlaku untuk petani 1. Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 2. Peraturan/Ketentuan mengenai wajib belajar. 3. Keputusan Menakertrans RI No 235/MEN 2003 Tentang Jenis-Jenis Pekerjaan Yg Membahaya-kan Kesehatan Keselamatan atau Moral Anak. 4. Keputusan Menakertrans RI No 115/MEN/VII/2004 Tentang Perlindungan Bagi Anak Yg Melakukan Pekerjaan Untuk Mengembangkan Bakat & Minat.
Halaman 40 dari 44
Dokumen Final Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Petani Kelapa Sawit Indonesia. Nov 2007
PRINSIP
KRITERIA 8 9 10 11
PERATURAN UU No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Tidak tersedia peraturan yang relevan untuk petani Kep MenTan No 395 th 2005 UU No. 18 tahun 2004 tentang Perkebunan 1. UU No. 23 tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup (Pasal 5 ayat 2 dan Pasal 6 ayat 2) 2. UU No. 18 tahun 2004 tentang Perkebunan; Pasal 25 3. Menhut S.06/Menhut-VI/2006 tentang Hutan dengan Konservasi Tinggi 4. Permentan No.26/Permentan/OT.140/2/2007 1. UU Perkebunan No. 18, 2004 2. Petunjuk Teknis Budidaya Kelapa Sawit. Direktorat Jenderal Perkebunan. Departemen Pertanian. Jakarta, 1997. 3. Pedoman Teknis Pembangunan Kebun kelapa Sawit Direktorat Jenderal Perkebunan. Departemen Pertanian. Jakarta. (Akan dirilis tahun 2007) 1. UU No. 18/2004 tentang Perkebunan 2. HVCF Toolkit 1. SK tentang Kemiringan Tanah, Dalamnya Gambut, PP Dirjen Perkebunan, 2. Kepres 32 , 1990 tentang Penetapan Kawasan Lindung 3. Kep Menhutbun No. 376/Kpts-II/1998, Psl. 2, Kesesuaian lahan yang cocok untuk perkebunan budidaya kelapa sawit. 1. UU No. 23 tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup (Pasal 5 ayat 2 dan Pasal 6 ayat 2). 2. UU No. 18 tahun 2004 tentang Perkebunan; pasal 9 ayat 1 dan ayat 2. 2 1. UU No. 18 tahun 2004 tentang Perkebunan 2. Peraturan Menteri/Kepala BPN No. 5 tahun 1999 tentang Pedoman Penyelesaian masalah hak ulayat 3. Peraturan Menteri Pertanian No. 26/Permentan/ar.140/2/2007 1. UU 18/2004 tentang perkebunan 2. PP 4/2001 tentang Pengendalian Kerusakna Dan Atau Pencemaran Lingkungan Hidup Yang Berkaitan Dengan Kebakaran Hutan Dan Atau Lah an. 3. SK Mentan 357/19... Pembukaan lahan tanpa bakar 4. Peraturan terkait Kebakaran Lahan, KLH, Deptan, Dephut 1. UU No. 18, 2004 tentang Perkebunan
3 4
Halaman 41 dari 44
Dokumen Final Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Petani Kelapa Sawit Indonesia. Nov 2007
APPENDIX 4
KAMUS AMDAL ASEAN B3 BKSDA CPO GAP HCV IUP K3 KKPA LSM PHT PIR RSPO RKL/RPL SOP STF UKL/UPL Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dan Sosial (Social and Environmental Impact Assessment) Association of South East Asia Nations Bahan Beracun dan Berbahaya (hazardous waste) Balai Konservasi Sumber Daya Alam Crude Palm Oil atau minyak kelapa sawit mentah Good Agricultural Practices (Praktek Pertanian yang Baik) High Conservation Value Izin Usaha Perkebunan (Plantation Operation Licence) Kesehatan dan Keselamatan Kerja (Occupational Health and Safety) Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya Lembaga Swadaya Masyarakat (Non Governmental Organisation) Pengelolaan Hama Terpadu (Integrated Pest Management) Perkebunan Inti Rakyat Roundtable on Sustainable Palm Oil (Organisasi Minyak Sawit Berkelanjutan) Rencana Kelola Lingkungan/Rencana Pemantauan Lingkungan (Environmental Management Plan/Environmental Monitoring Plan) Standard Operating Procedures Smallholder Task Force (Gugus Tugas Petani) Upaya Kelola Lingkungan/Upaya Pemantauan Lingkungan (Environmental Management Efforts/Environmental Monitoring Efforts)
Halaman 42 dari 44
Dokumen Final Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Petani Kelapa Sawit Indonesia. Nov 2007
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
NAME / POSITION Asril Darussamin / Chairman Suhandri / Vice Chairman Norman Jiwan / Secretary Rudy Lumuru / Member Nogoseno / Member Freddy T.H. Sinurat / Member Slamet Riyadi / Member Adrian Suharto / Member Rafmen / Member Daniel Dwimiarto / Member Dwi Asmono / Member Indra Pangasian / Member Haposan Panjaitan / Member Darto / Member Dayat / Member Edi Suherman / Member Cion Alexander / Member Fransiskus T/ Member Kanisius T / Member Norsianus / Member Sempinus / Member Syahrul M / Member Yusran / Member Sutarno Kudin / Member
CONSTITUENT GROUP Environmental Interest Environmental Interest Social Interest Social Interest Producer/Nucleus Estate Producer/Nucleus Estate Producer/Nucleus Estate Enironmental Interest Social Interest Producer/Nucleus Estate Producer/Nucleus Estate Producer/Nucleus Estate Producer/Nucleus Estate Producer/Smallholder Producer/Smallholder Producer/Smallholder Producer/Smallholder Producer/Smallholder Producer/Smallholder Producer/Smallholder Producer/Smallholder Producer/Smallholder Producer/Smallholder Producer/Smallholder
INSTITUTION IPOC WWF Indonesia Sawit Watch Sawit Watch GAPKI Head of Smallholder Committee PT. Astra Agro Lestari PT. Astra Agro Lestari PT. Inti Indosawit Subur PT. Inti Indosawit Subur PT. Inti Indosawit Subur PT. Sampoerna Agro Tbk PT. Sampoerna Agro Tbk Cargill SPKS SPKs SPKS SPKS SPKS SPKS SPKS SPKS SPKS SPKS ASPEKPIR
Halaman 43 dari 44
Dokumen Final Interpretasi Nasional Prinsip & Kriteria RSPO untuk Petani Kelapa Sawit Indonesia. Nov 2007
NO 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
NAME / POSITION Yoseph Matondang / Member Sunarto / Member Rahmawati / Member Rambo / Member Purwo Susanto / Member Wiwin Effendie / Member M. Yudi Agusrin / Member Amalia Prameswari / Member Haryono / Member Murdwi Astuti / Member Sunarto / Member Galih / Member Irmia Nur Andayani / Member Etty Sulistiaty / Member Djoko Priharyanto / Member Sahat Simarmata / Member Heru / Member Deuxiemi Kusumadewi
CONSTITUENT GROUP Producer/Smallholder Producer/Smallholder Social Interest Social Interest Environmental Interest Environmental Interest Environmental Interest Environmental Interest Environmental Interest Government/Agronomist Government/Agronomist Government/Agronomist Government/Seeds Government/Seeds Government/Plant Protection Government/Plant Protection Government/Plant Protection Facilitator
INSTITUTION ASPEKPIR PT. Inti Indosawit Subur Sawit Watch Sawit Watch WWF Indonesia WWF Indonesia WWF Indonesia WWF Indonesia WWF Indonesia Ministry of Agriculture Ministry of Agriculture Ministry of Agriculture Ministry of Agriculture Ministry of Agriculture Ministry of Agriculture Ministry of Agriculture Ministry of Agriculture RILO
Halaman 44 dari 44