You are on page 1of 100

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN SKRIPSI ANALISIS ANGGARAN BIAYA PRODUKSI SEBAGAI ALAT PERENCANAAN DAN

PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) Oleh :

NAMA NIM DEPARTEMEN

: SRI LESTARI NINGSIH SIGIRO : 030503113 : AKUNTANSI S-1

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi 2008

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : ANALISIS ANGGARAN BIAYA PRODUKSI SEBAGAI ALAT PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasi atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level Program S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan jelas, benar apa adanya. Dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh universitas.

Medan, 23 Desember 2007 Yang Membuat Pernyataan

Sri Lestari Ningsih Sigiro NIM : 030503113

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

KATA PENGANTAR

Pujian dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Bapa di Surga atas rancangan-Nya yang selaalu indah dalam hidupku. Juga dalam proses pengerjaan skripsi ini, Dia yang telah memberi kesehatan, akal dan pikiran, membimbing dan memampukan penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini penuh dengan kekurangan mengingat keterbatasan kemampuan penulis dalam pengetahuan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak yang telah membaca skripsi ini. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menerima banyak bantuan,

dukungan serta semangat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan setulus hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Drs. John Tafbu Ritonga, M. Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak, selaku ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE, M. Acc, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Drs. Syamsul Lubis, Ak selaku dosen pembimbing saya yang telah memberikan waktu, tenaga dan pikirannya dalam membimbing dan mengarahkan penulis sehingga skripis ini dapat diselesaikan dengan baik. 4. Bapak Drs. Hotmal Jafar, MM, Ak dan Bapak Keulana Erwin, SE, Ak selaku dosen pembanding/penguji saya.

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

5. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan didikan selama saya menjadi mahasiswa dan juga seluruh staf pegawai di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 6. Semua pihak di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) yang telah banyak membantu dalam memberikan data dan informasi yang diperlukan selama saya melakukan penelitian, khususnya untuk staf bagian keuangan serta staf bagian administrasi dan umum. 7. Kedua orang tua saya yaitu (Alm) E. M. Sigiro dan terkhusus untuk ibu tercinta E. Damanik, yang telah berjuang keras dan rela melupakan dirinya demi memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Juga untuk keluarga besar Sigiro dan keluarga besar Damanik. 8. Buat kakakku Nurlely Sigiro, SS dan abangku Polman Freshman Sigiro, Amd yang jauh diperantauan. Terima kasih ya kak, abang, buat perhatiannya dan doa yang selalu melingkupiku. 9. Buat saudari-saaudariku di 4 Ka plus eL (KJi, Sarie, Teeny, Udunk) yang selama 4 tahun terus mensupportku dan mengisi hari-hariku dengan persahabatan yang indah. Terkhusus buat Sarie yang mengajariku banyak hal melalui cerita dan pengalaman hidupnya. I miss our togetherness sist 10. Buat adik-adik kelompokku di
5

LoG

(Ci, Etos, Kee, Pudan) yang selalu

memberiku semangat lewat senyum manis dan canda tawa mereka. Juga buat adik-adik stambuk 05 lainnya (Maya, Sonya, Aldo. Igun)

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

11. Buat semua teman-teman di Fakultas Ekonomi stambuk 2003, khususnya buat anak-anak Ak-S1 seperti Ome, Debbie, Eva, Lidia, Merda, Melda, Vera, dan terkhusus buat sahabatku Ika yang selalu mensupportku dalam doa, menguatkan dan menyemangatiku lewat cerita yang kami bagi bersama (akhirnya kita sampai di ujung jalan itu friend). Juga buat teman-teman Ak-S1 lainnya, semoga persahabatan kita terjalin selamanya dan sukses beserta kita. 12. Buat setiap pribadi yang telah memberi warna dalam hidupku. Mereka yang ambil bagian daalm proses pembelajaran hidupku dan menjadi berkat bagiku. Doa dan harapan penulis, kiranya skripsi ini bukan sekedar menjadi akhir dari sebuah proses pendidikan, tapi justru menjadi awal untuk sebuah masa depan yang gemilang. Terima kasih. Tuhan memberkati.

Medan, 23 Desember 2007 Yang Membuat Pernyataan

Sri Lestari Ningsih Sigiro NIM : 030503113

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penggunaan anggaran biaya produksi sebagai alat perencanaan dan pengendalian biaya produksi pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero). Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi manajemen perusahaan mengenai peranan anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian. Dalam skripsi ini penulis akan membandingkan antara anggaran yang telah disusun perusahaan dengan biaya produksi yang sesungguhnya terjadi serta melakukan analisa varians terhadap penyimpangan yang terjadi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan anggaran haruslah juga disertai dengan analisa varians yang lebih dalam untuk mengetahui penyebab terjadinya penyimpangan yang ada sehingga kedepannnya dapat diambil langkah yang diperlukan untuk dapat meminimalkan varian yang tidak menguntungkan. Dengan demikian fungsi anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian dapat lebih efektif dan efisien.

Kata Kunci (Key Word) :

Anggaran biaya produksi, alat perencanaan, pengendalian, biaya produksi

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

ABSTRACT

This research was performed to find out how the use of production cost budget as a planning and controlling device of cost production on PT. Perkebunan Nusantara III (Persero). This research is expected could be an input on companys management about the budget role as a planning and controlling device . In this thesis, the writer will compare between companys budget and production cost that has been realized and also analyze variances to tendency which occurred. The result of research shows that the use of budget is must be followed with deeper variances analyzing in order to find out the cause of tendency. In the future we can take the step that needed to minimize unfavorable variance. So, the function of budget as a planning and controlling device is become effective and efficient.

Key Words :

Production cost budget, planning device, controlling, production cost.

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

DAFTAR ISI Halaman PERNYATAAN ....................................................................................... i ii v

KATA PENGANTAR................................................................................. ABSTRAK ...................................................................................................

ABSTRACT ................................................................................................ vi DAFTAR ISI ....................................................................................... vii x

DAFTAR TABEL ......................................................................................

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xii DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................... B. Batasan Masalah dan Perumusan Masalah ....................... C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ........................ D. Kerangka Konseptual ........................................................ 1 5 6 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Anggaran 1. Pengertian Anggaran dan Konsep Anggaran................. 8

2. Fungsi dan Klasifikasi Anggaran ................................. 13 B. Anggaran Biaya Produksi 1. Unsur-Unsur Biaya Produksi ........................................ 16 2. Pengertian Anggaran Biaya Produksi ........................... 17

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

C. Penyusunan Anggaran Biaya Produksi 1. Proses Penyusunan Anggaran ....................................... 18 2. Penyusunan Anggaran Biaya Produksi ......................... 25 D. Anggaran Biaya Produksi sebagai Alat Perencanaan dan Pengendalian ............................................................. 39

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian .................................................................. 51 B. Jenis Data .......................................................................... 51 C. Teknik Pengumpulan Data ................................................ 51 D. Metode Analisa Data ......................................................... 52 E. Jadwal dan Lokasi Penelitian ............................................ 52

BAB IV

HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian 1. Gambaran Umum Perusahaan ...................................... 53 2. Struktur Organisasi Perusahaan ..................................... 58 3. Laporan Anggaran dan Realisasi Biaya Produksi tahun 2006 ..................................................................... 63 B. Analisis Hasil Penelitian 1. Penyusunan Anggaran Biaya Produksi pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) ...................... 65

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

2. Anggaran Biaya Produksi sebagai Alat Perencanaan dan Pengendalian Biaya Produksi pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)................................................. 68

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .......................................................................... 80 B. Saran ................................................................................... 82

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 84 LAMPIRAN

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3

Judul Perusahaan Bimasakti : Anggaran Penjualan ............... Perusahaan Bimasakti : Anggaran Produksi .................

Halaman 28 31

Perusahaan MITRA GARMENT : Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah ................................................................ 34

Tabel 2.4

PT. MITRA GARMENT : Anggaran Pembelian Bahan Mentah Kulit ............................................................... 35

Tabel 2.5

PT. MITRA GARMENT : Anggaran Persediaan Bahan Mentah Kulit Super .................................................... 36

Tabel 2.6

PT. MITRA GARMENT : Anggaran Biaya Bahan Mentah Yang Habis Dipakai .......................................... 37

Tabel 2.7

Perusahaan Abadi Karya : Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung .............................................................. 38

Tabel 2.8

Perusahaan Bimasakti : Anggaran Biaya Overhead Pabrik ............................................................................. 39

Tabel 2.9

Laporan Pertanggungjawaban masing-masing level di Perusahaan Manufaktur .................................................. 50

Tabel 4.1

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) : Jumlah Sumber Daya Manusia pada Maret 2003 ....................... 57

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

Tabel 4.2

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) : Laporan Anggaran Biaya Produksi Kelapa Sawit tahun 2006 ..... 63

Tabel 4.3

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) : Laporan Realisasi Biaya Produksi Kelapa Sawit tahun 2006 ..... 64

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar 1.1 Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3

Judul Kerangka Konseptual .................................................. Struktur Organisasi Penyusun Anggaran .................... Urutan Penyusunan Anggaran .................................. Hubungan Tingkat Penjualan, Tingkat Produksi dan Tingkat Persediaan ...............................................

Halaman 7 21 26

32

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran 1 Lampiran 2

Judul PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) : Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) : BEBAN PRODUKSI DAN BEBAN POKOK PENJUALAN KELAPA SAWIT

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan dan perkembangan perusahaan saat ini di Indonesia memperlihatkan betapa ramainya dunia usaha atau dunia bisnis di Indonesia. Persaingan perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain menjadi semakin ketat dan penuh resiko. Keadaan persaingan antar perusahaan itu belum lagi ditambah dengan faktor-faktor lain seperti inflasi, peningkatan beban pajak, kebijaksanaan-kebijaksanaan dan deregulasi-deregulasi baru dari pemerintah dan lain sebagainya. Hal-hal ini tentu menjadi pertimbangan perusahaan dalam melakukan kegiatan usahanya karena faktor-faktor tersebut ikut menentukan keberhasilan perusahaan dalam bersaing dengan perusahaan lainnya. Perusahaan-perusahaan tersebut kini saling bersaing dalam usaha

memperebutkan pasar dengan mengandalkan keunggulan-keunggulan

mereka masing-masing. Perusahaan yang tidak memiliki keunggulan biasanya akan kalah bersaing dan berakhir pada kebangkrutan. Keunggulan usaha ini dapat berupa harga produk yang lebih rendah, inovasi produk/jasa baru, dan lain sebagainya. Dalam mengandalkan harga jual produk yang lebih rendah berarti perusahaan harus dapat menciptakan harga pokok produksi yang rendah untuk produk tersebut. Namun untuk menciptakan harga pokok produksi yang lebih rendah ini tidak dapat dilakukan dengan mengurangi kualitas dari barang tersebut. Perusahaan yang dapat menjual produk dengan kualitas yang baik namun dengan harga pokok produksi yang rendah mempunyai kemungkinan yang lebih besar

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

untuk dapat bertahan dalam lingkungan persaingan di Indonesia, bahkan perusahaan itu juga memiliki kemungkinan untuk dapat mengalahkan pesaingnya dan berkembang besar. Oleh karena itu perusahaan harus dapat mengelola perusahaan sebaikbaiknya khususnya untuk bagian produksi agar proses produksinya tetap dapat berjalan berkesinambungan, efisien, efektif, dan wajar serta tetap menjaga kualitas dari produk tersebut. Untuk dapat mengelola perusahaannya dengan baik maka perusahaan perlu membuat pengendalian atas operasi untuk kegiatan yang dilakukannya. Dengan menggunakan perhitungan maka dibuatlah suatu anggaran atas target dan sumber daya yang diperlukan dimasa yang mendatang. Anggaran memiliki peranan sebagai alat perencanaan dan pengendalian serta evaluasi, karena anggaran disusun dengan mempertimbangkan pengalaman masa lalu, keadaan yang sedang terjadi sekarang ini dan peramalan yang akan datang yang dapat berorientasi jangka pendek maupun jangka panjang. Selain itu anggaran juga berperan sebagai alat peringatan dini akan adanya in-efisiensi dan in-efektivitas, dimana fungsi ini sangat besar nilainya bagi perusahaan. Pada perusahaan manufaktur biaya produksi merupakan komponen biaya terbesar. Oleh sebab itu, pengendalian yang maksimal atas biaya produksi melalui suatu anggaran merupakan pondasi penting bagi pengendalian biaya di suatu perusahaan karena kegiatan operasional perusahaan tidak pernah terlepas dari masalah penyusunan anggaran yang telah dibuat dan disepakati oleh manajer perusahaan. Hal yang seringkali timbul dimana suatu perusahaan yang baik juga

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

memiliki anggaran yang baik pula. Perusahaan yang ada seringkali membuat anggaran yang cukup besar dan dalam menentukan biaya per mata anggaran terlalu besar atau kecil. Hal ini menimbulkan suatu asumsi dimana jika anggaran yang dibuat dan dalam relisasinya masih terdapat banyak sisa maka seringkali tanggapan yang timbul adalah perusahaan itu tidak memaksimalkan anggaran yang telah disediakan. Berbeda jika ternyata dalam realisasinya anggaran yang dibuat tidak mencukupi maka asumsi yang timbul adalah kinerja perusahaan tidak efisien dan efektif. Atau bahkan yang terjadi adalah penentuan anggaran sengaja diperbesar dan pada relisasinya dibuat biasa-biasa saja dan menghasilkan jumlah yang kurang dari jumlah anggaran yang telah dianggarkan lalu manajer mengatakan bahwa telah terjadi efisiensi dan efektivitas dalam operasional perusahaan. Sedangkan yang sebenarnya terjadi adalah penyusunan anggaran yang terlalu berlebihan dan tidak memiliki dasar yang tepat. Hal-hal seperti ini yang perlu dianalisis lebih jauh karena sangat berkaitan erat dengan fungsi perencanaan dan pengendalian yang penting bagi sebuah perusahaan. Jika antara anggaran yang disusun dengan realisasinya terdapat

penyimpangan yang material, maka penyimpangan atau yang disebut varians tersebut perlu dianalisis lebih jauh. Apakah penyimpangan tersebut disebabkan oleh realisasi yang lebih kecil dari anggaran atau yang disebut penyimpangan menguntungkan (favorable variance), atau penyimpangan tersebut diakibatkan karena realisasi lebih besar dari anggaran, yang disebut penyimpangan yang tidak menguntungkan (unfavorable variance). Dan lebih dalam lagi, perlu dianalisis apa yang menyebabkan penyimpangan tersebut terjadi sehingga dapat diketahui

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

bagaimana cara untuk mengantisipasinya di masa yang akan datang dan bagaimana kaitannya dengan fungsi perencanan dan pengendalian. PT. Perkebunan Nusantara III, disingkat PTPN III (Persero), merupakan salah satu dari 14 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perkebunan yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan. Kegiatan usaha perseroan mencakup usaha budidaya dan pengolahan tanaman kelapa sawit dan karet. Produk utama perseroan adalah Minyak Sawit (CPO) dan Inti Sawit (Kernel) dan produk hilir karet. Sebagai Badan Usaha Milik Negara yang hasil produksinya sudah dikenal di pasar lokal dan internasional, maka penggunaan anggaran dalam perusahaan sangat penting untuk dianalisis untuk mengetahui apakah fungsi anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian biaya produksi sudah baik. Dari data tahun 2005, penyimpangan antara anggaran dan realisasi biaya produksi pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) adalah sebagai berikut : Anggaran Realisasi Selisih Rp 899.358.772.000 _

Rp 1.030.383.573.180

Rp 131.024.801.180 , atau 14,57%

Selisih sebesar Rp 131.024.801.180 merupakan unfavorable variance karena realisasi lebih besar dari pada anggaran. Unfavorable variance ini menandakan ada kenaikan biaya dan juga adanya ketidakefisienan berkaitan dengan biaya. Tidak maksimalnya peranan anggaran dalam makanisme pengendalian atas proses produksi serta evaluasi kinerja bulanan memiliki andil terjadinya

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

unfavorable variance. Hal ini disebabkan karakteristik perusahaan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) yang merupakan perusahaan perkebunan dimana proses produksinya sangat bergantung pada alam sehingga peranan anggaran dalam perencanaan produksi dan evaluasinya cenderung sulit untuk diterapkan. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik membahasnya lebih lanjut dalam sebuah skripsi dengan judul Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan Pengendalian Biaya Produksi pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) B. Batasan Masalah dan Perumusan Masalah Batasan Masalah. Pembahasan yang akan dilakukan dalam penelitian ini akan dibatasi pada hal-hal berikut : 1. Anggaran yang akan dianalisis hanya anggaran biaya produksi untuk tanaman kelapa sawit. 2. Data anggaran yang digunakan adalah data anggaran biaya produksi tahun 2006. Perumusan Masalah. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi perumusan masalah adalah : Bagaimanakah penggunaan anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian biaya produksi pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)?

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penggunaan anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian biaya produksi pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero). Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi penulis, dapat menerapkan ilmu yang diperoleh selama pendidikan dan sangat diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis khususnya mengenai anggaran. 2. Bagi perusahaan, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak manajemen perusahaan mengenai peranan anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian. 3. Bagi pihak lain, sebagai tambahan referensi bagi peneliti lain yang ingin meneliti bidang yang sama.

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

D. Kerangka Konseptual PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)

Biaya Produksi

Anggaran Varians

Realisasi

Perencanaan dan Pengendalian Biaya Produksi Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Sumber : Penulis, 2007

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anggaran 1. Pengertian dan Konsep Anggaran Semakin berkembang dan majunya suatu perusahaan maka akan semakin kompleks aktivitas yang dijalankan. Aktivitas pada masing-masing bagian harus direncanakan secara cermat. Salah satu bentuk rencana tersebut disusun dalam anggaran perusahaan pada periode yang akan datang. Rencana kegiatan tersebut menyangkut rencana kegiatan produksi, pemasaran, personalia dan kegiatan lain yang semuanya saling terkait dan saling mempengaruhi, sehingga perlu dan sangat penting untuk memiliki sebuah rencana yang terpadu dalam suatu anggaran. Untuk lebih memahami pengertian anggaran maka akan dikemukakan beberapa pendapat ahli tentang pengertian anggaran yaitu sebagai berikut : Menurut Garrison/Noreen (2000:402) anggaran adalah rencana rinci tentang perolehan dan penggunaan sumber daya keuangan dan sumber daya lainnya untuk suatu periode tertentu Menurut Mulyadi (2001:488) anggaran merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan ukuran yang lain, yang mencakup jangka waktu satu tahun Menurut Munandar (2001:3) anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang Dari pengertian-pengertian diatas, jelas bahwa suatu anggaran mempunyai empat unsur, yaitu : 1. Rencana, ialah suatu penentuan terlebih dahulu tentang aktivitas atau kegiatan yang akan dilakukan di waktu yang akan datang. Anggaran juga merupakan suatu rencana karena anggaran merupakan penentuan terlebih dahulu tentang kegiatan-kegiatan perusahaan di waktu yang akan datang. 2. Meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yaitu mencakup semua kegiatan yang akan dilakukan oleh semua bagian-bagian yang ada dalam perusahaan. 3. Dinyatakan dalam unit moneter, yaitu unit atau kesatuan yang dapat diterapkan pada berbagai kegiatan perusahaan yang beraneka ragam. 4. Jangka waktu tertentu yang akan datang, yang menunjukkan bahwa anggaran berlakunya untuk masa yang akan datang. Tujuan penyusunan anggaran adalah : 1. Menyatakan harapan perusahaan secara jelas dan formal, sehingga bisa memberikan arah terhadap apa yang hendak dicapai manajemen. 2. Mengkomunikasikan harapan manajemen kepada pihak-pihak terkait sehingga anggaran dimengerti, didukung dan dilaksanakan. 3. Menyediakan rencana secara terinci mengenai aktivitas dengan maksud mengurangi ketidakpastian dan memberikan pengarahan yang jelas bagi individu dan kelompok dalam upaya mencapai tujuan perusahaan.

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

4. Mengkoordinasikan

cara

yang

akan

ditempuh

dalam

rangka

memaksimalkan sumber daya. 5. Menyediakan alat pengukur dan mengendalikan kinerja individu dan kelompok, serta menyediakan informasi yang mendasari perlu-tidaknya tindakan koreksi. Manfaat penyusunan anggaran sebagai berikut : 1. Perencanaan Terpadu Anggaran perusahaan digunakan sebagai alat merumuskan rencana perusahaan dan untuk menjalankan pengendalian terhadap berbagai kegiatan perusahaan secara menyeluruh. Dengan demikian, anggaran merupakan suatu alat manajemen yang dapat digunakan baik untuk keperluan perencanaan maupun pengendalian. 2. Pedoman Pelaksanaan Perusahaan Anggaran dapat memberikan pedoman yang berguna baik bagi manajemen puncak maupun manajemen menengah. Anggaran yang disusun dengan baik akan membuat bawahan menyadari bahwa manajemen memiliki pemahaman yang baik tentang operasi perusahaan dan bawahan akan mendapatkan pedoman yang jelas dalam melaksanakan tugasnya. Disamping itu, penyusunan anggaran memungkinkan perusahaan untuk mengantisipasi perubahan dalam lingkungan dan melakukan penyesuaian sehingga kinerja perusahaan dapat lebih baik. 3. Alat Pengkoordinasian

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

Penganggaran dapat memperbaiki koordinasi kerja intern perusahaan. Sistem anggaran memberikan ilustrasi operasi perusahaan secara keseluruhan. Oleh karenanya sistem anggaran memungkinkan para manajer divisi untuk melihat hubungan antar bagian atau divisi secara keseluruhan. 4. Alat Pengawasan Kerja Anggaran mempunyai serangkaian standar prestasi yang bisa

dibandingkan dengan realisasinya sehingga pelaksanaan setiap aktivitas dapat dinilai kinerjanya. Dalam menentukan standar diperlukan

pemahaman yang realistis dan analisis yang seksama terhadap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan. Penentuan standar yang sembarangan tanpa didasari oleh pengetahuan dapat menimbulkan lebih banyak masalah daripada manfaat. Hal ini mengingat standar dalam anggaran yang ditetapkan secara sembarangan tersebut mungkin merupakan target yang mustahil untuk dicapai karena terlalu tinggi atau terlalu rendah. Standar yang ditetapkan terlalu tinggi akan menimbulkan frustasi atau

ketidakpuasan. Sebaliknya penetapan standar yang terlalu rendah akan menjadikan biaya menjadi tidak terkendalikan, menurunkan laba dan semangat kerja. 5. Alat Evaluasi Perusahaan Anggaran yang disusun baik menerapkan standar yang relevan, memberikan pedoman bagi perbaikan operasi perusahaan dalam menentukan langkah-langkah yang ditempuh agar pekerjaan diselesaikan

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

dengan baik, artinya menggunakan sumber-sumber daya perusahaan yang dianggap paling menguntungkan. Penyimpangan yang mungkin terjadi dalam operasionalnya perlu dilakukan evaluasi yang dapat menjadi masukan berharga bagi penyusunan anggaran selanjutnya. Anggaran di samping mempunyai banyak manfaat, namun anggaran juga mempunyai beberapa kelemahan antara lain : 1. Anggaran dibuat berdasarkan taksiran dan anggapan, sehingga

mengandung unsur ketidakpastian. 2. Menyusun anggaran yang cermat memerlukan waktu, uang, dan tenaga yang tidak sedikit, sehingga tidak semua perusahaan mampu menyusun anggaran secara lengkap (komprehensif) dan akurat. 3. Bagi pihak yang merasa dipaksa untuk melaksanakan anggaran dapat mengakibatkan menggerutu dan menentang, sehingga anggaran tidak akan efektif. Anggaran mempunyai kaitan yang sangat erat dengan manajemen, khususnya yang berhubungan dengan perencanaan, pengkoordinasian), dan pengawasan. Untuk lebih memahami perbandingan kegunaan anggaran dengan fungsi manajemen, penulis akan mengemukakan pendapat dari M. Munandar (2000:13) tentang fungsi manajemen: 1. Menyusun rencana untuk dijadikan pedoman kerja (planning) 2. Menyusun struktur organisasi kerja yang merupakan pembagian wewenang dan tanggung jawab kepada para personil (karyawan) perusahaan (organizing) 3. Membimbing, memberi petunjuk dan mengarahkan 4. Menciptakan koordinasi dan kerjasama yang serasi 5. Mengadakan pengawasan terhadap kerja para karyawan.

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

2. Fungsi dan Klasifikasi Anggaran a. Fungsi Anggaran Menurut Nafarin (2004:20), anggaran memiliki tiga fungsi yaitu : 1. Fungsi Perencanaan Anggaran merupakan alat perencanaan tertulis menuntut pemikiran yang teliti dan akan memberikan gambaran yang lebih nyata/jelas dalam unit dan uang. 2. Fungsi Pelaksanaan Anggaran merupakan pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan, sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan secara selaras dalam mencapai tujuan (laba). Jadi anggaran penting untuk menyelaraskan (koordinasi) setiap bagian kegiatan, seperti : bagian pemasaran, bagian umum, bagian produksi dan bagian keuangan. 3. Fungsi Pengawasan Anggaran merupakan alat pengawasan (controlling). Pengawasan berarti mengevaluasi (menilai) terhadap pelaksanaan pekerjaan, dengan cara : memperbandingkan realisasi dengan rencana (anggaran) melakukan tindakan perbaikan apabila dipandang perlu (apabila terdapat penyimpangan yang merugikan) b. Klasifikasi Anggaran Sebagai alat bantu manajemen, anggaran perusahaan akan dapat mempunyai lingkup yang luas. Seluruh kegiatan yang ada di dalam perusahaan akan terkait dengan anggaran perusahaan. Oleh karena hal tersebut maka anggaran perusahaan akan terdiri dari berbagai macam anggaran yang mempunyai kegunaan sendiri-sendiri. 1. Menurut dasar penyusunan, anggaran terdiri dari : a. Anggaran Variabel, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan interval (kisar) kapasitas (akivitas) tertentu dan pada intinya merupakan suatu seri anggaran yang dapat disesuaikan pada tingkat-tingkat aktivitas atau kegiatan yang berbeda. Misalnya : anggaran penjualan disusun berkisar antara 500 unit sampai 1000 unit. Anggaran Variabel disebut juga dengan anggaran fleksibel.

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

b. Anggaran Tetap, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan suatu tingkat kapasitas tertentu. Misalnya : penjualan direncanakan 1000 unit, dengan

demikian anggaran lainnya dibuat berdasarkan anggaran penjualan 1000 unit. Anggaran Tetap disebut juga dengan anggaran statis. 4. Menurut cara penyusunan, anggaran terdiri dari : a. Anggaran Periodik, adalah anggaran yang disusun untuk satu periode tertentu, pada umumnya periodenya satu tahun yang disusun setiap akhir periode anggaran. b. Anggaran Kontinu, adalah anggaran yang dibuat untuk mengadakan perbaikan anggaran yang pernah dibuat, misalnya: tiap bulan diadakan perbaikan, sehingga anggaran yang dibuat dalam setahun mengalami perubahan. 3. Menurut jangka waktunya, anggaran terdiri dari : a. Anggaran Jangka Pendek (Anggaran Taktis), adalah anggaran yang dibuat dengan jangka waktu paling lama sampai satu tahun. Anggaran untuk keperluan modal kerja merupakan anggaran jangka pendek. b. Anggaran Jangka Panjang (Anggaran Strategis), adalah anggaran yang dibuat dengan jangka waktu lebih dari satu tahun. Anggaran untuk keperluan investasi barang modal merupakan anggaran jangka panjang yang disebut anggaran modal. Anggaran jangka panjang tidak mesti berupa anggaran modal. Anggaran jangka panjang diperlukan sebagai dasar penyusunan anggaran jangka pendek. 4. Menurut bidangnya, anggaran terdiri dari anggaran operasional dan anggaran keuangan. Kedua anggaran ini bila dipadukan disebut anggaran induk (Master

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

Budget). Anggaran induk yang mengkonsolidasikan rencana keseluruhan perusahaan untuk jangka pendek, biasanya disusun atas dasar tahunan. Anggaran tahunan dipecah lagi menjadi anggaran triwulan dan anggaran triwulan dipecah lagi menjadi anggaran bulanan. a. Anggaran Operasional adalah anggaran untuk menyusun anggaran laporan rugi laba. Anggaran Operasional antara lain terdiri dari : Anggaran Penjualan Anggaran Biaya Pabrik ; Anggaran Biaya Bahan Baku Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung Anggaran Biaya Overhead Pabrik

Anggaran Beban Usaha Anggaran Laporan Rugi Laba

b. Anggaran Keuangan adalah anggaran untuk menyusun anggaran neraca. Anggaran keuangan antara lain terdiri dari : Anggaran Kas Anggaran Piutang Anggaran Persediaan Anggaran Utang Anggaran Neraca

5. Menurut kemampuan menyusun, anggaran terdiri dari : a. Anggaran Komprehensif, merupakan rangkaian dari berbagai macam anggaran yang disusun secara lengkap. Anggaran Komprehensif merupakan

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

perpaduan dari anggaran operasional dan anggaran keuangan yang disusun secara lengkap. b. Anggaran Partial, adalah anggaran yang disusun tidak secara lengkap, anggaran yang hanya menyusun bagian anggaran tertentu saja. Misalnya karena keterbatasan kemampuan, maka hanya dapat menyusun anggaran operaional. 6. Menurut fungsinya, anggaran terdiri dari : a. Appropriation Budget, adalah anggaran yang diperuntukkan bagi tujuan tertentu dan tidak boleh digunakan untuk manfaat lain. Misalnya : anggaran untuk penelitian dan pengembangan. b. Performance Budget, adalah anggaran yang disusun berdasarkan fungsi aktivitas yang dikeluarkan oleh masing-masing aktivitas tidak melampaui batas. B. Anggaran Biaya Produksi 1. Unsur-Unsur Biaya Produksi Menurut Hansen & Mowen (2000:38) biaya adalah kas atau ekuivalen kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan membawa keuntungan masa ini dan masa datang untuk organisasi Biaya dalam hubungannnya dengan produksi disebut biaya produksi. Biaya produksi adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan pengelolaan atau pengubahan bahan baku menjadi barang jadi yang siap untuk dijual atau dikonsumsi. Biaya produksi menurut Carter dan Usry (2004:42) biaya manufaktur juga disebut biaya produksi atau biaya pabrik, biasanya didefenisikan sebagai

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

jumlah dari tiga elemen biaya : bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik Biaya bahan baku atau disebut juga biaya bahan mentah adalah biaya yang terdiri dari semua bahan-bahan yang dikerjakan di dalam proses produksi, untuk diubah menjadi barang lain yang nantinya akan dijual. Biaya tenaga kerja langsung ialah upah yang dibayarkan perusahaan kepada para tenaga keja yang secara langsung memproses bahan baku, untuk diubah menjadi barang lain yang nantinya akan dijual. Biaya overhead pabrik ialah semua biaya yang terdapat serta terjadi di dalam lingkungan pabrik, tetapi tidak secara langsung berhubungan dengan proses produksi. 2. Pengertian Anggaran Biaya Produksi Dengan memahami ketiga unsur biaya produksi, maka akan lebih mudah untuk memahami pengertian anggaran biaya produksi. Hal ini disebabkan karena unsur biaya produksi sejalan dengan unsur anggaran biaya produksi. Anggaran biaya produksi meliputi : 1. Anggaran Biaya Bahan Mentah 2. Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung 3. Anggaran Biaya Overhead Pabrik Dari uraian diatas, jelaslah bahwa anggaran biaya produksi adalah anggaran atas biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi atau menciptakan dan menambah kegunaan suatu barang atau jasa.

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

C. Penyusunan Anggaran Biaya Produksi 1. Proses Penyusunan Anggaran Proses penyusunan anggaran atau disebut Budgeting menurut Nafarin (2004:12) adalah proses penyusunan anggaran yang dibuat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam memperoleh laba. Penyusunan anggaran pada dasarnya merupakan proses penetapan peran setiap manajer dalam melaksanakan program atau bagian dari program. Penyusunan anggaran memerlukan kerjasama para manajer dari berbagai jenjang organisasi. Dalam organisasi penyusunan anggaran, terdapat tiga pihak utama yang terkait dalam penyusunan anggaran : komite anggaran, departemen anggaran, dan para manajer pusat pertanggungjawaban. Penyusunan rancangan anggaran perusahaan dikoordinasikan dan diadministrasikan oleh dua unit organisasi : komite anggaran dan departemen anggaran. Komite Anggaran Dalam penyusunan anggaran diperlukan suatu unit organisasi ad hoc yang mengkoordinasikan berbagai jenis usulan anggaran dari berbagai pusat pertanggungjawaban untuk kemudian disusun menjadi rancangan anggaran induk atau Master Budget. Unit organisasi ini disebut dengan komite anggaran. Unit organisasi ini hanya dibentuk pada saat proses penyusunan anggaran saja. Jika proses penyusunan anggaran perusahaan telah selesai, komite anggaran menjadi tidak berfungsi dan fungsi pengendalian pelaksanaan anggaran diserahkan kepada unit organisasi perusahaan.

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

Komite anggaran terdiri dari : (1) Direktur utama, sebagai ketua merangkap anggota komite. (2) Direktur pemasaran, sebagai anggota. (3) Direktur produksi, sebagai anggota. (4) Direktur keuangan dan administrasi, sebagai anggota. (5) Manajer departemen keuangan, sebagai sekretaris komite. Tugas komite anggaran adalah : (1) Merumuskan sasaran anggaran dan kebijakan pokok perusahaan untuk tahun anggaran. (2) Menyampaikan informasi mengenai tujuan dan kebijakan pokok tersebut kepada para manajer pusat pertanggungjawaban. (3) Menelaah rancangan anggaran yang diajukan oleh para manajer pusat pertanggungjawaban. (4) Melakukan negosiasi dengan para manajer pusat pertanggungjawaban mengenai rancangan anggaran yang mereka ajukan. (5) Mengajukan rancangan anggaran perusahaan secara keseluruhan kepada dewan komisaris dan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). (6) Menelaah anggaran yang telah disetujui oleh dewan komisaris dan RUPS. (7) Melakukan negosiasi dengan para manajer di pusat pertanggungjawaban mengenai anggaran yang telah disahkan oleh RUPS. (8) Melakukan revisi anggaran, sesuai dengan kebijakan rapat umum pemegang saham.

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

Departemen Anggaran Penyusunan dan pengawasan anggaran memerlukan unit organisasi yang menangani administrasi anggaran. Fungsi ini dipegang oleh departemen anggaran dan rincian fungsinya adalah sebagai berikut : (1) Menerbitkan prosedur dan formulir untuk penyiapan rancangan anggaran setiap pusat pertanggungjawaban dalam perusahaan. (2) Mengkoordinasi dan menerbitkan asumsi-asumsi yang dipakai sebagai dasar penyusunan rancangan anggaran perusahaan. (3) Membantu setiap manajer pusat pertanggungjawaban dalam menyusun rancangan anggaran pusat pertanggungjawaban. (4) Mengolah rancangan anggaran pusat pertanggungjawaban menjadi rancangan anggaran induk (5) Menganalisis rancangan anggaran dan memberikan rekomendasi kepada komite anggaran. (6) Menganalisis realisasi anggaran, menafsirkan hasil-hasilnya dan membuat laporan ringkas mengenai hasil analisisnya tersebut kepada direksi. (7) Mengadministrasikan perusahaan. proses perubahan dan penyesuaian anggaran

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

Rapat Umum Pemegang Saham Dewan Komisaris

Pengusulan Komite Anggaran

Pengesahan Review dan Persetujun

Departemen Anggaran

Top down Approach Penetapan kebijaksanaan

Bottom up approach Mengajukan usulan rancangan anggaran Negosiasi usulan rancangan

pokok perusahaan anggaran Kompilasi & Analisis Para Kepala Divisi dan Departemen Penyusun Anggaran

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Penyusun Anggaran Sumber : Mulyadi, (2000:503)

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

Proses penyusunan anggaran induk perusahaan dilaksanakan melalui tahap-tahap berikut ini : 1. Komite anggaran menyusun pedoman anggaran (budget guideline) yang berisi kebijakan pokok perusahaan dalam bidang pemasaran, produksi, sumber daya manusia, keuangan, dan umum. Kebijakan pokok ini dikomunikasikan kepada manajer departemen sebagai dasar untuk mengajukan rancangan anggaran biaya pusat pertanggungjawaban. 2. Penyusunan rancangan anggaran penjualan oleh departemen pemasaran, berdasarkan kebijakan pokok perusahaan dan prakiraan penjualan jangka pendek. 3. Penyusunan rancangan anggaran biaya per pusat pertanggungjawaban berdasarkan kebijakan pokok perusahaan dan rancangan anggaran penjualan oleh para manajer pusat pertanggungjawaban. Pusat-pusat

pertanggungjawaban dibagi menjadi tiga kelompok : a. Pusat pertanggungjawaban produksi yang terdiri dari departemendepartemen dibawah fungsi produksi. Misalnya departemen produksi dan departemen pembantu produksi. b. Pusat pertanggungjawaban pemasaran yang terdiri dari departemendepartemen di bawah fungsi pemasaran. Misalnya departemen penjualan, departemen promosi, departemen layanan purna jual, departemen transportasi pemasaran. c. Pusat pertanggungjawaban administrasi dan umum yang terdiri dari departemen-departemen dibawah fungsi keuangan, akuntansi, dan umum.

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

Seperti departemen keuangan, departemen akuntansi, departemen sumber daya manusia, departemen keamanan, departemen hubungan masyarakat, departemen audit intern. Pusat pertanggungjawaban produksi akan menghasilkan rancangan anggaran biaya produksi yang dilampiri dengan rancangan anggaran biaya berbagai pusat pertanggungjawaban di bawah fungsi produksi. Pusat pertanggungjawaban pemasaran akan menghasilkan rancangan anggaran biaya pemasaran yang dilampiri dengan rancangan anggaran biaya berbagai pusat pertanggungjawaban di bawah fungsi pemasaran. Pusat pertanggungjawaban administrasi dan umum akan menghasilkan

rancangan anggaran biaya administrasi dan umum yang dilampiri dengan rancangan anggaran biaya berbagai pusat pertanggungjawaban di bawah fungsi administrasi dan umum. 4. Penyusunan rancangan anggaran sediaan produk jadi oleh departemen produksi. 5. Penyusunan rancangan anggaran biaya penjualan oleh departemen anggaran berdasarkan rancangan anggaran biaya produksi, rancangan anggaran persediaan produk jadi, dan rancangan anggaran penjualan. 6. Penyusunan rancangan laporan laba rugi proyeksian berdasarkan rancangan anggaran penjualan, rancangan anggaran biaya penjualan, dan rancangan anggaran biaya pemasaran, rancangan anggaran biaya administrasi dan umum. 7. Penyusunan rancangan anggara modal berdasarkan prakiraan penjualan jangka panjang.

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

8. Penyusunan rancangan anggaran kas berdasarkan rancangan anggaran penjualan, rancangan biaya per pusat pertanggungjawaban, dan rancangan anggaran modal. 9. Penyusunan rancangan neraca yang diproyeksikan berdasarkan rancangan anggaran kas dan berbagai asumsi yang lain. 10. Penyusunan rancangan anggaran modal kerja. 11. Penelaahan rancangan anggaran biaya pusat pertanggungjawaban oleh komite anggaran. 12. Negosiasi rancangan anggaran biaya pusat pertanggungjawaban antara para manajer pusat pertanggungjawaban dengan komite anggaran. 13. Persetujuan rancangan anggaran biaya pusat pertanggungjawaban oleh komite anggaran. 14. Penyesuaian rancangan anggaran induk oleh departemen anggaran sebagai akibat dari hasil proses negosiasi antara para manajer pusat

pertanggungjawaban dengan komite anggaran. 15. Pengajuan rancangan anggaran induk oleh komite anggaran kepada Dewan Komisaris dan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). 16. Penelaahan rancangan anggaran induk oleh Dewan Komisaris dan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). 17. Pengesahan rancangan anggaran induk menjadi anggaran induk perusahaan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

2. Penyusunan Anggaran Biaya Produksi Dalam menyusun anggaran perusahaan dapat melakukannnya dengan dua cara yakni, secara sebagian demi sebagian (partial) dan secara keseluruhan (comprehensive). Karena itu dikenal Comprehensive Budget. Comprehensive Budget atau Anggaran Komprehensif menurut Adisaputro dan Asri (2003:55) yakni penyusunan rencana perusahaan (business budget) secara keseluruhan Anggaran komprehensif secara umum terdiri dari anggaran operasi dan anggaran keuangan. Anggaran operasional terdiri dari anggaran penjualan, anggaran produksi, anggaran biaya produksi dan anggaran laba rugi. Sedangkan anggaran keuangan terdiri dari anggaran neraca, anggaran kas, anggaran piutang, anggaran hutang dan anggaran modal. Penyusunan anggaran biaya produksi biasanya dimulai dengan anggaran penjualan. Hal ini menjadi dasar perencanaan berkala dalam perusahaan, karena praktis semua perencanaan lainnya disusun berdasarkan anggaran ini, kemudian penyusunan anggaran selanjutnya adalah anggaran produksi karena rencana penjualan yang telah disusun harus direalisasikan dengan memproduksi barang yang telah dianggarkan. Setelah penyusunan angaran produksi, langkah selanjutnya adalah penyusunan anggaran biaya produksi yang bertitik tolak dari anggaran penjualan dan anggaran produksi. Secara umum penyusunan anggaran mulai dari anggaran penjualan sampai ke anggaran biaya produksi dapat digambarkan sebagai berikut :

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

Dasar penjualan pada tahun-tahun yang lalu dan data lain yang relevan untuk penjualan

Peramalan penjualan produk/jasa perusahaan

Budget penjualan produk perusahaan Budget produksi Budget bahan baku Budget tenaga kerja Budget h d Budget biaya administrasi dan umum Proyeksi laporan rugi-laba perusaha an

Neraca perusahaan tahun terakhir Gambar 2.2 Urutan penyusunan anggaran Sumber : Ahyari, (2002:22)

Proyeksi Neraca

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

Anggaran Penjualan Menurut Adisaputro dan Anggarini, (2007:66) Anggaran penjualan menggambarkan tingkat pendapatan (revenue) yang bakal diterima sebagai akibat dilakukannnya penjualan-penjualan di masa yang akan datang. Anggaran penjualan akan menjadi dasar untuk penyusunan anggarananggaran lainnya. Atau dengan kata lain anggaran-anggaran lainnnya disusun dengan terlebih dahulu memperhatikan rencana kegiatan penjualan. Dalam menyusun anggaran penjualan, langkah yang perlu dilakukan meliputi : 1. Penentuan dasar-dasar anggaran a. Penentuan relevant variable yang mempengaruhi penjualan b. Penentuan tujuan umum dan khusus yang diinginkan c. Penentuan strategi pemasaran yang dipakai 2. Penyusunan rencana penjualan a. Analisa ekonomi b. Melakukan analisa industri c. Melakukan analisa prestasi penjualan yang lalu d. Analisa penentuan prestasi penjualan yang akan datang e. Menyusun forecast penjualan f. Menentukan jumlah penjualan yang dianggarkan (budgeted sales) g. Menghitung rugi atau laba yang mungkin diperoleh (budgeted profit) h. Mengkomunikasikan rencana penjualan yang telah disetujui pada pihak lain yang berkepentingan

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

Contoh : Tabel 2.1 Perusahaan Bima Sakti Anggaran Penjualan TOTAL Unit BMS-001 7000 Jumlah Rp 7,600,000 7,600,000 5,900,000 8,900,000 14,400,000 44,400,000 Unit 1000 2000 3000 2000 4000 WILAYAH PEMASARAN I @ 1,000 1,200 1,500 1,900 2,100 Jumlah 1,000,000 2,400,000 4,500,000 3,800,000 8,400,000 20,100,000 WILAYAH PEMASARAN II Unit 6000 4000 1000 3000 3000 @ 1,100 1,300 1,400 1,700 2,000 Jumlah Rp 6,600,000 5,200,000 1,400,000 5,100,000 6,000,000 24,300,000

PRODUK

BMA-101 6000 BMA-050 4000 BMI-330 BMI-550 Jumlah 5000 7000

Sumber : Ahyari, 2005. hal. 51

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

Anggaran Produksi Setelah anggaran penjualan selesai disusun, langkah selanjutnya adalah penyusunan anggaran produksi. Anggaran produksi dalam arti yang luas berupa penjabaran dari rencana penjualan menjadi rencana produksi. Dengan demikian kegiatan produksi bukan merupakan aktivitas yang berdiri sendiri melainkan aktivitas penunjang dari rencana penjualan. Menurut Adisaputro dan Asri (2003:181) anggaran produksi dalam arti sempit juga disebut Anggaran Jumlah yang Harus Diproduksi yakni suatu perencanaan tingkat atau volume barang yang harus diproduksi oleh perusahaan agar sesuai dengan volume atau tingkat penjualan yang telah direncanakan. Anggaran produksi merupakan alat untuk merencanakan, mengkoordinir kegiatan-kegiatan produksi dan mengontrol kegiatan-kegiatan tersebut. Tujuan disusunnya anggaran ini antara lain : Menunjang kegiatan penjualan, sehingga barang dapat disediakan sesuai dengan yang telah direcanakan Menjaga tingkat persediaan yang memadai. Artinya tingkat persediaan yang tidak terlalu besar, tidak pula terlalu kecil. Prinsip manajemen produksi menyatakan bahwa tingkat persediaan yang terlalu besar mengakibatkan meningkatnya biaya-biaya dan resiko-resiko yang menjadi beban perusahaan. Sebaliknya tingkat persediaan yang terlalu kecil mengakibatkan banyaknya gangguan. Kekurangan persediaan bahan mentah mendatangkan gangguan pada proses produksi, sedangkan kekurangan persediaan barang jadi mengakibatkan

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

banyaknya langganan yang kecewa dan hilangnya peluang memperoleh keuntungan. Mengatur produksi sedemikian rupa sehingga biaya-biaya produksi barang yang dihasilkan akan seminimal mungkin. Besar kecilnya anggaran produksi akan tergantung pada : 1. Anggaran Penjualan Penjualan yang berfluktuasi akan menentukan apakah produksinya juga fluktuasi atau konstan atau moderat. 2. Tingkat Persediaan a. Persediaan awal, persediaan awal suatu periode merupakan

persediaan akhir pada periode sebelumnya. b. Persediaan akhir, persediaan ini merupakan prediksi persediaan pada akhir periode yang akan datang. Besarnya anggaran produksi diperhitungkan sebagai berikut : Tingkat penjualan (dari anggaran penjualan) Tingkat persediaan akhir Jumlah Tingkat persediaan awal Anggaran produksi xx xx xx xx xx _ +

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

Contoh :

Tabel 2.2
Perusahaan Bimasakti Anggaran Produksi No. 1 2 3 4 5 Produk BMS-001 BMA-010 BMA-050 BMI-330 BMI-550 Penjualan 7000 6000 4000 5000 7000 Perubahan Persediaan 1,000 -1,000 1,000 0 1,000 Produksi 8000 5000 5000 5000 8000

Sumber : Ahyari, 2002. hal. 54.

Anggaran produksi merupakan dasar atau basis untuk penyusunan anggaran-anggaran lain seperti anggaran bahan mentah, anggaran tenaga kerja langsung dan anggaran biaya overhead pabrik. Sehingga hubungan antara tingkat penjualan, tingkat produksi dan tingkat persediaan dapat digambarkan seperti berikut :

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

Rencana Produksi Rencana Penjualan Perubahan Persediaan Produk Jadi Rencana Produksi Dasar untuk

Anggaran Bahan Langsung

Anggaran Tenaga Kerja Langsung

Anggaran Biaya Overhead Manufaktur

Gambar 2.3 Hubungan tingkat penjualan, tingkat produksi dan tingkat persediaan Sumber : Glenn A. Welsch, (2000:180)

Anggaran Biaya Produksi Setelah anggaran biaya produksi tersusun, langkah berikutnya adalah menyusun anggaran biaya produksi, yang terdiri dari : 1. Anggaran Biaya Bahan Mentah 2. Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung 3. Anggaran Biaya Overhead Pabrik

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

1. Anggaran Biaya Bahan Mentah Menurut Munandar (2001:27 ) anggaran biaya bahan mentah ialah semua anggaran yang berhubungan dan merencanakan secara lebih terperinci tentang penggunaan bahan mentah untuk proses produksi selama periode yang akan datang. Menurut Adisaputro dan Asri (2003:213) anggaran bahan mentah hanya merencanakan kebutuhan dan penggunaan bahan mentah langsung. Bahan mentah tak langsung akan direncanakan dalam anggaran biaya overhead pabrik. Secara ringkas tujuan penyusunan anggaran bahan mentah adalah : Memperkirakan jumlah kebutuhan bahan mentah Memperkirakan jumlah pembelian bahan mentah yang diperlukan Sabagai dasar untuk memperkirakan kebutuhan dana yang diperlukan untuk melaksanakan pembelian bahan mentah. Sebagai dasar penyusunan product costing, yakni memperkirakan komponen harga pokok pabrik karena penggunaan bahan mentah dalam proses produksi. Sebagai dasar melaksanakan fungsi pengawasan bahan mentah. Anggaran biaya bahan mentah terdiri dari : 1. Anggaran Pembelian Bahan Mentah 2. Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah 3. Anggaran Persediaan Bahan Mentah 4. Anggaran Biaya Bahan Mentah yang Habis digunakan dalam Produksi

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

Ketiga anggaran tersebut harus dibuat

(disusun) berurutan, sebab

anggaran yang lebih awal harus disusun, akan dipergunakan untuk menyusun anggaran yang lebih akhir. 1. Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah Anggaran ini disusun sebagai perencanaan jumlah bahan mentah yang dibutuhkan untuk keperluan produksi pada periode mendatang. Menurut

Adisaputro dan Asri (2003:215) anggaran kebutuhan bahan mentah disusun untuk merencanakan jumlah fisik bahan mentah langsung yang diperlukan, bukan nilainya dalam rupiah. Contoh : Tabel 2.3 Perusahaan MITRA GARMENT Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah Tahun 200X Kain Motif Kain Polos Produksi SUR Kebutuhan Produksi SUR Kebutuhan 120 unit 180 unit 150 unit 150 unit 600 unit 160 unit 270 unit 225 unit 225 unit 900 unit 2 m/u 240 m 2 m/u 360 m 2 m/u 300 m 2 m/u 300 m 1200 m 1 m/u 1 m/u 1 m/u 1 m/u 160 m 270 m 225 m 225 m 900 m 2100 m 120 unit 180 unit 150 unit 150 unit 600 unit 160 unit 270 unit 225 unit 225 unit 900 unit 3 m/u 3 m/u 3 m/u 3 m/u 360 m 540 m 450 m 450 m 1800 m 360 m 540 m 450 m 450 m 1800 m 3600 m

Keterangan Jas Triwulan 1 Triwulan 2 Triwulan 3 Triwulan 4 Total Kemeja Triwulan 1 Triwulan 2 Triwulan 3 Triwulan 4 Total Jumlah

2 m/u 2 m/u 2 m/u 2 m/u

Sumber : Adisaputro dan Anggarini, (2007:186)

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

2. Anggaran Pembelian Bahan Mentah Menurut Adisaputro dan Asri (2003:220) anggaran pembelian bahan mentah berisi rencana kuantitas bahan mentah yang harus dibeli oleh perusahaan dalam periode waktu mendatang. Bahan mentah yang harus dibeli diperhitungkan dengan

mempertimbangkan faktor-faktor persediaan dan kebutuhan bahan mentah. Contoh : Tabel 2.4 PT. MITRA GARMENT Anggaran Pembelian Bahan Mentah "Kulit" Periode 200X Kebutuhan Persed Kebutuhan Persed Pembelian Bahan akhir sementara awal Unit Harga Jumlah (m) (Rp/m) Rp Mentah (m) (m) (m) (m) Triwulan 1 10000 1500 11500 2000 9500 50,000 475,000,000 Triwulan 2 13000 3000 16000 1500 14500 50,000 725,000,000 Triwulan 3 10000 5000 15000 3000 12000 50,000 600,000,000 Triwulan 4 12000 4000 16000 5000 11000 50,000 550,000,000 Total 45000 58500 47000 2,350,000,000 Periode Sumber : Adisaputro dan Anggarini, (2007:188) 3. Anggaran Persediaan Bahan Mentah Jumlah bahan mentah yang dibeli tidak harus sama dengan jumlah bahan mentah yang dibutuhkan, karena adanya faktor persediaan. Menurut Adisaputro dan Asri (2003:214) anggaran ini merupakan suatu perencanaan yang terperinci atas kuantitas bahan mentah yang disimpan sebagai persediaan.

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

Contoh :

Tabel 2.5
PT. MITRA GARMENT Anggaran Persediaan Bahan Mentah "Kulit Super" Tahun 200X Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Nopember Desember Jumlah (m) Harga (Rp/m) Jumlah (Rp/m) 1500 Rp 60,000 Rp 90,000,000 2000 Rp 60,000 Rp 120,000,000 2000 Rp 60,000 Rp 120,000,000 1800 Rp 60,000 Rp 108,000,000 2000 Rp 60,000 Rp 120,000,000 2000 Rp 60,000 Rp 120,000,000 2000 Rp 60,000 Rp 120,000,000 2000 Rp 60,000 Rp 120,000,000 2000 Rp 60,000 Rp 120,000,000 2000 Rp 60,000 Rp 120,000,000 2000 Rp Rp 60,000 Rp 60,000 Rp 120,000,000 60,000,000

Persediaan Akhir 1000

Sumber : Adisaputro dan Anggarini, (2007:197)

4. Anggaran Biaya Bahan Mentah yang Habis Digunakan dalam Produksi Sebagian bahan mentah disimpan sebagai persediaan, dan sebagian dipergunakan dalam proses produksi. Menurut Adisaputro dan Asri (2003:214) anggaran ini merencanakan nilai bahan mentah yang digunakan dalam satuan uang

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

Contoh : Tabel 2.6 PT. MITRA GARMENT Anggaran Biaya Bahan Mentah Yang Habis Dipakai Tahun 200X Kebutuhan Harga Bahan Biaya Bahan Bahan Mentah (m) Mentah/unit (Rp/m) Mentah (Rp) Januari 500 m Rp 100,000 Rp 50,000,000 Februari 500 m Rp 100,000 Rp 50,000,000 Maret 800 m Rp 100,000 Rp 80,000,000 Triwulan II 1800 m Rp 100,000 Rp 180,000,000 Triwulan III 2200 m Rp 100,000 Rp 220,000,000 Triwulan IV 2000 m Rp 100,000 Rp 200,000,000 Total 7800 m Rp 780,000,000 Periode Sumber : Adisaputro dan Anggarini, (2007:198)

5. Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung Menurut Munandar (2001:145) : Anggaran biaya tenaga kerja langsung adalah anggaran yang merencanakan secara lebih terperinci tentang upah yang akan dibayarkan kepada para tenaga kerja langsung selama periode yang akan datang, yang didalamnya meliputi rencana tentang jumlah waktu yang diperlukan oleh para tenaga kerja langsung untuk menyelesaikan unit yang akan diproduksi, tarif upah yang akan dibayarkan kepada para tenaga kerja langsung serta waktu (kapan) para tenaga kerja langsung tersebut menjalankan kegiatan proses produksi, yang masing-masing dikaitkan dengan jenis barang jadi (produk) yang akan dihasilkan, serta tempat (departemen) dimana para kerja langsung tersebut akan bekerja Anggaran tenaga kerja, seperti halnya anggaran bahan mentah hanya merencanakan unsur tenaga kerja langsung.

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

Contoh : Tabel 2.7 Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung Perusahaan ABADI KARYA Tahun 20X6 Produk A Produk B Departemen JKL Upah/Jam Biaya TKL JKL Upah/Jam Biaya TKL (DLH) (Rp/DLH) (Rp) (DLH) (Rp/DLH) (Rp) Proses I Triwulan 1 3500 2000 7,000,000 7000 2500 17,500,000 Triwulan 2 4000 2000 8,000,000 8000 2500 20,000,000 Triwulan 3 4200 2000 8,400,000 8400 2500 21,000,000 Triwulan 4 4500 2000 9,000,000 9000 2500 22,500,000 Jumlah 16200 32,400,000 32400 81,000,000 Proses II Triwulan 1 Triwulan 2 Triwulan 3 Triwulan 4 Jumlah

7000 8000 8400 9000 32400

3000 3000 3000 3000

21,000,000 5250 24,000,000 6000 25,200,000 6300 27,000,000 6750 97,200,000 24300

3500 3500 3500 3500

18,375,000 21,000,000 22,050,000 23,625,000 85,050,000

Sumber : Adisaputro dan Angggarini, (2007:223)

6. Anggaran Biaya Overhead Pabrik Menurut Adisaputro dan Asri (2003:66) Anggaran biaya overhead pabrik yakni anggaran semua jenis biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk, selain biaya materi dan biaya tenaga kerja langsung. Anggaran biaya overhead pabrik adalah anggaran yang merencanakan secara lebih terperinci tentang biaya overhead pabrik selama periode yang akan datang.

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

Contoh : Tabel 2.8 Perusahaan Bimasakti Anggaran Biaya Overhead Pabrik Nomor 1 2 3 4 5 6 7 Keterangan Gaji Pengawas Upah Tenaga Kerja Langsung Biaya Administrasi Pabrik Perlengkapan Reparasi dan Pemeliharaan Penyusutan Listrik Jumlah Rp600,000.00 120,000.00 250,000.00 140,000.00 170,000.00 120,000.00 230,000.00 80,000.00 1,710,000.00

8 Lain-lain JUMLAH Sumber : Ahyari, (2002:60)

D. Anggaran Biaya Produksi sebagai Alat Perencanaan dan Pengendalian Anggaran Biaya Produksi sebagai Alat Perencanaan Salah satu fungsi dari manajemen adalah perencanaan. Perencanaan merupakan tindakan yang dibuat berdasarkan fakta dan asumsi mengenai gambaran kegiatan yang dilakukan pada waktu yang akan datang dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Seperti yang dikemukakan Ahyari (2002:6) perencanaan berarti penentuan (sekarang) tentang segala sesuatu yang akan dilaksanakan pada waktu yang akan datang

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

Perencanaan berarti menentukan sebelumnya kegiatan yang mungkin dapat dilakukan dan bagaimana cara melakukannya. Menurut Kholmi dan Yuningsih (2004:2) Perencanaan meliputi mendefenisikan tujuan organisasi, menetapkan suatu strategi keseluruhan untuk mencapai tujuan ini, dan mengembangkan suatu hirarki rencana yang menyeluruh untuk memadukan dan mengkoordinasi kegiatan-kegiatan dengn kata lain perencanaan mengacu pada pembentukan program operasi yang terperinci untuk semua fase operasi.

Perencanaan merupakan upaya tindakan berhati-hati sebelum melakukan sesuatu agar apa yang dilakukan dapat berhasil dengan baik. Tujuan utama perencanaan adalah untuk memberikan proses umpan maju agar dapat memberikan petunjuk kepada setiap manajer dalam pengambilan keputusan operasional sehari-hari. Anggaran merupakan alat perencanaan tertulis yang menuntut pemikiran yang teliti dan akan memberikan gambaran yang lebih nyata/jelas dalam unit dan uang. Dengan mempergunakan anggaran, perusahaan akan dapat menyusun perencanaan seluruh kegiatan secara terpadu. Hal ini dimungkinkan karena dengan mempergunakan anggaran berarti seluruh kegiatan dalam perusahaan akan disentuh oleh anggaran. Tidak ada satupun kegiatan yang dilakukan dalam perusahaan yang terlepas dari anggaran, karena seluruh kegiatan yang dilaksanakan akan memerlukan biaya. Dengan demikian maka anggaran merupakan pencerminan seluruh kegiatan perusahaan, sehingga penyusunan anggaran merupakan penyusunan seluruh rencana kegiatan dalam perusahaan secara terpadu.

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

Dalam kaitannya dengan biaya produksi maka ada tiga komponen biaya yang perlu direncanakan dalam anggaran, yaitu : 1. Perencanaan Biaya Bahan Mentah Perencanaan bahan dipengaruhi oleh sifat kegiatan produksi perusahaan, apakah kegiatan produksi tergantung pada datangnya pesanan dari langganan atau kegiatan produksi bersifat proses. Perencanaan bahan mentah meliputi semua anggaran yang berhubungan dan merencanakan secara lebih terperinci mengenai penggunaan bahan mentah ataupun suku cadang untuk proses produksi selama periode yang akan datang, antara lain (1) Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah, (2) Anggaran Pembelian Bahan Mentah, (3) Anggaran Persediaan Bahan Mentah, dan (4) Anggaran Biaya Bahan Mentah Yang Digunakan Untuk Produksi. 2. Perencanaan Tenaga Kerja Langsung Perencanaan biaya tenaga kerja mencakup masalah-masalah utama dan rumit, mencakup (1) kebutuhan personel, (2) penerimaan tenaga kerja, (3) pelatihan, (4) pengukuran kinerja, (5) uraian tugas dan penilaian, (6) negosiasi dengan serikat kerja, dan (7) administrasi upah dan gaji. Untuk rencana tahunan, anggaran tenaga kerja langsung harus dibuat menurut pusat tanggung jawab, periode interim, dan produk. Anggaran biaya tenaga kerja ini disusun oleh bagian perencanaan dan bagian akuntansi biaya. 3. Perencanaan Biaya Overhead Pabrik Untuk merencanakan besarnya dana yang harus dianggarkan untuk anggaran biaya overhead pabrik, terdapat dua masalah pokok yang perlu perhatian khusus,

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

yakni : (1) Penanggung jawab perencanaan biaya; setiap pusat tanggung jawab memiliki tanggung jawab dan sumber daya masing-masing. (2) Berdasarkan prilaku biaya dan wewenang pengganggaran, maka BOP terbagi menjadi BOP tetap, variabel dan semi variabel. Selain itu menurut Adisaputro dan Anggarini (2007:234) perencanaan biaya seharusnya lebih terfokus pada penggunaan sumber daya yang terbatas secara lebih baik, bukan sekedar pengurangan biaya. Anggaran Biaya Produksi sebagai Alat Pengendalian Disamping sebagai alat perencanaan, anggaran juga mempunyai fungsi sebagai alat pengawasan pelaksanaan kegiatan perusahaan. Jika perusahaan sedang menyelesaikan suatu kegiatan, maka manajemen perusahaan akan dapat membandingkan pelaksanaan kegiatan tersebut dengan anggaran yang telah ditetapkan dalam perusahaan. Hal ini juga dikemukakan oleh Kholmi dan Yuningsih (2004:3) pengendalian merupakan usaha sistematis perusahaan untuk mencapai tujuan dengan cara membandingkan prestasi kerja yang sebenarnya dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya, serta tindakan yang tepat untuk mengoreksi perbedaan yang berarti. Dalam hal ini anggaran dipergunakan sebagai alat pengendalian kegiatan yang sedang dilaksanakan dalam perusahaan. Pengendalian dalam arti yang umum berarti meliputi langkah-langkah yang harus disiapkan dan ditempuh, supaya yang direncanakan dapat tercapai, direalisasikan, atau agar hasil yang diinginkan sesuai dengan hasil yang dicapai. Seperti juga yang dikemukakan oleh Nasehatun (1999:22) Pengendalian (controlling) merupakan proses yang digunakan oleh manajemen untuk memastikan organisasi melaksanakan strateginya secara efektif dan efisien. Dapat pula dikatakan tindakan pengendalian, pengarahan

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

dan pengawasan yang dijalankan agar setiap kegiatan berjalan sesuai rencana untuk mencapai hasil/sasaran yang ditetapkan.

Sedangkan pengendalian biaya menurut Nasehatun (1999:214) adalah serangkaian langkah-langkah mulai dari penyusunan satu rencana biaya sampai kepada tindakan yang perlu dilakukan jika terdapat perbedaan ditetapkan (rencana) dengan yang sesungguhnya (realisasi) Pada dasarnya pengendalian biaya dapat dibagi dalam empat langkah, sebagai berikut : 1. Mencari dasar-dasar dan menetapkan standar untuk biaya 2. Membandingkan antara biaya standar dan biaya yang sesungguhnya 3. Mencari dan menentukan bagian organisasi perusahaan ataupun di luarnya yang bertanggung jawab atas adanya penyimpangan 4. Melakukan tindakan untuk mengurangi atau mengakhiri penyimpangan Pengendalian biaya adalah suatu proses yang meliputi seluruh tingkat dan seluruh kegiatan satu perusahaan. Oleh sebab itu, pengendalian biaya harus merupakan rencana yang didukung oleh seluruh anggota dari perusahaan itu. Di tengah-tengah tingkatan satu organisasi, tugas pengendalian dilakukan oleh setiap pimpinan tingkat atau bagian dari organisasi itu. Yang diperlukan dalam pengendalian biaya adalah : 1. Tempat pertanggungjawaban organisasi pada pembukuan. Pengendalian biaya merupakan adanya suatu sistem pembukuan yang menggunakan tempat-tempat pertanggungjawaban (rensponsibility accounting), yaitu satu unit organisasi yang ditugaskan untuk pelaksanaan kegiatan tertentu yang sudah

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

atau sekelompok kegiatan yang dipimpin oleh seorang kapala yang bertanggung jawab atas kegiatan itu. 2. Penggunaan biaya standar Biaya Standar menurut Nasehatun (1999:216) adalah biaya yang ditetapkan lebih dahulu setelah mempertimbangkan semua faktor yang menentukan dan setelah mengadakan penilaian atas hal-hal yang mungkin menyebabkan perubahan baik dalam jumlah maupun harga dari bahan-bahan, tenaga kerja dan jasa-jasa lain yang diperlukan. Sedangkan menurut Glenn, Hilton dan Gordon (2000:532) Standard cost adalah biaya yang diperkirakan atau ditentukan terlebih dulu untuk bahan, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik dalam keadaan tertentu. Biaya standar digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan dalam perkembangannnya tujuan lain penggunaannya juga untuk pengendalian biaya. 3. Analisa penyimpangan dan tindakan perbaikan Yang dimaksud dengan penyimpangan menurut Nasehatun (1999:219) adalah perbedaan antara biaya standar dan biaya yang sesungguhnya, bisa positif ataupun negatif. Jika terjadi penyimpangan, perlu terlebih dahulu diketahui apakah penyimpangan itu masih dalam batas-batas yang diperbolehkan atau sudah melampaui. Kalau penyimpangan itu melampaui batas diperbolehkan, perlu dicari sebabnya dan diikuti dengan tindakan perbaikan, yang tercakup dalam proses analisa penyimpangan atau disebut juga analisa varians.

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

Menurut Glenn, Hilton dan Gordon (2000:498) analisa varians mencakup analisis matematis dari dua perangkat data untuk mendapatkan pendalaman penyebab terjadinya suatu penyimpangan/varians. Salah satu jumlah

diperlakukan sebagai dasar, standar, atau titik pedoman. Analisa varians mempunyai aplikasi yang luas dalam pelaporan keuangan. Sering diaplikasikan dalam situasi sebagai berikut : Penyelidikan varians antara hasil aktual dari periode yang berlaku dan hasil aktual dari periode sebelumnya. Periode sebelumnya dianggap sebagai dasar. Penyelidikan varians antara hasil aktual dan biaya standar. Biaya standar digunakan sebagai dasar. Penyelidikan varians antara hasil aktual dan sasaran yang direncanakan atau dianggarkan yang tercermin dalam rencana laba. Sasaran yang direncanakan atau dianggarkan digunakan sebagi dasar. Analisa penyimpangan ini nantinya akan menghasilkan dua varians atau penyimpangan yaitu : 1. Penyimpangan yang menguntungkan (favorable variance), yaitu apabila realisasi lebih kecil dari anggaran. 2. Penyimpangan yang tidak menguntungkn (unfavorable variance), yaitu apabila realisasi lebih besar dari anggaran. Dalam kaitannya dengan biaya, analisa varians disebut juga analisa selisih biaya. Merupakan proses yang sistematis untuk menentukan besarnya selisih biaya standar, dan menginterpretasikan penyebabnya. Dengan mengadakan analisa selisih biaya, manajemen akan dengan mudah mengetahui elemen biaya

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

apa yang menyimpang, pada departemen mana, dan siapa yang harus bertanggung jawab, serta bagaimana pengaruhnya terhadap laba perusahaan. Dengan demikian manajemen dapat menentukan tindakan apa yang harus dilakukan untuk mengantisipasi adanya penyimpangan biaya tersebut. Secara umum manfaat analisa selisih biaya adalah untuk : 1. Pengendalian biaya 2. Menilai prestasi pelaksanaan, dengan menentukan besarnya penyimpangan biaya yang berada di bawah pengendaliannya. 3. Mengukur pengaruh penyimpangan biaya terhadap laba perusahaan. Analisa selisih biaya produksi merupakan proses menganalisa selisih biaya yang timbul karena perbedaan biaya produksi yang sesungguhnya terjadi dibandingkan dengan biaya produksi standar, dan menentukan penyebab selisih biaya produksi tersebut. Dalam laporan anggaran biaya produksi, ada tiga biaya yang harus dikendalikan yaitu : 1. Pengendalian Biaya Bahan Mentah Anggaran bahan mentah dalam arti luas dapat berfungsi sebagai alat pengendali. Untuk itu diperlukan Performance Report atau laporan pelaksanaan yang terdiri dari : a. Laporan Pelaksanaan Pembelian Bahan Mentah Dengan analisis varians sebagai berikut : menurut Adisaputro dan Anggarini (2007:200)

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

Varians karena jumlah pembelian = (Jumlah Rencana Jumlah Riil) x Harga Rencana Varians karena harga bahan mentah = (Harga Rencana Harga Riil) x Jumlah Riil Total varians = Varians karena jumlah + Varians karena harga

b. Laporan Pelaksanaan Pemakaian Bahan Mentah Dengan analisis varians menurut Adisaputro dan Anggarini (2007:200) sebagai berikut : Varians efisiensi = (Jumlah Rencana Jumlah Riil) x Harga Rencana Varians harga = (Harga Rencana Harga Riil) x Jumlah Riil Total varians = Varians efisiensi + Varians harga

2. Pengendalian Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya tenaga kerja merupakan salah satu jenis biaya yang dapat menjadi masalah bagi perusahaan. Pengawasan biaya tenaga kerja dapat dibantu dengan adanya pendekatan yang baik terhadap tenaga kerja , sehingga mereka dapat bekerja secara stabil sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Kegiatan pengawasan terhadap tenaga kerja dapat diserahkan kepada supervisor. Dua elemen utama pengendalian biaya tenaga kerja langsung adalah (1) perhatian sehari-hari pada biaya tersebut dan (2) laporan kinerja dan evaluasi hasil. Untuk itu diperlukan laporan pelaksanaan disertai dengan analisis varians. Formula untuk analisis varians biaya tenaga kerja langsung menurut Adisaputro dan Anggarini (2007:224) adalah sebagai berikut :

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

Varians efisiensi = (Jam Kerja Rencana Jam Kerja Riil) x Tarif Upah Rencana Varians tarif upah = (Tarif Upah Rencana Tarif Upah Riil) x Jam Kerja Riil Total varians = Varians efisiensi + Varians tarif upah

3. Pengendalian Biaya Overhead Pabrik Menurut Adisaputro dan Anggarini (2007:258) pengendalian biaya memerlukan identifikasi tentang dapat tidaknya biaya dikendalikan oleh setiap pusat tanggung jawab. Hal ini berarti bahwa BOP yang tidak dapat dikendalikan seharusnya tidak diidentifikasi sebagai tanggung jawab manajer sebuah pusat tanggung jawab. Dengan demikian untuk mengendalikan biaya overhead pabrik, biaya yang bersih harus dipertimbangkan. Hal ini berarti bahwa hanya biaya langsung yang dihitung dan tidak termasuk biaya-biaya yang dialokasikan. Sedangkan analisa varians atau analisa perbedaan antara anggaran dan realisasi biaya overhead pabrik menurut Gitosudarmo dan Najmudin (2003:334) dapat diidentifikasikan menjadi : a. Selisih Kuantitas Yaitu selisih yang disebabkan karena perbedaan unit produksi yang dianggarkan dengan unit produksi yang direalisasikan, dinilai dengan tarif biaya overhead pabrik variabel dalam anggaran. SK = (KR - KA) TA Keterangan : SK = Selisih kuantitas KR = Kuantitas realisasi/unit produksi yang direalisasi KA = Kuantitas anggaran/unit produksi TA = Tarif anggaran/tarif biaya overhead pabrik variabel yang dianggarkan. b. Selisih Tarif Yaitu selisih yang disebabkan perbedaan tarif biaya overhead pabrik variabel dalam anggaran dengan tarif biaya overhead pabrik variabel realisasi.

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

ST = (TR TA) KR Keterangan : ST = Selisih tarif TR = Tarif realisasi/tarif biaya overhead pabrik variabel yang direalisasi TA = Tarif anggaran/tarif biaya overhead pabrik variabel anggaran KR = Kuantitas realisasi/unit produksi yang direalisasi Dalam anggaran komprehensif yang telah disusun termuat di dalamnya laporan anggaran. Menurut Gitosudarmo dan Najmudin (2003:325) laporan anggaran (Budget Report) adalah laporan yang sistematis dan terperinci tentang realisasi pelaksanaan anggaran beserta analisis dan evaluasinya. Setiap laporan yang disusun akan berguna bagi manajemen untuk menyusun kebijakan tindak lanjut atau follow up pada waktu yang akan datang, sehingga laporan anggaran disebut juga laporan kinerja. Untuk menyusun laporan anggaran secara umum dapat menggunakan tahap-tahap berikut : 1. Perbandingan data anggaran dan realisasi. Pada bagian ini data yang menyangkut anggaran dan realisasi dibandingkan untuk mencari selisih atau perbedaan 2. Analisis selisih Pada bagian ini setiap perbedaan/selisih yang terjadi akan diidentifikasi, dicari sebabnya yang kemudian akan digunakan untuk menentukan tindak lanjut pada waktu yang akan datang. Selisih yang terjadi akan mencakup dua kemungkinan yaitu yang pertama selisih yang menguntungkan dan yang kedua adalah selisih yang tidak menguntungkan. 3. Menentukan follow up

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

Perbedaan yang terjadi pada waktu yang lalu dianalisis untuk dilakukan evaluasi. Hasil evaluasi tersebut akan dipakai untuk menentukan kebijakan tindak lanjut. Pada waktu melakukan analisis, setiap perbedaan yang terjadi akan ditelusuri apa yang menyebabkan perbedaan tersebut. Setelah diketahui penyebab perbedaan antara anggaran dan realisasi maka kebijakan tindak lanjut yang akan datang adalah memperkecil atau menghilangkan perbedaan tersebut. Contoh : Tabel 2.9 Laporan Pertanggungjawaban Masing-masing Level di Perusahaan Manufaktur Level Biaya Anggaran Manajemen Sesungguhnya Biaya Direktur Produksi Pabrik 1 Rp 2,450,000 Rp 2,500,000 Pabrik 2 Rp 2,650,000 Rp 2,550,000 Kantor Direktur Rp 2,250,000 Rp 2,400,000 Rp 7,350,000 Rp 7,450,000 Manajer Pabrik 2 Departemen A Rp 1,050,000 Rp 1,000,000 Departemen B Rp 650,000 Rp 625,000 Departemen C Rp 300,000 Rp 375,000 Kantor Manajer Rp 650,000 Rp 550,000 Pabrik 2 Rp 2,650,000 Rp 2,550,000 Departemen A Bahan Baku Rp 550,000 Rp 500,000 TKL Rp 300,000 Rp 275,000 BOP Rp 200,000 Rp 225,000 Rp 1,050,000 Rp 1,000,000 Sumber : Adisaputro dan Anggarini, (2007:49)

Selisih

Keterangan

Rp Rp Rp Rp

50,000 Menguntungkan 100,000 Merugikan 150,000 Menguntungkan 100,000 Menguntungkan

Rp 50,000 Merugikan Rp 25,000 Merugikan Rp 75,000 Menguntungkan Rp 100,000 Merugikan Rp 100,000 Merugikan Rp Rp Rp Rp 50,000 Merugikan 25,000 Merugikan 25,000 Menguntungkan 50,000 Merugikan

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian dimana penyajian dari hasil penelitian memberikan gambaran umum menurut apa adanya sesuai dengan keadaan sebenarnya dari objek penelitian.

B. Jenis data Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. 1. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari perusahaan dan membutuhkan pengolahan lebih lanjut. Data ini berupa data kuantitatif. Misalnya : data anggaran yang diperoleh dari Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP). 2. Data Sekunder adalah pelengkap bagi data primer yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi. Misalnya : data tentang sejarah singkat perusahan, struktur organisasi perusahaan dan deskripsi jabatan.

C. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Wawancara yaitu dengan melakukan tanya jawab dengan pihak-pihak yang berkompeten di dalam perusahaan. 2. Teknik Dokumentasi yaitu melalui pencatatan dan pengcopyan laporanlaporan, dokumen-dokumen, catatan-catatan, dan informasi lainnya dari

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

internet dan buku-buku dan juga sumber lain yang berhubungan dengan judul yang diteliti.

D. Metode Analisa Data Metode analisa data yang digunakan adalah 1. Metode deskriptif, yaitu metode yang mengumpulkan, menyusun,

menginterpretasikan dan menganalisa data untuk pemecahan masalah yang dihadapi. 2. Metode komparatif, yaitu melakukan perbandingan terhadap data-data yang terkumpul, dengan membandingkan antara anggaran dan realisasi. Dan juga dengan cara membandingkan kebijaksanaan yang berlaku di perusahaan dengan kebijakan yang berlaku secara teoritis.

E. Jadwal dan Lokasi Penelitian Tempat dan waktu penelitian dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) di Jalan Sei Batang Hari no. 2 Medan, mulai dari 12 sampai dengan 15 Nopember 2007.

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian 1. Gambaran Umum Perusahaan a. Sejarah Singkat Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) berasal dari perusahaan perkebunan milik bangsa asing yang dinasionalisasikan oleh pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1957 menjadi perusahaan perkebunan Negara (PPN). Setelah mengalami beberapa kali perubahan reorganisasi, regrouping, maka pada tahun 1968 direorganisasi menjadi beberapa kesatuan Perusahaan Negara Perkebunan (PNP), dan pada tahun 1974 ditetapkan pengalihan bentuk menjadi PT. Perkebunan (Persero). Pada tahun 1994 diadakan penggabungan manajemen PT Perkebunan III, IV dan V (Persero) yang dikelola oleh Direksi PT Perkebunan III. Berdasarkan PP Nomor 8/1996 tanggal 14 Pebruari 1996 diadakan peleburan perusahaan Perseroan (Persero) PT. perkebunan III, PT. Perkebunan IV dan PT. Perkebunan V menjadi : Nama : Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Perkebunan

Nusantara III disingkat dengan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Alamat : Sei Sikambing PO BOX NO. 91 Medan -21122 Telepon : 8452244-8453100

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

Fax Email Telex

: 8455177-8454728 : ptpn3@indosat.net.id : 501607 ptpn3 Medan

b. Organisasi dan Manajemen Rapat Umum Pemegamg Saham (RUPS) adalah badan tertinggi dalam organisasi perusahaan. Dewan Komisaris (Dekom) berfungsi sebagai badan pengawas yang bertugas untuk kepentingan para pemegang saham. Pengelolaan usaha sepenuhnya dikendalikan oleh para Direksi. Komposisi dan personalia Dewan Komisaris beserta Direksi ditetapkan oleh Menteri Negara Pendayagunaan BUMN RI, sedangkan struktur organisasi perusahan berlaku terhitung mulai tanggal 6 Mei 1996 ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Direksi PT. Perkebunan Nusantara III No.

III.BD/KPTS/R.01/1996. c. Profil Perusahaan 1. Maksud dan Tujuan Perusahaan Sesuai akta pendirian perusahaan, maksud dan tujuan perusahaan adalah turut melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan serta program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya di sub sektor perkebunan dalam arti seluas-luasnya dengan tujuan memupuk keuntungan berdasarkan prinsip perusahaan yang sehat berlandaskan kepada azas : 1. Mempertahankan dan meningkatkan sumbangan bidang perkebunan bagi pendapatan nasional melalui peningkatan produksi dan pemasaran dari berbagai jenis komoditi perkebunan untuk kepentingan konsumsi dalam

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

negeri maupun ekspor, sekaligus dalam rangka meningkatkan ekspor non migas. 2. Memperluas lapangan kerja dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat pada umumnya serta meningkatkan taraf hidup karyawan pada khususnya. 3. Memelihara kelestarian sumber daya alam dan lingkungan, air dan kesuburan tanah. 2. Visi dan Misi Visi Perusahaan Menjadi perusahaan agribisnis kelas dunia dengan kinerja prima dan melaksanakan tata kelola bisnis terbaik pada tahun 2008 . Misi Perusahaan 1. Mengembangkan berkesinambungan. 2. Menghasilkan produk berkualitas untuk pelanggan 3. Memperlakukan karyawan sebagai asset strategik dan mengembangkan secara optimal. 4. Berusaha menjadi perusahaan terpilih yang memberikan imbal-hasil terbaik bagi investor. 5. Menjadi perusahaan yang paling menarik untuk bermitra bisnis. 6. Memotivasi karyawan untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan komunitas. 7. Melaksanakan seluruh aktivitas perusahaan yang berwawasan lingkungan. industri hilir berbasis perkebunan secara

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

3. Wilayah Kerja dan Komposisi Usaha PT. Perkebunan Nusantara III yang berkantor pusat di Medan, mempunyai wilayah kerja di 5 (lima) daerah Tingkat II di propinsi Sumatera Utara, yakni : Kabupaten Deli Serdang Kabupaten Asahan Kabupaten Simalungun Kabupaten Labuhan Batu Kabupaten Tapanuli Selatan Kebun-kebun yang dikelola PT. Perkebunan Nusantara III berjumlah 33 kebun, terdiri dari 30 kebun sendiri dan 3 kebun plasma yang dikelompokkan ke dalam 3 wilayah kerja dengan luas areal seluruhnya adalah 186.910,72 Ha terdiri dari 166.606,94 Ha luas kebun sendiri dan 20.303,78 Ha luas kebun plasma. Untuk mengelola produksi yang dihasilkan kebun-kebun, baik kebun sendiri maupun kebun plasma, PTPN III memiliki beberapa unit pabrik. Pabrikpabrik yang dimiliki adalah pabrik kelapa sawit, pabrik karet, pabrik kakao, serta pabrik industri karet (industri hilir). Sementara itu jumlah sumber daya manusia pada posisi Maret 2002 adalah sebagai berikut :

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

Tabel 4.1 PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Jumlah sumber Daya Manusia pada Maret 2002 Uraian Karyawan Pimpinan Karyawan Pelaksana Jumlah Pekerja 783 29826 30609 Tanggungan istri anak 665 1526 20644 50219 21309 51745 Jumlah 2974 100689 103663

Sumber : PT. Perkebunan Nusantara III (Persero), 2007

Untuk menunjang kesejaheraan dan meningkatkan pendidikan karyawan dan keluarganya, PTPN III juga menyediakan sarana/fasilitas sosial antara lain : - 6 unit rumah sakit yang didukung dengan poliklinik kebun dan pos kesehatan di setiap afdeling - Tempat penitipan bayi di setiap kebun/afdeling - Rumah jompo yang keberadaannnya disesuaikan dengan kebutuhan - Taman Pendidikan Islam dari tingkat ibtidaiyah sampai dengan ailiyah - STK dan Taman Pendidikan Al-Quran - 3 unit SLTP yang dikelola oleh Yayasan Perkebunan Selain kebun dan unit, maka untuk mendukung bisnis utama perusahaan, PTPN III juga memiliki 5 anak perusahaan yang terdiri dari : 1. PT. Sarana Agro Nusantara 2. PT. Mitra Ogan di Sumatera Selatan 3. Indoham GMBH di Jerman 4. PT. Agro Industri Nusantara 5. PT. Wana Tani Lestari : Jasa Tangki Timbun : Kebun Kelapa Sawit : Jasa Pemasaran : Industri Hilir CPO dan Karet : Hutan Tanaman Industri

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

2. Struktur Organisasi dan Deskripsi Jabatan Dengan adanya struktur organisasi maka tugas, wewenang, dan tanggung jawab setiap unit kerja yang ada dalam perusahaan dapat diperjelas dan dipertegas. Struktur organisasi juga mencerminkan posisi dan hubungan antara setiap unit kerja perusahaan. Struktur organisasi yang baik merupakan pengawasan terhadap organisasi dan merupakan salah satu syarat dapat tidaknya sistem akuntansi pertanggungjawaban diterapkan dalam suatu perusahan. Bentuk struktur organisasi yang diterapkan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) adalah struktur organisasi yang berbentuk garis dimana kekuasaan dan tanggung jawab bercabang pada setiap tingkatan mulai dari pimpinan tertinggi sampai pimpinan yang terendah. Struktur organisasi perusahaan dapat dilihat pada Lampiran 1. 1. Direktur Utama a. Fungsi Utama Mengarahkan, memberdayakan, seluruh sumber daya perusahaan secara optimal untuk mewujudkan visi dan misi perusahaan. b. Tugas 1. Membangun perusahaan kelas dunia yang berbasis agribisnis 2. Melaksanakan prinsip tatakelola perusahaan yang baik (GCG) di semua jajaran 3. Meningkatkan nilai perusahaan melalui pelaksanaan The Business Success Model seperti tercermin dalam Indikator Kinerja Utama (IKU) 4. Mewujudkan portfolio business perusahaan yang memberikan keuntungan dan nilai tambah

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

5. Mensukseskan pelaksanaan sistem manajemen ISO 9000, ISO 14000 dan SMK3 6. Menetapkan sistem sarana dan prasarana informasi melalui Teknologi Informasi (TI) yang terintegrasi dan berbasis database, serta memberdayakan secara maksimal 2. Direktur Produksi a. Fungsi Utama Mengelola dan memberdayakan sumber daya produksi, sarana dan prasarana sehingga tercapainya kinerja bidang produksi secara optimal b. Tugas 1. Menetapkan dan mewujudkan sasaran strategik di bidang produksi 2. Menetapkan upaya strategik di bidang produksi 3. Menetapkan sistem kerja (work system) bidang produksi untuk mewujudkan operational excellence 4. Menerjemahkan kebutuhan pasar menjadi pelaksanaan operasional bidang produksi 5. Melaksanakan program sertifikasi ISO 9000 dan ISO 14000 dan SMK3 6. Mengendalikan biaya produksi pada tingkat yang lebih efisien 7. Mensukseskan pelaksanaan sistem manajemen ISO 9000, ISO 14000 dan SMK3 8. Menetapkan sistem sarana dan prasarana informasi melalui Teknologi Informasi (TI) yang terintegrasi dan berbasis database, serta mendayagunakan secara maksimal

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

3. Direktur Keuangan a. Fungsi Utama Mengelola dan memberdayakan sumber daya keuangan secara tepat guna, sehingga tercapainya cash flow, dan biaya operasional perusahaan yang efektif dan efisien. b. Tugas 1. Menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan profitabilitas perusahaan 2. Melaksanakan Assets Assessment secara berkesinambungan untuk

memberdayakan asset potensial. 3. Memonitor dan mengevaluasi biaya produksi (harga pokok FOB) melalui pemanfaatan Activity Based Costing (ABC) 4. Memelihara Cash Reserve Requirement minimum 2 (dua) bulan kebutuhan dana operasional 5. Mengkoordinasi dan memberikan pengarahan dalam penyusunan RKAP/RKO dan RJP 6. Mencari sumber dana bagi pertumbuhan perusahaan 7. Membuat Laporan Manajemen Interim dan Laporan Keuangan Konsolidasi 8. Menjalin hubungan yang harmoni dengan stakeholders 9. Mensukseskan pelaksanaan sistem manajemen ISO 9000, ISO 14000 dan SMK3 10. Menetapkan sistem sarana dan prasarana informasi melalui Teknologi Informasi (TI) yang terintegrasi dan berbasis database, serta mendayagunakan secara maksimal

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

4. Direktur Pemasaran a. Fungsi Utama Mengelola dan memberdayakan sumber daya pemasaran dan pengadaan secara optimal, sehingga tercapainya kepuasan pelanggan dan pemasok. b. Tugas 1. Menetapkan dan mengevaluasi upaya strategik dan kebijakan pemasaran serta pengadaan barang dan jasa 2. Mencari dan membina hubungan dengan mitra bisnis (pemasok dan pelanggan) serta mitra aliansi 3. Menetapkan sistem pengendalian persediaan hasil produksi serta bahan baku dan pelengkap 4. Menetapkan pedoman harga barang dan jasa 5. Menetapkan kebijakan dalam mensiasati perkembangan pasar dan prilaku pesaing (market intelligence) 6. Menginformasikan kebutuhan pasar secara berkesinambungan kepada Direktur Produksi 7. Mensukseskan pelaksanaan sistem manajemen ISO 9000, ISO 14000 dan SMK3 8. Menetapkan sistem sarana dan prasarana informasi melalui Teknologi Informasi (TI) yang terintegrasi dan berbasis database, serta mendayagunakan secara maksimal

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

5. Direktur SDM dan Umum a. Fungsi Utama Mengelola dan memberdayakan sumber daya manusia dan sarana pendukung lainnya sehingga tercapai kinerja bidang SDM/Umum yang optimal b. Tugas 1. Menetapkan kebutuhan SDM (kompetensi, kuantitas, dan waktu) sesuai dengan kebutuhan perusahaan 2. Menetapkan sistem kerja atau work system bidang SDM untuk mewujudkan operational excellence 3. Melaksanakan mapping personil secara periodic 4. Menetapkan dan melaksanakan sistem pendidikan dan pelatihan 5. Menetapkan dan melaksanakan sistem penilaian karya 6. Menetapkan sistem kompensasi dan remunerasi 7. Menetapkan sistem rekrutmen karyawan 8. Menetapkan sistem jenjang karir karyawan 9. Menetapkan program peningkatan kesejahteraan (Quality of Life) 10. Menetapkan sistem survey kepuasan karyawan 11. Mensukseskan pelaksanaan sistem manajemen ISO 9000, ISO 14000 dan SMK3 12. Menetapkan sistem sarana dan prasarana informasi melalui Teknologi Informasi (TI) yang terintegrasi dan berbasis database, serta mendayagunakan secara maksimal

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

3. Laporan Anggaran dan Realisasi Biaya Produksi Tahun 2006


Tabel 4.2 PT. Pekebunan Nusantara III (Persero) Laporan Anggaran Biaya Produksi Kelapa Sawit Tahun 20006 ANGGARAN-2006 URAIAN Kg Biaya (Rp) Harga Pokok Rata-Rata (Rp) 3 38.09 187.49 310.95 333.31 203.34 297.38 1,370.56 263.91 1,634.47 96.90 1,731.37 2,951.92 263.91 3,215.83 2,866.95 263.91 3,130.86 2,046.91

1 Beban Gaji tunjangan staf Beban Pemeliharaan tanaman menghasilkan Beban Pemupukan Beban panen Beban Pengangkutan ke Pabrik Beban Umum Jumlah Beban Tanaman Beban Pengolahan Beban Produksi excluding penyusutan Beban Penyusutan Beban Produksi including penyusutan Kebun Sendiri Beban Pembelian Produksi PIR Beban Pengolahan PIR Beban Produksi PIR Beban Pembelian Produksi Rakyat Beban Pengolahan Rakyat Beban Produksi Rakyat Jumlah Beban Produksi Kebun 97,234,050 97,234,050 97,234,050 525,204,669 19,971,959 19,971,959 407,998,660 407,998,660 407,998,660

2 15,542,417,000 76,493,866,000 126,867,540,000 135,989,785,000 82,961,640,000 121,332,543,000 559,187,791,000 107,673,149,000 666,860,940,000 39,533,663,000 706,394,603,000 58,955,723,000 5,270,713,000 64,226,436,000 278,765,504,000 25,661,036,000 304,426,540,000 1,075,047,579,000

Sumber : PT. Perkebunan Nusantara III (Persero), 2007

Tabel 4.3

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

PT. Pekebunan Nusantara III (Persero) Laporan Realisasi Biaya Produksi Kelapa Sawit Tahun 2006 REALISASI-2006 Kg URAIAN Biaya (Rp) Beban Pokok RataRata (Rp) 3 43.73 206.84 282.62 388.36 244.21 306.19 1,471.94 322.08 1,794.03 143.10 1,937.12 3,160.91 378.67 3,539.58 3,066.13 264.26 3,330.39 2,304.36

1 Beban Gaji tunjangan staf Beban Pemeliharaan tanaman menghasilkan Beban Pemupukan Beban panen Beban Pengangkutan ke Pabrik Beban Umum Jumlah Beban Tanaman Beban Pengolahan Beban Produksi excluding penyusutan Beban Penyusutan Beban Produksi including penyusutan Kebun Sendiri Beban Pembelian Produksi PIR Beban Pengolahan PIR Beban Produksi PIR Beban Pembelian Produksi Rakyat Beban Pengolahan Rakyat Beban Produksi Rakyat Jumlah Beban Produksi Kebun 561,429,484 122,937,767 122,937,766 21,773,707 21,773,707 416,718,010 416,718,010 416,718,010

2 18,221,287,355 86,193,232,230 117,771,474,534 161,837,074,612 101,767,750,084 127,594,023,878 613,384,842,693 134,218,359,048 747,603,201,741 59,630,443,580 807,233,645,321 68,824,652,350 8,245,057,243 77,069,709,593 376,942,637,490 32,487,905,905 409,430,543,395 1,293,733,898,309

Sumber : PT. Perkebunan Nusantara III (Persero), 2007

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

B. Analisis Hasil Penelitian 1. Penyusunan Anggaran Biaya Produksi pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) memulai tahun buku dari bulan Januari sampai dengan Desember uuntuk setiap tahunnya. Sehubungan dengan hal tersebut perusahaan juga menyusun anggaran sesuai dengan tahun buku tersebut dan anggaran diperinci per triwulan. Dasar penyusunan RKAP untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2006 dilakukan berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN No. KEP.

101/MBU/2002 tanggal 4 Juni 2002. Penyusunan RKAP tahun 2006 dilakukan melalui tahapan sebagai berikut : RKAP tahun 2006 disampaikan Direksi PTPN III kepada Menteri Negara BUMN dengan surat No. 3.04/X/937/2005 tanggal 28 Oktober 2005 Dewan komisaris PTPN III telah menyampaikan surat kepada Menteri Negara BUMN perihal rekomendasi atas RKAP tahun 2006 dengan nomor surat Kom/M.BUMN/R-01/I/2006 tanggal 17 Januari 2006 RKAP tahun 2006 disahkan oleh Menteri Negara BUMN sesuai keputusan RUPS RKAP tahun 2006 tanggal 17 Januari 2006 Sebagai langkah pertama dalam proses penyusunan anggaran adalah menentukan besarnya jumlah produksi yang diharapkan selama tahun itu. Pada umumnya bagian tanaman dan teknologi dibantu dengan bagian-bagian lainnya di kantor besar menyusun jumlah produksi yang diharapkan pada tahun yang dimaksud. Kemudian kantor besar menyusun pedoman mengenai taksasi produksi

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

yang dimaksud. Selanjutnya pedoman tersebut bersama-sama formulir anggaran biaya dikirim ke kebun. Masing-masing kebun menyusun anggaran biaya produksinya. Anggaran biaya produksi kebun tersebut kemudian ditinjau dan dipelajari kembali di kantor besar bersama administratur kebun. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa perincian tersebut seluruhnya telah benarbenar sesuai. Setelah anggaran biaya produksi tersebut disetujui dan disahkan oleh pimpinan, dikirim ke kebun-kebun untuk dilaksanakan. Dalam penyusunan anggaran biaya produksi, perusahaan menggunakan sistem biaya standar. Harga standar ditentukan berdasarkan pengalaman tahuntahun yang lalu. Harga tersebut diketahui setelah jumlah anggaran biaya produksi tanaman Kelapa Sawit selama satu periode dibagi dengan rencana produksi tanaman Kelapa Sawit untuk periode yang sama. Adapun anggaran biaya produksi perusahaan disusun berdasarkan anggaran produksi. Sedangkan anggaran produksi disusun dengan berpedoman pada anggaran produksi tanaman. Secara garis besar yang termasuk ke dalam biaya produksi kelapa sawit perusahaan adalah : Biaya tanaman Biaya pengolahan Biaya penyusutan Biaya pembelian

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

1. Biaya Tanaman Yang termasuk biaya tanaman adalah semua biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharan tanaman yang telah menghasilkan, panen, dan pengumpulan hasil di lapangan, pengangkutan hasil dari tempat-tempat pengumpulan ke pabrik, biaya umum dari pimpinan, biaya pemupukan dan gaji tunjangan staf. 2. Biaya Pengolahan Adapun biaya-biaya pengolahan pada perusahaan ini ditentukan berdasarkan : Kebutuhan standar tenaga manusia Standar bahan-bahan kimiawi dan barang-barang Jasa pengangkutan yang diperlukan Jam penggunaan mesin Perawatan dan pemeliharaan yang diperlukan Semua faktor-faktor lain yang berhubungan dengan pengolahan kelapa sawit Berikut ini adalah jenis-jenis biaya yang terjadi dalam proses pengolahan kelapa sawit : Gaji, tunjangan dan biaya sosial pegawai staf Gaji, upah dan biaya sosial pegawai non staf Perkakas dan alat-alat kecil Bahan kimia dan perlengkapan Biaya analisa Bahan bakar dan pelumas Biaya pembangkit tenaga listrik dan air

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

Pemeliharaan bangunan, mesin dan perabot pabrik Biaya pengepakan 3. Biaya Penyusutan Biaya penyusutan pada perusahaan ini merupakan biaya-biaya lainnya yang berkenaan dengan biaya produksi. Untuk menghitung besarnya biaya ini, pada tiap bagian dibuat formulir-formulir atau daftar biaya tambahan. Himpunan dari daftar biaya tambahan tersebut merupakan total biaya penyusutan. Biaya penyusutan pada perusahaan ini terdiri dari : Biaya penyusutan tanaman Biaya penyusutan umum Biaya penyusutan pengolahan 4. Biaya Pembelian Biaya pembelian pada perusahaan ini merupakan biaya-biaya yang berkenaan dengan pembelian produksi dari pihak ketiga. Biaya pembelian pada perusahaan ini terdiri dari : Biaya pembelian produksi PIR Biaya pembelian produksi rakyat 2.Anggaran Biaya Produksi sebagai Alat Perencanaan dan Pengendalian Biaya Produksi pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Perencanaan melalui anggaran biaya produksi Secara keseluruhan, perencanaan biaya produksi untuk setiap kg produksi kelapa sawit untuk tahun 2006 yaitu sebesar Rp 2.046,91/kg atau Rp

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

1.075.047.579 untuk total biayanya dengan kuantitas anggaran sebesar 525.204.669 kg. Perencanaan biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan meliputi : 1. Perencanaan biaya tanaman Besarnya anggaran biaya tanaman untuk setiap kg produksi dihitung dengan membandingkan total anggaran biaya tanaman dengan total anggaran volume produksi. Untuk tahun 2006, anggaran biaya tanaman untuk setiap kg produksi kelapa sawit adalah sebesar Rp 1370,56/kg atau total biayanya sebesar Rp 559.187.791.000 untuk kuantitas anggaran sebesar 407.998.660 kg. 2. Perencanaan biaya pengolahan Besarnya anggaran biaya pengolahan untuk setiap kg produksi dihitung dengan membandingkan total anggaran biaya pengolahan dengan total anggaran volume produksi. Untuk tahun 2006, anggaran biaya pengolahan untuk setiap kg produksi kelapa sawit sebesar Rp 263,91/kg dengan total biaya sebesar Rp 138.604.898.000, dengan perincian : Biaya pengolahan kebun sendiri Biaya pengolahan PIR Biaya pengolahan rakyat Total Anggaran Biaya Pengolahan Rp 107.673.149.000 Rp Rp 5.270.713.000 25.661.036.000

Rp 138.604.898.000

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

Dan perincian kuantitas anggaran : Kebun sendiri PIR Rakyat Total 3. Perencanaan biaya penyusutan Besarnya anggaran biaya penyusutan untuk setiap kg produksi kelapa sawit pada perusahaan untuk tahun anggaran 2006 sebesar Rp 96,90/kg atau total biayanya sebesar Rp 39.533.663.000 untuk kuantitas anggaran sebesar 407.998.660 kg . Hal tersebut dapat diperoleh dengan membandingkan total anggaran biaya penyusutan dengan total anggaran volume produksi. 4. Perencanaan biaya pembelian Besarnya anggaran biaya pembelian untuk setiap kg produksi dihitung dengan membandingkan total anggaran biaya pembelian dengan total anggaran volume produksi. Untuk tahun 2006, anggaran biaya pembelian untuk setiap kg produksi kelapa sawit sebesar Rp 2881,43/kg dengan total biaya sebesar Rp 337.721.227.000, dengan perincian : Biaya pembelian produksi PIR Biaya pembelian produksi rakyat Total Anggaran Biaya Pembelian Rp 58.955.723.000 407.998.660 kg 19.971.959 kg 97.234.050 kg 525.204.669 kg

Rp 278.765.504.000 Rp 337.721.227.000

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

Dan perincian kuantitas anggaran : Produksi PIR Produksi Rakyat Total 19.971.959 kg 97.234.050 kg 117.206.009 kg

Pengendalian melalui anggaran biaya produksi Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero), pengendalian dapat dilakukan oleh setiap tingkatan manajemen, dengan membandingkan antara hasil sebenarnya atau pelaksanaan operasional perusahaan dengan anggaran yang telah disahkan oleh pimpinan perusahaan. Perbandingan tersebut dapat berupa prestasi fisik maupun biayanya. Berdasarkan perbandingan tersebut dapat diketahui halhal yang merugikan dan menguntungkan perusahaan serta sebab-sebabnya sehingga dapat dirumuskan tindakan-tindakan perbaikan. Sebagaimana halnya dengan perencanaan, pengendalian biaya produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan meliputi : 1. Pengendalian biaya tanaman Laporan biaya tanaman disusun untuk mengetahui jumlah atau realisasi biaya yang telah dikeluarkan untuk mengelola tanaman pada perusahaan. Pengendalian biaya tanaman dapat dilaksanakan dengan membandingkan realisasi dengan anggaran biaya tanaman. Pimpinan dapat menilai perbandingan dan menilai tingkat efisiensi dalam mengelola tanaman. Besarnya realisasi biaya tanaman untuk setiap kg produksi kelapa sawit tahun 2006 adalah sebesar Rp1.471,94/kg atau total biaya Rp 613.384.842.693 untuk kuantitas realisasi sebesar 416.718.010 kg.

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

Penyimpangan Biaya Tanaman Anggaran biaya tanaman kelapa sawit tahun 2006 Realisasi biaya tanaman kelapa sawit tahun 2006 Selisih Rp 559.187.791.00

Rp 613.384.842.693 Rp 54.197.051693 atau 9,69 %

Selisih sebesar Rp

54.197.051.693 merupakan penyimpangan yang tidak

menguntungkan (unfavorable variance) Realisasi biaya tanaman kelapa sawit tahun 2006 berada di atas anggaran disebabkan oleh: Perbedaan kuantitas = (kuantitas sesungguhnya kuantitas standar) x harga standar = ( 416.718.010 407.998.660 ) x 1370,56 = 8.719.350 x 1370,56 = 11.950.392.336 (unfavorable variance) Perbedaan harga = (harga sesungguhnya harga standar) x kuantitas sesungguhnya = ( 1.471, 94 1.370,56 ) x 416.718.010 = 101,38 x 416.718.010 = 42.246.871.853,80 (unfavorable variance) 2. Pengendalian biaya pengolahan Pengendalian terhadap biaya pengolahan meliputi pengendalian terhadap seluruh kegiatan produksi perusahaan. Pengendalian ini meliputi pengendalian terhadap kebutuhan tenaga kerja, bahan-bahan kimiawi, perawatan dan

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

pemeliharan alat-alat, serta faktor-faktor lain yang berhubungan dengan pengolahan. Berdasarkan perbendingan antara realisasi biaya pengolahan dengan anggaran biaya pengolahan, maka pimpinan dapat merumuskan kebijaksanaan yang diperlukan sehubungan dengan pengendalian biaya pengolahan untuk periode berikutnya. Pada tahun 2006, besarnya realisasi biaya pengolahan untuk seiap kg produksi tanaman kelapa sawit adalah sebesar Rp 311,62/kg dengan total biaya Rp 174.951.322.196 untuk kuantitas realisasi sebesar 561.429.483 kg. Adapun total realisasi biaya pengolahan sebesar Rp 174.951.322.196 terdiri dari : Biaya pengolahan kebun sendiri Biaya pengolahan PIR Biaya pengolahan rakyat Total Realisasi Biaya Pengolahan Rp 134.218.359.048 Rp Rp 8.245.057.243 3.487.905.905

Rp 174.951.322.196

Dan total kuantitas realisasi sebesar 561.429.483 kg terdiri dari : Kebun sendiri Produksi PIR Produksi rakyat Total Kuantitas Realisasi Penyimpangan Biaya Pengolahan Anggaran biaya pengolahan kelapa sawit tahun 2006 Rp 138.604.898.000 Realisasi biaya pengolahan kelapa sawit tahun 2006 Selisih Rp 174.951.322.196 Rp 36.346.424.196 atau 26,22 % 416.718.010 kg 21.773.707 kg 122.937.766 kg 561.429.483 kg

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

Selisih sebesar Rp 36.346.424.196 merupakan penyimpangan yang tidak menguntungkan (unfavorable variance) Realisasi biaya pengolahan kelapa sawit tahun 2006 berada di atas anggaran disebabkan oleh: Perbedaan kuantitas = (kuantitas sesungguhnya kuantitas standar) x harga standar = ( 561.429.483 525.204.669 ) x 263,91* = 36.224.814 x 263,91 = 9.560.090.662,74 (unfavorable variance) Perbedaan harga = (harga sesungguhnya harga standar) x kuantitas sesungguhnya = ( 311,62** 263,91 ) x 561.429.483 = 47,71 x 561.429.483 = 26.785.800.633,93 (unfavorable variance) * Rp 138.604.898.000 = Rp 263,91/kg 525.204.669 kg ** Rp 174.951.322.196 561.429.483 kg 3. Pengendalian biaya penyusutan Pengendalian biaya penyusutan ini meliputi pengendalian biaya = Rp 311,62/kg

penyusutan tanaman, biaya penyusutan umum, dan biaya penyusutan pengolahan. Besarnya realisasi biaya penyusutan untuk setiap kg produksi kelapa sawit untuk

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

tahun

2006

adalah

Rp

143,10/kg

dengan

total

biaya

sebesar

Rp

59.630.443.580 untuk kuantitas realisasi sebesar 416.718.010 kg. Penyimpangan Biaya Penyusutan Anggaran biaya penyusutan kelapa sawit tahun 2006 Realisasi biaya penyusutan kelapa sawit tahun 2006 Selisih Rp 39.533.663.000

Rp 59.630.443.580 Rp 20.096.780.580 atau 50,83 %

Selisih sebesar Rp 20.096.780.580 merupakan penyimpangan yang tidak menguntungkan (unfavorable variance) Realisasi biaya penyusutan kelapa sawit tahun 2006 berada di atas anggaran disebabkan oleh: Perbedaan kuantitas = (kuantitas sesungguhnya kuantitas standar) x harga standar = ( 416.718.010 407.998.660 ) x 96,90 = 8.719.350 x 96,90 = 844.905.015 (unfavorable variance) Perbedaan harga = (harga sesungguhnya harga standar) x kuantitas sesungguhnya = ( 143,10 96,90 ) x 416.718.010 = 46,20 x 416.718.010 = 19.252.372.062 (unfavorable variance)

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

4. Pengendalian biaya pembelian Pengendalian biaya pembelian ini meliputi pengendalian biaya pembelian produksi PIR dan biaya pembelian produksi rakyat. Besarnya realisasi biaya pembelian untuk setipa kg produksi kelapa sawit untuk tahun 2006 adalah Rp 3080,39/kg dengan total biaya sebesar Rp 445.767.289.840 untuk kuantitas realisasi sebesar 144.711.473 kg. Adapun total realisasi biaya pembelian sebesar Rp 445.767.289.840 terdiri dari : Biaya pembelian produksi PIR Biaya pembelian produksi rakyat Total Realisasi Biaya Pengolahan Rp Rp Rp 68.824.652.350 376942.637.490 445.767.289.840

Dan total kuantitas realisasi sebesar 144.711.473 kg terdiri dari : Produksi PIR Produksi rakyat Total Kuantitas Realisasi Penyimpangan Biaya Pembelian Anggaran biaya pembelian kelapa sawit tahun 2006 Realisasi biaya pembelian kelapa sawit tahun 2006 Selisih Rp 337.721.227.000 Rp 445.767.289.840 21.773.707 kg 122.937.766 kg 144.711.473 kg

Rp 108.046.062.840 atau 31,99 %

Selisih sebesar Rp 108.046.062.840 merupakan penyimpangan yang tidak menguntungkan (unfavorable variance) Realisasi biaya pembelian kelapa sawit tahun 2006 berada di atas anggaran disebabkan oleh:

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

Perbedaan kuantitas = (kuantitas sesungguhnya kuantitas standar) x harga standar = ( 144.711.473 117.206.009 ) x 2881,43* = 27.505.464 x 2881,43 = 79.255.069.133,52 (unfavorable variance) Perbedaan harga = (harga sesungguhnya harga standar) x kuantitas sesungguhnya = ( 3080,39** 2881,43 ) x 117.206.009 = 198,96 x 117.206.009 = 23.319.307.550,64 (unfavorable variance) * Rp 337.721.227.000 = Rp 2881,43/kg 117.206.009 kg ** Rp 445.767.289.840 144.711.473 kg Pengendalian biaya produksi secara keseluruhan Pengendalian biaya produksi secara keseluruhan = Rp 3080,39/kg

ini

meliputi

pengendalian keseluruhan total biaya produksi yang mencakup biaya tanaman, biaya pengolahan, biaya penyusutan dan biaya pembelian. Besarnya realisasi biaya produksi untuk setiap kg produksi kelapa sawit untuk tahun 2006 adalah Rp 2.304,36/kg dengan total biaya sebesar Rp 1.293.733.898.309 untuk kuantitas realisasi sebesar 561.429.483 kg.

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

Penyimpangan Biaya Produksi Anggaran biaya produksi kelapa sawit tahun 2006 Realisasi biaya produksi kelapa sawit tahun 2006 Selisih Rp 1.075.047.579.000

Rp 1.293.733.898.309 Rp 218.686.319.309 atau 20,34 %

Selisih sebesar Rp 218.686.319.309 merupakan penyimpangan yang tidak menguntungkan (unfavorable variance) Realisasi biaya produksi kelapa sawit tahun 2006 berada di atas anggaran disebabkan oleh: Perbedaan kuantitas = (kuantitas sesungguhnya kuantitas standar) x harga standar = ( 561.429.483 525.204.669 ) x 2046,91 = 36.224.814 x 2046,91 = 36.224.814 (unfavorable variance) Perbedaan harga = (harga sesungguhnya harga standar) x kuantitas sesungguhnya = ( 2304,36 2046,91 ) x 561.429.483 = 257,45 x 561.429.483 = 144.540.020.398,35 (unfavorable variance) Realisasi biaya produksi tahun 2006 dibandingkan dengan RKAP tahun 2006 berada di atas sebesar Rp 218.686.319.309 atau 20,34 %. Sedangkan realisasi biaya produksi Rp/kg tahun 2006 apabila dibandingkan dengan RKAP tahun 2006 berada di atas sebesar Rp 257,45/kg atau 12,58 %.

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

Menurut pihak manajemen perusahaan, beberapa faktor penyebab realisasi biaya produksi kelapa sawit tahun 2006 berada di atas RKAP tahun 2006, antara lain : a. Adanya kenaikan biaya tanaman yang terdiri dari : Beban premi panen sejalan dengan pemberlakuan sistem premi berbasis perolehan minyak dan kenaikan pencapaian produksi minyak Beban pengangkutan ke pabrik sebagai akibat penyesuaian tarif angkutan akibat kenaikan BBM. b. Adanya kenaikan beban pengolahan sejalan dengan kenaikan beban perbaikan pabrik untuk opimalisasi pengolahan.

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan uraian dan pembahasan secara teoritis, dan hasil riset pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, serta analisa dan evaluasi terhadap hasil penelitian yang dilakukan, maka pada bab lima ini penulis akan mencoba menarik beberapa kesimpulan dan memberikan saran yang dapat dilakukan dan mungkin bermanfaat bagi perusahaan. A. Kesimpulan 1. Proses penyusunan anggaran biaya produksi pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) sudah terstruktur dengan baik dimana penyusunan anggaran dimulai dari perencanaan produksi tanaman menghasilkan, kemudian berdasarkan perencanaan tersebut akan disusun anggaran produksi dan berdasarkan anggaran produksi tersebut akan disusun anggaran biaya produksi. 2. Penyusunan anggaran biaya produksi pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) dilakukan dengan memberikan wewenang kepada kebun untuk menyusun biaya produksi sendiri, dan nantinya akan diperiksa dan disetujui oleh pihak yang berwewenang di kantor besar. 3. Dalam penyusunan anggaran biaya produksi perusahaan menggunakan sistem biaya standar yang ditentukan berdasarkan pengalaman tahun-tahun yang lalu. Dan perusahaan tidak menyusun anggaran fleksibel.

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

4. Biaya produksi kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) terdiri dari 4 unsur yaitu biaya tanaman, biaya pengolahan, biaya penyusutan dan biaya pembelian. 5. Salah satu proses pengawasan biaya produksi perusahaan adalah dengan menganalisa penyimpangan biaya. Tapi perusahaan belum menganalisa penyimpangan yang terjadi secara lebih dalam, hanya sebatas menghitung besar penyimpangan antara anggaran dan realisasi (nilai maupun persentase). 6. Berdasarkan analisa penyimpangan biaya produksi tahun 2006 dan juga dari penelitian awal untuk tahun 2005, selama 2 tahun berturut-turut antara anggaran dan realisasi biaya produksi kelapa sawit terdapat penyimpangan yang tidak menguntungkan (unfavorable variance) dan unfavorable variance tersebut meningkat dari 14,57% di tahun 2005 menjadi 20,34% di tahun 2006. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa pengendalian atas biaya produksi kelapa sawit belum cukup berjalan dengan baik. 7. Untuk biaya penyusutan tahun 2006, terdapat unfavorable variance yang besar yaitu sebesar 50,83%. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat inefisiensi yang sangat perlu dibenahi pada pengelolaan biaya penyusutan. 8. Untuk biaya pembelian, secara keseluruhan terdapat unfavorable variance sebesar 31,99% dan penyimpangan yang cukup besar ada pada biaya pembelian produksi rakyat (35,22%) 9. Untuk biaya pengolahan, secara keseluruhan terdapat unfavorable variance sebesar 26,22%. Khususnya untuk biaya pengolahan PIR, terdapat penyimpangan yang besar yaitu 56,43%.

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

B. Saran 1. Perusahaan sebaiknya memisahkan antara biaya variabel dan biaya tetap, agar pengendalian dapat dilakukan dengan efektif. Atau perusahaan dapat menyusun anggaran fleksibel, yaitu menyusun anggaran untuk beberapa kuantitas produksi, mengingat PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) ini adalah perusahaan perkebunan yang rencana kuantitas produksinya cenderung tidak dapat dipastikan karena dipengaruhi oleh banyak faktor yang juga tidak pasti, misalnya : faktor alam. Selain itu penggunaan anggaran fleksibel lebih baik untuk tujuan pengendalian biaya. 2. Dalam jangka waktu tertentu anggaran perlu direvisi kembali atau disesuaikan dengan biaya yang wajar. Hal ini disebabkan dalam jangka waktu tersebut mungkin telah terjadi perubahan pada biaya produksi. Jika anggaran tersebut tidak direvisi maka anggaran tersebut tidak dapat diandalkan lagi atau berkurang aspek pengendaliannya. 3. Perbedan antara anggaran dan realisasi harus diawasi dengan ketat dan dianalisa lebih dalam guna memahami mengapa realisasi berbeda dengan anggaran, bahkan cenderung mengalami penyimpangan yang cukup besar untuk beberapa item biaya seperti pada biaya penyusutan. Analisa lebih dalam ini guna mengetahui apakah penyimpangan yang cukup besar tersebut

memang dikarenakan pengendalian biaya yang kurang ketat atau karena perusahaan menetapkan anggaran terlalu kecil pada awalnya. 4. Perusahaan sebaiknya menyusun suatu action plans dalam laporan pertanggungjawaban tahunan yang mencakup langkah-langkah perbaikan

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

yang dibutuhkan guna menindaklanjuti analisa penyimpangan yang telah dilakukan agar proses pengendalian perusahaan secara keseluruhan lebih sempurna. 5. Perusahaan sebaiknya meningkatkan produkstivitas kebun sendiri guna mengurangi ketergantungan terhadap pembelian produksi dari pihak ketiga (misalnya : produksi rakyat) yang pada kenyataannya tidak efektif dan

efisien. Hal ini tebukti dari penyimpangan yang cukup tinggi. Atau kalau memang dibutuhkan, proses pembelian dari pihak ketiga ini perlu ditinjau ulang atau diteliti lebih jauh serta ada pengendalian khusus dari pihak manajemen perusahaan.

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

DAFTAR PUSTAKA

Adisaputro, Gunawan dn Marwan Asri, 2003. Anggaran Perusahaan, Buku 1, Edisi 2003/2004, Penerbit BPFE, Yogyakarta. Adisaputro, Gunawan dan Yunita Anggarini, 2007. Anggaran Bisnis : Analisis, Perencanaan dan Pengendalian Laba, Penerbit UPP STIM YKPN, Yogyakarta. Ahyari, Agus, 2002. Anggaran Peruasahaan : Pendekatan Kuantitatif, Buku 1, Edisi Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta. Carter, William K. dan Milton F. Usry, 2004. Akuntansi Biaya, Penerjemah : Krista, Edisi 13, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Garrison, Ray H. dan Eric W. Noreen, 2000. Akuntansi Manajerial, Penerjemah : A. Totok Budisantoso, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Gitodusdarmo, Indriyo dan Mohamad Najmudin, 2003. Anggaran Perusahaan : Teori dan Soal Jawab, Edisi Pertama, Penerbit BPFE-UGM, Yogyakarta. Hansen, Don R. dan Maryanne W. Mowen, 2002. Manajemen Biaya : Akuntansi dan Pengendalian, Penerjemah : Dewi dan Deny, Buku 2, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Kholmi, Masiyah dan Yuningsih, 2004. Akuntansi Biaya, Jilid 1, Edisi 4, Penerbit UMM Press, Malang. Mulyadi, 2001. Akuntansi Manajemen : Konsep dan Manfaat & Rekayasa, Edisi 3, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Munandar, M., 2001. Budgeting : Perencanaan Kerja, Pengkoordinasian Kerja, Pengawasan Kerja, Edisi Pertama, Penerbit BPFE-UGM, Yogyakarta. Nafarin, M., 2004. Penganggaran Perusahaan, Edisi Revisi, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Nasehatun, Apandi, 1999. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Terpadu : Konsep dan Penerapannya, Penerbit PT. Grasindo, Jakarta. Sugiono, 2004. Metode Penelitian Bisnis, Penerbit CV. Alfabeta, Jakarta.

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

Welsch, Glenn A., Ronald W. Hilton, dan Paul N. Gordon, 2000. Anggaran : Perencanaan dan Pengendalian Laba, penerjemah : Purwatiningsih dan Maudy Warouw, Edisi Pertama, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Jurusan Akuntansi, 2004. Buku Petunjuk Teknik Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

BEBAN PRODUKSI DAN BEBAN POKOK PENJUALAN KELAPA SAWIT PERIODE 01 JANUARI s/d 31 DESEMBER 2006

Uraian Kg

Realisasi-2006 Biaya Beban Pokok Kg

ANGGARAN-2006 Biaya Harga Pokok RataRata Kg

SELISIH % Biaya Pokok

Selisih Harga

Rp

Rata-Rata

Rp

Rp

Rata-Rata

Kg 1 B. Gaji tunjangan staf B. Pemeliharaan tanaman menghasilkan B. Pemupukan B. Panen B. Pengangkutan ke Pabrik B. Umum Jumlah Beban Tanaman B. Pengolahan B. Produksi excl penyusutan B. Penyusutan B. Produksi incl penyusutan kebun sendiri B. Pembelian produksi PIR B. Pengolahan PIR B. Produksi PIR B. Pembelian produksi Rakyat B. Pengolahan Rakyat B. Produksi Rakyat 122,937,766 122,937,766 21,773,707 21,773,707 416,718,010 416,718,010 416,718,010 2 18,221,287,355 86,193,232,230 117,771,474,534 161,837,074,612 101,767,750,084 127,594,023,878 613,384,842,693 134,218,359,048 747,603,201,741 59,630,443,580 807,233,645,321 68,824,652,350 8,245,057,243 77,069,709,593 376,942,637,490 32,487,905,905 409,430,543,395 3 43.73 206.84 282.62 388.36 244.21 306.19 1,471.94 322.08 1,794.03 143.10 1,937.12 3,160.91 378.67 3,539.58 3,066.13 264.26 3,330.39 97,234,050 97,234,050 97,234,050 19,971,959 19,971,959 407,998,660 407,998,660 4 407,998,660 5 15,542,417,000 76,493,866,000 126,867,540,000 135,989,785,000 82,961,640,000 121,332,543,000 559,187,791,000 107,673,149,000 666,860,940,000 39,533,663,000 706,394,603,000 58,955,723,000 5,270,713,000 64,226,436,000 278,765,504,000 25,661,036,000 304,426,540,000

Rp 6 38.09 187.49 310.95 333.31 203.34 297.38 1,370.56 263.91 1,634.47 96.90 1,731.37 2,951.92 263.91 3,215.83 2,866.95 263.91 3,130.86 25,703,716 25,703,716 (97,234,050) 26.43% 1,801,748 1,801,748 9.02% 8,719,350 8,719,350 2.14% (1-4) 8,719,350 2.14% (2-5) 2,678,870,355 9,699,366,230 (9,096,065,466) 25,847,289,612 18,806,110,084 6,261,480,878 54,197,051,693 26,545,210,048 80,742,261,741 20,096,780,580 100,839,042,321 9,868,929,350 2,974,344,243 12,843,273,593 98,177,133,490 6,826,869,905 105,004,003,395 17.24% 12.68% -7.17% 19.01% 22.67% 5.16% 9.69% 24.65% 12.11% 50.83% 14.28% 16.74% 56.43% 20.00% 35.22% 26.60% 34.49%

Rp (3-6) 5.63 19.35 (28.33) 55.05 40.87 8.80 101.38 58.18 159.56 46.20 205.76 208.98 114.76 323.75 199.17 0.35 199.53

14.78% 10.32% -9.11% 16.52% 20.10% 2.96% 7.40% 22.05% 9.76% 47.68% 11.88% 7.08% 43.49% 10.07% 6.95% 0.13% 6.37%

Jumlah B. Produksi Kebun Persediaan awal Persediaan awal+B. Produksi Persediaan akhir B. Harga Pokok Penjualan B. Diskonto bank/pajak ekspor/freight B. Penjualan B. Administrasi B. Penyusutan kantor direksi B. Bunga Pendapatan lain-lain B. lain-lain Total B. FOB

561,429,483 10,100,141 571,529,624 13,703,568 557,826,056

1,293,733,898,309 20,346,511,251 1,314,080,409,560 28,866,315,908 1,285,214,093,652 7,857,776,212 64,990,027,341 236,146,318,726 3,127,456,006 21,809,207,163 (82,472,914,964) 92,436,986,653 1,629,108,950,789

2,304.36 2,014.48 2,299.23 2,106.48 2,303.97 14.09 116.51 423.33 5.61 39.10 (147.85) 165.71 2,920.46

525,204,669 525,204,669 1,050,409,338 525,204,669 525,204,669

1,075,047,579,000 36,890,501,000 1,111,938,080,000 36,890,501,000 1,075,047,579,000 9,905,908,000 41,340,342,000 282,075,931,000 4,362,002,000 20,643,012,000 (96,088,464,000) 88,329,099,000 1,425,615,409,000

2,046.91 70.24 1,058.58 70.24 2,046.91 18.86 78.71 537.08 8.31 39.30 (182.95) 168.18 2,714.40

36,224,814 (515,104,528) (478,879,714) (511,501,101) 32,621,387

6.90% 98.08% 45.59% 97.39% 6.21%

218,686,319,309 (16,543,989,749) 202,142,329,560 (8,024,185,092) 210,166,514,652 (2,048,131,788) 23,649,685,341 (45,929,612,274) (1,234,545,994) 1,166,195,163 13,615,549,036 4,107,887,653 203,493,541,789

20.34% -44.85% 18.18% -21.75% 19.55%

257.45 1,944.24 1,240.66 2,036.24 257.06 (4.77) 37.79 (113.74) (2.70) (0.21) 35.11 (2.47) 206.06

12.58% 2767.98% 117.20% 2898.97% 12.56%

Sri Lestari Ningsih Sigiro : Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Perencanaan dan, 2008 USU e-Repository 2008

You might also like