You are on page 1of 67

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

LEMBARAN SEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrahim Kebahagiaan, kedamaian, dan ketenteraman hati senantiasa berawal dari Ilmu Pengetahuan, itu karena Ilmu mampu menembus yang samar, menemukan sesuatu yang hilang dan menyingkap yang tersembunyi, jadi hanya ada satu kunci mencapai kebahagiaan yaitu tuntutlah Ilmu, galilah Pengetahuan dan raihlah manfaatnya. Jika aku boleh mencintai seseorang seperti cintaku kepada Allah SWT Rabbiku dan Muhammad SAW Rasulku, tentu orang itu adalah kedua Ibu Bapakku. Kupersembahkan Tugas Akhir ini ke pangkuan Ayahanda dan Ibunda serta Abang dan Kakakku. Sebagai bukti tulus ananda atas segala curahan kasih sayang dan pengorbanan, sehingga Ananda dapat menyelesaikan pendidikan, semoga apa yang telah ananda perbuat mendapat berkah dan rahmat dari Allah SWT, dan semoga Allah SWT membalas budi baik yang telah kalian berikan.

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan atas Kehadirat ALLAH SWT, Tuhan Semesta Alam yang selalu memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada setiap hambanya. Dan dengan berkat rahmat dan hidayah-Nya tersebut penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini, dan penulis mengangkat judul Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar MEDAN. Tugas Akhir ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi program Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Shalawat beriring salam tak lupa juga penulis hadiahkan kepada jungjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah memberikan suri tauladan yang baik pada seluruh umat manusia. Semoga kelak kita mendapat Syafaat-Nya di kemudian hari, Amin. Penulis sungguh menyadari penyelesaian tugas akhir yang penulis lakukan ini tak lepas dari dorongan moril maupun materil yang diberikan oleh kedua orang tua penulis (Ayahanda H.M. SAID Nst dan Ibunda Siti Baheram). Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih khusus buat kedua orang tua penulis yang paling berjasa dalam mendidik, dan membesarkan penulis hingga sampai sekarang ini. Atas doa dan kepercayaan mereka jugalah penulis dapat menyelesaikan kuliah dan tugas akhir ini.

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

Dalam penulisan tugas akhir ini penulis menyadari bahwa tugas akhir ini belumlah sempurna dan terdapat banyak kekurangan, baik dari segi penyusunan kalimat maupun isinya. Atas dasar tersebut penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan tugas akhir ini. Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian tugas akhir ini, karena tanpa bimbingan dan petunjuk dari dosen pembimbing dan pihak lain, maka sulit bagi penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak, selaku Ketua Jurusan Program Studi Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Iskandar Muda, SE, M.Si, selaku dosen pembimbing, yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan fikiran dalam memberikan bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan tugas akhir ini. 4. Pimpinan dan seluruh karyawan PT. PLN (Persero) Pikitring Sumut, Aceh dan Riau MEDAN, yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan izin dan menyediakan data-data yang diperlukan dalam penyusunan Tugas akhir ini.

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . i DAFTAR ISI .. iv DAFTAR LAMPIRAN . v BAB I : PENDAHULUAN A. B. C. D. Latar Belakang Masalah .1 Rumusan Masalah ..3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ..4 Sistematika Penelitian D.1. Jadwal Penelitian .... 5 D.2. Laporan Penelitian .. 6 BAB II : PT. PLN (Persero) PROYEK INDUK PEMBANGKIT DAN JARINGAN SUMATERA UTARA, ACEH DAN RIAU MEDAN A. Sejarah Ringkas .. 8 B. Struktur Organisasi . 10 C. Uraian Tugas ( job description ) .. 11 D. Jaringan Usaha/Kegiatan ... 17

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

E. Kinerja Usaha Terkini ... 17 F. Rencana Kegiatan . 18 BAB III : TOPIK PENELITIAN A. Aktiva Tetap .. 19 B. Pembagian Aktiva Tetap ... 20 C. Penggantian Aktiva Tetap . 27 D. Manajemen Aktiva Tetap .. 29 E. Unsur-unsur Pengendalian Intern Aktiva Tetap 34 F. Indikator Penilaian 38 BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 43 B. Saran .. 44 DAFTAR PUSTAKA 45 LAMPIRAN

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Susunan Organisasi PT. PLN (Persero) Pikitring Sumut, Aceh & Riau MEDAN Lampiran 2 : Daftar Masa manfaat Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Sumut, Aceh & Riau MEDAN Lampiran 3 : Rincian Pos Neraca Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Sumut, Aceh & Riau MEDAN Lampiran 4 : Bukti Pembayaran Aktiva Tetap dengan Kas/Bank pada PT. PLN (Persero) Pikitring Sumut, Aceh & Riau MEDAN Lampiran 5 : Kartu Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Sumut, Aceh & Riau MEDAN Lampiran 6 : Rincian Aktiva Tetap Per Jenis pada PT. PLN (Persero) Pikitring Sumut, Aceh & Riau MEDAN Lampiran 7 : Surat Balasan Riset dari PT. PLN (Persero) Pikitring Sumut, Aceh & Riau MEDAN

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Dalam sektor perekonomian teknologi yang semakin maju mempengaruhi perkembangan pada setiap perusahaan, baik perusahaan swasta maupun perusahaan pemerintah. Masalah yang dihadapi perusahaan juga semakin rumit terutama dalam penyajian laporan keuangan. Didalam mencapai tujuan perusahaan selalu menghadapi masalah baik itu dari dalam maupun dari luar perusahaan, untuk itu diperlukan adanya pengendalian intern yang dapat membantu memperlancar kegiatan dalam perusahaan dan memperkecil resiko terjadinya penyimpangan atau kesalahan dalam setiap aktivitas dalam perusahaan. Setiap organisasi memiliki sasaran yang akan dicapai, baik yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang, yaitu memperoleh laba dan menaikkan nilai perusahaan. Perusahaan tidak akan dapat mencapai sasaran tersebut tanpa adanya aktiva (asset) yang dapat menjamin kelancaran operasional rutin perusahaan, terutama aktiva tetap (fixed assets). Aktiva tetap merupakan asset perusahaan yang sangat penting, tanpa adanya aktiva tetap mustahil sebuah perusahaan dapat menjalankan kegiatan operasional rutinnya dengan baik. Menurut PSAK No. 16, aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dulu yang digunakan dalam proses produksi, tidak dimaksudkan untuk dijual kembali dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai manfaat lebih dari satu tahun.

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

Hampir setiap perusahaan, baik yang bergerak dalam bidang jasa, perdagangan, maupun industri pasti memiliki aktiva tetap untuk menjalankan kegiatan operasional perusahaan setiap harinya. Aktiva tetap merupakan harta perusahaan yang masa penggunaannya lebih dari satu periode normal akuntansi (biasanya diatas satu tahun penggunaan). Aktiva tetap ini digolongkan kepada dua kelompok berdasarkan wujudnya yaitu, aktiva tetap berwujud (tangible asset) dan aktiva tetap tidak berwujud (intangible assets). Harta perusahaan yang termasuk kedalam kelompok aktiva tetap ini yaitu, tanah (land), gedung (building), mesin (machine), kendaraan (vehicles), goodwill, hak cipta (copy rights), dan lain sebagainya. Di dalam menjalankan kegiatan operasi perusahaan, proses perolehan aktiva tetap tersebut tentu memerlukan pertimbangan-pertimbangan bagi pihak perusahaan, karena kesalahan dalam mempertimbangkan cara memperoleh aktiva tetap juga akan mempengaruhi operasi perusahaan, terutama dari segi dana yang tersedia untuk memperoleh aktiva tetap tersebut. Untuk itu diperlukan suatu perencanaan yang berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang tepat bagi para pengambil keputusan, tentang kebijakan apa yang perlu diambil untuk memperoleh aktiva tetap. Seiring dengan berjalannya waktu, maka aktiva tetap yang telah dimiliki perusahaan tentunya mempunyai batas waktu tertentu untuk beroperasi, serta memerlukan perbaikan-perbaikan yang kadangkala juga membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya, disamping biaya-biaya pemeliharaan rutin agar dapat menunjang kegiatan pengoperasiannya yang berkesinambungan. Dalam hal ini

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

perlu penetapan apakah pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan aktiva tetap masuk kepada pengeluaran modal (capital expenditure) ataupun pengeluaran pendapatan (revenue expenditure). Penanganan aktiva tetap bertujuan untuk memperoleh efisiensi dan pengamanan terhadap aktiva tetap agar dana yang diinvestasikan kedalam aktiva tetap memperoleh manfaat yang maksimum sesuai dengan jangka waktu pemakaiannya, serta untuk menghindari ketidakwajaran pelaporan biaya dalam satu periode akuntansi. Aktiva tetap juga sangat erat kaitannya dengan umur ekonomis dari aktiva tersebut sehingga perusahaan perlu menerapkan suatu sistem informasi akuntansi aktiva tetap untuk dapat mengestimasikan secara lebih akurat umur ekonomis aktiva tetap tersebut. Hal ini sangat penting karena dengan estimasi umur ekonomis yang akurat, perusahaan dapat mentaksir masa penggunaan aktiva tetap tersebut secara lebih efektif. Mengingat pentingnya aktiva tetap (fixed assets) bagi sebuah organisasi/ perusahaan, maka penulis tertarik untuk menganalisis aktiva tetap tersebut kedalam sebuah tugas akhir yang diaplikasikan oleh perusahaan dengan judul Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan Sumatera Utara, Aceh dan Riau Medan .

B. Rumusan Masalah Apakah perlakuan akuntansi aktiva tetap yang diterapkan oleh PT. PLN (Persero) MEDAN . telah sesuai dengan prinsip cepat, aman dan murah?

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian C.1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui sejauh mana penerapan perlakuan akuntansi aktiva tetap yang cepat, aman, dan murah dalam perusahaan. 2. Untuk mengetahui gambaran yang jelas mengenai perlakuan akuntansi aktiva tetap apakah sesuai dengan semestinya dan terhindar dari terjadinya kesalahan dalam penyusunan dan pengaturannya. 3. Sebagai salah satu syarat guna menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

C.2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Membantu penulis dalam memahami perlakuan akuntansi aktiva tetap dalam suatu perusahaan. 2. Memberi informasi dan pengetahuan kepada penulis tentang perlakuan akuntansi aktiva tetap yang diterapkan dalam perusahaan dan membandingkannya dengan teori yang diperoleh di bangku kuliah. 3. Sebagai bahan masukan bagi perusahaan untuk peningkatan kualitas perlakuan akuntansi aktiva tetap yang diterapkan pada perusahaan.

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

D. Sistematika penelitian D.1. Jadwal Penelitian Agar penulisan skripsi minor ini lebih terarah dan dapat mempermudah penulis dalam pengerjaan hal-hal yang dibahas, penulis melakukan penelitian setelah penulis menyelesaikan magang di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Jadwal penelitian yang terdiri dari berbagai kegiatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel jadwal penelitian berikut ini :

Tabel 1.1 Jadwal Penelitian Agustus Keterangan Minggu ke1 Penulis mengurus sks bersih di bagian akademik Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Penulis mencari rujukan atas judul yang ingin di buat Mengajukan judul kepada ketua Program Studi Diploma III Akuntansi Membuat surat riset yang ditujukan untuk PT. PLN (Persero) Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan Sumatera Utara, Aceh dan Riau MEDAN 2 3 4 September Minggu ke1 2 3 4 Oktober Minggu ke1 2 3 4 November Minggu ke1 2 3 4

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

Mengajukan Proposal Tugas Akhir guna mendapatkan Dosen Pembimbing Melakukan riset di PT. PLN (Persero) MEDAN Bimbingan Tugas Akhir dengan dosen pembimbing

D.2. Laporan Penelitian Dalam pembahasan yang akan dilakukan, penulis membagi tugas akhir ini atas empat bagian uraian pokok pada masing-masing bab yang urutannya adalah sebagai berikut :

BAB I

PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan secara ringkas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penelitian.

BAB II

PT. PLN (Persero) PROYEK INDUK PEMBANGKIT DAN JARINGAN SUMATERA UTARA, ACEH DAN RIAU MEDAN. Bab ini akan menguraikan sejarah ringkas perusahaan, struktur organisasi, uraian tugas (job discription), jaringan

usaha/kegiatan, kinerja usaha terkini perusahaan, dan rencana kegiatan.

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

BAB III

TOPIK PENELITIAN Pada bab ini penulis membandingkan data teori dengan hasil penelitian di lapangan, dan dari hasil tersebut penulis akan memberikan penilaian.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini penulis akan membuat kesimpulan berdasarkan uraian dan pembahasan terdahulu, dan juga akan mengemukakan saran yang akan dianggap bermanfaat bagi perusahaan.

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

BAB II PT. PLN (Persero) PROYEK INDUK PEMBANGKIT DAN JARINGAN SUMATERA UTARA, ACEH DAN RIAU MEDAN

A. Sejarah Ringkas Listrik mulai dikenal di Indonesia pada akhir abad ke-19 yaitu pada masa Pemerintahan Hindia Belanda. Pada saat itu penyediaan tenaga listrik di negara kita dikelola oleh beberapa perusahaan salah satunya adalah NV OGEM (overzeese gase dan electritiest maathappy) yang berpusat di negara Belanda, sedangkan di Indonesia berpusat di Jakarta. Sejarah kelistrikan di Indonesia dimulai pada tahun 1893 di daerah Batavia atau Jakarta sekarang. Tiga puluh tahun kemudian (1923) listrik mulai ada di Medan. Sentralnya dibangun di pertapakan kantor PLN cabang Medan yang sekarang di jalan Listrik no 12 Medan, dibangun oleh NV NIGEM/OGEM, yaitu salah satu perusahaan swasta Belanda. Kemudian menyusul pembangunan listrik di Tanjung Pura dan Pangkalan Brandan 1924, Tebing Tinggi 1927, Sibolga, Berastagi, dan Tarutung 1929, Tanjung Balai 1931, Labuhan Bilik 1936, dan Tanjung Tiram 1937. Pada masa penjajahan Jepang, perusahaan listrik berada ditangan Jepang dengan mendatangkan tenaga ahli dari Jepang, tetapi Jepang hanya mengambil alih pengelolaan listrik milik swasta Belanda tanpa mengadakan penambahan mesin dan perluasan jaringan. Daerah kerjanya dibagi menjadi Perusahaan Listrik Sumatera, dan Perusahaan Listrik Jawa yang disesuaikan dengan struktur organisasi pemerintahan Jepang pada saat itu.

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

Sejak proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945 dikumandangkan maka kesatuan aksi karyawan listrik di seluruh penjuru tanah air mengambil alih Perusahaan Listrik swasta Belanda dari tangan tentara Jepang. Pengambilalihan itu selesai bulan oktober 1945 dan diserahkan pada pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini Departemen Pekerjaan Umum. Mengenang peristiwa ambil alih itu maka tanggal 27 oktober ditetapkan sebagai hari listrik nasional. Sejak tahun 1955 di Medan berdiri perusahaan listrik distribusi cabang Sumatera Utara yang mula-mula dikepalai oleh R. Sukarno ( merangkap Kepala di Aceh ). Kantornya berlokasi di jalan Batu Gingging ( sekarang menjadi gudang PLN ), setelah BPU PLN berdiri dengan SK Menteri No. 16/120 tanggal 20 Mei 1961, maka organisasi kelistrikan di rubah, Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau menjadi PLN Eksploitasi II dipimpin oleh Ir. Dudung Yachyasumitra. Pada tahun 1965 BPU PLN dibubarkan dengan peraturan Menteri No. 1/PRT/65 ditetapkan daerah pembagian kerja PLN menjadi 15 kesatuan daerah eksploitasi Sumatera Utara yang juga disebut daerah eksploitasi I yang dipimpin oleh Ir. Dudung Yachyasumitra, Aceh menjadi eksploitasi XIII,

Sumatera Barat dan Riau menjadi eksploitasi XIV. Pada tanggal 12 April 1969 dengan SK Menteri PU & T No. 57/Kpts/1969 dan No 193/Kpts/69 serta SK Dirjen GATRIK No 12/K/69 jabatan pemimpin Eksploitasi I diserah terimakan dari Ir. Dudung Yachyasumitra kepada Ir. Darmono dan PLN waktu itu dibagi menjadi 14 Eksploitasi dan 4 PLN Pembangunan.

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1972 mempertegas kedudukan PLN sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara dengan hak dan wewenang dan tanggung jawab membangkitkan, menyalurkan, dan mendistribusikan tenaga listrik di seluruh Indonesia, kemudian disusul dengan keputusan menteri PUTL No. 01/PRT/73 untuk menetapkan perubahan PLN dari Perusahaan Umum Listrik Negara sebagai satu-satunya Perusahaan Negara yang dibentuk Pemerintah untuk membangkitkan, menyalurkan, dan mendistribusikan tenaga listrik di seluruh Indonesia. Dalam SK Menteri tersebut ditetapkan pula pembagian kerja PLN menjadi 14 Eksploitasi, 4 daerah distribusi dan 3 daerah pembangkitan dan sejak itu PLN Eksploitasi I Sumatera Utara diganti menjadi PLN Eksploitasi Sumatera Utara. Menyusul Peraturan Menteri PUTL No. 013/PRT/75 yang merubah PLN Eksploitasi PROLIS yang diasuh oleh Direksi, sementara Organisasi Direksi PLN pun mengalami perubahan pula. PLN Eksploitasi II menjadi PLN Wilayah II Sumatrera Utara, PLN Pembangunan VIII kemudian menjadi PLN Pembangunan I dan berubah menjadi Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan Sumatera Utara, kemudian terjadi perubahan nama menjadi PT. PLN (Persero) Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan Sumatera Utara, Aceh dan Riau ( Pikitring Suar ) sesuai dengan surat keputusan No. 032/K/DIR/2006 tanggal 14 Februari 2006.

B. Struktur Organisasi Setiap Perusahaan pasti memiliki struktur organisasi, struktur organisasi sangat penting didalam perusahaan karena berfungsi sebagai landasan bagi

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

seluruh fungsi yang ada dalam organisasi untuk melaksanakan tugas, wewenang dan tanggung jawab dari setiap fungsi. PT PLN (Persero) Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan Sumatera Utara, Aceh, dan Riau menganut struktur organisasi garis lurus staf ( line staff organization ) yang sesuai dengan kondisi perusahaan tersebut karena : 1. Pembagian tugas secara jelas dapat dibedakan, 2. General manajer langsung memerintah dan memberikan petunjuk-petunjuk kepada kepala bagian untuk diteruskan kepada bawahannya yang sudah ditentukan berdasarkan spesialisasi tugas. Wewenang dari puncak pimpinan dilimpahkan sepenuhnya kepada bawahannya dalam bidang pekerjaan sepanjang yang menyangkut bidang kerjanya. PT. PLN (Persero) Pikitring Suar dipimpin oleh seorang General Manager yang membawahi beberapa manajer bagian yang terdiri dari : 1. Manajer bidang perencanaan 2. Manajer bidang operasi 3. Manajer bidang SDM administrasi dan keuangan

C. Uraian Tugas ( job description ) Adapun uraian tugas dari PT. PLN (Persero) Pikitring Suar adalah : 1. General Manajer a. Bertanggung jawab atas pengolahan kegiatan proyek dan pembangunan Pembangkit dan Jaringan Tenaga Listrik sesuai yang tercantum dalam Daftar Isian Proyek (DIP), Petunjuk Operasional (PO), dan Anggaran

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

Investasi (AI) serta bertanggung jawab terhadap biaya jadwal dan mutu sesuai target kinerja proyek induk yang tersedia, serta memastikan bahwa semua program pembangunan dan APBN, LOAN, APLN telah diketahui oleh direksi, b. Menetapkan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) proyek induk, c. Mengolah kegiatan proyek dan bertindak sebagai wakil pemilik (owner), d. Menetapkan system manajemen kinerja dan system manajemen mutu proyek induk serta pengendaliannya, e. Mengembangkan hubungan kerja sama dengan pihak lain untuk kelancaran dan keberhasilan penyelesaian proyek, f. Mengembangkan dan memelihara kompetensi anggota dalam bidang proyek induk, g. Mengembangkan strategi dan kebijakan pokok untuk meningkatkan kerja proyek induk, h. Memastikan kelancaran koordinasi dan SLA ( service level agreement ) dan PT. PLN (Persero) jasa konstruksi, i. Menetapkan laporan manajemen proyek induk.

2. Kepala Audit Internal Bertanggung jawab atas penyelenggaraan audit manajemen untuk menjamin pencapaian target kinerja proyek induk sesuai penetapan direksi dengan ketentuan dan kebijakan proses manajemen sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Rincian tugas kepala audit internal adalah :

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

a. Merumuskan program kerja pemeriksaan tahunan sesuai Program Kerja Proyek Induk, b. Melaksanakan audit internal, meliputi pelaksanaan kegiatan proyek induk, keuangan, system sumber daya manusia dan administrasi, c. Merumuskan masukan dan rekomendasi yang menyangkut proses Manajemen dan Operasional, d. Memantau tindak lanjut temuan hasil audit internal.

3. Manajer Bidang Perencanaan Bertanggung jawab atas tersedianya perencanaan kerja atas pelaksanaan kegiatan perencanaan konstruksi pembangunan proyek pembangkit dan jaringan, penetapan kebijakan manajemen yang strategis dalam rangka pencapaian target kinerja proyek induk serta mendukung restrukturisasi organisasi proyek induk. Rincian tugas pokok manajer bidang perencanaan adalah : a. Menyusun Rencana Kerja Anggaran (RKA) proyek induk tahunan, b. Melaksanakan evaluasi kinerja serta sosialisasi penerapannya kepada organisasi proyek, c. Merencanakan dan mengelola kegiatan pembebasan tanah dan mengelola kegiatan soil investigation, d. Menyiapkan AMDAL, UPL, dan RKL serta perijinan, e. Mengolah dan membina sistem manajemen mutu, f. Merumuskan standar produk/materi, serta membina penerapannya,

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

g. Melaksanakan perencanaan proyek yang sinergi dengan koordinasi bersama jasa manajemen konstruksi, h. Menetapkan laporan proyek induk.

4. Manajer Bidang Operasi Rincian tugas manajer bidang operasi adalah : a. Menyusun rencana kerja staf operasi sesuai rencana kerja proyek induk, b. Merumuskan penerapannya, c. Mengkoordinasi kegiatan pelaksanaan administrasi teknik meliputi administrasi, tenaga asing, kontrak-kontrak dan berita pembayaran, d. Mengkoordinasi kegiatan pengadaan dan pengendalian sarana kerja proyek sesuai dengan kontrak agar tepat waktu sesuai kualitas dan kuantitas, e. Membina hubungan kerja dengan instansi terkait untuk kelancaran tugas, f. Melaksanakan pemantauan kemajuan fisik proyek secara berkala untuk menghindari keterlambatan, g. Mengelola penerimaan dan pengeluaran barang serta tata usaha gedung, h. Memberi laporan manajemen sesuai bidangnya. dan mengevaluasi kinerja bidang serta sosialisasi

5. Manajer Bidang SDM, Administrasi Dan Keuangan Bertanggung jawab atas pengelolaan SDM, Administrasi dan Keuangan untuk mendukung pelaksanaan pekerja kegiatan proyek induk dalam mencapai

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

kinerja target proyek induk sesuai penetapan direksi. Rincian tugas pokok manajer bidang SDM, Administrasi dan Keuangan adalah : a. Merencanakan jenjang karir dan siklus untuk SDM tingkat pelaksanaan di proyek induk, b. Melaksanakan manajemen berbasis kompetensi dalam hal penetapan posisi SDM, penilaian unjuk kerja pegawai serta pendidikan dan latihan, c. Melaksanakan tata usaha kepegawaian dalam hal reminsasi, mutasi data pegawai, d. Melaksanakan pekerjaan kesekretariatan pengolahan keluar masuk surat serta menjamin kerahasiaannya, e. Mengelola sistem informasi dan memelihara peralatan perangkat kerasnya, f. Melaksanakan penyedian dan memelihara peralatan kantor, g. Melaksanakan pengendalian aliran kas penerimaan dan pengeluaran serta membuat laporan rekonsiliasi keuangan, h. Melakukan pengolahan keuangannya berdasarkan kegiatan proyek induk, i. Melaksanakan kegiatan akuntansi biaya PDP dan aktiva tetap, j. Menetapkan laporan manajemen di bidangnya.

6. Proyek Pembangkit Rincian tugas pokok manajer proyek pembangkit adalah : a. Koordinasi pengawasan dan pengendalian teknik dan administrasi dengan unit jasa manajemen konstruksi,

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

b. Melakukan kegiatan proyek dengan fungsi sebagai pendelegasian wakil pemilik (owner) dari poyek induk, c. Menyusun Basic Communication dengan pihak pengguna jasa dan setiap pihak terkait, d. Mengevaluasi rekomendasi penyempurnaan pekerjaan proyek dari pihak jasa manajemen konstruksi untuk proses amandemen dari pihak konstruksi, e. Menugaskan pengawasan mutu, tertib biaya dan ketetapan waktu pelaksanaan proyek tehadap setiap pihak pelaksanaan konstruksi dan pihak jasa manajemen konstruksi, f. Menetapkan laporan manajemen proyek pembangkit.

7. Proyek Jaringan Rincian tugas pokok manajer proyek jaringan adalah : a. Koordinasi pengawasan dan pengendalian teknik dan administrasi dengan unit jasa manajemen konstruksi, b. Melaksanakan kegiatan proyek dengan fungsi sebagai pendelegasian wakil pemilik, (owner) dari proyek induk, c. Menyusun basic communication dengan pihak pengguna jasa dan setiap pihak terkait, d. Mengevaluasi rekomendasi penyempurnaan pekerjaan proyek dari pihak jasa manajemen konstruksi untuk proses amandemen dengan pihak konstruksi.

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

D. Jaringan Usaha/ Kegiatan Jaringan usaha / kegiatan PT PLN (Persero) Pikitring Suar Medan adalah sebagai berikut : a. Proyek PLTA ( Pembangkit Listrik Tenaga Air ) Sipansihaporas, yang berlokasi di desa Husor, dan Sibuhuan II Kabupaten Tapanuli Tengah, Propinsi Sumatera Utara dengan kapasitas produksi tenaga listrik sebesar 33 + 17 MW (Mega Watt), b. Proyek PLTA Renun, berlokasi di Kabupaten Dairi, sekitar 100 km selatan kota Medan dengan kapasitas produksi tenaga listrik sebesar 2 41 MW. Pola operasi PLTA ini yaitu air sungai ditampung pada kolam Tando Harian seluas 10 ha untuk dapat melayani beban puncak selama 5 jam dengan debit 22,1 m3/detik, c. Proyek PLTU ( Pembangkit Listrik Tenaga Uap ) Labuhan Angin, lokasi proyek di desa Tapian Nauli Kecamatan Tapian Nauli Kabupaten Tapanuli Tengah. Kapasitas produksi tenaga listrik yang dihasilkan sebesar 2 15 MW, dengan spesifikasi bahan bakar yaitu batu bara kalori rendah dengan kebutuhan batu bara 1.152.000 ton / tahun.

E. Kinerja Usaha Terkini Pada tahun 2009 ini PT. PLN (Persero) Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan Sumatera Utara, Aceh dan Riau memiliki beberapa buah proyek yang harus dikerjakan baik proyek yang telah berjalan ataupun proyek yang baru berjalan.

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

Adapun proyek-proyek tersebut antara lain : a. penyelesaian Proyek Induk PLTU Labuhan Angin, b. pekerjaan Transmission Line 275 kV Asahan I Simangkuk, c. pekerjaan Transmission Line 275 kV Simangkuk Porsea, d. pekerjaan Gardu Induk 150 kV Simangkuk, e. pekerjaan Transmission Line 275 kV Binjai galang, f. pekerjaan Transmission Line 275 kV Galang Simangkuk, g. pekerjaan Transmission Line 275 kV Simangkuk Sarulla, h. pekerjaan Transmission Line 275 kV Sarulla Padang Sidempuan.

F. Rencana Kegiatan Rencana kegiatan PT PLN (Persero) Pikitring Suar adalah sebagai berikut: a. pembangunan transmisi 275 kV dan Gardu Induk, b. pembangunan transmisi 150 kV dan Gardu Induk, c. pembangunan PLTA Asahan III, d. pembangunan PLTA Peusangan, e. pembangunan PLTU Meulaboh, f. pembangunan PLTU Pangkalan Susu, Pembangunan PLTU Riau yang terbagi dalam beberapa wilayah yaitu : Selat Panjang, Tanjung Balai Karimun, dan Bengkalis.

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

BAB III TOPIK PENELITIAN

Dalam BAB III ini peneliti akan membuat pembahasan mengenai perlakuan aktiva tetap yang dilakukan dengan cara membandingkan teori yang diperoleh dari hasil tinjauan peneliti ke PT. PLN (Persero) Pikitring Suar MEDAN.

A. Aktiva Tetap Aktivitas transaksi bisnis dalam penyusunan laporan keuangan berupa Neraca adalah membuat jurnal-jurnal yang berhubungan dengan aktiva tetap (fixed assets). Menurut Mulyadi 2001, pengertian aktiva tetap adalah kekayaan

perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakn kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual kembali . Menurut IAI ( Ikatan Akuntan Indonesia ) 2002. pengertian aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan dan mengalami penurunan nilai jual ( penyusutan ) .

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

B. Pembagian Aktiva Tetap Menurut Mulyadi, (2001) aktiva tetap berwujud yang dimiliki oleh suatu perusahaan dikelompokkan sebagai berikut : 1. Tanah dan pematangan tanah ( land and land improvement ), 2. Gedung dan perbaikan gedung, 3. Mesin, 4. Meubel, 5. Kendaraan-kendaraan.

Sesuai dengan pengertian yang dikemukakan oleh Ikatan Akuntan Indonesia diatas terkait ciri-ciri aktiva tetap, maka seluruh kategori yang ada pada PT. PLN (Persero) MEDAN telah disesuaikan dengan Standar Akuntansi Keuangan dimana aktiva tetap yang ada memiliki ciri-ciri sesuai dengan yang dimaksudkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia yaitu berwujud dimiliki oleh perusahaan serta tidak dimaksudkan untuk dijual kembali. Berikut ini adalah transaksi yang mengubah rekening aktiva tetap pada PT. PLN (Persero) MEDAN, beberapa aktiva tetap yang dimiliki oleh PT. PLN (Persero) Pikitring Suar MEDAN antara lain : a. Bangunanan Gedung dan Kelengkapan Halaman b. Peralatan kantor c. Komputer d. Kendaraan

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

1. Transaksi Aktiva Tetap a) Transaksi perolehan Aktiva tetap perusahaan diperoleh melalui berbagai cara antara lain seperti pembelian, pembangunan, dan sumbangan. PT. PLN (Persero) MEDAN memperoleh aktiva tetap periode 1 Januari 2008 berupa gedung dan kelengkapan halaman dengan cara membeli dengan harga Rp. 47.637.877.000. Transaksi perolehan aktiva tetap dari pembelian dicatat dalam register buku kas keluar dengan jurnal sebagai berikut : Gedung 47.637.877.000 47.637.877.000

Bukti Kas Keluar Yang Akan dibayar

b) Transaksi Pengeluaran Modal Transaksi pengeluaran modal adalah transaksi yang bersangkutan dengan aktiva tetap yang mempunyai manfaat lebih dari satu tahun, maka pada saat terjadinya pengeluaran modal tersebut dicatat sebagai tambahan harga pokok aktiva tetap yang bersangkutan, dan didepresiasikan dalam tahun-tahun yang menikmati manfaat pengeluaran modal tersebut. Transaksi pengeluaran modal (capital expenditure) dicatat dalam register bukti kas keluar, untuk pembelian aktiva tetap berupa gedung dan kelengkapan halaman periode 1 Januari 2008 diatas dijurnal sebagai berikut : Gedung 47.637.877.000 47.637.877.000

Bukti kas keluar yang akan dibayar

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

c) Transaksi Depresiasi Aktiva Tetap Secara periodik, harga pokok aktiva tetap dialokasikan kedalam periode akuntansi yang menikmati jasa yang dihasilkan oleh aktiva tetap. Alokasi ini dikenal dengan istilah depresiasi aktiva tetap. Dari penelitian yang dilakukan oleh penulis pada PT. PLN (Persero) MEDAN, metode penyusutan yang digunakan adalah menggunakan metode garis lurus ( straight line method ). Transaksi depesiasi yang dicatat oleh PT. PLN (Persero) MEDAN Periode 31 Desember 2008 adalah sebagai berikut : Beban penyusutan Gedung Akumulasi penyusutan Gedung 1.689.616.138 1.689.616.138

2. Metode Cara Perolehan dan Penyusutan Aktiva Tetap 2.1. Metode Cara Perolehan Aktiva Tetap Ikatan Akuntan Indonesia (2002) berpendapat bahwa biaya perolehan suatu aktiva tetap terdiri dari harga belinya, termasuk bea impor dan PPh masukan tidak boleh retribusi ( non refundable ), dan setiap biaya yang dapat diretribusikan secara langsung dalam membawa aktiva tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang dapat dimasukkan setiap potongan dikurangkan dari harga pembelian. Dalam menjalankan aktivitasnya suatu perusahaan dapat memperoleh aktiva tetap dengan beberapa cara, yakni dengan pembelian, disumbangkan (hadiah), dibangun sendiri.

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

1. Pembelian Pembelian suatu aktiva tetap dapat dilakukan secara tunai dan kredit. Secara tunai biasa dilakukan apabila perusahaan memiliki dana yang cukup untuk memperolehnya. Dalam perkiraan, aktiva tetap tersebut dicatat sebesar jumlah uang yang dikeluarkan sehubungan dengan pembelian tersebut. Biaya-biaya yang dikapitalisasi sebagai harga perolehan adalah aktiva tetap itu sendiri ditambah dengan biaya-biaya terkait pembelian aktiva tetap tersebut seperti pajak penjualan, biaya pengangkutan, asuransi dalam perjalanan, bea nama balik, dan biaya pemasangan. Dengan begitu aktiva tetap dapat diakui oleh perusahaan pada saat aktiva tetap tersebut diterima sebesar harga perolehannya. Menurut Niswonger-FessWarren (1990) berpendapat bahwa harga perolehan aktiva tetap mencakup segala pengeluaran yang perlu sampai aktiva tersebut di tempat dan siap untuk dipakai. Pajak pertambahan nilai, ongkos angkut, asuransi selama aktiva dalam perjalanan, fondasi khusus dan biaya pemasangan harus ditambahkan ke harga pembelian aktiva tetap yang bersangkutan. Aktiva tetap yang dibeli harus dicatat sebesar harga pembelian tersebut ditambah biaya-biaya reparasi atau perbaikan agar dapat dipakai. Nilai buku dari pihak yang dijual tidak perlu diperhatikan. Jika perusahaan melakukan pembelian secara kredit, maka dalam aktiva tetap yang bersangkutan dicatat sebesar nilai tunainya. Sedangakan selisih antara nilai tunai dengan harga pembelian kredit tersebut dianggap sebagai beban bunga. Unsur bunga dan financing cost yang terdapat didalamnya harus dikeluarkan dan

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

diperlakukan sebagai biaya dalam periode dimana pembayaran itu terjadi. Oleh karena itu harus dicatat dalam perkiraan beban bunga.

2. Aktiva Tetap yang dihadiahkan Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara dihadiahkan disebut

nonreciprocal transfer atau transfer yang tidak memerlukan umpan balik. Aktiva ini wajib dicatat sebesar harga pasar yang wajar atau berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh pihak perusahaan penilai yang independen ( appraisal company ) dan di kredit modal donasi ( donate capital ). Aktiva tetap yang dihadiahkan dicatat sebagai aktiva apabila hak atas aktiva tetap tersebut sudah diterima. Apabila ada biaya-biaya dalam rangka perolehan ini, maka dicatat sebagai resume expenditure. Contohnya biaya surat-surat, akte, dan sebagainya.

3. Aktiva yang dibangun sendiri Dalam memperoleh suatu aktiva tetap terkadang dilakukan dengan cara dibangun sendiri. Hal ini dikarenakan biaya perolehannya akan lebih rendah, selain itu kualitas aktiva tetap akan lebih baik. Biaya perolehan aktiva tetap meliputi seluruh biaya-biaya pembuatannya termasuk bahan baku, tenaga kerja, dan biaya overhead langsung maupun tidak langsung yang merupakan biaya-biaya diluar biaya operasional perusahaan sehari-hari. Menentukan jumlah overhead tidak langsung yang akan dialokasikan pada aktiva yang dikerjakan bukanlah hal yang mudah.

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

2.2. Metode Penyusutan Aktiva Tetap Penyusutan adalah penurunan kemampuan aktiva tetap dalam

menyediakan manfaat dalam rangka aktivitas operasional perusahaan. Hal ini dikarenakan pemakaian yang terus-menerus, sehingga mengakibatkan fungsi aktiva tetap tersebut menurun dari hari ke hari. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, (2002) penyusutan adalah alokasi sistematik jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aktiva sepanjang masa manfaat. Hal-hal yang menyebabkan penyusutan biasa diidentifikasikan sebagai penyusutan fisik atau penyusutan fungsional. Penyusutan fisik terjadi disebabkan kerusakan ketika digunakan, dan karena cuaca. Sedangkan penyusutan fungsional terjadi karena aktiva tetap yang dimaksud tidak lagi mampu menyediakan manfaat dengan tingkat seperti yang diharapkan. Metode garis lurus menghasilkan jumlah beban penyusutan periodic yang sama sepanjang umur aktiva. Metode unit produksi menghasilkan jumlah beban penyusutan periodik beragam, tergantung dari tingkat pemakaian aktiva. Metode saldo menurun menghasilkan jumlah penyusutan yang lebih tinggi pada tahuntahun awal pemakaian aktiva, yang kemudian terus menurun. Untuk alasan ini metode saldo menurun dinamakan metode penyusutan dipercepat. Metode ini paling cocok dipakai jika penurunan produktivitas atau kemampuan menghasilkan pendapatan dari aktiva terjadi lebih tajam pada tahun-tahun awal pemakaian aktiva. Lebih jauh pemakaian metode ini dapat dibenarkan dengan alasan bahwa reparasi cenderung meningkat seiring dengan meningkatanya umur aktiva.

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

Dengan demikian berkurangnya jumlah penyusutan dalam tahun-tahun akhir, akan ditutupi oleh meningkatnya beban reparasi. PT. PLN (Persero) MEDAN mengalokasikan harga dari masing-masing akhir periode aktiva tetap sebagai biaya penyusutan. Metode penyusutan yang diterapkan didasarkan atas pertimbangan dan alasan yang layak, serta penerapan aktiva tetap yang dimiliki secara konsisten. Masa manfaat dari seluruh jenis aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan seperti bangunan, mesin, kendaraan dan peralatan pada akhirnya akan habis secara perlahan-lahan kecuali tanah.

Ada beberapa alasan PT. PLN (Persero) MEDAN membuat penyusutan terhadap aktiva tetap yaitu disebabkan oleh penuaan fisik, perubahan teknologi. 1. Penuaan Fisik Penyusutan dapat dikarenakan penggunaannya yang dipengaruhi oleh cuaca maupun suhu seperti panas maupun dingin. Perawatan secara rutin disertai pemeliharaan yang baik dapat menambah masa manfaat dan penggunaan suatu aktiva tetap. Namun lambat laun seluruh aktiva terkecuali tanah sewaktu-waktu harus diganti. 2. Perubahan Teknologi Kemajuan teknologi dapat mempengaruhi masa manfaat dari aktiva tetap. Contohnya komputer, manfaat dari computer dapat habis sebelum masanya dikarenakan perubahan teknologi yang begitu cepat ditambah lagi karena perusahan mengikuti system yang ada di luar negeri. Untuk

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

menghitung beban penyusutan aktiva tetap PT. PLN (Persero) MEDAN menggunakan metode garis lurus.

Metode penyusutan dengan garis lurus dianggap sederhana dan relatif mudah ini diterapkan terhadap semua jenis aktiva tetap. Pengalokasian dilakukan apabila aktiva tetap yang bersangkutan benar-benar telah digunakan dalam aktivitas perusahaan. Bentuk persentase penyusutan dari taksiran masa manfaat berbeda-beda sesuai dengan kategorinya.

C. Penggantian Aktiva Tetap Aktiva tetap yang tidak bermanfaat lagi mungkin akan dihancurkan, dijual, atau ditukar tambah dengan aktiva lain. Rincian ayat jurnal untuk mencatat pelepasan suatu aktiva dapat berbeda-beda, tetapi dalam semua kasus intinya ialah penghapusan nilai buku aktiva tersebut dari perkiraan buku besar. Hal ini dilakukan dengan mendebet perkiraan akumulasi penyusutan untuk jumlah peyusutan sampai dengan tanggal pelepasan, dan mengkredit perkiraan aktiva dengan harga perolehan aktiva itu. Aktiva tidak boleh dihapus dari perkiraan di buku besarnya hanya karena telah disusutkan sepenuhnya selama taksiran umurnya. Apabila aktiva tersebut masih tetap digunakan dalam perusahaan, maka harga perolehan dan akumulasi penyusutan harus tetap tercatat di buku besar. Bila tidak demikian, perkiraan aktiva tersebut tidak akan memberikan bukti pendukung bagi aktiva yang sebenarnya masih tetap dipakai, dan dengan demikian fungsi pengendalian dari

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

buku besar tidak ada lagi. Di samping itu, data mengenai harga perolehan dan akumulasi penyusutan mengenai aktiva tersebut seringkali masih diperlukan dalam pelaporan untuk keperluan pajak pertambahan nilai dan pajak penghasilan.

Cara penggantian aktiva tetap yang dilakukan oleh PT. PLN (Persero) MEDAN dilakukan dengan cara dibuang, dijual, ditukar dengan aktiva lain. 1. Dengan Cara Dibuang Dibuang dalam hal ini lebih dimaksudkan dinonaktifkan. Hal ini dikarenakan aktiva tetap tersebut sudah tidak fungsional lagi untuk digunakan dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan serta sudah tidak memiliki nilai residu atau nilai pasar. 2. Dengan Cara Dijual Penjualan aktiva tetap yang sudah tidak produktif lagi dapat dilakukan secara tunai maupun secara kredit. Aktiva tetap yang sudah tidak terpakai lagi dapat dijual lagi dengan cara lelang. Ayat jurnal untuk mencatat penjualan aktiva tetap sama dengan ayat jurnal yang telah diilustrasikan sebelumnya, kecuali bahwa kas atau aktiva lainnya yang diterima juga harus dicatat. 3. Dengan Cara Ditukar dengan Aktiva Lain Dalam hal ini peralatan lama ditukar dengan peralatan baru yang sama penggunaannya. Jika nilai tukar lebih besar daripada nilai buku, maka diperoleh keuntungan. Sebaliknya, jika nilai tukar lebih kecil daripada nilai buku, berarti pertukaran tersebut mendatangkan kerugian.

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

D. Manajemen Aktiva Tetap Aktiva tetap menuntut pemanfaatan optimum selama taksiran umur ekonomisnya. Perlu dibentuk satu fungsi yang memiliki tanggung jawab untuk mengatur penggunaan, pemindahan, pemberian otorisasi penghentian pemakaian aktiva tetap. Jika masing-masing fungsi memiliki wewenang untuk menggunakan, memindahkan, dan menghentikan pemakaian aktiva tetap, penggunaan aktiva tetap tidak akan optimum, karena aktiva tetap yang menganggur di suatu fungsi tidak dapat segera dimanfaatkan oleh fungsi lain. Dalam struktur organisasi, fungsi yang bertanggung jawab atas pengelolaan aktiva tetap berada di tangan bagian aktiva tetap. Wewenang yang dimiliki oleh bagian aktiva tetap adalah sebagai berikut : a. Menempatkan aktiva tetap ditangan fungsi pemakai aktiva tetap, b. Memberikan otorisasi pemindahan aktiva tetap dari fungsi satu ke fungsi lainnya, c. Memberikan otorisasi penghentian pemakaian aktiva tetap, d. Memberikan otorisasi pengiriman aktiva tetap ke pihak luar untuk keperluan reparasi.

Dalam hal ini PT. PLN (Persero) MEDAN telah menempatkan fungsi yang bertanggung jawab atas pengelolaan aktiva tetap kepada bagian aktiva tetap dengan wewenang seperti diatas.

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

1. Struktur Kode Aktiva Tetap Jika perusahaan memiliki berbagai jenis aktiva tetap di berbagai lokasi, untuk memudahkan identifikasi aktiva tetap, diperlukan kode yang mampu memberikan informasi lengkap mengenai aktiva tetap. Diantara informasi penting yang perlu dicerminkan dalam kode aktiva tetap adalah, golongan aktiva tetap, jenis aktiva tetap, lokasi portability, tahun perolehan, fungsi yang bertanggung jawab dalam pemakaian aktiva tersebut. Oleh karena itu, jika perusahaan menggunakan kode angka kelompok ( group code ), maka berikut ini disajikan struktur kode aktiva tetap. Contoh penggunaan kode aktiva tetap disajikan sebagai berikut : X Golongan aktiva tetap Jenis aktiva tetap Tahun perolehan Fungsi Lokasi portability XX XX XX XX XX

Dalam hal ini PT. PLN (Persero) MEDAN telah menggunakan metode diatas dan dapat dilihat pada pemberian kode gudang seperti dibawah ini, Gedung 2 2 03 3 22101 0

Keterangan : 2 gedung, 2 gudang, 3 fungsi, 03 tahun perolehan, 2 Medan, 2 Gedung, lantai 1, kamar 01, 0 Tidak dapat dipindahkan.

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

2. Dokumen Aktiva Tetap Dokumen yang digunakan untuk merekam data transaksi yang mengubah harga pokok aktiva tetap dan akumulasi depresiasi aktiva tetap yang bersangkutan adalah : a. Surat permintaan otorisasi investasi (expenditures authorization request). Karena investasi dalam aktiva tetap biasanya meliputi jumlah rupiah yang relatif besar dan mencakup keterikatan dana dalam jangka waktu yang relatif panjang, maka pengendalian aktiva tetap dilakukan melalui perencanaan yang matang. Perencanaan pengeluaran investasi dalam dalam aktiva tetap dimulai dengan diajukannya usulan investasi kepada manajemen puncak. Melalui staff direksi, usulan investasi diteliti kelayakan teknis dan ekonomisnya yang hasilnya dituangkan dalam laporan studi kelayakan. Studi kelayakan tersebut digunakan untuk menyusun anggaran investasi (capital budget) untuk disetujui / diotorisasi oleh rapat umum pemegang saham. Untuk melaksanakan investasi yang tercantum dalam anggaran investasi diperlukan dokumen untuk meminta dana yang telah diizinkan oleh rapat umum pemegang saham. Dokumen ini disebut surat permintaan otorisasi investasi. b. Surat Permintaan Reparasi ( authorization for repair ), berfungsi sebagai perintah dilakukannya reparasi yang merupakan pengeluaran modal. c. Surat Permintaan Transfer Aktiva Tetap, dokumen ini berfungsi sebagai permintaan dan pemberian otorisasi transfer aktiva tetap.

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

d. Surat Permintaan Penghentian Pemakaian Aktiva Tetap, dokumen ini berfungsi sebagai permintaan dan pemberian otorisasi penghentian pemakaian aktiva tetap. e. Surat perintah kerja ( work order ), yaitu dokumen yang memiliki dua fungsi yaitu sebagai perintah dilaksanakannya pekerjaan tertentu mengenai aktiva tetap dan sebagai catatan yang di pakai untuk mengumpulkan biaya pembuatan aktiva tetap. Dokumen ini digunakan sebagai perintah kerja pemasangan aktiva tetap yang dibeli, pembongkaran aktiva tetap yang dihentikan pemakaiannya. f. Surat Order Pembelian, dokumen ini diterbitkan oleh fungsi pembelian yang merupakan surat untuk memesan aktiva kepada pemasok. g. Laporan Penerimaan Barang, dokumen ini diterbitkan oleh fungsi penerimaan setelah fungsi ini melakukan pemeriksaan kuantitas, mutu, dan spesifikasi aktiva tetap yang diterima dari pemasok. h. Faktur Dari Pemasok, yaitu dokumen yang merupakan tagihan dari pemasok atas aktiva tetap yang telah dibeli. i. Bukti Kas Keluar, merupakan perintah pengeluaran kas yang dibuat oleh fungsi akuntansi setelah dokumen surat permintaan otorisasi investasi, surat order pembelian, laporan penerimaan barang, dan faktur dari pemasok diterima dan diperiksa oleh fungsi tersebut. j. Bukti Memorial, digunakan sebagai dokumen sumber untuk pencatatan transaksi depresiasi aktiva tetap, harga pokok aktiva tetap yang telah selesai dibangun, penghentian pemakaian aktiva tetap, dan pengeluaran modal.

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

Dalam hal ini PT. PLN (Persero) MEDAN belum melakukan dokumentasi seperti diatas sepenuhnya, hal ini dikarenakan masih sedikitnya jumlah aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Selain itu PT. PLN (Persero) MEDAN adalah perusahaan yang kepemilikan sahamnya hanya dimiliki oleh satu orang saja, sehingga kebijakan untuk membeli aktiva tetap sepenuhnya merupakan wewenang dari pemilik perusahaan tersebut.

3. Catatan Akuntansi Catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi yang mengubah harga pokok aktiva tetap dan akumulasi depresiasi aktiva tetap adalah : 1. Kartu aktiva tetap, 2. Jurnal umum, 3. Register bukti kas keluar. Kartu Aktiva Tetap, yaitu catatan akuntansi yang merupakan buku pembantu aktiva tetap yang digunakan untuk mencatat secara rinci segala data yang bersangkutan dengan aktiva tetap tertentu. Jurnal Umum, digunakan untuk mencatat transaksi harga pokok aktiva tetap yang telah dibangun, biaya-biaya untuk pemasangan dan pembongkaran aktiva tetap, penghentian pemakaian aktiva tetap, dan depresiasi aktiva tetap. Register Buku Kas Keluar, digunakan untuk mencatat transajsi pembelian aktiva tetap dan pengeluaran modal yang berupa pengeluaran kas. Dalam hal ini PT. PLN (Persero) MEDAN telah melakukan pencatatan akuntansi seperti yang diuraikan diatas.

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

E. Unsur-unsur Pengendalian Intern Aktiva Tetap Unsur-unsur pengendalian intern aktiva tetap adalah sebagai berikut : 1. Organisasi Struktur organisasi yang baik adalah struktur organisasi yang melakukan pemisahan fungsi, berikut diuraikan organisasi sebagai unsur pengendalian intern antara lain : a. Fungsi Pemakai Harus Terpakai dari Fungsi Akuntansi Aktiva Tetap. Untuk mengawasi aktiva tetap dan pemakaiannya, fungsi yang mencatat semua data yang bersangkutan dengan aktiva tetap harus dipisah dari fungsi pemakai aktiva tetap. b. Transaksi Perolehan, Penjualan, Penghentian Pemakaian Aktiva Tetap Harus Dilaksanakan oleh Lebih dari Unit Organisasi yang Bekerja Secara Independen. Untuk menciptakan pengecekan intern dalam setiap transaksi yang mengubah aktiva tetap,unit organisasi dibentuk sedemikian rupa sehingga tidak ada satupun transaksi yang mengubah aktiva tetap yang dilaksanakan secara penuh hanya oleh satu unit organisasi saja.

2. Sistem Otorisasi Sistem otorisasi dirancang untuk memudahkan pengendalian intern terhadap anggaran pengadaan aktiva tetap, sistem otorisasi yang baik akan diuraikan sebagai berikut : a. Anggaran Investasi Diotorisasi oleh Rapat Umum Pemegang Saham. Karena investasi dalam aktiva tetap umumnya meliputi jumlah rupiah

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

yang besar dan menyebabkan keterikatan dana dalam jangka waktu yang lama, maka penggunaan anggaran investasi merupakan sasaran yang baik sebagai alat pengendalian investasi dalam aktiva tetap. Anggaran investasi dalam aktiva tetap ini diotorisasi oleh pemilik perusahaansebagai dasar dalam melaksanakan perubahan terhadap rekening aktiva tetap. b. Surat Permintaan otorisasi Investasi Diotorisasi oleh Direktur yang Bersangkutan. Setiap realisasi Investasi yang tercantum dalam anggaran investasi harus mendapat persetujuan dari direktur yang bersangkutan sebelum disetujui pelaksanaannya oleh direktur utama perusahaan. c. Surat Permintaan Otorisasi Reaparasi Diotorisasi oleh Direktur Utama. Surat otorisasi reparasi yang berisi persetujuan dilaksanakannya

pengeluaran modal harus mendapat persetujuan otorisasi oleh Direktur Utama. d. Surat Perintah Kerja Diotorisasi oleh Kepala Depertemen yang Bersangkutan. Work order yang berisi persetujuan dilaksanakannya pengeluaran modal untuk pembangunan, reparasi, pembongkaran aktiva tetap harus mendapat otorisasi oleh kepala departemen yang bersangkutan. e. Surat Order Pembelian Diotorisasi oleh Pejabat yang Berwenang. Jika jumlah harga beli aktiva tetap tinggi, otorisasi surat order pembelian berada ditangan Direktur Utama. f. Laporan Penerimaan Barang Diotorisasi oleh Fungsi Penerimaan. Laporan penerimaan barang yang berisi persetujuan penerimaan aktiva tetap yang

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

dikirimkan oleh pemasok harus mendapat otorisasi oleh fungsi penerimaan. g. Bukti Kas Keluar Diotorisasi oleh Fungsi Akuntansi. Bukti kas keluar yang berisi persetujuan dilaksanakannya pengeluaran kas untuk

pembayaran harga aktiva tetap yang dibeli harus mendapat otorisasi oleh fungsi akuntansi. h. Bukti Memorial Diotorisasi oleh Fungsi Akuntansi. Bukt i memorial yang berisi persetujuan dilaksanakannya up dating terhadap kartu aktiva tetap dan jurnal umum harus diotorisasi oleh kepala fungsi akuntansi.

3. Prosedur Pencatatan Perubahan Kartu Aktiva Tetap Harus Didasarkan Pada Bukti Kas Keluar dan Bukti Memorial yang Dilampiri dengan Dokumen Pendukung yang Lengkap, yang Diotorisasi oleh Pejabat yang Berwenang. Setiap pemutakhiran data yang dicatat dalam kartu aktiva tetap harus dilakukan oleh fungsi akuntansi, dan harus didasarkan pada dokumen sumber yang diotorisasi oleh pejabat yang berwenang serta dilampiri dokumen pendukung yang sahih.

4. Praktik yang Sehat Praktik yang sehat memudahkan pengendalian intern terhadap aktiva tetap. Dalam melakukan pemeliharaan aktiva tetap perlu dilakukan pencocokan aktiva tetap scara fisik dengan kartu aktiva tetap. Berikut diuraikan pengendalian intern melalui praktik yang sehat antara lain :

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

a. Secara periodik Dilakukan Pencocokan Fisik Aktiva Tetap Dengan Kartu Aktiva Tetap. Pengawasan intern yang baik mensyaratkan data dalam kartu aktiva tetap secara periodik dicocokkan dengan aktiva tetap secara fisik. b. Penggunaan Anggaran Investasi Sebagai Alat Pengendalian Investasi Dalam Aktiva Tetap. Pengawasan investasi dalam aktiva tetap yang baik dilaksanakan dengan menggunakan perencanaan yang dituangkan dalam anggaran investasi. Anggaran investasi ini disusun setelah dilakukan telaah dan studi kelayakan terhadap usulan investasi. c. Penutupan Asuransi Aktiva Tetap Terhadap Kerugian. Untuk mencegah kerugian yang timbul sebagai akibat kebakaran dan kecelakaan, aktiva tetap harus diasuransikan dengan jumlah pertanggungan yang memadai. d. Kebijakan Akuntansi tentang Pemisahan Pengeluaran Modal (capital expenditures) dengan Pengeluaran Pendapatan (revenue expenditures). Kebijakan akuntansi tentang pembedaan pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan harus dinyatakan secara eksplisit dan tertulis untuk menjamin konsistensi perlakuan akuntansi terhadap kedua macam pengeluaran tersebut.

Dalam hal ini PT. PLN (Persero) MEDAN telah melakukan seluruh unsur pengendalian intern seperti yang telah dikemukakan diatas.

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

F. Indikator Penilain Indikator Penilaian Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar MEDAN adalah sebagai berikut :

Nama Responden Bagian Perusahaan

: : :

DEVI Akuntansi PT. PLN (Persero) PIKITRING SUAR MEDAN

Bacalah tiap pertanyaan dibawah ini, kemudian berilah tanda () pada salah satu jawaban yang paling sesuai berikut ini.

Tabel 3.2 Kuasioner Penelitian Pilihan jawaban No 1. Pertanyaan STS Adapun dokumen yang digunakan dalam Sistem Akuntansi Aktiva Tetap yaitu sebagai berikut ini a. Surat perintah otorisasi investasi, b. Surat permintaan reparasi, c. Surat permintaan transfer aktiva tetap, d. Surat permintaan penghentian pemakaian aktiva tetap, KS R S SS

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

e. Surat perintah kerja (work order), f. Surat order pembelian, g. Laporan penerimaan barang, h. Faktur dari pemasok, i. j. Bukti kas keluar, Daftar akumulasi penyusutan aktiva tetap,

k. Bukti memorial. 2. Surat permintaan otorisasi investasi diisi oleh fungsi yang mengusulkan perolehan aktiva tetap dan diotorisasi oleh direktur utama. Laporan penerimaan barang diterbitkan oleh fungsi penerimaan setelah fungsi ini melakukanbpemeriksaan kuantitas, mutu, dan spesifikasi aktiva tetap yang diterima dari pemasok. Bukti kas keluar dibuat oleh fungsi akuntansi setelah dokumen surat permintaan otorisasi investasi, surat order pembelian, laporan penerimaan barang, dan faktur dari pemasok diterima. Bukti memorial digunakan sebagai dokumen untuk pencatatan transaksi depresiasi aktiva tetap, harga pokok aktiva tetap yang telah selesai dibangun, penghentian pemakaian aktiva tetap, dan pengeluaran modal. Fungsi yang terkait dalam Sistem Akuntansi Aktiva Tetap yaitu sebagai berikut ini. a. Fungsi pemakai, b. Fungsi riset dan pengembangan, c. Direktur yang bersangkutan,

3.

4.

5.

6.

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

d. Direktur utama, e. Fungsi pembelian, f. Fungsi penerimaan, g. Fungsi aktiva tetap, h. Fungsi akuntansi. 7. Fungsi pemakai bertanggung jawab mengajukan usulan investasi dalam aktiva dan mengajukan surat permintaan otorisasi investasi untuk merealisasikan perolehan aktiva tetap Direktur utama memberikan otorisasi terhadap semua mutasi aktiva tetap Fungsi pembelian bertanggung jawab memilih pemasok dan menerbitkan surat order pembelian untuk pengadaan aktiva tetap,

8. 9.

10. Jaringan subsistem yang membentuk sistem akuntansi aktiva tetap yaitu sebagai berikut ini a. Sistem pembelian aktiva tetap, b. Sistem perolehan aktiva tetap melalui pembangunan sendiri, c. Sistem perolehan aktiva tetap secara pertukaran, d. Sistem pengeluaran modal, e. Sistem penghentian pemakaian aktiva tetap, f. Sistem transfer aktiva tetap, g. Sistem pencatatan penyusutan aktiva tetap, h. Sistem penyajian aktiva tetap di neraca, i. Sistem penarikan aktiva tetap

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

(retairment). 11. Sistem pembelian aktiva tetap dirancang untuk melaksanakan pencatatan harga pokok aktiva tetap yang diperoleh dari transaksi pembelian 12. Sistem pengeluaran modal dirancang untuk mencatat tambahan harga pokok aktiva tetap dengan adanya pengeluaran modal 13. Sistem Akuntansi Aktiva Tetap menyajikan informasi akuntansi secara cepat 14. Sistem Akuntansi Aktiva Tetap menyajikan informasi akuntansi secara aman 15. Sistem Akuntansi Aktiva Tetap menyajikan informasi akuntansi secara murah

Total Skor Terendah = 15 Total Skor Tertinggi = 75

Keterangan : STS KS R = = = Sangat Tidak Setuju Kurang Setuju Ragu-ragu S SS = = Setuju Sangat Setuju

Kriteria Penilaian : 15- 26 = Sangat Tidak Memenuhi Prinsip Cepat, Aman, dan Murah. 27- 38 = Kurang Memenuhi Prinsip Cepat, Aman, dan Murah.

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

39- 50 = Cukup Memenuhi Prinsip Cepat, Aman, dan Murah. 51- 62 = Memenuhi Prinsip Cepat, Aman, dan Murah. 63- 75 = Sangat Memenuhi Prinsip Cepat, Aman, dan Murah.

Hasil Perhitungan : STS KS R S SS Total Skor = 1 x 1 = 1 = 1 x 2 = 2 = 1 x 3 = 3 = 5 x 4 = 20 = 7 x 5 = 35 = 61 ( Memenuhi prinsip cepat, aman, dan murah ).

Berdasarkan hasil dari perhitungan diatas maka dapat diketahui bahwa sistem informasi akuntansi aktiva tetap yang diterapkan oleh PT. PLN (Persero) MEDAN telah memenuhi prinsip cepat, aman, dan murah. Sesuai dengan kriteria penilaian, skor yang diperoleh adalah 61 sehingga dikategorikan memenuhi prinsip cepat, aman, dan murah.

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 1. PT. PLN (Persero) MEDAN telah menerapkan sistem informasi akuntansi aktiva tetap yang memenuhi prinsip cepat, aman, dan murah. 2. PT. PLN (Persero) Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan Sumatera Utara, Aceh dan Riau MEDAN merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dibidang pembangunan pembangkit jaringan listrik di wilayah Provinsi Sumatera Utara, Aceh dan Riau. 3. Struktur organisasi pada PT. PLN (Persero) Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan Sumatera Utara, Aceh dan Riau MEDAN adalah berbentuk garis lurus staf (line staff organization) yang sesuai dengan kondisi perusahaan tersebut karena adanya General Manajer yang langsung memerintah dan memberikan petunjuk-petunjuk kepada kepala bagian untuk diteruskan kepada bawahannya yang sudah ditentukan berdasarkan spesialisasi tugas. 4. Besarnya penyusutan pada PT. PLN (Persero) MEDAN setiap tahunnya dihitung dengan menggunakan metode garis lurus yang menghasilkan jumlah beban penyusutan yang sama setiap tahunnya sepanjang umur manfaat suatu aktiva tetap, dan nilai sisa aktiva tetap dianggap Rp 0. perhitungan dilakukan oleh bagian akuntansi setiap akhir tahun buku.

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

B. Saran Peneliti mencoba memberikan sraran sesuai dengan kemampuan yang dimiliki penulis, yang kiranyan dapat menambah manfaat dalam penukisan tugas akhir ini. Adapun saran-saran yang penulis kemukakan adalah sebagai berikut :

1. Walaupun PT. PLN (Persero) MEDAN telah melaksanakan sistem informasi akuntansi aktiva tetap yang memenuhi prinsip cepat, aman, dan murah, sebaiknya perusahaan tetap mempertahankan dan meningkatkan kualitas sistem informasi akuntansi aktiva tetap untuk kemudahan mengelola aktiva tetapnya. 2. Perusahaan perlu memperhatikan jenis dan golongan aktiva tetap sebelum manajemen mengambil kebijakan mengenai metode penyusutan yang akan dipakai dalam menghitung besar penyusutan seluruh aktiva tetap. 3. Perusahaan perlu memperhatikan tingkat pemeliharaan terhadap aktiva tetap dikarenakan pengeluaran untuk biaya penggantian terhitung cukup besar. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi penyelewengan dan aktiva tidak cepat rusak, sehingga pengeluaran biaya dapat diminimumkan sekecil mungkin.

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

DAFTAR PUSTAKA

Warren, Carl S, James M, Reeve, Philip E. Fess, 2005, Pengantar Akuntansi, Edisi ke-21, Buku 1, Cetakan Pertama, Terjemahan Aria Farahmita, Amanugrahani, Taufik Hendrawan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta Mulyadi, 2001, Sistem Akuntansi, Edisi ke-3, Cetakan ketiga, Penerbit Salemba Empat, Jakarta Mulyadi, 2002, Auditing, Buku 2, Edisi ke-6, Cetakan ke-1, Penerbit Salemba Empat, Jakarta Fess, Philip E, C. Rolllin Niswonger, Carl S. Warren, 1990, Prinsip-prinsip Akuntansi, Jilid 1, Edisi ke-14, Cetakan keempat, Terjemahan Hyginus Ruswinarto, Penerbit Salemba Empat, Jakarta Ikatan Akuntan Indonesia, 2002, Standar Akuntansi Keuangan, Edisi Revisi, Penerbit Salemba Empat, Jakarta Bodnar, 2000, H. George dan William S. Hopwood, Sistem Informasi Akuntansi, Buku I, Edisi Ke-6, Penerjemah Amir Abadi Jusuf dan Rudi M. Tambunan, Salemba Empat, Jakarta

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

Lampiran 1

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

Lampiran 2

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

Lampiran 3

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

Lampiran 4

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

Lampiran 5

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

Lampiran 6

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

Lampiran 7

Muammar Nasution : Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT. PLN (Persero) Pikitring Suar Medan, 2010.

You might also like