You are on page 1of 19

BAB 2.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelabuhan Perikanan Sektor perikanan dan kelautan memerlukan fasilitas pendaratan ikan atau pelabuhan yang khusus melayani aktivitas industri dan perdagangan ikan. Pelabuhan Perikanan adalah pelabuhan khusus yang merupakan pusat

pengembangan ekonomi perikanan, baik dilihat dari aspek produksi maupun aspek pemasarannya (Ayodhyoa, 1975). Menurut Direktorat Jenderal Perikanan Departemen Pertanian RI (1981) dalam Murdiyanto (2003), Pelabuhan Perikanan adalah pelabuhan yang secara khusus menampung kegiatan masyarakat perikanan baik dilihat dari aspek produksi, pengolahan maupun aspek pemasarannya. Sementara Departemen Pertanian dan Departemen Perhubungan (1996) dalam Murdiyanto (2003) mendefinisikan Pelabuhan Perikanan sebagai tempat pelayanan umum bagi masyarakat nelayan dan usaha perikanan, sebagai pusat pembinaan dan peningkatan kegiatan ekonomi perikanan yang dilengkapi dengan fasilitas di darat dan di perairan sekitarnya untuk digunakan sebagai pangkalan operasional tempat berlabuh, mendaratkan hasil, penanganan, pengolahan, distribusi dan pemasaran hasil perikanan. Berdasarkan keputusan Menteri Pertanian Nomor : 604/ Kpts/OT.210/9/95 tertanggal 7 September 1995 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelabuhan Perikanan, bahwa pelabuhan perikanan dibagi dalam 4 (empat) kelas yakni : 1. Pelabuhan Perikanan Samudera. Pelabuhan ini direncanakan terutama untuk mendukung kegiatan penangkapan ikan di perairan wilayah ZEE Indonesia dan perairan internasional. Lokasi pelabuhan dimaksud di DKI Jakarta dan Kendari (Sulawesi Tenggara). 2. Pelabuhan Perikanan Nusantara. Pelabuhan ini direncanakan terutama untuk mendukung kegiatan penangkapan ikan di perairan wilayah dan ZEE Indonesia. Lokasi pelabuhan dimaksud di Belawan dan Sibolga (Sumatera Utara), Bungus (Sumatera Barat), Pelabuhan Ratu (Jawa Barat), Pekalongan dan Cilacap (Jawa Tengah) serta Brondong (Jawa Timur).

3. Pelabuhan Perikanan Pantai. Pelabuhan ini direncanakan untuk mendukung kegiatan penangkapan ikan di daerah pantai. Lokasi pelabuhan dimaksud di Lampulo (DI. Aceh), P. Telo (Sumatera Utara), Sikakap (Sumatera Barat), Tarempa (Riau), Tanjung Pandang dan Sungai Liat (Sumatera Selatan), Karanghantu (Jawa Barat), Karimun Jawa (Jawa Tengah), Bawean dan Prigi (Jawa Timur), Labuhan Lombok (NTB), Kupang (NTT), Teluk Batang dan Pemangkat (Kalimantan Barat), Hantipan (Kalimantan Tengah), Tarakan (Kalimantan Timur), Banjarmasin (Kalimantan Selatan), Dagho (Sulawesi Utara), Ternate (Maluku) serta Sorong (Irian Jaya). 4. Pangkalan Pendaratan Ikan. Pangkalan pendaratan ikan ini untuk mendukung kegiatan penangkapan ikan di daerah pantai dan lokasinya tersebar di seluruh Indonesia. Pengklasifikasian pelabuhan perikanan menjadi 4 tersebut didasarkan atas ketersediaan fasilitas untuk memberikan pelayanan kepada para pengguna yang ada di pelabuhan perikanan yang bersangkutan semakin besar kemampuan fasilitas untuk menampung dan memberikan pelayanan kepada para pengguna kan semakin tinggi kelasnya. Menurut Ayodhyoa (1975), PPI (Pangkalan Pendaratan Ikan) adalah pelabuhan khusus yang merupakan pusat pengembangan ekonomi perikanan, baik dilihat dari aspek produksi maupun pemasarannya. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) merupakan tempat bertambat dan labuh perahu/kapal perikanan, tempat pendaratan hasil perikanan dan merupakan lingkungan kerja ekonomi perikanan yang meliputi areal perairan dan daratan, dalam rangka memberikan pelayanan umum dan jasa untuk memperlancar kegiatan perahu/kapal dan usaha perikanan. Lebih lanjut PPI merupakan salah satu unsur prasarana Ekonomi yang dibangun dengan maksud untuk menunjang tercapainya pembangunan perikanan terutama untuk perikanan skala kecil. Mengingat peranan PPI sangat strategis, maka pengelolaannya harus dilakukan secara profesional agar aset pembangunan tersebut dapat dirasakan manfaatnya bagi masyarakat nelayan dan pada gilirannya akan dapat memberikan kontribusi berupa pendapatan asli daerah (PAD) pemerintah daerah setempat (Direktorat Jenderal Perikanan, 1997).

Ditinjau dari fungsinya, Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) merupakan prasarana penangkapan yang diperuntukkan bagi pelayanan masyarakat nelayan berskala usaha kecil dalam rangka mendukung pengembangan ekonomi perikanan, pengembangan wilayah, agribisnis dan agroindustri serta sebagai pendukung dalam pelaksanaan otonomi daerah. Fasilitas yang tersedia di PPI terdiri dari fasilitas dasar (pokok), fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang. (Direktorat Jenderal Perikanan, 1997).

2.2 Tepung Ikan 2.2.1 Definisi Tepung ikan Tepung ikan adalah produk berkadar air rendah yang diperoleh dari penggilingan ikan. Produk yang kaya dengan protein dan mineral ini digunakan sebagai bahan baku pakan. Pengolahan ikan menjadi tepung ikan tidak sulit dilakukan. Usaha pengolahan tepung ikan dapat dilakukan dengan biaya yang tidak terlalu besar.

Sumber: http://www.google.com(2012) Gambar 2.1 Tepung ikan Tepung ikan dapat dibuat dengan salah satu cara berikut: 1) Cara basah 2) Cara kering 3) Cara penyulingan

Dari ketiga cara di atas, cara kering paling cocok dilakukan untuk industri kecil karena lebih sederhana dan lebih murah. 2.2.2 Bahan Pembuatan Tepung Ikan Permasalahan yang di hadapi industri tepung ikan di indonesia adalah keterbatasan bahan baku dimana ketersediaan bahan baku dimana ketersediaan bahan baku tidak dapat terpenuhinya sepanjang tahun. Dengan kondisi harga bahan baku yang relatif tinggi namun kualitasnya rendah maka kualitas tepung ikan yang di produksi dalam negeri kurang bisa bersaing dengan produk impor. Bahan baku yang selama ini digunakan adalah limbah pengalengan ikan, limbah pengolahan pada pembekuan udang, ikan runcah. Namun di Muncar bahan yang digunakan untuk tepung ikan adalah ikan lemuru pada saat musim penangkapan ikan tersebut, yaitu pada bulan september sampai dengan desember. Untuk memperoleh tepung ikan berkualitas baikdiperlukan bahan baku ikan segar serta diperlukan ketersediaan sepanjang tahun.

Sumber: http://www.google.com(2012) Gambar 2.2 Ikan lemuru sebagai bahan pembuatan tepung ikan

Berbagai jenis ikan laut dapat diolah menjadi tepung ikan. Akan tetapi yang paling ekonomis adalah ikan-ikan kecil (rucah) yang kurang disukai untuk dikonsumsi dan harganya relatif murah. Sebelum memeriksa komposisi makan jadi menarik untuk

mempertimbangkan komposisi Gambar berikut menunjukkan komposisi material pada setiap tahap proses dan didasarkan pada asumsi bahwa ikan mentah mengandung 70 persen air, 18 persen padatan dan 12 persen lemak. Tabel 2.1 komposisi material selama proses pembeatan tepung ikan
material raw fish press cake press liquor dilute stickwater conc. stickwater fish meal Water% 70 53 78 95 65 9 Solids% 18 44 6 5 33 85 Fat% 12 3 16 <1 2 6

Sumber: FAO,2012 Tepung ikan adalah berharga tidak hanya dalam segi kuantitas tetapi juga kualitas proteinnya. Tepung ikan memiliki asam amino yang berperan sebagai pembentuk protein yang yang sangat penting dalam keseimbangan nutrisi yang tepat untuk hewan dan juga gizi manusia. Komposisi asam amino sampel khas makan ikan dan tepung ikan putih antara lain adalah sebagai berikut: Tabel 2.2 Kandungan gizi dalam tepung ikan herring dan ikan putih
Amino acid lysine methionine tryptophan histidine arginine threonine valine isoleucine leucine phenylalanine cystine tyrosine aspartic acid herring meal g/100 g protein 77 29 12 24 58 43 54 45 75 39 10 31 91 white fish meal g/100 g protein 69 26 09 20 64 39 45 37 65 33 09 26 85 amino acid lysine methionine tryptophan histidine arginine threonine valine isoleucine leucine phenylalanine cystine tyrosine aspartic acid

10

serine glutamic acid proline glycine alanine

38 128 42 60 63

48 128 53 9.9 63

serine glutamic acid proline glycine alanine

Sumber: FAO,2012 2.2.3 Peralatan Dalam Pengolahan Tepung Ikan 1) Penggiling ikan. Alat ini digunakan untuk menggiling ikan basah dan bubur kering ikan.

Sumber: http://www.google.com(2012) Gambar 2.3 Penggiling 2) Alat pengering. Alat ini digunakan untuk mengeringkan ikan sehingga kadar air mencapai 8%.

Sumber: http://www.google.com(2012) Gambar 2.4Steam heated coil dryer

11

3) Alat press. Alat ini digunakan untuk mempres ikan kering sehinga sebagian lemaknya keluar.

Sumber: http://www.google.com(2012) Gambar 2.5Twin screw press 2.2.4 Cara Pembuatan Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk membuat tepung ikan dari ikan segar. Cara yang paling sederhana yaitu dilakukan penjemuran dibawah sinar matahari. Metode ini dibeberapa wilayah masih digunakan dimana kualitas produknya lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan teknik modern. Sebagian besar proses pembuatan tepung ikan melalui tahap pemanasan, pengepresan, pengeringan dan penggilingan menggunakan mesin yang telah dirancang sebelumnya. Meskipun prosesnya sederhana, akan tetapi pada prinsipnya membutuhkan keterampilan dan pengalaman khusus untuk

menghasilkan produk tepung ikan dengan mutu tinggi.

12

Bahan Baku (Ikan Segar)

Pemilahan bahan baku Pencucian bahan baku Pencacahan bahan baku Pengukusan 30 Menit, 1000C Pengepresan

Penggilingan Basah Press Liquor Pengeringan pada suhu 450 500C Penggilingan Kering dan Disaring Tepung Ikan

Pemisahan cair

1. Minyak 2. Air 3. Padatan

Sumber: http://www.fao.org (2012) Gambar 2.6 Bagan alur proses pembuatan tepung ikan

13

Sumber: http://www.fao.org (2012) Gambar 2.7 Diagram proses produksi tepung ikan sederhana

14

Sumber: http://www.fao.org (2012) Gambar 2.8Keseimbangan massa pada produksi tepung ikan

1) Pemanasan (Cooking) Ketika ikan dipanaskan, sebagian besar air dan minyak akan hilang. Air dan minyak ini juga dapat hilang pada saat dilakukan pengepresan. Alat pemanas yang saat ini banyak digunakan berbentuk silinder uap air yang tertutup dimana ikan dipindahkan menggunakan alat berbentuk sekrup. Beberapa alat pemanas juga dilengkapi dengan fasilitas steam. Alat pemanas dalam industri dapat menampung sekitar 16 sampai 1600 ton bahan baku ikan segar per 24 jam. Jika pemanasan kurang, maka hasil pressing nantinya tidak memuaskan dan pemanasan yang terlalu berlebihan dapat menyebabkan ikan terlalu halus untuk dipress. Bahan baku ikan segar tidak dilakukan pengeringan selama tahap proses pemanasan. Pemanasan biasanya

15

dilakukan pada suhu 95oC sampai 100 oC dalam waktu 15 sampai 20 menit. Beberapa perusahaan yang bergerak dalam pembuatan tepung ikan, menggunakan suhu 95 oC. 2) Pressing Tujuan dari pressing adalah untuk memeras sebagai cairan sebanyak mungkin dari fase padat. Hal ini penting tidak hanya untuk meningkatkan hasil minyak dan kualitas makanan, tetapi juga untuk mengurangi kandungan kelembaban cake sejauh mungkin, sehingga mengurangi konsumsi bahan bakar mesin pengering dan meningkatkan kapasitas mereka. Pada tahap ini terjadi pemindahan sebagian minyak dan air. Ikan berada dalam tabung yang berlubang, hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan tekanan dengan bantuan sekrup. Campuran air dan minyak yang diperoleh ditekan keluar melalui lubang dan bahan bentuk padat seperti dalam pembuatan kue sebagai hasil akhir dari proses pressing. Selama proses pressing, kadar air menurun dari 70% menjadi 50% dan minyak menurun sekitar 4 % (FAO,2012). Dua jenis pers yang sering digunakan dalam industri tepung ikan, adalah press yang dilengkapi dengan satu atau dua sekrup. Keduanya bekerja pada prinsip sekrup yang berputar dalam suatu tabung yang yang menekan bahan baku ,pada tabung/ tempat pressing tersebut terdapat lubang-lubang kecil yang erfungsi sebagai media peresapan cairan hasil dari pressing(drainase cairan press). Sekrup dibuat dengan lancip, sehingga memastikan bahwa volume antara tahap pemasukan bahan ke mesin pres secara bertahap dikurangi. Hai Ini berarti bahwa selama proses pressing, bahan akan terkena tekanan yang besar dan sebagai konsekuensinya jumlah cairan akan bertambah (cairan terpisah dengan padatan). Kinerja mesin presing sangat ditentukan oleh profil dan rasio kompresi sekrup, yaitu rasio antara volume tiap pemasukan bahan dari inlet dan outlet.

16

Sumber: http://www.fao.org (2012) Gambar 2.9 Skema alat pressing 3) Pressing Liquor Setelah dilakukan penyaringan untuk memisahkan material kasar dan material yang padat, kemudian material yang padat dan keras ini dilakukan pressing secara terus menerus dan disentrifugasi untuk memisahkan minyak. Minyak yang diperoleh kadang-kadang disuling yaitu proses yang dilakukan sebelum dimasukkan kedalam tangki penyimpan. Minyak yang disuling adalah minyak yang dapat dimanfaatkan dan digunakan dalam industri pembuatan minyak goreng dan margarin(FAO,2012). Bagian cair dari proses pressing liquor dikenal dengan nama stickwater yang berisi material yang telah dihancurkan yang beratnya sekitar 9% dari total padatan. Material ini sebagian besar berupa protein dan stickwater terdiri dari sekitar 20% dari total padatan. Material terbentuk kembali akibat penguapan stickwater sampai berbentuk sirup yang terdiri dari 30 sampai 50 % padatan dan kadang-kadang dijual sebagai ikan padat yang dilarutkan. Pada umumnya produk hasil pressing liquor jika dipress kembali dan dikeringkan maka akan berbentuk tepung.

17

4) Pengeringan Meskipun pada prinsipnya caranya sederhana, akan tetapi membutuhkan keterampilan dalam melakukan proses pengeringan yang baik. Jika tepung tidak dikeringkan maka dapat menyebabkan tumbuhnya jamur atau bakteri. Dan jika pengeringan dilakukan secara berlebihan maka akan mengakibatkan nilai nutrisi yang dikandungnya dapat menurun. Ada dua jenis alat pengering, yaitu alat pengering langsung dan alat pengering tidak langsung. Pengeringan langsung menggunakan suhu yang sangat panas, yaitu sampai 500oC. Metode ini membutuhkan waktu yang singkat, tapi akan menyebabkan kerusakan yang lebih tinggi jika prosesnya tidak dilakukan secara hati-hati. Tepung sebaiknya tidak dipanaskan pada suhu yang sangat tinggi, karena penguapan air yang cepat menyebabkan kondisi ikan mendingin, secara normal produk dipanaskan pada suhu 100oC (FAO,2012).

Sumber: http://www.fao.org (2012) Gambar 2.10 Alat pengering pada produksi tepung ikan

18

Pada umumnya alat pengering berbentuk seperti tabung uap air dengan steam untuk mengeringkan tepung. Sebagian besar bau tidak sedap pada industri pengolahan berasal dari alat pengering. Alat pengering tidak langsung umumnya digunakan di UK. Di UK, limbah ikan digunakan sebagai bahan baku utama dalam pembuatan tepung dan disini proses pengepressan bukanlah menjadi hal yang penting, karena kandungan minyak pada material sudah sangat sedikit. Tepung ikan ini diproses dengan cara yang sederhana, yaitu dengan cara memasak dan mengeringkan saja. Pertimbangan

penggunaan tahap pressing adalah sebagai berikut: Fleksibilitas penggunaan ikan yang berminyak, kurang berminyak atau campuran dari keduanya. Proses pemindahan air dengan pressing dan penguapan dari stickwater lebih murah karena pengaruh penguapan lebih efisien dibandingkan dengan menggunakan alat pemanas. 5) Penggilingan danPengemasan Langkah terakhir yang dilakukan dalam pembuatan tepung ikan adalah penggilingan untuk memecahkan gumpalan-gumpalan atau partikel dari tulang dan dilakukan pengemasan tepung ikan untuk selanjutnya dilakukan penyimpanan di dalam silo. Dari tempat industri pengolahan tepung ikan, tepung ikan yang sudah siap jual kemudian

ditransportasikan(Priyono,2009). Tepung ikan tidak mudah dirusak oleh bakteri karena memiliki kandungan air rendah, dan memiliki curah yang sangat kecil dibandingkan dengan produk olahan ikan lain,Hal tersebut adalah dua alasan utama untuk membuat tepung ikan, sehingga penyimpanannya tidak memerlukanproses pendinginkan.Tepung ikan biasanya disimpan dan diangkut baik dalam karung terbuat dari kertas, goni atau plastik, atau dalam jumlah besar.Tepung ikan yang terbaik disimpan di tempat kering yang sejuk dan terhindar dari vektor dan rodent. Pembusukan biasanya sangat sedikit terjadi bahkan setelah periode penyimpanan yang panjang, tepung ikan akan terus bertahan selama beberapa tahun tanpa perubahan nilai gizi.

19

Sumber: http://www.fao.org (2012) Gambar 2.11 Alat penggiling Dalam sumber lain disebutkan proses pembuatan tepung ikan dilakukan melalui beberapa tahapan, antara lain: 1) Pengilingan Ikan Basah a. Pengilingan ikan basah dilakukan terhadap ikan yang berukuran sedang dan besar. Ikan-ikan yang berukuran kecil (ter) tidak harus digiling, dan proses ini tidak harus dilakukan. b. Ikan berukuran sedang dan besar, perlu dibuang jeroannya, dan dicuci. Sedangkan untuk ikan yang berukuran kecil, pembuangan jeroan dan pencucian tidak perlu dilakukan. c. Ikan digiling dengan penggiling ulir sehingga diperoleh bubur mentah ikan.

20

2) Pengukusan. Bubur ikan atau ikan kecil dikukus dengan uap panas selama 1 jam sehingga bubur atau ikan kecil menjadi matang secara sempurna. Hasil pengukusan disebut dengan bubur matang ikan. 3) Pengeringan Bubur matang ikan dikeringkan dengan alat pengering sampai kadar air sekitar 8%. Hasil pengeringan disebut cake kering ikan. Cake kering ikan mempunyai kadar lemak tinggi (di atas 30%). 4) Pemerasan Minyak Cake kering ikan diperas dengan alat pres sehingga sebagian dari minyak keluar. 5) Penggilingan Cake Cake yang telah dipres digiling dengan mesin penggiling sehingga diperoleh tepung ikan yang cukup halus (lolos ayakan 40-60 mesh). 6) Pengemasan Tepung ikan dikemas di dalam karung plastik atau di dalam wadah yang kedap uap air. Sebelum pengemasan, kadar air tepung harus di bawah 8% (Tarwiyah,2001) 2.3 Pencemaran Lingkungan Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997, Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lngkungan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfingsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Pencemaran dapat timbul sebagai akibat kegiatan manusia ataupun disebabkan oleh alam (misal gunung meletus, gas beracun).

21

2.4 Pencemaran Air Menurut peraturan menteri kesehatan RI no. 173/Menkes/VII/77.

Pencemaran air adalah suatu peristiwa masuknya zat ke dalam air yang mengakibatkan kualitas (mutu) air tersebut menurun sehingga dapat mengganggu atau membahayakan kesehatan masyarakat. Pencemaran air adalah peristiwa masuknya zat, energi, unsur, atau komponen lainnya kedalam air sehingga menyebabkan kualitas air terganggu. Kualitas air yang terganggu ditandai dengan perubahan bau, rasa, dan warna. 2.4.1 Sumber pencemaran air

1) Domestik (rumah tangga) Berasal dari pembuangan air kotor dari kamar mandi, kakus dan dapur.Limbah rumah tangga yang cair merupakan sumber pencemaran air. Dari limbah rumah tangga cair dapat dijumpai berbagai bahan organik (misal sisa sayur, ikan, nasi, minyak, lemek, air buangan manusia) yang terbawa air got/parit, kemudian ikut aliran sungai. Adapula bahan-bahan anorganik seperti plastik, alumunium, dan botol yang hanyut terbawa arus air. Sampah bertimbun, menyumbat saluran air, dan mengakibatkan banjir. Bahan pencemar lain dari limbah rumah tangga adalah pencemar biologis berupa bibit penyakit, bakteri, dan jamur. Bahan organik yang larut dalam air akan mengalami penguraian dan pembusukan. Akibatnya kadar oksigen dalam air turun drastis sehingga biota air akan mati. 2) Industri Jenis polutan yang dihasilkan oleh industri sangat tergantung pada jenis industrinya sendiri, sehingga jenis polutan yang dapat mencemari air tergantung pada bahan baku, proses industri, bahan bakar dan sistem pengelolaan limbah cair yang digunakan dalam industri tersebut. Secara umum jenis polutan air dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Fisik Pasir atau lumpur yang tercampur dalam limbah air.

22

2. Kimia Bahan pencemar yang berbahaya: Merkuri (Hg), Cadmium (Cd), Timah hitam (Pb), Pestisida dan jenis logam berat lainnya. 3. Mikrobiologi Berbagai macam bakteri, virus, parasit dan lain-lainnya. 4. Radioaktif Beberapa bahan radioaktif yang dihasilkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dapat pula menimbulkan pencemaran air. (Mukono,2008). 3) Pertanian dan perkebunan Polutan air dari pertanian/ perkebunan dapat berupa: 1. Zat kimia Misalnya: berasal dari penggunaan pupuk, pestisida seperti DDT, Dieldrin danlain-lain. 2. Mikrobiologi Misalnya: virus, bakteri, parasit, yang berasal dari kotoran ternak dan cacing tambang di lokasi perkebunan. 3. Zat radioaktif Berasal dari zat radioaktif yang dipakai dalam pematangan buah, mendapatkan bibit unggul, dan mempercepat pertumbuhan tanaman.

23

2.5 Kerangka Konseptual


Industri Pengolahan Tepung Ikan

Pemilahan bahan baku Pencucian bahan baku Pencacahan bahan baku Pengukusan 30 Menit, 1000C Cair Padat Cair Padat Cair Gas Cair Pengepresan Padat Cair Proses Penggilingan Basah Padat Pengeringan pada suhu 450 500C Penggilingan Kering dan Disaring Gas Padat Padat

Input

Pengemasan

Padat

Output

Tepung ikan jadi

Sungai/IPAL

Karakteristik Industri: 1. 2. 3. 4. 5. Jenis/skala industri Jumlah pekerja Lama beroperasi Besar modal tiap produksi Pendapatan tiap produksi : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidk diteliti

Gambar 2.1 Kerangka konseptual Penelitian

You might also like