You are on page 1of 5

BAB 1 PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Tanaman Tebu (Saccharum Officanarum L)merupakan tanaman perkebunan semusim,yang mempunyai sifattersendiri,sebab didalam batangnya terdapat zat gula. Tebu termasukkeluarga rumput-rumputan (graminae) seperti halnya padi,glagah,jagung,bambu dan lain-lain. Penyiraman tidak boleh berlebihan supaya tidak merusak struktur tanah. Setelah satu hari tidak ada hujan, harus segera dilakukan penyiraman,tetapi ada teknik lain pengairan dari tanaman tebu yaitu teknik irigasi dengan teknik tetes (Dripping irrigation). Sistem irigasi tetes bisa menghemat biaya, jumlah pekerja, dan tentu saja akan berimbas terhadap menurunya biaya produksi. Sistem irigasi tetes ini sudah berhasil diterapkan di china dengan peningkatan produksi sebesar 20ton per ha. 1.2 Rumusan Masalah 1. Teknik irigasi apa yang cocok untuk irigasi pada tanaman tebu yang tidak membutuhkan air dengan volume besar dan bagaimana cara penerapannya? 2. Sistem irigasi tersebut cocok untuk masa pertumbuhan atau masa pemasakan? BAB II PENDAHULUAN 2.1 Tebu (Saccarum officinarum) Tanaman ini diperkirakan berasal dari India. Tebu termasuk jenis tanaman rumput yang kokoh dan kuat. Adapun syarat-syarat tumbuh tanaman tanaman tanaman tebu adalah: Tumbuh di daerah dataran rendah yang kering. Iklim panas yang lembab dengan suhu antara 25C-28C Curah hujan kurang dari 100 mm/tahun Agar tanaman tebu mengandung kadar gula yang tinggi, harus diperhatikan musim tanamnya. Pada waktu masih muda tanaman tebu memerlukan banyak air dan ketika mulai tua memerlukan musim kemarau yang panjang. Tebu merupakan bahan pembuatan gula pasir. Daerah penghasil tebu terutama di Jawa, Sumatera Selatan, Sumateran Barat, Lampung dan Nusa Tenggara. 2.2 Definisi Irigasi Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahanpertanian. Dalam dunia modern, saat ini sudah banyak model irigasi yang dapat dilakukan manusia. Pada zaman dahulu, jika persediaan air melimpah karena tempat yang dekat dengan sungai atau sumber mata air, maka irigasi dilakukan dengan mengalirkan air tersebut ke lahan pertanian. Namun demikian, irigasi juga biasa dilakukan dengan

membawa air dengan menggunakan wadah kemudian menuangkan pada tanaman satu per satu. Untuk irigasi dengan model seperti ini di Indonesia biasa disebut menyiram. 2.2 Irigasi Tebu Sebagai tanaman asli (origin plant) dari daerah tropika basah, tebu digolongkan ke dalam tanaman yang memerlukan air dalam jumlah banyak namun peka terhadap kondisi lingkungan tumbuh yang berdrainase jelek. Tanaman ini relatif toleran terhadap cekaman air (water stress) sehingga pada daerah dengan curah hujan sekitar 1000 mm/th tebu masih mampu bertahan. Selain masa tanam yang tepat dan tercukupinya makanan, faktor lain yang menjamin keberhasilan budidaya tebu yaitu air dapat dikendalikan. Dalam arti bila terjadi defisit air tanaman tebu dapat diberi tambahan air pengairan, demikian sebaliknya apabila terjadi kelebihan air dapat dipatus. Hasil penelitian menunjukkan untuk menghasilkan 1 kg tebu atau setara dengan 0,1 kg gula diperlukan sekitar 100 kg air; sedangkan untuk memproduksi 1 g berat tebu (segar), 1 g berat kering dan 1 g gula, diperlukan air berturut-turut sebesar 50 60, 135 150, dan 1000 2000 g air. Jumlah kebutuhan air sejalan dengan umur tanaman tebu sangat bervariasi tergantung pada fase pertumbuhan dan lingkungan tumbuhnya (agroekologi). Secara garis besar fase pertumbuhan tebu dibagi menjadi 4, yaitu: (1) perkecambahan (0 5 minggu), (2) pertunasan (5 minggu 3,5 bulan), (3) pertumbuhan cepat (3,5 9 bulan), dan (4) pamasakan batang (~ 9 bulan). Puncak kebutuhan air pada tanaman tebu terjadi pada fase pertumbuhan cepat, yaitu mencapai 0,75 0,85 cm air / hari. Irigasi bertujuan untuk memberi suplai air bagi tanaman, merangsang pertumbuhan tunas tanaman, dan meningkatkan kelembaban areal. Irigasi yang dilakukan yaitu irigasi terbuka pada saat sebelum bibit di-cover dan irigasi tertutup pada saat bibit sudah di-cover dengan lama irigasi 2 jam per perlakuan. Alat yang digunakan untuk irigasi berupa big gun sprinkler. Biasanya irigasi dilakukan sebelum covering setelah bibit dicacah, hal ini dilakukan agar tanah yang digunakan untuk menutup bibit tetap lembab, dan ini diharapkan mampu menjaga kelembapan untuk bibit sehingga dapat memacu perkecambahan tunas dengan baik. 2.3 Teknik Irigasi Di lahan kering, air sangat langka dan pemanfaatannya harus efisien. Jumlah air irigasi yang diberikan ditetapkan berdasarkan kebutuhan tanaman, kemampuan tanah memegang air, serta sarana irigasi yang tersedia. Ada beberapa sistem irigasi untuk tanah kering, yaitu: (1) irigasi tetes (dripping irrigation), (2) irigasi curah (sprinkler irrigation), Untuk penggunaan air yang efisien, irigasi tetes merupakan salah satu alternatif. Misal sistem irigasi tetes adalah pada tanaman tebu. Ketersediaan sumber air irigasi sangat penting. Salah satu upaya mencari potensi sumber air irigasi adalah dengan melakukan deteksi air bawah permukaan

(groundwater) melalui pemetaan karakteristik air bawah tanah. Cara ini dapat memberikan informasi mengenai sebaran, volume dan kedalaman sumber air untuk mengembangkan irigasi suplemen.Deteksi air bawah permukaan dapat dilakukan dengan menggunakan Terameter. 2.4 Kelebihan dan Kekurangan Masing- masing Teknik Irigasi a) Irigasi Tetes (dripping irrigation) Kelebihan Air yang diberikan mendekati kesetimbangan dengan kebutuhan air tanaman Meminimumkan air larian dan perkolasi Pengelolaannya mudah, semprotan hama, panen, pemangkasan dan sebagainya dapat dikerjakan pada saat yang sama dengan irigasi, yang sangat besar manfaatnya Dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil panen, sebagai akibat dari kemampuan irigasi tetes dalam memelihara tanah agar tetap lembab pada daerah perakaran. Kekurangan Sensitif terhadap penyumbatan, masalah yang paling besar dari sistem irigasi ini adalah penyumbatan pada emiter. Perkembangan akar terbatas. b) Irigasi Curah (sprinkler irrigation) Kelebihan Efisiensi pemakaian air cukup tinggi Dapat digunakan untuk lahan dengan topografi bergelombang dan kedalaman tanah Kekurangan Cocok untuk tanah berpasir di mana laju infiltrasi biasanya cukup tinggi. Aliran permukaan dapat dihindari sehingga memperkecil kemungkinan terjadinyaerosi. PEMBAHASAN Teknik Irigasi Dripping Irrigation Banyak teknik irigasi tetapi yang tepat untuk teknik irigasi pada tanaman tebu yaitu teknik irigasi tetes (Dripping irrigation).Teknik irigasi pada lahan tebu yang belum pernah diaplikasikan di Indonesia adalah sistem irigasi tebu dengan teknik tetes (Dripping irrigation). Sistem irigasi tetes bisa menghemat biaya, jumlah pekerja, dan tentu saja akan berimbas terhadap menurunya biaya produksi. Sistem irigasi tetes ini sudah berhasil diterapkan di china dengan peningkatan produksi sebesar 20ton per ha. Dalam bidang irigasi ini mengembangkan sistem irigasi model dripping atau irigasi tetes yang dikontrol otomatis oleh komputer. Jaringan irigasi model dripping berada di tengah hamparan lahan tebu. Dengan sistem irigasi ini dapat memanipulasi kebutuhan air pada tanaman sehingga tidak hanya mengandalkan air dari hujan dan sistem ini

juga membantu pada saat pada saat masa pemasakan karena pada saat pemasakan tanaman tebu membutuhkan sedikit air dan terkontol waktu pemberian dan dosisnya. Sistem irigasi dengan Dripping Irrigation sudah berhasil diterapkan di China yaitu di area perkebunan tebu milik Guangken Sugar Group, anak perusahaan GuangDong Agribusiness Corporation Group. Sebuah perusahaan negara di bawah Kementerian Pertanian China. Beberapa orang yang telah menggunakan teknik irigasi ini berpendapat bahwa, Menurut Wu Guizhou, Director Foreign Economic Office GDA Sistem irigasi ini mampu menjangkau dan mengairi tanaman tebu seluas 30 hektar, dan irigasi tetes beroperasi selama 18 jam, setara dengan curah hujan 30 mm per hari. Zhang Li Fu, Deputi Kepala Produksi dan Teknologi Zhanjiang State Farm Bureau, mengatakan, prinsipnya bagaimana menyedot air dari dalam tanah atau dari sumber lain, lalu dipompa untuk menyiram tanaman tebu. Pengaplikasian teknik ini dengan cara. Di sepanjang bentangan pipa horizontal terdapat selang atau pipa kecil yang disusun vertikal dan dirancang khusus. Ketika air bertekanan melewatinya, langsung disemprotkan ke segala arah. Agar mampu menjangkau pengairan hingga 30 hektar di sekelilingnya, bentangan pipa itu bisa diputar, dengan poros utama tetap pada saluran isap. Sistem pemutarnya tidak menggunakan cara otomatis, tetapi mekanis. Ditarik oleh kendaraan yang dirancang khusus. Ini mungkin dilakukan karena di sepanjang bentangan pipa, pada jarak 10-15 meter, dipasang tiang-tiang penyangga beroda. Roda-roda itulah yang ditarik berputar, menjangkau hamparan tanaman tebu. Menurut Wu Guizhou, investasi yang dibutuhkan sekitar 1 juta yuan (Rp 1,4 miliar) untuk peralatan dan penggalian sumur. Sistem irigasi bisa menggunakan tenaga listrik ataupun generator berbahan bakar solar. Dengan mengadopsi sistem irigasi tetes, peningkatan produktivitas terjadi sangat nyata. Kalau tanpa ada irigasi, tanaman tebu hanya mengandalkan pasokan air hujan. Dalam situasi iklim tak menentu seperti sekarang, itu merupakan hambatan. Sebelum ada irigasi sistem dripping, produktivitas per hektar tanaman tebu di GSG hanya 90 ton per hektar. Dengan irigasi tersebut, produktivitas bisa ditingkatkan hingga 110 ton. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Teknik irigasi pada lahan tebu yang belum pernah diaplikasikan di Indonesia adalah sistem irigasi tebu dengan teknik tetes (Dripping irrigation). Sistem irigasi tetes bisa menghemat biaya, jumlah pekerja, dan tentu saja akan berimbas terhadap menurunya biaya produksi. Sistem irigasi tetes ini sudah berhasil diterapkan di china dengan peningkatan produksi sebesar 20ton per ha. Dalam bidang irigasi ini mengembangkan sistem irigasi model dripping atau irigasi

tetes yang dikontrol otomatis oleh komputer. Jaringan irigasi model dripping berada di tengah hamparan lahan tebu. Dengan sistem irigasi ini dapat memanipulasi kebutuhan air pada tanaman sehingga tidak hanya mengandalkan air dari hujan dan sistem ini juga membantu pada saat pada saat masa pemasakan karena pada saat pemasakan tanaman tebu membutuhkan sedikit air dan terkontol waktu pemberian dan dosisnya. Dengan mengadopsi sistem irigasi tetes, peningkatan produktivitas terjadi sangat nyata. Kalau tanpa ada irigasi, tanaman tebu hanya mengandalkan pasokan air hujan. Dalam situasi iklim tak menentu seperti sekarang, itu merupakan hambatan. Sebelum ada irigasi sistem dripping, produktivitas per hektar tanaman tebu di GSG hanya 90 ton per hektar. Dengan irigasi tersebut, produktivitas bisa ditingkatkan hingga 110 ton.

You might also like