You are on page 1of 17

BUDIDAYA PADI Oleh : Ir. Parisman Girsang Produksi gabah padi di Indonesia rata-rata 4 - 5 ton/ha.

Kami berupaya membantu tercapainya ketahanan pangan nasional melalui peningkatan produksi padi berdasarkan asas kuantitas, kualitas dan kelestarian ( K-3 ). SYARAT TUMBUH Padi dapat tumbuh pada ketinggian 0-1500 mdpl dengan memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa naungan. Angin berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan. Padi menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan 18-22 cm dan pH tanah 4 - 7. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA Untuk Persemaian A.Benih Sebelum memilih benih sebaiknya petani terlebih dahulu mengetahui spesifikasi dari benih tersebut. Pilih benih produksi yang tinggi, tahan terhadap hama penyakit dan enak dikomsumsi. B.Perendaman Benih Benih direndam dengan air selama 6-12 jam. tiriskan dan masukkan karung goni, benih padi yang mengambang dibuang. C.Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian Persemaian diairi dengan berangsur. Setelah bibit berumur 7-10 hari dan 14-18 hari, dilakukan penyemprotan insektisida Sandimas 400 SL dengan dosis 30 cc/tangki (15 ltr air). PENGOLAHAN LAHAN Prinsip: Pengolahan lahan yang sempurna akan memberikan kecukupan hara bagi tanaman dan membuat agroekosistem lahan padi sawah menjadi tetap lestari, produksi meningkat dan serangan hama/penyakit menjadi sangat jauh berkurang. Pengolahan tanah yang baik akan menjadikan media tumbuh yang baik bagi tanaman, dan juga berfungsi sebagai tindakan pengendalian gulma. Anjuran pengolahan tanah sesuai budaya kami adalah sebagai berikut: 1. Tanah berat dibajak dua kali, arah bajakan membentuk garis silang tegak lurus, kedalaman bajak 15 - 20 cm. Tanah ringan pembajakan dilakukan satu kali dan digaru satu kali pada kedalaman sekitar 25 cm. 2. Untuk melumpurkan dan meratakan lahan, tanah dirotari dan di "gelebek" satu atau dua kali. Bila tidak terdapat rotari bisa dicangkul atau dilakukan penggaruan. 3. Gulma dan sisa tanaman diambil dan disingkirkan dari petakan sawah. 4. Jika terdapat sisa-sisa jerami sebaiknya diproses langsung dilahan untuk dijadikan kompos.

D. Pemindahan benih (Penanaman). Bibit yang siap dipindahtanamkan ke sawah berumur 18 - 21hari, berdaun 5-7 helai, batang bawah besar dan kuat, pertumbuhan seragam, tidak terserang hama dan penyakit. diupayakan tanam serempak dalam areal atau hamparan yang luas -

penjadwalan memanfaatkan kelompok tani atau gapoktan desa atau kecamatan atau tanam beberapa kecamatan, dalam suatu hamparan seluas 50 ha diusahakan selesai sekitar 10 hari. 1. Saat Pembuatan jarak tanam dilakukan dengan menggunakan garetan atau "blak" yang telah ditentukan j`rak tanamnya. 2. Tanam Pindah (Tapin) dengan sistem Tegel sebagai berikut: o Jarak tanam: 20 x 20cm atau 22,5 x 22,5cm atau 25 x 25cm. o Jarak tanam disesuaikan dengan varietas dan tingkat kesuburan tanah. o Gunakan bibit 2-3 bibit/rumpun yang berumur 15-20 hari, dengan pertimbangan sudah lazim dipraktekan oleh kami.i. bibit akan cepat pulih dari stress ii. akar akan lebih kuat dan dalam iii. tanaman akan menghasilkan anakan produktif yang lebih banyak iv. tanaman akan lebih tahan terhadap rebah v. tanaman akan lebih tahan terhadap kekeringan vi. tanaman akan menyerap pupuk lebih hemat sesuai kebutuhan. 3. Tanam Pindah (Tapin) dengan sistem Jajar Legowo sebagai berikut: o Jarak tanam Legowo I: 2:1 yakni 40 x 20 x 10cm, cara tanam berselang-seling 2 baris dan 1 baris kosong. Jarak antar baris tanaman yang dikosongkan disebut satu unit. Untuk sistem Legowo 2:1, populasi (jumlah) tanaman tidak berubah (sama dengan TAPIN tegel 20 x 20 cm.

F. Pemupukan Unsur hara (makanan) yang dibutuhkan tanaman banyak dan secara umum tidak dapat dipenuhi oleh unsur hara yang ada di dalam tanah. Oleh karena itu perlu diberikan penambahan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman baik melalui tabur ketanah maupun pemupukan melalui daun. Anjuran pemumupakan perlu memperhatikan kesuburn lahan. Pemupukan perhitungan di daerah kerja adalah hitungan panggnung. 1. Pupuk sebelum menanam atau disebut pupuk dasar gunkan urea sebanyak 50 Kg dan TSP sebanyak 50 Kg. 2. Pembierian pupuk susulan (pupuk I) secara umum jangan lebih dari 3 minggu setelah pindah tanam, dan dosis pupuk yang digunakan adalah Urea 3 kg, TSP 2kg, dan Nitrophaska BASF (15-151-15) 3 Kg. 3. Pemberian pupuk susulan (pupuk susulan ke II) pada saat padi berumur 45 50 setelah tanam dan dosis pupuk yang digunakan adalah urea 1 kg, ZA 2 Kg dan Blue Special sebanyak 2 kg. H.PENYIANGAN Penyiangan rumput-rumput liar dilakukan sesuai dengan keadaan rumput dilahan, seperti jajagoan, sunduk gangsir, teki, eceng gondok dan lain sebagainya . I. PENGAIRAN Penggenangan air dilakukan pada fase awal pertumbuhan, pembentukan anakan, pembungaan dan masa bunting. Sedangkan pengeringan hanya dilakukan pada fase sebelum bunting bertujuan menghentikan pembentukan anakan dan fase pemasakan biji untuk menyeragamkan dan mempercepat pemasakan biji. J. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT

Hama putih (Nymphula depunctalis). Gejala : menyerang daun bibit, kerusakan berupa titik-titik yang memanjang sejajar tulang daun, ulat menggulung daun padi. Pengendalian: (1) pengaturan air yang baik, penggunaan bibit sehat, melepaskan musuh alami, menggugurkan tabung daun; (2) dengan kimiawi yaitu Sandimas 400 SL. Padi Thrips (Thrips oryzae). Gejala: daun menggulung dan berwarna kuning sampai kemerahan, pertumbuhan bibit terhambat, pada tanaman dewasa gabah tidak berisi. Pengendalian: Sanfidor 200 SL. Wereng penyerang batang padi: wereng padi coklat (Nilaparvata lugens), wereng padi berpunggung putih (Sogatella furcifera) dan Wereng penyerang daun padi: wereng padi hijau (Nephotettix apicalis dan N. impicticep). Merusak dengan cara mengisap cairan batang padi dan dapat menularkan virus. Gejala: tanaman padi menjadi kuning dan mengering, sekelompok tanaman seperti terbakar, tanaman yang tidak mengering menjadi kerdil. Pengendalian: (1) bertanam padi serempak, menggunakan varitas tahan wereng seperti IR 36, IR 48, IR- 64, Cimanuk, Progo dsb, membersihkan lingkungan, melepas musuh alami seperti laba-laba, kepinding dan kumbang lebah; (2) penyemprotan Sandimas 400 SL dan Walang sangit (Leptocoriza acuta). Menyerang buah padi yang masak susu. Gejala buah hampa atau berkualitas rendah seperti berkerut, berwarna coklat dan tidak enak; pada daun terdapat bercak bekas isapan dan bulir padi berbintik-bintik hitam. Pengendalian: (1) bertanam serempak, peningkatankebersihan, mengumpulkan dan memusnahkan telur, melepas musuh alami seperti jangkrik, laba-laba; (2) penyemprotan Santrino 100 EC, Santador 25 EC atau kalau sudah melampawi batas dapt digabungkan keduanya. Kepik hijau (Nezara viridula). Menyerang batang dan buah padi. Gejala: pada batang tanaman terdapat bekas tusukan, buah padi yang diserang memiliki noda bekas isapan dan pertumbuhan tanaman terganggu. Pengendalian: mengumpulkan dan memusnahkan telur-telurnya, penyemprotan. Penggerek batang padi terdiri atas: penggerek batang padi putih (Tryporhyza innotata), kuning (T. incertulas), bergaris (Chilo supressalis) dan merah jambu (Sesamia inferens). Menyerang batang dan pelepah daun. Gejala: pucuk tanaman layu, kering berwarna kemerahan dan mudah dicabut, daun mengering dan seluruh batang kering. Kerusakan pada tanaman muda disebut hama "sundep" dan pada tanaman bunting (pengisian biji) disebut "beluk". Pengendalian: (1) menggunakan varitas tahan, meningkatkan kebersihan lingkungan, menggenangi sawah selama 15 hari setelah panen agar kepompong mati, membakar jerami; (2) menggunakan Sandimas 400 SL. Hama tikus (Rattus argentiventer). Menyerang batang muda (1-2 bulan) dan buah. Gejala: adanya tanaman padi yang roboh pada petak sawah dan pada serangan hebat ditengah petak tidak ada tanaman. Pengendalian: pergiliran tanaman, tanam serempak, sanitasi, gropyokan, melepas musuh alami seperti ular dan burung hantu, penggunaan NAT (Natural Aromatic). Burung. Menyerang menjelang panen, tangkai buah patah, biji berserakan. Pengendalian: mengusir dengan bunyi-bunyian atau orang-orangan. Penyakit Bercak daun coklat. Penyebab: jamur Helmintosporium oryzae. Gejala: menyerang pelepah, malai, buah yang baru tumbuh dan bibit yang baru berkecambah. Biji berbercak-bercak coklat tetapi tetap berisi, padi dewasa busuk kering, biji kecambah busuk dan kecambah mati. Pengendalian: (1) merendam benih di air hangat pemupukan berimbang, tanam padi tahan penyakit ini.

Penyakit Blast. Penyebab: jamur Pyricularia oryzae. Gejala: menyerang daun, buku pada malai dan ujung tangkai malai. Daun, gelang buku, tangkai malai dan cabang di dekat pangkal malai membusuk. Pemasakan makanan terhambat dan butiran padi menjadi hampa. Pengendalian: (1) membakar sisa jerami, menggenangi sawah, menanam varitas unggul Sentani, Cimandiri IR-48, IR-36, pemberian pupuk N di saat pertengahan fase vegetatif dan fase pembentukan bulir; (2) pemberian .................... Busuk pelepah daun. Penyebab: jamur Rhizoctonia sp. Gejala: menyerang daun dan pelepah daun pada tanaman yang telah membentuk anakan. Menyebabkan jumlah dan mutu gabah menurun. Pengendalian: (1) menanam padi tahan penyakit (2) secara kimia dengan menggunkan murtox Penyakit Fusarium. Penyebab: jamur Fusarium moniliforme. Gejala: menyerang malai dan biji muda menjadi kecoklatan, daun terkulai, akar membusuk. Pengendalian: merenggangkan jarak tanam, mencelupkan benih + POC NASA dan disebari GLIO di lahan Penyakit kresek/hawar daun. Penyebab: bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae) Gejala: menyerang daun dan titik tumbuh. Terdapat garis-garis di antara tulang daun, garis melepuh dan berisi cairan kehitam-hitaman, daun mengering dan mati. Pengendalian: (1) menanam varitas tahan penyakit seperti IR 36, IR 46, Cisadane, Cipunegara, menghindari luka mekanis, sanitasi lingkungan; (2) pengendalian diawal dengan Murtox Penyakit kerdil. Penyebab: virus ditularkan oleh wereng coklat Nilaparvata lugens. Gejala: menyerang semua bagian tanaman, daun menjadi pendek, sempit, berwarna hijau kekuning-kuningan, batang pendek, buku-buku pendek, anakan banyak tetapi kecil. Pengendalian: sulit dilakukan, usaha pencegahan dengan memusnahkan tanaman yang terserang ada mengendalikan vector dengan BVR atau PESTONA. Penyakit tungro. Penyebab: virus yang ditularkan oleh wereng hijau Nephotettix impicticeps. Gejala: menyerang semua bagian tanaman, pertumbuhan tanaman kurang sempurna, daun kuning hingga kecoklatan, jumlah tunas berkurang, pembungaan tertunda, malai kecil dan tidak berisi. Pengendalian: menanam padi tahan wereng seperti Kelara, IR 52, IR 36, IR 48, IR 54, IR 46, IR 42 dan mengendalikan vektor virus dengan...........................

K. PANEN DAN PASCA PANEN


Panen dilakukan jika butir gabah 80 % menguning dan tangkainya menunduk Alat yang digunakan ketam atau sabit Setelah panen segera dirontokkan malainya dengan perontok mesin atau tenaga manusia Usahakan kehilangan hasil panen seminimal mungkin. Setelah dirontokkan diayaki (dikipas) dilakukan pengeringan dengan sinar matahari 2-3 hari. (tergantung keadaan). Setelah kering lalu digiling yaitu pemisahan gabah dari kulit bijinya. Beras siap dikonsumsi.

VARIETAS DAN KEBUTUHAN BENIH Tulisan ini disadur sebelum Padi Inpari dan Inpara diterbitkan oleh Pemerintah. Secara Umum kriteria benih yang sepadan dengan yang dicantumkan disini bisa dilihat dalam presentasi ini, silahkan klik disini. Dan jika Anda membutuhkan pertimbangan paling mendasar untuk budidaya tanaman padi silahkan klik link tersebut diatas tadi, didalamnya Anda akan mendapatkan keterangan tentang ekosistem padi dan beberapa tips paling direkomendasikan untuk petani agar mereka semua memahami bagaimana budidaya padi sawah. Jika Anda membutuhkan detail angka untuk Kebutuhan Pemupukan Padi Sawah, silahkan hitung kebutuhan pupuk untuk Pertanaman Padi Anda menurut petunjuk web tersebut. Pergiliran varietas harus dilaksanakan guna memperpanjang sifat ketahanan suatu varietas atas serangan hama dan penyakit tertentu. Hama dan penyakit utama seperti wereng coklat, virus tungro, bakteri hawar daun atau kresek (Xanthomonas capetris sp) dan blast (Pyricularia oryzae) dikendalikan dengan penerapan pergiliran varietas. Beberapa hal penting yang harus dipertimbangkan dalam memilih varietas di wilayah hamparan tertentu:

1. Varietas umur sedang 120-130 hari, agar tidak mengganggu pola tanam. 2. Benih bermutu baik dengan daya tumbuh > 90%, campuran varietas lain (cvl) kurang dari 1%. Benih berasal dari produsen yang dapat dipercaya. 3. Kebutuhan benih 30-35 kg/ha untuk cara pindah dan jajar legowo 35-40 kg/ha. 4. Di daerah endemis serangan penyakit tungro dapat dipilih varietas Memberamo, IR66, dan IR-74. 5. Di daerah endemis serangan wereng coklat dapat dipilih varietas: Memberamo, Digul, Barumun, Way Apo Buru, Widas dan Ketonggo (ketan). 6. Di daerah endemis penyakit hawar daun bakteri dianjurkan menggunakan varietas: Way Apo Buru, Krueng Aceh, Memberamo, Cilosari, Cibodas, Maros dan Widas. 7. Memberamo lebih sesuai ditanam pada musim hujan (MH II) atau musim gadu (MK I). Bila terpaksa ditanam pada musim hujan, kurangi penggunaan pupuk N (urea/Za) selain pengairan dibuat secara berkala atau terputus-putus. 8. Untuk daerah yang tidak terjadi masalah serangan hama dan penyakit varietas yang dipilih : IR-64, Way Apo Buru dan Widas pada MH, pada MK II varietas Memberamo, Widas/Way Apo Buru. 9. Sawah tadah hujan dapat ditanam varietas Grata, Way Rarem, Towuti, IR-64 dan IR36.

Untuk mengetahui beberapa varian terbaru dari Jenis Padi Irigasi dapat dipelajari dalam web berikut ini. PERSEMAIAN DAN BIBIT Penting untuk diperhatikan dalam membuat pesemaian agar diperoleh bibit yang sehat/kuat antara lain:

1. Untuk setiap 1 hektar pertanaman padi, area pesemaian yang disiapkan seluas 4-5% (1/20-1/25 nya atau 400-500m2). 2. Pesemaian dibuat pada area yang mudah di airi dan mudah pula air dibuang, tidak ternaungi, dan tidak di area bekas serangan tungro dan penggerek batang. Jika terpaksa pada area bekas serangan hama tersebut, pemberian bahan organik berupa batang pisang harus diperbanyak. 3. Hindarkan pembuatan pesemaian dekat lampu agar tidak menarik hama wereng dan penggerek batang. 4. Penyiapan area persemaian: o Lebar persemaian 1 1,5 m dengan panjang sesuai petakan, umumnya sekitar 10 20 m. Cangkul/bajak/traktor lahan secara sempurna. Bersamaan dengan kegiatan tersebut sebarkan merata kompos matang [yang sudah diproses dengan menggunakan Ragi Kompos] sebanyak 1 zak [50 kg]. o Lebih dianjurkan sebelum disebarkan, kompos dicampur dengan batang pisang yang sudah dicacah lembut sebanyak 20 kg ditambah satu sendok makan Ragi Kompos yang sudah dicampur air 10 liter. Campuran cacahan batang pisang & ragi kompos disebar bersamaan dengan penyebaran kompos secara merata. o Untuk menggemburkan lahan persemaian agar memudahkan pencabutan bibit, dan mengurangi kerusakan akar pada bibit dapat ditambahkan sekam padi sebanyak 1 kg per m2, perlakuan ini juga sekaligus menambah asupan bahan organik dan unsur silica yang memberikan ketahanan bagi batang tanaman padi terhadap serangan hama penggerek batang. o Haluskan butiran-butiran tanah dengan cara digaru sehingga melumpur, biarkan selama 2-3 hari untuk kemudian siap ditebari benih yang sudah dipersiapkan. 5. Cara memilih benih yang baik: o Sediakan air bercampur garam [1 liter air + 30 gram garam]. Jumlah air dan garam disesuaikan dengan jumlah benih yang akan direndam. o Rendam benih dalam air/larutan garam 10 menit. Ambil benih yang tenggelam sebagai calon bibit, dan benih yang melayang, mengapung/mengambang dibuang karena kualitasnya tidak baik. 6. Benih yang sudah diseleksi kemudian di rendam lagi dalam air hangat kuku yang sudah diberi Pupuk Organik Cair [POC] Nutrizim 10cc [1 tutup] per 10 liter air selama 6 10 jam [semalam]. Tiriskan kemudian peram dengan menggunakan karung goni/karung plastik bekas berpori selama 12 jam. Terangi dengan menggunakan lampu pijar 25 watt berjarak 30cm dari peraman. Secara serempak dan seragam benih akan tumbuh tunasnya dan siap disebar/disemai. Sisa air rendaman yang berisi larutan POC Nutrizim sebaiknya disiramkan pada lahan untuk persemaian. 7. Benih disemaikan pada area persemaian yang telah disiapkan, usahakan ditutup dengan mulsa jerami. Setelah benih tumbuh setinggi 5 cm atau kurang lebih 5 hari,

semprot benih dengan 10cc POC Nutrizim + 10cc PessO Plus dalam tangki sprayer 14 liter, sebaiknya nozel ditutup rapat agar menghasilkan semprotan kabut [mist], semprot secara merata dan ulangi setiap 5 hari sekali. 8. Untuk daerah endemis serangan wereng coklat, penggerek batang dan tungro, benih sebaiknya diperlakukan dengan cara disemprot dengan Pestisida Organik PessO Plus! 10cc per tangki sprayer [14 liter], semprot secara kabut setiap 3-4 hari sekali, setelah benih tumbuh setinggi 5 cm. 9. Pemupukan pesemaian jika perlu dengan 1 kg Urea + 1 kg SP-36 + KCl 1 kg setiap 500 m2 diberikan 5 hari setelah tabur benih, jika penyebarannya diperkirakan tidak merata dapat dicampur dengan abu sekam hasil pembakaran batu-bata. 10. Bibit dipindahkan pada umur 15 - 20 hari. Cabut benih secara hati-hati yakni secara miring/diagonal jangan tegak lurus supaya tidak merusak akar dan berakibat tanaman stress. Bersihkan bibit yang sudah dicabut dari lumpur yang menempel dengan menggunakan air secara hati-hati agar akar tidak rusak. 11. Penanaman pada lahan sebelum bibit ditanam supaya dicelup dalam larutan 10cc POC Nutrizim + 10cc PessO Plus dalam 10 liter air, rendam/celup selama 2-3 menit. 12. Bibit yang menunjukkan gejala penyakit tungro (warna daun kuning kemerahan dan kaku) atau adanya gejala ganjur sebaiknya tidak ditanam. 13. Untuk menetralkan tanah dari racun-racun kimia yang sudah lama mengendap, berikan pada lahan batang pisang yang sudah dipanen buahnya [buah, batang, daun, dan bonggol pisang bisa diberikan semua]. Kebutuhan batang pisang adalah minimum 10 batang per hektar. Cacah batang pisang tersebut (tidak perlu harus lembut) dan berikan cairan Ragi Kompos [1 sedok makan ragi kompos + 10 liter air] dengan cara disiramkan. Aduk dan sebarkan pada lahan secara merata pada saat sebelum ditraktor/saat traktor/saat garu. 14. Jika lahan yang diolah merupakan bekas serangan tungro dan penggerek batang ataupun serangan hama yang cukup parah perlu ditambahkan 2,5 kg 5 kg bubuk CSun per hektar (bahan organik dan mineral khusus produksi Klinik untuk netralisasi lahan dan pencegahan terhadap serangan hama tersebut). 15. Jika pemberian bahan organik masih terlalu sedikit sebaiknya perlu ditambahkan Ragi Kompos dengan dosis 5 botol per hektar, dengan cara buat larutan Ragi Kompos dalam bentuk pekat campur pada bahan organik/kompos kemudian disebarkan merata pada lahan. 16. Untuk keserempakan saat tanam, waktu yang diperlukan saat pengolahan tanah pertama hingga lahan siap tanam sekitar 2 minggu.

PENANAMAN

Penanaman dapat dilakukan dengan cara pindah biasa (TAPIN = Tanam Pindah) sistem TEGEL atau JAJAR LEGOWO: Cara Membuat ATAJALE (Alat Tanam Jejer Legowo/Caplok Legowo) versi seorang rekan Penyuluh Pertanian

BAHAN DAN ALAT YANG DIBUTUHKAN A. Alat yang dibutuhkan meliputi Gergaji Palu Pahat Serut Pisau/Bedog Bor B. Bahan Yang dibutuhkan Papan 2 lembar (2 m x 20 cm x 2 cm) Kaso 3 buah (2 m x 4 cm x 5 cm) Paku secukupnya Bambu Keterangan : Ukuran panjang kaso tergantung pada jarak tanam legowo contoh legowo 2 (50 x 25 x 12,5) tidak sama panjangnya dengan legowo 2 (40 x 20 x 10)

CARA PEMBUATAN CAPLAK LEGOWO PRAKTIS Tahap ke 1 1. Papan diserut sampai bersih, kemudian papan tersebut dibuatkan roda (lingkaran) sebanyak 8 buah

2. Roda (lingkaran) yang sudah jadi, ditengahnya dibuatkan lobang sesuai dengan ukuran as 3. Ambil kaso kemudian diserut sampai bersih dan dibuatkan as dan rangka 4. Ambil kaso kemudian serut sampai bersih dan dibuatkan gagang (untuk menarik)

5. Ambil papan kemudian dibikin capit turang dengan ukuran panjang 20 cm lebar 5 cm sebanyak 3 buah di dekat ujung bawah di kasih lubang.

C. Kebutuhan dalam pembuatan Caplak Legowo Praktis yang harus ada Roda 8 buah AS 1 Capit Hurang 3 buah Rangka i Jari-jari dari bambu 8 buah Gagang untuk narik Keterangan : Panjang AS harus sama dengan rangka kemudian panjang AS dan rangka tergantung kepada jarak tanam legowo CARA PEMBUATAN CAPLAK LEGOWO PRAKTIS TAHAP KE 2 1. Roda yang 8 buah dimasukan ke AS diatur dengan jarak tanam legowo sesuai dengan kebutuhan misal legowo 2 dengan jarak tanam 25 cm x 50 cm

2. Roda yang sudah dimasukan ke AS yang sudah diatur dengan jarak tanam kemudian roda tadi dipasang jari-jari (bambu) yang 8 buah dengan jarak sesuai dengan keinginan misalkan 12,5 cm 3. Capit hurang yang 3 tadi dipasangkan ke rangka di ujung dan ditengah dan di ujung 4. Capit hurang yang sudah dipasangkan kerangka tadi dipasangkan dengan AS yang sudah ada roda dan jari-jarinya ujung AS dan capit hurang yang s udah di lubangi kemudian di paku ku AS ujung kiri dan kanan kemudian rangka tadi diberi gagang gunanya untuk menarik.
o

Gunakan bibit 2-3 bibit/rumpun yang berumur 15-20 hari, dengan pertimbangan juga sudah lazim dipraktekan oleh kami : bibit akan cepat pulih dari stress, akar akan lebih kuat dan dalam tanaman akan menghasilkan anakan produktif yang lebih banyak tanaman akan lebih tahan terhadap rebah serta lebih tahan terhadap kekeringan memberi hasil lebih tinggi (efek tanaman pinggir). semua barisan rumpun tanaman berada pada bagian pinggir pengendalian hama, penyakit dan gulma lebih mudah.

menyediakan ruang kosong untuk pengaturan air, saluran pengumpul keong mas, atau untuk mina padi. tanaman akan menyerap pupuk lebih berdaya guna serta hemat sesuai kebutuhan

Baik penanaman TAPIN maupun JAJAR LEGOWO, pada saat menanam bibit pada lahan sebaiknya menggunakan metode L agar letak perakaran bibit tetap pada posisi di bawah bibit. Penanaman dengan cara menancapkan tegak lurus akan berakibat letak akar menghadap ke atas yang dapat berakibat tanaman cepat stress, sehingga membutuhkan waktu lama untuk fase pemulihannya.

PENYIANGAN

1. Penyiangan gulma (rumput/tanaman pengganggu) diperlukan untuk: o Mengurangi persaingan antara gulma dengan tanaman dalam hal kebutuhan hara, sinar matahari dan tempat. o Memutus perputaran hidup (siklus) gulma. o Mencegah terbentuknya tempat berkembang bagi serangga hama, penyakit, dan tikus. o Mencegah tersumbatnya saluran dan aliran air irigasi o Beberapa jenis gulma akarnya dapat mengeluarkan racun bagi akar tanaman padi [efek alelopati]. 2. Penyiangan dilakukan secara manual dengan cara mencabut gulma dengan tangan atau menggunakan "osrok"/ landak: o Dilakukan pada umur 10-15 hari setelah tanam dan dilanjutkan pada umur 2025 hari setelah tanam. o Dilakukan pada saat kondisi tanah macak-macak dengan ketinggian air 2-3 cm. o Gulma yang terlalu dekat dengan tanaman padi sebaiknya dicabut dengan tangan. o Dilakukan dua arah yaitu diantara dan dibarisan tanaman 3. Penggunaan "osrok"/ landak mempunyai beberapa keuntungan antara lain: o Ramah lingkungan karena tidak menggunakan bahan kimia o Lebih ekonomis, hemat tenaga kerja dibandingkan penyiangan dengan tangan. o Meningkatkan udara di dalam tanah dan merangsang pertumbuhan akar padi lebih baik. o Apabila dilakukan bersamaan atau segera setelah pemupukan akan membenamkan pupuk ke dalam tanah, sehingga pemberian pupuk lebih hemat o Pembenaman gulma (rumput) ke tanah perlu dilakukan untuk mencegah tumbuh kembali dan menambah kandungan bahan organik di tanah.

PENGAIRAN Penerapan pengairan berselang atau terputus adalah pengaturan kondisi lahan tanam secara

berselingan dari kondisi tergenang/basah ke kondisi kering, bergantian dalam jangka waktu tertentu. Teknik ini mempunyai manfaat antara lain:

1. Menghemat air irigasi sehingga areal yang dapat diairi menjadi lebih luas. 2. Memberi kesempatan kepada akar untuk mendapatkan udara sehingga dapat berkembang lebih dalam. 3. Mencegah timbulnya keracunan zat besi. 4. Mencegah penimbunan asam organik dan gas H2S yang menghambat pertumbuhan akar. 5. Mengaktikan jasad renik mikroba yang bermanfaat. 6. Mengurangi kerebahan tanaman 7. Mengurangi jumlah anakan yang tidak produktif (tidak menghasilkan malai dan gabah). 8. Menyeragamkan pemasakan gabah dan mempercepat waktu panen. 9. Memudahkan pembenaman pupuk ke dalam tanah (lapisan olah). 10. Memudahkan pengendalian hama keong mas, mengurangi penyebaran hama wereng coklat dan penggerek batang, dan mengurangi kerusakan tanaman padi karena tikus. Teknik pelaksanaan pengairan berselang atau terputus adalah sebagai berikut:

1. Tanam bibit dalam kondisi macak-macak 2. Secara berangsur tanah diairi 2-5 cm sampai tanaman berumur 10 hari. 3. Biarkan tanah mengering dengan sendirinya, tanpa diairi, biasanya membutuhkan waktu 5-6 hari, 4. Setelah permukaan tanah retak selama 1 hari, sawah kembali diairi setinggi 5 cm. 5. Biarkan sawah mengering sendiri tanpa diairi (5-6 hari), lalu diairi air setinggi 5 cm, demikian seterusnya sampai tanaman masuk ke tahap pembungaan. 6. Sejak fase keluar bunga sampai 10 hari sebelum panen, lahan terus diairi setinggi 5 cm, kemudian lahan dikeringkan. Teknik pelaksanaan pengairan berselang atau terputus membutuhkan persyaratan atau bergantung pada:

1. Jenis tanah, tanah yang tidak bisa menahan air (berpasir) sebaiknya hati-hati dalam menerapkan cara pengairan berselang. Demikian pula untuk jenis tanah berat. 2. Pola pengaturan air/pergiliran air di wilayah setempat. Jika pergiliran perolehan air sudah ditetapkan berselang 3 hari sekali, maka pola pengairan yang sudah ada diikuti saja, tidak perlu merubah kebiasaan. 3. Pada lahan sawah yang sulit dikeringkan karena drainase yang jelek, pengairan berselang tidak perlu dilakukan.

PEMUPUKAN Prinsip: Pemupukan sangat dianjurkan menggunakan pupuk alami/pupuk organik/pupuk hayati baik berupa padat maupun cair dengan membuat sendiri atau membeli pada lembaga/kelompok yang dapat dipercaya, yang bersedia melakukan pendampingan pada

petani. Penggunaan pupuk organik dengan membuat sendiri akan memberikan penghematan yang sangat nyata selain aman bagi lingkungan dan kelestarian dan produktivitas lahan dapat dikembalikan tingkat kesuburannya. Berdasarkan pengalaman pada lahan yang kandungan bahan organik (BO) 5% maka lahan tersebut sudah tidak memerlukan pupuk apapun karena tingkat kesuburan tanahnya sudah tinggi, dengan kata lain lahan/tanah tersebut sudah hidup/sehat. Pola pemupukan yang dilakukan oleh kami adalah melalui teknik pengurangan pemakaian pupuk kimia dari 50% sampai 80% bahkan pada tingkatkan teknik tertentu bisa menghapuskan penggunaan pupuk kimia sampai nol persen dengan hasil tetap bahkan meningkat (bergantung dari sejarah lahan)!. Sejarah lahan juga akan diperkuat dengan adanya analisa lahan yang dilakukan oleh Penyuluh-penyuluh Pertanian atau Petugas-petugas Pertanian setempat lainnya (dengan memanfaatkan PUTS). Lebih sederhananya, Anda juga dapat pula memanfaatkan PUPS, aplikasi komputer ini dapat memudahkan Anda menganalisis secara faktual dari data yang Anda miliki untuk menganalisa kebutuhan pupuk tanah Sawah Anda, silahkan bisa didownload disini.

bisa Anda dapatkan melalui 081249412121

1. Penggunaan pupuk dari batang pisang telah dijelaskan diatas pada materi pengolahan lahan. 2. Penggunaan kompos jerami dianjurkan dengan cara membuat sendiri apabila terdapat jerami sisa panen yang tidak diambil untuk makanan ternak, sebaiknya jerami tersebut diproses menjadi pupuk kompos jerami, jangan dibakar. Pembakaran jerami hanya diperoleh manfaat berupa abu (mineral) akan lebih bermanfaat dan berdaya guna apabila diolah menjadi pupuk kompos jerami, selain itu pembakaran dapat mengakibatkan polusi udara serta meningkatkan efek pemanasan global (global warming). Pembuatan kompos jerami dilakukan 2 minggu sebelum tanam sehingga memberikan kesempatan proses pengomposan jerami lebih sempurna.

3. Penggunaan pupuk organik dari kotoran ternak dianjurkan dengan cara membuat sendiri apabila memiliki ternak peliharaan, selain menjaga sanitasi/kebersihan kandang, pemrosesan limbah ternak juga bermanfaat bagi lahan karena menyediakan bahan organik matang dan suplai unsur hara lengkap/komplit. 4. Aplikasi pupuk organik cair Nutrizim dilakukan sebagai berikut: o Sejak awal pembibitan/persemaian sampai pada pemeliharaan. Pada tahap persemaian dilakukan perendaman benih dengan dosis 10cc per 10 liter air selama 6 10 jam. o Kemudian pada saat pencabutan bibit untuk ditanam di lahan setelah dibersihkan, bibit direndam dengan larutan Nutrizim dosis 10cc per 10 liter air, rendam selama 2-3 menit. o Pada saat usia persemaian 6 hari atau tinggi bibit sekitar 5 cm semprot dengan Nutrizim 10cc dalam 14 liter air/sprayer. Perlu diperhatikan lubang nozel supaya ditutup rapat agar semprotan yang keluar dalam bentuk kabut (mist), semprot secara pelan dan merata. Jika di daerah tersebut diperkirakan terjadi endemi hama wereng dan sejenisnya, penyemprotan sebaiknya digabungkan dengan pestisida organik PessO Plus dengan dosis 10cc per 14 liter air/sprayer. Perlakuan tersebut diulangi 5-6 hari sekali. o Penyemprotan dengan menggunakan Nutrizim selanjutnya dilakukan setelah 7 hari setelah tanam dengan dosis 30cc per 14 liter air/sprayer seterusnya diulangi setiap minggu sekali, sampai bulir padi masak susu. 5. Aplikasi zat perangsang tumbuh Nutrizim PTO dilakukan pada minggu ke 5 setelah tanam dan minggu ke 7 setelah tanam dengan dosis 10cc per 14 liter air/sprayer. 6. Penggunaan zat perekat-perata-pembawa-penembus 4Plus dapat digabungkan pada saat aplikasi Nutrizim dan/atau PessO Plus dan/atau Nutrizim PTO dengan dosis 10cc per 14 liter air/sprayer. 7. Penggunaan Nutrizim, Nutrizim PTO, PessO Plus ditambah perekat 4Plus dapat digabungkan secara bersama-sama untuk menghemat biaya tenaga kerja dengan tetap memperoleh hasil optimum. 8. Penggunaan pupuk kimia pabrik adalah sebagi berikut:

Untuk pupuk urea 50 kg dibagi menjadi 30 kg diberikan dengan cara disebar pada usia 8-15 hari setelah tanam (HST), jika dirasa penyebaran urea tidak akan merata dalam satu hektar dapat ditambah dengan bubuk batu-bata atau abu dapur/sekam secukupnya, campur dengan urea agar rata dan sebarkan pada lahan secara merata. Sisa pupuk urea sebanyak 20 kg dapat diberikan melalui teknik semprotan dengan persyaratan harus diberikan bersamaan dengan penyemprotan pupuk organik cair Nutrizim. Campur 2 sendok makan penuh urea ditambah 30 cc Nutrizim, semprotkan pada saat usia tanaman 15 HST, diulangi seminggu sekali sampai usia tanaman 45 HST. Penyemprotan pupuk urea secara tunggal sangat tidak dibenarkan karena dapat mengakibatkan daun terbakar. Untuk pupuk TSP/SP-36 dan KCl masing-masing sebanyak 10 kg diberikan dua tahap, pertama pada saat pengolahan lahan diberikan masing-masing 5 kg disebarkan bersamaan pada saat pengolahan lahan atau maksimum 1 hari sebelum tanam. Sisanya sebesar masing-masing 5 kg dapat diberikan bersamaan pada saat pemberian pupuk urea secara sebar yakni 8-15 (HST)

Teknik-teknik lanjutan berdasarkan kearifan tradisional maupun spesifik lokasi dapat menghubungi PPL setempat di wilayah anda.

berikut beberapa presentasi kami dalam youtube, tentang pemupukan :

TIPS PEMUPUKAN PERTAMA, Pada 8 sampai dengan 15 hari setelah tanam :

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT Prinsip: Pengendalian hama dan penyakit terpadu (PHT) merupakan syarat mutlak untuk penerapan teknologi kami, mencakup strategi pengendalian sebagai berikut: 1. menggunakan varietas tahan hama/penyakit 2. menanam tanaman yang sehat, termasuk pengendalian dari aspek kultur teknis seperti pola tanam yang tepat, pergiliran tanaman, kebersihan lapang, waktu tanam yang tepat, pengelolaan tanah dan irigasi, menanam tanaman perangkap untuk mengendalikan tikus. 3. pengamatan berkala di lapangan. 4. pemanfaatan musuh alami, seperti: pemangsa (predator), misalnya laba-laba, capung, ular sawah, burung hantu, katak dlsb. 5. pengendalian secara mekanik seperti: menggunakan alat atau mengambil dengan tangan, menggunakan pagar, menggunakan perangkap. 6. pengendalian secara fisik seperti menggunakan lampu perangkap 7. penggunaan pestisida hanya bila diperlukan dengan: insektisida, fungisida atau molusida.

Pengendalian hama dan penyakit utama tanaman padi seperti tikus, wereng, pengferek batang dan penyakit tungro, berikut uraiannya. Pengendalian Tikus 1. Pengendalian tikus dengan bubu dilakukan seawal mungkin, yaitu pada saat pengolahan tanah sampai panen. Pemasangan bubu dipersemaian maupun di pertanaman merupakan salah satu cara menekan populasi tikus. 2. Pengendalian dengan racun tikus, terdapat dua macam racun yaitu racun akut (sangat beracun, membunuh tikus dengan cepat) dan racun kronis (membunuh tikus setelah makan berulang-ulang). 3. Pengumpanan dengan racun akut efektif dilakukan pada saat bera menjelang musim hujan, pada saat itu sumber makanan tidak tersedia. 4. Saat pertumbuhan vegetatif umpan diletakkan di pematang dengan jarak 50 m antar lokasi umpan. 5. Pada fase bunting, umpan diletakkan pada petak sawah sejauh satu meter dari pematang.

6. Saat padi berbunga hingga panen, tikus sedang bunting atau beranak, pengemposan dengan asap belerang atau karbit merupakan cara yang efektif. Pemasangan umpan pada fase ini tidak efektif, karena sumber makanan melimpah. Namun cara tersebut dapat dikombinasikan dengan memberikan umpan berupa kepingan gula merah/jawa di sarang tikus akan mengundang semut hitam/merah yang pada gilirannya akan menyerang anak-anak tikus karena ada bau manis bekas air susu tikus. 7. Selain cara tersebut dapat pula dikombinasikan dengan penyemprotan pestisida organik PessO Plus 20cc per 14 liter air/sprayer ditambah 2-3cc minyak serimpi, semprot merata pada tanaman padi. Aroma menyengat dari ramuan tersebut akan menjauhkan tanaman dari pemangsa tikus.

Pengendalian Wereng Coklat 1. Tanam serempak dalam areal atau hamparan yang luas - manfaatkan kelompok tani atau gapoktan desa atau kecamatan atau beberapa kecamatan, selang waktu tanam dalam satu hamparan tidak lebih dari 3 minggu. 2. Laksanakan pergiliran varietas. 3. Setiap varietas jangan ditanam lebih dari 2 kali berturut-turut dalam setahunnya, selingi dengan palawija. 4. Pembuatan pesemaian dan penyediaan bibit sehat. 5. Hindarkan pemupukan N (Urea) berlebihan. Pupuk dengan unsur Kalium (K) dapat mengurangi keparahan akibat serangan hama wereng. 6. Pada tanaman terserang, keringkan petakan 3-4 hari. Segera setelah panen tunggul jerami dikomposkan kemudian di bajak. 7. Apabila dalam pengamatan ditemukan lebih dari 5 ekor wereng saat tanaman berumur kurang 40 hari, dan lebih dari 20 ekor wereng pada tanaman berumur lebih dari 40 hari. Tanaman disemprot dengan insektisida organik PessO Plus 20-30cc per 14 liter air/sprayer dengan ditambah 2cc minyak kampak serta 10-20 cc pelembut pakaian [bisa diganti dengan 1 sendok makan detergen busa rendah non soda api contoh: merk attack]. 8. Selain alternatif pada nomor 7 dapat digunakan Biopestisida Ponomu untuk mengendalikan hama wereng dan walangsangit dengan cara:

Sebelum digunakan sprayer harus dibersihkan dari bekas penyemprotan pestisida/fungisida/bakterisida kimia karena dapat mengurangi daya kerja Ponomu, karena ponomu berbahan aktif jamur-jamur pathogen khusus bagi organisme pengganggu tanaman tertentu seperti wereng dan walangsangit. Ambil 1 sachet @ 30gram untuk 14 liter air/sprayer. Tutup rapat nozel pada sprayer sehingga dihasilkan semprotan kabut [mist]. Untuk hasil lebih baik dapat ditambahkan 10cc 4Plus atau 1 sendok makan gula pasir/jawa. Semprot ke lahan yang terkena serangan wereng pada sore hari sesudah pukul 15.00. Penyemprotan dilakukan di atas permukaan tanaman dan ke bawah permukaan dengan cepat.

Pengendalian Penyakit Tungro

1. Segera setelah panen tanah dibajak agar singgang tidak tumbuh. Tanam seawal mungkin secara serempak. Tanam serempak dalam areal atau hamparan yang luas - manfaatkan kelompok tani atau gapoktan desa atau kecamatan atau beberapa kecamatan, selang waktu tanam dalam satu hamparan tidak lebih dari 3 minggu. 2. Pergiliran tanaman padi - padi - palawija. 3. Gunakan varietas tahan tungro seperti Mamberamo, IR-66, dan IR-74. 4. Mencabut tanaman yang terserang. 5. Pengendalian secara kimiawi dilakukan sejak di pesemaian dengan insektisida karbofuran (Furadan, Curater dll), atau dengan Confidor 5 WP.

Pengendalian Penggerek Batang 1. Sampai saat ini tidak ada varietas padi yang tahan terhadap penggerek batang. Tanam serempak dalam areal atau hamparan yang luas - manfaatkan kelompok tani atau gapoktan desa atau kecamatan atau beberapa kecamatan, selang waktu tanam dalam satu hamparan tidak lebih dari 3 minggu. 2. Memotong jerami serendah mungkin dan di bakar. 3. Hindarkan pemupukan N yang berlebihan, pupuk K dapat mengurangi keparahan akibat serangan penggerek batang. 4. Segera setelah panen tunggul jerami dibakar dan dibajak.

Produk-produk

Pertanian

Organik

PANEN DAN PASCAPANEN Panen dan pascapanen perlu ditangani secara tepat karena kehilangan hasil dan penurunan mutu selama proses panen dan pascapanen masih tinggi yakni sekitar 20%. Penanganan panen dan pascapanen yang kurang baik dapat menyebabkan kualitas benih rendah. Beberapa hal perlu diperhatikan pada saat panen adalah sebagai berikut: 1. Panen pada waktu yang tepat. Perlu diperhatikan antara varietas yang satu dengan varietas yang lainnya kemungkinan berbeda. 2. Cara menghitung waktu panen yang tepat adalah dengan menghitung sejak padi berbunga, biasanya panen jatuh pada 30-35 hari setelah padi berbunga. Cara lain untuk memperhitungkan waktu panen yang tepat adalah dengan melihat jumlah malai yang menguning, jika sudah 95% malai menguning berarti dapat segera dipanen. 3. Pada saat panen gunakan sabit bergerigi daripada sabit biasa. Jika ada penggunaan mesin pemanen akan lebih baik. 4. Jika perontokan menggunakan power threser, potong rumpun pada bagian tengah atau atas rumpun. Jika perontokan menggunakan pedal threser potong rumpun pada bagian bawah. Gunakan tirai penutup dan alas agar gabah tidak hilang berserakan.

Beberapa hal perlu diperhatikan pada saat pascapanen adalah sebagai berikut:

1. pengeringan dilakukan dengan cara menjemur gabah di lantai jemur, ketebalan gabah 5-7 cm, dan dilakukan pembalikan setiap 2 jam sekali. 2. Jika pengeringan dilakukan pada musim hujan dapat menggunakan pengering buatan. Pertahankan suhu pengering 42oC untuk mengeringkan benih, dan suhu 50oC untuk gabah konsumsi. 3. Untuk memperoleh beras dengan kualitas tinggi, perhatikan waktu panen, sanitasi (kebersihan), dan kadar air gabah (12-14%). 4. Simpan gabah/beras dalam wadah yang bersih dalam lumbung/gudang, bebas hama, dan memiliki sirkulasi udara yang baik. Penyimpanan gabah berkadar air kurang dari 14% untuk konsumsi dan kurang dari 13% untuk benih. 5. Gabah yang sudah disimpan dalam penyimpanan, jika akan digiling, dikeringkan te Untuk menetralkan tanah dari racun-racun kimia yang sudah lama mengendap, berikan pada lahan batang pisang yang sudah dipanen buahnya [buah, batang, daun, dan bonggol pisang bisa diberikan semua]. Kebutuhan batang pisang adalah minimum 10 batang per hektar. Cacah batang pisang tersebut (tidak perlu harus lembut) dan berikan cairan Ragi Kompos [1 sedok makan ragi kompos + 10 liter air] dengan cara disiramkan. Aduk dan sebarkan pada lahan secara merata pada saat sebelum ditraktor/saat traktor/saat garu. 6. Jika lahan yang diolah merupakan bekas serangan tungro dan penggerek batang ataupun serangan hama yang cukup parah perlu ditambahkan 2,5 kg 5 kg bubuk CSun per hektar (bahan organik dan mineral khusus produksi Klinik untuk netralisasi lahan dan pencegahan terhadap serangan hama tersebut). 5. Jika pemberian bahan organik masih terlalu sedikit sebaiknya perlu ditambahkan Ragi Kompos rlebih dahulu sampai kadar air mencapai 12-14%. 6. Sebelum digiling, gabah yang baru dikeringkan diangin-anginkan terlebih dahulu untuk menghindari butir pecah.

You might also like