You are on page 1of 33

KEDUDUKAN HUKUM NEGARA DALAM PERJANJIAN KONTRAK KARYA

(Studi Perjanjian Kontrak Karya Pertambangan Antara Pemerintah RI dengan PT.NNT)

Oleh :

Syahrul Mustofa, S.H.,M.H & Saipul Mustofa, S.H

TAHUN 2012

KEDUDUKAN HUKUM NEGARA DALAM PERJANJIAN KONTRAK KARYA1


(Studi Perjanjian Kontrak Karya Pertambangan Antara Pemerintah RI dengan PT.NNT)
Oleh : Syahrul Mustofa, S.H.,M.H2 & Saipul Mustofa, S.H Mengapa Negara bisa melakukan perjanjian kontrak karya? Apa landasan Negara melakukan perjanjian kontrak karya? Apa maksud dan tujuan dilaksanakannya perjanjian kontrak karya? Bagaimana kedudukan negara dalam perjanjian kontrak karya 1. Dasar Negara Memiliki Hak Untuk Melakukan Kontrak Karya Penguasaan dan pengusahaan bahan galian (Minerba ) di Indonesia ini, secara mendasar dirumuskan dan diletakkan oleh para pendiri bangsa dalam Pasal 33 ayat ( 3 ) UUD 1945 di bawah BAB XIV tentang Kesejahteraan Sosial, yang secara tegas mengamanatkan bahwa : Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara3 dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Makna dikuasai negara adalah sebagai berikut 4:

Makalah ini ditulis dari bahan buku hukum pertambangan, Karya Saipul Mustofa dan Syahrul Mustofa

Penulis adalah Advokatd an Asisten Advokat pada Kantor Hukum Syahrul Mustofa & Associates 3 Secara etimologis dikuasai oleh negara (kalimat pasif) mempunyai padanan arti Negara menguasai atau Penguasaan Negara (kalimat aktif). Pengertian kata menguasai ialah berkuasa atas (sesuatu), memegang kekuasaan atas (sesuatu), sedangkan pengertian kata penguasaan berarti ; proses, cara, perbuatan menguasai atau mengusahakan. Lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia, (edisi kedua), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan & Balai Pustaka, Jakarta, 1995,.hal.533. Makna Dikuasai Negara dari orde ke orde terus mengalami penafsiran yang berbeda. Pada masa Demokrasi Terpimpin, pengertian dikuasai negara diartikan sebagai negara memiliki wewenang untuk menguasai dan mengusahakan langsung semua sumber daya alam melalui perusahaan-perusahaan milik negara. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1960 tentang Perusahaan Negara, pemerintah menyeragamkan bentuk badan usaha milik negara menjadi perusahaan negara yang pada masa itu berjumlah sekitar 822 perusahaan negara. Pada masa Orde Baru, pengertian dikuasai negara telah bergeser dari pemilikan dan penguasaan secara langsung menjadi penguasaan secara tidak langsung melalui kepemilikan seluruh saham di BUMN. Hal ini terjadi karena pemerintah menyadari sepenuhnya bahwa mengelola sumber daya alam secara langsung memerlukan sumber daya manusia yang terampil (skill), modal yang sangat besar (high capital), teknologi tinggi (high technology), dan berisiko tinggi (high risk). Pada masa Reformasi, pengertian dikuasai negara bergeser ke
2

pengertian dikuasai oleh negara haruslah diartikan mencakup makna penguasaan oleh negara dalam arti luas yang bersumber dan diturunkan dari konsep kedaulatan rakyat Indonesia atas segala sumber kekayaan bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, termasuk pula di dalamnya pengertian publik oleh kolektivitas rakyat atas sumber-sumber kekayaan dimaksud. Rakyat secara kolektif itu dikonstruksikan oleh UUD 1945 memberikan mandat kepada negara untuk mengadakan kebijakan (beleid) dan tindakan pengurusan (bestuursdaad), pengaturan (regelendaad), pengelolaan (beheersdaad), dan pengawasan (toezichthoudensdaad) untuk tujuan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Fungsi pengurusan (bestuursdaad) oleh negara dilakukan oleh Pemerintah dengan kewenangannya untuk mengeluarkan dan mencabut fasilitas perizinan (vergunning), lisensi (licentie), dan konsesi (consessie). Fungsi pengaturan oleh negara (regelendaad) dilakukan melalui kewenangan legislasi oleh DPR bersama Pemerintah, dan regulasi oleh Pemerintah. Fungsi pengelolaan (beheersdaad) dilakukan melalui mekanisme pemilikan saham (share-holding) dan/atau melalui keterlibatan langsung dalam manajemen Badan Usaha Milik Negara atau Badan Hukum Milik Negara sebagai instrumen kelembagaan, yang melaluinya Negara, c.q. Pemerintah, mendayagunakan penguasaannya atas sumbersumber kekayaan itu untuk digunakan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Demikian pula fungsi pengawasan oleh negara (toezichthoudensdaad) dilakukan oleh Negara, c.q. Pemerintah, dalam rangka mengawasi dan mengendalikan agar pelaksanaan penguasaan oleh negara atas sumber-sumber kekayaan dimaksud benar-benar dilakukan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat
arah yang lebih praktis dan terbuka. Pemerintah memberikan peluang sebesar-besarnya kepada investor swasta atau asing untuk terlibat langsung dalam pengusahaan sumber daya alam melalui pemberian izin langsung (license) atau kontrak kerja sama operasi (KSO). Bahkan, sebagian saham milik milik negara di BUMN telah dijual kepada investor-investor swasta melaui penawaran umum di bursa-bursa efek, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, seperti yang dilakukan PT Telkom, PT Indosat, dan PT Gas Negara. Ini terjadi karena pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk sangat pesat, ketidakmampuan BUMN dalam memobilisasi dana, dan terbatasnya APBN untuk memenuhi kebutuhan dan pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan masyarakat. Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada www.http//esdm.org . data diakses pada tanggal 20 juni 2012 Putusan Mahkamah Konstitusi Perkara Nomor 002/PUU-I/2003 judicial review UU Migas. Dimuat dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2005).

Yang harus dikuasai oleh negara adalah jika: (i)

cabang-cabang

produksi itu penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak; atau (ii) penting bagi Negara, tetapi tidak menguasai hajat hidup orang banyak; atau (iii) tidak penting bagi Negara, tetapi menguasai hajat hidup orang banyak. Ketiganya harus dikuasai oleh Negara dan digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat Berdasarkan landasan konstitusi, hanya Negara yang berhak dan berwenang untuk menguasai bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya. Mengapa hanya negara yang diberikan Hak Penguasaan? Alasanya adalah karena negara ; pertama, memiliki kekuasaan dan kapasitas untuk mengatur dan mengkendalikan sumber daya alam, termasuk menjamin perlindungan keberlangsungan sumberdaya alam bagi genarasi mendatang. kedua, negara didirikan oleh seluruh bangsa Indonesia dan para pendiri bangsa negara ini telah sepakat bahwa tujuan negara Republik Indonesia adalah untuk mensejahterakan dan memakmurkan seluruh rakyat indonesia, bukan golongan, ras, suku, adat atau masyarakat tertentu. Tujuan tersebut telah dituangkan dalam UUD 1945 sebagai tujuan negara dan UUD 1945 merupakan hukum dasar tertinggi di negara ini. Ketiga, Hanya Negara yang diamanatkan oleh bangsa dan Konstitusi untuk menyelenggarakan secara Nasional. Dalam sejarah hak penguasaan negara dibidang pertambangan, baru dimiliki Pemerintah RI pada tahun 1960, setelah diberlakukannya UU.No.37 tahun 1960 tentang Pertambangan dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No.44 tahun 1960 tentang Migas5 sebelumnya dikuasai oleh
5

kemakmuran

rakyat

ini,

karena

memang

hanya

Negaralah yang berwenang, berkewajiban dan mampu melaksanakannya

Dalam sejarah pengusahaan penambangan di Indonesia telah dimulai sejak zaman perunggu. Pada zaman ini nenek moyang bangsa indonesia telah mampu menemukan, menggali dan mengelola bahan galian dan logam dasar. Dengan membuatnya menjadi perkakas logam, seperti kapak, parang, keris, badik, arit, cangkul dan sebagainya. Penambangan emas, tembaga dan besi komersil ini sudah mulai berlangsung menjelang tahun 700 masehi, dan pada masa itu Pulau Sumatera dikenal dengan Swarna Dwipa (Pulau Emas) dan Pulau Jawa dikenal sebagai Jawa Dwipa (Pulau Beras). Selanjutnya Belanda Datang pada tahun 1602 Masehi pedagang yang tergabung dalam Verenigde Ooze Indische Company atau dikenal VOC d, maka mulailah era baru dalam kegiataan pengusahaan pertambangan di Indonesia yang lebih modern dengan skala besar. Pada masa ini mulaikah timah ditambang di Pulau Bangka tahun 1710, Pulau Belitung tahun 1851, Pulau Singkep 1877. Sedangkan Batu Bara ditambang di

Pemerintah Hindia-Belanda

berdasarkan Indische Minjn Wet Stb.1899

No.216. Pada masa Hindia Belanda atau Periode Konsesi, manejamen pengusahaan dan pemilikan hasil produksi bahan galian atau mineral sepenuhnya berada ditangan pemegang konsesi pertambangan, dan negara (Pemerintah Kolonial)7.
Pulau Jawa tahun 1854, Aspal di Pulau Buton pada tahun 1909, Nikel di Pulau Sulawesi pada tahun 1915 dan Bauksit di Pulau Bintan Pada tahun 1925. Pada tahun 1899 Belanda Lalu menerbitkan Indische Mijn Wet Stb.1899 No.214 yang mengatur secara khusus tentang perijinan yang bersifat publik di bidang pertambangan yang diatur sesuai konsep hukum perdata barat. Dimana semua perijinan yang bersifat publik diberikan dalam bentuk konsesi. am Indische Mijn Wet 1899 Stb No.214 atau dikenal dengan Kontrak 5 A mengatur tentang Pertambangan Umum termasuk Minyak dan gas. Salah satu hak penguasaan (Belanda) dalam pasal 5a (amandemen 1920) dikatakan bahwa (1) Het Goverment is begoed osporingen en ontginningen te doen plats hebben, wear die niet in strijd komen met aan opsoorders of concessionarisen verlende rechten. (pemerintah berwenang untuk melakukan penyeldidikan dan eksploitasi selama hal itu tidak bertentangan dengan hak-hak yang teleh diberikan kepada penyelidik atau pemegang hak konsesi) (2) Het kan te dien einde of zelf opsporingen en ontginningen ondernemen, of met personen of venootschaapen die voldoen aan het eerst lid van artikel 4 dezer wet, oveerenkomsten aangaan, waarbij zij verbinden tot her onder-nemen van ontginningen of van opsporingen en ontgininnigen.(untuk hal tersebut, pemerintah dapat melakukan sendiri penyelidikan dan eksploitasi atau mengadakan perjanjian dengan perrangan atau perusahaan yang memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum pada pasal 4 undang-undang ini dan sesuai dengan perjanjian itu mereka wajib melaksanakan ekploitasi, ataupun penyelidikan dan eskploitasi dimaksud). Sejarah lengkap hukum pertambangan di Indonesia dapat dilihat dalam Jogi Tjipta Soedarjono Hukum Pertambangan, bahan ajar Pendidikan Dasar Perguruan Tinggi di Universitas Jakarta, 2006 hal 1 s.d 5.Konsep Penguasahaan tambangapada Masa Hindia Belanjda adalah dengan menggunakan Konsesi. Konsesi Pertambangan adalah merupakan konsep Hukum Perdata Barat dan diatur dalam Burgirljik Wetboek (BW). Dan diberlakukan di Indonesia melalui concordansi. Lihat Dedi Sumardi, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, bahan ajar Ilmu Hukum di FH Universitas Indonesia, 1977, jakarta, hal 17. Dalam sejarah bangsa Indonesia Penguasaan dan penambangan di Indonesia telah ada sejak zaman perunggu dan nenek moyang bangsa Indonesia adalah orang yang pandai untuk mengeloa. Sejarah pertambanga dapat di Lihat alam Sutadjo Sigit, Perkembangan Pertambangan di Indonesia, Materi Kuliah Pelatihan Hukum Perpajakan di bidang pertambangan dan Migas, Yayasan Krida Caraka Bumi, Departemen Pertambangan dan Energi, Jakarta 1994.hal..99. Sejarah pertambangan Indonesia mencatat bahwa pola KKP (Kontrak Karya Pembangunan) yang ditawarkan Pemerintah pada tahun 1967 merupakan pola baru bagi investor asing pada umumnya. Sebab dalam pola baru itu, tidak terdapat adanya pengertian konsesi (concessie) dan tidak diakuinya hak atas cadangan bahan galian yang ditemukan ivestor apabila eskplorasi dan eskploitasi berhasil kelak. Kedua hal ini yang menyebabkan calon investor asing disektor pertambangan pada mulanya tidak mudah menerima pola KKP sebagaimana ketentuan dalam peraturan perundang-undangan Indonesia. Lihat Soetaryo Sigit, Potensi Sumber Daya Mineral dan Kebangkitan Pertambangan Indonesia, Pidato Ilmiah pada pengananugrehan Gelar Doktor Honoris Causa, ITB, Bandung, 1996.,hal.36 Konsep pemberian hak konsesi berasal dari konsep hukum Perdata Barat (Belanda) yang dituangkan dalam Indische Mijn West 1899. Dalam Kepustakaan nasional pengertian konsesi dapat ditemukan dalam hukum perdata yang mengatur tentang tanah dan hukum administrasi publik. Selanutnya dalam kamus hukum yang disusun oleh Prof.Mr Subekti, SH juga dapat ditemukan pula pengertian konsesi yaitu : Suatu izin dari pemerintah untuk membuka tanah dan untuk menjalankan suatu usaha diatasnya, untuk membuka jalan, untuk menambang dan seterusnya. Berdasarkan pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Pokok Agraria, hak konsesi ini dapat dikonversi menjadi Hak Guna Usaha (HGU). Lihat Prof R.Subekti, SH Kamus Hukum, Pradya Paramitha, Jakarta 1969. Hal 30. Menurut Prof.Dr.Prajudi Atmosudirjo

Lingkup Hak Penguasaan Negara (HPN) atas sumberdaya alam dibidang pertambangan umum (minerba) adalah terhadap bahan galian yang bersifat strategis dan vital8 atau menyangkut hajat hidup orang banyak9. Tujuan dari penguasaan ini adalah agar kekayaan alam indonesia dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia secara berkeadilan, merata dalam suasana kemakmuran bersama10. Dalam rangka pelaksanan hak tersebut (hak menguasai) negara berkewajiban untuk; (a) bahwa segala pemanfaatan (bumi dan air) serta hasil yang didapat (kekayaan alam) harus secara nyata meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. (b) pemanfaatan

10

(1981) pakar hukum administrasi, mengatakan bahwa konsesi adalah : Suatu penetapan administrasi negara yang secara yuridis sangat kompleks, oleh karena itu merupakan seperangkat dispensasi-dispensasi, izin-izin, lisensi-lisensi disertai dengan pemberian wewenang pemerintah terbatas kepada pemegang konsesi (konsesionaris). Penjelasan selanjutnya dapat dilihat dalam Prof. Mr Prayudi Atmosudirjo, Hukum Administrasi Negara, Cet. Ke 9, Ghalia Indonesia, Jakarta 1988.hal 98. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980 tentang Pengolongan Bahan-Bahan Galian, penggolongan bahan galian diatur dalam pasal 1, disebutkan bahwa bahan-bahan galian, terdiri dari atas tiga golongan, yakni ; a. Golongan bahan galian yang strategis adalah Minyak bumi, bitumen cair, lilin bumi, gas alam, Bitumen padat, aspal, Antrasit, batubara, batubara muda, Uranium, radium, thorium dan bahan galian radioaktif lainnya;Nikel, kobalt dan Timah (dikenal dengan istilah golongan A).b. Golongan bahan galian yang vital yakni Besi, mangan, molibden, khrom, wolfram, vanadium, titan, Bauksit, tembaga, timbal, seng, Emas, platina, perak, air raksa, intan, Arsin, antimon, bismuth; Yatrium, rhutenium, crium dan logam-logam langka lainnya. Brillium, korundum, zircon, kristal kwarsa; Kriolit, fluorspar, barit; Yodium, brom, khlor, belerang (dikenal dengan Golongan B).c. Golongan bahan galian yang tidak termasuk golongan a atau b, yakni Nitra-nitrat, pospat-pospat, garam batu (halte); Asbes, talk, mika, gafit, magnesit; Yarosit, leusit, tawas (alum), oker; Batu permata, batu setengah permata;Pasir kwarsa, kaolin, feldpar, gips, bentonite;Batu apung, tras, obsidian, perlit, tanah diatome, tanah serap (fullers earth), Marmer, batu tulis; Batu kaput, dolomite, kalsit; Granit, andesite, basal, trakhit, tanah liat dan pasir sepanjang tidak mengandung unsurunsur mineral golongan a dan b dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan. Lingkup Hak Penguasaan Negara atas galian ditetapkan dalam ketentuan pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967, yang intinya menyatakan bahwa penguasaan negara serta pengaturan usaha pertambangan oleh negara adalah terhadap bahan galian strategis dan bahan galian vital. Yakni, bahan galian golongan A dan bahan galian golongan B. Menurut Abrar Saleng, Makna dikuasai negara, sesungguhnya adalah mencerminkan kedaulatan negara atas sumber daya alam. Dimana Negara secara berdaulat menguasai sumberdaya alam, namun bukan berarti negara sendiri yang langsung mengusahakan sumber daya alam. Aksentuasi dikuasai negara atas SDA terletak pada tindakan negara dalam hal pembuatan kebijakan, pengaturan, pengurusan, pengelolaan, dan pengawasan terhadap kegiatan usaha di bidang sumber daya alam. Lebih lanjut dikatakan bahwa Hak negara menguasai atau hak penguasaan negara merupakan konsep yang didasarkan pada organisasi kekuasaan dari seluruh rakyat. Hak penguasaan negara berisi wewenang untuk mengatur, mengurus dan mengawasi pengelolaan atau pengusahaan bahan galian serta berisi kewajiban untuk mempergunakannya sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sebesar-besarnya kemakmuran rakyat merupakan tujuan dari setiap pengelolaan dan penggunaan sumber daya alam nasional. Lihat Abrar Saleng, Hukum Pertambangan,UII Press, Yogyakarta, 2004 cetakan kedua, hal. 31-32. Bagir Manan, Beberapa Catatan Atas Rancangan Undang-Undang tentang Minyak dan Gas Bumi, FH-UNPAD, Bandung 1999, hal.1-2.

harus ditujukan untuk melindungi dan menjamin segala hak-hak rakyat yang terdapat didalam atau di atas bumi, air dan berbagai kekayaan alam tertentu yang dapat dihasilkan secara langsung atau dinikmati langsung oleh rakyat; (c) dengan adanya hak tersebut negara dapat mencegah segala tindakan dari pihak manapun yang akan menyebabkan rakyat tidak mempunyai kesempatan atau kehilangan haknya dalam menikmati kekayaan alam11. Berdasarkan konstitusi (UUD 1945) sangat jelas bahwa hanya Negara yang mendapat hak dan kewenangan untuk menguasai bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya12 dan negara dapat dibolehkan untuk mengusahakan sumber daya alam (minerba)13 yang ada diseluruh Wilayah Repubik Indonesia. Prinsip penguasaan atas sumber daya alam oleh negara diakui pula dalam prinsip dan kaidah hukum internasional14. Secara yuridis kedudukan negara atas sumber daya alam telah jelas, persoalannya sekarang adalah bagaimanakah cara negara untuk memanfaatkan sumber daya alam bahan galian untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat?

11

12

13

14

Bagir Manan, Beberapa Catatan Atas Rancangan Undang-Undang tentang Minyak dan Gas Bumi, FH-UNPAD, Bandung 1999, hal.1-2. Hak Penguasaan Negara (HPN) atas sumber daya alam ini dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu; pertama, sumber daya alam yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak. Kedua, sumber daya alam yang tidak penting bagi negara dan tidak menguasai hajat hidup orang banyak. Terkait dengan sumber daya bahan galian yang dikuasai negara adalah bahan galian strategis (golongan a) dan bahan galian vital (golongan b). Dokumen resmi pengakuan internasional terhadap kedaulatan negara atas sumberdaya alam dapat dilihat dalam : a) Resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tanggal 21 Desember 1952 tentang penentuan nasib sendiri di bidang ekonomi. Dalam resolusi tersebut ditegaskan mengenai hak setiap negara untuk memanfaatkan secara bebas SDA-nya b) Resolusi Majelis Umum PBB tanggal 14 Deseember 1962, 25 November 1966, dan 17 Desember 1973. Resolusi ini memperluas ruang lingkup prinsip hak permanent sovereignty (penguasaan permanen) atas kekayaan alam di dasar laut dan tanah di bawahnya yang masih berada dalam yurisdiksi suatu negara. c) Resolusi Majelis Umum PBB Tahun 1974 dan Deklarasi tentang pembentukan Tata Ekonomi Internasional Baru dan Program Hak-hak Ekonomi dan Kewajiban Negara (Charter of Economic Rights and Duties of States). Resolusi tersebut menegaskan kembali mengenai hak menguasai oleh negara untuk mengawasi kekayaan alamnya dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi. d) Covenant on Economic, Social and Cultural Rights (Pasal 1) dan Covenant on Civil Political Rights (Pasal 1) tanggal 16 Desember 1966. Perjanjian ini juga menegaskan mengenai hak suatu negara untuk memanfaatkan secara bebas kekayaan alamnya. e) Declaration on the Human Environment Tahun 1972 di Stockholm. Dalam Pasal 11 dan 12 ditegaskan bahwa negara memiliki hak berdaulat untuk memanfaatkan SDAnya sesuai dengan kebijakan pemeliharaan lingkungannya masing-masing. Dalam pemanfaatan SDA tersebut, negara bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan yang merugikan lingkungan, baik di wilayahnya sendiri, maupun di wilayah negara lain

Mengenai cara pemanfaatan sumberdaya alam bahan galian, untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, dalam pembukaan, batang tubuh, maupun penjelasan UUD 1945, tidak dirinci dan diatur secara tegas15. Modal Asing dan UU No.11 Tahun 1967 tentang Ketentuan tersebut kemudian diatur dalam UU No.1 Tahun 1967 Tentang Penanaman Pokok-Pokok Pertambangan16. Berdasarkan UU No. 11 tahun 1967, cara pemanfaatan dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: a. Dikerjakan langsung oleh suatu instansi pemerintah ; b. Diusahakan oleh Perusahaan Negara ; c. Diusahakan dengan perusahaan atas dasar modal bersama oleh pihak Negara dengan Daerah; d. Diusahakan oleh Perusahaan Daerah; e. Diusahakan oleh perusahaan yang modalnya adalah modal campuran oleh Negara dan pihak swasta, boleh pula modal campuran dengan perseorangan asal berkewarganegaraan indonesia f. dan boleh pula dengan badan swasta yang asal pengurusnya seluuuuruhnya adalah Warga Negara Indonesia; Diusahakan oleh pihak swasta boleh perorangan berkewarganegaraan Indonesia, atau boleh oleh badan swasta yang seluruhnya berkewarganegaraa Indonesia, terutama yang mempunyai bentuk koperasi...17 Sehubungan dengan penanaman modal asing dibidang pertambangan, maka dilakukan melalui kerjasama atas dasar kontrak karya atau bentuk lain. Ketentuan ini diatur dalam pasal 8 UU.No.1 tahun 1967, disebutkan bahwa;

15

16

17

Secara etimologis dikuasai oleh negara (kalimat pasif) mempunyai padanan arti Negara menguasai atau Penguasaan Negara (kalimat aktif). Pengertian kata menguasai ialah berkuasa atas (sesuatu), memegang kekuasaan atas (sesuatu), sedangkan pengertian kata penguasaan berarti ; proses, cara, perbuatan menguasai atau mengusahakan. Lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia, (edisi kedua), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan & Balai Pustaka, Jakarta, 1995,.hal.533. Dalam Undang-undang ini memperkuat pula Hak Penguasaan Negara dalam pasal 33 UUD 1945, dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Pertambangan. Pasal 1 UU No. 11 tahun 1967 mengatakan : Semua bahan galian yang terdapat dalam wilayah hukum pertambangan Indonesia yang merupakan endapan-endapan alam sebagai karunia Tuhan yang Maha Esa, adalah kekayaan Nasional bangsa Indonesia dan oleh karenanya dikuasai dan dipergunakan oleh Negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.. Penjelasan Pokok Persoalan UU No.1 Tahun 1967 angka 1 dan 3

Penanaman modal asing di bidang pertambangan didasarkan pada suatu kerjasama dengan pemerintah atas dasar kontrak karya atau bentuk lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kedua aturan ini telah mengatur bagaimana cara dan bentuk perjanjian kontrak karya. Disamping mengenai metode Penguasaan dan Pengusahaan atas bahan galian minerba (bahan galian/tambang) oleh Negara yang dilakukan dengan cara memberikan hak pengusahaan dalam bentuk Kuasa Pertambangan (KP) atau Surai Izin Pertambangan (SIP)18. Kuasa Pertambangan bersumber dari pasal 33 UUD 1945 diberikan kepada Negara untuk dilakasanakan oleh Pemerintah (Presiden). Presiden atas nama Negara kemudian melimpahkan kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Alam. Atas Kuasa Pertambangan atau wewenang inilah19, maka Menteri ESDM atas nama Pemerintah baru dapat memberikan izin atau menunjuk perorangan (warga negara) atau badan hukum BUMN, perusahaan pribadi atau swasta nasional, perusahaan kerjasama dengan pemerintah, perorangan atau dalam bentuk Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR)20 untuk melakukan usaha pertambangan 21. Pada dasarnya bahan galian strategis dan vital hanya dapat dikuasi dan dikelola oleh negara melalui pemerintah dan instansi pemerintah. Namun, negara sampai saat ini belum mampu untuk melakukannya secara mandiri, sehingga atas dasar itu Menteri Pertambangan dan Energi untuk dan atas nama pemerintah melakukan kerjasama denagn menunjuk pihak lain sebagai kontraktor (termasuk kontraktor asing) untuk mengusahakan bahan galian
18

19

20

21

Pemberian kuasa dalam KUHPerdata diatur dan dirumuskan dalam Pasal 1792 KUH Perdata adalah suatu persetujuan seseorang sebagai pemberi kuasa dengan orang lain sebagai penerima kuasa guna melakukan suatu perbuatan atau tindakan atas nama si pemberi kuasa. Menurut Prof. Dr. Soerjono Soekanto, Wewenang adalah suatu kekeuasaan untuk berbuat sesuatu yang diberikan landasan hukum atau ber-alaskan hak, sedangkan kekuasaaan yang tidak mempunyai landasan hukum adalah suatu kesewenang-wenangan, Lihat Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, UI Press, Jakarta 1977, hal.3 Semasa Hindia Belanda, usaha pertambangan dilaksanakan oleh pemerintah maupun oleh swasta dengan menggunakan berbagai pola atau bentuk perizinan. Semula memang telah menjadi kebijaksanaan pemerintah Hindia-Belanda untuk mengusahakan sendiri tambangtambang besar yang dinilai vital seperti tambang batubara dan timah. Akan tetapi untuk beberapa proyek yang besar seperti pengembangan tambang nikel di Sulawesi Tenggara, pengusahaannya dilakukan oleh pihak swasta berdasarkan suatu kontrak khusus Pemerintah. Kontrak itu, dikenal dengan sebutan 5a contract karena didasarkan pada ketentuan pasal 5a Indische Mijwet. Joko Susilo dan Adi Prathomo, Sepenggal Sejarah Perkembangan Pertambangan Indonesia (kumpulan Tulisan S.Sigit, 1967-2004), Jakarta, Yayasan Minergy Informasi Indonesia, 2004 hal. 27. Pasal 2 huruf i Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1976 tentang Pokok-Pokok Pertambangan..

(tambang) 22. Kerjasama tersebut dituangkan dalam bentuk perjanjian kontrak karya. Sebelum Menteri ESDM menandatangani kerjasama kontrak karya, maka kontrak karya harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari pemerintah (Presiden) dan dikonsultasikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk memperoleh rekomendasi23. Berdasarkan uraian dimuka dapat disimpulkan bahwa penunjukkan kontraktor dapat dilakukan oleh Menteri apabila; (a) diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ; (b) pekerjaan-pekerjaan tersebut belum mampu atau tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh Instansi Pemerintah atau Perusahaan Negara yang bersangkutan selaku pemegang Kuasa Pertambangan. Kedua; apabila kontraktor yang ditunjuk adalah berupa penanaman modal asing maka harus atas kerjasama dalam bentuk perjanjian kontrak karya atau bentuk lain, dengan mengacu pada pedoman-pedoman, petunjuk-petunjuk, dan syarat-syarat yang ditentukan oleh Menteri. Pemerintah menyiapkan standar, bentuk, format maupun isi dari perjanjian kontrak karya yang akan diadakan dengan pihak perusahaan yang akan ditunjuk. Ketiga, Perjanjian kontrak karya baru mulai berlaku sesudah disahkan oleh Pemerintah setelah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat apabila menyangkut eksploitasi golongan dan/atau yang perjanjian karyanya berbentuk penanaman modal asing. Sedangkan menyangkut kedudukan kedudukan negara, secara prinsipil negara secara konsitusional adalah penguasa atas kekayaan bumi, air dan isinya alam. Hak menguasai ini dieproleh dari UUD 1945. Tujuan penguasaan oleh negara adalah bertujuan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

22

23

Pasal 10 ayat UU No.11 Tahun 1967 dikatakan bahwa : (1)Menteri dapat menujukan pihak lain sebagai kontraktor apabila diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang belum atau tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh Instansi Pemerintah atau Perusahaan Negara yang bersangkutan selaku pemegang kuasa pertambangan. (2) Dalam mengadakan perjanjian karya dengan kontraktor seperti yang dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini Instansi Pemerintah atau Perusahaan Negara harus berpegang pada pedoman-pedoman, petunjukpetunjuk, dan syarat-syarat yang diberikan oleh Menteri.(3). Perjanjian karya tersebut dalam ayat (2) mulai berlaku sesudah disahkan oleh Pemerintah setelah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat apabila menyangkut eksploitasi golongan a sepanjang mengenai bahanbahan galian yang ditentukan dalam pasal 13 Undang-undang ini dan/atau yang perjanjian karyanya berbentuk penanaman modal asing. Dalam rangka mengusahakan dan mempergunakan bahan galian untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, pada dasarnya negara hanya memiliki hak penguasaan sesuai amanat konstitusi (authority right) dan bukan hak kepemilikan. Karena hak kepemilikan atas bahan galian (mineral right) tetap melekat pada bangsa (rakyat seluruh indonesia), sebagaimana ditetapkan dalam pasal 1 UU No.11 Tahun 1967. Oleh karena itu, dalam rangka pelaksanaan pengusahaan pertambangan Minerba yang dilakukan dengan cara bekerjasama dengan pihak lain, maka Negara berkewajiban harus mendapat persetujuan dari DPRD sebagai Lembaga Tinggi Negara yang merupakan wakil atau mewakili rakyat (pemilik bahan galian tersebut).

10

Kedaulatan negara atas sumber daya alam diakui pula dalam hukum internasional. Atas dasar hak itu, maka negara berhak untuk mengusahakan dan menafaatkan kekayaan alam tersebut dengan cara langsung atau menunjuk pihak kontraktor. Dalam konteks Indonesia, oleh karena negara belum mampu untuk memanfaatkannya secara sendiri dan mandiri, maka negara oleh undang-undang dibolehkan untuk menunjuk kontraktor untuk melakukan pengusahaan pertambangan. Penunjukkan kontraktor sebagai Kuasa Pertambangan pada dasarnya hanyalah bersifat sementara, yakni sepanjang negara ini belum mampu untuk mengelola atau mengusahakan secara sendiri dan mandiri. 2. Maksud Dan Tujuan Kontrak Karya Dalam presfektif kepentingan kontrak, mungkin kedua belah pihak PT.NNT (swasta) selaku kontraktor pelaksana dengan pemerintah memiliki kepentingan dan tujuan yang berbeda. PT.NNT sebagai perusahaan penamaman modal asing menanamkan investasi langsung dibidang pertambangan adalah dengan mansud untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya dari hasil kegiatan pengusahaan tambang di Indonesia. Sedangkan bagi pemerintah mungkin pemerintah berkehendak dan bertujuan melakukan kontrak karya pengusahaan pertambangan adalah untuk meningkatkan kesejahterakan dan kemakmuran rakyat yang sebesar-besarnya sesuai amanah UUD 1945. Terlepas dari kepentingan dan tujuan yang berbeda dalam perjanjian kontrak karya yang telah ditandatangani antara pemerintah dan PT.NNT pada tanggal 2 desember 1986, pada halaman 1 kontrak karya secara ekplisit telah menyepakati dan mengakui bahwa24 ; a) Semua sumber daya mineral yang terdapat di dalam wilayah hukum Republik Indonesia, termasuk daerah-daerah lepas pantai adalah kekayaan nasional bangsa Indonesia dan Pemerintah bermaksud untuk mengembangkan seluruh potensi pertambangan yang ada dalam wilayahnya. b) Pemerintah bermasud untuk memajukan perkembangan ekonomi rakyat Indonesia dan untuk itu ingin mendorong dan meningkatkan kegiatan eskplorasi dan pengembangan sumber daya mineral ditemukan endapan bijih dalam jumlah komersil, akan melakukan berbagai usahayang diperlukan, sesuai dengan

24

Kontrak karya Pemerintah dan PT NNT Tahun 1986

11

kepentingan

rakyat

dan

persyaratan

pemerintah,

guna

memungkinkan pengembangan endapan bijih dan pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan tersebut dan pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan yang bersangkutan25. c) Melalui kegiatan usaha pertambangan, Pemerintah bermaksud untuk menciptakan pusat-pusat pertumbuhan bagi pembangunan daerah, menciptakan kesempatan kerja yang lebih banyak, mendorong dan mengembangkan usaha setempat, dan untuk menjamin agar ketrampilan, pengetahuan dan teknologi dialihkan kepada warga negara indonesia, memperoleh data dasar berkaitan dengan sumber-sumber daya mineral negara, melindungi dan merahabilitir selanjutnya26. d) Perusahaaan, melalui Newmont Mining Corporation Ltd satu perusahaan yang didirikan di Negara Bagian Delware, Amerika Serikat, memiliki ataupun dapat memperoleh keterangan, pengetahuan, pengalaman serta kemampuan teknis dan keuangan yang telah dibuktikan dan sumber-sumber daya lainnya untuk melaksanakan program Penyeldidikan Umum, Eksplotasi, pengembangan, pembangunan, penambangan, pengolahan dan penjualan yang selanjutnya akan ditetapkan, serta siap bersedia untuk melanjutkan ke arah-arah usaha tersebut sesuai dengan persyaratan-persyaratan dan ketentuan-ketentuan yang tercantum di dalam persetujuan ini dan; e) Pemerintah dan Perusahaan bersedia untuk bekerjasama dalam pengembangan sumber daya mineral atas dasar undang-undang dan peraturan-peraturan Republik Indonesia, khususnya UndangUndang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Undang-Undang Pokok Pertambangan dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing, serta perundang-undangan dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan hal itu27. lingkungan alam pembangunan Indonesia

25 26

Kontrak Karya, Butir B.,hal 1 Kontrak Karya, Butir C.,hal 1 27 Kontrak Karya Butor E.,hal 2

12

Beranjak kesepakatan dan pengakuan para pihak sebagai di atas kita dapat melihat bahwa maksud dan tujuan Pemerintah untuk menandatangani kontrak karya dengan PT.NNT di bidang pertambangan adalah ; pertama, untuk mengembangkan seluruh potensi pertambangan yang ada dalam wilayah Republik Indonesia. kedua untuk memajukan perkembangan ekonomi rakyat Indonesia dengan meningkatkan kegiatan eskplorasi dan pengembangan sumber daya mineral dengan melakukan berbagai usaha yang diperlukan. Ketiga, untuk menciptakan pusat-pusat pertumbuhan bagi pembangunan daerah, menciptakan kesempatan kerja yang lebih banyak, mendorong dan mengembangkan usaha setempat, dan untuk menjamin agar ketrampilan, pengetahuan dan teknologi dialihkan kepada warga negara indonesia, memperoleh data dasar berkaitan dengan sumber-sumber daya mineral negara, melindungi dan merahabilitir lingkungan alam pembangunan Indonesia selanjutnya melalui kegiatan usaha pertambangan. Dalam rangka untuk mencapai tujuan tersebut di atas, Pemerintah telah menunjuk Newmont Mining Corporation Ltd sebagai perusahaan yang diberikan kuasa pertambangan perusahaan untuk ini melaksanakan dinilai pengusahaan memiliki pertambangan karena pemerintah

pengetahuan, pengalaman, serta kemampuan teknis dan keuangan serta sumber daya lainnya untuk melaksanakan program Penyeledikan Umum, ekplorasi, pengembangan, pembangunan, penambangan, pengpahan dan penjualan. Dengan telah ditunjuknya PT.NNT sebagai pelaksana, maka PT.NNT terikat dan berkewajiban untuk melaksanakan tujuan yang hendak dicapai oleh negara ini sebagaimana yang telah dituangkan pada halaman pertama kontrak karya, yakni ; mensejahterakan dan memakurkan rakyat. Oleh sebab itu, Pengusahaan pertambangan yang dilakukan oleh PT.NNT bukan hanya sekedar mencari keuntungan semata, melainkan pula PT.NNT atas kuasa pertambangan yang diberikan oleh pemerintah bertanggungjawab untuk mensejahterakan rakyat (melalui pengusahaan pertambangan yang telah diberikan), karena pada hakekatnya sumber daya mineral yang terkandung adalah milik rakyat, negara menguasai dan sesuai amanah dalam pembukaan UUD 1945 negara berkewajiban untuk mensejahteraan sosial rakyat. Oleh karena, negara dalam keadaan tidak mampu untuk mengelola sendiri minerba yang ada diwilayah RI--sampai ditandatangani kontrak karya pada tanggal 2 desember 1986, maka maka negara akhirnya menunjuk dan

13

mempercayakan PT NNT sebagai kontraktor tunggal untuk mengelola kekayaan bangsa Indonesia dengan mengusahakan pertambangan. Sesuai UUD 1945 pasal 33.28 bahwa sumberdaya alam dikuasai oleh negara dan merupakan milik bersama (common property) bangsa-bangsa Indonesia dan dimanfaatkan untuk mencapai kesejahteraan dan sebesarbesarnya demi kemakmuran rakyat datu satu generasi ke generasi selanjutnya secara berkelanjutan29. Oleh karena itu pula, maka dalam pendayagunaan sumberdaya mineral dan energi, PT NNT harus berprinsip dan memperhatikan pula aspek suistanability (keberlanjutan) dan pemenfaatan seoptimal mungkin hasilnya bagi kepentingan rakyat.30 3. Kedudukan Pemerintah Dalam Kontrak Karya Negara adalah merupakan subjek hukum yang didirikan oleh kekuasaan umum31. Dalam wujudnya negara sebagai subjek hukum dalam melakukan
Pasal 33 UUD 1945 tersebut menyatakan sebagai berikut : (1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. (3) Bumi dan air kekeyaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesa-besarnya kemakmuran rakyat. (4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinisp kebersamaan, efisiensi, keadilan, berkelanjutan, bewawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang. 29 Prosiding Seminar Nasional, Rumusan Hasil Seminar Nasional Pengaturan Pengelolaan Pertambangan dalam Era Otonomi Daerah dari Presfektif Kemandirian Lokal, Makassar, 22-23 Febuari 2001, disunting oleh A. Mappadjantji Amien dan Abrar Saleng, hal 1. 30 Ibid., hal.1-2. 31 Negara juga termasuk sukjek hukum internasional dan subjek hukum perdata internasional. Subjek hukum terdiri dari Manusia (naturlijkperson) dan Badan Hukum (rechtperson). Subjek Hukum adalah adalah pemegang hak dan kewajiban. Lihat Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekamto, Sendi-sendi Hukum dan Tata Hukum , Alumni Bandung,1982, hlm 50. Pemerintah termasuk badan hukum sama seperti daerah otonom, perkumpulan orang orang (corporatie), perusahaan atau harta benda yang tertentu (yayasan) dan dapat melakukan perbuatan keperdataan, seperti melakukan perjanjian, kontrak, membeli barang dan sebagainya, perbuatan tersebut dapat dipertanggug jawabkan apabila melanggar hukum yang merugikan orang lain. Lihat, Wiryono Prodjodikoro,Perbuatan Melanggar Hukum,op.cit. Dalam KHUPerdata, ketentuan-ketentuan mengenai badan hukum (definisi dan kewenangannya) diatur dalam Pasal 1653 sampai dengan Pasal 1665. Dalam Pasal 1653 dinyatakan sebagai berikut: Selain perseroan perdata sejati, perhimpunan orang-orang sebagai badan hukum juga diakui undang-undang, entah badan hukum itu diadakan oleh kekuaaan umum atau diakuinya sebagai demikian, entah pula badan hukum itu diterima sebagai yang diperkenankan atau telah didirikan untuk suatu maksud tertentu yang tidak bertentangan dengan undang-undang atau kesusilaan. Selanjutnya, Pasal 1654 KUH Perdata menegaskan kewenangan badan hukum untuk melakukan perbuatan-perbuatan perdata sebagai berikut: Semua badan hukum yang berdiri dengan sah, begitu pula orang-orang swasta,berkuasa untuk melakukan perbuatan-perbuatan perdata, tanpa mengurangiperundang-undangan yang mengubah kekuasaan itu, membatasi ataumenundukkannya kepada tata cara tertentu. Lebih
28

14

perbuatan perdata direpresentasikan oleh Badan hukum yang dinamakan dengan Pemerintah RI sebagai pelaksana yang menjalankan kegiatan dibidang eskseutif, termasuk pelaksana dalam bidang pertambangan. Pemerintah sebagai badan hukum publik dan badan hukum perdata32 dapat bertindak sebagai badan hukum publik, seperti mengeluarkan peraturan, keputusan, dan kebijakan lainnya dan sebagai badan hukum perdata, pemerintah dapat melakukan perbuatan perdata, seperti melakukan perjanjian, kontrak, pembelian barang, jual beli dan lainnya. Tindakan pemerintah baik sebagai badan hukum perdata maupun badan hukum publik dibatasi yakni; tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang undangan atau kepentingan umum, melawan hukum (onrechtmatig) baik formal maupun materiil dalam arti menurut luas, tidak boleh undang melampaui/menyelewengkan kewenangan undang

(competentie) dan harus didasarkan atas adanya legalitas, jurikdisitas dan legitimasi. Oleh karena itu, dalam setiap perbuatan yang akan dilakukan pemerintah ditetapkan peraturan yang secara khusus mengatur perbuatan hukum yang akan dilakukan oleh Pemerintah. Kedudukan pemerintah sebagai badan hukum memang sulit untuk ditentukan kapan dikatakan pemerintah menjalankan tindakan komersial (acts jure gestionisi) dan kapan pemerintah

lanjut, Pasal 1655 KUH Perdata menetapkan kewenangan pengurus badan hukum sebagai berikut:Para pengurus badan hukum, bila tidak ditentukan lain akta pendiriannya, dalam surat perjanjian atau dalam reglemen, berkuasa untuk bertindak demi dan atas namabadan hukum itu kepada pihak ketiga atau sebaliknya dan untuk bertindak dalamsidang pengadilan, baik sebagai penggugat maupun sebagai tergugat.Lihat KUHPerdata Indonesia. Dalam KHUPerdata, ketentuan-ketentuan mengenai badan hukum (definisi dan kewenangannya) diatur dalam Pasal 1653 sampai dengan Pasal 1665. Dalam Pasal 1653 dinyatakan sebagai berikut: Selain perseroan perdata sejati, perhimpunan orang-orang sebagai badan hukum juga diakui undang-undang, entah badan hukum itu diadakan oleh kekuaaan umum atau diakuinya sebagai demikian, entah pula badan hukum itu diterima sebagai yang diperkenankan atau telah didirikan untuk suatu maksud tertentu yang tidak bertentangan dengan undang-undang atau kesusilaan. Selanjutnya, Pasal 1654 KUH Perdata menegaskan kewenangan badan hukum untuk melakukan perbuatan-perbuatan perdata sebagai berikut: Semua badan hukum yang berdiri dengan sah, begitu pula orang-orang swasta,berkuasa untuk melakukan perbuatan-perbuatan perdata, tanpa mengurangiperundang-undangan yang mengubah kekuasaan itu, membatasi ataumenundukkannya kepada tata cara tertentu. Lebih lanjut, Pasal 1655 KUH Perdata menetapkan kewenangan pengurus badan hukum sebagai berikut:Para pengurus badan hukum, bila tidak ditentukan lain akta pendiriannya, dalam surat perjanjian atau dalam reglemen, berkuasa untuk bertindak demi dan atas namabadan hukum itu kepada pihak ketiga atau sebaliknya dan untuk bertindak dalamsidang pengadilan, baik sebagai penggugat maupun sebagai tergugat.Lihat KUHPerdata Indonesia.
32

15

menjalankan kegiatan pemerintahaan (acts jure imperil) 33. Begitupun dalam hal melakukan perjanjian atau kontrak siapa yang dimaksud dengan pemerintah.34. Kontrak Karya adalah merupakan bentuk dari perjanjian yang bersifat khusus (lex sepesialis), antara negara diwakili Pemerintah RI untuk melakukan perjanjian dengan badan hukum swasta (PT.NNT). Kehendak untuk melaksanakan perjanjian kontrak karya ini karena perintah UUD 1945 agar bumi, air beserta isinya yang dikuasi negara dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat Indonesia. Untuk dapat melakukan perjanjian, maka Pemerintah diberikan Kuasa Pertambangan untuk mengusahkan pertambangan35. Kuasa yang diberikan adalah Kuasa khusus, yaitu : untuk mengusahakan pertambangan. Sesuai dengan Pasal 1795 KUHPerdata, Penerima kuasa tidak boleh melakukan apapun yang melampaui kuasanya, kekuasaan yang diberikan untuk menyelesaikan suatu perkara secara damai, tidak mengandung hak untuk menggantungkan penyelesaian perkara pada keputusan wasit (Pasal 1797 KUH Perdata).

Lihat Hikmahanto Juwana, Bunga Rampai Hukum Ekonomi dan Hukum Internasional , Lentera Hati,Jakarta, 2001 hlm 42, yang mengutip Apeldoorn, L.J, Pengantar Ilmu Hukum , Noor Komala, Jakarta, 1962,hlm 164, dimana dinyatakan bahwa negara, propinsi, kotapraja, dan lain sebagainya adalah badan hukum;hanya saja pendiriannya tidak dilakukan secara khusus, melainkan tumbuh secara histories. 34 Permasalahan lainnya yang sering muncul sebagai pertanyaan adalah siapa yang dimaksud dengan pemerintah pengurus yang bertindak untuk dan atas nama Pemerintah?. Jika dalam suatu Perseroan Terbatas (PT) kedudukan pengurus jelas karena telah dicantumkan dalam anggaran dasar PT, tapi dalam Pemerintah tidak mengatur secara khusus dan rinci serta belum ada hukum nasional yang mengatur secara umum mengenai badan-badan atau lembaga yang merupakan badan hukum. Lihat Abrar Saleng, Hukum Pertambangan , UII Press, Yogyakarta, 2004, hlm 59, yang mengutip BagirManan, Bentuk-Bentuk Perbuatan Keperdataan yang Dapat Dilakukan oleh Pemerintah Daerah , Majalah Ilmiah UNPAD, Bandung, Nomor 3 Volume 14 Tahun 1986, hlm 23 35 Didalam KUH Perdata, yang dimaksud dengan pemberian kuasa adalah suatu perjanjian dengan mana seorang memberikan kekuasaan (wewenang) kepada seorang lain, yang menerimanya, untuk atas namanya menyelenggarakan suatu urusan (Pasal 1792 KUH Perdata). Dengan menyelenggarakan suatu urusan dimaksudkan adalah melakukan suatu perbuatan hukum, yaitu suatu perbuatan yang mempunyai atau melahirkan suatu akibat hukum. Pemberian kuasa itu menerbitkan perwakilan, yaitu adanya seorang yang mewakili orang lain untuk melakukan suatu perbuatan hukum. Perwakilan seperti itu ada juga yang dilahirkan oleh atau menemukan sumbernya pada undang-undang. Orang yang menerima kuasa atau penerima kuasa melakukan perbuatan hukum tersebut atas nama orang yang memberikan kuasa atau juga mewakili pemberi kuasa. Artinya menurut Subekti adalah apa yang dilakukan adalah atas tanggungan pemberi kuasa dan segala hak dan kewajiban yang timbul dari perbuatan yang dilakukannya itu menjadikan hak dan kewajiban pemberi kuasa, atau bahwa kalau yang dilakukan itu berupa membuat suatu perjanjian, maka pemberi kuasalah yang menjadi pihak dalam perjanjian itu. Subekti, Aneka Perjanjian, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hlm 141

33

16

Kuasa Pertambangan Pemerintah adalah merupakan Kuasa Khusus untuk melakukan pengusahaan pertambangan, Kuasa Pertambangan dimiliki oleh Pemerintah yang kemudian melimpahkan Kuasa Pertambangan kepada Menteri ESDM selaku badan hukum/Departemen yang menangani bidang sumber daya alam dan energi (ESDM)36. Menteri ESDM kemudian dapat memberikan Kuasa Pertambangan kepada pihak ketiga. Adapun Kuasa Pertambangan yang dapat diberikan adalah dalam bentuk ; (a) Surat Keputusan Penugasan Pertambangan (b) Surat Keputusan Izin Pertambangan Rakyat dan (c) Surat Keputusan Pemberian Kuasa Pertambangan37. Materi dan jangka waktu Kuasa Pertambangan tersebut meliputi38 : (1) Kuasa pertambangan penyelidikan umum, untuk jangka waktu 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu 1 (satu), yang berwenang untuk melaksanakan usaha pertambangan penyelidikan umum. (2) Kuasa pertambangan eksplorasi, untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun, dan dapat diperpanjang sebanyak 2 (dua) dengan masing-masing untuk jangka waktu 1 (satu) tahun, serta berwenang untuk melaksanakan usaha pertambangan eksplorasi dan apabila telah menyatakan akan melanjutkan usahanya, maka Menteri dapat memberikan perpanjangan untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun guna pembangunan fasilitas-fasilitas eksploitasi pertambangan yang bersangkutan. (3) Kuasa pertambangan eksploitasi, untuk jangka waktu 30 (tigapuluh) tahun dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali dengan masing-masing 10 (sepuluh) tahun, serta berwenang untuk melaksanakan usaha pertambangan eksploitasi. (4) Kuasa pertambangan pengolahan dan pemurnian, untuk jangka waktu 30

Pasal 2 huruf (i) UU No.11 Tahun 1967 menyebutkan bahwa: Kuasa Pertambangan adalah wewenang yang diberikan kepada badan/perseorangan untuk melaksanakan usaha pertambangan.. 37 Yang dimaksud dengan : (a) Surat Keputusan Penugasan Pertambangan adalah kuasa pertambangan yang diberikan oleh Menteri kepada Instansi Pemerintah untuk melaksanakan usaha pertambangan. (b). Surat Keputusan Izin Pertambangan Rakyat adalah Kuasa Pertambangan yang diberikan oleh Menteri kepada rakyat setempat untuk melaksanakan usaha pertambangan secara kecil-kecilan dengan luas wilayah yang sangat terbatas. (c). Surat Keputusan Pemberian Kuasa Pertambangan adalah Kuasa Pertambangan yang diberikan oleh Menteri kepada Perusahaan Negara, Perusahaan Daerah, badan lain atau perorangan untuk melaksanakan usaha pertambangan. Pasal 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1969. 38 Mengenai isi dan sifat dari Kuasa Pertambangan dapat dilihat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1969 Pasal 7 sampai dengan pasal 12.

36

17

(tigapuluh) tahun dan setiap saat dapat diperpanjang dengan jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sekali, serta berwenang dalam melaksanakan usaha pertambangan pengolahan dan pemurnian. (5) Kuasa pertambangan pengangkutan, untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun dan dapat diperpanjang setiap saat dengan waktu 5 (lima) tahun, serta berwenang dalam melaksanakan usaha pertambangan pengangkutan. (6) Kuasa pertambangan penjualan, untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun dan dapat diperpanjang setiap saat untuk jangka waktu 5 (lima) tahun, sertaberwenang untuk melaksanakan usaha pertambangan penjualan. Dalam Kontrak Karya terlihat nama dari para pihak disebutkan dalam kontrak karya adalah antara Pemerintah RI dan PT.NNT, bukan antara Menteri ESDM dan PT NNT. Karena memang pada hakekatnya, Menteri ESDM hanya menjalankan kuasa, bertindak untuk dan atas nama pemerintah sesuai dengan wewenang yang diberikan oleh Pemerintah. Besarnya kewenangan untuk bertindak untuk dan atas nama Pemerintah ini sangat tergantung dari pelimpahan kewenangan yang diberikan oleh Pemerintah (Presiden) kepada Menteri. Sedangkan besar kecilnya kewenangan Pemerintah (Presiden) sebagai kuasa pertambangan sangat tergantung dari UUD 1945, serta peraturan lainnya yang ditetapkan bersama DPR yang merupakan representasi rakyat. Artinya, Kuasa Pertambangan kepada Pemerintah yang berujung pada Menteri ESDM sesungguhnya sangat tergantung dari kehendak rakyat dan UUD 1945. Dalam kedudukannya sebagai penerima kuasa, maka negara dalam melaksanakan usaha pertambangan memiliki kewajiban kepada rakyat, yakni meningkatkan kesejahteraan rakyat. Rakyat selaku prinsipal asli
39,

dapat

meminta pertanggungjawaban negara (Pemerintah) dan mengajukan tuntutan secara langsung kepada Pemerintah apabila Pemerintah tidak menjalankan mandat atau kuasa yang telah diberikan sesuai dengan amanah UUD 1945 dan Udang-undang. Pemerintah (Presiden) dalam kedudukannya sebagai Pemegang Kuasa dapat ; (a). melimpahkan kepada pembantu presiden dalam hal ini Menteri ESDM sebagai Kuasa Pertambangan dan ; (b) Pemerintah (Presiden) dapat mengajukan tuntutan kepada Menteri yang menerima kuasa apabila tidak melaksanakan kuasanya dengan baik. Disamping itu, Pemerintah juga dapat mengajukan tuntutan secara langsung kepada kontraktor yang ditunjuk oleh
39

Yang dimaksud dengan prinsipal asli dalam konteks ini adalah pemilik hak dan kuasa karena UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan.

18

Menteri ESDM selaku pemegang kuasa pertambangan apabila kontraktor tersebut tidak melaksanakan Kuasa Pertambangan dengan baik. Menteri ESDM selaku penerima kuasa dari Pemerintah dapat ; (a). memberikan Kuasa Pertambangan kepada kontraktor atau pihak ketiga, (b). Mengajukan tuntutan langsung atas nama Pemerintah kepada kontraktor apabila Kontraktor yang telah diberikan Kuasa Pertambangan tidak melaksanakan kuasa dengan baik.40. Dalam Undang-Undang No.11 tahun 1967, Menteri Pertambangan dan Energi bertindak untuk dan atas nama Pemerintah RI dalam melakukan perjanjian kontrak karya. Kontrak Karya antara Pemerintah RI dengan PT NNT pada tahun 1986 cenderung mengabaikan kedudukan dan peran DPR, karena sistem pemerintahan yang dominasi eksekutif (Eksekutive heavy)sehingga dalam penetapan kontrak karya peran DPR hanya sebatas mengeluarkan rekomendasi, tidak ada hak DPR untuk menyetujui atau melakukan penolakan atas draf kontrak karya yang dirancang oleh Pemerintah bersama PT.NNT. Idealnya, jika merujuk pada konsepsi negara hukum yang demokratis serta UUD 1945 kontrak karya antara Pemerintah RI dengan PT.NNT yang ditandatangani kedua belah pihak tahun 1986 haruslah mendapat persetujuan dari DPR selaku representasi rakyat, karena ; pertama, kontrak karya pertambangan menyangkut kepentingan rakyat indonesia secara nasional karena itu DPR seharusnya wewenang DPR dalam kontrak karya tidak sekedar memberikan rekomendasi, melainkan adalah persetujuan. Artinya, persetujuan dalam kontrak karya bukan hanya oleh Presiden (atas nama Pemerintah RI) melainkan pula adalah DPR sebagai representasi rakyat atau bangsa Indonesia. kedua, oleh karena tambang (golongan bahan galian A dan golongan B) adalah bersifat strategis dan vital bagi kepentingan negara dan bangsa, serta menyangkut hajat hidup orang banyak, maka perlu pelibatan DPR. Keterlibatan DPR ini dimaksudkan agar berbagai permasalahan, kepentingan, keinginan dan
40

Secara perdata, Pemberian kuasa dapat dilakukan secara khusus, yaitu mengenai hanya satu kepentingan tertentu atau lebih, atau secara umum, yaitu meliputi segala kepentingan pemberi kuasa (Pasal 1795 KUH Perdata). Penerima kuasa tidak boleh melakukan apapun yang melampaui kuasanya, kekuasaan yang diberikan untuk menyelesaikan suatu perkara secara damai, tidak mengandung hak untuk menggantungkan penyelesaian perkara pada keputusan wasit (Pasal 1797 KUH Perdata). Dalam Pasal 1807 KUH Perdata menetapkan pemberi kuasa diwajibkan memenuhi perikatan-perikatan yang diperbuat oleh penerima kuasa menurut kekuasaan yang ia telah berikan kepadanya. Ia tidak terikat pada apa yang telah dilakukan di luar kekuasaan itu kecuali jika ia telah menyetujui hal itu secara tegas atau diam-diam.

19

lain sebagainya yang dikehendaki rakyat dapat terakomodir dalam kontrak karya. Disamping untuk mengawasi agar tidak terjadi penyalahgunaan kekuasaan oleh Pemerintah (Menteri ESDM) dalam proses penyusunan dan pembahasan kontrak karya Ketiga, sesuai dengan amanah UUD 1945, pasal 33 bahwa bumi dan air dikuasai negara untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Unuk mencapai cita-cita dan tujuan tersebut, maka perlu pelibatan DPR karena kewajiban untuk mensejahterakan rakyat tersebut bukan hanya terletak pada Pemerintah (esekutif) melainkan pula DPR (legislatif). Keempat, mengingat bahwa kontrak karya adalah sebagai dasar bagi pihak pengusaha untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pertambangan di Indonesia, memiliki kekuatan hukum mengikat dan berlaku selama 30 tahun, maka perlu dalam penyusunan dan pembahasan serta persetujuan kontrak karya mendapat pula persetujuan dari DPR sebagai representasi rakyat indonesia. 2.2. Kedudukan Negara Sebagai Subjek Hukum Perdata Dalam Kontrak Karya Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, Negara sebagai subyek hukum perdata dapat melakukan perbuatan hukum perdata. Dalam bidang usaha pertambangan pada ketentuan undang-undang nomor 11 tahun 1967 tentang Ketentuan Pokok-Pokok Pertambangan didasari oleh defenisi dan ketentuan perjanjian yang terdapat dalam KUH perdata. Perjanjian tersebut terdapat dalam buku III KUH Perdata. Buku III KUH Perdata menganut asas open system yang berarti bahwa para pihak bebas mengadakan kontrak dengan siapapun menentukan syarat-syaratnya, pelaksanaannya maupun bentuk kontraknya baik secara tertulis maupu secara lisan. Hal ini dikenal dengan sebutan asas kebebasan berkontrak sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 1338 ayat 1 KUH perdata yang menyatakan bahwa semua kontrak atau perjanjian dibuat secara sah dan berlaku sebagai undangundang bagi mereka yang membuatnya. Prinsip kebebasan berkontrak tersebut kemudian dijadikan pedoman oleh pemerintah dan investor asing khususnya investor dibidang pertambangan sesuai dengan ketentuan undang-undang nomor 11 tahun 1967 dan sistem yang diberlakukan adalah dalam system kontrak. Dengan demikian bahwa kedudukan para pihak dalam kontrak tersebut yaitu pemeritah dengan investor asing adalah : 1) Merupakan kesepakatan kedua belah pihak;

20

2) Kedudukan pemerintah selaku pelaku usaha adalah sejajar dengan investor; 3) Prosedurnya adalah negosiasi; 4) Sifatnya dua pihak; 5) Bentuk hukumnya kesepakatan; 6) Jika ada sengketa prosesnya melalui arbitrase atau mediasi; Kontrak karya antara Pemerintah RI dan PT NNT lahir karena adanya perjanjian dan kesepakatan (konsensuil). Perjanjian dimaksud adalah perjanjian kedua belah pihak untuk melakukan dan mengembangkan pengusahaan pertambangan di Indonesia dengan tujuan agar dapat mensejahterakan kemakmuran rakyat yang sebesar-besarnya. Dengan tercapainya kesepakatan antara para pihak pada tanggal 2 desember 1986 lahirlah kontrak karya, maka sejak tercapinya kesepakatan tersebut, sesuai pasal 1320 KUHPerdata telah Dalam Pasal 1338 dan 1339 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) menyebutkan bahwa perjanjian yang dibuat oleh para pihak berlaku sebagai undang-undang bagi para pembuatnya, sepanjang tidak bertentangan dengan hukum, ketertiban umum, dan kepatutan. Oleh karenanya, kontrak karya tidak dapat diputuskan atau diakhiri secara sepihak. Pemutusan kontrak karya hanya dapat dilakukan melalui putusan pengadilan karena tidak melaksanakan kewajibannya (wanprestasi). Kedudukan Pemerintah dengan PT NNT dalam kontrak karya adalah bersifat sejajar atau setara, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih berkuasa, meskipun secara prinsip pemerintah sebagai principal (pemilik wilayah) dan pihak PT NNT adalah sebagai contractor (pelaksana). Kedudukan yang setara ini karena dalam perjanjian kontrak karya Pemerintah sebagai badan hukum perdata biasa, sama seperti halnya PT NNT. Meskipun badan hukum pemerintah lahir atau didirikan dari kekuasaan umum, akan tetapi dalam Pasal 1653 KUH melahirkan hak dan kewajiban Pemerintah RI dan PT NNT41.

41

pacta sunt servanda adalah prinsip yang sangat fundamental dalam hukum internasional dan menjadi norma imperatif dalam praktek perjanjian internasional. Prinsip ini merupakan jawaban mengapa perjanjian internasional itu mempunyai kekuatan mengikat. Dalam Pasal 26 Konvensi Wina dirumuskan pengertian pacta sunt servanda, bahwa setiap perjanjian mengikat terhadap pihak-pihak pada perjanjian itu harus dilaksanakan dengan iktikad baik. Prinsip iktikad baik ini tidak hanya berlaku dalam pelaksanaan perjanjian-perjanjian yang bersifat khusus, tetapi juga berlaku terhadap perjanjian internasional yang berlaku umum seperti Piagam PBB.

21

Perdata meletakkan pemerintah sebagai badan hukum perdata sama seperti halnya perseroan, berikut bunyinya: Selainnya perseroan yang sejati oleh undang-undang diakui pula perhimpunan-perhimpunan orang sebagai perkumpulan-perkumpulan, baik perkumpulan-perkumpulan itu diadakan atau diakui sebagai demikian oleh kekuasaan umum, maupun perkumpulan-perkumpulan itu diterima sebagai diperbolehkan, atau telah didirikan untuk suatu maksud tertentu yang tidak bertentangan dengan undang-undang atau kesusilaan yang baik. Pemerintah sebagai badan hukum umum dapat melakukan tindakan perdata sebagaimana ditegaskan dalam pasal 1654 KUH Perdata: Semua perkumpulan yang sah adalah, seperti halnya dengan orangorang preman, berkuasa melakukan tindakan-tindakan perdata, dengan tidak mengurangi peraturan-peraturan umum, dalam mana kekuasaan itu telah diubah, dibatasi atau ditundukan pada acara-acara tertentu Hubungan antara pemerintah RI dan PT NNT adalah hubungan yang bersifat kontraktual. Artinya, para pihak sesuai asas kebebasan berkontrak, memiliki kehendak secara bebas (otonom) sesuai kapasitas masing-masing untuk menentukan apa saja yang akan diperjanjian, tanpa melihat status atau kedudukan maupun jabatan diluar kontrak42. Para pihak dapat melakukan perbuatan perdata dan mempunyai kedudukan yang sama dalam perjanjian. Dalam hukum perdata, manakala badan pemerintah mengadakan kontrak (menggunakan hukum perdata) dengan warga masyarakat atau badan hukum, maka menurut asas dalam hukum perdata, ia dianggap berkedudukan sejajar dengan lawan kontraknya (staat op gelijke voet als een privat persoon). Dengan kedudukan yang sama, maka hak imunitas negara atau Pemerintah berdaulat yang memiliki otoritas penuh atas pengaturan dan pengelolaan kegiatan pertambangan di Indonesia menjadi hilang karena pola

42

Sebagian sarjana hukum asas kebebasan berkontrak berpatokan pada Pasal 1338 ayat 1 BW perihal asas kebebasan berkontrak. Kebebasan yang dimaksud di sini terbagi dalam beberapa hal yakni: (a). Bebas menentukan apakah ia akan melakukan perjanjian atau tidak (yes or no), (b) Bebas menentukan dengan siapa ia akan melakukan perjanjian (who).(c). Bebas menentukan isi atau klausul perjanjian (substance).(d). Bebas menentukan bentuk perjanjian (form). (d). Kebebasan-kebebasan lainnya yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan (other freedom).

22

kerjasama pengusahaan pertambangan dilakukan dalam bentuk kontrak karya43. Pemerintah menjadi institusi privat yang mengikatkan dirinya secara perdata (acts jure gestionisi) berjalan maksimal44. Dalam kaitannya dengan kegiatan usaha pertambangan ketentuan dalam undang-undang nomor 11 tahun 1967 dengan basis sistem kontrak karya sebenarnya telah menimbulkan ketidapastian hukum bagi pemerintah Indonesia. Sistem kontrak menjadikan pemerintah sebagai regulator maupun sebagai pelaku usaha hanya akan melemahkan posisi dari pemerintah karena satu sisi membuat
43

dengan pengusaha/kontraktor sehingga fungsi publik

pemerintah terhadap pemberdayaan tambang (acts jure imperil), tidak dapat

Dengan atribut kedaulatan, maka Negara memiliki imunitas terhadap pengadilan Negara lain. Arti imunitas adalah bahwa Negara tersebut memiliki hak untuk mengklaim kekebalannya terhadap tuntutan (klaim) terhadap dirinya. Sheldrick dengan tepat menggambarkan imunitas Negara sebagai berikut :Savereign immunity is a long established precept of public international law which requires that a foreign government or head of state cannot be sued without its consent. In its traditional form, this rule applied to all types of suit, criminal and civil, including those arising out of purely commercial transactions undertaken by the foreign sovereign. Dalam
perkembangannya, konsep imunitas ini mengalami pembatasan. Minimal ada 4 (empat) pembatasan terhadap muatan imunitas suatu Negara, yaitu: pertama, pembatasan oleh hukum internasional. Dalam bertransaksi dagang, hukum internasional mengakui imunitas Negara ini, tetapi juga sekaligus membatasinya. Hukum internasional juga mensyaratkan Negara-negara untuk bekerjasama dengan Negara lain untuk memajukan ekonomi. Deklarasi mengenai prinsip-prinsip hukum internasional antara lain menyatakan bahwa ; States have the duty to co operate with one another, irrespective of the difference in their political, economic and social system, Kedua, pembatasan oleh hukum nasional. Dewasa ini beberapa Negara memiliki undang-undang mengenai imunitas yang sifatnya membatasi imunitas Negaranegara (asing) yang melakukan transaksi dagang di dalam wilayahnya atau dengan warga negaranya. Ketiga, pembatasan secara diam-diam dan sukarela. Pembatasan ini dianggap terjadi ketika suatu Negara secara sukarela menundukkan dirinya ke hadapan suatu badan peradilan yang mengadili persidangan dan Negara tersebut mematuhinya, Negara tersebut dianggap telah dengan sukarela menanggalkan imunitasnya. Keempat, kemungkinan lain yang menjadi indikasi pembatasan imunitas ini adalah apabila Negara memasukkan klausul arbitrase ke dalam kontrak dagangnya. Dengan demikian dapat dianggap bahwa Negara tersebut telah menanggalkan imunitasnya untuk menghadap ke badan arbitrase yang dipilihnya untuk menyelesaikan sengketa dagangnya. Dengan adanya pembatasan-pembatasan tersebut, kekebalan suatu Negara untuk hadir dihadapan badan peradilan (nasional asing, internasional atau arbitrase) tidak lagi berlaku. Dalam Kontrak karya, Pemerintah yang diwakili oleh Menteri ESDM sesungguhnya bertindak dalam kapasitas, baik sebagai pihak biasa dalam kontrak (De iure Gesiones), maupun dalam kapasitas sebagai penguasa (De iure Imperi). Sebagai De iure gestiones kedudukannya sama dengan pelaku usaha (kontraktor) dan dapat saling mengajukan gugatan hukum, sementara dalam kapasitas sebagai De iure Imperi, Pemerintah (dengan kuasa pertambangan) sebenarnya dapat mengambil kebijakan dan langkah hukum untuk melindungi masyarakat, seperti: penghentian kontrak untuk melindungi lingkungan, menegakkan aturan hukum, melindungi hak-hak adat, perlindungan hak-hak asasi manusia, dan lain-lain. Dalam kapasitas sebagai De iure Gesiones seharusnya negara memiliki kekebalan terhadap tuntutan hukum sesuai dengan prinsip State Immunity dan Act of State Doctrine. IBR Supancana, dkk Analisis Terhadap Bentuk Kerjasama Di Bidang Usaha Pertambangan : Perbandingan Pola Kontrak dan Pola Ijin, Laporan Studi Evaluasi, tahun 2009.

44

23

regulasi juga sebagai pelaku usaha yang wajib taat pada aturan hukum. Hal tersebut akan membawa implikasi bahwa jika terjadi sengketa dikemudian hari dan jika dibawa ke arbitrase internasional kemudian mengalami kekalahan, maka asset negara yang akan menjadi taruhannya. Sehingga ketentuan kontrak dengan pola kontrak karya cenderung merugikan Pemerintah RI. Kedudukan PT.NNT Dalam Kontrak Karya PT.Newmont Nusa Tenggara adalah perusahaan baru yang dibentuk oleh Newmont Limited Indonesia dan PT.Pukuafu Indah. Newmont Limited Indonesia adalah anak perusahaan dari Newmont Mining Corporation (perusahaan multinational corporation atau MNC).
45

Pendirian Newmont

Limited Indonesia dalam bentuk badan hukum indonesia adalah dalam rangka penanaman modal asing yang akan melakukan usaha pertambangan di Indonesial46. Penanaman Modal Asing di Indonesia adalah dalam bentuk Newmont melakukan kerjasama investasi langsung47. Dalam rangka itulah

45

46

47

Newmont Mining Corporation adalah Perusahaan Multi National Corporations atau Multi National Companies (MNCs) penghasil emas terkemuka yang beroperasi di lima benua. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1921 di kota New York dan telah didaftarkan pada Bursa Saham New York (NYSE) sejak tahun 1925, Newmont juga terdaftar di Bursa Saham Australia dan Toronto, dengan domisili hukum di Denver, Colorado, Amerika Serikat. Bursa Efek New York (NYSE) adalah salah satu bursa saham terbesar di dunia. Terletak di New York City, New York, Amerika Serikat.Sekitar 2.800 perusahaan mencatatkan sahamnya di NYSE. Harga saham-saham di NYSE mencapai US$15 triliun dalam kapitalisasi pasar global. Hingga Juli 2004, seluruh dari 30 perusahaan di Dow Jones Industrial Average dicatat juga di NYSE, kecuali Intel andMicrosoft. Di Indonesia NMC mendirikan dua anak perusahaan yaitu Newmont Minahasa Raya (MNR) di Sulawesi Utara dan Newmont Nusa Tenggara(NNT)diNusaTenggara. http://id.wikipedia.org/wiki/Bursa_efek_New_York pada diakses pada tanggal 7 juni 2012. Pengertian penanaman modal asing menurut Pasal 1 UU Nomor 1 Tahun 1967 Pengertian penanaman modal asing di dalam Undang-undang ini hanyalah meliputi modal asing secara langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang-undang ini dan yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti pemilik modal secara langsung menanggung resiko dari penanam modal tersebut. Ada 2 (dua) sifat khas penanaman modal asing, Perusahaan multi/trans nasional (PMN/PTN) melakukan penanaman modal langsung di negara-negara asing (Foreign Direct Investment, FDI), melalui pendirian anak atau cabang perusahaan atau pengambilalihan sebuah perusahaan asing, dengan sasaran melakukan pengawasan manajemen terhadap suatu unit produksi di suatu negara asing, yang berbeda dengan penanaman modal fortofolio pembelian saham dalam suatu perusahaan. (b). Suatu Perusahaaan Multinational ditandai dengan adanya perusahaan induk dan sekelompok anak perusahaan atau cabang perusahaan di berbagai negara dengan satu penampung bersama sumber-sumber manajemen, keuangan dan teknik dengan integrasi vertikal dan sentralisai pengambilan keputusan. Lihat Revrisond Baswir Sengketa Divestasi Newmont dan Kriteria Investasi Makalah, Disampaikan dalam kedudukan sebagai saksi ahli dalam sidang SKLN antara Presiden RI dengan DPR-RI dan BPK-RI terkait Divestasi 7 Persen Saham PT NNT Tahun 2010, dalam sidang di MahkamahKonstitusi-RI, Jakarta, pada tanggal 10 April 2012 Sebelum diberlakukannya UU No.1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing, berlaku Undang-Undang Nomor 78 Tahun 1958 Tentang Penanaman Modal Asing. Sesuai semangat

24

dengan PT.Pukuafu Indah (PTPI) sebagai perusahaan nasional dengan modal dalam negeri (PMDN), untuk mengusahakan pertambangan, kerjasama tersebut dituangkan dalam bentuk joint venture48. Dasar perjanjian kontrak joint venture adalah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang PMA49 dan UU No.6 Tahun

48

49

ekonomi terpimpin, maka UU ini tidak memberikan kepada Penanaman Modal Asing untuk melakukan ivestasi langsung pada kegiatan usaha pertambangan untuk bahan galian yang bersifat vital (pasal 3), hanya melalui bentuk pinjaman luar negeri dan tidak dapat ikut terlibat langsung menangani proyek vital tersebut. Sehingga tidak menarik bagi para investor asing untuk melakukan penanaman modalnya di Indonesia. Penanaman modal asing diyakni pemerintah orde baru akan memberikan keuntungan kepada semua pihak, tidak hanya bagi investor saja, tetapi juga bagi perekonomian negara tempat modal itu ditanamkan serta bagi negara asal para investor. Pemerintah Orde baru kemudian memberlakukan UU.No.1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing merubah UU sebelumnya. Dewasa ini hampir di semua negara, khususnya negara berkembang membutuhkan modal asing Menyadari pentingnya penanaman modal asing, pemerintah Indonesia berusaha menciptakan suatu iklim penanaman modal yang dapat menarik modal asing masuk ke Indonesia. Usaha-usaha tersebut antara lain adalah dengan mengeluarkan peraturan-peraturan tentang penanaman modal asing dan kebijaksanaan pemerintah. Model Penanaman Modal Asing di Indonesia dilakukan dalam bentuk invetasi langsung atau Foreign Direct Investment (FDI), dengan adanya aliran modal langsung yang ditanaman di Indonesia diharapkan tidak hanya memindahkan modal barang, tetapi juga mentransfer pengetahuan dan modal sumber daya manusia.3) Secara lebih rinci, kontribusi FDI adalah sebagai salah satu sumber devisa negara, menyediakan kesempatan kerja, memberi andil dalam alih teknologi dan alih keterampilan lainnya, meningkatkan ekspor nasional, dan meningkatkan daya saing negara di pasar global. Menurut Ida Bagus Rahmadi Supanca, Investasi secara langsung ini karena dikaitkan dengan adanya keterlibatan secara langsung dari pemilik modal dalam kegiatan pengelolaan modal. Lihat, Ida Bagus Rahmadi Supanca, Kerangka Hukum &Kebijakan Investasi Lansung di Indonesia, Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor, 2006, hal. 53. Menurut Eman Rajagukguk dkk mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan joint venture agreement adalah suatu kerjasama antara pemilik modal asing dengan pemilik modal nasional berdasarkan suatu perjanjian (kontraktual). Sedangkan menurut peter mahmud adalah suatu kontrak antara dua perusahaan untuk membentuk suatu perusahaan baru, perusahaan baru inilah yang kemudian disebut perusahaan joint venture. Mahmud dalam Salim HS.,2004, Perkembangan Hukum Kontrak Innominat Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, hal 51. Yang dimaksud dengan Joint venture menurut Dhaniswara K.Harjono adalah sebuah kesatuan yang dibentuk antara 2 pihak atau lebih untuk menjalankan aktivitas ekonomi bersama. Pihak-pihak itu setuju untuk berkelompok dengan menyumbang keadilan kepemilikan, dan kemudian saham dalam penerimaan, biaya, dan kontrol perusahaan. Suatu joint venture dapat diadakan (dibentuk) untuk tujuan-tujuan suatu kegiatan terbatas atau suatu transaksi, tetapi dapat juga digunakan sebagai suatu bentuk hubungan yang lama diantara para pihak. Didalam bisnis internasional, istilah joint venture digunakan untuk berbagai macam perjanjian antaralain perjanjian produksi bersama, perjanjian bagi hasil dan kontrak manajemen. Dhaniswara K.Harjono, Masalah-masalah Dalam Joint Venture Antara Modal Asing Indonesia, Alumni, Bandung 1974, hal 28. Kelebihan bentuk kerjasama ini (joint venture) mitra lokal (dalam negeri) dianggap mempunya pengetahuan yang luas mengenai kebiasaan, kebijaksanaan ekonomi dan keadaan ekonomi lokal. Selain itu, bentuk kerjasama ini dirasakan lebih mudah untuk menembus pasar domestik, memperoleh sumber-sumber lokal dan berbagai kemudahan dari badan-badan yang berwenang setempat. Sehingga model kerjasama joint venture dapat dilakukan dengan lebih luwes, yaitu dengan bermacam bentuk dan kegiatan, struktur organisasi dan negara asal perusahaan-perusahaan asing atau perusahaan-perusahaan transnasional. Lihat Mirsidik, Peran Kontra Join Venture Dalam Pelaksanaan Ivestasi Di Era Globalisasi. Makalah, Kedua Undang-undang ini telah dirubah dengan UU No.25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal (kententuan modal asing dan dalam negeri diatur dalam satu undang-undnag ini).

25

1968 tentang PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri), dengan mengacu pada prinsip dalam Buku III KUH Perdata Indonesia pasal 1320 tentang syarat kontrak dan pasal 1338 mengatur asas kebebasan berkontrak bagi para pihak. Kontrak joint venture yang didalamnya ada unsur asing (penanaman modal asing) bukanlah suatu perjanjian perdata atau commercial contract biasa. Karena dalam kontrak joint venture asing, berlaku pula hukum kontrak internasional50 implikasinya karena Pemerintah telah menyetujui sejumlah perjanjian bilateral dan multirateral dalam perdagangan internasional dengan berbagai negara dan organisasi internasional, maka dalam kontrak joint venture PMA dibidang pertambangan berlaku pula perjanjian dan peraturan hukum internasional51. Karena lingkup materi perjanjian dalam Kontrak karya Pemerintah RI dengan PT.NNT, bukan hanya mencakup penyelidikan umum, ekplorasi, ekploitasi namun pula mengatur perjanjian pemasaran, penjualan, eskpor dan impor barang antar negara serta materi lainnya yang terikat dengan hukum perdata internasional dan perjanjian internasional52. Meskipun, dalam perjanjian kontrak karya yang ditandatangi Pemerintah RI dan PT NNT, beralaskan UU No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan UU No.11 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Pertambangan, namun kaidah hukum perdata internasional juga diakomodir dalam kontrak tersebut. Sehingga sifat dari perjanjian kontrak karya pertambangan dari Penanaman Modal Asing, memiliki
50 51

52

Hukum Kontrak Internasional adalah bagian dari Hukum Perdata Internasional. Hukum Kontrak Internasional, sebagai bagian dari hukum perdata Internasional pada dasarnya adalah hukum kontrak nasional, dimana ada unsur asingnya. Setiap negara memiliki kedaulatan hukum tersendiri, dan tidak ada satu sistem hukum dimana seluruh negara menundukkan diri terhadapnya. Dengan demikian, sistem hukum nasional, termasuk pengaturan dan kedaulatan pemerintah suatu negara dalam mengartikan kepentingan publik, tidak boleh diabaikan dalam membuat suatu kontrak yang berdimensi Internasional. Pendapat Sudargo Gautama yang memandang kontrak internasional sebagai bagian dari sistem kontrak nasional telah diakui sebagai doktrin. Dalam kontrak kontrak berdimensi internasional, penentuan pilihan hukum (choice of law) adalah sangat penting untuk menghindarkan terjadinya conflict of law, mengingat para pihak yang terlibat, tempat transaksi dan sistem hukum yang terkait berbeda-beda dan bahkan mungkin bertentangan atau berkebalikan antar satu jurisdiksi hukum dengan jurisdiksi hukum lainnya. Bahkan sekalipun choice of law telah ditetapkan dalam suatu kontrak atau perjanjian, hukum perdata internasional tetap menyisakan persoalan-persoalan mendasar dalam proceedings suatu perkara. Hal ini berakar dari perbedaan kualifikasi antara berbagai sistem hukum perdata internasional di dunia. Perbedaan kualifikasi itu terutama terdapat dalam tiga golongan besar, yaitu : (a). Kwalifikasi menurut lex fori (yaitu menurut hukum hakim) (b). Kualifikasi menurut lex causae ( yaitu hukum yang dipergunakan untuk menyelesaikan persoalan (c). Hukum perdata internasional yang bersangkuta) (c) Kualifikasi secara otonom (autonomen qualification), berdasarkan comparative method atau analytical jurisprudence. Indroharto, Peradilan Tata Usaha Negara, Buku I (edisi Baru), Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1994.,hal.8

26

dimensi perjanjian transnasional atau perjanjian quasi internasional ( contract sui generis atau economic development contrac)t53. Oleh sebab itu, maka Newmont Limited Indonesia (NIL) sebagai anak perusahaan Newmont Mining Corporation selain sebagai subjek hukum dalam hukum perdata indonesia, adalah sebagai subjek hukum dalam perdata internasional, karena itu tunduk pada aturan-aturan hukum yang berlaku di Indonesia maupun dalam perjanjian-perjanjian dan kaidah hukum perdata internasional, khususnya hukum kontrak internasional54. Peran Perusahaan multinational corporation dalam perdagangan nasional maupun internasional begitu besar karena memiliki kekuatan financial yang tinggi sehingga dapat mempengaruhi situasi politik dan ekonomi nasional maupun internasional karena itu keberadaan dan peran perusahaan multinational corporation dibatasi55.

53 54

55

.................................????????? Subjek hukum perdata internasional adalah individu, individu adalah subjek hukum dengan sifat subyek hukum perdata (legal persons of a private law nature). Subjek hukum perdata internasional ini adalah perusahaaan MNC dan bank. Perusahaan MNC diyakni oleh negara di belahan dunia memiliki kekuatan finansial, ekonomi, politik dan lingkaungan yang besar, dan memiliki peran yang sangat strategis dalam perdagangan internasional, dalam Pasal 2 (2) (b) Piagam Hak dan Kewajiban Ekonomi Negara-negara antara lain menyebutkan bahwa MNCs tidak boleh campur tangan terhadap masalah-masalah dalam negeri dari suatu Negara. Pasal 2 (2) (b) antara lain berbunyi ; . Transnational corporation shall not intervene is the internal affairs of a host State. Menurut M. Nizar dalam makalah Sebuah Studi Hukum Internasional : Perlukah MNC memiliki legal personality http://hukin-read-articles.blogspot.com/2008/11/sebuah-studihukum-internasional.html diakses pada tanggal 2 juli 2012 pukul :16.00 Wita, menjelaskan bahwa aktivitas yang dilakukan oleh MNCs sudah menunjukkan tanda-tanda modernitas. Globalisasi kapitalisme telah merubah wajah dunia. Negara dan MNCs memiliki hubungan kental di era kapitalisme global yang modern. Muncul sebuah wacana untuk menilik lebih jauh kegiatan MNCs yang dilihat sebagai pengamat memiliki andil besar dalam pergerakan hubungan internasional. Pergerakan hubungan internasional ini juga memperlihatkan adanya hubungan yang tidak hanya tentram melainkan terjadi banyaknya gesekan-gesekan panas. Maka perlu adanya payung hukum internasional yang jelas dalam penyelesaian kasus-kasus yang melibatkan negara dengan MNCs. Alasan pengaturan ini tampaknya masuk akal. Tidak jarang MNCs sedikit banyak dapat mempengaruhi situasi dan kondisi politik dan ekonomi suatu Negara. Aturan-aturan yang mengontrol aktivitas MNCs memang perlu untuk menjembatani perbedaan kepentingan antara Negara tuan rumah yang mengharapkanMNCs masuk kedalam wilayahnya dapat memberi kontribusi bagi pembangunan, sementara MNCs bertujuan untuk mencapai target utama perusahaan, yaitu mendapatkan keuntungan sebesarbesarnya. Oleh karena itu, agar kedua kepentingan ini pada titik tertentu dapat bertemu, maka perlu aturan-aturan hukum untuk menjembataninya.MNCs memiliki peran yang semakin dinamis di era global ini. Negara-negara yang menginginkan adanya pertumbuhan ekonomi yang pesat menjadi ketergantungan terhadap kegiatan usaha MNCs. Bahkan negara yang berstatus host country menyediakan payung hukum yang lunak bagi perkembangan liar MNCs. Malahan, MNCs turut andil dalam mempengaruhi agenda-agenda kebijakan dalam negeri suatu negara terkait masalah FDI dan produk derivatif investasi lainnya atau masalah lainnya. Sejumlah pengamat melihat bahwa MNCs memiliki kapasitas dalam berhubungan erat dengan negara. Artinya bahwa kedudukan negara yang memiliki status dalam hukum internasional

27

Dalam Kontrak karya (contrackt of work)

yang telah ditandatangani

antara PT.NNT dengan Pemerintah RI. PT NNT pada tanggal 2 desember tahun 1986. PT.NNT telah ditunjuk oleh Pemerintah RI sebagai kontraktor tunggal untuk pengusahaan pertambangan di Indonesia.56. Luas wilayah kontak karya yang diberikan Pemerintah kepada PT Newmont Nusa Tenggara adalah seluas 1.127.134 (satu juta seratus dua puluh tujuh ribu seratus tiga puluh empat) hektar57. Hak tunggal yang diberikan pemerintah kepada PT NNT dalam wilayah kontrak karya tersebut adalah meliputi hak untuk mencari dan melakukan eksplorasi mineral di dalam wilayah kontrak karya untuk mengembangkan dan menambang setiap endapan Mineral yang ditemukan dalam wilayah pertambangan, mengolah, memurnikan, menyimpang dan mengangkut semua mineral yang dihasilkan, memasarkan, menjual, serta melakukan semua operasi dan kegiatan lainnya yang diperlukan. Kecuali terhadap mineral-mineral radioaktif, persenyawaan hidrokarbon atau batu-batu, maka kegiatan penambangan oleh PT NNT harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari Pemerintah58. Dengan diberikannya hak tunggal kepada PT NNT, maka PT NNT mempunyai hak kendali dan manajemen tunggal atas semua kegiatannya sesuai dengan Kontrak Karya yang telah disetujui dan atas dasar itupula maka ; pertama, PT NNT mempunyai tanggung jawab penuh termasuk terhadap operasi termasuk semua risiko sesuai dengan ketentuan dan persyaratan yang telah disetujui dalam Kontrak Karya. Kedua, PT NNT dapat mempekerjakan sub kontrak-sub kontraktor baik yang berafiliasi maupun tidak dengan perusahaan untuk melaksanakan tahap-tahap operasi jika PT NNT membutuhkannya.

56

57 58

adalah sama dengan MNCs dalam konteks hubungan kerjasama. Mungkin kita bisa mengatakan bahwa seorang CEO dari sebuah MNC memiliki kapasitas sebagai pemerintah, karena CEO yang mengelola MNCs raksasa kadang-kadang mampu untuk mendikte kebijakan nasional suatu host country..] Karena MNCs juga memiliki kapasitas secara politik dan ekonomi dalam suatu interaksi hubungan internasional, maka selayaknya bahwa MNCs disetarakan oleh negara dengan memiliki status International Legal Personality. Sebagai perusahaan publik yang terdaftar di bursa saham terkemuka di dunia Newmont terikat pada standar profisiensi yang tinggi serta kepemimpinan di bidang-bidang manajemen lingkungan, kesehatan dan keselamatan bagi para karyawannya dan masyarakat sekitar. Wilayah Kontrak Karya asli yang diberikan pemerintah RI kepada PT. Nemont Nusa Tenggara Hak tunggal ini diberikan sebagai konsekuensi atas kesediaan menanggung resiko atas pelaksanaan kegiatan eksplorasi dimana resiko kegagalannya sangat tinggi, disamping pemenuhan pembayaran pajak dan kewajiban lainnya yang disebutkan dalam Kontrak Karya.

28

Sebagai pemegang hak tunggal perusahaan yang telah ditunjuk oleh pemerintah PT NNT memiliki tanggungjawab sebagaimana diatur dalam pasal 2 tentang penunjukan dan tanggung jawab perusahaan. perusahaan itu adalah meliputi keharusan atau kewajiban untuk; a. menanamkan modal di Indonesia b. melakukan pembayaran pajak-pajak kepada pemerintah. c. melakukan operasi dan kegiatan penambangan sesuai dengan standar dan prinsip-prinsip yang berlaku secara internasional. d. mencegah serta melindungi sumberdaya alam atau lingkungan dari kerusakan serta wajib untuk mentaati segala undang-undang dan perlindungan Lingkungan Hidup yang berlaku di Indonesia. e. melakukan semua langkah-langkah untuk mencegah dan mengendalikan bahaya kebakaran dan melaporkannya kepada pemerintah apabila terjadi setiap kebakaran. f. melakukan langkah-langkah untuk mencegah kerusakan hak-hak dan milik pemerintah ataupun pihak ketiga, termasuk operasi yang dilaksanakan oleh sub-kontraktor. g. menempatkan dan mempergunakan peralatan-peralatan keselamatan kerja mutakhir yang diakui secara internasional dan wajib mematuhi tindakan keselamatan serta pencegahan kecelakaan sesuai standar internasional. h. melindungi kesehatan dan keselamatan karyawannya serta semua orang yang masuk secara resmi ke wilayah tambang serta wajib untuk mematahui undang-undang dan peraturan kesehatan, keselamatan dan kebersihan yang berlaku di indonesia serta mematuhi instruksiinstruksi yang diberikan seara tertulis oleh pejabat-pejabat yang berwenang untuk itu sesuai dengan undang-undang dan peraturanperaturan tersebut. Pola kontrak karya dalam pengusahaan pertambangan 189959. di Indonesiadiilhami oleh rumusan pasal 5a Indische Mijnwet Pola ini Tanggungjawab

disukai investor asing karena dalam perjanjian kontrak karya kontraktor asing diberikan hak secara sekaligus atau keseluruhan untuk melakukan usaha pertambangan sejak dari tahap penyelidikan umum (survey), eskplorasi sampai
Soetaryo Sigit, Potensi Sumber Daya Mineral dan Kebangkitan Pertambangan Indonesia, Pidato Ilmiah pada pengananugrehan Gelar Doktor Honoris Causa, ITB, Bandung, 1996.,hal.36
59

29

dengan ekploitasi, pengolahan dan penjualan hasil produksi tanpa ada pemisahan antara tahap pra produksi dengan operasi produksi60. Keuntungan lainnya dalam Pola Kontrak Karya bagi perusahaan adalah61: 1. Kontrak Karya Pertambangan (KKP) memuat ketentuan yang mencakup praktis segala aspek pelaksanaan usaha pertambangan; 2. Pemerintah memberi perlakukan lex specialis pada KKP, segala ketentuan dalam kontrak tidak akan diucah 3. Dalam tahap melaksanakan penyeledidikan kegiatannya, umum sampai oleh peraturan perundangan kontraktor dengan mendapat tahap hak dikemudian hari, kecuali dengan kesepakatan kedua belah pihak62. berkelanjutan (conjuctive title) dari satu tahap ke tahap berikutnya, yaitu eksploitasi, pengolahan dan pemasaran; 4. Bila timbul sengketa antara principal dan kontraktor yang tidak dapat diselesaikan secara musyawarah atau kompromi, maka kontraktor berhak untuk membawa persoalannya ke arbitrase internasional ; dan 5. KKP baru dilaksanakan setelah mendapat persetujuan Presiden sesuadah terlebih dahulu dikonsultasikan dengan ( dan disetujui oleh) DPR, dengan demikian kedudukan KP secara hukum sangat kuat, boleh dikatakan hampir sekuat undang-undang.

4.

Dasar Hukum Kontrak Karya PT NNT dan Pemerintah Pada prinsipnya kontrak karya63 antara PT.NNT dengan Pemerintah lahir

karena adanya kebebasan dan kesepakatan para pihak. Kontrak Karya ini
Abrar Saleng., Hukum Pertambangan, UII Press, Yogyakarta, cetakan kedua., hal 146 Joko Susilo dan Adi Prathomo. Op.Cit, hal.28 62 Perlakuan khusus demikian merupakan jaminan kepastian hukum bagi investor, suatu hal yang teramat penting bagi usaha pertambangan yang selalu berisiko tinggi dan memerlukan waktu persiapan yang lama sebelum dapat berproduksi. Kepastian hukum penting, sebab boleh jadi ketiadaan jaminan seperti itu, merupakan sumber potensial dari berbagai macam pungutan, korupsi dan kolusi yang pada akhirnya akan mengakibatkan keengganan investor asing menanamkan modalnya disketor pertambanga. Lihat, Abrar Saleh, Kepastian Hukum dan Status Hukum Pemerintah Dalam Kontrak Karya Pertambangan. Buletin Mimbar Hukum, Universitas Hasanuddin Makasar, 63 Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggers, yaitu contract , sementara dalambahasa Belanda disebut dengan overeenkomst , yang diterjemahkan dengan istilah perjanjian. Pengertian perjanjian sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1313 KUHPerdata adalah suatu perbuatan dengan mana satu pihak atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Subekti menamakan perjanjian sebagai persetujuan atau dua kata tersebut adalah sejenis dan kata kontrak mempunyai arti lebih sempit, karena ditujukan kepada perjanjian atau persetujuan yang tertulis. Lihar R. Subekti, Hukum Perjanjian. Banyak pihak merasakan bahwa rumusan dalam KUH Perdata ini kurang lengkap,karena tidak menjelaskan adanya asas
61 60

30

tergolong sebagai perjanjian innomirat64 yaitu perjanjian yang pengaturannya tidak diatur dalam KUHPerdata. Perjanjian innomirat atau tidak bernama ini diatur dalam satu ketentuan di KUH Perdata, yaitu Pasal 1319 yang menyatakan: Semua perjanjian, baik yang mempunyai nama khusus maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu tunduk pada peraturan umum yang termuat dalam bab ini dan bab yang lain. Merujuk pada ketentuan di atas, maka para pihak yang mengadakan kontrak tidak bernama ini tunduk pada ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam KUH Perdata dan berbagai peraturan yang mengaturnya. Kontrak Karya adalah merupakan perjanjian khusus yang ketentuannya merujuk pada pasal 1338 KUHPerdata, yang dikenal dengan asas kebebasan berkontrak (pacta sunservanda) dimana para pihak yang sepakat untuk mengikatkan dirinya dalam perjanjian, maka perjanjian tersebut menjadi hukum dan mengikat bagi para pihak yang menyepakatinya (Kontrak Karya). Kontrak karya atau Contract of Work antara pemerintah RI dengan PT NNT yang telah ditandatangani kedua belah pihak pada tanggal 2 desember 1986, secara substantif bumi (pengusahaan pertambangan). Penyusunan dan dasar adanya kontrak karya ini mengacu pada UndangUndang Nomor 11 tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan dan Undang-Undang Nomor 11 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing.65 adalah dimaksudkan untuk melaksanakan usaha pertambangan di luar minyak gas dan

konsensualisme, yang menimbulkan akibat hukum. Karena itu Soedjono Dirdjosisworo berusaha memberi definisi yang sederhana tetapi cukup jelas sebagai berikut:Kontrak adalah suatu janji atau seperangkat janji-janji dan akibat pengingkaranatau pelanggaran atasnya hukum memberikan pemulihan atau menetapkankewajiban bagi yang ingkar janji disertai sanksi untuk pelaksanaannya. Lihat, Soedjono Dirdjosisworo, Kontrak Bisnis (Menurut Sisstem Civil Law, Common Law dan Praktek Dagang Internasional), Mandar Maju, Bandung, 2003, hlm 29 64 Menurut namanya, kontrak dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu yang bernama dan tidak bernama. Perjanjian bernama (benoemd) adalah perjanjian yang mempunyai nama sendiri, yaitu diatur dan diberi nama oleh pembentuk undang-undang atau merupakanperjanjian yang terdapat dan dikenal dalam KUH Perdata dan undang-undang lain.Perjanjian tidak bernama (onbenoemde overeenkomst ) merupakan perjanjian yang timbul,tumbuh, hidup dan berkembang dalam masyarakat. Termasuk dalam perjanjian tidak bernama ini antara lain adalah Kontrak Bagi Hasil,Kontrak Karya di bidang migas dan pertambangan non-migas 65 Dalam Kontrak Karya Huruf E halaman 2 dikatakan bahwa Pemerintah dan Perusahaan bersedia untuk bekerjasama dalam pengembangan sumberdaya mineral atas dasar undang-undang dan peraturan-peraturan Republik Indonesia, khususnya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 Tentang Undang-Undang Pokok Pertambangan dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 Tentang Penanaman Modal Asing, serta perundang-undangan dan peraturan-peraturan yang

31

Menteri Energi dan Sumber Daya Alam, pada tanggal 2 Desember Tahun 1986, Pemerintah RI melakukan kerjasama dengan PT.NNT untuk melakukan pengusahaan pertambangan. Kerjasama tersebut tertuang dalam Kontrak Karya (contract of work) antara Pemerintah RI dan PT Newmont Nusa Tenggara (PT.NNT).66. PT. Newmont Nusa Tenggara (PT.NNT) adalah sebuah perusahaan multinasional corporation (MNC)67. Perusahaan ini merupakan usaha bersama antara Nusa Tenggara Parthnership dan PT. Fukuafu Indah68. Nusa Tenggara Partnersip merupakan perusahaan gabungan antara Newmont Indonesia Limited dan Sumitomo Corporation69. Pendantangan kesepakatan antara Pemerintah dengan PT NNT ini berlangsung setelah PT.NNT mengajukan permohonan pengusahaan tambang di Indonesia berdasarkan Surat nomor 0434/03/M.DJP/86 tanggal 27 Oktober 1986. Dengan merujuk kepada surat-surat rekomendasi dari Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Nomor KS.02/2907/DPR-RI/86 tanggal 27 September 1986 dan Ketua Badan Penanaman Modal 211/A.1/1986 tanggal 8 September 1986 Presiden Seohaerto pada tanggal 6 Nopember 1986 menyampaikan Surat No.Bberkaitan dengan itu. Lihat Kontrak Karya Pemerintah RI dan PT NNT versi bahasa Indonesia, hal. 2 66 Kontrak Karya adalah perjanjian antara Pemerintah RI dengan perusahaan berbadan hukum Indonesia untuk melaksanakan usaha pertambangan bahan galian tidak termasuk minyak bumi, gas alam, panas bumi, radio aktif dan batubara. 67 Perusahaan bisnis multi nasional adalah perusahaan yang memiliki beberapa pabrik yang berdiri di negara yang berbeda-beda. Penyesuaian dengan budaya di tiap negara yang dimasuki adalah suatu keharusan untuk dapat bertahan dan sukses. Dengan mendirikan banyak unit produksi di negara lain diharapkan dapat menghemat biaya ongkos produksi dan distribusi produk hingga sampai ke tangan konsumen akhir. Perusahaan multinasional atau PMN biasanya sangat besar. Perusahaan seperti ini memiliki kantor-kantor, pabrik atau kantor cabang di banyak negara. Mereka biasanya memiliki sebuah kantor pusat di mana mereka mengkoordinasimanajemen global.Perusahaan multinasional yang sangat besar memiliki dana yang melewati dana banyak negara. Mereka dapat memiliki pengaruh kuat dalam politik global, karena pengaruh ekonomi mereka yang sangat besar bagai para politisi, dan juga sumber finansial yang sangat berkecukupan untuk relasi masyarakat dan melobi politik.Karena jangkauan internasional dan mobilitas PMN, wilayah dalam negara, dan negara sendiri, harus berkompetisi agar perusahaan ini dapat menempatkan fasilitas mereka (dengan begitu juga pajak pendapatan, lapangan kerja, dan aktivitas eknomi lainnya) di wilayah tersebut. Untuk dapat berkompetisi, negara-negara dan distrik politik regional seringkali menawarkan insentif kepada PMN, seperti potongan pajak, bantuan pemerintah atau infrastruktur yang lebih baik atau standar pekerja dan lingkungan yang memadai. PMN seringkali memanfaatkan subkontraktor untuk memproduksi barang tertentu yang mereka butuhkan.Perusahaan multinasional pertama muncul pada 1602yaitu Perusahaan Hindia Timur Belanda yang merupakan saingan berat dari Perusahaan Hindia Timur Britania. http://dharrlinkknounaamatic.blogspot.com/2011/12/pengertianperusahaan-multinasional-dan.html diakses pada tanggal 24 Juni 2012 68 Pada waktu didirikan saham perusahaan terdiri dari Newmont Indonesia Limited dan PT Pukuafu Indah. 69 Berdasrkan kontrak karya (KK) tahun 1986, saham PT.NNT terdiri dari 80% saham asing, Newmont dan Sumitomo (Newmont Venture Limited, NVL) dan 20% sisanya dikuasai swasta nasional (PT.Pukuafu Indah).

32

43/Pres/11/1986 kepada Menteri Pertambangan dan Energi perihal Persetujuan bagi 34 (tiga puluh empat) buah Naskah Kontrak Karya salah satunya adalah PT.NNT. Salah satu isi dari Surat Presiden tersebut menginstruksikan kepada Menteri Pertambangan dan Energi untuk bertindak untuk dan atas nama Pemerintah RI untuk menandatangi naskah Kontrak Karya tersebut dengan mengambil langkah-langkah yang diperlukan agar pelaksanaan kontrak termaksud berjalan sebaik-baiknya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Presiden juga mengharapkan agar Departemen Pertambangan dan Energi bersama BPKM mengikuti dan memberikan petunjuk-petunjuk yang diperlukan guna kelancaran usaha tersebut serta pengawasan atas pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

33

You might also like