You are on page 1of 11

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Islam adalah agama yang mengatur hidup dan kehidupan manusia. Salah satu ajarannya adalah memberi jaminan kepada mereka yang membutuhkan biaya atau nafkah dengan cara menyantuninya. Bukan hanya memberikan harta atau materi namun juga memberikan perhatian dan jaminan kehidupan. Memperhatikan kaum fakir, miskin dan anak yatim, Menolong masayarakat bawah sebagaimana dianjurkan dalam ayat al-Quran merupakan salah satu dasar dari dasar-dasar dibangunkan ekonomi islam. Mereka yang tidak mampu saharusnya dijamin oleh negara maupun masyarakat. Hal ini dimaksudkan untuk mencapai pemerataan kesejahteraan serta tegaknya keadilan. Sebagaimana Alloh berfirman dalam al-Quran Janganlah harta hanya beredar diantara orang yang kaya-kaya saja diantara kamu. Pemerataan dan keadilan yang dimaksud bukanlah rata dalam jumlah, namun rata dalam peredarannya. Untuk itu Islam mewajibkan menunaikan zakat dan shodaqoh, terlebih dengan mengutamakan keluarga atau kerabat yang kurang mampu. Tidak ada kemaslahan manusia kecuali dengan sebab islam. Tidak ada agama lain selain Islam yang mengatur penggunaan harta dengan detil. Namun, kewajiban menyantuni fakir, miskin dan yatim melalui fasilitas zakat dan shodaqoh belumnya berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini disebabkan kebodohan (kejahilan) dalam memahami agama islam. Begitu banyak kemiskinan dan kefakiran, serta anak yatim yang terdholimi di lingkungan di mana kita berada. Sungguh sedikit jumlah orang yang mengeluarkan zakat dibanding jumlah umat islam keseluruhan. B. Rumusan Masalah Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam proses penyusunan makalah ini adalah Peduli Terhadap Orang Lain (Menyantuni). Untuk memberikan kejelasan makna serta menghindari meluasnya pembahasan, maka dalam makalah ini masalahnya dibatasi pada : 1. Pengertian Peduli Terhadap Orang Lain (Menyantuni) 2. Peduli Sesama Umat Muslim (kasus) 3. Agama Sebagai Petunjuk Tata Sosial C. Tujuan Penulisan Pada dasarnya tujuan penulisan makalah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan umum dan khusus. Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata Pendidikan Agama Islam. Adapun tujuan khusus dari penyusunan makalah ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengertian menyantuni 2. Untuk mengetahui menyantuni menurut agama Islam 3. Untuk mengetahui bahwa agama adalah pedoman tata sosial manusia

BAB II LANDASAN TEORI


A. Pengertian Peduli Terhadap Orang Lain (Menyantuni) Menyantuni adalah sifat/sikap untuk memberi kepada orang lain. Islam merupakan agama yang peduli. Agama Rahmatan Lil Alamin ini mengajarkan kepada penganutnya untuk peka kepada keadaan sekitar. Rasulullah Saw menganjurkan kepada pecintanya agar senantiasa memperhatikan keadaan saudara di sekitarnya. Muslim sejati tidak akan menunggu saudaranya datang menghinakan diri di hadapannya untuk meminta keperluan kepadanya. Sebaliknya, ia secara pribadi yang tanggap akan keadaan sekitar. Ia memberik tanpa diminta. Dan jika diminta, ia kan memberi tanpa meruntuhkan harga diri. Memperhatikan penderitaan orang-orang di sekitar kita merupakan tindakan yang dianjurkan oleh Rasulullah Saw. Bahkan belia memberikan ancaman berat bagi siapa saja yang mengabaikan kondisi orang lain. Dalam hadis popular, beiau sering bersabda, Barangsiapa menjalani hari-harinya tanpa memperhatikan kondisi kaum muslimin, maka dia bukan seorang muslim. Keluar dari agama Islam merupakan ancaman berat bagi orang yang hidup hanya mementingkan diri sendiri dan mengabaikan orang lain. Dalam beberapa sabdanya, terhadap orang-orang yang egois, Rasulullah Saw memberikan ancaman dengan kalimat: Tidak beriman padaku. Rasulullah Saw bersabda, Tidak beriman padaku orang yang tidur dalam keadaan kenyang sementara tetangganya kelaparan. Tidak beriman padaku orang tidak menghormati yang lebih besar dan menyayangi yang lebih kecil. Sangat banyak hadis yang didahului dengan ancaman: tidak beriman padaku. Hal ini menegaskan betapa pentingnya hidup dengan peduli dan memikirkan orang lain. Nilai manusia terletak sejauh mana ia peduli kepada sesama. Semakin tinggi tingkat kepeduliannya, semakin besar pula nilai kemanusiaannya. Begitu pula sebaliknya. Semoga kita tergolong manusia yang menjalani hari-harinya dengan memikirkan penderitaan rakyat yang menderita. Dengan demikian, kita selamat dari ancaman sabda Nabi Saw yang didahului dengan kalimat: Tidak beriman padaku. B. Perintah Peduli Terhadap Orang Lain (Menyantuni) Dalam Al Quran dan Hadits Dalam Al-Quran Surat Al-Maauun [107]:1-3, Allah berfirman :

Artinya : Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Berdasarkan Hadist Nabi, siapa sih yang termasuk dalam golongan orang miskin?Imam an-Nawawi dalam Riyadhus Shalihin menulis yang artinya sebagai berikut: Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, Rasulullah saw. Bersabda, Orang miskin bukanlah orang yang ditolak karena meminta sebutir atau dua butir korma, bukan pula

ditolak karena meminta satu atau dua suap makanan. Tetapi, orang miskin adalah orang yang menjaga kehormatan diri dengan tidak meminta-minta.. Adapun amalannya bagi kita yang menyantuni orang miskin adalah sebagai berikut: Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi saw. Bersabda, Orang yang menyantuni kaum janda dan orang-orang miskin adalah setara dengan orang yang berjihad di jalan Allah. Aku mengira, Rasulullah saw. Juga bersabda, Dia juga seperti orang yang bertahajjud yang tidak merasa lelah dan seperti orang yang berpuasa yang tidak pernah berbuka. Uraian diatas semakin memperjelas komitmen islam atas kebersamaan yang di wujudkan dalam bentuk kepedulian dan kesetiakawanan sosial antara yang kaya dan yang miskin Kemudian jika di pahami isyarat-isyarat Al-Quran dan sunnah Rasul Nya, setidak nya ada 3 bentuk kepedulian yang dapat diaplikasikan terhadap mereka, yaitu; 1. Membantu mereka dalam memenuhi kebutuhan pokok yang bersifat materi, seperti kebutuhan terhadap makanan, pakaian, dan tempat tinggal secara wajar. Ini dapat di lakukan melalui pemberian zakat, sedekah, infak, hibah, dan lain-lain. Maksudnya, seseorag yang mengaku mukmin tetapi ia tidak mau mengajak orang lain supaya membantu memberi makan orang miskin di golongkan kepada pendusta agama. Dalam arti lain, belum sempurna kehidupan beragama seseorang jika belum mau membantu memberi makan saudaranya yang miskin. Semua manusia di lahirkan ke alam dunia ini dalam keadaan miskin dan tidak membawa harta walaupaun hanya sedikit. Kekuatan fisik dan semangat yang di beri Allah itulah yang membuat manusia itu berbeda tingkat ekonomi nya. Orang yang kuat dan memiliki semangat bekerja dan memperoleh rizki melebihi rizki yang di dapat kan oleh orang yang lemah fisik dan semangat nya. 2. Tidak membani orang miskin dengan berbagai kewajiban seperti yang di berlakukan kepada orang yang tidak mampu ,seperti beban pajak, retribusi, dana social yang termasuk pembayaran uang. Kebijakan seperti itu adalah cerminan sikap mental mukmin yang terpuji. Dalam hal ini Allah mengajarkan kepada setiap orang supaya menunda pembayaran utang orang miskin sampai ia memiliki kemampuan pembayar nya ,seperti di sebut pada ayat berikut Dan jika orang (orang-orang berhutang itu) dalam kesulitan maka berilah tangguhan sampaikan berkelapangan .Dan menyedekahkan ( sebagian atau semua utang )itu , lebih baik bagimu jika kamu mengetahui .(QS.2;280). Lebih terpuji lagi, bila seseorang yang mempiutangkan itu membebaskan nya dari beban utang atau mengurangi dari jumlah utang yang wajib di bayarnya. Jika hal

itu tidak mungkin, maka disini lah perlu di pertolongan terakhir dengan menunda pembayaran nya sampai ia mampu. Hal itu bukan semata bertujuan untuk mempermudah pembayaran utang, tatepi dengan cara itu di harapkan ia menyadari atas kelemahan dirinya sekaligus melahirkan motivasi merubah diri menjadi lebih baik dan tidak selalu membebani orang lain. 3. Membantu memberi semangat atau lapangan pekerjaan kepada merika yang miskin. Hal ini menjadi salah satu upaya melepaskan kesulitan yang mereka alami di dunia.

BAB III PEMBAHASAN


A. Peduli Terhadap Orang Lain Allah SWT. Mengutus Rasulullah SAW. Untuk mengembalikan hak-hak dan martabat manusia yang rusak. Rasulullah SAW. memulai dengan menata perilaku seluruh umatnya yang terjebak dalam kejahiliahan dan mengangkat derajat mereka sebagai manusia yang mulia. Orang-orang yang kuat selalu diarahkan untuk lemah lembut dan mengasihi orang yang lemah, membantu, serta melindungi mereka. Manusia dianggap sama keberadaannya di hadapan Allah SWT. dan yang membedakan hanyalah ketakwaan. Sebagai generasi muslim, kita hendaknya turut mengasah kepekaan terhadap orang yang lemah atau dhuafa dengan mengikuti sifat kasih sayang dan lemah lembut yang telah diteladankan oleh Rasulullah SAW. Di dalam sebuah Hadits, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya Allah taala hanya merahmati hamba-hambaNya yang pengasih. (HR. Bukhari) Bukankah perbuatan baik akan dibalas dengan kebaikan? Barang siapa yang mengasihi makhluk, maka ia akan dikasihi al-Kholiq (pencipta), Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Orang yang pengasih akan di kasihi Dzat yang Maha Pengasih, kasihilah yang di bumi, maka yang di langit akan mengasihimu. (HR. Tirmidzi) Balasan suatu perbuatan sesuai dengan perbuatan tersebut. Allah taala bermuamalah dengan hamba sesuai muamalah hamba terhadap sesamanya, maka bermuamalah-lah dengan hamba Allah taala dengan muamalah yang mana engkau mengharapkan Allah taala bermuamalah seperti itu terhadapmu. Allah taala berfirman: Dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni mereka maka sesungguhnya Allah taala Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. at-Taghobun: 14). firman Allah taala:Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada, apakah kamu tidak ingin jika Allah taala mengampunimu. (QS. an-Nuur: 22) Hendaklah engkau senantiasa meringankan beban orang lain supaya Allah taala meringankan bebanmu. Rasulullah shallallahu alaihi wa saallam bersabda: Barang siapa yang menolong kesusahan orang muslim, maka Allah taala akan menolongnya dari kesusahan pada hari kiamat. (HR. Bukhari). Beliau juga bersabda:Barang siapa yang menyelamatkan orang dari kesusahan, maka Allah taala akan menyelamatkannya dari kesusahan pada hari kiamat. (HR. Ahmad) Tolonglah orang yang membutuhkan pertolongan, maka kamu akan ditolong Allah taala. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Allah taala menolong seorang hamba selagi hamba tersebut menolong sesamanya. Beliau juga bersabda: Barang siapa menolong saudaranya yang membutuhkan maka Allah taala akan menolongnya. (HR. Muslim) Jadilah engkau orang yang mempermudah kesulitan orang lain. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallambersabda: Barang siapa yang mempermudah kesulitan orang lain, maka Allah taala akan mempermudah urusannya di dunia dan akhirat. (HR. Muslim). Beliau juga bersabda: Terdapat pada umat sebelum mu seorang pedagang yang sering memberi pinjaman kepada orang lain, jika dia melihat si peminjam dalam kesulitan dia berkata

kepada anak-anaknya: Maafkan dia (jangan ditagih hutangnya) mudah-mudahan Allah taala mengampuni kita, maka Allah taala pun mengampuninya. (HR. Bukhari) Berlemah-lembutlah terhadap hamba Allah taala maka kamu akan termasuk orang yang didoakan Nabishallallahu alaihi wa sallam: Ya Allah, barang siapa yang berlemah-lembut terhadap umatku maka berlemah-lembutlah terhadapnya, dan barang siapa yang mempersulit umatku maka persulitlah ia. (HR. Ahmad) Beliau juga bersabda: Sesungguhnya Allah taala adalah Dzat yang maha lemah lembut mencintai kelembutan dan memberi pada kelembutan suatu kebaikan yang tidak pernah diberikan pada kekerasan. (HR. Muslim) Beliau juga bersabda: Barang siapa yang tidak memiliki kelembutan maka ia kehilangan suatu kebaikan. (HR. Muslim) Tutupilah kejelekan (aib) orang lain maka Allah taala akan menutupi kejelekan (aib) mu. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Barang siapa yang menutupi kejelekan (aib) seorang muslim maka Allah taala akan menutupi kejelekan (aib) nya. (HR. Muslim) Beliau juga bersabda: Barang siapa yang menutupi aurat (aib) saudaranya (muslim) maka Allah taala akan menutupi aurat (aib) nya pada hari kiamat. (HR. Ibnu Majah) Pandanglah sedikit kesalahan saudaramu, maka Allah taala akan memandang sedikit pula kesalahan mu. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Barang siapa yang memandang sedikit kesalahan seorang muslim maka Allah taala akan memandang sedikit kesalahannya. (HR. Abu Dawud) Berilah makan faqir miskin, maka Allah taala akan memberimu makan pula. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Siapa saja di antara orang mukmin yang memberi makan mukmin yang lapar, maka Allah taala akan memberinya makan dari buahbuahan Surga. (HR. Tirmidzi) Berilah minum orang yang kehausan, maka Allah taala akan memberimu minum pula. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Siapa saja di antara orang mukmin yang memberi minum mukmin lainnya yang kehausan, maka Allah taala akan memberinya minum pada hari kiamat dari khamar murni yang dilak (tempatnya). (HR. Tirmidzi) Berilah pakaian kepada kaum muslimin maka Allah taala akan memberimu pakaian. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Siapa saja di antara orang mukmin yang memberi pakaian orang yang telanjang maka Allah taala akan memberinya pakaian hijau dari surga. (HR. Tirmidzi)

B. Menyantuni Kaum Dhuafa Kaum Dhuafa sendiri adalah disebut juga Orang yang kurang mampu(Orang Miskin/anak yatim piatu) yaitu, kaum yang kurang mampu dari segi ekonomi maupun dari segi fisik. Keimanan adalah motor penggerak manusia untuk mengendalikan semua gerak dan tingkah manusia dalam QS. Al-Anfal (8) : 2-4. Keimanan yang berintikan kalimat tauhid, bukanlah kata-kata dan janji-janji yang tanpa makna, tanpa adanya konsekwensi apapun. Akan tetapi, kalimat ini merupakan pintu masuk kedalam bangunan islam yang kemudian membedakan antara muslim dengan yang bukan muslim (gairu muslim). Imam yang sudah merasuk kedalam jiwa yang mendalam diwujudakan dalam semua aspek kehidupan seperti aspek sosial, sebab manusia disamping sebagai makhluk individu, juga merupakan makhluk sosial. Semua harta yang dimiliki oleh seseorang merupakan hasil kerja dengan orang lain, bukan bersih dari hasil usahanya sendirian. Oleh karena itu, islam mengajarkan agar peduli terhadap kaum lemah (dhuafa). Dengan demikian akan terbentuk masyarakat yang sejahtera. Zakat adalah mengeluarkan sebagian dari harta dengan cara dan syarat tertentu yang mencapai nisab kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Zakat hukumnya wajib dan termasuk rukun Islam. Zakat diwajibkan pada tahun kedua Hijriyah setelah diwajibkannya puasa dan zakat fitrah. Para Nabi tidak diwajibkan mengeluarkan zakat karena zakat ditujukan untuk membersihkan harta dan badan, sedangkan para nabi sudah dibersihkan Allah dari kotoran, harta nabi adalah titipan Allah dan mereka tidak memiliki, maka para nabi tidak boleh diwarisi. Masalah zakat dalam al-Qur'an diulas sebanyak 83 kali, ini menunjukkan pentingnya ibadah ini. Penerima zakat sesuai dengan ayat surah Taubah : 60 adalah sebagai berikut: 1. Fakir, yaitu mereka yang tidak mempunyai harta dan pekerjaan, untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya, 2. Miskin, yaitu mereka yang mempunyai harta dan pekerjaan, namun tidak mencukupi kebutuhan primer mereka, 3. Amil Zakat, mereka yang mengumpulkan dan mendistribusikan zakat, 4. Muallaf, mereka yang baru masuk Islam, 5. Hamba Sahaya yang diberi kesempatan oleh majikannya untuk membeli dirinya, 6. Mereka yang terjerat hutang, 7. Sabilillah, untuk mujahidin di jalan Allah, 8. Ibnu Sabil, mereka yang kehabisan bekal dalam perjalanan di jalan Allah, Zakat fitrah adalah zakat yang dikeluarkan menjelang di akhir bulan Ramadhan. Hukumnya wajib. Karena zakat fitrah termasuk zakat wajib, maka penerima zakat fitrah adalah salam dengan penerima zakat. Sedangkan sedekah adalah mengeluarkan harta, selain yang termasuk zakat, karena Allah dan karena menolong orang yang memerlukan pertolongan. Sedekah hukumnya sunnah. Orang-orang yang dianjurkan untuk diberi sedekah adalah: 1. 2. 3. 4. Kerabat Tetangga Fakir Miskin Orang-orang soleh

5. Sedekah boleh diberikan kepada orang berkecukupan dan orang fasiq demi untuk tujuan baik. Zakat tidak boleh diberikan kepada orang yang nafkahnya menjadi tanggungan pemberi zakat, seperti anak dan keturunanya, orang tua dan isteri, karena ini tidak bisa merealisasikan maksud pemberian zakat dalam arti sesungguhnya. Zakat diberikan kepada orang yang memerlukan, sedangkan mereka itu tidak termasuk orang yang memerlukan, karena masih ada yang memberinya nafkah, yaitu pemberi zakat. Namun para ulama berpendapat, boleh memberikan zakat kepada orang yang menjadi tanggungan tersebut, apabila ia termasuk golongan orang yang terjerat hutang atau anggota pasukan yang berjihad di jalan Allah. Artinya mereka menerima zakat atas nama kelompok ini, bukan atas nama fakir miskin. C. Kisah Tentang Menyantuni Sesama Muslim Sumber : BeritaPKS.com Jatuh Cinta Pada Palestina Published On Saturday, February 11, 2012 By admin. Under: Artikel.

Mungkin Anda akan bosan ketika saya membicarakan Palestina. Biarlah! Kali ini saya hanya akan menyampaikan sebuah fakta tentang Palestina yang pantang menyerah, Israel yang kurang ajar dan Indonesia yang memalukan. Maaf! Kalimat saya agak kasar. Jangan kemudian Anda tersinggung ketika saya berkata, Indonesia yang memalukan. Kalimat itu hanya fakta. Jika Anda menanyakan nasionalisme yang ada pada diri saya, maka silahkan lukai tubuh saya! Niscaya Anda akan mendapati: Merah darahku, Putih Tulangku. Dan merah putih adalah bendera kebangsaan, Aku Cinta Indonesia. Yang saya maksud dengan Indonesia yang memalukan adalah mereka yang memang tidak tahu diri atau mereka yang memang tidak mau tahu. Tanya saja kepada mereka yang berdasi, duduk di ruangan berpendingin dan busung perutnya lantaran memakan uang rakyat. Saya yakin, Anda pasti mengenalnya. Anda pasti sering mendengarkan kalimat ini, Ngapain repot membantu Palestina? Ngurus Indonesia saja tidak becus? Masih banyak pengangguran, kemiskinan merajalela dan aneka ketimpangan lainnya? Pernah, kan? Atau saya curiga, jangan-jangan Andalah salah satu orang yang sempat berpikiran sepicik itu atau barangkali pernah mengucapkannya? Jika

Ya, teruskan dengarkan presentasi ini, dan bertaubatlah dari apa yang Anda ucapkan. Jika tidak, lanjutkan saja mendengarkan, semoga ada ilmu yang bisa Anda dapatkan. Palestina adalah negeri suci. Ia adalah simbol Islam lantaran di dalamnya ada masjid Al Aqsha. Masjid yang menjadi saksi peristiwa Isra Miraj, masjid yang merupakan kiblat pertama umat Islam, dan masjid yang diberi pahala berlipat ganda manakala kita sholat di dalamnya dan masjid yang keberkahannya terekam jelas dalam Al Quran Surah Al Isra ayat Pertama. Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Lantas , bagaimana Palestina atas perlakuan Israel itu? Fasilitas fisik di negeri itu memang hancur lebur. Mulai rumah sakit, sekolah, hingga gedung pemerintahan dan tempat ibadah. Namun, itu semua tidak menjadikan mereka menyerah atau mengeluh. Yang ada adalah semangat jihad yang semakin meninggi. Mereka tidak pernah gentar untuk mati sebagai syuahda. Mereka rela menumpahkan darah untuk membela Negara, kehormatan dan agama mereka. bahkan, ibu-ibu Palestina dengan sukarela menyerahkan anaknya untuk dididik menjadi mujahid, pejuang kalimat Allah di bumi para nabi itu. Tidak berhenti sampai urusan perut Palestina an sich, kita dibuat terkagum-kagum saat mendapati sebuah fakta aneh terkait Palestina. Berdasarkan pengakuan seorang ustadz yang pernah ke Palestina, beliau menuturkan, Saya tidak sekalipun mendapati ada pengemis di sana. Sedangkan di negeri kita, di sana sini banyak pengemis. Mungkin anda akan menjawab enteng, Kalau ngemis di Palestina, siapa yang mau ngasih? Memalukan jika anda bedalih seperti itu. Ustadz yang lain pernah bertutur. Masih ingat kejadian gempa Wasior dan Merapi, Jogja meletus? Ketika itu, salah satu ustadz dari Sahabat Al Aqsha sedang berada di Damaskus. Beliau ditelpon oleh salah satu pemimpin Pergerakan di Palestina. Dari ujung suara, pemimpin pergerakan itu berkata, Ustadz, segera ke kantor saya. Ada hal penting yang ingin kami bicarakan. Sesampainya di kantor, sang ustadz diminta oleh sang pemimpin untuk menceritakan ihwal gempa dan merapi meletus yang tersiar kabarnya sampai ke Palestina itu. Setelah ustadz selesai bercerita, sang pemimpin menyodorkan uang tunai senilai 2000 dolar. Kata pemimpin itu, Terimalah ini, tanda cinta kami untuk saudara-saudara di Indonesia yang sedang diberi ujian cinta dari Allah. Seribu dolar untuk Wasior, Seribu dollar untuk Jogja. Sang ustadz tertunduk haru, air matanya digenangi butiran lembut yang bening. Beliau berucap, Jazakumullah ahsanal jaza ustadz, tapi apakah kami pantas menerima sumbangan dari antum? Sementara antum dan saudara-saudara di Palestina sedang mengalami krisis seperti ini? Dengan tidak menurangi senyum, sang pemimpin berkata lembut, Tak apa ustadz, jangan sungkan. Kami adalah saudara antum. Ketika kami susah, rakyat Indonesia membela kami dengan aksi dan kerja nyata. Sekarang kalian tengah diberi musibah, jadi kami memang terpanggil untuk memberi. Meski sedikit, setidaknya itulah bukti cinta kami. Bukankah sesama saudara mukmin seperti satu tubuh? Jawaban dari sang pemimpin itu membuat ustadz tidak bisa lagi menolak. Dan dibawalah 2000 dollar itu ke Indonesia. Palestina yang sedang dijajah itu, memberikan sumbangannya untuk Indonesia yang sudah merdeka. Dan dalam waktu berlainan, ketika ada sebagian kaum muslimin yang mencoba membantu Palestina, meski sedikit dan tak seberapa, ada saja orang Indonesia yang berkata santai, bahkan meremehkan, Ngapain repot ngurusin Palestina? Naudzubillah..

Selesaikah cerita keheroikan Palestina itu? Belum! Kita tentu masih ingat dengan krisis pangan yang terjadi di Somalia. Sebuah Negara muslim yang terletak di benua hitam, Afrika. Ada sebagian dari kita yang peduli, meski terbatas pada mengetahui informasi. Tanpa aksi nyata. Masih dari ustadz yang sama, kebetulan beliau adalah salah satu aktor Media Islam di negeri ini. Beliau mengisahkan tentang Palestina kembali. Ketika itu, Sang ustadz mendapatkan kabar dari Gaza. Ketika mendengar bahwa di Somalia tengah terjadi krisis, serta merta pergerakan Islam dan warga Palestina langsung menyiapkan bantuan. Mereka mengirimkan beberapa dokter dan bahan makanan serta aneka perhiasan yang mereka miliki. Bahkan, berita ini sempat menjadi headline berita di berbagai penjuru dunia, karena bantuan dari Palestina ke Somalia merupakan bantuan yang lebih dulu tiba dibanding bantuan dari Negera lain. Dan ketika itu, sama seperti ketika mereka membantu Jogja dan Wasior, Palestina tengah dihajar oleh Israel. Hebat bukan? Ketika nyawa mereka di ujung tanduk sekalipun, masih sempat mengumpulkan bantuan untuk sesama muslim. Ketika ditanya, jawaban mereka tak berubah, Bukankah sesama muslim itu seperti satu tubuh? Jika di Somalia mereka tengah kelaparan, maka kita berkewajiban untuk membantu, sesuai jangkaun tangan kita. Subhanallahi Wal hamdulillah. Dan hingga Presentasi ini dilakukan, Palestina yang kita cintai masih dijajah. Pertanyaannya : Masihkah kita mengingat mereka? Masihkah kita menyisihkan untuk mereka barang, beberapa rupiah dari kemelimpahan materi yang kita miliki? Paling tidak, masihkah kita mengingat mereka dalam doa-doa panjang kita? Atau, jangan-jangan, kita menjadi bagian dari orang (maaf) sok tahu yang berkata santai, Tak usahlah repot mengurusi Palestina. Urus saja masalah di negeri ini. Jika itu yang terjadi, nampaknya kita mesti memeriksa kadar keimanan kita. Jangan-jangan, iman kita sudah pergi bersama luruhnya empati kita terhadap sesama mukmin. Naudzubillah. Palestina, Sungguh! Kami cemburu padamu! Palestina, Doakan kami menjadi setegar dirimu. Palestina, Kami ada bersamamu. Youll Never Alone

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan Kita kaum muslim seharusnya saling tolong menolong. Kita hendaknya bersyukur / berTERIMAKASIH kepada Allah SWT, artinya : ketika kita menerima dari Allah SWT, jangan lupa untuk mengasih kepada sesama. B. Saran Kita harus meningkatkan keimanan kita, sehingga kita paham bahwa membantu kaum yag lemah itu sebuah kewajiban. Dengan demikian akan terjalin persaudaraan yang baik.

You might also like