You are on page 1of 8

BAB I PENDAHULUAN

Setelah mempelajari beberapa konsep dasar evaluasi pendidikan. evaluasi yang baik itu dapat dilakukan dalam beberapa tahap yakni pengukuran, penilaian dan evaluasi. Dalam makalah ini kita akan membahas masalah ciri-ciri tes yang baik, dan tes ini termasuk kedalam kategori pengukuran karena bersifat kuantitatif. Sebelum melakukan tes, kita seharusnya mengetahui terlebih dahulu ciri-ciri tes yang baik, karena sempurnanya suatu evaluasi pendidikan tidak lain juga karena di ukur dengan tes yang baik. Sebelum membahas mengenai ciri-ciri tes yang baik, kita harus terlebih dahulu mengetahui Pengertian tes, fungsi tes, dan terakhir baru membahas mengenai ciri-ciri tes yang baik. Dan semua ini kita paparkan dalam pembahasan makalah ini.

BAB II PEMBAHASAN CIRI-CIRI TES YANG BAIK

A. Pengertian Tes Istilah tes diambil dari kata testum suatu pengertian dalam bahasa Prancis kuno yang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Ada pula yang mengartikan sebagai sebuah piring yang dibuat dari tanah. Dalam perkembangannya, istilah tes diadopsi dalam psikologi dan pendidikan. Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran, yang didalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyatan atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk mengukur aspek perilaku peserta didik.1 Seorang ahli bernama James Ms. Cattel, pada tahun 1890 telah memperkenalkan pengertian tes ini kepada masyarakat melalui bukunya yang berjudul mental test and measurement. Selanjutnya di Amerika Serikat tes ini berkembang dengan cepat sehingga dalam tempo yang tidak begitu lama masyarakat mulai menggunakannya. Banyak ahli yang mulai mengembangkan tes ini untuk berbagai bidang, namun yang terkenal adalah sebuah tes intelegensi yang disusun oleh orang Prancis bernama Binet, yang kemudian di bantu penyempurnaannya oleh Simon, sehingga tes tersebut dikenal sebagai tes binet-simon (tahun 1904). Sebelum sampai kepada uraian yang lebih jauh, maka akan diterangkan dahulu arti dari beberapa istilah-istilah yang berhubungan dengan tes ini : Tes : (sebelum adanya ejaan uang disempurnakan dalam bahasa indonesia ditulis dengan tes), adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Untuk mengerjakan tes ini tergantung dari petunjuk yang diberikan misalnya : melingkari salah satu huruf didepan pilihan jawaban, menerangkan, mencoret jawaban yang salah, melakukan tugas atau suruhan, menjawab secara lisan dan sebagainya. Testing. Testing merupakan saat pada waktu tes itu dilaksanakan. Dapat juga dikatakan testing adalah saat pengambilan tes.
1

Zaenal arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2009), cet 1, h.117-11.8

Testee : (dalam istilah indonesia tercoba), adalah responden yang sedang mengerjakan. Orang-orang inilah yang akan dinilai atau diukur, baik mengenai kemampuan, minat, bakat, pencapaian dan sebagainya.

Tester : (dalam istilah indonesia : percoba), adalah orang yang diserahi untuk melaksanakan pengambilan tes terhadap para responden. Dengan lain perkataan, tester adalah subyek evaluasi (tetapi adakalanya hanya orang yang ditunjuk oleh subyek evaluasi untuk melaksanakan tugasnya). Tugas tester antara lain : a. b. c. d. e. f. Mempersiapakan ruangan dan perlengkapan yang diperlukan . Membagikan lembaran tes dan alat-alat lain untuk mengerjakan. Menerangkan cara mengerajakan tes Memberikan tanda-tanda waktu. Mengumpulkan pekerjaan responden Mengisi berita acara atau laporan yang diperlukan (jika ada).

B. Fungsi Tes Secara umum, ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes, yaitu: 1) Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. 2) Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan dapat diketahui seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat dicapai.

C. Ciri-ciri tes yang baik Sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi

persyaratan tes, yaitu memiliki: (1) Validitas, (2) Reliabilitas, (3) Obyektivitas, (4) Peraktikabilitas, dan (6) Ekonomis2.

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara, 1996). cet ke-12

Keterangan dari masing-masing ciri akan diberikan dengan lebih terperinci sebagai berikut : 1. Validitas Sebelum mulai dengan penjelasan perlu kiranya dipahami terlebih dahulu perbedaan arti istilah validitas dengan valid. validitas merupakan sebuah kata benda, sedangkan valid merupakan kata sifat. Dari pengalaman sehari-hari tidak sedikit mahasiswa atau guru mengatakan : tes ini baik karena sudah validitas. Jelas kalimat tersebut tidak tepat yang benar adalah : tes ini sudah baik karena sudah Valid atau tes ini baik karena memilki validitas yang tinggi. Untuk menetapkan apakah sebuah tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai tes yang telah memiliki validitas atau daya ketepatan mengukur ataukah belum, dapat dilakukan penganalisaan secara rasional atau secara logika (logical analysis) dan dapat pula dilakukan penganalisaan secara empiric (empiric analysis)3. Ada dua unsur penting dalam validitas ini. Pertama, validitas menunjukan suatu derajat, ada yang sempurna, ada yang sedang dan ada pula yang rendah. Kedua, validitas selalu dihubungkan dengan suatu putusan atau tujuan yang spesifik. Sementara itu, Gronlund mengemukakan ada tiga faktor yang memengaruhi validitas hasil tes, yaitu faktor instrument evaluasi, faktor administrasi evaluasi dan penskoran, dan faktor dari jawaban peserta didik. a. Faktor instrument evaluasi Seorang evaluator harus memperhatikan hal-hal yang memengaruhi validitas instrument dan berkaitan dengan prosedur penyusunan instrument, seperti silabus, kisi-kisi soal, petunjuk mengerjakan soal dan pengisian lembar jawaban, kunci jawaban, penggunaan kalimat efektif, bentuk alternative jawaban, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan sebagainya. b. Faktor administrasi evaluasi dan penskoran Dalam administrasi evaluasi dan penskoran banyak sekali terjadi penyimpangan atau kekeliruan, seperti alokasi waktu untuk pengerjaan soal yang tidak proposional, memberikan bantuan kepada peserta didik dengan berbagai cara, peserta didik saling menyontek ketika ujian, kesalahan penskoran, termasuk kondisi fisik dan psikis peserta didik yang kurang menguntungkan.

Ana Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT Raja Grafindo, 2009). h. 93-97.

c.

Faktor jawaban peserta didik Dalam praktiknya, fackor jawaban peserta didik justru lebih banyak berpengaruh

daripada dua factor sebelumnya. Factor ini meliputi kecendrungan peserta didik untuk menjawab secara tepat, tetapi tidak tepat, keinginan melakukan coba-coba, dan penggunaan gaya bahasa tertentu dalam menjawab bentuk uraian. 4

Sebuah tes disebut valid apabila tes itu dapat mengukur apa yang hendak di ukur. Istilah valid, sangat sukar dicari gantinya. Ada istilah baru yang mulai diperkenalkan, yaitu sahih. Sehingga validitas diganti menjadi kesahihan. Walaupun istilah tepat belum dapat mencakup semua ati yang tersirat dalam kata valid, dan kata tepat kadang-kadang digunakan dalam konteks yang lain, akan tetapi tambahan kata tepat dalam menerangkan kata valid dapat memperjelas apa yang dimaksud. Contoh : Untuk mengukur besarnya partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar, bukan diukur melalui nilai yang diperoleh pada waktu ulangan, tetapi dilihat melalui: kehadiran

Terpusatnya perhatian pada pelajaran Ketepatan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru dalam arti relevan pada permasalahannya. Nilai yang diperoleh pada waktu ulangan, bukan menggambarkan partisipasi, tetapi menggambarkan prestasi belajar. Ada beberapa macam validitas, yaitu validitas logis (logicak validity), validitas ramalan (predictive validity), dan validitas kesejajaran (concurrent validity).

2.

Realibilitas Kata realibilitas dalam bahasa Indonesia diambil dari kata reliability dalam bahasa

inggris, berasal dari kata reliable yang artinya dapat dipercaya. Seperti halnya istilah validitas dan valid dikacaukan dengan istilah reilabel merupakan kata sifat atau kata keadaan.

Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2009), cet 1, h. 247-

248.

Contoh :
Pengetesan Pertama 6 5,5 8 5 6 7 Pengetesan Kedua 7 6,6 9 6 7 8

Nama Siswa / Waktu Tes Amin Badu Cahyani Didit Elvi Parida

Demikan pula halnya sebuah tes. Tes tersebut dikatakan dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali. Sebuah tes dikatakan raliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukan ketetapan. Dengan kata lain, jika kepada para siswa diberikan tes yang sama pada waktu yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada dalam urutan (ranking) yang sama dalam kelompoknya. Walaupun tampaknya hasil tes pada pengetesan kedua lebih baiik, akan tetapi karena kenaikannnya dalami oleh semua siswa, maka tes yang digunakan dapat dikatakan memiliki reablitas yang tinggi yang digunakan dapat dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi . kenaikan hasil tes kedua barangkali disebabkan oleh adanya pengalaman yang diperoleh pada waktu mengerjakan tes pertama. Dalam keadaan seperti ini dikatakan bahwa karena siswa atau practice-effect, yaitu adanya akbat yang dibawa karena siswa telah mengalami suatu kegiatan. Penjelasan tentang reliilitas secara lebih terperinci, dapat dibaca di bab lain. Jika dihubungkan dengan validitas maka : Validitas adalah ketepatan Reliabilitas dalah ketetapan. Seorang dikatakan dapat dipercaya jika orang tersebut selalu diberi ajeg, tidak berubah-ubah pembicaraannya dari waktu ke waktu. Demikian pula halnya sebuah tes. Tes tersebut dikatakan dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkalikali. Sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan. Dengan perkataan lain, jika kepada para siswa diberikan tes yang sama pada waktu yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada dalam urutan (ranking) yang sama dalam kelompoknya. Kerlinger mengemukakan, reliabilitas dapat diukur dari tiga criteria, yaitu, stability, dependability, dan predictability. Stability menunjukan keajegan suatu tes dalam mengukur gejala yang sama pada waktu yang berbeda. Dependability menunjukan kemantapan suatu tes
6

atau seberapa jauh tes dapat diadalkan. Predictability menunjukan kemampuan tes untuk meramalkan hasil pada pengukuran gejala selanjutnya. Untuk meningkatkan realibilitas suatu tes, antara lain dapat dilakukan dengan memperbanyak butir soal. 5 3. Obyektivitas Dalam pengertian sehari-hari telah dengan cepat diketahui bahawa obyektif berarti tidak adanya unsur pribadi yang mempengaruhi. Lawan dari obyektif adalah subyektif, artinya terdapat unsur pribadi yang masuk memperngaruhi. Sebuah tes memiliki obyektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor subyektif yang mempengaruhi. Hal ini terutama terjadi pada sistem skoringnya. Tes hasil belajar dapat dikatakan sebagai tes hasil belajar yang obyektif apabila tes tersebut disusun dan dilaksanakan : menurut apa adanya . Ditinjau dari segi isi atau materi tesnya, maka istilah : apa adanya itu mengandung pengertian bahwa materi tes tersebut adalah diambilkan atau bersumber dari materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan sesuai atau sejalan dengan tujuan instruksional khusu yang telah ditentukan. Bahan pelajaran yang telah diberikan atau diperintahkan untuk dipelajari oleh peserta didik itulah yang dijadikan acuan dalam pembuatan atau penyusunan tes hasil belajar tersebut.6 4. Praktikabilitas (practicability) Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut itu bersifat praktis, mudah pengadministrasiannya. Tes yang praktis adalah tes yang : 1. Mudah dilaksanakan, misalnya tidak menurut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan dahulu bagian yang di anggap mudah oleh siswa. 2. Mudah pemeriksaannya, artinya bahwa tes itu dilengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya. Untuk soal bentuk obyektif, pemeriksaan akan lebih mudah dilakukan jika dikerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban. 3. Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga dapat diberikan/diawali oleh orang lain. 5. Ekonomis Yang dimaksud dengan ekonomis disini ialah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang banyak dan waktu yang lama.7

Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung : PT. Remaja Rosda karya, 2009), cet 1, h.258 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada), h.93-97 7 Suharsimi arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan,( Jakarta:bumi aksara, 1996), cet ke-12, h. 63
6

KESIMPULAN

1.

Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran, yang didalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyatan atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk mengukur aspek perilaku peserta didik. Lanjutkan di buku evaluasi pembelajaran dr zaenal arifin.

2.

Fungsi Tes Secara umum, ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes, yaitu: a. b. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan dapat diketahui seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat dicapai.

3.

Ciri-ciri tes yang baik Sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi

persyaratan tes, yaitu memiliki: Validitas Reliabilitas Obyektivitas Peraktikabilitas Ekonomis

You might also like