Professional Documents
Culture Documents
Di jaman sekarang, kehidupan manusia sudah sangat sulit dipisahkan dengan unsur logam di dalamnya. Dimulai dari bahan baku pembuatan peralatan sehari-hari hingga proses pembuatan makanan. Bahkan saat tanaman sebagai sumber makanan tumbuh pada satu lahan, tidak terlepas dari unsur logam di dalam siklus pertumbuhannya. Unsur Logam dalam Alam dan Pertanian Secara natural, unsur logam tersedia di alam. Baik awalnya merupakan senyawa dalam bebatuan di kerak bumi, hingga proses evolusi dan erosi yang lama, unsur tersebut muncul di permukaan dan berinteraksi dengan makhluk hidup termasuk manusia. Banyak manfaat dari kehadiran unsur logam ini, baik dalam proses metabolisme makhluk hidup termasuk manusia, hingga proses industri untuk barang-barang keperluan sehari-hari. Manfaat tersebut akan dapat dinikmati pada ambang batas yang aman bagi kesehatan. Unsur logam yang ada akan diuraikan kembali dengan proses alami menjadi senyawa yang tidak berbahaya bahkan berguna dalam proses berikutnya. Tetapi jika sebuah kebutuhan sudah mulai diadakan lebih intensif, adanya usaha pemupukan dan pemberian pestisida yang berlebihan dalam pemenuhan target kebutuhan sumber makanan, akan mengakibatkan pergeseran kandungan unsur logam pada alam. Pergeseran ini yang akan mengakibatkan suatu area akan terakumulasi unsur logam yang makin lama melampaui tingkat keseimbangannya sehingga akan bersifat toksik dan merugikan makhluk hidup yang ada di dalam area tersebut. Selain itu, meningkatnya aktivitas industri di dalam negeri, juga menyumbang penyebab terjadinya dampak negatif pada makhluk hidup dan lingkungannya. Sebenarnya, dari 109 unsur kimia yang kita kenal, terdapat 80 unsur yang tergolong sebagai unsur logam (Wahyu Widowati, dkk., 2008). Dan dari unsur logam berat tersebut, dibagi menjadi dua, yaitu logam berat essensial (Zn, Cu, Fe, Co, Mn dan yang lainnya) yang dalam jumlah tertentu diperlukan mikroorganisme dan logam berat tidak essensial (Hg, Cb, Pb, Cr dan lainnya), yang manfaatnya belum dikaji lebih lanjut atau bahkan mempunyai sifat racun (toksik). Unsur logam essensial akan berguna bagi makhluk hidup dalam jumlah tertentu. Salah satu contohnya adalah unsur Kobalt (Co) yang merupakan bagian dari Vitamin B12 (cyanokobalamin) yang satu sisi dapat mencegah gejala anemia, tetapi jika melebihi ambang batas yang diperlukan, akan mengakibatkan anemia akut. Begitu pula dengan unsur essensial lainnya yang mempunyai manfaat yang spesifik. Pencemaran akan terjadi jika keberadaannya telah terakumulasi dalam jumlah yang banyak dan jangka waktu yang cukup lama. Pada taman yang berada didekat dengan tempat tinggal, pencemaran dapat terjadi melalui udara, tanah, maupun air. Faktor penyebabnya dapat melalui udara (asap kendaraan bermotor atau asap pabrik), aliran air yang tercemar, atau lokasi yang berdekatan dengan lokasi tertentu yang menjadi sumber logam, seperti bekas area penambangan maupun pabrik industri. Gejala toksik akan dirasakan saat unsur logam bersentuhan langsung dengan kulit atau luka hingga pada air minum dan bahan makanan yang kita makan. Gejala dapat terlihat langsung, seperti mual, muntah dan diare hingga penyakit yang cukup berat seperti kanker, tumor hingga kematian. Untuk memastikan jenis logam apa saja yang meracuni tubuh, dapat dilakukan pemeriksaan khusus pada laboratorium, baik dari jaringan kulit, kuku, rambut, darah, hingga air seni.
Arsen (Ar)
Kadnium (Cd)
Kronium (Cr)
Timbal (Pb)
Merkuri (Hg)
Nikel (Ni)
Kobalt (Co)
Tembaga (Cu)
Besi (Fe)
Mangan (Mn)
Molibdenum (Mo)
Selenium (Se)
Seng (Zn)
Pencegah karat besi, sampah sisa baterai, bahan kuningan dan logam, pelapis cat, bahan pengawet kayu, dan bahan lainnya.
Sumber: Widowati, Wahyu., Astiana Sastiono, Raymond Jusuf. 2008. Efek Toksik Logam. Penerbit Andi Yogyakarta., 15-327.
Ambang batas aman merupakan satuan maksimum bagi sebuah unsur logam pada suatu tempat baik diukur pada udara, tanah, air, hingga ketersediaannya pada jaringan makhluk hidup yang ada di area tersebut. Sumber informasinya akan beragam dan bervariasi sesuai dengan lembaga yang dipilih (BAPEDAL, The Environmental Protection Agency (EPA); World Health Organization (WHO) atau lainnya) dan sesuai dengan lokasi keberadaannya. Hal ini akan terkait dari kondisi kualitas lingkungan dan musim yang ada.
Peran Tanaman dalam Fitoremederasi Peranan tanaman dalam membantu masalah pencemaran sudah tidak asing lagi. Dimulai dari penyerap polusi, juga sebagai penghasil oksigen, penyerap karbondioksida, hingga pemberi zat organik pada tanah yang berguna bagi pertumbuhan tanaman. Dalam pengembangan taman perkotaan atau urban, penggunaan lebih banyak jenis tanaman Rehabilitasi Taman Hutan juga sangat bermanfaat untuk menyerap polusi udara. Jenis tanaman yang dimaksud adalah Felicium (Filicium decipiens), Mahoni (Swietenia mahagoni), Kenari (Cabarium commune), Salam (Syzygium polyanthum), Anting-anting (Elaeocarpus grandiforus), Puring (Codiaeum variegatum), Nusa Indah (Mussaenda sp.), Soka (Ixora japonica), Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), Pohon Angsana (Pterocarpus indicus), Waru (Hibiscus thiliensis), dan Asam Londo. Jenis-jenis tanaman tersebut mampu mengakumulasi logam berat seperti Tembaga/Cu, Seng/Zn, Kadnium/Cd, Timbal/Pb, dan Mangan/Mn. Di dalam ilmu teknik lingkungan telah lama dikenal istilah Fitoremederasi (Phytoremediation) yang bermakna kemampuan tanaman sebagai pembersih area dari zat penyebab pencemaran. Teknik cukup terkenal karena selain murah biayanya, akan lebih atraktif dan efisien. Dengan menggunakan kemampuan natural tanaman untuk menyerap zat berbahaya ke dalam jaringan tumbuhnya (Hemen Sarma, 2010). Ada sekitar 400 jenis tanaman yang telah diketahui mempunyai kemampuan alami tersebut. Contohnya saja tanaman Mustard/Sejenis Sawi (Brassica juncea dan Brassica carinata) yang efektif untuk menyerap logam Kronium (Cr) dan Timah (Ni). Berikut jenis tanaman yang cukup popular dalam proses Fitoremederasi.
Contoh Beberapa Tanaman dan Logam yang Diserap
Nama Ilmiah Tanaman Alyssum wulfenianum Azolla pinnata, lemna minor Brassica juncea Arabiadopsis hallerii Pteris vittata Psychortria douarrei Pelargonium sp. Thlaspi caerulescens Arabidopsis halleri Amanita muscaria Arabis gemmifera Pistia stratiotes Piptathertan miliacetall Spartina plants Astragulus bisulcatus, Brassica Juncea Sedum alfredii H. annuus H. indicus Sesbania drummondi Lemna gibba Pteris vittata Sedum alfredii Thlaspi caerulescens Chengiopanax sciadohylloides Tamarix smyrnesis P. griffithii Unsur Logam Ni Cu, Cr Cu, Ni Cd Cu, Ni, Zn Ni Cd Zn, Cd, Ni Cd Hg Cd, Zn Ag, Cd, Cr, Cu, Hg, Ni, Pb, Zn Pb Hg Se Cd Pb Pb Pb As As Pb/Zn Zn, Pb, Zn, Cd Mn Cd Cd, Zn
Brassica napus Arabidopsis thaliana Crotalaria juncea Cynodon dactylon Rorippa globosa
Sumber: Sarma, H., 2011. Metal Hyperaccumulation in Plants: A Review Focusing on Phytoremediation Technology. J. Environ. Sci. Technol., 4: 118-138. http://scialert.net/abstract/?doi=jest.2011.118.138
Dalam berbagai penelitian di dalam negeri, ada beberapa tanaman tropis yang cukup baik dalam kemampuan fitoremederasi. Seperti Pohon Api-api (Avicennia marina) yang mempunyai kemampuan mengakumulasi logam berat yang tinggi. Selain itu disusul Pohon Bakau (Rhizophora mucronata) yang sangat efektif untuk mengakumulai logam Tembaga (Cu), Mangan (Mn), dan Seng (Zn). Penggunaan beberapa jenis tanaman ini telah cukup banyak diterapkan. Baik sebagai alat pereduksi pencemaran air, tanah, maupun udara. Tekniknya pun bermacam-macam, dapat sebagai hutan lindung, penggunaan teknik filtrasi air limbah, hingga sekelas taman rumah tinggal pun, dapat disiasati dengan penataan yang memberikan nilai tambah bagi pemilik rumah. Dapat sebagai tanaman pagar untuk jenis tanaman Kembang Sepatu, atau sebagai barrier dengan menggunakan taman vertikal untuk menyerap dan menahan polusi udara dari jalan umum. Wasdapa, Jeli, dan Cermat Dalam Berkebun Walau ukuran taman yang ada berukuran kecil, tingkat kewaspadaan tetaplah dijaga. Karena efek yang dirasakan merupakan akumulasi dari jangka yang cukup lama. Untuk itu diperlukan informasi yang akurat, seperti sejarah tanah yang dimiliki dan kondisi serta kualitas lingkungan disekitarnya. Akan menjadi bahan pertimbangan apakah tanah tersebut berdekatan atau bekas tambang, apakah lokasinya berdekatan dengan pabrik yang sedang aktif, hingga laporan laboratorium terhadap kadar logam pada air yang digunakan sehari-hari. Bagi pengguna air tanah untuk minum dan memasak, perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium agar mengetahui secara pasti apakah aman untuk di konsumsi sehari-hari. Sikap jeli juga diperlukan bagi pemilik taman untuk melihat gejala awal dari keberadaan logam dan jumlahnya hingga gejala awal dari racun yang telah masuk ke dalam tubuh. Selain menjaga agar tetap bersih dan sehat, untuk ketahanan tubuh, dapat pula direncanakan satu waktu untuk melakukan detokfikasi pada tubuh secara rutin. Mulai memilih apa saja yang digunakan atau dikonsumsi merupakan langkah bijaksana bagi kesehatan. Ada baiknya untuk mulai mengkombinakan bahan makanan organik pada menu sehari-hari. Sikap cermat dalam berkebun juga dilakukan untuk menekan timbulnya pencemaran, contohnya saja dengan melakukan pemupukan dan penggunaan pestisida secara efektif dan efisien. Selain itu penggunaan bahan organik untuk kedua kegiatan tersebut sangat disarankan untuk dilakukan. Memilih untuk menggunakan peralatan berkebun dan furniture taman dengan bahan yang aman serta alami juga merupakan contoh kegiatan cermat lainnya. Banyak hal yang alam telah berikan kepada kehidupan manusia. Oleh karena itu, mari lestarikan lingkungan di sekitar kita. (Mona Sintia) Sumber:
Thomas H. Russ. Site Planning and Design Handbook. 2002. McGraw-Hill Companies. USA. 433(363). Sarma, H., 2011. Metal Hyperaccumulation in Plants: A Review Focusing on Phytoremediation Technology. J. Environ. Sci. Technol., 4: 118-138. http://scialert.net/abstract/?doi=jest.2011.118.138 Widowati, Wahyu., Astiana Sastiono, Raymond Jusuf. 2008. Efek Toksik Logam. Penerbit Andi Yogyakarta., 15-327.