You are on page 1of 6

Asepsis dan Antisepsis

Pembimbing: dr. Sumidi, Sp.B

Disusun oleh: Marcella (07120070030) Hanna Honoris (07120070056)

Kepaniteraan Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan RS Bhayangkara Tingkat I Raden Said Sukanto

Asepsis
Definisi Asepsis adalah keadaan bebas hama atau bakteri. Tujuan Untuk mengurangi resiko kontak dengan mikroorganisme patogen dan menciptakan lingkungan kerja yang aman, baik untuk pasien maupun untuk orang-orang yang bekerja dalam bidang kedokteran. Fungsi Mencegah masuknya mikrorganisme Tindakan Teknik Asepsis terdiri dari 3 dasar yaitu: Mencegah masuknya mikroorganisme patogen dari luar masuk ke dalam tubuh Mencegah penyebaran mikroorganisme Upaya interupsi proses kontaminasi

Ruang lingkup asepsis Asepsis terdiri dari asepsis medis dan asepsis bedah. Asepsis medis dimaksudkan untuk mencegah penyebaran mikroorganisme. Contoh tindakan: mencuci tangan, mengganti linen, menggunakan cangkir untuk obat. Obyek dinyatakan terkontaminasi jika mengandung atau diduga mengandung patogen. Asepsis bedah, disebut juga tehnik steril, merupakan prosedur untuk membunuh mikroorganisme. Sterilisasi membunuh semua mikroorganisme dan spora, tehnik ini digunakan untuk tindakan invasif. Obyek terkontaminasi jika tersentuh oleh benda tidak steril. Prinsip-prinsip asepsis bedah adalah sebagai berikut: Segala alat yang digunakan harus steril. Alat yang steril akan tidak steril jika tersentuh Alat yang steril harus ada pada area steril Alat yang steril akan tidak steril jika terpapar udara dalam waktu lama

Alat yang steril dapat terkontaminasi oleh alat yang tidak steril Kulit tidak dapat disterilkan.

Sterilisasi adalah sebuah proses yang ditujukan untuk membunuh semua mikroorganisme, termasuk spora dan merupakan tingkat tertinggi dari seluruh proses pemusnahan mikoroorganisme Tujuan Untuk membuat suatu obyek menjadi steril Prinsip Sterilisasi Terdapat 3 prinsip: 1. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misal nya larutan enzim dan antibiotik. 2. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran. Pemanasan

a. Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung, contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dll. b. Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll. c. Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih tepat menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi. d. Uap air panas bertekanan : menggunalkan autoklaf Penyinaran dengan UV Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV 3. Sterilisasi secara kimiawi biasanya menggunakan antiseptik antara lain alkohol Tindakan Tahapan-tahapan yang perlu dilakukan adalah:

1. Presoaking, membersihkan instrumen dari material yang menempel. Jika material tidak dapat langsung dibersihkan, letakkan instrumen pada cairan disinfektan atau deterjen namun tidak boleh terlalu lama agar tidak terjadi korosi 2. Cleaning, membersihkan instrumen dari sisa debris dan cairan tubuh pasien, dilakukan dengan 2 cara yaitu hand scrubbing dan ultrasonic cleansing. Hand scrubbing pada dasarnya kontras terhadap salah satu prinsip kontrol infeksi, yaitu tidak boleh berkontak langsung dengan permukaan yang terkontaminasi sebisa mungkin. Handsrubbing dapat menimbulkan percikan air dan semburan udara yang dapat menimbulkan infeksi, dan dapat merusak instrumen. Hal tersebut dapat dihindari dengan menyikat instrumen di dalam air, kemudian dibilas dengan air mengalir. 3. Corrosion control and lubrication, instrumen yang disterilkan dengan dry heat, zat kimia dan gas ethylene oxide harus dibungkus terlebih dahulu. Keadaan instrumen yang kering dapat mengurangi kemungkinan korosi dan rusaknya pembungkus instrumen. 4. Packaging, dilakukan terutama agar instrumen tetap terlindungi pasca-sterilisasi 5. Sterilization 6. Sterilization monitoring, dapat dilakukan dengan indikator kimia (perubahan warna) dan indikator biologis (tes spora). Indikator kimia hanya mengetahui bahwa benda telah terekspos panas, uap maupun zat kimia, tetapi tidak dapat menganalisa adanya pemusnahan bakteri dan spora. Metode Metode sterilisasi Pemanasan: 1. Pemanasan Basah Mensterikan peralatan dengan cara merebus didalam air sampai mendidih (1000C) dan ditunggu antara 15 sampai 20 menit. Digunakan untuk mensterilkan: instumen operasi terutama dari logam tahan karat, kateter karet atau logam, alat-alay dari plastik atau kaca tahan panas, kain kasa dan tuffer yang akan digunakan. 2. Pemanasan kering Mensterikan peralatan dengan oven dengan uap panas tinggi, digunakan oven, dengan temperatur 170oC (160-180oC) dalam waktu 1-2 jam. Digunakan untuk mensterilkan

alat bedah (pisau atau gunting dibungkus agar tidak tumpul), kaca tahan panas (pyrex), kasa, doek, laken, dan jas operasi. 3. Flamber Dengan membakar dengan spiritus atau alkohol 96%. Bahan bakar harus cukup untuk memberi nyala minimum selama 5 menit. Cara ini mudah dikerjakan sehingga cocok untuk keadaan darurat. Digunakan untuk tempat peralatan yang telah disterilkan, kom atau bekken, dan alat-alat operasi, bila akan digunakan mendesak. 4. Autoklaf Mensterikan peralatan dengan uap panas didalam autoclave dengan suhu 120oC dan tekanan 750 mmHg selama 10-15 meni. Digunakan untuk kain kasa, doek, dan jas operasi. Kimiawi: Mensterikan peralatan dengan menggunakan bahan kimia seperti alkohol, sublimat, uap formalin, khususnya untuk peralatan yang cepat rusak bila kena panas. Misalnya sarung tangan, kateter, dan lain-lain. Penyimpanan dari alat-alat yang steril. Setelah sterilisasi, instrumen harus tetap steril hingga saat dipakai. 1. Gas ethylene oxide (EO) merupakan salah satu metode sterilisasi terhadap benda yang mudah terpengaruh panas dan kelembaban. EO mempunyai sifat toksik, mudah terbakar, dan bisa meledak, sehingga harus digunakan dengan hati-hati. Benda yang telah disterilkan dengan EO harus diangin-anginkan 2. Tablet Formalin. Dengan memanfaatkan uap tablet formalin. Tablet formalin dibungkus dengan kain kasa, alat, dan tablet formalin yang telah dibungkus kasa dimasukkan ke dalam wadah/tempat yang tertutup rapat minimum selama 24 jam. Digunakan untuk mensterilkan sarung tangan operasi, kateter balon, dan kasa. 3. Larutan Antiseptik. Dilakukan dengan cara membilas atau merendam alat. Digunakan untuk instrumen bedah, alat-alat tajam, dan kateter. Radiasi Radiasi, dapat dilakukan dengan sinar infra merah, diberikan terhadap materi yang tidak dapat disterilkan dengan panas atau zat kimia. Energi radiasi ini dapat membunuh mikroorganisme. Digunakan untuk mensterilkan tabung suntik plastik, sarung tangan, kateter foley, infus set, selang sonde, dan kamar operasi.

Antiseptik adalah zat-zat yang dapat membunuh atau menhambta pertumbuhan kuman. Penggunaan: 1. Membebaskan kulit dari bakteri sebelum operasi untuk mencegah infeksi 2. Mencuci tangan sebelum operasi untuk mencegah infeksi silang. 3. Mencuci luka, terutama pada luka kotor. 4. Sterilisasi alat bedah. 5. Mencegah infeksi pada perawatan luka. 6. Untuk irigasi daerah-daerah terinfeksi. 7. Mengobati infeksi lokal Jenis-jenis Antiseptik 1. Alkohol 2. Halogen dan senyawanya Yodium Providon Yodium (Polyvinyl Pyrrolidone Iodine) Yodoform (obat kuning) Klorheksidin 3. Oksidansia Kalium permanganat Perhidol 4. Logam berat dan garamnya: Merkuris klorida (sublimat) Merkukrom 5. Asam: Asam borat 6. Turunan Fenol: Trinitrofenol (asam fikrat) Heksaklorofen (phisoHex) 7. Basa amonium kuartener (quats)

You might also like