You are on page 1of 7

LAPORAN PSIKOLOGIS

Laporan psikologis merupakan hasil akhir asesmen yang lengkap dengan menggunakan berbagai metode yang diinterpretasikan oleh adanya usaha dari klinisi dalam mengintergrasikan berbagai macam data untuk mengatasi masalah klien dan membantu meningkatkan potensi dirinya atau membuat keputusan untuk intervensi masalah klien.

Laporan psikologis memiliki beberapa karakteristik. Laporan itu perlu bersifat : a) adekuat dalam hal cakupan tugas dan tujuannya; b) diorganisasikan dengan baik, jelas, dan mudah dipahami oleh pembacanya; c) realistis dan mungkin kritis dalam menyebutkan berbagai keterbatasan dan kebutuhan di masa yang akan datang; `d) bijak dan bahkan kreatif dalam menyelesaikan masalah; dan e) bebas dari pendapat atau hipotesis yang tidak disertai dukungan.

P e d o m a n penulisan laporan psikologis:

1. Panjang laporan Panjang laporan psikologis biasanya sepanjang 5 dan 7 halaman. Tetapi, panjangnya bisa sangat bervariasi berdasarkan maksud laporan, konteks, dan ekspektasi sumber rujukannya.

2. Gaya penulisan laporan pendekatan harfiah yang menggunakan bahasa sehari-hari dan kreatif dan sering kali dramatis. Meskipun gaya penulisan laporan tersebut dapat menarik perhatian pembaca secara efektif dan memberikan deskripsi yang penuh warna, tetapi sering kali tidak tepat dan rawan pelebih-lebihan. Pendekatan klinis di fokuskan pada dimensi-dimensi patologis seseorang. Ia mendeskripsikan fitur abnormal, pertahanan diri, dinamika yang terlibat dalam maladjustment, dan reaksi tipikal klien terhadap stress. Kekuatan pendekatan klinis adalah karena ia memberikan informasi tentang bidang-bidang yang perlu diubah dan memperingatkan seorang calon praktisi tentang kemungkinan kesulitan yang mungkin ditemui dalam proses penanganannya.

Pendekatan ilmiah untuk penulisan laporan menekankan perbandingan normatif, cenderung lebih akademik, dan dengan tingkat yang rendah, berkaitan dengan sifat patologi klien. Gaya ilmiah berbeda dengan kedua pendekatan lain yang didiskusikan dengan mengacu pada konsep, teori, dan data. Ownby (1997) menekankan bahwa gaya yang paling penting untuk digunakan dalam menulis laporan adalah yang disebut professional style. Ditandai dengan kata pendek dan lazim digunakan serta memiliki makna yang tepat. Hasilnya adalah sebuah laporan yang menggabungkan antara keakuratan, kejelasan, integrasi, dan mudah dibaca.

3. Menyampaikan interpretasi tes Seharusnya mengoraganisasikan informasi seputar pertanyaan rujukan tertentu. Hasilnya adalah sebuah laporan yang sangat terfokus, sangat terintegrasi, dan menghindari materi yang tidak relevan.

4. Topik Tiga topik yang paling lazim berkaitan dengan fungsi kognitif, emosional, dan hubungan interpersonal.

5. Memutuskan apa yang akan dimasukkan Maksud umum sebuah evaluasi psikologis adalah memberikan informasi yang paling membantu dalam menjawab pertanyaan rujukan dan memenuhi kebutuhan klien. Pedoman dasar untuk memutuskan apa yang harus dimasukkan kedalam laporan berhubungan dengan kebutuhan seting rujukannya, latarbelakang pembacanya, maksud pengetesannya, kegunaan relatif informasinya, dan apakah informasi itu mendeskripsikan ciri-ciri unik orang itu.

6. Penekanan Pertimbangan yang cermat seharusnya diberikan pada penekanan yang tepat pada kesimpulannya, khususnya ketika menyebutkan intensitas relatif perilaku klien. Salah satu teknik untuk menekankan hasil adalah menuliskan bagian yang paling relevan dengan huruf tebal atau huruf miring.

7. Penggunaan data kasar Maksud pemberian data kasar dan deskripsi perilaku adalah untuk memperkaya dan mengilustrasikan topiknya dan bukan untuk memungkinkan membacanya untuk mengikuti alur penalaran klinisi atau mendokumentasikan inferensi yang telah dibuat.

8. Terminologi Laporan pada umumnya dinilai lebih efektif jika materinya di deskripsikan dalam bahasa dasar yang jelas.

9. Content overload Salah satu pedoman dalam menentukan berapa banyak informasi yang akan dimasukkan kedalam sebuah laporan adalah dengan memperkirakan berapa banyak informasi yang secara realistis diperkirakan akan dapat diasimilasi oleh pembaca.

10. Umpan balik Pemberian umpan balik kepada klien dimotivasi oleh beberapa faktor: Peraturan mendukung daftar yang semakin panjang dari hak-hak konsumen (hak atas berbagai informasi) Akan dipersepsi sebagai pelanggaran hak jika klien tidak menerima umpan balik tentang hasil tes setelah ia menghabiskan waktu berjam-jam untuk menjalani asesmen. Pemeriksa tidak dapat mengasumsikan dengan aman bahwa sumber rujukannyalah yang akan meberikan umpan balik kepada klien. Ada semakin banyak bukti bahwa memberikan umpan balik tes kepada klien menghasilkan manfaat terapeutik yang signifikan.

Format laporan Psikologis Garis besar yang diusulkan untuk penulisan laporan psikologis adalah sebagai berikut: Data Identitas: meliputi nama, umur, tanggal kelahiran, alamat, nomor telepon, tempat pemeriksaan, tanggal asesmen, nama pemeriksa, dan nama yang merujuk subjek. Permintaan referral:

Sejarah Sosial Atau Keluarga Dan Konteks Yang Berjalan; Informasi; Latar Belakang Yang Menyangkut Relasi Keluarga; Kesehatan; Pekerjaan; Dan Sistem Sosial, Terutama jika relevan dengan permintaan referal. Pertanyaan Rujukan: memberikan deskripsi singkat tentang klien dan sebuah pertanyaan pernyataan tentang alasan umum untuk melaksanakan evaluasi) Prosedur Evaluasi: menyebutkan tes-tes dan prosedur evaluasi lain tetapi tidak termasuk hasil tes aktualnya. Observasi Perilaku: berhubungan dengan penampilan klien, observasi perilaku secara umum atau interaksi pemeriksa dan klien Informasi Latar Belakang (riwayat yang relevan): seharusnya memasukkan aspek-aspek riwayat yang relevan dengan masalah yang dihadapinya dan interpretasi hasil tes) Hasil-hasil tes: memasukkan skor-skor tes dalam lampiran. Mempunyai kelebihan yaitu membuang detail teknis yang berpotensi mendistraksi dari bagian naratif laporan) Kesan dan interpretasi (Prognosis): Mengharuskan agar temuan-temuan evaluasi disuguhkan dalam bentuk hipotesis yang terintegrasi. Berisi suatu dugaan mengenai berapa jauh kemungkinan seorang pasien dapat sembuh dengan melihat hasil pemeriksaan Rangkuman dan rekomendasi: untuk menyatakan kembali secara ringkas temuan dan kesimpulan pokok laporan)

Kesalahan dalam penulisan laporan: 1. Usaha untuk menutupi dan menginterpretasikan setiap keping data yang terkumpul selama proses asesmen. 2. Tidak dilakukannya individualisasi laporan. Hal ini dikenal dengan Barnum effect (efek Barnum). Untuk menghindari komunikasi yang digeneralisasikan secara kabur, psikolog mestinya melaporkan insiden masalah perilaku yang ditargetkan. Contoh, kutipan-kutipan dari pernyataan individu sendiri, atau dari riwayat khususnya.

Gaya Penulisan: meliputi masalah komunikasi, bahasa jelas dan singkat, lebih menggunakan gaya naratif dan bahasa yang paling umum daripada istilah teknis atau jargon psikologi.

Penulisan hasil asesmen dapat digunakan untuk keperluan akademik dan untuk keperluan praktik. Laporan akademik hanya digunakan untuk keperluan akademik seperti diskusi kasus, penelitian, dan lain-lain. Sedangkan Hasil pemeriksaan psikologis akan dikirim kepada yang meminta hasil baik melalui surat maupun secara lisan. Penulisan Laporan Akademik Untuk keperluan akademik, penulisan laporan pemeriksaan atau penulisan hasil asesmen disarankan agar dibedakan berdasarkan pengumpulan data dari observasi dan wawancara saja (Laporan Life), atau dari hasil tes saja dengan data terpenting sebjek seperti seks (jenis kelamin), usia, pendidikan, masalah subjek. Penulisan laporan berdasarkan tes dan data terpenting klien disebut laporan blind karena tidak melihat subjek yang diperiksa. Penulisan laporan akademik dapat dianggap sebagai laporan hasil penelitian, melalui metode wawancara, observasi, menggunakan alat yakni serangkaian tes. Pemeriksa merupakan salah satu dari variabel yang dapat mempengaruhi jalannya pemeriksaan. Pemeriksa harus sadar bahwa dirinya dapat mempengaruhi tingkah laku pasien/klien, yaitu apakah pasien kooperatif dan optimal, atau sebaliknya. Hasil asesmen klinis diharapkan dapat mencerminkan prestasi optimal klien. Laporan Pemeriksaan Life Laporan kasus didasarkan atas wawancara dan observasi yang meliputi beberapa aspek: Keluhan, simtom, atau masalah yang menyebabkan klien datang Kepribadian, yaitu predisposisi, tempramen, tipologi, struktur, dinamika kepribadian klien Frustasi/ konflik/ stresor terakhir yang dihadapi Penyesuaian diri pada saat akhir pemeriksaan

Sebelum membuat laporan dianjurkan untuk membuat psikogenesis berdasarkan hasil wawancara dan observasi klien dan inferensi /kesimpulan/ interpretasi atas dasar data tersebut. Inferensi atau interpretasi dapat dialkukan berdasarkan salah satu pendekatan teoritik yang diharapkan dapat memberikan informasi baru.

Melalui inferensi/ interpretasi dapat diketahui dinamika dari keluhan utama, simtom atau masalah utama, ada tidaknya predisposisi kepribadian yang terkait dengan simtom dan apa yang menentukan predisposisi tersebut. Biasanya deskripsi dan dinamika simtom serta kepribadian terkait dengan pendekatan teoritik tertentu, namun tidak harus selalu ada deskripsi yang terkait dengan teori. Untuk kejelasan gambaran kasus secara life, dapat dicantumkan pula ada tidaknya frustasi, konflik, atau strespada waktu akhir pemeriksaan, serta bagaimana prognosis penyesuaian dirinya. Keempat topik yang dibahas yaitu simtom, kepribadian, frustasi-stres, penyesuaian diri mempunyai paralel dengan apa yang ada didalam DSM-IV dirumuskan sebgaia Axis I (simtom), Axix II (Kepribadian), Axis IV (stresor), Axis V (penyesuaian diri). Penulisan Laporan Blind Dibuat atas dasar data tes yang diberikan pada subjek/klien/ pasien. Kesimpulan yang diperoleh umumnya meliputi deskripsi intelegensi dan kepribadian subjek. Kesimpulan laporan pemeriksaan blind sebaiknya merupakan integrasi sejumlah tes yang memberikan informasi tentang domain kepribadian yang sama. Phares (1992) membuat daftar alat tes psikologi yang direkomendasikan oleh para pakar untuk digunakan sebagai pedoman utama. Urutan dari tes-tes tersebut adalah: Rorschach, WAIS-R, MMPI, dan WISC-R, TAT, dan Draw a person. Namun, dalam praktik yang menduduki urutan pertama adalah : WAIS-R, Bender, dan TAT, Rorschach, Draw a person dan MMPI.

Hasil pemeriksaan untuk disampaikan kepada klien atau pihak yang meminta Bila untuk tujuan pendidikan, tujuan ketika melakukan penelitian adalah untuk memberi informasi, saran, atau jawaban agar dapat dimmengerti dan bermanfaat bagi pihak yang meminta laporan tersebut. Laporan tertulis dipertimbangkan: dalam konteks tujuan permintaan laporan, siapa yang membaca, kemungkinan dampak laporan baik pada klien maupun pada lingkungannya. Penghindaran kemungkinan penyalahgunaan penfsiran yang tidak tepat, elaborasi tidak menjawab permasalahan mungkin dapat mengganggu kesejahteraan beberapa pihak. Sangat dianjurkan bagi pemeriksa, klien, peminta laporan untuk adanya kesepakatan tentang isi dan bentuk lapiran, penggunaan, kerahasiaanya agar sesuai dengan kode Etik HIMPSI.

Bila pemeriksaan diminta sendiri oleh klien tidak perlu ditulis sebuah laporan. Penyampaian yang isinya positif tidak terlalu menimbulkan masalah. Pemeriksa perlu tahu subjek memahami benar arti laporan tanpa terjadi misinterpretasi. Penyampaian sebainya secara dua arah, tidak hanya mendengarkan hasil namun juga mendapat kesempatan bertanya. Pemeriksa harus menyesuaikan hasil laporan dengan kesiapan klien, terutama bila hasil tidak positif. Bila hasil tes tidak sesuai, penting bagi pemeriksa menyediakan solusi. Bila bentuknya tertulis akan dibaca nonpsikolog, perlu dipertimbangkan isi dan metode menjaga kerahasiaannya. Berikut adalah hal-hal untuk mempertajam clinical judgment: Memperbaiki pemrosesan informasi Menghindari reading in syndrom (kecenderungan membesar-besarkan hasil observasi) Memvalidasikan catatan pemeriksa serta memperhatikan kejelasan isi laporan

You might also like