You are on page 1of 43

Laporan Praktikum Perpetaan

1
Kelompok 19
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Dalam Ilmu Ukur Tanah dipelajari tentang cara-cara pengukuran di atas permukaan
bumi yang tidak teratur (pemetaan, penentuan posisi relative, dan lain-lain). Pada daerah
yang relative sempit, unsur kelengkungan permukaan dapat diabaikan.
Adapun penyajian gambar dapat berupa :
1. Peta dengan menampilkan skala tertentu.
2. Penampang melintang dengan menambahkan skala horizontal dan skala vertikal.
3. Penyajian ketinggian suatu tempat dengan garis kontur.
Untuk penggambaran data permukaan bumi, diperlukan adanya suatu bidang
referensi (vertikal), biasanya digunakan untuk menggambarkan muka air laut rata-rata
(mean sea level) dan juga bidang referensi horizontal. Dalam penggambaran peta ada dua
system koordinat yang harus dicantumkan yaitu system koordinat geografis (sudut lintang
dan bujur) dan system koordinat kartesian.
Dalam penggunaan alat, sangat diperlukan pemahaman dalam penggunaan alat
(waterpass dan theodolite). Kesabaran, kecakapan, kecermatan, dan ketelitian dalam
menggunakan alat ukur juga sangat diperlukan untuk membuat gambaran keadaan di
lapangan sehingga diperoleh data secara cepat dan tepat.
Proses pengukuran yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah pengukuran lokal yang
diperuntukan pada perencanaan teknis. Hasil dari pengukuran langsung diplot pada peta
skala yang besarnya sudah tersedia dan dapat digunakan sebagai peta perencanaan atau
gambar rencana. Semua pengukuran dikerjakan berdasarkan pada peta hasil pengukuran
detail. Dengan kontrol yang telah ada dan hasil pengukuran yang pada umumnya peta
skala besar semuanya tergantung pada pengukuran yang dilakukan sebelumnya.
Pada lmu Ukur Tanah, pekerjaan pengukuran dapat dibagi menjadi dua, yaitu
pengukuran geodesi dan pengukuran tanah datar. Pekerjaan ini berdasarkan atas luas serta
bentuk daerah yang diukur.


Laporan Praktikum Perpetaan
2
Kelompok 19
1.2. Maksud dan Tujuan
1. Maksud
Praktikum Ilmu Ukur Tanah ini bermaksud agar mahasiswa mengerti dan
memahami tentang Ilmu Ukur Tanah, cara-cara pengukurannya dan aplikasinya
terutama yang berkaitan pekerjaan teknik sipil. Selain itu kegiatan pengukuran secara
langsung di lapangan ini juga dimaksudkan untuk memperoleh data tanah yang
lengkap di daerah tempat pengukuran.

2. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami secara detail tentang kegiatan pengukuran.
2. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami alat-alat pengukuran tanah (waterpass
dan theodolite), serta cara-cara penggunaannya.
3. Mahasiswa dapat menerapkan secara langsung ilmu yang didapat dari kegiatan
perkuliahan Ilmu Ukur Tanah.
4. Mahasiswa dapat merencanakan suatu sketsa pengukuran.

1.3. Ruang Lingkup Praktikum
Dalam penyusunan laporan ini, secara garis besar memuat tentang pokok-pokok
yang akan dibahas selanjutnya, yaitu:
1. Praktek penggunaan Waterpass
2. Pengukuran beda tinggi
3. Perhitungan penampang melintang dan penampang memanjang
4. Praktek penggunaan Theodolit
5. Pembacaan sudut horizontal dan vertikal pada Theodolit
6. Perhitungan polygon
7. Penggambaran (plotting, kontur dan editting)





Laporan Praktikum Perpetaan
3
Kelompok 19
1.4. Metode Penelitian Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Laporan ini disusun dalam bentuk penyajian data-data yang diperoleh secara
langsung dari pengukuran dan gambar di lapangan dari hasil praktikum sehingga dapat
mempermudah teori yang sudah ada. Perhitungan pada praktikum ini menggunakan
polygon tertutup.
Laporan Pratikum Ilmu Ukur Tanah ini disusun dalam VI Bab. Adapun garis besar
sistematika penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup praktikum, metode
penelitian dan lokasi praktikum.
BAB II : ILMU UKUR TANAH
Berisi tentang pengolongan pekerjaan pengukuran bedasarkan keperluan/ tujuan,
pengukuran topografi (Topographic Survey), pengukuran kadaster (Cadastral Survey),
pengukuran teknik sipil (Construction Survey), fotogrametri, pengukuran hidrografi
(Hydrographic Survey).
BAB III : PENGUKURAN WATERPASS
Berisi uraian mengenai pengukuran waterpass, dasar teori, prinsip kerja waterpass,
rambu ukur (Levelling Rod), pengukuran beda tinggi, peralatan yang digunakan, metode
pelaksanaan profil memanjang, metode pelaksanaan profil melintang,
BAB IV : PENGUKURAN POLIGON
Berisi tentang dasar-dasar teori yang mendukung untuk digunakan dalam
menyelesaian pengukuran poligon, dasar teori, perlatan, penyelesaian, metode pelaksanaan
poligon dan perhitungan poligon.
BAB V : PENGUKURAN SITUASI
Berisi tentang uraian pengukuran situasi, dasar teori, peralatan yang digunakan,
metode pelaksanaan praktikum, perhitungan dan penggambaran peta situasi.
BAB VI : PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran.
Laporan Praktikum Perpetaan
4
Kelompok 19
1.5. Lokasi Praktikum
Lokasi Praktikum Ilmu Ukur Tanah ini berada di sekitar Gedung Jurusan Teknik
Elektro UNDIP Tembalang. Jarak dari patok pertama sampai patok terakhir adalah 377
meter.





Gambar 1.1 Google Earth






















Laporan Praktikum Perpetaan
5
Kelompok 19

BAB II
ILMU UKUR TANAH

Bentuk dari muka bumi adalah elipsoida putar, yaitu bentuk elips yang diputar pada
sumbu pendeknya. Karena penggambaran peta menggunakan sistem koordinat, maka pengerjaan
pengukuran yang dapat dilakukan adalah dengan sistem ukur tanah datar (surveying). Pada
sistem ukur tanah datar (surveying) daerah cakupan kecil sehingga permukaan bumi dapat
dianggap sebagai bidang datar. Bila daerah cakupan lebih luas, maka permukaan bumi harus
diperhitungkan sebagai elipsoida putar yang memerlukan perhitungan yang lebih sulit.
Praktikum IImu Ukur Tanah berkaitan dengan disiplin teknik sipil sering disebut sebagai
pengukuran teknik sipil (construction survey). Pengukuran ini dimaksudkan untuk memperoleh
data tanah yang lengkap sehubungan dengan perencanaan suatu proyek bangunan seperti gedung
bangunan, perumahan, jalan raya, bendungan, jembatan dan macam-macam bangunan sipil
lainnya.
Berdasarkan keperluan/tujuan dari pekerjaan pengukuran, maka dapat digolongkan
menjadi :

1. Pengukuran Topografi (Topographic Survey)
Pengukuran yang dilakukan untuk memperoleh gambaran dari permukaan tanah yang
diukur, yaitu keadaan medan (tinggi-rendahnya) serta semua benda-benda atau bangunan-
bangunan yang ada di sekitarnya.

2. Pengukuran Kadaster (Cadastral Survey)
Pengukuran yang berhubungan dengan pemilikan tanah, hak tanah dan batas tanah.

3. Pengukuran Teknik Sipil (Construction Survey)
Pengukuran yang berhubungan dengan pembangunan gedung, jalan raya, dan lainnya.



Laporan Praktikum Perpetaan
6
Kelompok 19

4. Fotogrametri
Pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan foto udara.

5. Pengukuran Hidrografi (Hydrographic Survey)
Pengukuran untuk mendapatkan bentuk dari permukaan dasar laut, dasar danau, dasar
sungai dan bentuk dasar perairan-perairan lainnya.



































Laporan Praktikum Perpetaan
7
Kelompok 19
BAB III
PENGUKURAN WATERPASS

3.1. Dasar Teori
Pengukuran waterpass adalah pengukuran untuk menentukan beda tinggi antara dua
titik atau lebih dan elevasi titik-titik kontrol vertikal dengan alat ukur waterpas. Tujuannya
untuk memperbanyak titik kontrol vertikal pada suatu lokasi proyek yang dapat digunakan
untuk berbagai keperluan antara lain: untuk pemetaan, perencanaan jalan, jalan kereta api,
saluran air, penentuan letak bangunan gedung yang didasarkan pada elevasi tanah yang ada,
perhitungan ruangan dan galian tanah, penelitian terhadap saluran-saluran yang sudah ada
dan pengukuran penampang memanjang dan melintang dalam berbagai pekerjaan teknik
sipil lainnya.
Beda tinggi antara dua titik dapat ditentukan dengan empat metode yaitu:
1. Metode Barometris
Pengukuran beda tinggi dengan melakukan pengukuran tekanan udara antara satu
titik dengan titik yang lain kemudian dengan perbedaan tekanan udara tersebut dapat
ditentukan beda ketinggiannya.
2. Metode Trigonometris
Pengukuran beda tinggi dengan mengukur jarak horizontal dan sudut vertikal.
3. Metode Pengukuran dengan Sifat Datar
Pengukuran ini digunakan untuk mengukur beda tinggi dengan jarak yang jauh,
dalam pengukuran ini digunakan alat yang disebut dengan waterpass
4. Pengukuran Tinggi Secara langsung
Pengukuran ini dilakukan dengan cara mengukur ketinggian suatu tempat secara
langsung di lokasi/tempat yang hendak kita ketahui ketinggiannya.

3.2. Prinsip Kerja Waterpass
Prinsip kerja alat ukur waterpass adalah membuat garis sumbu teropong horisontal.
Bagian yang membuat kedudukan horisontal adalah nivo, yang berbentuk tabung yang berisi
cairan dengan gelembung udara di dalamnya berada di tengah.

Laporan Praktikum Perpetaan
8
Kelompok 19

Gambar 3.1. Alat Ukur Waterpass
Selain itu kelebihan dari alat ukur waterpass adalah alat ukur ini dilengkapi dengan
lensa optik yang berfungsi memperbesar bayangan sehingga dapat membaca rambu ukur
sampai jarak 75 m.
Sebelumnya perlu dipahami terlebih dahulu prosedur pengukuran waterpass, antara
lain:
1. Pengukuran sebaiknya dilakukan pada pagi hari (jam 07.00-10.00) atau pada sore hari
(jam 14.00-17.00).
2. Alat ukur diletakkan pada permukaan tanah yang stabil.
3. Rambu ukur didirikan di atas patok.
4. Selama pengukuran alat ukur dilindungi payung.
5. Jarak alat ukur ke rambu ukur maksimum 50 m.
Selain prosedur pengukuran, dalam penggunaan alat waterpas harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1. Garis sumbu teropong harus sejajar dengan garis arah nivo. Untuk memeriksa alat
tersebut diperlukan penyelidikan terhadap selisih tinggi antara dua titik.
h
2 L

Gambar 3.2 Pengukuran Beda Tinggi
Laporan Praktikum Perpetaan
9
Kelompok 19


Keterangan :
Pa = Pembacaan baak ukur A
2L = Jarak A - B
Pb = Pembacaan baak ukur B
h = Beda tinggi (Pa - Pb)

Pertama-tama peralatan ditempatkan di tengah-tengah antara A dan B. Jika syarat
tersebut tidak terpenuhi, maka akan terbentuk sudut o antara garis visir (garis arah nivo)
dengan garis horisontal, walaupun nivo sudah seimbang.
Kemudian peralatan dipindahkan ke BQ = X, karena adanya kesalahan sudut tadi, maka
pada pembacaan baak ukur A dibaca Qa, dan pada baak ukur B dibaca Qb, maka
besarnya penyimpangan ( C ) adalah :


Pada teropong tanpa sekrup helling, maka koreksi dilakukan dengan koreksi
benang silang vertikal, sedangkan nivo tetap seimbang. Pada teropong dengan sekrup
helling ada kemungkinan yaitu koreksi pada garis visir atau koreksi pada nivo. Bila
dikerjakan koreksi pada garis visir, maka pekerjaan dilakukan seperti teropong tanpa
sekrup helling sampai pembacaan selanjutnya, dilanjutkan dengan koreksi pada nivo.
2. Garis arah nivo harus tegak lurus sumbu I
Pada alat tanpa sekrup helling pengaturannya seperti mengatur sumbu I pada
teodolit, yaitu dengan tiga sekrup pengatur. Setelah penyimpangan nivo diperbaiki
dengan sekrup koreksi maka syarat dapat dipenuhi. Bila tidak ada sekrup helling maka
syarat di atas tidak perlu.
3. Benang silang horisontal harus tegak lurus sumbu I
Diperiksa dengan mengarahkan ke suatu titik pada tembok, ujung kiri benang
silang dibuat berhimpitan dengan titik ini. Jika benang datar ini tegak lurus sumbu I,
maka benang akan selalu berhimpitan dengan titik tersebut, jika teropong diputar dengan
sumbu I sebagai sumbu putar. Jika tidak demikian,maka diafragma dengan benang silang
C = 2L + (Qa Qb h)
Laporan Praktikum Perpetaan
10
Kelompok 19
diputar sedikit dengan tangan, sesudah itu sekrup kecil yang terletak pada sisi diafragma
dilepas sedikit
Diagram Alir Waterpass




























Menentukan daerah/lokasi
Mengukur Jarak untuk menentukan patok
Memasang patok
Menyiapkan alat pengukuran berupa
Waterpass,Statif,Bak Ukur,Meteran
Alat ukur diletakkan antara patok A dan B
Memasang Statif dan Waterpass di tempat yang
stabil
Mengatur NIVO
Mengukur patok A dengan mengarahkan
Waterpass ke arah bak ukur
Mulai
Membuat sketsa lokasi atau poligon
Laporan Praktikum Perpetaan
11
Kelompok 19























Gambar 3.5. Diagram Alir Alat Waterpass







Melihat Benang Tengah,Benang Atas,Benang
Bawah
Mengukur patok B dengan mengarahkan
Waterpass ke arah bak ukur
Melihat Benang Tengah,Benang Atas,dan Benang
Bawah
Mengukur profil melintang dari setiap
patok,dengan meletakkakn waterpass dua meter
dari patok
Mencatat data yang didapat dari praktikum
Lakukan kegiatan diatas terus menerus sampai
balik lagi ke patok awal
Kemudian catat semua data yang didapat dari
praktikum
Selesai
Laporan Praktikum Perpetaan
12
Kelompok 19
3.3. Rambu Ukur (Levelling Rod)
Dalam setiap penggunaan alat ukur waterpass harus selalu disertai dengan rambu atau
bak ukur. Rambu ukur ini terbuat dari bahan kayu atau alumunium yang panjangnya 3-5 m.
Yang utama dari rambu ukur ini adalah pembagian skalanya yang harus betul-betul teliti
untuk mendapatkan hasil pengukuran yang baik. Disamping itu pemegangannya harus tegak.

3.4. Pengukuran Beda Tinggi
Bila alat memenuhi syarat seperti yang telah dijelaskan di atas, maka alat diletakkan di
titik P sehingga PA = PB.
Pembacaan benang tengah ke A = b dan pembacaan benang tengah ke B = m. Maka
beda tinggi antara titik A dan B adalah:


Keterangan :
h : Beda Tinggi
b : Benang Atas Belakang
m : Benang Atas Muka

h

Gambar 3.3 Pengukuran Beda Tinggi
Keterangan :
P : Alat Waterpass
A : Patok A
B : Patok B
h = b - m
Laporan Praktikum Perpetaan
13
Kelompok 19
Cara meletakkan pesawat seperti di atas adalah untuk menghindari adanya kesalahan
dari kedudukan tidak sejajarnya sumbu teropong dengan garis arah nivo. Bila kedudukannya
tidak betul, maka sumbu teropong akan membentuk sudut o dengan garis datar, walaupun
gelembung nivo sudah kita setel di tengah-tengah.

3.5. Peralatan yang Digunakan
1. Waterpass
Untuk mengukur beda tinggi dengan jarak yang jauh.

Gambar 3.4 Gambar waterpass

2. Statip / tripot
Alat yang digunakan untuk memasang pendirian alat ukur waterpass.

Gambar 3.5 Gambar statif



Laporan Praktikum Perpetaan
14
Kelompok 19
3. Bak ukur / rambu ukur
Alat yang terbuat dari kayu atau alumunium, dengan panjang tertentu dan dilengkapi
angka untuk pembacaan beda tinggi.

Gambar 3.6 Gambar bak ukur

4. Meteran
Untuk mengukur jarak antar patok

Gambar 3.7 Gambar meteran

5. Payung
Untuk melindungi nivo alat waterpass dari matahari.

Gambar 3.8 Gambar payung


Laporan Praktikum Perpetaan
15
Kelompok 19
6. Alat tulis
Untuk mencatat hasil pengukuran dilapangan (calculator membantu proses perhitungan).

Gambar 3.9 Gambar alat tulis

3.6. Metode Pelaksanaan Profil Memanjang
Pada pengukuran beda tinggi menggunakan Waterpass, metode pelaksanaan
Waterpass memanjang adalah sebagai berikut:
1. Memasang patok pertama di tempat yang telah ditentukan dan diikuti dengan
pemasangan patok berikutnya hingga pada patok terakhir kembali ke patok awal
(polygon tertutup). Jarak antar patok 30 60 meter.
2. Setelah semua patok selesai dipasang, kemudian dilanjutkan dengan pemasangan
Waterpass di antara dua patok secara berurutan. Pemasangan Waterpass diusahakan
berada pada tengah-tengah kedua patok yang akan diukur, sehingga diperoleh jarak muka
= jarak belakang.
3. Setelah Waterpass dipasang, dilanjutkan dengan pengaturan nivo pada Waterpass agar
tepat di tengah-tengah tempat nivo, sehingga posisi Waterpass bisa benar-benar sejajar
dengan bidang horizontal.
4. Memulai pengukuran dengan Waterpass dimulai dari titik awal ketitik akhir (arah pergi).
5. Bidik Waterpass kearah baak ukur belakang, kemudian baca BA, BT, BB. lakukan
pengecekan dengan menggunakan rumus:




2 BT = BA + BB
Laporan Praktikum Perpetaan
16
Kelompok 19
Keterangan :
BT : Benang Tengah
BA : Benang Atas
BB : Benang Bawah

Apabila tidak sama, maka batas toleransi adalah 2 mm
6. Setelah mengukur baak ukur belakang dilanjutkan dengan mengukur baak ukur muka,
lakukan sesuai dengan langkah nomor 5.
7. Setelah selesai pada titik pertama, dilanjutkan pada titik berikutnya. ulangi pekerjaan ini
sampai ke titik awal lagi.
8. Tahap selanjutnya mengukur kearah berlawanan yaitu dari titik akhir ke titik awal (arah
pulang).
9. Setelah pengukuran Waterpass polygon tertutup selesai dalam arah pulang pergi,
dilanjutkan dengan pengolahan data dengan melakukan koreksi dan perhitungan jarak
dari Waterpass ke baak ukur dengan menggunakan rumus:


keterangan : D = jarak
BA = bacaan benang atas
BB = Bacaan benang bawah

Gambar 3.10. Pengukuran Waterpass Memanjang




D = 100 x (BA BB)
Laporan Praktikum Perpetaan
17
Kelompok 19

Diagram Alir Pelaksanaan Profil Memanjang





























Menentukan daerah/lokasi
Memasang patok dengan jarak antar patok 20 40 meter
Pemasangan Waterpass di antara dua patok secara berurutan
Memulai pengukuran dengan Waterpass dimulai dari titik
awal ketitik akhir (arah pergi)
Bidik Waterpass kearah bak ukur belakang, kemudian baca
BA, BT, BB
Setelah mengukur bak ukur belakang dilanjutkan dengan
mengukur bak ukur muka
Setelah selesai pada titik pertama, dilanjutkan pada titik
berikutnya. ulangi pekerjaan ini sampai ke titik awal lagi
Mulai
Pengaturan nivo pada Waterpass agar tepat di tengah-tengah
tempat nivo,
Laporan Praktikum Perpetaan
18
Kelompok 19















Gambar 3.13.Diagram Alir Pelaksanaan Profil Memanjang


3.7. Metode Pelaksanaan Profil Melintang
Langkah pengukuran sebagai berikut:
1. Untuk pelaksanaan praktikum, setiap kelompok harus mengukur penampang melintang
sebanyak 6 patok.
2. Pengukuran penampang melintang dilakukan dengan cara mendirikan alat di atas patok
atau di luar patok.
3. Langkah selanjutnya perhitungan alat di atas titik atau alat di luar titik.
4. Setelah data diolah, penggambaran penampang memanjang dibuat dengan skala
horizontal 1 : 100 dan skala vertikal 1 : 100.
5. Kemudian penggambaran penampang melintang dibuat dengan skala
1 : 100 (vertikal dan horizontal).


Tahap selanjutnya mengukur kearah berlawanan yaitu dari
titik akhir ke titik awal (arah pulang
Setelah pengukuran Waterpass polygon tertutup selesai
dalam arah pulang pergi, dilanjutkan dengan pengolahan data
dengan melakukan koreksi dan perhitungan jarak dari
Waterpass ke bak ukur
Mengukur patok B dengan mengarahkan
Waterpass ke arah bak ukur
Selesai
Laporan Praktikum Perpetaan
19
Kelompok 19
Diagram Alir Pelaksanaan Profil Melintang






































Gambar 3.14. Diagram Alir Pelaksanaan Profil Melintang


Dirikan alat di atas patok atau di luar patok.

Langkah selanjutnya perhitungan alat di atas titik atau alat di luar
titik.Dengan menembak arah melintang dari patok.

Lakukan kegiatan diatas pada setiap Patok.

Catat data yang berupa Benang Atas,Benang Tengah,Benang
Bawah
Setelah data diolah, penggambaran penampang memanjang
dibuat dengan skala horizontal 1 : 300 dan skala vertikal 1 :
100.

Mulai
Selesai
Penggambaran penampang melintang dibuat dengan skala 1 :
100 (vertikal dan horizontal).
Laporan Praktikum Perpetaan
20
Kelompok 19
3.8 Perhitungan Waterpass
3.8.1 Waterpass Profil Memanjang

1. Pergi
Dimisalkan
P
1
P
2

BB (belakang) = 0,920 m BB (muka) = 2,900 m
BT (belakang) = 1,000 m BT (muka) = 2,920 m
BA (belakang) = 1,080 m BA (muka) = 2,940 m
BA + BB = 2,000 m BA + BB = 5,840 m
jarak (D) = 100 x (BA - BB)
= 100 x (1,080 m 0,920 m) + 100 x (2,940 m 2,900 m)
= 20 meter
Beda tinggi = BT (belakang) - BT (muka)
= 1,000 m 2,920 m
= -1,920 meter

2. Pulang
P
2
P
1

BB (belakang) = 2,860 m BB (muka) = 0,900 m
BT (belakang) = 2,920 m BT (muka) = 0,960 m
BA (belakang) = 2,980 m BA (muka) = 1,020 m
BA + BB = 5,840 m BA + BB = 1,920 m
jarak (D) = 100 x (BA - BB)
= 100 x (2,980 m 2,860 m) + 100 x (1,020 m 0,900 m)
= 24 meter
Beda tinggi = BT (belakang) - BT (muka)
= 2,920 m 0,960 m
= +1,96 meter


Laporan Praktikum Perpetaan
21
Kelompok 19
, Beda tinggi rata-rata =


= -1,940 meter

Koreksi =


x -1
=

x -1
= 0,057

Definit = beda tinggi rata-rata + koreksi
= -1,940 +0,057
= 0,137 m

Tinggi titik P1 = 65.000
Tinggi titik P2 = 65.00 -0,317
= 64,863 m

Perhitungan dilanjutkan sampai pada titik terakhir. Kemudian untuk tinggi
dihitung antar patok, yang harganya negatif ditulis negatif, demikian juga yang positif.
Untuk pengukuran waterpass tertutup (poligon), harga beda tinggi semua patok
dijumlahkan, jika hasilnya nol berarti perhitungannya benar, jika tidak, harus dikoreksi
sedemikian sehingga hasilnya sama dengan nol.










Laporan Praktikum Perpetaan
22
Kelompok 19
3.8.2 Waterpass Profil Melintang
Dimisalkan profil pada P1 :
1. P1 : BA = 1,080
BB = 0,970
BT = 1,000
Garis visir (V) = t + BT, dimana
t = tinggi permukaan air tanah terhadap air laut
Garis visir diambil dari titik P1 = e
V = t + BT e
= 65,00 + 1,000
= 66,000
Jadi, elevasi P1 adalah 65,000 m

2. Titik A : BA = 1,750
BB = 1,680
BT = 1,690
Kemudian titik tinggi A = V-BT A
= 66,000 1,690
= 64,310
Jadi elevasi titik A adalah 64,310 m

3. Titik B : BA = 1,430
BB = 1,390
BT = 1,400
Kemudian titik tinggi A = V-BT A
= 66,000 1,400
= 64,60
Jadi elevasi titik A adalah 64,60 m

4. Titik C : BA = 1,100
BB = 0,980
Laporan Praktikum Perpetaan
23
Kelompok 19
BT = 1,050
Kemudian titik tinggi A = V-BT A
= 66,000 1,050
= 64,95
Jadi elevasi titik A adalah 64,95 m

5. Titik D : BA = 1,280
BB = 1,180
BT = 1,250
Kemudian titik tinggi A = V-BT A
= 66,000 1,250
= 64,75
Jadi elevasi titik A adalah 64,75 m

Titik titik yang lain dilakukan dengan perhitungan yang sama. Misalnya profil P2, untuk visir
memakai BT P2 dan seterusnya















Laporan Praktikum Perpetaan
24
Kelompok 19
BAB IV
THEODOLIT

5.1 Pengenalan Theodolit
Theodolit merupakan suatu alat ukur yang mempunyai banyak kegunaan,
diantaranya :
1. Sebagai alat untuk mengukur sudut
2. Sebagai alat untuk mengukur arah
3. Sebagai alat untuk mengukur jarak antar dua titik
4. Sebagai alat untuk mengukur beda tinggi, dan data-data yang dapat digunakan
untuk menggambar situasi
Sudut yang diukur adalah sudut vertikal dan sudut horizontal, theodolit
jugadigunakan untuk mengukur jarak secara optis maupun secara langsung dengan alat
tertentu. Pada umumnya theodolit digolongkan menurut cara pemakaiannya, kegunaan
dan ketelitiannya. Macam-macam theodolit berdasarkan cara pemakaiannya antara lain :
1. Theodolit Vermer
2. Theodolit Skala Optis
3. Theodolit EDM
4. Theodolit Total Station
Adapun peralatan lain sebagai pendukung kegiatan pengukuran dilapangan adalah
:
1. Statif
Berfungsi sebagai penopang/meja theodolit
2. Landasan Theodolit
Digunakan sebagai dasar yang datar yang disekrupkan pada statif dengan
menunjang kaki-kaki skrup penegak
3. Tribach
Alat ukur yang berfungsi sebagai penunjang seluruh bagian yang lain,
terutama bagian yang berlekuk, kedudukan yang berbentuk sebagaimana
bagian alat ukur yang lain yang ditumpangkan di atasnya. Jika alat ini
digunakan posisinya harus benar-benar mendatar
Laporan Praktikum Perpetaan
25
Kelompok 19
4. Pengaturan Penegak
Untuk memungkinkan tribach dapat berdiri tegak maka skrup penegak
dipasangkan di antara tribach dengan landasan theodolit. Skrup ini berfungsi
untuk mengatur gelembung nivo yang terletak pada piringan penutup,
kepekaan nivo tabung ini 2mm 40
o
sudut.
5. Lingkaran Mendatar/Piringan Bawah
Piringan bawah terletak di atas tribach yang dapat diputar dan dihentikan
dalam posisi yang diatur oleh sebuah pengunci piringan bawah yang dibantu
dengan skrup posisi penggerak halus/skrup tangensial
6. Piringan Penutup pada Lingkaran Mendatar/ Piringan Atas
Prinsip kerja piringan atas sama dengan prinsip kerja piringan bawah. Hanya
mempunyai ciri tertentu, yaitu pada piringan atas terdapat skrup pengunci
beserta skrup penggerak halus.
7. Skrup Pengunci Piringan Atas dan Bawah
Skrup pengukuran sudut horizontal dan skrup pengunci piringan merupakan
inti dalam melakukan pengukuran sudut sehingga seorang surveyer harus
benar-benar paham mengenai cara pemakaian alat.
8. Kerangka atau Standar
Terpasang secara langsung pada piringan tertutup yang merupakan kerangka
memanjang. Dalam kedudukan teropong miring ke atas, kerangka mempunyai
bentuk khusus dalam huruf A atau segitiga sama sisi.
9. Sumbu Penglihatan atau Sumbu Trunion
Sumbu pengalihan harus tertumpu pada badan kedudukan dan dikokohkan
kedudukannya pada sumbu pengalihan. Ketiganya bebas berputar dalam
bidang tegak dan dapat dikunci dalam kedudukan apapun dalam bidang
tersebut oleh suatu pengunci yang dikenal dengan nama pengunci teropong.
10. Nivo Tabung Tinggi
Sudut yang diukur dalam suatu bidang tegak harus diukur nisbi (relatif)
terhadap suatu garis yang benar-benar mendatar. Nivo tabung dari nivo
piringan mempunyai kepekaan 2 mm sampai 25 detik.
11. Gerakan pengguntingan
Laporan Praktikum Perpetaan
26
Kelompok 19
Theodolit harus diletakkan tepat diatas titik, sehingga theodolit dilengkapi
dengan suatu gerakan pengguntingan yang umumna diletakkan di atas tribach.
Karena keseluruhan gerakannya hanya 20 mm dan alat ukur ini harus
ditempatkan dengan sangat teliti diatas titik sebelum gerakan pengguntingan
dipakai.

5.2 Cara Kerja Theodolit
Sebelum digunakan terlebih dahulu alat yang akan digunakan yaitu theodolit
diperiksa kelengkapan dan kesiapannya untuk digunakan. Beberapa hal yang harus
diperhatikan sebelum penggunaan theodolit :
1. Pengaturan Sumbu Vertikal
Dalam pengukuran harus diperhatikan bahwa sumbu I (vertical) harus benar-
benar tegak, jika sumbu I miring maka semua hasil pengukuran salah, baik
pengukuran terhadap sumbu vertical maupun sudut horizontal.
2. Pengaturan Nivo
a. Mengatur nivo kontak
b. Mengatur nivo tabung
3. Pengaturan sudut horizontal
Pengukuran sudut antara dua titik tolak dapat dilakukan dengan cara langsung
dengan menggunakan teropong pada titik. Tetapi dengan mencari selisih
pembacaan sudut horizontal antara dua titik akan didapat sudut secara kasar,
agar lebih teliti hal ini dilakukan berulang-ulang dengan posisi teropong biasa
dan luar biasa
Setelah semua peralatan diperiksa kelengkapannya, maka kegiatan pengukuran
dapat dilaksanakan. Adapun langkah kerja pengukuran tersebut adalah :
1. Tentukan titik poligon
2. Dirikan alat ukur theodolit diatas patok dan pastikan nivo berada ditengah
3. Menempatkan unting-unting diatas patok
4. Mengkoreksi theodolit dengan tiga sekrup
5. Melihat melalui lubang pada sisi theodolit, paku harus berimpit dengan tanda
+ pada alat, pengamatan siap dimulai.
Laporan Praktikum Perpetaan
27
Kelompok 19
BAB V
PENGUKURAN POLIGON

5.1.Dasar Teori
Dalam pembuatan poligon, peralatan yang dipakai adalah theodolit jalan, rambu ukur,
unting-unting, pita ukur, patok dan alat tulis. Poligon adalah suatu cara menghubungkan titik-
titik dengan mengukur sudut dan jarak antara titik-titik. Pengukuran poligon dimaksudkan
sebagai metode penentuan titik kontrol horisontal (x,y) berupa segi banyak yang nantinya
berfungsi sebagai kerangka peta. Dalam ketinggian belum dipakai dalam hal ini.
Poligon ada beberapa jenis yaitu :
A. Menurut bentuk poligon
1. Poligon terbuka
Poligon yang titik awal dan akhirnya tidak bertemu di satu titik.

A A1 2 B
(X,Y) d12 d23 d3B
1 3
Gambar 5.1 Polygon Terbuka
2. Poligon tertutup
Poligon yang titik awal dan akhirnya bertemu di satu titik.
U 2
12
1(X1,Y1) 3

5 4
Gambar 5.2 Poligon Tertutup

Laporan Praktikum Perpetaan
28
Kelompok 19
B. Menurut titik ikat
1. Poligon terbuka terikat sempurna
Poligon terbuka yang kedua ujungnya terikat pada titik-titik tertentu.
U
A (x,y) awal B (x,y) akhir
awal akhir


Gambar 5.3 Poligon terbuka terikat sempurna
2. Poligon terbuka terikat azimuth
Poligon terbuka yang hanya salah satu ujungnya terikat pada titik yang telah di
ketahui koordinatnya.
U
A (x,y) awal
awal akhir


Gambar 5.4 polygon terbuka terikat azimuth
3. Poligon terikat koordinat
Poligon yang pada titik-titiknya sama sekali tidak terikat pada titik yang telah di
ketahui pada koordinatnya.
U
A (x,y) awal
awal

B (x,y) akhir
Gambar 5.5 Poligon terikat koordinat
C. Segi penyelasaian / peralatan
Ditinjau dari segi penyelesaian poligon dapat dibedakan menjadi :
1. Poligon yang diselesaikan dengan cara numeris.
2. Poligon yang diselesaikan dengan cara grafis.
Laporan Praktikum Perpetaan
29
Kelompok 19
5.2.Peralatan
Alat ukur yang dipergunakan dalam pengukuran poligon :
1. Theodolit.

Gambar 5.6 Gambar Theodolit
2. Theodolit Bousole.

Gambar 5.7 Gambar Theodolit Bousole.
3. Bousole tramebe mautegne.

Gambar 5.8 Gambar Bousole tramebe mautegne.



Laporan Praktikum Perpetaan
30
Kelompok 19
4. Plane table.

Gambar 5.9 Gambar Plane Table

5.3.Penyelesaian
Ditinjau dari segi penyelesaiannya poligon dapat dibedakan menjadi:
1. Poligon yang dapat diselesaikan secara numeris.
2. Poligon yang dapat diselesaikan dengan cara grafis.
Penentuan sudut poligon pada alat theodolite dilakukan dengan mendirikan pesawat
tersebut di titik P
1
, diarahkan ke P
0
kemudian dibaca piringan horizontalnya. Selanjutnya
alat diputar pada sumbu horizontalnya dan diarahkan ke titik P
2
.
Misal pembacaan piringan horizontal pada titik P
0
adalah o dan pada titik P
2
adalah
|, maka besar titik sudut P
1
= | - o. Jika dalam penggambaran poligon terjadi ujung poligon
tidak berhimpit dengan pangkal poligon, maka harus diadakan koreksi secara grafis.

5.4.Metode Pelaksanaan Poligon
1. Menentukan titik poligon dengan cara menancapkan tongkat pada tempat yang lapang
sehingga memungkinkan untuk dilakukan pengukuran.
2. Mengukur jarak secara langsung dengan pita ukur pada sisi poligon.
3. Menentukan titik awal dari suatu poligon kemudian menentukan besarnya azimut.
4. Mendirikan alat theodolite pada titik poligon tersebut tegak lurus patok
dengan bantuan unting-unting.
5. Membidik titik poligon tersebut dalam dua posisi teropong yang berbeda, sudut biasa dan
luar biasa.
6. Membaca pembacaan pada piringan horizontal dan vertikal.
Laporan Praktikum Perpetaan
31
Kelompok 19
7. Mengulangi langkah-langkah pada no.4, 5, 6 dan seterusnya pada patok berikutnya
sampai patok terakhir. Setiap memindah alat perlu mengatur theodolite kembali pada
posisi agar sumbu I vertikal.

Diagram Alir Theodolit








































Mulai
Alat ukur diletakkan di patok A

Sejajarkan statif dengan tanah/jalan ,lalu pasang theodolit pada statif
lalu kencangkan

Atur nifo horizontal hingga di tengah,begitu juga nifo vertikalnya

Lakukan penembakan biasa pada patok sesudahnya,kemudian ke
patok sebelumnya

Menentukan daerah/lokasi

Mengukur Jarak untuk menentukan patok

Memasang patok

Menyiapkan alat pengukuran berupa Theodolit,Statif,Bak
Ukur,Meteran

Menentukan daerah/lokasi

Laporan Praktikum Perpetaan
32
Kelompok 19





























Gambar 5.10 Diagram Alir Alat Theodolit








Catat Benang Atas,Benang Tengah,Benang Bawah,Sudut Vertikal,dan
Sudut Horizontal
Lakukan penembakan luar biasa pada patok sebelumnya,kemudian
ke patok sesudahnya
Catat Benang Atas,Benang Tengah,Benang Bawah,Sudut
Vertikal,dan Sudut Horizontal


Lakukan kegiatan diatas secara terus menerus sampai patok terakhir
Selesai
Lakukan penembakan ke sekeliling daerah patok untuk denah situasi

Catat Benang Atas,Benang Tengah,Benang Bawah,Sudut
Vertikal,dan Sudut Horizontal

Laporan Praktikum Perpetaan
33
Kelompok 19








1.5 Perhitungan Poligon
No.
Sudut kor. Azimuth
Jarak
(D)
D.
Sin A
kor.
D.
Cos A
kor.
Koordinat
No.
` " ` " ` " X Y
P1 91 5 29 14 45,75 179 48 0 38 0,133 3,840 -39,000 3,693 254,497 256,726 P1
P2 159 50 0 14 45,75 159 2 9 50 17,889 5,503 -46,690 4,788 258,470 215,088 P2
P3 76 57 0 14 45,75 55 23 19 50 41,151 5,503 28,400 4,788 281,412 163,610 P3
P4 192 32 0 14 45,75 67 19 29 50 46,135 5,503 19,275 4,788 327,616 187,222 P4
P5 89 59 0 14 45,75 24 42 39 44 -17,396 4,446 40,415 4,213 378,804 201,710 P5
P6 175 48 0 14 45,75 29 54 49 28 -13,182 2,830 24,703 2,681 365,854 237,912 P6
P7 147 27 30 14 45,75 62 46 29 30 -26,296 3,032 14,441 2,873 355,501 259,933 P7
P8 142 44 30 14 45,75 100 55 9 37 -36,536 3,739 -5,839 3,543 332,238 271,502 P8
P9 188 59 0 14 45,75 91 18 19 50 -49,996 5,503 -0,606 4,788 299,440 262,120 P9
= 1265 22 29
D =
377
D Sin A =
-38,098
kor =
38,098
D Cos A =
36,099
kor =
36,099
254,497 256,726 P1



Syarat poligon tertutup :
a. Sudut Dalam : ( ) 2 = n | x 180


Sudut Luar : ( ) 2 + = n | x 180

b. Syarat Absis :
i
D Sin o
i
= 0
Syarat Ordinat : D
i
Cos o
i
= 0

Tahap Perhitungan :
a. Hitung koreksi seluruh sudut :
( ) 2 n x 180
0
= sudut + K|


b. Hitung koreksi tiap titik :
K
i
=
titik
K

|

c. Hitung sudut terkoreksi :

i
| + koreksi tiap titik (K
i
)
d. Hitung Azimuth :
o
akhir
= o
awal
+ |
i
180
0

+K
i

Laporan Praktikum Perpetaan
34
Kelompok 19







e. Hitung selisih absis dan koreksi absis :
D
i
Sin
i
f. Hitung koreksi absis tiap titik :
KAx
i
=
D
Sin D
i i

o
x D
i
Sin
i

g. Hitung selisih ordinat dan koreksi ordinat :
Ay
i
= D
i
cos o
i

h. Hitung koreksi ordinat tiap titik :
KAy
i
=
D
Cos D
i i

o
x D
i
Cos
i
i. Hitung koordinat terkoreksi:
X
i
= X awal + D
i
sin
i
+ KX
i

Y
i
= Y awal + D
i
cos
i
+ KY
i


Contoh perhitungan :
a. Hitung koreksi seluruh sudut dalam
1265 22 29 = (9 2) x 180 + K
K = 0 22 29
b. Hitung koreksi tiap titik
K
i
= 50" 35' 0
9
29" 22' 0
=
c. Hitung sudut terkoreksi
< P
1
= 91 5 29 + 0 35 50
= 91 41 19
d. Hitung Azimuth

1-2
= 179 48 0

+ 91 41 19 - 180
= 91 2919



Laporan Praktikum Perpetaan
35
Kelompok 19
e. Hitung selisih absis dan koreksi absis
Ax
i
= D
i
Sin
i

Ax
i
= 38 sin 179480
= 0,133
f. Hitung koreksi absis tiap titik
KAx
i
=
377
38
x -38,098
= 3,840
g. Hitung selisih ordinat dan koreksi ordinat
Ay
i
= 38 cos 179480
= -38,00
h. Hitung koreksi ordinat tiap titik
KAy
i
=
377
38
x 36,099
= -3,639
i. Hitung koordinat terkoreksi
X
i
= 254,497
+
0,133 +3,840
X
i
= 258,470
Y
i
= 256,726 38,00 3,639
Y
i
= 215,088












Laporan Praktikum Perpetaan
36
Kelompok 19

BAB VI
PENGUKURAN SITUASI

6.1. Dasar Teori
Maksud dan tujuan pengukuran situasi adalah untuk mendapatkan data ukuran dari
lapangan yang akan digunakan untuk pembuatan Peta Situasi. Adapun data-data yang
dibutuhkan mencakup keadaan topografi, kondisi bangunan yang ada, kondisi saluran, jalan,
sungai dan data lain seperti areal persawahan, tegalan, perumahan, batas desa dan lain-lain.

6.2. Peralatan yang Digunakan
Peralatan yang digunakan untuk menggambar antara lain :
1. Alat tulis dan gambar.
2. Kertas millimeter.
3. Kertas kalkir.


Gambar 6.1. Kalkir

Laporan Praktikum Perpetaan
37
Kelompok 19

Gambar 6.2. Alat tulis


Gambar 6.3. kertas milimeter
6.3. Metode Pelaksanaan Praktikum
Diagram Alir Pengukuran Situasi


6.4.
6.5.


6.6.
6.7.


6.8.


Mulai
Membuat skets lokasi yang meliputi

Memasang dan mengatur alat di atas kontrol yang mempunyai data
koordinat dan elevasi (X, Y, Z)
Laporan Praktikum Perpetaan
38
Kelompok 19

6.9.



6.10.



6.11.
6.12.
6.13.



6.14.
6.15.


6.16.
6.17.



6.18.
6.19.
6.20.
6.21.






6.22.




6.23.




Gambar 6.1 Diagram alir pengukuran situasi
Menyeketsa kontur

Menyeketsa titik detail
Mengukur situasi dengan cara Tachimetri menggunakan alat theodolit
TO, sebelum mengukur kunci bousole dibuka terlebih dahulu
kemudian ditutup kembali
Mengukur detail ke semua titik detail yang ada dalam sketsa lokasi
dengan cara pengukuran secara radial

Pada pembuatan sketsa atau detail situasi biasakan dalam pembuatan
nomor urut keterangan detail searah dengan jarum jam

Kemudian untuk setiap titik detail yang diukur harus dibaca: tinggi
alat, nomor titik sesuai dengan sketsa lokasi, benang atas, benang
tengah, benang bawah, sudut miring/sudut zenith ke titik detail, sudut
horizontal ke titik detail
Apabila semua titik detail telah selesai diukur, maka pada akhir
pengukuran harus diukur titik kontrol yang akan digunakan untuk
titik pengukuran berikutnya
Setelah selesai pengukuran, maka dapat dilanjutkan pengukuran ke
titik berikutnya dengan prosedur yang sama

Selesai
Laporan Praktikum Perpetaan
39
Kelompok 19
6.4. Perhitungan
Apabila semua pengukuran selesai tahap berikutnya adalah menghitung jarak
mendatar dan beda tinggi dari titik pengamatan ke titik detail serta elevasi titik detail.
Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung jarak mendatar dan beda tinggi dengan
menggunakan sudut miring adalah sebagai berikut :
tan
BT
h
D d
TA

Gambar 6.2 Jarak mendatar dan beda tinggi



Contoh perhitungan :
Dd = 100 (19,8-16,2 ) cos -1 50'
= 35,89 meter
h = 100 (19,8-16,2 ) sin 1 50' cos 1 50' + (1,350 1,800)
= 0,7 meter
PEIL = tinggi titik P
0
+ h
= 65,000 + 0,7
= 65,7 meter



Laporan Praktikum Perpetaan
40
Kelompok 19
Tabel Contoh Perhitungan Denah Situasi

T
E
M
P
A
T

A
L
A
T

TINGGI
ALAT
(M)
PEMBACAAN
KETERANG
AN TITIK
SAMPING
TINGGI
PATOK

Y Dd
TINGGI
ALAT 6+1
CM
t
PEIL
TENGAH
ATAS
BAWAH
ARAH
DATAR
SUDUT
V
(+ atau -)
CM
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
P
1
1,35
18
19,8
12612 8810 Patok 65,000 P1 150 36 35,89 1,35 0,7 65,7
16,2
1,6
1,8
17753,5 8655 Gedung A 35 40 39,88 1,35 3,338 68,338
1,4
11,1
12,5
16653,5 8850 Tiang B 110 28 27,99 1,35 0,8099 65,8099
9,7
15,9
16,8
4553 8925 Tiang C 035 18 17,98 1,35 -0,0567 64,9433
15

6.5. Penggambaran Peta Situasi
6.5.1. Penggambaran Detail dan Garis Kontur
1. Plot semua titik kontrol horisontal dan vertikal (x,y), kemudian hubungkan titik-
titik tersebut dengan garis putus-putus.
2. Selanjutnya plot semua titik-titik detail sesuai dengan skets lokasi. Plotting titik
detail dapat dilakukan dengan dua cara sesuai dengan cara pengambilan data.
Apabila pengambilan data ukur dilakukan dengan theodolit yang dilengkapi
Bousole, maka pengggambaran dilakukan dengan cara menggunakan azimuth.
Apabila pengambilan data dilakukan dengan theodolit biasa yang tidak dilengkapi
kompas, maka penggambaran dilakukan dengan cara menggunakan sudut arah
theodolit.
3. Untuk semua titik detail, supaya dicantumkan ketinggian titik yang bersangkutan.
4. Untuk titik-titik yang membentuk garis linier (misalnya jalan), agar segera
dihubungkan satu sama lain.
5. Apabila semua titik detail telah diplot, maka dapat dilakukan penarikan garis
kontur.
Laporan Praktikum Perpetaan
41
Kelompok 19
6. Lakukan penarikan garis kontur sesuai dengan skets yang dibuat pada waktu
pengukuran.
7. Dalam penarikan garis kontur harus diperhatikan sifat-sifat garis kontur, Misalnya
garis kontur tidak boleh berpotongan satu sama lain.
8. Setelah selesai penggambaran baik gambar detail maupun gambar kontur, maka
dapat dibuat penggambaran halus diatas kertas kalkir.
6.5.2. Penggambaran Halus
1. Pembuatan kop gambar.
2. Penggambaran peta situasi dengan cara tracing pada kertas kalkir.
3. Melengkapi gambar :
Absis pada kertas kalkir dari timur ke barat.
Ordinat dari utara ke selatan.
Keterangan peta.


















Laporan Praktikum Perpetaan
42
Kelompok 19
BAB VII
PENUTUP

7.1. Kesimpulan
1. Praktikum ini bertujuan untuk melakukan pengukuran guna mendapatkan gambaran yang
diukur, yaitu keadaan medan dan semua bangunan yang ada di atasnya.
2. Pengukuran waterpass dapat digunakan untuk membuat penampang melintang dan
memanjang dari suatu area pengukuran.
3. Dari pengukuran Theodolite dapat dihasilkan peta situasi dari suatu area pengukuran.
4. Dalam pengukuran sering terjadi kesalahan karena faktor pengamat, alat, maupun
keadaan lapangan.

7.2. Saran
1. Waktu pengukuran sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan sore hari agar tidak terjadi
penguapan pada nivo. Bila perlu saat melakukan pengukuran alat dilindungi payung.
2. Untuk dapat mengurangi faktor kesalahan yang dilakukan mahasiswa, sebaiknya para
mahsiswa didampingi oleh para asisten. Sehingga kinerja yang dihasilkan akan lebih
benar dan akurat.
3. Pada saat pengukuran, sebaiknya kita lebih teliti dalam pembaca skala pada baak ukur
dan alat ukur.
4. Waktu untuk pengukuran sebaiknya ditambah karena sering terjadi hambatan yang tidak
terduga misalnya hujan.











Laporan Praktikum Perpetaan
43
Kelompok 19
DAFTAR PUSTAKA

1. Petunjuk praktikum Ilmu Ukur Tanah 1
2. Buku Diktat Ilmu Ukur Tanah 1

You might also like