You are on page 1of 23

Tekanan Kepatuhan, Gender,Autoritarian

Rahmawati & Honggowati

Banyak penelitian sebelumnya yang meneliti pengaruh tekanan terhadap kinerja difokuskan pada budget waktu, deadline waktu, akuntabilitas dan justifikasi. Kerangka pemikiran rencana penelitian ini didasarioleh motivasi pertimbangan profesionalisme auditor dan organisasi KAP. Dengan adanya potensi konflik yang tejadi ketika auditor berusaha untuk memenuhi tanggung jawab profesionalnya tetapi disisi lain dia dituntut pula untuk memenuhi perintah dari atasan dalam KAP-nya. Penelitian terdahulu yang dllakukan oleh De Zoort dan Lord (1994) memberikan gambaran simulasiyang mengelompokkan auditor secara acak pada satu dari tiga kelompok perlakuan dan pemisahan kelompok berdasarkan tinggi rendahnya skor authomn-nya dan menurutskala sikap terhadap otoritas (GAIAS) membuktikan bahwa auditor terpengaruh dengan tekanan kepatuhan dalam bentuk instruksi yang tidak tepat dari atasan. Simulasi ini menggunakan vzgnette yang digunakan memotret kemungkinan keputusan tindakan pelanggaran norma profesional dan prosedur auditing yang normal. Hasilnya mengindikasikanbahwa auditor yang menerima perlakuan tekanan untuk mematuhi instruksi yang tidak tepat dari atasannya (manajer/partner) akan cenderung melanggar norma profesional atau standar. Pengaruh tekanan kepatuhan dari partner lebih tinggi bila dibandingkan dengan tekanan kepatuhan dari manajer. Dalam vzgnette ketiga yang mengharuskan auditor mengambil keputusan yang tidak tepat dan kemungkinan posisi hukum yang ilegal, menunjukkan bahwa kedua kelompok auditor dengan tekanan akan cenderung mengambil tindakan yang demikian, tetapi tidak ada perbedaanyang signhkan antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan tekanan dalam menanggapi tekanan baik itu dari partner ataupun dari manajer, berapapun skor GAIAS-nya. menunjukkan hasil yang menyebar dan Pada author~tarzanisrn memerlukan perhatian yang lebih teliti, karena GAIAS mengukur tingkat penerimaan individu terhadap otoritas pada konteks militer, kepolisian, hukum, dan guru, bukanuntukmengukur sikap seseorang dalam konteks organisasi profeslonal seperti hahya dalam lingkungan akuntan publik. Penelitian selaniutnva oerlu dibuat skala baru vanz memasukkan dimensi subrnissivenes(k;?pa&an seorang auditor) d& l?ngkungankej a karena belum ada skala yang Wlusus mengukur tentang ha1ini. - ~ a s irisetini masih belum mk;jawab pertan)aan apakah pemahaman l sikap authoritarian akan menjelaskanpengaruh tekanan kepatuhan pada seseorang.Auditor dengan tekanan rendah dalam simulasiini diminta untuk menanggapi instruksi yang tidak tepat dari atasannya dan hasilnya menunjukkan bahwa penganrhnya kecil di mana instruksi ini menyebabkan kemungkinan perubahan keputusan auditor. Riset yang baru diperlukan

Jurnal Bisnis & Manajemen Vol. 4, No. 1,2004: 42 64

untuk menemukan apakah sikap authorltarzanzsm cukup kuat untuk memodifikasi pengaruh tekanan kepatuhan atau diperlukan skala lain untuk mengukur perilaku ini. Belum ada bukti riset yang menunjukkankesamaan tentang tekanan terhadap auditor walaupun ada bukti tentang tekanan kepatuhan. Instruksi yang tidak tepatjarang sekali diberikan secara sengaja, tetapi ha1ini dapat muncul dari kesalahpahaman antara atasan dan bawahan, contohnya auditor pada posisi supervisor mungkin terlibat dengan beberapa penugasan sekaligus, sehingga pada waktu memberikan instruksi tidak memperhatikan bawahan yang tidak memberikan perhatian yang cukup pula dan pada saat itu mungkin supervisor rancu dengan tanggungjawab penugasan yang lain sehingga terjadilah instruksi yang tidak tepat ini. Beberapa tindakan dapat diambil untuk menanggulangi masalah tekanan kepatuhan ini contohnya dengan tambahan program pendidikan dan pelatihan untuk penyelesalan konflik antar personel dengan teknik yang memasukkan isu-isu kepatuhan dan menggunakan pemeriksaan prosedur yang mendetail untuk mengurangi kemungkinan penurunan profesionalisme. Lord dan De Zoort (2001) melakukan penelitian lagi dengan judul pengaruh komitmen dan pertimbanganmoral auditor dalam menanggapi pengaruh tekanan sosial. Hasilnya ternyata komitmen organisasi,komitmen profesi dan pertimbangan moralmempengaruhi auditor dalam pengaruh tekanan sosial terhadapludgmnt. Sesuai dengan penelitian DeZoort dan Lord (1994), Hartanto dan Kusuma (2001)dalam tesisnya menghasilkan temuan bahwa auditor yang memperoleh perlakuan tekanan ketaatan dalam bentuk perintah yang tidak tepat dari atasan, baik dari manajer maupun partner secara sigrufrkan melakukan tindakan yang menyimpang dari standar profesional dibandingkan dengan auditor yang tidak mendapat perlakuan tekanan ketaatan. Namun demikian, pengaruh tekanan ketaatan dari partner audit dengan pengaruh dari manajer. Hal ini tidak berbeda secara si@an berbeda dengan penelitian sebelumnya.Fenomena ini disebabkan partisipan sebagai auditor pemula belum dapat membedakan antara tekanan partner atau tekanan manajer. Mereka hanya terpengaruh oleh adanya tekanan dari atasan. Simpulan yang dapat diambil dari penelitian yang telah dilakukan di Indonesia adalah: a. tekanan ketaatan dari atasan berpengaruh secara sigrufrkan terhadap 'judgment auditor, b. tekanan ketaatan manajer tidak berbeda secara s i m a n dengan tekanan ketaatan partner terhadap ludgment auditor,

Tekanan Kepatuhan, Gender,Autoritarian

Rahmawati & Honggowati

autoritarianisme tidak berpengaruh secara signifikan terhadap judgment auditor yang mendapat tekanan ketaatan dan, d. gender tidak berpengaruh secara sigrufikanterhadappdgment auditor yang rnendapat tekanan ketaatan. Penelitian ini merupakan replikasi dengan ekstensi dari penelitianpenelitian yang telah dilakukan sebelumnya dengan menambah variabel yang memoderasi pengaruh antara tekanan kepatuhan denganpdgment audztor. Responden yang akan digunakan dalam penelitian i adalah m mahasiswa akuntansi yang telah menempuh mata kuliah auditing Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tujuan penelitian i i adalah: n a. Untuk mengetahui apakah pertimbangan moral, gender, autoritarian dan tekanan kepatuhan mempengaruhi ludgment auditor. b. Untuk mengetahui tingkat kepatuhan auditor terhadap instruksiyang tidak tepat dari atasan dalam suatu firrna KAP. Penelitian ini diharapkan akan menyumbangkan pengetahuan lanjutan pembuatan keputusan auditor dalam ketidakpastian yaitu tema yang dimandatkan oleh profesi akuntan (AICPA, 1978;Rockers dan Schultz 1982). Dalarn domain hi, bukti-bukti mengarah pada kenyataan bahwa auditor dalam lingkungan akuntanpublik sekarang ini menjadi subyek yang dapat dipengaruhi dan mempunyai potensi untuk mengkompromikan kualitas keputusan profesionalnya. c. LANDASAN TEORI Pertimbangan moral Pertimbangan moral adalah alasan seseorang ketika bertemu dengan suatu dilema tertentu. Alasan yang diiaksud bergantung pada tahap pengembangan moral. Tahap pertarnapreconventional, meliputijenjang pertama yang terdiri Obedience danpunzshment, dan jenjang kedua meliputi mstn*mentalpurpose dan exchange. Tahap kedua Conventional, (terdiri: Interpersonal accord, Confonnzty,dan mutual ecpectatzons).Tahap postconvenhonal terdiri dari Sonal contract dan zndiuzdual nghfs serta unzversal ethzcal pnncrples. Para akuntanyang menghadapipertentangan-pertentanganetika haus secara terns menerus menyeimbangkan pertukaran (trade-om di antara kos dan manfaat pada diri sendiri, kepada pihak lain dan kepada masyarakat sebagai keseluruhan. Karena keputusan Oudgment) ahli (professzonal)didasarkan pada keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai individu, maka pertimbangan moral memainkan peran penting dalam keputusan akhir seseorang.

Jurnal Bisuis & Manajemen Vol. 4, No. 1,2004: 42 64

Arnold d m Ponemon (1987) menekankan pentingnya paradigma penelitian ini untuk tiga alasan berikut a) Penelitian pada level pertimbangan moral akuntan akan memberikan pemahaman atas pemecahan-pemecahan akuntan terhadap konflikkonflik etika. b) Penelitian di bidang ini memfasilitasi pengakuan masalah-masalah yang d~timbulkan dari perbedaan-perbedaan di antara keputusankeputusan etis akuntan. n c) Hasil-hasil dari penelitian i imemberikan pedoman untuk mengatasi pelanggaran etika. Dasar untuk mayoriM penelitian-penelitian akuntansiyang diarahkan pada perilaku etis (tidak etis)akuntan adalah psikologi pertimbangan moral. Teori kogniiif proses pembuatan keputusan manusia yang mendahului perilaku etis, psikologi pertimbangan moral menjelaskan proses dan analisis kondisi pikiran individu pada saat pembuatan keputusan etis (efhzcal pdgmenf). Pertimbanganmoral dan etis dibedakan dari semua proses-proses mental berdasarkanpada tiga aspek y ang mensyaratkan: (1) kognisi hams didasarkan pada nilai bukan pada fakta tak berwujud; (2)keputusan harus didasarkan pada beberapa isu yang melibatkan dzrz dengan pihak lain, dan (3)keputusan harus dibingkai di sekitar isu "keharusan", bukan didasarkan pada kesukaan sederhana atau pemeringkatan preferensi (Colby dan Kohlberg, 1987,lO dalam Louwers et al. (1997). Kohlberg (1984) dalam Louwers et al. (1997)menyamakan ketiga level pada tiga jenis hubungan yang berbeda di antara diri, aturan-aturan dan harapan-harapanmasyarakat. Pada levelpre convenfzonal, seorang individu terutama berkepentingan pada pengaruh-pengaruh tindakan yang dipilihnya pada diri pribadinya. Pada level iru, karena aturan-aturan dan harapan-harapan masyarakat adalah berada di luar dirinya, maka tidak disertakan d h proses pembuatan keputusan. Seorangindividu pada level convenhonal berkepentingan terhadap hubungan antara dirinya dengan pihak lain, dan bagaimana hubungan tersebut akan terpengaruh oleh tindakan-tindakanyang dipilihnya. Biasanya seorang individu pada level ini mengikuti hukum masyarakat dan memenuhi harapan-harapan masyarakat dikarenakan terdapat hubungan yang saling menguntungkan. Pada level post conventional, seorang individu menetapkan nilai-nilai personalberdasar prinsip-prinsip yang dipilihnya danmembedakan dirinya dari aturan-aturan dan harapan-harapan pihak lain. Seorang individu dalam level ini tidak perlu mengatasi hukum, melainkan cukup bertindak yadg pada umumnya konsisten dengan hukum dan kesepakatan masyarakat.

Tekanan Kepatnhan, Gender, Autoritarian

Rahmawati& Honggowati

Berdasarkan telaah literatur di atas maka hipotesis yang diajukan adalah: Hal: keiika di bawah pengaruh tekanan kepatuhan, auditor yang mempunyai pertimbangan moral yang tinggi akan membuat judgment yang lebih tepat dibandingkan dengan auditor yang mempunyai pertimbangan moral rendah. Kekuasaan, Kepatuhan dan Pengaruh Normative 1) Kekuasaan dalam Hubungan Timbal Balik (Dyadic) Pendekatan timbal balik menggambarkan bahwa ada dua orang (atasan dan bawahan) yang memainkan peran dalam evaluasi kinej a (Choo danTan, 1997).Teori kekuasaan biasa digunakan untuk menjelaskan hubungan interpersonal dalam organisasi. Ahli ilmu sosial membahas bahwa pengaruh timbal balik tejadi antara dua pihak, yaitu sumber pengaruh (influencing agent) dan penerima pengaruh (target). Hubungan (agent- target) dapatdinilai dalam 6 dimensi kekuatan interpersonal, yaitu: Reward power, yaitu kemampuan atasan untuk mempengaruhi - " bawahan, karena atasan mekiliki kemampuan untuk memberi penghargaan terhadap bawahan. Coersive pmuer, yaitu kemampuan atasan untuk memberi hukuman kepada bawahan. Legitimate power, yaitu kemampuan atasan untuk mempengaruhi bawahan karena posisinya dalam struktur hirarki organisasi. Referent power, kemampuan atasan untuk mempengaruhi bawahan karena kualitas dan kesukaan akan kharismanya. Expert power, kekuatan atasan yang muncul karena kemampuan atasan dianggap lebih dari bawahan. Informational power, kekuatan atasan yang muncul karena isi informasi yang dikomunikasikan oleh atasan pada bawahannya. Bentuk kekuasaan ini bervariasi tergantung pada persepsi target terhadap sumbemya. Dimensi kekuatan ini muncul dalam bentuk kontrol dalam organisasi. Jumlah kontrol yang dihasilkan dari hubungan kekuasaan ini tergantung pada persepsi individual terhadap kemungkinan keuntungan dan risiko yang ada pada masing-masing dasar kekuasaan. Keuntungan potensial misalnya kemungkinan maju dan berkembang dalam suatu organisasi, berkarier baik di dalam atau diluar organisasi, dan contoh kemungkinan risiko adalah kewajiban hukum, kehilangan pekej a m , dan kemsakan reputasi. Bagaimanapun persepsi seseorang sudah menjadi anggapan umum bahwa atasan dipercaya bertanggung jawab untuk membangun perilaku profesional dalam firma. Teori kepatuhan pada otoritas Milgram

Jurnal Bisnis & Manajemen Vol. 4, No. 1,2004: 42 64

(1974)dalam De Zoort dan Lord (1994)menyatakan bahwa bawahan akan mematuhi instruksi atasan bagaimanapun arahan profesional.

Paradigma Kepatuhan Pada Otoritas Milgram Teori kepatuhan individual terhadap anggota otoritas menyatakan bahwa sumber pengaruh dapat mempengaruhi perilaku dengan instruksinya karena otoritas yang dimilikinya adalah bentuk kekuasaan legitimate. Paradigma kepatuhan pada otoritas klaslk diungkapkan oleh Stanley Milgram, yang menyatakan individual bawahan (target) dalam tekanan kepatuhan akanmelakukan tindakan psikologis yang keluar dari otonomi pendiriannya sebagai target, dimana keputusan yang akan dibuatnya didasarkan pada sifat, nilai dan keyakinan kepada pendirian agent. Transisi i i kritis karena individu target menjadi agen untuk sumber otoritas, dan n demikian pula dengan tanggung jawabnya. Kepatuhan dapat dianggap disebabkan oleh pengaruh informasional (informational influence) yaitu dorongan untuk menjadi akurat, yang tergambar dalam dimensi expert power, refren t power dan informational power. Sebab yang kedua adalah pengaruh normative (normative inflr~ence) yaitu dorongan memaksimalisasisocial outcome tidak mempedulikan orang lain benar atau salah, yang tergambar dalam dimensi reward pomer, coersiue power, dan legtimate power.
2)

3)

Pengaruh normatif Riset-risetyang lalu telah merurnuskan bahwa kepatuhan berasal dari mekanisme normatif, setelah diterapkan pada lingkungan akuntan publik tidak hanya disebabkan oleh kekuatan legtimate tetapi juga oleh kekuatan rezuard dan coersive, sehingga sama dengan tekanan kepatuhan dalam tipe normatif terhadap judgment auditor. Studi yang meneliti pengaruh sejauh mana auditor akan dapat membenarkan kesalahan dalam kasus proses pengadilan, strategi perusahaan audit, kewenangan manajemen klien untuk memilih perusahaan audit dan sejauh mana auditor berhasil dalam karier mereka terhadap kesenangan mengikuti kesalahan dalam laporan keuangan di bawah tekanan manajemen telah dilakukan oleh Dijk dan Jansman (1997). Hasil penelitian tersebut menggambarkan bahwa semua faktor dengan pengecualian strategi perusahaan audit, secara sigdikan mempengaruhi kemampuan auditor untuk menentang tekanan manajemen. Metode yang digunakan dengan eksperimen dan respondennya adalah auditor yang bersertifikat di Belanda.

Tekanan Kepatuhan, Gender,Autoritarian

Rahmawati & Honggowati

Penelitian lain tentang pengaruh tekanan waktu dilakukan oleh Arnold et al. (2000). Hasil tahap 1mengindikasikan bahwa kelompok menjadi lebih efisien dalam strategi pencarian informasi tetapi memilih untuk mempercepat pendekatan pembuatan keputusan daripada masuk dalam informasi yang tersedia. Tindakan ini konsisten dengan teori yang mendasarinya clan hasil secara signifikan menurunkan kualitas keputusan dalam kondisi tekanan waktu. Tahap 2 memberikanhasil yang mirip dalam pemrosesan informasi dan mengindikasikan bahwa GSS membuat pemrosesaninformasilebihlambatdan korespondensimeningkatkan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai keputusan kelompok. Sebagaitambahan, perbandingan dua kelompok mengindikasikanbahwa GSS mungkin telah menghambat kualitas keputusan. Hasil dari studi ini menggambarkan bahwa pembuatan keputusan dengan menggunakan GSS tidak efektif sebagai kelompok pembuatan keputusan tatap muka, kelompok yang berdasarkan GSS diharapkan menjadi lebii baik daripada pembuatan keputusan individu. Fenggunaan GSS mungkin membuat keputusan kelompok lebih memadai ketika kelompok pembuatan keputusan tatap muka tidak memadai. Teori venearuh sosial Latane dalam De Zoort dan Lord (1994)menvaA " takan bahwa pengaruh sosial adalah fungsi kekuatan pen&uh'sum<er, semakin kuat sumber semakin besar pengaruhnya. Operasionalisasi kekuatan sumber kekuatan adalah deng& st& sukber pengar& dalam suatu KAPk. Bawahan akan lebih mudah masuk pada pengaruh agen ketika datang dari ranking atasan yang lebih tinggi (misalnya partner) daripada ranking atasan yang lebih rendah (misalnya manajer). Dugaan peneliti adalah efek tekanan kepatuhan akan meningkat sejalan dengan meningkamya jarak hirarkis antara agen pengaruh dengan target pengaruh, maka hipotesis penelitian ini dapat dinyatakan sebagai berikut Ha2 = auditor dalam tekanan kepatuhan akan membuat judgment yang kurang tepat dibandingkan dengan auditor tanpa tekanan Ha3 = tekanan kepatuhan dari atasan yang tingkatnya lebih tinggi akan mempengaruhi auditor untuk membuat judgment yang kurang tepat daripada tekanan kepatuhan dari atasan yang tingkatnya lebih rendah. Authoritarianism Authoritarianism adalah konsttuk kepribadian yang dapat digunakan untuk menjelaskan perilaku kepatuhan. Teori authoritarianism menyatakan bahwa individual hapat dibedakan dengan menilai perilaku/s&apnya terhadap otoritas. Dikotominya adalah individu dengan authoritarian tinggi
-

A9

Jurnal Bisnis & Manajemen Vol. 4, No. 1,2004: 42 - 64

adalah individu yang memiliki hubungan berdasarkan kekuatan dan pengaruh otoritas orang lain dan lebih memilih untuk bergaul dengan orang yang status yang lebih tinggi dan individu dengan authoritarian rendah adalah orang yang lebih pasif dengan hubungan berdasarkan otoritas, mereka menghindari usaha-usaha adaptasi dengan situasi otoritas dan membuat keputusan menurut pendiriannya sendiri yang dianggapnya benar/pantas. Riset sebelumnya menunjukkan bahwa individu memiliki tendensi authoritarianism yang berbeda yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku. Tetapi konstruk ini memberikan pandangan yang berbeda-beda menurut dimensinya masing-masing, misalnya saja konstruk ini berkisar dari kepemimpinan ke penerimaan. Pemahaman unidimentional/dimensi tunggal membatasi fokus konstruk authoritarianism sebagai bagian dari kepribadian. Penggunaan konstruk authoritarianism dalam riset ini memfokuskan pada penerimaan auditor terhadap otoritas hirarkis dalam firmanya, maka peneliti mengukur tingkat penerimaan auditor terhadap pengaruh otoritas dalam konteks organisasi. Berbagai rGet telah memberikan berbagai skala pengukuran authoritarianism, hal ini menuniukkan bahwa pilihan skala tergantung pada konseptualisasi authoritariani&n yang relev& pada riset yGg dilakukan. Skala multidimensional seperti California F Scale yang dinilai berlebihan dengan cara pengukuran penjumlahan skor dapat mengakibatkan kerancuan h a d bila dikaitkan dengan dimensi kepribadian tertentu. Pengukuran semacam ini juga belum memasukkan bias respon. Menurut Harrison (1991)menyatakan bahwa skala F tidak valid dan tidak reliabel, maka tidak digunakan dalam penelitianini. Pemfokusanpemahamanpenerimamauditor terhadap otoritas dalam suatu KAF membuat peneliti melakukan pengukuran dengan skala G M Rigby (1982) dalam Hanison (1991),karena skala tersebut hanya mengukur sikap penerimaan otoritas pada konteks institusional. Authoritarianism dalam penelitiannya Hartanto dan Kusuma (2001) ternyata tidak berpengaruh secara sigrufikan terhadap judgment auditor yang mendapat tekanan ketaatan. Hal ini mungkin disebabkan oleh instrumen yang dipakai untuk mengukur tingkat autoritarian. GAIAS adalah instrumenyang dipakai untuk mengukur autoribu+m dalam bentuk yang berhubungan dengan hukum, tentara, polisi dan guru.Skala ini tidak didesain untuk mengukur secara khusus sikap individu yang berhubungan dengan organisasiprofesionalseperti akuntan. Dalam penelitian ini mencoba memasukkan kembali variabel authoritarian karena untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil kalau

Tekanan Kepatnhas Gender,Autoritarian

Rahmawati & Honggowati

digunakan responden staff auditor (bukan mahasiswa seperti riset terdahulu). Auditor dengan skor GAIAS yang lebih tinggi akan lebih mematuhi instruksi atasannya daripada auditor dengan skor GAIASyang lebih rendah dan auditor dengan skor GATASyang lebih tinggi akan lebih mematuhi instruksi atasannya sejalan dengan kenaikan jarak agen pengaruh dan target pengaruh, yang dinyatakan dalam hipotesis berikut: Ha4 ketika di bawah pengaruh tekanan kepatuhan, auditor yang memiliki authoritarian tinggi akan membuat judgment yang kurang tepat dibandingkan dengan auditor yang memiliki authoritarianrendah Ha5: dengan meningkatnya tingkat hirarki sumber pengaruh tekanan, auditor dengan authoritarian tinggi akan membuat judgment yang kurang tepat dibandingkandengan auditor yang memiliki aufhoritariunrendah. Gender Pandangan terhadap gender seringkali dihubungkan dengan sifat positif dan negatif. Pria dipandang memiliki sifat kuat dan keras, yang memiliki konotasi positif, sedangkanwanita dipandangmemiliki sifatlemah lembut yang memiliki konotasi negatif di lingkungan pekerjaan (Nelson dan Julie 1992dalam Hartanto dan Kusuma 2001). Dalam perkembangan selanjumya diperoleh bukti bahwa sifat-sifat wanita lebih memiliki psikologis yang baik dan stres positif. Penelitian mengenai pengaruh gender terhadap etika menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Pertimbanganmoral dan alasan mendasar dalam etika pada pria dan wanita ada perbedaan. Pengaruh gender terhadap kepatuhan etika terjadi pada saat proses pembuatan keputusan. Chung dan Monroe (2001) melakukan studi pengaruh gender dan kompleksitas tugas pada akurasi pertimbangan audit. Hasihya ternyata ada interaksiyang sigrufikan antara gender dengan kompleksitas tigas pada akurasi pertimbangan audit. Penelitian gender lain yang hasihya konsisten adalah penelitiannya Johnson dan Kaplan (1998) yang menggambarkan bahwa gender berpengaruh dalam mempertimbangkan evaluasi kinerja manajer audit. Thoma (1986) dalam DeZoort dan Lord (1994) menemukan bahwa pengaruh gender sangat kecil. Berdasarkan penelitiannya Hartanto dan Kusuma (2001) gender tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap judgment auditor yang mendapat tekanan. Hal ini disebabkan karena zespondennya adalah para auditor pemula yang sedikit yang mau untuk tidak mentaati perintah atasan walaupun instruksi tersebut tidak tepat.

Jurnal Bisnis & Manajemen Vol. 4, No. 1,2004: 42 64

Penelitian yang menggambarkan adanya perbedaan gender telah banyak dilakukan. Misalnya, Cohen et al. (1998) yang menyatakan bahwa wanita mempuyai pertimbangan yang berbeda terhadap etika dibanding pria. Berdasarkan hal tersebut maka dengan menambah variabel gender digunakan sebagai variabel tambahan untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara auditor pria danwanita dalam membuat judgment pada waktu berada di bawah tekanan kepatuhan. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: Ha6: di bawah tekanan kepatuhan, auditor pria akan membuat judgment yang kurang tepatbila dibandingkan auditor wanita. METODA PENELITIAN Partisipan Partisipan disusun secara random pada 3 kelompok perlakuan yaitu, kelompok kontrol yang tidak menerima tekanan dari siapapun (tidak ada instruksi dari atasan), kelompok yang menerima tekanan dengan instruksi dari manager audit dan kelompok yang menerima tekanan dari partner. Kemudian partisipan dalam tiap kelompok dikategorikan dengan authoritarian (sikap penerimaan otoritas) tinggi dan rendah. Materi riset yang harus diselesaikan oleh masing-masing partisipan terdiri dari 3tugas. Pertama, tugas authoritarianism yang mengharuskan partisipan mengisi 16 item pertanyaan GAIAS dengan skala likert 5 poin dan pertanyaan tentang komitrnen organisasi dan periimbangan moral. Kedua, tugasjudgment yang terdiri dari 3 vignette yang menggambarkan situasi yang mengharuskan partisipan kemungkinan judgment yang menyimpang dari standar dan norma profesional, 2 vignette mengharuskanpartisipanmembuatjudgrnent atas usaha ~ersonel klien untuk mem~enearuhi ~rosedur audit dan vimffe " " ketiga mengharuskan partisipan membuatjudgment tentang tindakanyang harus dilakukan ketika partisipan diharuskan untuk memperbaiki kekurangannya (persomi deficie>cy) dengan pendidikan prdfesiona~ tambahan. Tugas ketiga adalah pertanyaan-pertanyaan manipulasi dan tentang informasi demografik tiap partisipan. P e n g a d tekanan kepatuhan dan sikap penerimaan otoritas diukur dengan membandingkan judgment yang dibuat tiap partisipan dalam tiap kelompok perlakuan.
A

Desain Eksperimen menggunakan desain pemfaktoran penuh 3 x 2 x 2 x 2 antara subjek dengan 3 kelompok perlakuan tekanan kepatuhan dibagi menjadi kelompok authoritarianism tinggi dan rendah serta dibedakan
t

Tekanan Kepatuhan, Gender,Autoritarian

Rahmawati & Honggowati

auditor pria dan wanita dan yang mempunyai pertimbangan moral tinggi dan rendah. Partisipan dalam tiap kelompok perlakuan tekanan kepatuhan dikelompokkanb&dasarkansko; GAIAS: D& penelitian ini mask mengm a k a n instrumen GAIAS meskiuun tidak cocok untuk akuntan karena k l u m ada alatukur lain yangvalid ;an reliabel. Partisipanpada desil tengah dikeluarkan dari analisis. Pengeluaran ini diznaksudkan untuk memberi definisi batas yang jelas antara &thoritarian tinggi dan authoritarianrendah. Data diperoleh darimahasiswa akuntansi yang telah menempuh mata kuliah auditing di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Instrumen penelitian Instrumen penelitian ini menggunakan instrumen yang telah dilakukan sebelumnya. Pertimbangan moral menggunakan dtftning issues test (DIT) yang digunakan sebagai alat ukur Moral Reasoning Development. Beberapa indeks yang merefleksikan moral jugdment dapat dihitung dari DIT y a w P-score, P-score merefleksikan preferensi untuk postconvent~onal reasonrng terhadap conventional dan preconventional reasoning. Score ini merupakan score mutlak seseorang terhadap tanggapannya mengenai prinsip moralitas. Percent P-score,merupakan ekspresi relatif seperti persentase dari 0% 95% . D-score, Score yang berusaha menangkap peringkat seseorang terhadap pertanyaan tertentu yang mengarah pada tingkat kepentingan mereka dalam situasi yang didefinisikan dalam suatu konteks dilema etika. U-score,Untuk mengukur tingkat dimana 2 sumber informasi dalam turunan P-score dan D-score tumpang tindih. Selain itu untuk mengukur tingkat dimana pertimbangan moral dijalankan di dalam determinasi keputusan pada sebagian dilema etika. Premis yang digunakan adalah hubungan antara DIT score dan perilaku etika meningkat ketika U-score digunakan dalam konjungsi dengan P-score atau D-score yang didukung. Score inimerdeksikrn+ahreasoning yang ditampilkan oleh subyek pada tahap respektif dalam teori Kohlberg. Vignette A menghadapkan auditor pada situasiyang memungkinkan personel klien audit dapat mempengaruhi prosedur untuk pemeriksaan fisik persediaan. Vignette B mengharuskan auditor partisipan membuat keputusan pelaporan kekurangan jam kredit pada pendidikan profesional berkelanjutan. Dalam vignette C partisipan dihadapkan pada controller yang berusaha memanipulasi penyelesaian prosedur audit untuk piutang dagang.

Jurnal Bisnis & Mauajemen Vol. 4, No. 1,2004: 42 64

Tiap partisipan disusunsecara acak pada satu dari3kelompok perlakuan, kelompok kontrol, kelompok tekamnmanaier, dan kelompok tekananpartner. viP& untuk kel~m~oktekananmanajer tekananp&tner men<andung dan satu paragraf tambahan yang tidak diberikan pada kelompok kontrol: paragraph i imenjelaskanmeeting - yang diikuti oleh auditor target tekanan n kepatuhan dengan manajer audit atau partner ter-gantung pada perlakuan untukmembahassituasijudgment.Pada tiap vignetfe manajer auditatau partner menginstruksikan auditor bawahan untuk melakukan tindakan yang tidak pantas, partisipan di kelompok kontroltidak menerima instdci dari atasannya. Partisipan diberi insentive untuk ikut serta dalam riset. Variabel terikat diperoleh denganmemmta auditor partisipan untuk membuat judgment untuk dua pertanyaan pada akhir masing-masing vlgnette. Pertanyaan tersebut dibuat untuk mengukur kecenderungan tindakan partisipan. Format pertanyaan adalah pertanyaan kecenderungan tindakan etis/profesional positif dannegatif berbentuk. Hal ini dilakukan untuk mengontrol perhatian partisipan dalam mengisi vlgnette, untuk pertanyaan negatif memilikinilaiyang terbalik, sehingga baik pertanyaan positif dan negatif untuk nilai tinggi menunjukkan kecenderungan perilaku menurut standar etis dan profesional normatif. Kedua pertanyaan diratarata untuk mendapatkanpdgment tiap vignette. Sesi terakhir instrument adalah pertanyaan yang digunakan untuk memeriksa efek manipulasi dan informasi demografi. Pertanyaan tersebut memiliki 8 poin skala likert untuk mengukur respon pada pertanyaan tentang realisme dan kejelasan skenario. Pertanyaan demografi termasuk gender, umur, pengalaman profesional, latar belakang pendidikan d m langkah-langkah yang telah ditempuhnya untuk menjadi akuntan pubhk.

Setting eksperimen Pertimbangan moral adalah alasan seseorang keiika bertemu dengan l. suatu dilema tertentu yang diukw dengan D T Tekanan kepatuhan dibagi menjadi 2 yaitu tekanan dari partner dan manager. Kelompok kontrolnya dibedakaninstrumennyayaitu dengan tidak adanya tanda miring pada pertanyaan di setiap viptfe. Judgmentdiukur dengan pertanyam-pertanyaan yang ada pada tiap virntfe. Autorituian diukur dengan pertanyaan dari GAIAS den&n sk& d& sangat setuju sampai sangat ti&ksetujui 6 skala likert). Partisipan diberi waktu tertentu untuk mengerjakan tiap vignette. Setelah materi riset dikumpulkan, semua partisipan diberi penjelasan yang berisikan kerahasiaan yang &jaga oleh peneliti, tujuan GAIAS dan peqbagian perlakuan, kesempatanbertanya dan cara menghubungi peneliti dan akan diberikan kopi hasil riset.
54

Tekanan Kepatuhan, Gender,Autoritarian

Rabmawati&Honggowati

Analisis data Analisis data dengan MANOVA untuk semua vignette dan secara individual. Dengan mempertimbangkan adanya proses penterjemahan instrumen dan perbedaan tempat serta sampel yang digunakan maka dilakukan pilot test pada instrumen yang dipakai. Model penelitianini bisa digambarkan sebagai berikut

Judgment auditor
Pertimbangan moral

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengum~ulan Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan responden dalam suatu mangan, kemudian memberikan kuesionei secara lAgsung kepada respondendan langsung memintanya kembali setelah selesai diisi yang bertujuanuntuk mengontrol kemungkinan hilangnya data dari kuesioner yang diberikan (metodepersonal). Pelaksanaan pengumpulan data yang digunakan dalam analisis penelitian ini dilakukan dalam 40 menit. Jumlah kuesioner yang disebar adalah 90 eksemplar kuesioner meliputi 30 eksemplar kuesioner untuk skenario tanpa tekanan, 30 eksemplar untuk skenario dengan pengaruh tekanan manajer audit dan 30 eksemplar untuk skenario pengaruh tekanan dari partner audit. Kuesioner yang kembali adalah 100% dari jumlah yang disebar tersebut. Dari jumlah kuesioner yang kembali itu, tidak ada kuesioner yang dibatalkan karena ketidaklengkapan data yang ada didalamnya. Jumlah kuesioner yang digunakan untuk dianalisis adalah sejumlah 90 eksemplar tersebut atau semuanya. Dari total 90 kuesioner yang diterima kembali tersebut terdiri dari 33 responden pria (36,7%)dan 57 responden wanita (63,3%)yang meliputi mahasiswa jurusan akuntansi 51 Reguler UNS. Tabulasi terhadap 90 kuesioner dilakukan untuk mengetahui profil responden yang terdiri dari jenis kelarnin (gender),umur, profesi, pengalaman kerja, dan program studi yang ditempuh, yang diambil berdasarkan pertanyaan demografi yang terdapat dalam kuesioner.
A

Jurnal Bisnis & Manajemen Vol. 4, No. 1,2004: 42 - 64

Statistik Deskriptif Berdasarkan dari hasil tabulasi data yang telah diperoleh dan dikumpulkan, kemudian disusun untuk dijadikan data yang lebih terstruktur yang membentuk profil responden yang mengkuti penelitian ini. Penghitungan statistik deskriptif ini memberikan gambaran mengenai kondisi responden ddam penelitian ini. Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa responden yang mengkuti penelitian ini sebagian besar adalah wanita yaitu 57 orang dari total jumlah responden (63,3%),dan responden pria yang mengkuti penelitian ini adalah sebanyak 33 orang atau sekitar 36,7% dari jumlah responden. Hal ini menyimpulkan bahwa responden mahasiswa yang diproyeksikan sebagai auditor yang menfiuti penelitian ini sebagianbesar adalah auditor wanita. Tabel 1 Profil Responden Menurut Jenis Kelamin Jenis kelamin Pria Wanita Total Frekuensi 33 57 90 Persentase 36,7 63,3 100,O

Tabel 2 Profil Responden Menurut Umur Umur 19 tahun 20 tahun 21 tahun 22 tahun 23 tahun 24 tahun 25 tahun Total Frekuensi 3 14 25 23 15 9 1 90 Persentase 3.3 15,6 27,8 25,6 167 10,O

1s

100,O

Tabel 2 menunjukkan responden paling banyak mengisi kuesioner penelitianini berumur 21 tahunyang mempunyai persentase tertinggi yaitu 27,8%, dan yang memiliki persentase terendah adalah responden yang berumur 25 tahun sebesar 1,1%.

Tekanan Kepatuhan, Gender, Autoritarian

Rahmawati & Honggowati

Profil responden berdasarkan pengalaman kerja dapat diketahui melalui Tabel 3 berikut ini : Tabel 3 Profil Responden Menurut Pengalaman Kerja Pengalaman Kerja Merniliki pengalaman kerja Tidak memiliki pengalaman kerja Total Frekuensi
5

Persentase 5,6

85
90

94,4
100.0

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang secara keseluruhan memiliki profesi sebagai mahasiswa, hanya sejumlah 5,6% responden yang mempunyai pengalaman kerja sedangkan sisanya, 94,44% tidak mempunyai pengalaman kerja. Sehingga dapat disimpulkan bahwa para responden yang notabene mahasiswa jurusan akuntansi ini kebanyakan belum mempunyai pengalaman kerja apapun dalam lingkungan kerja auditing. Bahkan responden yang menyebutkan telah mempunyai pengalaman kerjapun, ternyata data menemukan bahwa pengalaman tersebut bukan dibidang kej a auditing. . . Setelah data mengenai profil yGg &umpulk& telah lengkap, maka langkah selanjutnya adalah menghitung data yang bertujuan untuk mendapatkan rata-rata judgment dan standar deviasi dari setiap kelompok skenario perlakuan tekanan yang terdapat dalam kuesioner. Pengujian Hipotesis Pengujian data dilakukan untuk variabel autoritarian, hasil uji reliabilitas yaitu 0,5187 yang berarti reliabel. Sedangkan untuk ujivaliditas ternyata untuk item no: 5,7,15 harus dikeluarkan karena tidak valid. Penelitian ini dalam menganalisis data menggunakan sofhuare SPSS for Windows releasel0.0. Asumsi-asumsi yang harus dipenuhi sebelum dilakukan analisis MANOVA dapat dilihat dari uji Box's yang tidak sigrufikan yang berarti data normal. Hasil dari pengujian hipotesis dalam penelitian ini addah: Hal diterima hanya untuk skenario 2 (nilai sigrufikansi: 0,04). Jadi ketika di bawah tekanan kepatuhan auditor yang mempunyai pertimbangan moral yang tinggi untuk skenario 2 akan membuat judgment yang lebih tepat dibandingkan dengan auditor yang mempunyai pertimbangan moral rendah.

Jurnal Bisnis & Manajemen Vol. 4, No. 1,2004: 42 - 64

Ha2 diterima, kecuali untuk skenario 3. Jadi auditor dalam tekanan kepatuhan akan membuatjudgmentyang kurang tepat dibandingkan d e n ~ a auditor tanua tekanan. " n 1 Ha3 ditolak maka, tekanan kepatuhan dari atasan yang tingkainya lebih tinnd tidak akan mempennaruhi auditor untuk membuat judgment&ig kurang tepat da;ipaia tekanan kepatuhan dari atasan yang tingkainya lebih rendah. Ha4 diterima kecuali untuk skenario 2. Jadi ketika di bawah pengaruh tekanan kepatuhan, auditor yang memilikiauthoritarian tinggi akan membuatjudgment yang kurang tepat dibahdingkan dengan auditor yang memiliki authoritarian rendah Ha5 ditolak karena dengan meningkainya tingkat hirarki sumber pengaruh tekanan, auditor dengan authoritarian tinggi tidak akan membuatjudgment yang kurang tepat dibandingkan dengan auditor yang memiliki authoritarian rendah (tidak berpengaruh). Ha6 diterima kecuali untuk skenario 1. Maka di bawah tekanan kepatuhan, auditor pria akan membuat judgment yang kurang tepat bila dibandingkan auditor wanita. Hasil tes statistik dari hipotesis ini disajikan dalam setiap kelompok skenario dan kelompok perlakuan tanpa tekanan, tekanan manajer, dan tekanan partner dan kelompok perlakuan dibawah tekanan manajer dan partner yang dapat dilihat pada tabel 5 berikut dibawah ink Tabel 5 H a d Pengujian Pengaruh Perlakuan Tekanan Kepatuhan, Gender, Autoritarian dan Pertimbangan Moral terhadap Judgment Auditor
1.

Skenario A Kelompok Perlakuan Tanpa Tekanan Kepatuhan, Tekanan Manajer, dan Tekanan Partner (90 responden) F P 0 ~ 7 0,352 0,03 0864 12,377 O,OOl* 2,745 O,OF* Kelompok Perlakuan Tekanan Manajer clan Tekanan Partner (60 responden)

Variabel Gender Autoritarian Pertimbangan , moral Tekanan kepatuhan

F 0,001 0,451 7.5


15

0,&2 0,959 00 3 ,@* 0,234

Tekanan Kepatuhan, Gender, Autoritarian

Rahmawati & Honggowati

2.

Skenario B
Kelompok Perlakuan Tanpa Tekanan Kepatuhan, Tekanan Manajet, dan Tekanan Partner F P
3,241 4,016 15,3 4,729 0,076** 0,04* O,OOO* 0,01*

Kelompok Perlakuan Tekanan Manajer dan Tekanan Partner


F
053 0,723 38 0,115
D

Variabel Gender Autoritarian Pertimbangan moral Tekanan kepatuhan

0,h 0,764 0,03* 0,738

Variabel Gender Autoritarian Pertimbangan moral Tekanan kepatuhan

Kelompok Perlakuan Tanpa Tekanan Kepatuhan, Tekanan Manajer, dan Tekanan Partner F P
283 0,208 0,609 lr4 0,09** 0,64 O4 ,3 0,23

Kelompok Perlakuan Tekanan Manajer dan Tekanan Partner

F
0,005 0,598

P
0,943 0,873 0316 0,925

12
0,009

Keteranean: * sigruf;ican pada tingkat sigmfikansi 5% ** sigrufikan pada tingkat sigrufikansi10%

SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI


Simpulan Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa secara umum tekanan kepatuhan mempengaruhi judgment auditor, jadi ada perbedaan untuk simpel yang tidak mengalami tekanan dan yang mengalami tekanan. Tetapi, perbedaan tidak ditemukan apakah tekanan itu berasal dari manajer

Jurnal Bisnis & Manajemen Vol. 4, No. 1,2004: 42 - 64

atau partner. Gender mempengaruhi tekanan kepatuhan auditor dalam memberikanjudgment secara keseluruhan, artinya antara auditor pria dan auditor wanita saat berada dibawah tekanan kepatuhan memberikan judgment yang berbeda sigtufikan. Berdasarkan penelitian ini, perbedaan gender tidak mempunyai pengaruh secara sigmfikan terhadap ludgment auditor yang mendapat tekanan baik dari manajer maupun tekanan dari partner. Hasil penelitianini konsisten dengan penelitian Chung dan Monroe (2001)yang berhasil mengindikasikan bahwa tejadi perbedaan interaksi yang signifikan antara kompleksitas tugas dan judgment audit yang diberikan oleh auditor pria dan auditor wanita. Senada dengan Chung dan Monroe, Johnson dan Kaplan (1998) yang menggambarkan bahwa perbedaan gender sangat berpengaruh dalam mempertimbangkan hasil kinej a manajer audit. Namun demikian, hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Thoma (1986) yang menemukan bahwa pengaruh perbedaan gender sangatkecil dalamjudgment auditor. Penelitian ini tidak mendukung hasil temuan Hartanto dan Kusuma (2001) yang menyatakan bahwa perbedaan gender tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ludgrnent auditor yang mendapat tekanan. Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa auditor yang memperoleh perlakuan tekanan kepatuhan dalam bentuk instruksi yang tidak tepat dari atasan, baik tekanan kepatuhan dari manajer maupun dari partner tidak secara sigrufikan melakukan tindakan yang menyimpang atau tidak patuh dari standar profesional dibandingkan dengan auditor yang tidak mendapat tekanan kepatuhan, dan pengaruh tekanan kepatuhan dari manajer tidak berbeda pula dengan pengaruh dari manajer . Hal ini mendukung dengan penelitian sebelumnya yang disebabkan responden sebagai auditor pemula belurn dapat membedakan antara tekanan partner atau tekanan manajer. Autoritarian tidak mempengaruhiauditor dalam membuatjudgment. Tetapi pertimbangan moral secara signifikan mempengaruhi judgment auditor baik yang mendapat tekananmanajer atau partner atau yang sama sekali tidak mendapat tekanan. Keterbatasan Penafsiran dari hasil penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan sebagaiberikut. 1. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa fakultas Ekonomi jurusan akuntansiyang telah mengambilmata kuliah auditing dan dipro, yeksikan sebagai auditor pemula. Para mahasiswa ini mungkin hanya mengetahui auditing secara teoritis saja dan belum dapat merasakan segala masalahyang q a d i di lingkungankerja auditingyang sebenamya.

Tekanan Kepatnhan, Gender,Autoritarian

Rahmawati& Honggowati

Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian antara rata-rata kelompok perlakuan tekananmanajer yang tidak berbeda secara sipfikan dengan perlakuan tekanan manajer terhadap judgment auditor, mereka rataratamenjawab denganskorjawabanyangragu-rap antarasangatmungkin dan tidak munekin. iadi belum ada keteeasan dalam menentukan " ., " sikap. Para responden belum berpengalaman sebagai auditor,jadi tidak dapat merasakan perbedaan bagaimana tekanan dari manajer atau partner. Skenario yang diberikan dalam penelitian ini sangat pendek dan membuat responden kurang memahami apa yang dimaksud pertanyaan dalam skenario tersebut. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan responden dan kurangnya waktu yang diberikan sedangkan pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam skenario tersebut sebenamya lebih tepat untuk diberikankepada auditor yang . sesungguhnya. ~ a l a m penelitian selanjutnya sebaiknya skenario tersebut dapat diperbaiki sehingga lebih komprehensif dan &berikan kepada responden yang benar-benar berprofesi sebagai auditor. Skenaxio dalam penelitianini tidak disertaialternatif yang dapat dilakukan oleh auditor (mahasiswa),yang dapat dipakai untuk mendukung pengambilan keputusan sikap auditor.Misalnya kesempatanberdiskusi dengan atasan atau rekan kej a untuk memahami perintah atasan. Tidak seimbangnya jumlah gender responden yang mengikuti penelitian ini karena sebagianbesar yang mengisi kuesioner penelitian ini adalah wanita. Sehingga tejadi ketidakseimbangan pendapat yang didapatkan peneliti dalam penelitianini dimana pendapat dari auditor wanita lebih dominan dibandingkan auditor pria. Faktor kebiasaan dan budaya masyarakat Indonesia yang kurang berani dalam memberikan jawaban yang bersifat ekstrim. Dapat dilihat dalam penelitian ini sebagian besax responden memberikanjawaban yang tidak eksirim atau merekamemberikanjawaban di kisaran yang n rata-rata saja sehingga hasil penelitian i i tidak mendapatkan hasil yang memuaskan karena responden tidak mau bersikap berani dalarn memberikan pendapatnya mengenai suatu obyek. Skala GAIAS tidak cocok digunakan oleh profesi auditor. Instrumen untuk mengukur pertimbanian moral ter& pendek, jadi responden banyak yang tidak paham dengan apa yang ditanyakan peneliti. Implikasi Hasil penelitian pengaruh perbedaan gender terhadap judgment auditoi yang mendapatkan tekanan kepatuhan i i mempunyai implikasi n dalam beberapa hal, yaitu sebagai berikut.

Jurnal Bisnis & Manajemen Vol. 4, No. 1,2004: 42 64

Dalam lingkungan kerja Kantor Akuntan Publik sebaiknya tidak melakukan diskriminasi gender pada saat melaksanakan rekruitmen staf auditor dan tidak menghambat perkembangan karir auditnya berdasarkan jenis kelamin auditor tersebut. Karena ada yang lebih penting dari hanya sekedar memperhatikan perbedaan gender tersebut, yaitu potensi diri dan kematangan profesionalisme masingmasing pribadi auditor yang bersangkutan. Untuk penelitian yang akan datang, diharapkan dapat menggunakan sampel yang lebih besar sehingga dapat mewakili dengan seimbang jumlah pendapat dari responden dengan gender yang berbeda. Berdasarkan hasil penelitian ini maka instarsi pendidikan dalam hal ini pihak fakultas ekonomijurusan akuntansiyang akan menghasilkan calon-calon auditor harus memberikan bekal yang lebih kepada mahasiswa jurusan akuntansi, misalnya dengan memberikan pelatihan kepada mahasiswa untuk mendapatkan pengetahuan yang benar tentang lingkungan kerja seorang auditor d m pemahaman yang benar mengenai perintah yang tidak bertentangan dengan norma atau standar profesional seorang akuntan. Hal ini bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja dibidang auditing. Ikatan Akuntan Indonesia dapat melakukan pencegahan terhadap tindakan auditor yang menyimpang dari standar profesional, misalnya dengan menerbitkan peraturan yang memuat sanksi tegas terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh auditor tersebut. Dengan ketentuan bobot sanksiyang berbeda untuk kasus tertentu yang diberikan kepada manajer, partner dan auditor pemula. Sedangkan untuk kasus yang sama, seorang partner audit hams diberikan sanksi yang paling berat, kemudian diikuti sanksi untuk manajer dan sanksiyang palmg ringan diberikan kepada auditor pemula. Hal ini perlu dilakukan untuk memperbaiki citra akuntan yang kurang baik dan untuk memberikan kepercayaan kepada masyarakat terhadap kinerja akuntan yang bersih serta sebagai upaya untuk menegakkan hukum dan peraturan. Menggunakan responden staff auditor kantor akuntan publik agar lebih mencerminkan apa yang diteliti. Instrumenuntukeksperimen yang mengukur pertimbangan moral dm autoritarian diperbaiki agar Iebih jelas dan sesuai dengan profesl auditor.

Tekanan Kepatuhan, Gender,Autoritarian

Rahmawati& Honggowati

DAFTAR PUSTAKA
Arnold. Vicky. Steve G. Sutton, Stephen C. Hayne dancharles A.P. Smith, 2000. Group Decision Making: The Impact of Opportunity-Cost Time Pressure and Group SupportSystems.Behavioral Research in Accounting, 12 : 69-94 Arnold, D., Ponemon, L.A., 1987. Behavioral Accounting Research. Foundations and Frontiers. Sarasota : American Accounting Association. C0hen.J.R. L.W. Paint dan D.J. Sharp, 1998. The Effect of Gender and academic Discipline Diversity on the Ethical Intentions and Ethical Orientationof Potential Public Accounting Recruits. Accounting Horizons, 1 : 3 2 . De Zoort. F. Todd dan Alan T. Lord, 1994. An Investigation of Obedience Pressure Effects on Auditors' Judgments. Behavioral Research in Accounting, 6 1-30. : Freddie, C., Tan, K.B, 1997.A Study of the Relations Among Disagreement in Budgetary Performance Evaluation Style, Job-Related Tension, Job Satisfaction and Performance. Behavioral Research i n Accounting, 9 199-218. : Hall. R, 1968. Professionalization and Bureaucratization. American 3 Sociological review, 3 : 92-104. Harrison, G.L., 1991. The F Scale as a Measure of Authoritarianism in Accounting Research. Behavioral research i n Accounting, 3 13: 24. Hartanto, Yuli,H., dan Kusuma, I.W., 2001. Analisis Pengaruh Tekanan Ketaatan terhadap Judgment Auditor. Jurnal Akuntansi Manajemen, Desember :1-14. J m e ,C., danMomoe,G.S., 2001. A Research Note on the Effects of Gender and Task Complexity on an Audit Judgment.Behavioral Research , in Accounting, 13: 111-125.

Jurnal Bisnis & Manajemen Vol. 4, No. 1,2004: 42 - 64

Johnson, Eric, N., dan S.E. Kaplan dan Philip M.J. Reckers, 1998. An Examination of Potential Gender-Based Differences in Audit Managers' Performance Evaluation Judgments. Behavioral research in Accounting, 10: 47-75. Lord, T. Alan dan F Todd De Zoort, 2001. The Impact of Commitmentand Moral Reasoning on Auditors' Responses to Social Influence Pressure. Accounting Organization and Society, 26: 215-235. Milgram, 1974. Obedience to authority. New York: Harper &Row. Ponemon, L.A, 1990. Ethical Judgments in Accounting: A CognitiveDevelopmental Respective. Critical Perspectives in Accounting, 1 191-215. : Rahmawati, 1997. Hubungan Antara Profesionalisme Internal Auditor dengan Kinerja, Kepuasan, Komihnen dan Keinginan untuk Pindah. Tesis S2 UGM tidak dipublikasikan. Rockers,P.M. dan J.J.Schultz. Jr., 1982. Individual versus group assisted audit evaluations. Auditing: A Journal of Practice & Theory, 2: 64-74. Timothy, L.J., Ponemon, L.A. dan Robin R. Radtke, 1997. Examining Accountants' ethical behavior: A Review and Implications for Future Research. Dalam BAR Foundations and Frontiers. AAA. Van, D.M., Jansman, A.J.E., 1997. The Impact of Contextual Factors on Auditors' Ability Pressure. Working paper.

You might also like