Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Allah SWT menciptakan manusia, baik pria maupun wanita, dengan suatu fitrah yang khas, yang berbeda dengan hewan. Wanita adalah seorang manusia, sebagaimana halnya pria. Pria dan wanita telah ditakdirkan untuk hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Allah SWT juga telah menetapkan bahwa kelangsungan keturunan manusia bergantung pada interaksi kedua lawan jenis tersebut, selain keberadaan keduanya pada setiap masyarakat
Ayat tersebut jelas menunjukkan bahwa manusia (laki-laki) sejak lahir telah dibekali cinta sahwat (nafsu seks) tehadap wanita. Demikian pula wanita sebagai lawan jenis laki-laki. Dia dibekali oleh Allah SWT nafsu seksual untuk melayani kehendak lawan jenisnya. Maka sekarang seksualitas adalah kebutuhan biologis manusia yang tak dapat dipisahkan dalam kehidupan. Dan kebutuhan seksual manusia harus mendapatkan penyaluran dengan disertai penerangan yang lengkap tentang seksual terutama dari segi agama dan moral.
Lanjutan
Voyeurisme : penyimpangan seksual dengan melihat atau mengintip orang lain yang sedang melakukan hubungan suami isteri Pedophilia : orang dewasa yang yang suka melakukan kontak fisik yang merangsang dengan anak di bawah umur Bestially : manusia yang suka melakukan hubungan seksual dengan binatang Incest : hubungan seksual dengan sesama anggota keluarga sendiri non suami istri Necrophilia : orang yang suka melakukan hubungan seksual dengan orang yang sudah menjadi mayat
Zoophilia : orang yang senang melihat hewan melakukan hubungan seksual Sodomi : pria yang suka berhubungan seks melalui dubur pasangan Frotteurisme : bentuk kelainan sekual di mana seseorang laki-laki menggesek-gesek alat kelaminnya ke tubuh perempuan di tempat umum mendapatkan kepuasan seksual
Artinya: Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan isterinya, agar Dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah Dia merasa ringan (Beberapa waktu). kemudian tatkala Dia merasa berat, keduanya (suami-isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata: "Sesungguhnya jika Engkau memberi Kami anak yang saleh, tentulah Kami terraasuk orang-orang yang bersyukur". (QS. Al-Araf:189) Artinya: Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka Mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah ?" (QS. An-Nahl : 72)
Artinya : dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,(5) kecuali terhadap isteriisteri mereka atau budak yang mereka miliki, Maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa (6) Barangsiapa mencari yang di balik itu Maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas (7). (QS. Al-Mukminun: 5-7) Artinya: isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, Maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman. (QS. Al-Baqarah: 223)
Artinya: Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, Yaitu fajar. kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa. (QS. Al-Baqarah:187)
PENUTUP
Hubungan antara seksual dengan pernikahan tidak hanya dipandang sebagai hubungan yang bertumpu pada kenikmatan dan seksual semata, Pandangan ini harus selalu disandarkan pada ketakwaan kepada Allah SWT, bukan untuk mencari kenikmatan dan menuruti syahwat. pandangan tersebut tidak mengingkari adanya kenikmatan hubungan seksual, tetapi mengganggapnya sebagai suatu bentuk kenikmatan yang dibenarkan pleh syariat; mampu mewujudkan keturunan dan selaras dengan cita-cita luhur seorang Muslim, yaitu mendapatkan keridhaan Allah SWT.
TERIMA KASIH