You are on page 1of 13

PERENCANAAN SISTEM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


1

I.

PENDAHULUAN Penurunan kinerja pengelolaan persampahan dalam beberapa tahun terakhir ini tidak lepas dari dampak perubahan tatanan pemerintahan di Indonesia dalam era reformasi, otonomi daerah serta krisis ekonomi yang telah melanda seluruh wilayah di Indonesia. Hal tersebut dapat ditunjukkan oleh berbagai hal seperti : menurunnya kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) karena banyaknya pergantian personil yang sebelumnya pernah terdidik dalam bidang persampahan melalui program training atau capacity building; tidak jelasnya organisasi pengelola sampah karena adanya perubahan kebijakan organisasi; menurunnya alokasi APBD bagi pengelolaan sampah; menurunnya penerimaan retribusi (secara nasional hanya dicapai 22 %); menurunnya tingkat pelayanan (tingkat pelayanan dari data BPS tahun 2000 hanya 40 % yang sebelumnya pernah mencapai 50 %); menurunnya kualitas TPA yang sebagian besar menjadi open dumping yang mencemari lingkungan dan menyebabkan terjadinya NIMBY (Not In My Back Yard) Syndrome; timbulnya friksi antar daerah / sosial; pengelolaan teknis pembuangan yang tidak bertanggung jawab sehingga menimbulkan korban jiwa seperti dalam kasus longsornya Tempat Pengolahan Akhir (TPA) Leuwigajah dan Bantar Gebang; tidak adanya penerapan sanksi atas pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat yang membuang sampah sembarangan, dan lain-lain.

Timbulnya pencemaran lingkungan disekitar TPA disebabkan karena tidak adanya proses pemilihan lokasi TPA yang layak dan tidak adanya alokasi lahan TPA dalam Rencana Tata Ruang Wilayah sehingga lokasi TPA yang ada saat ini tidak memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan standar nasional. Selain itu fasilitas TPA yang sangat minim terutama berkaitan dengan terbatasnya fasilitas perlindungan lingkungan (buffer zone, pengumpulan dan pengolahan leachate, ventilasi gas dan penutupan tanah), dan pengoperasian TPA yang cenderung dioperasikan secara open dumping. Larangan ijin mendirikan bangunan disekitar TPA juga tidak dilakukan sehingga lokasi TPA yang semula jauh dari permukiman kemudian justru dikelilingi oleh permukiman penduduk.

Saat ini hampir seluruh pengelolaan sampah berakhir di TPA sehingga menyebabkan beban TPA menjadi sangat berat, selain diperlukannya lahan yang cukup luas, juga fasilitas perlindungan lingkungan yang sangat mahal. Hal tersebut disebabkan karena belum dilakukannya upaya pengurangan volume sampah secara sungguh-sungguh sejak dari sumber, termasuk pemisahan sampah B3 (Bahan Buangan Berbahaya) rumah tangga.

Berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah (PP) 16/2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum yang berkaitan dengan perlindungan air baku, mensyaratkan beberapa ketentuan, antara lain : Ketentuan penerapan standard pelayanan minimal Ketentuan metode pembuangan akhir dengan

sanitary

landfill

(kota

besar/metropolitan) dan controlled landfill (kota kecil/sedang) Ketentuan zona penyangga disekitar TPA Ketentuan melakukan monitoring kualitas leachate Melarang dilaksanakannya open dumping sampai tahun 2008

Disamping itu Pemerintah Indonesia juga telah ikut serta dalam meratifikasi berbagai kesepakatan/komitmen Internasional yang harus diupayakan pemenuhannya sebagai bangsa yang bermartabat. Kesepakatan tersebut mencakup : Agenda 21 mengenai pengurangan volume sampah yang dibuang ke TPA (3R/Reduce-Reuse-Recycle), Prinsip Dublin, Kesepakatan Rio, MDGs (Millenium Development Goals) mengenai peningkatan separuh dari jumlah masyarakat yang belum mendapatkan akses pelayanan pada tahun 2015, Kyoto Protocol mengenai mekanisme pembangunan bersih (CDM/Clean Development Mechanism) dan lain-lain; Menindak lanjuti kebijakan nasional pengelolaan persampahan sasarannya adalah : Tercapainya kondisi kota dan lingkungan yang bersih Pencapaian pengurangan kuantitas sampah 20 % Pencapaian sasaran cakupan pelayanan 60 % penduduk Tercapainya kualitas pelayanan minimal sesuai standar pelayanan minimal yang

Tercapainya peningkatan kualitas pengelolaan TPA menjadi sanitary landfill (kota besar dan metropolitan), controlled landfill (kota sedang dan kecil) serta tidak dioperasikannya TPA secara open dumping (mulai tahun 2008)

Tercapainya peningkatan kinerja institusi pengelola persampahan yang mantap dengan pemisahan peran operator dan regulator yang jelas serta berkembangnya pola kerjasama regional

Diperlukan perencanaan peningkatan pengelolaan persampahan secara menyeluruh yang memiliki dimensi Perencanaan luas namun fokus pada pengelolaan persampahan secara merupakan langkah awal dalam melaksanakan berkelanjutan dan ramah lingkungan. persampahan pembangunan bidang persampahan yang seharusnya dimiliki oleh semua kota /kabupaten sebagai dasar pengelolaan baik untuk jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Perencanaan tersebut meliputi Master Plan yang dapat menggambarkan perencanaan penanganan sampah jangka panjang dari sumber sampai TPA termasuk skenario kelembagaan dan perkiraan biaya investasi, Studi Kelayakan untuk menilai kelayakan suatu kegiatan atau program penanganan sampah dari segi teknis, ekonomis dan layak lingkungan serta Perencanaan Detail yang mempersiapkan rencana pelaksanaan teknis. II. Tahapan Perencanaan Perencanaan pengelolaan sampah harus dilakukan untuk jangka panjang dan layak secara teknis, ekonomis dan berwawasan lingkungan serta dapat dimplementasikan dengan mudah . Tahapan perencanaan dimulai dari rencana induk, studi kelayakan dan perencanaan teknis. Rencana induk, merupakan rencana garis besar yang menggambarkan arahan sistem pengelolaan sampah dalam 25 tahun kedepan. Studi Kelayakan, merupakan bagian dari rencana induk yang secara jelas akan diketahui kelayakannya, baik kelayakan teknis, ekonomi, lingkungan maupun sosial. Pada tahap ini secara bersamaan juga dilakukan studi pemilihan lokasi TPA dengan mengacu pada SNI atau metode lain dan studi AMDAL atau UKL/UPL

Perencanaan teknis, merupakan rencana detail dengan mengacu pada rencana induk / studi kelayakan dan dilengkapi dengan gambar detail, spesifikasi teknis, SOP dan dokumen lain yang diperlukan (penjabaran RKL/RPL atau UKL/UPL) serta siap untuk dilakukan tahap pelaksanaan (penyediaan prasarana dan sarana) Secara umum substansi untuk setiap tahap perencanaan adalah sebagai berikut : Master Plan Identifikasi perumusan masalah Prioritas penanganan Skenario pengembangan (teknis, institusi dan finansial) Proyeksi kebutuhan Usulan program ( jangka pendek, menengah dan jangka panjang) Kriteria desain Studi Kelayakan Review Skenario pengembangan Analisis (kelayakan teknis, ekonomi, lingkungan dan kelembagaan) Alternatif terpilih Rencana pengembangan Perencanaan Teknis (DED) : Lingkup disain Pengukuran (topografi, geohidrologi dll) Peta-peta (skala 1 : 500) Design drawing Mechanical & electrical Estimasi biaya Revisi RKL/RPL Dokumen tender dan spesifikasi teknis

III. Proses Perencanaan 3.1. Survey dan Identifikasi Data 1). Metode Survey Pengumpulan Data Pengumpulan data berkaitan dengan perencanaan sistem pengelolaan persampahan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : Pengumpulan data sekunder, dilakukan dengan menggunakan data yang ada baik dari hasil studi yang berkaitan dengan perencanaan sampah (RUTR, land use, Air Bersih, dll), tanah, dll), kebijakan dan renstra daerah, hasil penelitian (seperti komposisi / karakteristik sampah, timbulan sampah, topografi, penyelidikaan BPS (jumlah penduduk, pendapatan masyarakat, dll), maupun NSPM persampahan. Pengumpulan data primer, dilakukan dengan survey, sampling, analisa laboratorium dan lain-lain 2). Identifikasi Data Data yang dibutuhkan untuk merencanakan sistem pengelolaan sampah adalah sebagai berikut : a. Data Kondisi Kota Data fisik kota, meliputi luas wilayah administrasi kota/ kabupaten, luas wilayah urban, topografi wilayah, tata guna lahan, jaringan jalan, perumahan, daerah komersial (pasar, pertokoan, hotel, bioskop, restoran, dll), fasilitas umum (perkantoran, sekolah, taman, dll), fasilitas sosial (tempat ibadah, panti asuhan, dll). Data tersebut dilengkapi peta kota, tata guna lahan, topografi dan lain-lain. Data kependudukan, meliputi jumlah penduduk per kelurahan, kepadatan penduduk administrasi, kepadatan penduduk urban, mata pencaharian, budaya masyarakat dan lain-lain. Dilengkapi peta kepadatan penduduk Data kondisi sosial ekonomi, meliputi alokasi dana APBD dan anggaran kebersihan (3 tahun terakhir), data PDRB atau income penduduk (Rp/kk/bulan) dan lain-lain

b. Data Rencana Pengembangan Kota Rencana pengembangan wilayah, meliputi rencana tata guna lahan, rencana pengembangan jaringan jalan, rencana pengembangan perumahan / permukiman baru, rencana pengembangan daerah komersial, kawasan industri, rencana pengembangan fasilitas umum (perkantoran, sekolah, rumah sakit, taman, dll) dan rencana pengembangan fasilitas sosial. Selain itu juga rencana alokasi lahan untuk TPA. Dilengkapi dengan peta rencana pengembangan wilayah, rencana tata guna lahan dll. c. Data Kondisi Sistem Pengelolaan Persampahan Yang Ada Data kondisi sistem pengelolaan persampahan, meliputi : Aspek Institusi, meliputi bentuk institusi pengelola sampah, struktur organisasi, tata laksana kerja, jumlah personil baik ditingkat staf maupun operasional, pendidikan formal maupun training yang pernah diikuti di dalam dan luar negeri. Aspek Teknis Operasional, meliputi daerah pelayanan, tingkat pelayanan, sumber sampah, komposisi dan karakterirstik sampah, pola operasi penanganan sampah dari sumber sampai TPA, sarana/prasarana persampahan yang ada termasuk fasilitas bengkel, kondisi pengumpulan (frekuensi pengumpulan, ritasi, jumlah petugas dll), pengangkutan (frekuensi, ritasi, daerah pelayanan, jumlah petugas dll), pengolahan (jenis pengolahan, kapasitas atau volume, daerah pelayanan, jumlah petugas dll), pembuangan akhir (luas, kondisi lokasi, fasilitas TPA, kondisi operasi, penutupan tanah, kondisi alat berat dll). Selain itu juga data mengenai penanganan sampai medis (incinerator, kapasitas, vol sampah medis dll) dan sampah industri/ B3 (jenis sampah, volume, metode pembuangan dll). Dilengkapi peta daerah pelayanan dan aliran volume sampah dari sumber sampai TPA yang ada saat ini. Aspek Pembiayaan, meliputi biaya investasi dan biaya operasi / pemeliharaan (3 tahun terakhir), tarif retribusi, realisasi penerimaan retribusi termasuk iuran masyarakat untuk pengumpulan sampah (3 tahun terakhir) dan mekanisme penarikan retribusi Aspek Peraturan, meliputi jenis perda yang ada, kelengkapan materi, penerapan sangsi dll

Aspek Peran Serta Masyarakat dan Swasta, meliputi program penyuluhan yang telah dilakukan oleh pemerintah kota / kab, 3.2. Pengolahan Data / Analisa Analisa terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan persampahan meliputi : Analisa kondisi kota, yaitu tinjauan terhadap aspek topografi kota dalam hal penentuan metode pengumpulan dan pembuangan akhir sampah, jaringan jalan dalam hal penentuan rute pengangkutan dan penentuan lokasi TPA, fasilitas kota dalam hal penentuan urgensi daerah pelayanan dan besarnya timbulan sampah, demografi dalam hal penentuan tingkat pelayanan dan timbulan sampah, pendapatan per kapita dalam hal penentuan kemampuan masyarakat membayar retribusi, APBD dalam hal kemampuan daerah mensubsidi anggaran kebersihan dan penentuan tarif retribusi, dan lain-lain. Analisa rencana pengembangan kota, yaitu berkaitan dengan rencana pengembangan daerah pelayanan, penentuan lokasi TPA, rencana peruntukan lahan pasca TPA dan lain-lain Analisa kondisi pengelolaan sampah yang ada saat ini, yaitu berkaitan dengan kemungkinan peningkatan institusi pengelola sampah minimal dalam hal operasionalisasi struktur organisasi, peningkatan profesionalisasi SDM, peningkatan pelayanan yang aplikatif dalam periode perencanaan, peningkatan metode operasi penanganan sampah dari sumber sampai TPA yang terjangkau dan tidak mencemari lingkungan, peningkatan retribusi agar dapat mencapai cost recovery, peningkatan PSM agar secara bertahap dapat melaksanakan minimalisasi sampah / 3 R, kemungkinan peningkatan peran swasta dalam pengelolaan sampah dan lain-lain. Analisa dapat dilakukan dengan berbagai metode seperti pendekatan sistem input / output, analisa hubungan sebab akibat, analisa SWOT, analisa deskripsi dan metode lain yang disesuaikan dengan kebutuhan. Dalam analisa tersebut juga diproyeksikan jumlah penduduk yang akan mendapatkan pelayanan termasuk proyeksi sampah selama masa perencanaan timbulan

3.3. Skenario Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan 1). Rencana Induk Berdasarkan hasil identifikasi dan analisa perumusan masalah, perlu dijabarkan prioritas penanganan sampah baik untuk jangka panjang (20 tahun), jangka menengah (5 tahun) dan jangka pendek (1-2 tahun) Skenario pengembangan teknis disesuaikan dengan prioritas meliputi target perencanaan, pengembangan daerah pelayanan, pola penanganan sampah dari sumber sampai TPA, proyeksi kebutuhan prasarana/sarana persampahan, penentuan lokasi TPA, program 3 R dan program penyuluhan/pendidikan Skenario pengembangan institusi, meliputi peningkatan bentuk institusi atau perbaikan struktur organisasi yang memisahkan fungsi operator dan regulator, peningkatan kuantitas / kualitas SDM, penyempurnaan perda yang berkaitan dengan masalah teknis, institusi dan retribusi dan rencana penerapannya Skenario peningkatan pembiayaan, meliputi rencana investasi untuk setiap tahapan perencanaan, kebutuhan biaya O/M, gambaran tarif retribusi dan biaya satuan penanganan sampah per ton atau per m3 2). Studi Kelayakan Review skenario pengembangan berdasarkan rencana induk pengelolaan persampahan baik aspek teknis, kelembagaan maupun finansial Studi pemilihan lokasi TPA meliputi identifikasi zona kelayakan lokasi TPA berdasarkan metode Le grand dan SNI tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA Analisis kelayakan terhadap skenario pengembangan teknis berdasarkan kebijakan dan criteria yang berlaku dengan mengedepankan pola penanganan sampah berteknologi ramah lingkungan dan pengurangan volume sampah dengan metode 3 R (skala sumber, kawasan, skala kota dan regional). Analisis kelayakan ekonomi terhadap alternatif skenario teknis untuk memilih teknologi penanganan sampah yang terjangkau, berkelanjutan dan mengarah pada system cost recovery Analisis kelayakan lingkungan terutama berkaitan dengan TPA dan pengolahan sampah skala kota/regional. Untuk TPA dengan luas > 10 ha harus dilengkapi

dengan studi AMDAL (TOR, Andal dan RKL/RPL) dan TPA dengan luas <10 ha dilengkapi dengan UKL/UPL (kecuali untuk lokasi TPA yang berdekatan dengan kawasan lindung maupun sempadan sungai dan badan air lainnya, berapapun luasnya harus dilengkapi dengan sudi AMDAL). Selain TPA, yang perlu dikaji kelayakan lingkungannya adalah incinerator, TPST (tempat pengolahan sampah terpadu) skala kota dan transfer station Alternatif terpilih ditentukan berdasarkan hasil kajian teknis yang layak ekonomi dan lingkungan serta dapat dilakukan dengan kondisi SDM setempat 3). Perencanaan Teknis Program peningkatan pengelolaan persampahan kedepan akan mengadopsi paradigma baru, yaitu menerapkan metode pembatasan, pengurangan dan pemanfaatan sampah semaksimal mungkin melalui metode 3 R sehingga diharapkan jumlah sampah yang dibuang akan berkurang dan tidak membutuhkan lahan TPA yang terlalu luas. Perencanaan teknis tersebut meliputi : Pengembangan daerah pelayanan, dengan memperhatikan daerah yang saat ini sudah mendapatkan pelayanan, daerah dengan tingkat kepadatan tinggi, daerah kumuh dan rawan sanitasi, daerah komersial / pusat kota dan lain-lain sesuai kriteria. Pola pengembangan mengikuti pola rumah tumbuh dengan perkiraan timbulan sampah yang akan dikelola untuk jangka waktu perencanaan tertentu (berdasarkan hasil proyeksi). Pengembangan daerah pelayanan ini dilengkapi dengan peta (skala 1: 10.000) Rencana Kebutuhan Sarana / Prasarana, dengan memperkirakan timbulan sampah dan tipikal daerah pelayanan serta pola operasional penanganan sampah dari sumber sampai TPA terpilih. Sarana / prasarana tersebut meliputi jumlah dan jenis pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengolahan, meliputi jenis, jumlah dan lokasi pewadahan komunal Disain pengangkutan dan pembuangan akhir. Rencana Pewadahan, maupun individual (wadah individual disediakan oleh masyarakat).

wadah sedemikian rupa (higienis, bertutup, tidak permanen, volume disesuaikan

10

dengan volume sampah yang harus diwadahi untuk periode pengumpulan tertentu). Rencana Pengumpulan, meliputi pola pengumpulan (pengumpulan individual langsung / tidak langsung dan komunal) untuk setiap daerah pelayanan sesuai dengan kriteria perencanaan. Disain gerobak / becak pengumpul sampah sedemikian rupa agar mudah mengoperasikannya serta sesuai dengan budaya masyarakat setempat. Disain / spesifikasi teknis peralatan tersebut terlampir Rencana Pemindahan, meliputi rencana lokasi di daerah pelayanan , daerah layanan, tipikal transfer depo dan gambar disain / spesifikasi teknis. Rencana Pengolahan, meliputi jenis pengolahan terpilih berdasarkan kelayakan dan komposisi/karakteristik sampah. UDPK (usaha daur ulang dan produksi kompos) skala kawasan (kapasitas 15 m3/hari) dapat menjadi salah satu pilihan. Sedangkan pilihan insinerator skala kota diprioritaskan untuk daerah yang tidak lagi memiliki lahan untuk TPA serta teknologi yang ramah lingkungan (bebas SOx, NOx, COx dan dioxin) serta memanfaatkan heat recovery. Pengurangan volume sampah secara keseluruhan minimal 10 - 20 %. Rencana Pengangkutan, meliputi pola pengangkutan sampah (door to door truck dan pengangkutan dari transfer depo ke TPA), jumlah dan jenis truck. Selain itu juga dilengkapi peta rute pengangkutan sampah dari hasil time motion study (gambar dan spesifikasi truck dilampirkan). Rencana Pembuangan Akhir, meliputi rencana lokasi sesuai dengan ketentuan teknis (SNI tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA) dengan luas yang dapat menampung sampah untuk masa 10 tahun dan fasilitas Sanitary Landfill (SLF) dan rencana pemanfaatan lahan pasca TPA. Disain fasilitas SLF tersebut meliputi jalan masuk, drainase, pagar (tanaman hidup berdaun rimbun, contoh angsana), pos jaga (kantor), zone pembuangan yang terdiri dari lapisan dasar kedap air, jaringan pengumpul lindi, pipa ventilasi gas, kolam penampung dan pengolahan lindi. Selain itu juga dilengkapi dengan fasilitas lain seperti air bersih, tanah penutup, alat berat (buldozer, landfill compactor, loader dan exavator) dan bengkel untuk perbaikan ringan. Disain masing2 fasilitas dilengkapi gambar (skala 1 : 500) dan spesifikasi teknis. Selain itu Disain TPA juga dilengkapi dengan SOP (standard operation procedure) untuk pembuangan sistem sel.

11

Pasca TPA disesuaikan dengan rencana peruntukan lahan dan rekomendasi teknis Sesuai dengan PP 16/2005 tentang Sistem penyediaan Air Minum yang mensyaratkan batas pengoperasian TPA open dumping sampai tahun 2008, dan mengingat kondisi TPA di berbagai kota di Indonesia yang rata-rata dioperasikan secara open dumping dan mencemari lingkungan memerlukan upaya rehabilitasi. Rehabilitasi TPA memiliki tujuan : - Mengurangi dampak pencemaran terutama berkaitan dengan pengendalian leachate, gas dan vektor penyakit (proses dekomposisi sampah akan terus berlangsung sampai 30 tahun setelah TPA ditutup) . - Memanfaatkan sampah lama sebagai tanah penutup TPA atau kompos melalui kegiatan landfill mining. Adanya indikasi logam berat yang terdapat di TPA (di TPA Bangli kandungan Pb 7,1 ppm), produk kompos dari TPA dilarang untuk digunakan pada tanaman pangan. - Menutup TPA lama untuk dikembangkan menjadi TPA baru dengan penutupan tanah minimum (untuk lokasi TPA yang masih dapat diperluas) - Menutup TPA secara permanen dan memanfaatkan menjadi lahan baru (ruang terbuka hijau) Selain aspek teknis, dilengkapi juga dengan rencana pembiayaan yang meliputi perhitungan biaya investasi, biaya operasi dan pemeliharaan, perhitungan tariff retribusi untuk beberapa kelas wajib retribusi (kelas perumahan, fasilitas komersial, fasilitas umum dan fasilitas sosial) dan adanya dukungan peraturan (perda) baik berupa penyempurnaan perda maupun pembuatan perda baru dan rencana law enforcement. Untuk mendukung program 3 R diperlukan rencana peningkatan peran serta masyarakat sejak awal (dari perencanaan sampai pelaksanaan) terutama untuk pola penanganan pembentuakan sampah berbasis masyarakat lingkungan, melalui konsultasi berbagai cara seperti forum-forum publik, sosialisasi,

pendampingan, training dan lain-lain. Upaya ini harus diterapkan secara konsisten, terus menerus, terintegrasi dengan sektor lain yang sejenis dan masyarakat diberi kepercayaan untuk mengambil keputusan.

12

Selain peran serta masyarakat, peningkatan aspek kemitraan juga merupakan hal penting yang perlu direncanakan untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan sampah terutama yang mempunyai nilai investasi tinggi dan membutuhkan penanganan yang lebih profesional meliputi pemilihan kegiatan yang secara teknis dan ekonomis layak dilakukan oleh swasta dengan metode atau pola kemitraan yang jelas dan terukur serta bersifat win-win solution.

IV. PENUTUP Dalam rangka melaksanakan sistem pengelolaan persampahan yang memadai, maka tahap perencanaan merupakan langkah penting yang selanjutnya harus digunakan sebagai acuan bagi para stakeholder dalam pembangunan bidang persampahan. Hasil perencanaan sangat tergantung pada tingkat keakuratan data, kecermatan analisa dan proses perancangan yang memadai termasuk kelengkapan dokumen perencanaan sepert gambar detail, spesifikasi teknis dan dokumen tender.

DAFTAR PUSTAKA 1. Undang-Undang No 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah 2. Peraturan Pemerintah No 16/2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum 3. Standar Nasional Indonesia (SNI) Bidang Persampahan. Departemen Pekerjaan Umum 4. Rancangan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Pedoman Pengelolaan Persampahan, tahun 2005 5. MDGs Report Indonesia, Bappenas 2004 6. Agenda 21 Indonesia 7. Thobanoglous, G, Theisen, Integrated Solid Waste Management. Mc. Graw-Hill International Edition, 1933 8. Syed R. Qasim, Walter Chiang. Sanitary Landfill Leachate. Technomic Publishing Company, Inc, USA, 1994

13

You might also like