You are on page 1of 6

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Perawat merupakan profesi yang paling dekat dengan klien karena berinteraksi selama 24 jam penuh, disini peran perawat dalam proses komunikasi serta membangun hubungan yang terapeutik sangat diperlukan. Perawat menggunakan dirinya secara terapeutik dalam membantu klien. Diharapkan dengan komunikasi yang terapeutik dapat menurunkan kecemasan klien karena klien merasa bahwa interaksinya dengan perawat merupakan kesempatan untuk berbagi pengetahuan, perasaan dan informasi dalam rangka mencapai tujuan keperawatan yang optimal, sehingga proses penyembuhan akan lebih cepat (Perry &Potter, 2005). Penatalaksanaan di ICU dalam jangka waktu yang lama sering dibutuhkan oleh pasien-pasien dengan trauma fisik berat, syok sepsis, atau komplikasi mayor pembedahan yang dapat menyebabkan kegagalan organ multipel. Pasien yang dirawat di ICU akan menjadi sangat tergantung dan pemakaian ventilasi mekanik sering menjadi hambatan dalam komunikasi (Richter et al.,2006). Keadaan pasien yang dirawat diruang ICU dapat menimbulkan kecemasan termasuk pada keluarga pasien yang sedang menunggu anggota keluarganya yang sakit dan menjalani rawat inap. Kecemasan merupakan kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak

memiliki objek yang spesifik(Gail W 2007). Kecemasan dirasakan secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal. Menurut Videbeck (2008), cemas atau ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Perasaan cemas tidak hanya dialami oleh pasien tetapi juga oleh keluarga pasien. Salah satu cara untuk mengatasi kecemasan adalah dengan pemberian atau melakukan komunikasi terapeutik terhadap anggota keluarga pasien. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan, dan kegiatannya dipusatkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi pasien maupun keluarga pasien. Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian perawat- keluarga pasien dengan tujuan membantu keluarga pasien memperjelas dan mengurangi beban pikiran serta diharapkan dapat menghilangkan kecemasan (Pery& Potter, 2005). Dalam hal ini komunikasi terapeutik dilakukan oleh perawat kepada keluarga pasien yang dirawat diICU yang bertujuan agar dapat mengurangi kecemasan keluarga. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di RSUD Panembahan Senopati Bantul pada tanggal 15 Nopember 2011, selama tahun 2011 dari bulan Januari hingga Oktober jumlah pasien di ruang ICU mencapai 316 pasien. Dengan rata-rata perbulan pasien di ICU 32 orang (Data Rekam Medis, 2011). Dari hasil wawancara dengan kepala ruang di ICU mengatakan bahwa penerapan komunikasi terapeutik dengan keluarga pasien hanya sebatas pemberian informasi tentang kondisi pasien, dan dari hasil wawancara dengan 3 orang anggota keluarga pasien yang dirawat di

ruang ICU RSUD Panembahan Senopati Bantul didapatkan hasil bahwa keluarga pasien mengatakan cemas selama menunggu anggota keluarganya dan interaksi antara keluarga dan perawat hanya dilakukan 1 hari sekali. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kecemasan keluarga pasien di ICU RSUD Panembahan Senopati Bantul

B. Rumusan Masalah Apakah ada hubungan antara komunikasi terapeutik perawat terhadap tingkat kecemasan keluarga pasien yang dirawat di ICU RSUD Panembahan Senopati Bantul?

C. Tujuan 1. Umum

Mengetahui hubungan antara komunikasi terapeutik perawat terhadap tingkat kecemasan keluarga pasien yang dirawat di ICU RSUD Panembahan Senopati Bantul. 2. Khusus

a.

Mengetahui teknik komunikasi terapeutik yang digunakan

perawat terhadap keluarga pasien yang dirawat di ICU RSUD Panembahan Senopati Bantul.
b.

Mengetahui tingkat kecemasan keluarga pasien yang dirawat

di ICU RSUD Panembahan Senopati Bantul.


c.

Mengidentifikasi hubungan terapeutik perawat dengan

tingkat kecemasan yang dirasakan keluarga pasien yang dirawat di ICU RSUD Panembahan Senopati Bantul.
d.

Mengidentifikasi keeratan hubungan antara komunikasi

terapeutik dengan tingkat kecemasan keluarga pasien di ICU RSUD Panembahan Senopati Bantul.

D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis Menambah wawasan di bidang ilmu keperawatan khususnya dalam komunikasi perawat terhadap keluarga yang dirawat di ICU.
2. Praktisi keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada perawat dalam menghadapi kecemasan keluarga pasien di ICU sehingga di dalam prakteknya dapat memberikan komunikasi yang terapeutik untuk

para pasien dan keluarga agar pasien dan khususnya keluarga pasien tidak merasa cemas.

E. Keaslian Penelitian
1. Andreas Hadi Hermawan (2009) meneliti tentang Persepsi Pasien Tentang

Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Perawat Dalam Asuhan Keperawatan Pada Pasien Di Unit Gawat Darurat RS. Mardi Rahayu Kudus. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik snowbal sampling dengan jumlah sampel 4 orang. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada metode penelitian yaitu peneliti terdahulu menggunakan penelitian kualitatif, sedangkan peneliti saat ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional, tempat penelitian dan teknik pengambilan sampelnya dimana peneliti saat ini menggunakan teknik pengambilan sampel sampling. Persamaannya terletak pada salah satu variabel penelitian yaitu komunikasi terapeutik.
2. Setiawan dan M. Sukri Tanjung (2005) meneliti tentang Efek Komunikasi

consecutive

Terapeutik Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimendengan jumlah sampel 13 orang dengan teknik

pemilihan sampel dengan cara convenience sampling. Data dikumpulkan dari klien dengan menggunakan kuesioner. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada metode penelitian yaitu peneliti saat ini menggunakan rancangan cross sectional, tempat penelitian dan teknik pengambilan sampelnya serta variabel dependennya penelitian. Persamaannya terletak pada variabel independennya yaitu komunikasi terapeutik.
3. Elisabet Kurnia Dosom (2010) meneliti tentang Hubungan Komunikasi

Terapeutik Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi di Bangsal Bedah RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan rancangan croos sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik

Prorortionate stratified random sampling dengan jumlah sampel 33 orang. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada teknik pengambilan sampel dimana peneliti saat ini menggunakan teknik sampling consecutive sampling, tempat penelitian danvariabel dependennya. Persamaannya terletak pada rancangan penelitian yang menggunakan deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional, variabel independennya yaitu komunikasi terapeutik.

You might also like