You are on page 1of 17

PERBEDAAN YANG TELAH DIPERSATUKAN

Oleh: Kintan Limiansih / 091424054

Perbedaan disebabkan

merupakan

sebuah

permulaan akan

terjadinya sangat

sesuatu. indah jika

Terjadinya masalah, atau terjadinya keharmonisan sekalipun, dapat adanya perbedaan. Perbedaan digunakan sebagai alat pembentuk harmonisasi, misalnya sepasang kekasih akan mengalami hubungan yang menarik bila keduanya berbeda namun memiliki cinta yang mampu mengatasi perbedaan itu. Di dunia ini, tidak ada suatu benda atau suatu hal yang sama, baik secara fisik maupun non-fisik, sedikit banyak semuanya memiliki perbedaan. Benda kecilpun, yaitu atom, tidaklah sama satu dengan yang lainnya, bahkan untuk atom yang sejenis. Demikian pula dengan elektron, proton, dan neutron, ketiga bagian dari atom ini merupakan tiga partikel yang sangat terbedakan. Namun perbedaan dari ketiganya inilah yang merupakan permulaan dari segala macam teori, perkembangan ilmu, dan kemanfaatan bagi manusia. Perbedaan elektron, proton, dan neutron dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, antara lain perbedaan massa, muatan, penemu, waktu ditemukannya, bahkan gejala saat ditemukannya. ELEKTRON Elektron, merupakan partikel subatomik yang menarik dan memiliki lika-luku perjalanan yang unik pada proses penemuan keberadaan dan jati diri nya. Elektron sering dikenal dengan partikel bermuatan negatif dengan massa 9,1.10-31 kg. Identitas elektron ini dapat mudah sekali dimengerti dan dibayangkan oleh manusia, namun proses pengidentifikasiannya tak semudah membayangkannya. Konsep muatan listrik yang tak dapat dibagibagi lagi adalah teori untuk menjelaskan sifat-sifat kimiawi atom oleh filsuf Richard Laming pada tahun 1838 merupakan awal pemikiran adanya partikel bermuatan di atom (http://id.wikipedia.org/wiki/Elektron). Muatan listrik yang tak dapat dibagi-bagi lagi dinamakan ELEKTRON oleh fisikawan

Irlandia, George Johnstone Stoney pada tahun 1894 (Arabatzis, 2006: hlmn 70-71). Istilah elektron berasal dari kata electric dengan akhiran on yang berarti partikel subatomik, sehingga jadilah elektron. Namun pada masa itu, belum dikenal identitas elektron secara lebih spesifik, hanya dikenal adanya muatan yang tak bisa di bagi-bagi lagi. Beberapa ahli telah berusaha memikirkan elektron, namun belum dapat menyimpulkan bagaimana dan apa elektron. Walaupun identitas elektron belum terkuak, penemuan lain seperti penemuan tabung sinar katoda telah diusahakan oleh ilmuan, selain itu Hertz juga telah berusaha melakukan identifikasi muatan negatif dengan tabung sinar katoda, namun belum berhasil (Thomson, 1906: hlmn. 1 dan 2). Elektron secara khusus ditemukan oleh J.J Thomson pada tahun 1897 dan dengan penemuannya ini, Thomson berhasil meraih nobel pada tahun 1906. Lecture nobel Thomson dibuat bertanggalkan 11 Desember 1906 (Thomson, 1906). J.J. Thomson dalam Nobel Lecture- nya menceritakan proses bagaimana investigasinya sehingga dia dapat membuat kesimpulan tentang muatan negatif yang memiliki massa sangat kecil dibandingkan atom setiap unsur yang dikenal. Namun yang menjadi menarik, dalam Nobel Lecture- nya, Thomson tidak menggunakan istilah ELEKTRON , padahal istilah tersebut telah terlebih dahulu ada sebelum ia menyelidiki muatan negatif. J.J. Thomson menemukan adanya muatan negatif sekaligus

mengidentifikasikannya dengan cara melakukan eksperimen dengan sinar katoda (Chambriddge Physics: Cathode rays). Eksperimen dengan sinar katoda yang dilakukan Thomson menggunakan tabung sinar katoda yang telah ditemukan oleh Sir William Crookes (Thomson, 1906: hlmn. 1). Dalam eksperimennya, Thomson mampu membelokkan sinar katoda dalam medan listrik yang dihasilkan oleh sepasang plat logam. Rangkaian eksperimen Thomson yang di peroleh dari beberapa referensi adalah:
Tabung sinar katoda yang didalamnya terdapat sepasang plat logam

dialiri dengan listrik bertegangan tinggi. Saat listrik teralir, pada tabung nampak cahaya hijau cerah. Cahaya tersebut mengalir dari plat yang

dialiri listrik negatif, atau mengalir dari katoda. Untuk membuktikan bahwa cahaya hijau ini mengalir dari katoda, Thomson memasang penghalang tipis yang ditempatkan di antara katoda dan dinding tabung, hasilnya cahaya hijau tak memanjang ke ujung tabung.Karena cahaya berasal dari katoda, maka Thomson berkesimpulan bahwa cahaya atau sinar tersebut bermuatan negatif.
Selanjutnya Thomson kembali berfikir dan memikirkan pendapaf

fisikawan Inggris dan Jerman yang menyatakan bahwa sinar yang bergerak dari katoda memiliki kecepatan tinggi dan saat bergerak dapat dibelokkan saat melewati medan magnet (Thomson,1906:hlmn.1). Sebuah sinar yang bermuatan dan bergerak dengan kecepatan v yang melewati medan magnet akan mengalami gaya Lorentz sehingga akan dibelokkan. Gaya Lorentz (FL) = q.V.B q = muatan, V= kecepatan, dan B= medan magnet.Arah gaya Lorentz tegak lurus dengan arah kecepatan muatan. Selain terletak di dalam medan magnet, sinar yang adalah muatan negatif itu berada dalam medan listrik(E) dan mengalami gaya Coulomb. Gaya Coulomb (FC) = Eq Dalam percobaan Thomson, medan magnet dan medan listrik diatur sedemikian rupa sehingga saling berlawanan dan seimbang, sehingga:

Itulah cara Thomson menemukan kecepatan sinar katoda. Dari persamaan diatas Thomson memperoleh bahwa kecepatan sinar atau

muatan negatif adalah hasil bagi antara medan listrik dibagi dengan medan magnet. Hasil yang di dapat Thomson dari hasil eksperimennya adalah kecepatan sinar katoda sekitar 1/3 kali kecepatan cahaya atau sebesar 60.000mil/s (Thomson, 1906:3).
Eksperimen

yang

dilakukan

Thomson

telah

dapat

ditemukan

kecepatan sinar katoda atau kecepatan muatan negatif, namun sampai saat itu, dia belum menemukan besar muatan negatif. Penyelidikan Thomson pada muatan negatif berlanjut pada pencarian nilai e/m. Hal yang menarik disini adalah Thomson telah menggunakan simbol e untuk menyatakan muatan negatif. Pemikiran Thomson mengarah pada pencarian nilai e/m karena dia ingin melakukan penyelidikan dengan hanya memandang konsep medan listrik dan gaya listrik (Thomson, 1906:3). Dasar untuk mencari nila e/m adalah prinsip mekanika, karena berdasarkan pertimbangan gerak peluru. Menurut Thomson (dalam Nobel Lecturenya), peluru yang jatuh dari ketinggian h persamaannya:

Peluru mengalami pengaruh percepatan gravitasi (g). Dalam kasus sinar katoda, percepatan yang berpengaruh adalah percepatan medan listrik.

dengan m= massa muatan Waktu yang diperlukan untuk benda bergerak dengan kecepatan v sejauh s adalah .

Untuk sinar katoda, s adalah panjang lintasan sinar dan v adalah kecepatan sinar katoda, maka:

h di sini adalah perpindahan sinar di dinding tabung (pembelokan), nilainya dapat diukur langsung.

Nilai e/m yang dilakukan Thomson dengan metode ini menghasilkan nilai 1,7.107 dengan satuan cgs (Thomson,1906:4). Nilai e/m yang dihasilkan tetap sama untuk semua jenis gas dalam tabung sinar katoda dan berapapun pembelokan sinar katodanya. Pada percobaan ahli sebelumnya telah ditemukan nilai e/m dari ato Hidrogen yang ternyata hasilnya hanya 104 satuan cgs. Nilai e/m sinar katoda ternyata jauh lebih besar, sehingga pengukuran e/m oleh Thomson ini menumbangkan pendapat bahwa atom adalah partikel terkecil, karena dengan nilai e/m sinar katoda yang besar, maka dimungkinkan bahwa massa sinar katoda atau massa muatan negatif sangatlah kecil, hanya atom Hidrogen. Namun kecilnya massa muatan

negatif belum dapat dibuktikan, sehingga sekali lagi Thomson melakukan penyelidikan. Usaha Thomson untuk membuktikan bahwa muatan negatif atau sinar katoda memiliki massa yang sangat kecil dilakukan dengan pencarian nilai muatan atau e. Pencarian muatan (e) berdasarkan pada penemuan CTR Wilson, bahwa sebuah partikel bermuatan bertindak sebagai inti bulat yang menggembun dan berbentuk tetes air. Muatan listrik negatif lebih mudah mengembun membentuk tetes air daripada muatan positif (Thomson,1906:6). Dalam Nobel Lecturenya, Thomson menggunakan pendapat Sir Stokes yang menyatakan bahwa v (kecepatan) setetes air hujan yang jatuh adalah:

a=jari-jari tetes air, g= percepatan grafitasi, dan =koefisien viskositas Nilaikecepatan tetes air adalah 1,28.106 a2 Sehingga Thomson menyimpulkan bahwa dengan mengukur v, maka jarijari tetes air dapat ditentukan, dengan begitu volume tetes air dapat diketahui dan jumlah partikel dapat diketahui pula. Jika diketahui jumlah partikel yang ada, maka dapat diketahui sekaligus jumlah muatan tiap partikel. Tetes air menurut Wilson bermuatan negatif, sehingga akan tertarik oleh muatan positif. Tertariknya muatan negatif ke muatan positif ini menyebabkan tetes air memiliki kemampuan untuk tak jatuh (tak menetes). Tertariknya muatan negatif oleh muatan positif karena ada gaya tarik-menarik antar muatan atau Gaya Coulomb. Saat setimbang maka:

nilai E dan W dapat mudah diukur, sehingga nilai e dapat diketahui. Inilah cara Thomson menemukan nilai muatan negatif (e). Hasil penemuannya adalah e=3.10-10 elektrostatis unit, sehingga massa muatan negatif adalah sebesar m=6.10-28 gram (Thomson,1906:9). Sehingga terbukti bahwa massa muatan negatif sangat kecil, jauh lebih kecil dari atom Hidrogen. Sampai dengan ditemukannya massa, nilai muatan, dan jenis muatan, Thomson tak memberikan nama pada muatan negatif yang ia temukan pada percobaan sinar katoda. Thomson menggunakan simbol e sebagai simbol muatan namun tak menggunakan nama elektron sebagai nama muatan tersebut. Nama ELEKTRON diusulkan untuk menjadi nama muatan negatif temuan Thomson ini oleh fisikawan Irlandia George F. Fitzgerald (Leicester,1971:hlm. 221). Perhitungan nilai muatan dan massa elektron terus dikembangkan oleh para ahli, salah satunya adalah dengan Robert Andrews Millikan yang minyak mengukur elektron metode tetes

(http://www.chem.latech.edu/~upali/chem281/281GRCc1.pdf, hlmn.1).

Proses penemuan dan penentuan Elektron memerlukan pemikiran yang kompleks dengan beberapa prinsip dan oleh beberapa tokoh. Dibutuhkan beberapa ilmu fisika seperti listrik, magnet, mekanika,dan fluida untuk mengidentifikasikan massa dan muatannya, sedangkan dibutuhkan 2 tokoh untuk menyebut muatan negatif itu dengan nama elektron dan tentunya dibutuhkan beberapa pendapat dan penemuan ahli fisika lain untuk menemukan jati diri ELEKTRON.

PROTON Penemuan partikel sub atomik atom tak berhenti sampai dengan ditemukannya elektron, bahkan ahli-ahli fisika malah menjadi semakin terusik dengan keberadaan elektron yang telah teridentifikasi. Pada tahun 1900 telah ditemukan 2 kesimpulan besar tentang atom yaitu atom memiliki elektron yang bermuatan negatif dan muatan sebuah atom adalah netral, sehingga dapat diramalkan bahwa di dalam atom harus terdapat satu jenis muatan yang bermuatan positif sehingga atom secara keseluruhan bermuatan netral (Djukarna,2007 dalam ATOM, MOLEKUL DAN IONS). Dari pendapat Djukarna itulah ditunjukkan pemikiran para ahli fisika yang ada pada masa itu. Keberadaan muatan positif telah diramalkan ada, namun belum dipastikan keberadaannya sehingga menjadi perhatian berikutnya untuk diteliti. Keberadaan muatan positif bahkan telah diramalkan ada sebelum elektron diidentifikasikan, namun setelah tabung sinar katoda ditemukan. Keberadaan muatan positif juga sama dengan nasib elektron pada awalnya, belum diberi nama proton, belum diketahui massa dan muatannya. Pada tahun 1886, Eguene Goldstein melakukan percobaan dengan sinar katoda dan menemukan fakta bahwa bila katoda tidak diberi lubang, ternyata gas yang ada di belakang katoda tetap gelap, namun saat katoda berlubang maka gas di belakang katoda menjadi pijar, hal ini menunjukkan adanya sinar yang berasal dari anoda (Wahyudi,2010). Sinar yang berasal dari anoda berarti bermuatan positif.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa sinar terusan merupakan radiasi partikel (dapat memutar kincir) yang bermuatan positif (dalam medan listrik dibelokkan ke kutub negatif). Partikel sinar terusan ternyata bergantung pada jenis gas dalam tabung. Artinya, jika gas dalam tabung diganti, ternyata dihasilkan partikel sinar terusan dengan ukuran yang berbeda. Partikel sinar terusan terkecil diperoleh dari gas hidrogen. (Sudarli,2011). Keberadaan dan identifikasi muatan positif dilanjutkan oleh Rutherford dan kawannya yang secara tak sengaja menemukan muatan positif di atom. Menurut (Beiser,1987:120), J.J Thomson menemukan elektron, kemudian menyimpulkan bahwa atom berbentuk bulat pejal bermuatan positif dan elektron bertebaran di atasnya. Teori ini bertahan selama 13 tahun hingga percobaan pembuktian model atom kue dilakukan. Pada tahun 1911, Geiger dan Marsden atas usulan Ernest Rutherford melakukan percobaan penembakan atom dengan partikel alfa, tujuan percobaan ini adalah untuk membuktikan teori atom Thomson. Rutherford berpendapat bahwa bila atom berbentuk bulat pejal dan bermuatan positif dengan elektron bertebaran di atasnya, maka bila sinar alfa ditembakkan akan dipantulkan kembali karena sinar alfa bermuatan positif sehingga ditolak oleh atom muatan positif (Djukarna,2007). Atau saat melewati bagian elektron, sinar alfa akan diteruskan menembus emas secara lurus. Rangkaian eksperimen Geiger, Marsden,dan Rutherford adalah

(Beiser,1987:121):

Pemancar sinar alfa diletakkan dibelakang layar timbal yang mempunyai lubang kecil sehingga menghasilkan berkas partikel alfa yang tajam.

Berkas sinar diarahkan ke selaput emas tipis. Detektor ditempatkan pada sisi sebelah emas, sehingga dapat menangkap sinar alfa.

Hasil percobaan Rutherford ternyata sinar alfa tidak seluruhnya diteruskan lurus menembus emas atau berbalik arah secara lurus, namun sinar alfa dihamburkan ke atas, ke bawah, kembali, dengan lintasan yang tidak lurus atau dengan pembelokan-pembelokan. Menurut Beiser (1987:122) partikel alfa lebih berat dari elektron (sekitar 7000 kali massa elektron) dan sinar alfa yang digunakan dalam eksperimen memiliki kecepatan yang tinggi, sehingga terdapat tenaga yang kuat yang dimiliki sinar alfa. Namun ternyata tenaga yang kuat itu dapat dihadapi oleh sesuatu yang ada di atom sehingga sinar alfa terhambur. Fakta tersebut mengarahkan Rutherford untuk berpendapat bahwa atom memiliki inti di tengah yang bermuatan positif, yang merupakan tempat terkonsentrasinya hampir seluruh massa atom. Saat sinar alfa mendekati inti, maka akan mengalami medan listrik yang kuat dan mempunyai peluang besar untuk dihamburkan dengan sudut yang besar. Elektron sangat ringan, jika dibandingkan dengan inti sehingga keberadaannya hampir tidak mempengaruhi gerak partikel. Sehingga kesimpulan pertama yang didapat mengenai muatan positif adalah letaknya di tengah atom dan memiliki massa yang besar. Muatan positif telah ditemukan posisinya di atom melalui eksperimen hamburan Rutherford, namun belum dapat diketahui massa dari muatan positif ini. Not until 1919 did Rutherford finally identify the particles of the nucleus as discrete positive charges of matter. Using alpha particles as bullets, Rutherford knocked hydrogen nuclei out of atoms of six elements: boron, fluorine, sodium, aluminum, phosphorus, an nitrogen. He named them protons, from the Greek for 'first', for they consisted of the first identified building blocks of the nuclei of all elements. He found the protons mass at 1,836 times as great as the mass of the electron (Walker,2004:sumber http://www.nobeliefs.com/atom.htm). Penyelidikan Rutherford berlanjut dengan menembakkan patikel alfa ke inti hidrogen dari atom dari 6 elemen, yaitu boron, fluorine, sodium, aluminum, phosphorus, dan sebuah nitrogen. Untuk pertama kalinya Rutherford menggunakan istilah PROTON untuk menamakan muatan positif pada inti

atom. Tanpa ada kejelasan cara perhitungan, massa proton yang Rutherford temukan adalah 1.836 kali massa elektron, atau sekitar 1,6726231 10-27 kg. Identifikasi Rutherford tentang inti atom yang merupakan proton yang bermuatan positif yang terletak ditengah atom, seolah-olah membawa pencerahan baru dalam dunia partikel sub atomik. Kesimpulan sementara yang sangat logis dan baik adalah jelas bahwa atom yang bersifat netral memiliki elektron yang bermuatan negatif (-1) dan memiliki proton yang merupakan muatan positif (+1) (sumber: http://www.bbc.co.uk/schools/gcsebitesize/science/add_aqa_pre_2011/atomi c/atomstrucrev1.shtml. Namun, apakah kesimpulan itu telah benar? Para ilmuan mendapatkan jawabannya sekitar 12 tahun kemudian.

NEUTRON Partikel subatomik elektron dan proton telah ditemukan, namun perkembangan penemuan tak sampai disitu, para ahli melanjutkan meneliti keberadaan partikel subatomik berikutnya karena menemukan keanehan terjadi. Kesimpulan logis yang seolah-olah telah benar akhirnya diragukan ketika keanehan muncul. ...to fix some disparity found between the atomic number of an atom and its atomic mass (for the atomic number is defined by the number of protons, where the atomic mass, which measures the mass of the nucleus, was generally higher). sumber: The Discovery of the Neutron: James Chadwick's | Remarkable neutron-a46060#ixzz1xjLgwmeb Keanehannya terletak pada antara nomor atom dan massa atom suatu atom. Nomor atom diperoleh dari jumlah proton, namun ketika massa atom diperoleh dari perhitungan massa inti, hasilnya lebih tinggi. Dengan kata Experiment

Suite101.com http://suite101.com/article/the-discovery-of-the-

lain, sebagian besar massa atom terkonsentrasi di inti, selain itu, inti juga merupakan muatan positif. Sehingga massa inti seharusnya merupakan massa proton yang merupakan inti itu sendiri. Inti dengan dua kali jumlah proton seharusnya memiliki massa dua kalinya pula. Namun keadaan itu tidak terbukti benar massa inti tidak hanya 2 kalinya, dapat lebih tinggi dari itu. Keanehan inilah yang menjadi masalah yang dipikirkan oleh ahli pada massa itu. Pada tahun 1932, James Chadwick berhasil menemukan neutron beserta sifat-sifatnya. Sebelum James Chadwick menemukan neutron, gagasan tentang partikel yang netral telah dinyatakan oleh beberapa ahli, misalnya Nernst, Bragg, dan Rutherford namun belum secara spesifik membuktikan keberadaannya (Chadwick,1935:1). Menurut Chadwick (1935) pada tahun 1920, Rutherford menyatakan bahwa partikel netral dapat dibentuk dari hubungan proton dan elektron yang saling berikatan sehingga muatannya netral dan massanya hampir sama dengan atom Hidrogen, namun tak ada bukti eksperimen yang mendukung pendapatnya. Investigasi keberadaan partikel netral dilanjutkan oleh Chadwick dengan pertimbangan-pertimbangan eksperimen yang dilakukan beberapa ahli. Eksperimen Mme dan M.Joliot-Curie tentang radiasi berilium merupakan eksperimen yang hebat menurut Chadwick yang merupakan dasar dari penemuannya tentang muatan netral (Chadwick,1935:2). Keistimewaan dari radiasi berilium yang dipertimbangkan Chadwick adalah radiasi berilium dapat menghasilkan partikel. Chadwick mengandaikan jika radiasi terdiri dari partikel dengan massa M dan bergerak dengan kecepatan maksimum V, maka kecepatan maksimum partikel di atom Hidrogen adalah:

sedangkan kecepatan maksimum di atom Nitrogen adalah:

maka

nilai Up dan UN dapat dicari dari hasil eksperimen. Dari eksperimen, Chadwick mampu menghitung Up=3,7.109 cm/s dan UN=4,7.108 cm/s maka nilai M=0,9. Dengan hasil itu, maka Chadwick menyimpulkan bahwa radiasi berilium dapat mengeluarkan partikel yang bermassa sama dengan massa proton. Kemudian Chadwick mencoba melakukan eksperimen lanjutan untuuk mengetahui sifat partikel yang dipancarkan radiasi berilium, yang massanya hampir sama dengan massa proton tersebut. Chadwick mencoba melewatkan partikel dari radiasi berilium tersebut ke logam dengan ketebalan 10-20 cm. Selain itu, Chadwick juga melewatkan proton dengan kecepatan yang sama dengan partikel hasil radiasi berilium ke logam yang tipis, namun hasilnya proton terhenti saat tebal logam 0,25 mm. Sedangkan partikel hasil radiasi berilium dapat menembus logam hingga ketebalan 20 cm. dari hasil eksperimen itu, terlihat bahwa proton dan partikel hasil radiasi berilium memiliki massa yang hampir sama, kecepatan sama, namun daya tembusnya jauh berbeda. Hal ini terjadi hanya jika partikel tersebut memiliki muatan yang sangat kecil, jauh lebih kecil dari proton, atau bahkan tak bermuatan. Jadi dari hasil beberapa pemikiran dan eksperimen dapat disimpulkan bahwa partikel hasil radiasi berilium adalah berupa partikel bermassa sama dengan proton (1 sma) dan muatannya 0 (netral) atau disebut neutron (Chadwick,1935:4). Ditemukannya neutron telah menjawab keanehan yang muncul tentang massa inti yang lebih besar dari massa proton. Suatu atom yang massa intinya lebih besar dari massa protonnya berarti karna memiliki neutron di intinya. Atom-atom dari unsur yang memiliki nomor atom sama namun memiliki massa atom berbeda ini disebut isotop. Sedangkan, kombinasi antara proton dan neutron sebagai anggota inti ini oleh Chadwick disebut

sebagai

NUKLEON

(Walker,2004:sumber

http://www.nobeliefs.com/atom.htm). Lengkap sudah komposisi atom dengan bagian-bagian subatomiknya, namun lengkap disini jika dipandang dari kelogisan muatan dan jawaban atas keanehan yang terjadi. Kelengkapan struktur atom ini hanya bersifat sementara selama ahli-ahli belum menemukan partikel yang mungkin memenuhi syarat sebagai bagian dari atom.

Serangkaian proses identifikasi dan pencarian jati diri tentang elektron, proton, dan neutron telah berhasil memberikan keterangan seputar ketiga partikel subatomik tersebut dan terlihat jelas bahwa elektron, proton, dan neutron adalah ketiga partikel yang sangat BERBEDA. Jika dilihat dari waktu penemuannya (publikasi resmi oleh penemu) elektron ditemukan pertama (1897), kemudian proton (1919), dan disusul neutron (1932), dari situ dapat dilihat bahwa dibutuhkan waktu kurang lebih 35 tahun untuk menemukan ketiganya. Kemudian, bila dilihat dari penemunya berbagai ahli fisika terlibat dalam proses penemuan elektron, proton, dan neutron, namun sedikit tokoh yang berhasil mengidentifikasikan dan mempublikasikannya. Gejala penemuannya pun berbeda-beda, sesuai dengan sifat masing-masing partikel. Elektron diidentifiikasikan secara lengkap oleh J.J. Thomson dengan eksperimen sinar katoda, proton diidentifikasikan oleh Rutherford dengan eksperimen hamburan sinar alfa, dan neutron ditemukan oleh James Chadwick dengan radiasi beriliumnya. Gejala yang berbeda untuk jejak keberadaannya membuktikan bahwa elektron, proton, dan neutron merupakan partikel subatomik yang tak sama. Ketidaksamaan antara elektron, proton, dan neutron juga terlihat dari massa dan muatannya. Elektron adalah yang terkecil (massanya paling ringan) diantara ketiganya, sedangkan proton dan neutron memiliki massa hampir sama (namun tak sama). Muatan ketiganya sungguh berbeda, bahkan saling berlawanan. Elektron bermuatan negatif, proton bermuatan positif, sedangkan netron tak bermuatan atau netral.

Perbedaan yang dimiliki antara elektron, proton, dan neutron tak menghalangi ketiganya membentuk harmonisasi untuk tersusunya sebuah atom. Proton yang berada di inti dan elektron yang di luar inti, mereka memiliki muatan yang berlawanan, namun elektron tak tertarik ke inti. Fakta lain, inti atom terdiri atas proton-proton dan neutron, proton bermuatan positif, secara logika keduanya akan mengalami gaya tolakmenolak, namun kenyataannya inti tidak terpisah-pisah, setiap atom hanya terdapat satu inti. Perbedaan-perbedaan yang ada ini telah diikat oleh sebuah ENERGI. Menurut Niels Bohr pada tahun 1912 (Walker,2004:sumber http://www.nobeliefs.com/atom.htm) elektron tak tertarik ke inti karena elektron menempati jarak tertentu dan pada tingkat energi tertentu dari inti atom, selain itu, saat elektron berpindah ke jarak yang lebih dekat dengan inti (atau berpindah ke tingkat energi yang lebih rendah) maka elektron akan mengeluarkan tenaga, begitu pula sebaliknya. Demikian pula dengan proton-proton di inti, keduanya bermuatan sejenis namun tak menyatu, juga tak berpisah jauh, hal ini juga disebabkan adanya TENAGA IKAT INTI (Santoso, 2012). Menurut Santoso (2012) inti terikat paling kuat saat nomor massa dari atom adalah 60. Adanya tenaga ikat inti dapat dibuktikan dengan dihasilkannya energi saat inti dibelah (fisi) dan inti digabung (fusi). Kisah elektron, proton, dan neutron menunjukkan bahwa perbedaan dapat dipersatukan (bukan disamakan) dengan energi sehingga dapat menciptakan harmonisasi yang terwujud dalam sebuat atom. Berawal dari perbedaan, secara terbentuklah karena atom yang merupakan dari benda yang yang ada telah dimanapun manusia berada dan penyusun dari segala benda. Sehingga logika, atom terbentuk perbedaan dipersatukan, maka segala benda yang ada dunia ini terbentuk pula dari perbedaan yang telah dipersatukan itu. Proses penemuan elektron, proton, dan neutron yang sungguh kompleks menunjukkan bahwa kehidupan manusia yang dijalani sekarang juga jauh lebih kompleks permasalahannya, namun ketika ada energi yang mengikat, semuanya menjadi indah dan nyata.

Perbedaan

yang

dipersatukan

dengan

sebuah

energi dan

merupakan permulaan terbentuknya

gejala benda

gejala peristiwa
dihadirkan secara bersama.

di dunia ini. Dipersatukan bukan berarti

diubah menjadi sama atau seragam, namun dengan perbedaan yang ada

DAFTAR PUSTAKA

Arabatzis, Theodore. 2006. Representing Electrons: A Biographical Approach To Theoretical Entities. University of Chicago Press diakses di http://books.google.co.id/books?id=rZHTpLmAC&pg=PA70&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false pada 12 Juni 2012 pukul 5.42 WIB. BBC . 2011. Atomic Structure. diakses di http://www.bbc.co.uk/schools/gcsebitesize/science/add_aqa_pre_2011/atomi c/atomstrucrev1.shtml pada 12 Juni 2012 pukul 18.22 WIB Beiser,Arthur. 1987. Konsep Fisika Modern. Jakarta: Erlangga. Chadwick, James. 1935. The neutron and its properties (Nobel Lecture). diakses di http://www.nobelprize.org/nobel_prizes/physics/laureates/1935/chadwic k-lecture.pdf pada 7 Juni 2012 pukul 06.18 WIB Chambriddge Physics. Cathode rays. diakses di http://wwwoutreach.phy.cam.ac.uk/camphy/electron/electron2_1.htm pada 08 Juni 2012 pukul 7.43 WIB Djukarna. 2007 . ATOM, MOLEKUL DAN IONS. diakses di http://kimtek.brinkster.net/kimia_teknik/bab%202.htm pada 12 Juni 2012 pukul 10.25 WIB Leicester,Henry Marshall .1971. The Historical Background of Chemistry. diakses di http://books.google.co.id/books? id=aJZVQnqcwv4C&pg=PA221&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false pada 12 Juni 2012 pukul 21.55 WIB McPhee, Isacc.M. 2008. The Discovery of the Neutron: James Chadwick's Remarkable Experiment diakses di http://suite101.com/article/the-discovery-of-the-neutrona46060#ixzz1xjLgwmeb pada 12 Juni 2012 pukul 20.27 WIB nn. Decrptive Inorganic Chemistry. diakses di http://www.chem.latech.edu/~upali/chem281/281GRCc1.pdf pada 08 Juni 2012 pukul 08.10 WIB

Thomson, J.J. 1906. Carriers of negative electricity (Nobel Lecture). diakses di http://www.nobelprize.org/nobel_prizes/physics/laureates/1906/thomson -lecture.pdf pada 07 Juni 2012 pukul 5.52 WIB.

Santoso, Edi. 2012. FISIKA INTI (ppt: materi kuliah). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma (tak diterbitkan).

Sudarli,Rihartadi.2011. Penemuan Proton. http://rihartadi.blogspot.com/2011/03/percobaan-percobaan-yangmembuktikan.html pada 13 Juni 2012 pukul 01.31 WIB

Wahyudi, Udin Reski. 2010. Partikel Penyusun Atom. diakses di http://udin-reskiwahyudi.blogspot.com/2011/10/struktur-atom-berdasarinti.html pada 13 Juni 2012 pukul 01.25 WIB

Walker, Jim. 2004. ATOMS (A short history of the knowledge of the atom) .diakses di http://www.nobeliefs.com/atom.htm pada 12 Juni 2012 pukul 14.45 WIB

Wikipedia. Elektron.diakses di http://id.wikipedia.org/wiki/Elektron pada 7 Juni 2012 pukul 05.43 WIB

You might also like