You are on page 1of 6

RANGKUMAN BUKU EVALUASI KURIKULUM (KARANGAN PROF. DR. S.

HAMID HASAN)

BAB I: DELINEASI BIDANG EVALUASI KURIKULUM Evaluasi kurikulum terdiri dari tiga persoalan penting. Ketiga bidang ini terkait dan perkembangan yang terjadi di suatu bidang berpengaruh secara timbal balik terhadap bidang lainnya. Ketiga bidang yang dimaksud adalah evaluasi kurikulum sebagai suatu kajian akademik, evaluasi kurikulum sebagai suatu profesi, dan evaluasi kurikulum sebagai suatu kebijakan publik. Bidang kajian akademik adalah bidang yang banyak digeluti oleh para akademisi di perguruan tinggi. Bidang profesi evaluasi kurikulum adalah bidang yang digeluti oleh para evaluator yang berfikir, bekerja, dan melaksanakan evaluasi di lapangan. Bidang evaluasi publik berkenaan dengan uapaya hukum para akademisi, pemegang profesi, dan pengambil keputusan untuk memperjuangkan kebijakan mengenai evaluasi kurikulum. Pemahaman mengenai bidang evaluasi kurikulum dilanjutkan dengan pembahasan perbedaan dengan bidang penelitian. BAB II: DEFINISI, TUJUAN, DAN FUNGSI EVALUASI KURIKULUM Evaluasi adalah proses pengumpulan informasi untuk membantu pengambil keputusan dan di dalamnya terdapat perbedaan mengenai siapa yang dimaksud dengan pengambil keputusan. Tujuan evaluasi kurikulum berbeda-beda tergantung dari konsep atau pengertian seseorang tentang evaluasi. Pada dasarnya tujuan dari suatu kegiatan evaluasi kurikulum ditentukan berdasarkan kontrak atau kesepakatan antara evaluator dengan pemakai jasa. Fungsi evaluasi kurikulum yang sangat meluas dan dikenal secara internasional adalah formatif dan sumatif walaupun terkadang orang sering mengelirukannya dengan nama evaluasi atau bahkan jenis evaluasi yang lainnya.

Tujuan evaluasi kurikulum sering dikelirukan dengan fungsi kurikulum. Tujuan tidak dapat dilepaskan dari pengertian evaluasi, sedangkan fungsi evaluasi lebih tidak terpengaruh oleh pengertian evaluasi. Evaluasi kurikulum terdiri atas dua jenis, yaitu evaluasi internal dan evaluasi eksternal. Dalam banyak situasi keduanya dapat dilakukan, tetapi terkadang evaluasi internal lebih memungkinkan dibandingkan dengan evaluasi eksternal. BAB III: LANDASAN EVALUASI KURIKULUM Akuntabilitas menjadi dasar lahirnya evaluasi sebagai suatu profesi. Berbagai kegiatan pengembangan kurikulum yang dilakukan banyak kelompok dengan menggunakan dana dari pemerintah telah menyebabkan timbulnya pemikiran mengenai penerapan akuntabilitas dalam dunia pendidikan. Setiap kegiatan pendidikan harus terbuka untuk evaluasi sebagai dasar

pertanggungajawaban terhadap publik. Pada mulanya akuntabilitas dikaitkan hanya dengan masalah dana yang digunakan. Akan tetapi pada perkembangan berikutnya, wilayah akuntabilitas diperluas sehingga meliputi akuntabilitas legal, akuntabilitas akademik, akuntabilitas pemberian jasa, dan akuntabilitas dampak. Oleh karena kurikulum harus memberikan akuntabilitasnya dalam berbagai bidang tersebut maka untuk itu harus dilakukan evaluasi. BAB IV:KRITERIA EVALUASI KURIKULUM Evaluasi kurikulum tidak terlepas dari kriteria karena pemberian pertimbangan hanya dapat dilakukan berdasarkan kriteria. Dalam etika evaluasi bahkan dikatakan bahwa kriteria tersebut harus disetujui dari awal ketika evaluator menandatangani kontrak dengan pengguna hasil evaluasi. Tanpa kesepakatan tersebut maka pemakai hasil evaluasi mungkin tidak terlalu peduli dengan hasil evaluasi. Jika ini terjadi maka sia-sialah pekerjaan evaluasi kurikulum yang mungkin saja menghabiskan dana yang tidak sedikit, waktu yang berharga dari evaluator, dan pikiran serta tenaga para evaluator.

Untuk mengembangkan kriteria evaluasi kurikulum, ada empat pendekatan pengembangan kriteria yaitu preordinate, fidelity, mutually adaptive, dan proses. Pendekatan yang akan digunakan untuk suatu pekerjaan evaluasi kurikulum tergantung pada landasan filosofi yang digunakan, model yang digunakan, aspek kurikulum yang dievaluasi. BAB V: RUANG LINGKUP EVALUASI KURIKULUM Ruang lingkup evaluasi kurikulum berkaitan dengan proses

pengembangan kurikulum (curriculum development). Proses kurikulum yang dimulai dari analisis terhadap permasalahan yang berkembang dan akan berkembang di masyarakat dikaji dengan kualitas masyarakat dan individu anggota masyarakat yang diperlukan suatu komunitas, masyarakat, bangsa dan umat manusia. Analisis ini mengidentifikasi kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan kurikulum di masa depan. Keputusan pada tingkat nasional yang berkaitan dengan kurikulum adalah Standar Isi dan Standar Kompetensi lulusan. Keputusan dalam Standar Isi sangat berkaitan dengan pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan karena itu evaluasi kurikulum harus memberikan perhatian terhadap Standar Isi. Ketetapan yang ada dalam Standar Isi seperti pengelompokan mata pelajaran beserta cakupan, struktur kurikulum, beban belajar, kalender pendidikan serta prinsip pengembangan kurikulumharus menjadi dasar bagi KTSP. Ketetapan penting yaitu SKL-ST dan SKL-MAK. Keduanya seharusnya terkait erat dan evaluasi kurikulum harus melakukan kajian terhadap kesinambungan tersebut. Demikian pula dengan ide yang mendasari

pengembangan SKL-SP dan SKL-MAK. Aspek-aspek ini menjadi ruang lingkup kajian evaluasi kurikulum. Unsur penting KTSP seperti pengembangan Ide Kurikulum, Dokumen Kurikulum, silabus, proses, dan hasil belajar adalah ruang lingkup evaluasi kurikulum. Dalam pengembangan dokumen kurikulum (curriculum construction) pengembangan tujuan yang didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, konten, proses, dan evaluasi adalah ruang lingkup kajian evaluasi

kurikulum. Demikian pula dengan pengembngan silabus yang harus dilakukan guru. Evaluasi kurikulum yang melakukan kajian adalah dokumentasi dokumen. Sementara itu evaluasi terhadap kurikulum sebagai proses atau implementasi kurikulum dan evaluasi terhadap hasil belajar berkenaan dengan evaluasi dalam jenis lain. Dalam evaluasi ini keberadaan dokumen berkaitan dengan proses dan alat pengumpul informasi untuk asesmen hasil belajar menjadi fokus kajian tetapi evaluasi terhadap kegiatan untuk proses dan terhadap tingkat peencapaian adalah yang membedakan dari evaluasi terhadap Standar Isi dan SKL. BAB VI: JENIS EVALUASI KURIKULUM Kategori jenis evaluasi dibangun atas dasar tiga faktor yaitu faktor pertama bentuk evaluan atau kurikulum yang dikaji evaluasi kurikulum. Faktor kedua adalah posisi evaluator yang melakukan evaluasi terhadap evaluan, dan faktor ketiga adalah metodologi evaluasi kurikulum yang digunakan. Meskipun demikian diakui bahwa ketiga faktor tersebut tidak dapat memisahkan jenis evaluasi kurikulum secara kategorial murni. Pengelompokan atas jenis-jenis evaluasi kurikulum yang didasarkan kepada ketiga kriteria itu adalah untuk memperlihatkan ciri khas dari masing-masing jenis evaluasi yang termasuk dalam satu kategori. Dari kategori karakteristik evaluan dikenal adanya jenis evaluasi yang dinamakan evaluasi ide, evaluasi dokumen, evaluasi proses, dan evaluasi hasil. Dari kategori mengenai posisi evaluator terhadap evaluan dikenal adanya evaluasi internal dan evaluasi eksternal. Sedangkan dari kategori metodologi dikenal adanya evaluasi kuantitatif dan evaluasi kualitatif. Dalam banyak hal evaluasi dokumen, evaluasi isi, dan evaluasi proses dapat dilakukan secara internal maupun eksternal. Evaluasi terhadap konteks, dokumen, proses, dan produk dapat dilakukan melalui evaluasi kuantitatif maupun evaluasi kualitatif. Oleh karena itu, pengelompokan jenis-jenis evaluasi kurikulum atas ketiga kriteria tersebut bersifat saling menunjang dan menghasilkan sel-sel jenis evaluasi yang cukup rumit dan spesifik. Dikarenakan kategori tersebut bersifat saling

berkaitan dan oleh karena evaluasi ide ada yang dilakukan secara eksternal dan ada yang dilakukan secara internal. Metode yang digunakan ada yang kuantitatif dan ada pula yang kualitatif. Demikian pula halnya dengan evaluasi jenis lainnya. BAB VII: PROSEDUR EVALUASI KURIKULUM Prinsip dalam prosedur evaluasi kurikulum adalah prinsip yang harus dijaga evaluator ketika melakukan pekerjaan. Prinsip itu tidak berbeda dengan prinsip pekerjaan ilmiah lainnya. Fokus pembahasan dalam prinsip ini adalah tepat waktu dan objektivitas. Kedua prinsip ini dibahas secara khusus karena keduanya berkaitan dengan pekerjaan secara umum sedangkan prinsip lain seperti utility, efisiensi, efektivitas dan sebagainya berkenaan dengan standar pelaksanaan evaluasi kurikulum. Pembahasan mengenai prosedur evaluasi kurikulum terbagi atas dua kategori yaitu kategori umum dan khusus. Kategori umum membahas mengenai prosedur umum yang harus dilakukan eveluator sejak dari awal pekerjaan sampai menyerahkan laporan. Prosedur ini merupakan guidelines bagi eveluator terlepas dari metodologi yang digunakannya. Pembahasan mengenai prosedur khusus dihubungkan dengan prosedur pendekatan tertentu yang digunakan oleh evaluator. Dalam pembahasan ini maka prosedur dibedakan atas prosedur yang harus diikuti oleh evaluator yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan yang menggunakan pendekatan kualitatif. Tentu saja pembahasan prosedur keduanya tidak rinci terutama ketika pembahasan mengenai penentuan yang akan digunakan pada setiap pendekatan. BAB VIII: MODEL-MODEL EVALUASI KURIKULUM Suatu hal yang harus diingat bahwa pemilihan tersebut diperlukan karena setiap model memiliki keunggulan dan kelemahan. Evauator yang akan melakukan pekerjaannya harus memahami keuunggulan dan kelemahan tersebut dan kemudian menggunakan model yang sesuai dengan keperluannya. Model bukan suatu paket metodologi. Suatu model terpilih yang akan digunakan menuntut pengumpulan data yang dapat dilakukan melalui berbagai

prosedur dan metode. Model tidak dirancang untuk itu bahkan model studi kasus pun tidak dirancang sebagai suatu paket metodologi. Bahwa metodologi studi kasus adalah suatu kenyataan yang tak terbantahkan. Kenyataan lain adalah bahwa model-model yang dikelompokan dalam model-model evaluasi kurikulum merupakan model yang banyak digunakan orang. Kenyataan ini tidak menutup kemungkinan bagi evaluator untuk mengembangkan modelnya sendiri. Evaluator memiliki kebebasab untuk menggunakan model yang dirasakannya paling sesuai dan untuk itu evaluator dapat memilih model yang sidah ada, melakukan gabungan dari berbagai model, atau mengembangkan model sendiri. BAB IX: STANDAR PELAKSANAAN EVALUASI KURIKULUM Standar pelaksanaan evaluasi kurikulum membicarakan standar yang harus dijaga oleh seorang evaluator dalam melaksanakan evaluasi. Standar tersebut sangat berguna bagi evaluator dalam melakukan penilaian terhadap pekerjaan evaluator tersebut. Persamaan standar yang digunakan akan menimbulkan komunikasi positif antara evaluator dengan orang yang melakukan meta evaluasi dan juga dengan pengguna jasa evaluasi.

You might also like