You are on page 1of 12

ALAT PENDETEKSI GEMPA BUMI

Seismometer (bahasa Yunani: seismos: gempa bumi dan metero: mengukur) adalah alat atau sensor getaran, yang biasanya dipergunakan untuk mendeteksi gempa bumi atau getaran pada permukaan tanah. Hasil rekaman dari alat ini disebut seismogram. Prototip dari alat ini diperkenalkan pertama kali pada tahun 132 SM oleh matematikawan dari Dinasti Han yang bernama Chang Heng. Dengan alat ini orang pada masa tersebut bisa menentukan dari arah mana gempa bumi terjadi. Dengan perkembangan teknologi dewasa ini maka kemampuan seismometer dapat ditingkatkan, sehingga bisa merekam getaran dalam jangkauan frekuensi yang cukup lebar. Alat seperti ini disebut seismometer broadband. Seismograf adalah sebuah perangkat yang mengukur dan mencatat gempa bumi. Pada prinsipnya, seismograf terdiri dari gantungan pemberat dan ujung lancip seperti pensil. Dengan begitu, dapat diketahui kekuatan dan arah gempa lewat gambaran gerakan bumi yang dicatat dalam bentuk seismogram.

Daftar isi
[sembunyikan]

1 Prinsip kerja 2 Sejarah 3 Klasifikasi Pengukuran Gempa o 3.1 Klasifikasi Besaran Gempa o 3.2 Klasifikasi Intensitas Gempa 4 Referensi 5 Pranala luar

[sunting] Prinsip kerja


Seismograf memiliki instrumen sensitif yang dapat mendeteksi gelombang seismik yang dihasilkan oleh gempa bumi. Gelombang seismik yang terjadi selama gempa tergambar sebagai garis bergelombang pada seismogram. Seismologist mengukur garis-garis ini dan menghitung besaran gempa. Dahulu, seismograf hanya dapat mendeteksi gerakan horizontal, tetapi saat ini seismograf sudah dapat merekam gerakan-gerakan vertikal dan lateral. Seismograf menggunakan dua gerakan mekanik dan elektromagnetik seismographer. Kedua jenis gerakan mekanikal tersebut dapat mendeteksi baik gerakan vertikal maupun gerakan horizontal tergantung dari pendular yang digunakan apakah vertikal atau horizontal.

Seismograf modern menggunakan elektromagnetik seismographer untuk memindahkan volatilitas sistem kawat tarik ke suatu daerah magnetis. Peristiwa-peristiwa yang menimbulkan getaran kemudian dideteksi melalui spejlgalvanometer. seismograf

Sejarah
Pada pertengahan abad ke-18, gempa bumi diukur dengan instrumen yang bernama seismokop. Seismokop adalah peralatan perekam gempa yang paling primitif. Seismokop terdiri dari sebuah kontainer sederhana berisi air atau air raksa. Ketika terjadi gempa, cairan tersebut akan bergerak naik-turun akibat getaran gempa yang terjadi. Terobosan besar untuk pengukuran gempa bumi datang pada tahun 1920, ketika dua ilmuwan Amerika mengembangkan alat yang disebut Wood-Anderson seismograf. Alat ini lebih sensitif dibandingkan seismograf yang ada pada masa itu, sehingga langsung banyak digunakan di seluruh dunia dan menjadi cikal bakal seismograf yang sekarang ada dan berkembang. Saat ini, seismograf banyak digunakan oleh Seismologist dalam mempelajari sesar dan gempa bumi.

Klasifikasi Pengukuran Gempa


Seismograf menggunakan dua klasifikasi yang berbeda untuk mengukur gelombang seismik yang dihasilkan gempa, yaitu besaran gempa dan intensitas gempa. Kedua klasifikasi pengukuran ini menggunakan skala pengukuran yang berbeda pula. Skala pengukuran gempa tersebut terdiri dari Skala Richter dan Skala Mercalli. Skala Richter digunakan untuk menggambarkan besaran gempa sedangkan Skala Mercalli digunakan untuk menunjukkan intensitas gempa, atau pengaruh gempa terhadap tanah, gedung, dan manusia.

Klasifikasi Besaran Gempa


Pada 1935, seorang Geophysics Amerika bernama Charles Francis Richter (1900-1985) bersama dengan Geophysics lain bernama Beno Gutenberg (1889-1960) mengembangkan skala yang pada prinsipnya dapat membandingkan semua seismogram sehingga mendapatkan gambaran tremors kekuatan yang serupa. Skala tersebut bernama Skala Richter dan sampai sekarang diakui sebagai standar umum skala kekuatan gempa. Skala Richter dirancang dengan logaritma, yang berarti bahwa setiap langkah menunjukkan kekuatan yang 10 kali lebih hebat dari para pendahulunya. 5 Skala Richter menunjukkan benturan keras, yang 10 kali lebih kuat dari satu di 4 dan 100 kali lebih kuat dari satu di 3 Skala Richter. Perhitungan ini sering disebut sebagai Skala Richter terbuka, karena tidak beroperasi tanpa batas atas. Ukuran Skala Richter dapat dilihat pada tabel berikut: Ukuran Keterangan Skala Richter 1,0 - 3,0 Tidak diberi label oleh manusia. 3,0 - 3,9 Dirasakan oleh masyarakat di sekitar pusat gempa. Lampu gantung mulai goyang.

4,0 - 4,9 5,0 - 5,9 6,0 - 6,9 7,0 - 7,9 8,0 -

Terasa sekali getarannya. Jendela bergetar, permukaan air beriak-riak, daun pintu terbuka-tutup sendiri. Sangat sulit untuk berdiri tegak. Porselin dan kaca pecah, dinding yang lemah runtuh, dan permukaan air di daratan terbentuk gelombang air. Batu runtuh bersama-sama, runtuhnya bangunan bertingkat tinggi, rubuhnya bangunan lemah, retakkan di dalam tanah. Tanah longsor, jembatan roboh, bendungan rusak dan hancur. Beberapa bangunan tetap, keretakan besar di tanah, rel kereta api rusak. Terjadi kerusakan total di daerah gempa. Dapat menyebabkan kerusakan serius di beberapa daerah dalam radius seratus kilometer dari wilayah gempa.

Klasifikasi Intensitas Gempa


Pada 1902, seorang Vulkanolog Italia bernama Giuseppe Mercalli (1850-1914) mengklasifikasi skala intensitas gempa bumi dan pengaruhnya terhadap manusia, bangunan (gedung), dan alam (tanah). Klasifikasi tersebut bernama Skala Mercalli yang ditentukan berdasarkan kerusakan akibat gempa dan wawancara kepada para korban, sehingga bersifat sangat subyektif. Oleh karena itu, pada tahun 1931 seorang ilmuwan dari Amerika memodifikasi Skala Mercalli ini dan sampai sekarang digunakan di banyak wilayah gempa. Klasifikasi intensitas gempa dengan Skala Mercalli dapat dilihat di tabel berikut : Ukuran Keterangan I Direkam hanya oleh seismograf. II Getaran hanya dirasakan oleh masyarakat di sekitar pusat gempa. III Getaran dirasakan oleh beberapa orang. Getaran akan dirasakan oleh banyak orang. Porselin dan barang pecah belah IV berkerincing dan pintu berderak. Binatang merasa kesulitan dan ketakutan. Bangunan mulai bergoyang. Banyak orang V akan bangun dari tidurnya. VI Benda-benda mulai berjatuhan dari rak. VII Banyak orang cemas, keretakan pada dinding dan jalan. VIII Pergeseran barang-barang dirumah. IX Kepanikan meluas, tanah longsor, banyak atap dan dinding yang roboh. X Banyak bangunan rusak, lebar keretakan di dalam tanah mencapai hingga 1 meter. XI Keretakan dalam tanah makin melebar, banyak tanah longsor dan batu yang jatuh. XII Hampir sebagian besar bangunan hancur, permukaan tanah perubahan menjadi radikal.

5. Dedikasi Perempuan dalam Pendidikan Islam


5. Dedikasi Perempuan dalam Pendidikan Islam Sebuah keberhasilan di berbagai bidang sosial kemasyarakatan, lebih-lebih pada bidang agama dan ruang lingkupnya tidaklah mudah diraih tanpa adanya perjuangan dan pengorbanan sebagai bentuk pengabdian pada bidang masing-masing, inilah yang disebut dedikasi. Dari sini muncul keikhlasan seseorang dalam melakukan aktivitas yang berguna. Dalam dunia pendidikan Islam, tidak terlepas dari peran serta pihak-pihak terkait; mulai dari seorang pendidik, materi, peserta didik, dan tujuan. Paling tidak, apa yang difirmankan Allah dalam alQuran sebagai metode cultural dan universal dalam pendidikan Islam,

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al-Nahl : 125)

Ayat ini dan yang serupa dengannya, memberikan metode dalam menyampaikan pengajaran dan pendidikan Islam. Sebagaimana diketahui bahwa pendidikan yang ideal adalah pendidikan yang merupakan satu sistem (satu kebulatan yang terdiri atas pelbagai unsur yang saling menopang, mengukuhkan, saling melengkapi atau menyempurnakan. Sedang dalam Islam pendidikan biasa disebut

dengan tarbiyah, yang berarti mengarahkan sesuatu tahap demi tahap menuju kesempurnaan kejadian dan fungsinya. Seperti halnya seseorang mengajari seorang anak mengaji al-Quran mulai dari mengenal huruf, baris, sampai kepada ayat-ayat panjang. Dengan demikian, pendidikan Islam adalah proses bimbingan (pimpinan, tuntunan, asuhan) oleh subjek didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan, intuisi, dan lain sebagainya) dan raga objek didik dengan bahan-bahan materi tertantu pada jangka waktu tertentu dan dengan metode tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke arah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai dengan ajaran Islam. Bertolak dari paparan di atas, maka pendidikan adalah sebuah aktivitas mulya yang bersumber dari berbagai zaman. Sebuah bimbingan ke jalan yang lebih luas dan masa depan yang lebih cerah, membutuhkan subjek-subjek yang berdedikasi matang dan berkopetensi, baik dia seorang lelaki maupun perempuan. Nabi Muhammad SAW. adalah seorang lelaki yang menjadi sentra percontohan seorang pendidik yang sempurna. Beliau membimbing, mengajari, dan mengarahkan orang-orang sekelilingnya pelajaran yang dapat mengantarkannya ke gerbang kesuksesan hingga bermunculanlah generasi-generasi yang mumpuni. Terkait dengan pembahasan ini, baik pada masa lalu maupun masa kini, kaum lelaki mendominasi menjadi seorang pendidik dan dai. Namun bukan suatu fenomena yang aneh dan tabu jika hadir seorang perempuan maju ke muka dengan melontarkan kajian-kajian ilmiyah dan sciencenya. Perbedaannya hanya pada jenis kelamin yang berkesan bahwa lelaki lebih kuat dan berfikir luas dari pada lawan jenisnya. Sisi lain, tidak sedikit seorang pendidik perempuan telah banyak mencetak para ahli ilmu pada bidang masing-masing. Penulis menganalisi sebuah novel Wanita Berkalung Sorban. Dari judulnya nampak sebuah kata yang janggal, yaitu sorban. Sebuah pakian pelengkap yang biasa dikenakan oleh kaum lelaki muslim.

Kata itulah yang akan menguak figur seorang perempuan muda yang hidup di suatu pusat pendidikan Islam yang biasa di sebut pesantren. Layaknya wanita lain, kesempatannya untuk maju dan berkembang selalu terbatas dengan hukum yang sudah mentradisi, yaitu laki-laki adalah pemimpin pada berbagai bidang. Tidak ada motivasi khusus baginya untuk berontak dalam arti positif, selain setelah benar-benar merasa tertindas dengan kesewenang-wenangan yang ekstrim dari seorang lelaki yang menjadi suaminya. Aksi pembaharuannya cukup menjadi garam dalam luka, hingga ahirnya ia tampil menjadi sosok wanita berkalung sorban tanpa menginjak-injak sorban itu. Ditinjau dari sisi pendidikan Islam, sosok perempuan di atas mencerminkan seorang pembaharu dalam bidang pendidikan dalam arti luas. Islam memiliki retorika pada berbagai bidang, khususnya yang direspresentasikan oleh bagian kalangan, banyak mengadopsi aliran keras melawan wanita, yang menganggapnya sebagai makhluk di bawah derajat lelaki. Wanita harus selalu berada di rumah, tidak di luar, kecuali terpaksa untuk emenuhi kebutuhan pokok atau semisalnya. Pada asalnya retorika al-Quran dan sunnah ditujukan kepada laki-laki dan perempuan secara bersamaan, kecuali jika ada nash lain yang mengkhususkannya untuk salah satu dari kedua jenis itu. Maka ketika retorika al-Quran berbunyi, ya Ayyuha lladzina amanu (Wahai orang-orang yang beriman) atau Ya ayyuha nnas (wahai sekalian manusia) yang diseru dalam hal ini adalah laki-laki dan perempuan secara bersamaan. Lihatlah ummu Salamah ketika mendengar seruan Rasulullah SAW. Wahai sekalian manusia, maka ia segera meninggalkan kesibukannya, yang ketika itu sedang ditata rambutnya oleh tukang sisirnya. Dikatakan, Bukankah beliau menyerukan, Wahai manusia? Ummu Salamah menjawab; Saya termasuk manusia.

Tidak terbayangkan dalam Islam adanya prejudikasi buruk terhadap perempuan sekaligus enguntungkan laki-laki, atau mendeskriditkan wanita dan sebalinya. Karena yang menurunkan syariat bukanlah seorang laki-laki, atau kelompok laki-laki, sehingga berlaku buruk kepada wanita. Dalam hal ini adalah Tuhan dari seluruh makhluk laki-laki dan perempuan, Tuhan yang mempersatukan kedua makhluk ini dalam ikatan pernikahan. Pelajaran lain dari retorika agama, yang menunjukan dedikasi peremuan, sebagaimana hadits,

Berkata Urwah kepada Aisyah RA., Wahai hamba perempuan, aku tidak heran dengan pengetahuanmu, karena kamu adalah isteri Rasulullah SAW. dan puteri Abu Bakar. Aku juga tdak heran dengan pengetahuanmu tentang syair dan hari-hari manusia, karena kamu adalah puteri Abu Bakar, manusia yang paling alim. Namun yang aku herankan adalah pengetahuanmu tentang kedokteran, bagaimana mungkin kamu mempelajarinya, darimana dan apa? Aisyah lalu menepuk bahunya dan berkata, Wahai Urwah, saat Rasulullah SAW. sakit, selama itu pula tabib-tabib dari penjuru Arab datang silih berganti. Mereka memberikan berbagai resep untuk beliau dan akulah yang mengobatkannya kepada beliau. Dari sanalah (aku mengetahui ilmu kedokteran) (HR. Imam Ahmad) Telah terbukti dalam sejarah bahwa di bawah naungan Islam, perempuan mampu mencapai tingkat keilmuan dan kebudayaan yang tertinggi, serta memperoleh porsi terbesar dalam pendidikan dan pengajaran pada masa generasi Islam pertama. Wanita-wanita muslimah ada yang menjadi penulis dan penyair kondang, seperti: Ulyah binti alMahdi, Aisyah bin Ahmad bin Qadim, walladah binti al-halifah al-Mustakfi Billah, dan didapati seorang penulis dan aktivis perempuan Mesir abad19; Zainab al-Ghazali, dan lain-lain.

Fenomena Wanita Berkalung Sorban adalah fiksi yang hendak mengingatkan kepada para kaum lelaki Jahiliyah agar lebih jeli dan adil dalam menyikapi kaum perempuan, kendatipun Islam menjunjung tinggi derajat mereka. Mengingatkan pula kembali kepada kaum perempuan yang berobsesi menempati posisi kaum pria dengan tanpa pertimbangan yang matang agar mereka lebih menyadari sebagai mahkluk Tuhan yang sangat mendapat perhatian khusus dari Allah Taala. http://kesetaraangenderfallas.blogspot.com/2012/02/5-dedikasi-perempuan-dalam-pendidikan.html

2.2 Peran wanita dalam dunia pendidikan Kemajuan ilmu pengetahuan tidak bisa dipisahkan dari dunia pendidikan. Pendidikan yang baik akan menjadi awal bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Proses pendidikan diawali dari lingkungan yang paling kecil, yaitu rumah. Dari sinilah bermulanya kontribusi wanita dalam ilmu pengetahuan.Tidak sedikit ilmuwan yang lahir berkat didikan wanita yang berkualitas sejak masa yang sangat dini di rumah. Keberhasilan Eve Curie, misalnya, tentu tidak bisa dipisahkan dari didikan Marie Curie. Peran RA. Kartini dalam memajukan pendidikan di Indonesia merupakan salah satu contoh kontribusi wanita yang dicetak dengan tinta emas dalam sejarah.Pada masa itu, kondisi pendidikan di tanah air sangat memprihatinkan, khususnya bagi kaum wanita.Anak-anak di bawah umur 12 tahun masih diperbolehkan mengikuti pelajaran di sekolah.Namun setelah di atas 12 tahun, mereka tidak diperbolehkan lagi belajar di luar rumah. Kartini mendobrak kondisi yang memprihatinkan tersebut dengan membangun sekolah khusus wanita. Selain itu, ia juga mendirikan perpustakaan bagi anak-anak perempuan di sekitarnya. Usaha Kartini ini didukung oleh sahabatnya, Rosa Abendanon, dan suaminya, Raden Adipati Joyodiningrat. Pemikiranpemikiran Kartini dalam memajukan dunia pendidikan dapat kita baca dalam bukunya yang terkenal, " Habis Gelap Terbitlah Terang".

Apa yang telah diperjuangkan oleh Kartini pada masa itu, dapat kita lihat manfaatnya dalam perkembangan pendidikan di Indonesia saat ini. Hal ini juga berimbas pada kemajuan ilmu pengetahuan di tanah air

Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2166283-peran-wanita-dalam-duniapendidikan/#ixzz1vxzZ8CRQ

Dunia Guru, Madrasah dan Tulisan Sekedar


Celoteh Ringan Seorang Guru Madrasah

Pendidikan Wanita dalam Islam


dengan 4 komentar

Pendahuluan
Para wanita Arab sebelum datangnya Islam telah mempunyai hak dan kesempatan belajar yang terkenal pada masa itu, maka di kalangan wanita telah terdapat wanita-wanita tukang tenung dan penyair-penyair dan orang-orang yang mempunyai pengetahuan dalam menulis. Di dalam buku-buku yang berbahasa Arab disebutkan banyak sekali nama-nama wanita yang terkenal pada masa jahiliyah dan masa permulaan Islam. Pendidikan wanita dalam Islam tidak terlepas pada sejarah awal penyebaran Islam di masa Nabi Muhammad SAW, Islam mengajarkan persamaan status pria dengan wanita dalam aspek-aspek spritual dan kewajiban keagamaan dan yang membedakan adalahnya akhlak yang baik dan buruk. Sebagaimana di contohkan pada masa Nabi masih hidup seorang wanita bangsawan dan berketurunan tinggi dari kalangan Quraisy penah mencuri dan karenanya ia dikenakan hukuman. Dan ada seseorang yang ingin membelanya. Kemudia Nabi mengambil sikap, seraya berkata, apakah engkau akan membela seseorang dalam hukum yang telah ditentukan Tuhan ?. Selanjutnya beliau berpidato yang isinya menyebutkan. Wahai manusia sesungguhnya orang-

orang sebelum kamu menjadi sesat, karena apabila seorang bangsawan mencuri, mereka membiarkannya, dan apabila orang-orang lemah mencuri mereka menegakan hukum terhadapnya, Demi Allah sekiranya Fathimah anaka Muhammad mencuri, Muhammad akan memotong tangannya. Kalau kita teliti tentang kandungan matan hadits diatas, sangat jelas kedudukan wanita dan pria sama kedudukannya dalam hukum. Demikian pula dalam keagamaan, mereka akan mendapat pahala yang sama. Allah menegaskan posisi wanita dalam Al Quran sebagai berikut : ********************************************** Dan para wanita mendapat hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang makruk. Akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan dari pada isterinya Akan tetapi dalam praktek persamaan spiritual, tidak selalu disertakan dengan persamaan dalam bidang intelektual di antara wanita dan pria. Hal ini dapat kita lihat kadang-kadang dalam bidang pendidikan. Studi tentang pendidikan bagi wanita dalam umat Islam memperlihatkan dua pendapat yang berbeda yaitu yang menerima dan bahkan yang menolak. a) Pendapat yang menolak pendidikan wanita Para ulama yang menolak pendidikan wanita , yaitu tidak boleh mengajar wanita selain agama dan Al Quran, dan dilarang mengajarkan menulis. Wanita yang diberi pelajaran menulis diserupakan dengan ular yang menghirup racun. Pendukung pendapat ini mengambil dasar dari Ali bin Abi Thalib yang menjumpai seorang pria yang sedang mengajarkan menulis kepada seorang wanita, lalu beliau menegur, jangan kamu menambah kejahatan dengan kejahatan. Selanjutnya pendukung pendapat ini meriwayatkan bahwa Umar bin Khattab melarang wanita belajar menulis. Disamping itu mereka menisbahkan para wanita dengan kekurangan dari segi akal dan agama, dan kekurangan ini merupakan faktor yang menyebabkan tidak boleh mengajarkan pengetahuan kepada para wanita. b) Pendapat yang memperbolehkan pendidikan wanita Para pendukung yang memberi pengajaran kepada wanita dengan menggunakan dalil-dalil dari hadits Nabi yang menganjurkan untuk memberi pengajaran kepada wanita, sebagian dari hadits tersebut ialah, menuntut ilmu diperlukan atas setiap muslim dan muslimah. setiap orang yang memilki walidah (hamba) dan mengajarkannya serta mendidiknya, kemudian ia memerdekakannya dan mengawininya, maka ia akan mendapat dua buah pahala.

Sejarah Kemajuan Pendidikan Wanita


a) Pendidikan Wanita Pada masa Nabi SAW

Pada zaman Nabi SAW, wanita mulai mendapatkan kedudukan yang terhormat dan sederajat dengan kaum pria, karena sebelumnya pada zaman jahiliyah, kaum wanita mendapatkan

kedudukan yang sangat rendah dan hina, hingga kelahiran seorang anak perempuan dalam keluarga dianggap suatu yang aib dan harus membunuh anak itu semasa bayi. Pada masa ini, Nabi meyamakan kedudukan wanita dan pria dalam hal menuntut ilmu sebagai manifestasi ayat ini diriwayatkan pula dari Nabi s.a.w bahwa beliau menganjurkan agar istrinya diajarkan menulis, dan untuk ini beliau berkata kepada Asy-Syifa (seorang penulis di masa jahiliyah) tidak maukah Anda mengajar mantera kepada Hafsah sebagaimana engkau telah mengajarkannya menulis.
b) Pendidikan Wanita Pada masa Sahabat

Pada masa ini telah banyak bermunculan ahli ilmu agama dan pengetahuan, seperti Sitti Hafsah isteri Nabi pandai menulis, dan Aisyah binti Saad juga pandai menulis. Siiti Aisyah isteri Nabi pandai membaca Al Quran dan tidak pandai menulis tetapi beliau adalah seorang ahli fiqh yang terkenal sebagaimana diakui oleh Urwah bin Zuabair seorang ahli fiqh yang termasyhur dalam hal ini beliau berkata : belum pernah saya melihat seorang yanglebih alim dalam ilmu Fiqh, ilmu kedokteran dan ilmu syiir selain dari Aisyah. Kemudian adapula Ummu Salamah dapat membaca dan tidak pandai menulis, Al-Khansa seorang penyair yang loyal, nasionalis dan pejuang. Hindun binti tabah, Laila binti Salma dan Sitti Sakinah binti al-Husain, seorang ahli yang mahir dalam bidang syar. Demikian pula Aisyah binti Talhah seorang yang ahli dalam kritik syiir. Pada masa kemelut politik pertentangan antara Khalihah Ali dengan Muawwiyah, ada beberapa wanita yang terkenal ikut dalam kancah politik, seprti Hindun binti Idi bin Qais, Akrasyah binti al-Athrusy dll yang mereka itu membantu Ali melawan Muawiyah. Setelah itu Muawiyah tertarik menggunakan wanita dalam kancah politik kerajaan, maka tersebutlah al-Khaizuran dan Syajaratud-Durr.
c) Pendidikan Wanita Pada masa Dinasti Abasiyah

Pada masa ini, agama Islam telah tersebar luas, demikian juga kebudayaan serta kemajuan pada masa Bani Abbas di bagian Timur dan Barat, telah memunculkan para wanita yang ikut serta dalam kegiatan intelektual dan kesenian, pengatahuan agama, sastera dan kesenian. Para budak wanita mempunyai kesempatan yang besar untuk mempersiapkan diri dalam bidang satera dan kesenian sehingga harga budak wanita menjadi lebih tinggi sesuai dengan kecakapan yang dimilkinya. Wanita-wanita yang terkenal dalam bidang pengetahuan dan syiir antara lain, Aliyah binti al-Mahdi, Fadhlun, Aisyah binti Ahmad bin Qadim al-Qurthubiyah, Lubna, Walladah binti al-Khalifah al-Mustakfi Billah, Qamar. Sebagian wanita adapula yang ahli dibidang ilmu agama dan hadits dan para sarjana wanita Muslimah yang terkenal jujur dalam ilmu dan amanah dalam riwayatnya. Seorang ahli hadits yang terbesar bernama Al-Hapiz az-Zahabi dalam menyaring rijalul hadits yang telah mengeluarkan hadits sebanyak 4000 perawi hadits dan dalam hal ini beliau berkata, saya tidak melihat dari kalangan wanita orang yang terkena tuduhan dan tidak pula orang-orang yang mencoreng nama mereka (sebagai perawi hadits yang terpercaya). Wanita-wanita yang terkenal dalam perawi hadits adalah Karimah Al-Marwaziyah dan Sayyidah Al-Wuzara.

Ibnu Abi Ushaibiah menyebutkan dalam bukunya Thabaqatul Athibba tentang dua orang wanita yang bekerja sebagai dokter dan mereka mengobati wanita-wanita istna Khalifah alMansur di ANdalus. Diantara mereka andalah Zainab, seorang dokter mata yang terkenal dari Bani Uwad. Apabila kita bandingkan kondisi pendidikan dan peranan wanita Islam abad pertangahan dengan wanita yang ada di Eropa Kristen maka akan sangat terlihat perbedaan yang mencolok, di Griek (Eropa) kecuali Sparta dan Plato, saat itu wanita tidak diberikan persamaan hak dalam pendidikan dan sosial sebagai mana yang diperoleh oleh laki-laki, mereka menganggap wanita sebagai benda yang dapat menjamin kepuasan dan kesenangan mereka, walaupun mereka mencapai peradaban yang tinggi dan kemajuan dalam ilmu pengetahuan.

Kesimpulan
Sebagai kesimpulan makalah ini, Islam memberikan persamaan hak dan kewajiban dalam menuntut ilmu bagi waita sebagaimana laki-laki, namun yang menjadi perhatian khusus adalah tentang penekan pendidikan akhlaq. Sebagai contoh Ibnu Urdun berpendapat bahwa nak-anak perempuan harus mempelajari shalat dan agama serta menambahkan pelajaran-pelajaran yang lain, akan tetapi ia tidak sepakat mengajarkan syiir dan menulis kepada anak perempuan, serta ia tidak menyetujui memberikan pendidikan anak perempuan bersama-sama dengan anak laki-laki dalam sebuah tempat, meskipun ada pendapat yang membolehkan belajar bersama-sama antara anak perempuan dan anak laki-laki.

Daftar Pustaka
Fahmi, Asma Hasan,.Dr, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, Bulan Bintang, Jakarta 1979 Zuhairini, Dra, dkk Sejarah Pendidikan Islam, , Bumi Aksara bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Lembaga Pengembangan Pendidikan Islam Departemen Agama, Jakarta, 1999 Soekarno dan Ahmad Supardi, Sejarah Dan Filsafat Pendidikan Islam, Angkasa Bandung, 1983

You might also like