You are on page 1of 7

KEUTAMAAN MENUNTUT ILMU

Hadis yang shahih dalam masalah kewajiban menuntut ilmu adalah hadis dari Anas bin Malik
radliallahu anhu bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,




Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim. (HR. Ibn Majah 224 dan dishahihkan al-Albani
dalam shahih Ibn Majah, 1/296)
#


...
Puji dan Syukur tak henti kita panjatkan kepada Allah SWT yang tiada henti memberikan
nikmat, berkah, dan hidayah-Nya kepada kita semua. Karena nikmat dan hidayah dari Allah
berupa keimanan dan keislaman-lah yang membuat kita tetap kokoh berjalan di atas jalan Allah.
Dan nikmat kesehatan dan kesempatan dari Allah pula sehingga hari ini kita dapat berkumpul di
tempat ini dalam rangka melaksanakan salah satu aktivitas yang merupakan kewajiban kita
sebagai umat Islam, yakni menuntut ilmu.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, yang
diutus oleh Allah SWT ke muka bumi ini sebagai rahmatan lil alamiin, yang telah menggempur
kesesatan dan mengibarkan panji-panji kebenaran, serta memperjuangkan islam hingga sampai
kepada kita sebagai rahmat tak terperi dari allah SWT.
Para hadirin yang dimuliakan Allah, pada kesempatan kali ini saya akan membawakan ceramah
tentang Keutamaan menuntut Ilmu
Kita lahir di bumi ini dalam keadaan tak berilmu. Oleh karena itu, setiap orang tua berkewajiban
mendidik dan mengajarkan ilmu pengetahuan kepada anaknya. Karena manusia lahir ke dunia
dalam keadaan tak berilmu, maka Allah SWT memerintahkan kepada semua manusia, terutama
umat islam untuk belajar atau menuntut ilmu sebagai bekal untuk menjalani hidup. Hal ini sesuai
dengan sabda Rasul;


Belajarlah karena seseorang tidak dilahirkan dalam keadaan pandai, dan pemilik ilmu itu tidak
sama dengan orang yang bodoh.
Dalam pandangan islam, ilmu adalah sesuatu yang tergolong suci. Ilmu bagaikan pelita atau
cahaya di malam yang gelap. Seseorang tak kan dapat berjalan dengan baik di malam yang gelap
tanpa cahaya atau pelita, demikian pula halnya tak dapat seseorang membedakan yang benar dan
salah, kecuali dengan ilmu.
Mengenai perintah menuntut ilmu, Allah SWT memerintahkan secara tersirat dalam wahyu yang
pertama diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, QS Al-Alaq ayat 1 5:

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Wahyu pertama ini, sebagai tanda pengangkatan Muhammad menjadi utusan Allah,
memerintahkan Iqro= bacalah. Meski tak secara langsung mengatakan belajarlah, namun
perintah Allah dalam ayat ini untuk membaca adalah perintah tersirat kepada manusia untuk
belajar, karena membaca merupakan salah satu cara untuk belajar. Membaca yang dimaksudkan
disini tak sekedar membaca buku atau materi pelajaran, tetapi juga bermakna sebagai perintah
untuk membaca dan memahami tanda-tanda kebesaran Allah.
Tidakkah kita sadari bahwa wahyu pertama ini, yang memerintahkan untuk membaca
mengandung makna yang luas tentang pentingnya belajar? Allah tidak menurunkan wahyu
pertama berupa perintah untuk shalat, puasa, sedekah, zakat dan sebagainya, tetapi perintah
Iqro = bacalah yang dapat kita tafsirkan sebagai perintah untuk belajar. Ini menunjukkan
bahwa sebelum kita beramal, kita wajib berilmu, yang insya Allah akan mengantarkan pada
kebahagiaan dunia akhirat.
Islam tidak menghendaki umatnya sengsara di dunia dan di akhirat. Oleh sebab itu perintah
menuntut ilmu tidak dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Tegasnya, menuntut ilmu itu
wajib bagi setiap orang Islam, meskipun di tempat yang jauh dari negerinya, sebagaimana sabda
Nabi Muhammad saw:






Tuntutlah ilmu walaupun di negeri China karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagi
setiap muslim. Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayap mereka pada penuntut ilmu
karena ridha terhadap ilmu yang dituntutnya. (HR ibnu Abdi Al-bar)
Dari ayat dan hadits di atas, dapat disimpulkan bahwa hukum menuntut ilmu pada dasarnya
adalah wajib/fardhu. Ada yang hukumnya fardhu ain seperti menuntut ilmu agama, terutama
yang berkaitan dengan ibadah kepada Allah seperti cara berwudhu, shalat, dan sebagainya. Ada
pula yang hukumnya fardu kifayah, seperti ilmu-ilmu yang dibutuhkan untuk mendukung
urusan-urusan dunia, seperti ilmu kedokteran karena ilmu ini menjadi sesuatu yang penting
untuk memelihara tubuh, atau ilmu hitung karena ini menjadi sesuatu yang penting didalam
muamalah (jual beli), pembagian wasiat, harta waris dan lainnya. Selain itu, hukum menuntut
ilmu bisa berubah menjadi haram jika ilmu yang dipelajari dapat mendatangkan mudharat bagi
diri sendiri maupun orang lain, atau menyesatkan dan membahayakan, seperti ilmu hitam, ilmu
sihir, ilmu santet dan sebagainya.
Allah mewajibkan manusia menuntut ilmu bukan tanpa sebab. Ada banyak sekali keutamaan
menuntut ilmu yang dijelaskan dalam Al-Quran dan Sunnah Rasul.
Allah SWT akan mengangkat derajat orang-orang beriman dan berilmu sebagaimana firman-Nya
dalam QS Al-Mujaadilah ayat 11:
.......4 u~M; #-9.\e=(O, &?\u#( u#-!vet BeZ3'N| 'u#BtZu#(
#-!vet #-!+ t|(oC..
..niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat... (QS Al-Mujaadilah: 11)
Dari ayat tersebut, tersurat janji Allah untuk mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan
berilmu, tak hanya di dunia tapi juga di akhirat. Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah tentang
kebahagiaan dunia akhirat yang dapat diperoleh dengan memiliki ilmu pengetahuan:


Siapa yang menginginkan (kebahagiaan) dunia, maka harus dengan ilmu, siapa yang
menginginkan (kebahagiaan) akhirat, maka harus dengan ilmu, dan siapa yang menginginkan
(kebahagiaan) keduanya (dunia dan akhirat), maka harus dengan ilmu
Pekerjaan menuntut ilmu merupakan ibadah. Orang yang menuntut ilmu akan diberilkan pahala
yang sangat besar dan dimudahkan baginya jalan menunju surga. Rasulullah Saw bersabda:


Siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu niscaya Allah akan memudahkan
baginya jalan ke surga (HR Muslim)
Satu hal lagi yang harus diketahui, bahwa orang yang berilmu memiliki pendirian yang teguh,
tidak mudah terombang-ambing, serta tidak mudah tergoda oleh bujukan syaitan. Bahkan dalam
sabdanya Rasulullah menyebutkan bahwa seorang yang berilmu (alim) lebih sulit digoda oleh
syaitan dari pada 1000 ahli ibadah yang tidak berilmu;

Seorang yang alim lebih sulit digoda oleh syaitan dari pada 1000 ahli ibadah (yang tidak
berilmu) (HR. Tirmidzi)
Selanjutnya, yang tak kalah pentingnya untuk direnungkan adalah bahwa pada suatu saat nanti,
yang kita tak ketahui kapan datangnya, entah hari ini, esok, lusa atau kapan saja Allah
berkehendak, malaikat maut akan datang menjemput kita untuk menjalani kehidupan lain di alam
berbeda. Ketika masa itu tiba, tak ada lagi yang dapat kita lakukan untuk menambah isi pundi-
pundi pahala kita, terputuslah kita dari kehidupan dunia, kecuali 3 hal yaitu shadaqoh jariyah,
ilmu yang bermanfaat, serta anak sholeh yang selalu mendoakan, sebagaimana sabda Rasul;



Jika anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah amalnya keculai 3 hal, yaitu shadaqoh
jariyah, ilmu yang bermanfaat, anak shaleh yang selalu mendoakan orang tuanya. (HR Muslim)
Hadits ini menunjukkan pentingnya ilmu pengetahuan sebagai investasi masa depan. Dengan
sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, serta anak soleh yang selalu mendoakan, kita tetap
mendapat tambahan pahala meski kita tak lagi menjalani kehidupan di alam fana ini. Hadits ini
juga menyiratkan perintah untuk memanfaatkan ilmu yang kita miliki. Tak hanya sekedar
mengetahui suatu ilmu, tetapi perlu pengamalan dalam kehidupan. Kata orang bijak ilmu tanpa
pengamalan ibarat pohon tanpa buah. Ada pula yang menyebutkan, ilmu tanpa amal, pincang,
dan amal tanpa ilmu, buta. Oleh karen aitu harus ada kesesuaian antara ilmu dan amal.
Selain mengamalkan ilmu yang kita miliki, kita juga diperintakan berbagi ilmu atau mengajarkan
ilmu yang kita miliki kepada orang lain. Berbagi ilmu dengan orang lain tak sama dengan
berbagi harta. Jika kita memberikan harta kita kepada orang lain, maka secara otomatis kita akan
kehilangan harta itu atau dengan kata lain kita tak lagi memilikinya. Berbeda halnya dengan
memberikan ilmu. Jika kita mengajarkan ilmu pengetahuan kepada orang lain, kita tidak akan
kehilangan ilmu pengetahuan yang kita miliki, tetapi malah semakin menambah penguasaan kita
terhadap ilmu tersebut.
Yang harus kita ingat adalah ilmu yang dimiliki hendaknya tidak membuat kita tinggi hati dan
merasa lebih hebat dari orang lain. Niat menuntut ilmu hendaknya didasari keikhlasan karena
Allah SWT. Orang yang menuntut ilmu dengan niat untuk membanggakannya di hadapan
manusia diancam akan dimasukkan ke dalam neraka. Sabda rasul yang artinya:
Janganlah kalian menuntut ilmu untuk membanggakannya terhadap para ulama dan untuk
diperdebatkan di kalangan orang-orang bodoh dan buruk perangainya. Jangan pula menuntut
ilmu untuk penampilan dalam majelis (pertemuan atau rapat) dan untuk menarik perhatian orang-
orang kepadamu. Barangsiapa seperti itu maka baginya neraka neraka. (HR. Tirmidzi dan
Ibnu Majah)
Ilmu pengetahuan berkembangan seiring dengan perkembangan zaman. Jika kita berhenti
belajar, sementara ilmu pengetahuan semakin berkembang, maka kita akan tertinggal. Oleh
karena itu, proses belajar manusia tak hanya berhenti ketika kita menyelesaikan studi di bangku
pendidikan. Menuntut ilmu tak hanya dilakukan di bangku sekolah atau kuliah. Sejatinya, dunia
ini adalah laboratorium pendidikan. Setiap elemennya adalah sarana untuk menambah wawasan
dan mengambil pelajaran. Karena itulah, proses belajar manusia seharusnya berawal sejak
manusia dilahirkan hingga kematian menjemput. Rasulullah SAW bersabda:


Tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai liang lahat
Hadits tersebut menjadi dasar dari ungkapan Long life education atau pendidikan seumur
hidup. Berdasar dari hadits itu pula, kita seharusnya termotivasi agar tak pernah lelah untuk
belajar. Kita niatkan perjuangan menuntut ilmu ini sebagai ibadah kepada Allah, dengan niat
suatu hari kelak akan kita bagi kepada orang lain, agar ilmu yang kita miliki tak hanya
bermanfaat buat diri kita, tetapi juga makhluk Allah yang lain.
Jangan pernah berhenti belajar hal-hal bermanfaat, selama kita masih diberi kesempatan oleh
Allah. Dengan niat ikhlas kartena Allah, mudah-mudahan kita semua memperoleh keutamaan
menuntut ilmu seperti yang dijanjikan oleh Allah dan Rasul-Nya. Aamiin.
Demikianlah yang dapat saya sampaikan. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Jika ada
kekurangan itu datangnya dari diri saya sebagai makhluk dhoif yang tak luput dari khilaf, dan
atas semua kesalahan itu mohon dimaafkan dan dimohonkan ampun kepada Allah SWT. Semua
kebenaran yang terucap datangnya dari Allah SWT sebagai sang Khalik yang Maha Sempurna,
semoga dapat dijadikan pelajareab dan bahan renungan. Akhir kata:
Nuun, walqalami wamaa yasthuruun
Fastabiqul khairot


Diposkan oleh uNhie' es2bi di 01:31


Islam merupakan agama yang punya perhatian besar kepada ilmu pengetahuan. Islam
sangat menekankan umatnya untuk terus menuntut ilmu.
Dalam surat Ar-Rahman, Allah menjelaskan bahwa diri-Nya adalah pengajar
(Allamahu al-Bayan) bagi umat Islam. Dalam agama-agama lain selain Islam kita
tidak akan menemukan bahwa wahyu pertama yang diturunkan adalah perintah untuk
belajar.
Ayat pertama yang diturunkan Allah adalah Surat Al-Alaq, di dalam ayat itu Allah
memerintahan kita untuk membaca dan belajar. Allah mengajarkan kita dengan
qalam yang sering kita artikan dengan pena.
Akan tetapi sebenarnya kata qalam juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang yang
dapat dipergunakan untuk mentransfer ilmu kepada orang lain. Kata Qalam tidak
diletakkan dalam pengertian yang sempit. Sehingga pada setiap zaman kata qalam
dapat memiliki arti yang lebih banyak. Seperti pada zaman sekarang, komputer dan
segala perangkatnya termasuk internet bisa diartikan sebagai penafsiran kata
qalam.
Dalam surat Al-Alaq, Allah Swt memerintahkan kita agar menerangkan ilmu.
Setelah itu kewajiban kedua adalah mentransfer ilmu tersebut kepada generasi
berikutnya. Dalam hal pendidikan, ada dua kesimpulan yang dapat kita ambil dari
firman Allah Swt tersebut; yaitu Pertama, kita belajar dan mendapatkan ilmu yang
sebanyak-banyaknya. Kedua, berkenaan dengan penelitian yang dalam ayat tersebut
digunakan kata qalam yang dapat kita artikan sebagai alat untuk mencatat dan
meneliti yang nantinya akan menjadi warisan kita kepada generasi berikutnya.
Dalam ajaran Islam, baik dalam ayat Quran maupun hadits, bahwa ilmu pengetahuan
paling tinggi nilainya melebihi hal-hal lain. Bahkan sifat Allah Swt adalah Dia
memiliki ilmu yang Maha Mengetahui. Seorang penyair besar Islam mengungkapkan
bahwa kekuatan suatu bangsa berada pada ilmu. Saat ini kekuatan tidak bertumpu
pada kekuatan fisik dan harta, tetapi kekuatan dalam hal ilmu pengetahuan. Orang
yang tinggi di hadapan Allah Swt adalah mereka yang berilmu.
Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad Saw menganjurkan kita untuk menuntut ilmu
sampai ke liang lahat. Tidak ada Nabi lain yang begitu besar perhatian dan
penekanannya pada kewajiban menuntut ilmu sedetail nabi Muhammad Saw. Maka
bukan hal yang asing jika waktu itu kita mendengar bahwa Islam memegang
peradaban penting dalam ilmu pengetahuan. Semua cabang ilmu pengetahuan waktu
itu didominasi oleh Islam yang dibangun oleh para ilmuwan Islam pada zaman itu
yang berawal dari kota Madinah, Spanyol, Cordova dan negara-negara lainnya. Itulah
zaman yang kita kenal dengan zaman keemasan Islam, walaupun setelah itu Islam
mengalami kemunduran. Di zaman itu, di mana negara-negara di Eropa belum ada
yang membangun perguruan tinggi, negara-negara Islam telah banyak membangun
pusat-pusat studi pengetahun. Sekarang tugas kita untuk mengembalikan masa
kejayaan Islam seperti dulu melalui berbagai lembaga keilmuan yang ada di negara-
negara Islam.
Dalam Al-Quran sudah dijelaskan bahwa orang yang mulia di sisi Allah hanya karena
dua hal; karena imannya dan karena ketinggian ilmunya. Bukan karena jabatan atau
hartanya. Karena itu dapat kita ambil kesimpulan bawa ilmu pengetahuan harus
disandingkan dengan iman. Tidak bisa dipisahkan antara keduanya. Perpaduan antara
ilmu pengetahuan dan iman akan menghasilkan peradaban yang baik yang disebut
dengan Al-Madinah al-Fadhilah.
Dalam menuntut ilmu tidak mengenal waktu, dan juga tidak mengenal gender. Pria
dan wanita punya kesempatan yang sama untuk menuntut ilmu. Sehingga setiap
orang, baik pria maupun wanita bisa mengembangkan potensi yang diberikan oleh
Allah Swt kepada kita sehingga potensi itu berkembang dan sampai kepada
kesempurnaan yang diharapkan. Karena itulah, agama menganggap bahwa menuntut
ilmu itu termasuk bagian dari ibadah. Ibadah tidak terbatas kepada masalah shalat,
puasa, haji, dan zakat. Bahkan menuntut ilmu itu dianggap sebagai ibadah yang
utama, karena dengan ilmulah kita bisa melaksanakan ibadah-ibadah yang lainnya
dengan benar. Imam Jafar As-Shadiq pernah berkata: Aku sangat senang dan
sangat ingin agar orang-orang yang dekat denganku dan mencintaiku, mereka dapat
belajar agama, dan supaya ada di atas kepala mereka cambuk yang siap
mencambuknya ketika ia bermalas-malasan untuk menuntut ilmu agama.
Ajaran agama Islam yang menekankan kewajiban menuntut ilmu tanpa mengenal
gender. Karena menuntut ilmu sangat bermanfaat dan setiap ilmu pasti bemanfaat.
Kalau kita dapati ilmu yang tidak bermanfaat, hal itu karena faktor-faktor lain yang
mempengaruhinya. Sedangkan ilmu itu sendiri pasti sesuatu yang bermanfaat.
Sumber :
Peran Perguruan Tinggi Dalam Meningkatkan Keberadapan Islam
Prof. Dr. Ayatullah Sayyid Hasan Sadat Mustafawi
(Rektor Islamic University of Teheran-Iran)

You might also like