You are on page 1of 4

A.

Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini lalu lintas perdagangan internasional mengalami kemajuan yang sangat pesat. Sector perdagangan saat ini tidak hanya mencakup wilayah nasional saja, akan tetapi saling ketergantungan antara Negara yang satu dengan yang lainnya membuat perdagagangan internasioanal sepertinya berjalan tanpa adanya hambatan. Namun, dalam praktik perdagangangan internasional. Sengketa dibidang perdagangan serting terjadi, dimana Negaranegara tersebut melanggar prinsip World Trade Organization (WTO)1 yang melanggar hak dari pihak lain atau Negara lain. Untuk itu, WTO menyediakan seperangkat aturan main dan forum penyelesaian sengketa perdagangan, yaitu Dipsute Settelement Body. Indonesia sebagai salah satu Negara yang aktif dalam perdagangan internasional menjadi salah satu anggota WTO, melalui Undang_undang Nomor 7 Tahun 1994 lembaran Negara Tahun 1994 No. 57 Tambahan Lembaran Negara No. 3564 telah meratifikasi seluruh kespakatan WTO. Indonesia juga kerap terlibat dalam proses penyelesaianj sengketa dagang internasional melalui WTO. Sengketa yang melibatkan Indonesia di WTO salah satunya sengketa mobil nasional Indonesia atau yang lebih dikenal dengan TIMOR. Awal kasus sengketa Mobil nasional ini muncul karena inisiatif pemerintah Indonesia untuk meningkatkan dan memiliki industry mobil nasional. Oleh karena itu pemerintah saat itu mengeluarkan Inpres Nomor 2 Tahun 1996 mengenai program mobil nasional sebagai terobosan di sektor otomotif Indonesia. Tujuanya jelas sebagai embrio atau pencetus berkembangnya sektor
1

World Trade Organization adalah organisasi perdagangan dunia yang berfungsi untuk mengatur dan memfasilitasi perdagangan internasional. Sistem perdaganagna internasional diatur melalui suatu tujuan yang berisi aturan-aturan perdagangan internasional sebagai hasil perundingan yang ditanda tangani oleh Negara-negara anggota. Persetujuan tersebut bersifat mengikat pemerintah untuk memamtuhinya dalam pelaksanaan kebijakan perdagangan. WTO mulai berlaku sejak 1 Januari 1995, yaitu dengan disepaktinya Agreement the world Trade Organization, yaitu persetujuan pembentukan perdagangan dunia yang ditandatangani para menteri perdagangan Negara-negara anggota wto pada tanggal 15 april 1994 di Marrakesh, Maroko, dalam Christophorus Barutu, ketentuan anti dumping, subsidi, dan tindakan pengamanan (Safeguard) dalam GATT dan WTO, 2007, hlm. 2.

otomotif nasional di Indonesia. Pemerintah Indonesia menunjuk PT. Timor Putra Nasional Untuk membangun dan memproduksi mobil nasional. PT. Timor Putra Nasional Sebagai pihak yang ditujunjuk untuk memproduksi mobil nasional sayangnya belum dapat memproduksi mobil nasional didalam negeri, oleh karena itu kemudia pemerintah mengeluarkanj keppres nomor 42 tahun 1996 yang pada intinya mengizinkan PT. Timor Putra Nasional untuk melakukan impor mobil dari korea selatan yang kemudian diberi merek TIMOR (baik dalam bentuk jadi atau completely bulid up/cbu dari korea selatan). PT. Timor Putra Nasional pada saat itu mendapatkan berbagai fasilitas pembebasn dan penangguhan tarif bea masuk dan pajak penjualan atas barang mewah dengan kewajiban menggunakan komponen lokal secara bertahap mulai tahun 1996 hingga tahun 1998 sebanyak 20 %, 40%, hingga 60 % karena pabriknya belum selesai dibangun, PT Timor Putra Nasional mendapat hak untuk mengimpor mobil jadi (completely built up/CBU).2 Hal ini mendatangakan reaksi keras dari beberapa pihak seperti Jepang, Amerika Serikat dan beberapa Negara Eropa. Jepang yang yang paling berusaha keras dalam masalah ini karena jepang mempunyai kepentingan yang kuat dalamk industry otomotif di Indonesia yaitu jepang menguasai hampi 90 % industry mobil di Indonesia. pemerintah Jepang dan Pemerintah Amerika Serikat menganggap bahwa kebijakan Mobnas Indonesia bersifat diskriminatif dan tidak sesuai dengan GATT karena Indonesia telah mengimpor mobil dari korea selatan dan memasarkannya dengan fasilitas bebas pajak komponen impor dan pajak penjualan barang mewah.3

Syahmin AK, Hukum Dagang Internasional dalam Kerangka Studi Analitis (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 288. 3 Ibid.

Pemerintah Jepang menganggap kebijakan pemerintah indonesia bersifat diskriminatif sehingga melanggar prinsip-prinsip perdagangan bebas. ada tiga poin yang dituduhkan pemerintah jepang yaitu : 1 Adanya perlakukan kuhusu impor mobil dari KIA motor kore yang hanya member keuntungan pada satu Negara. Misalnya perlakuan bebas tariff masuk barang impor, yang melanggar ketentuan pasal 10 GATT. 2 Perlakuan bebas pajak atas barang mewah yang diberikan kepada produsen mobnas selama dua tahu, ini melanggar ketentuan pasal 3 ayat 2 peraturan GATT. 3 Menghendaki perimbangan muatan lokal seperti insentif, mengizinkan pembebasan tariff impor, dan membebaskan pajak barang mewah di bawah program mobnas, melanggar ketentuan pasal 3 ayat 1 GATT dan pasal 3 kesepakatan multilateral. Para pihak yang berkepentingan seperti pemerintah Indonesia dan pemerintah jepang berusaha melakukan dialog untuk menyelesaiakan masalah ini, akan tetapi karena tidak mencapai kesepakatan diantara kedua belah pihak, maka kemudian pemerintah jepang melalui wakil Menteri perdagangan internasional dan industrinya pada tanggal 4 oktober 1996 secara resmi menyatakan akan membawa sengketa dengan indonesia ke WTO hal tersebut betdasarkan pasal 22 ayat 1 GATT. Intinya adala pemerintah Jepang ingin

menyelesaikan sengketanya dengan pemerinta Indonesia diselesaikan sesuai dengan kepakatan perdagangan multilateral sesuai dengan aturan yang tercantum dalam WTO. Ketika itu jika dalam waktu enam bulan belum dapat diselaikan maka jepang akan membawanya ke tingkat yang lebih tinggi. Pemerintah Jepang membawa masalah mobnas ke panel WTO melalui Dispte Seatlement Body (DSB) atau sidang bulanan badan

penyelesaian sengketa, dengan terbentuknya DSB jepang berharap masalah mobnas dapat dipecahkan dengan jalan terbaik dan adil. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latara belakang yang telah dipaparkan diatas maka tulisan ini mengangkat rumusan masalah yaitu apakah putusan yang dijatuhkan oleh WTO dalam sengketa Mobnas dengan pemerintah Jepang dan beberapa Negara lainnya telah tepat?

You might also like