You are on page 1of 29

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN (KKL) BANK INDONESIA (BI ) SEMARANG, PENGADILAN NEGERI (PN) SEMARANG, LPKBHI SEMARANG,

MAHKAMAH KONSTITUSI (MK), DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN), DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT (DPR) REPUBLIK INDONESIA

(Pada tanggal 11-24 November 2010)

Disusun Oleh: M KHASAN AMRULLAH NIM. 072211029

JURUSAN SIYASAH JINAYAH FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010
1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya pendidikan tidak hanya mempelajari sesuatu secara teori saja melainkan juga mempelajari secara praktis (melalui praktikum). Praktikum adalah kegiatan intrakurikuler yang dilaksanakan oleh mahasiswa yang dilaksanakan dalam bentuk latihan keterampilan penambahan wawasan dalam rangka penguasaan kompetensi sesuai dengan program studi yang terkait. Praktikum merupakan salah satu bagian kurikulum yang wajib diikuti oleh semua mahasiswa. Praktikum tidak hanya berorientasi pada praktek semata namun lebih pada pendalaman keilmuan dengan cara terjun secara langsung ke lapangan praktikum yang memiliki kaitan dengan program studi masingmasing mahasiswa. Dalam kurikulum Fakultas Syariah setidaknya ada tiga macam praktikum yang salah satu di antaranya adalah Kuliah Kerja Lapangan (KKL). Kuliah Kerja Lapangan ( KKL ) adalah kegiatan belajar yang dilakukan oleh mahasiswa untuk menambah wawasan dan mendapatkan pengalaman nyata dari instansi, lembaga atau organisasi yang berkaitan dengan disiplin keilmuan dan kompetensi yang dikembangkan Jurusan atau Program Studi. KKL diselenggarakan atas dasar SK Dekan No. IN/12/f.2/PP.00.9/928.1/2001 tanggal 17 September 2001, maka diselenggarakan praktikum dalam bentuk KKL sebagai penerapan suatu ilmu tertentu baik berbentuk latihan, penelitian maupun tugas-tugas lain sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pelaksanaan kurikulum Fakultas Syariah.

B. Tujuan

Secara general, KKL dilaksanakan dengan bertujuan untuk menambah pengalaman mahasiswa Fakultas Syari'ah dalam realitas profesi terkait dengan kompetensi jurusan masing-masing. Karena khazanah keilmuan teoritik akan mati sebatas angan eutopis ketika tidak diuji coba diterapkan untuk membahas persoalan hukum dalam realitasnya. Juga, sebagai salah satu upaya koreksi
2

pengetahuan teoritik karena memang hukum itu perlu kontekstualisasi dan berubah (dinamis) mengikuti perubahan masa dan tempat. Secara spesifik, pelaksanaan KKL setiap jurusan di lingkungan Fakultas Syari'ah yang konsentrasinya pada kajian hukum Islam dan hukum positif dimaksudkan untuk : 1. Memperkaya pengalaman di lapangan hukum dalam bentuk praktis hukum dengan upayanya membenahi konsep metodologis atau praktik hukum yang dirasa masih ada kekurangan di beberapa sisi. 2. Mengembangkan daya keilmuan mahasiswa di lingkungan Fakultas Syariah sesuai disiplin ilmu yang digeluti di setiap jurusan. 3. Upaya elaborasi dan uji teoritik terkait dengan hukum Islam dan hukum positif dalam konteksnya langsung. Dilihat dari substansi pentingnya pelaksanaan KKL, pemberian materi atau bekal bagi mahasiswa dalam kerangka praktis sangatlah dibutuhkan. Maka dari itu komposisi arahan yang lebih bagus dengan kolaborasi format, sistematika, desain baru untuk pelaksanaan KKL sangat perlu untuk dikembangkan. Agar ide mahasiswa (peserta) KKL tidak hanya berbentuk terbayang tulisan (teori) hukum dan hasil penyelesaian perkara yang kadang tompus dan locusnya telah usang. Tidak menyentuh dengan persoalan hukum yang dinamis dan pesat mengikuti cepatnya arah gelombang modernitas.

BAB II LANDAASN TEORI

A. Bank Indonesia Bang Indonesia selaku bank sentral berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 adalah lembaga Negara yang independent. Secara singkat dapat kita lihat bahwa bank Indonesia sebagai bank sentral, lahir pada 1 juli 1953. Kelahiran bank Indonesia ini didasarkan pada UU pokok Bank Indonesia atau UU No 11 Tahun 1953. Lahir bank Indonesia ini merupakan hasil nasionalisasi dari De Javasche Bank, sebuah Bank belanda sebagai Bank sirkulasi di hindia belanda. Jadi, riwayatnya dulu, De Javasche Bank inilah yang menjadikan cikal bakal dari lahirnya Bank Indonesia. Dalam kapasitasnya sebagai Bank sentral bank Indonesia mempunyai tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah yang dimaksud adalah kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa yang tercermin dari perkembangan laju inflasi serta kestabilan terhadap mata uang negara lain. Untuk mencapai tujuan tersebut tentu saja kegiatan yang dilakukan Bank Indonesia tidak sama dengan Bank pada umumnya. Ada tiga pilar yang merupakan tiga bidang tugas utama dari bank Indonesia selaku bank sentral yaitu: 1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter 2. Mengatur dan menjaga kelancara system pembayaran. Dalam kaitannya dalam tugas ini, bank Indonesia juga memiliki tugas yang hanya dilakukan oleh Bank Indonesia, yaitu mengeluarkan uang sebagai alat pembayaran yang sah di Indonesia dengan mencetak uang, mengedarkan serta mengatur jumlah uang yang berdar. Disini Bank Indonesia memiliki hak tunggal dalam mengeluarkan uang kertas dan logam. Bank Indonesia harus tetap menjaga uang selalu tersedia dalam jumlah yang cukup, dalam

komposisi pecahan yang sesuai, pada waktu yang tepat, dalam kondisi yang baik sesuai dengan kebutuhan. 3. Bank Indonesia juga berfungsi mengembangkan system perbankan da system perkreditan yang sehat dengan melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap perbankan.

B. Pengadilan Negeri (PN) Pengadilan Negeri adalah pengadilan yang menerima, memeriksa, mengadili dan menyelesaikan perkara perdata dan perkara pidana bagi orang atau warga negara yang mencari keadilan dan haknya dirampas kecuali undang-undang menentukan lain (UU No. 14 tahun 1970). Pengadilan Negeri diperuntukkan bagi semua pemeluk agama yang ada di Indonesia. Karena permasalahan yang diajukan dalam pengadilan negeri begitu kompleks, maka dalam pengaturannya terdapat bermacam-macam aturan seperti Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab UndangUndang Hukum Perdata serta peraturan-peraturan yang lainnya. Pengadilan Negeri merupakan pengadilan tingkat pertama untuk perkara pidana dan perdata yang bukan termasuk dalam perdata Islam. Sedangkan Pengadilan Tinggi merupakan pengadilan tingkat banding terhadap perkara yang diputus oleh Pengadilan Negeri. Susunan Pengadilan Negeri menurut UU. No. 2 tahun 1980 pasal 10 terdiri dari pimpinan pengadilan (Ketua dan Wakil Ketua), Hakim anggota, Panitera, Sekretaris, dan Jurusita. Yang menjadi landasan hukum keberadaan Pengadilan Negeri ini tercantum dalam UU No. 14 tahun 1970 dan UU No. 02 tahun 1986. dalam pasal 2 UU No. 02 tahun 1986 jo UU No 8 tahun 2004 disebutkan bahwa Pengadilan Umum adalah salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan pada umumnya. Sedangkan dalam pasal 3 disebutkan tentang kekuasaan di lingkungan peradilan umum, antara lain: 1. Kekuasaan Pengadilan Negeri (kompetensi absolut)

a. Pengadilan Negeri bertugas dan berwenang memeriksa, mengadili, memutuskan dan menyelesaikan perkara pidana dan perkara perdata di tingkat pertama b. Ketua Pengadilan Negeri melakukan pengawasan atas pekerjaan penasehat hukum dan notaris di daerah hukumnya. 2. Kekuasaan Pengadilan Tinggi a. Pengadilan Tinggi bertugas dan berwenang memeriksa, memutuskan dan menyelesaikan perkara pidana dan perkara perdata pada tingkat banding b. Pengadilan Tinggi juga bertugas dan berwenang mengadili di tingkat pertama dan terakhir sengketa kewenangan mengadili antara Pengadilan Negeri di daerah hukumnya. Hukum Acara Pidana adalah aturan yang memberikan petunjuk apa yang harus dilakukan oleh para penegak hukum dan orang-orang yang terlibat dalam menegakkan hukum formilnya. Adapun yang dijadikan asasasas yang berlaku dalam hukum acara pidana adalah sebagai berikut: 1. Perlakuan yang sama atas diri seseorang dihadapan hukum atau asas ini sering disebut dengan Equality Before The Law. 2. Asas praduga tak bersalah, maksudnya adalah bahwa setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, dan atau dihadapkan dimuka sidang, pengadilan wajib menganggap tidak bersalah sampai adanya putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya atau asas ini sering disebut dengan Presumption of Innocence. 3. Penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan hanya dilakukan berdasarkan perintah tertulis oleh pejabat yang berwenang yang telah diatur caranya dalam Undang-Undang atau asas ini sering disebut dengan Principle of Legality. 4. Seseorang yang ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa alasan berdasarkan Undang-Undang atau karena alasan kekeliruan maka wajib diberi ganti rugi dan rehabilitasi. 5. Peradilan harus dilaksanakan dengan cepat, sederhana, dan biaya ringan, serta bebas, jujur, dan tidak memihak, asas ini dikenal sebagai Contante Justice atau Speedy Trial atau Fair Trial.

6. Setiap orang wajib diberi kesempatan yang sama dalam upaya memperoleh bantuan hukum.

C. LPKBHI Semarang

LPKBHI (Lembaga Penyuluhan, Konsultasi dan Bantuan Hukum Islam) adalah lembaga independent yang memberikan layanan penyuluhan dan konsultasi hukum Islam serta melakukan pembelaan di peradilan di semua lingkungan peradilan. LPKBHI didukung oleh para pakar hukum Islam dan para advokat professional yang tergabung dalam APSI.
a. Sejarah LPKBHI Di penghujung masa jabatannya, Dr. Zamachsyari mengeluarkan SK tentang susunan lembaga Pengelola Konsultasi dan Bantuan Hukum Islam (LPKBHI). Lembaga ini diproyeksikan menjadi bahan subur bagi sarjana fakultas Syariah di bidang pengabdian hukum. Tujuan dari di bentuknya LPKBHI adalah untuk mengaplikasikan keilmuan sarjana Syariah dan pengabdian hukum kepada masyarakat, menyangkut berbagai persoalan hukum dan sosial kemasyarakatan. Di luar IAIN, pembentukan LPKBHI ternyata mendapat sambutan positif dari praktisi hukum di lingkungan Peradilan Agama (PA) atau PTA. Pasalnya selama ini pengacara dan advokat di PA atau di PTA didominasi oleh sarjana hukum sehingga seringkali menimbulkan hambatan-hambatan dalam proses peradilan, karena pada umumnya mereka kurang menguasai hukum materiilnya. Dari fenomena inilah muncul gagasan untuk memberdayakan sarjana Syariah yang dalam hukum materiil lebih menguasai dari pada sarjana hukum. Karena itu untuk mendukung keahlian mahasiswa Fakultas Syariah secara ideal LPKBHI Semarang memang cukup menjanjikan. b. Status LPKBHI LPKBHI bersumber pada SK Rektor No. IN/12/HK/04/0413/1999 tentang pengangkatan pengurus LPKBHI. Dengan bersumber pada SK. Rektor tersebut LPKBHI seharusnya dimandirikan meski tetap harus ada koordinasi struktural (sebagai bagian) dari IAIN.

D. MAHKAMAH KONSTITUSI (MK)1 E. Mahkamah Konstitusi (MK) merupakan lembaga baru dalam sistem ketetanegaraan Indonesia hasil perubahan Undang-Undang Dasar yang di sahkan pada 9 November 2001, lembaga ini didesain untuk menjadi pengawal dan sekaligus penafsir terhadap Undang-Undang Dasar melalui putusannya. Tidak semua Negara menyebut lembaga baru itu dengan istilah MK. Paris misalnya menyebut dengan dewan konstitusi (counseil constitutionnel), belgia menyebut arbitrase konstitusional (constitutional arbritage) karena lembaga ini di anggap bukan pengadilan dalam arti yang lazim karena itu, para anggotanya tidak di sebut hakim. Persamaan dari ke-78 negara itu adalah pda MK yang di lembaga tersendiri di luar MA. Dalam mewujudkan tugas konstitusionalnya, MK berupaya

mewujudkan visi lembaga

yaitu tegaknya

konstitusi dalam rangka

mewujudkan cita Negara hukum dan demokrasi demi kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang bermartabat. Kedudukan Mahkamah konstitusi Di gantinya system division of power (pembagian kekuasaan) dengan separation of power (pemisahan kekuasaan) mengakibatakan purubahan mendasar terhadap format kelembagaan Negara pasca amandemen UUD 1945 berdasarkan division of power yang dianut sebelumnya, lembaga Negara di susun secara fertingkal bertingkat dengan MPR berda di puncak struktur sebagai lembaga tertinggi Negara system sparation of power, lembaga-lembaga tidak lagi terkualifikasi ke dalam lembaga tertinggi Negara. Lembaga-lembaga itu memperoleh kekuasaan berdasarkan UUD dan disaat bersamaan di batasi juga oleh UUD. MK menjadi salah satu lembaga Negara baru yang oleh konstitusi di berikan kedudukan sejajar dengan lembaga lembaga lainnya. Fungsi dan wewenang MK

Buku Panduan MK, Profil Mahkamah Konstitusi, Jakarta yang diberikan kepada peserta KKL saat mengunjungi Mahakamah Kosntitusi Selasa, 23 November 2010 di Jakarta.

Fungsi dan peran utama MK adalah menjaga konstitusi guna tegaknya prinsip konstitusionalitas hukum. Fungsi dan peran MK di Indonesia telah dilembagakan dalam pasal 24C ayat (1) UUD 1945 yang menentukan bahwa MK mempunyai 4 kewenangan konstitusional dan satu kewajiban di pertegas dalam pasal 10 ayat (1) huruf a sampai dengan d UUD nomer 24 tahun 2003 tentang mahkamah konstitusi. 4 kewenangan MK adalah: Menguji UU terhadap UUD 1945 Memutuskan sengketa kewenangan antara lembaga Negara yang kewenangannya di berikan oleh UUD 1945 Memutuskan pembubaran partai politik Memutuskan perselisihan tentang hasil pemilu

Kewajiban

Mahkamah konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa presiden dan/atau wakil presiden di duga: Telah melakukan pelangggaran hukum berupa Pengkhianatan terhadap Negara Korupsi Penyuapan, Tindak pidana berat lainnya;

Atau perbuatan tercela, dan/atau Tidak lagi memenuhi syarat sebagai presiden dan/atau wakil presiden sebagai mana di maksud dalam UUD Negara republic Indonesia Tahun 1945

F. Dewan Syariah Nasional (DSN) Kehadiran Dewan Syariah nasional (DSN) sangat penting dalam pertumbuhan perbankan syariah nasional. Utamanya dalam menerbitkan fatwa yang terkait dengan industry keuangan syariah.

Perbentukan dewan syariah nasional merupakan langkah efisien dan kordinasi para ulama dalam menghadapi isu-isu yang berhubungan dengan masalah ekonomi/keuangan. Adanya dewan pengawas syariah di setiap lembaga keuangan syariah membutuhkan payung secara nasional. Untuk itu, dewan syriah nasional hadir sebagai payung para DPS untuk berperan secara proaktif menanggapi perkembangan masyarakat Indonesia yang dinamis, khususnya dalam bidang ekonomi dan keuangan. Beberapa tugas DSN adalah sebagai berikut Menumbuh-kembangkan penerapan nilai-nilai syariah dalam kegiatan perekonomian pada umumnya dan keuangan pada khususnya, Mengeluarkan fatwa atas jenis-jenis kegiatan keuangan, Mengeluarkan fatwa atas produk dan jasa keuangan syariah Mengawasi penerapan fatwa yang telah dikeluarkan

G. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI) Dewan Perwakilan Rakyat (disingkat DPR) adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan lembaga perwakilan rakyat dan memegang kekuasaan membentuk Undang-Undang. DPR memiliki fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan. DPR terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum, yang dipilih berdasarkan hasil Pemilihan Umum. Anggota DPR periode 20092014 berjumlah 560 orang. Masa jabatan anggota DPR adalah 5 tahun, dan berakhir bersamaan pada saat anggota DPR yang baru mengucapkan sumpah/janji. Sejarah DPR RI dimulai sejak dibentuknya Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) oleh Presiden pada tanggal 29 Agustus 1945 di Gedung Kesenian, Pasar Baru Jakarta. Tanggal peresmian KNIP ini (29 agustus 1945) dijadikan sebagai hari lahir DPR RI. Dalam Sidang KNIP yang pertama dipilih pimpinan sebagai berikut: Ketua : Mr. Kasman Singodimedjo Wakil Ketua I : Mr. Sutardjo Kartohadikusumo

10

Wakil Ketua II : Mr. J. Latuharhary Wakil Ketua III : Adam Malik

Adapun pimpinan saat ini (2010) sebagai berikut:


Ketua: H. Marzuki Alie, SE., MM. (Fraksi Partai Demokrat) Wakil Ketua: Ir. Taufik Kurniawan, MM. (Fraksi Partai Amanat Nasional) Wakil Ketua: Drs. H. Priyo Budi Santoso (Fraksi Partai Golongan Karya) Wakil Ketua: Ir. H. Pramono Anung Wibowo, MM. (Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan)

Wakil Ketua: H.M. Anis Matta, Lc. (Fraksi Partai Keadilan Sejahtera)

Tugas dan wewenang DPR antara lain:


A.

Membentuk Undang-Undang yang dibahas dengan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama

B.

Membahas dan memberikan persetujuan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

C.

Menerima dan membahas usulan RUU yang diajukan DPD yang berkaitan dengan bidang tertentu dan mengikutsertakannya dalam pembahasan

D.

Menetapkan APBN bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPD

E.

Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN, serta kebijakan pemerintah

F.

Memilih anggota Badan Pemeriksa Keuangan dengan memperhatikan pertimbangan DPD

G.

Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban keuangan negara yang disampaikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan;

H.

Memberikan persetujuan kepada Presiden atas pengangkatan dan pemberhentian anggota Komisi Yudisial

I.

Memberikan persetujuan calon hakim agung yang diusulkan Komisi Yudisial untuk ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden

J.

Memilih tiga orang calon anggota hakim konstitusi dan mengajukannya kepada Presiden untuk ditetapkan;

11

K.

Memberikan pertimbangan kepada Presiden untuk mengangkat duta, menerima penempatan duta negara lain, dan memberikan pertimbangan dalam pemberian amnesti dan abolisi

L.

Memberikan persetujuan kepada Presiden untuk menyatakan perang, membuat perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain

M.

Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat

N.

Memperhatikan pertimbangan DPD atas rancangan undang-undang APBN dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama;

O.

Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang diajukan oleh DPD terhadap pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah,

pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama;

12

BAB III PELAKSANAAN

A. PEMBEKALAN (COACHING)

Pembekalan merupakan merupakan langkah awal sebelum pelaksanaan KKL pembekalan bertujuan untuk memberi gambaran secara utuh, praktis dan global tentang perjalanan KKL sejak permulaan sampai akhir pelaksanaan serta halhal penting lainya yang harus diselesaikan oleh peserta KKL. Pembekalan dilaksanakan pada tanggal 11 November 2010 bertempat di Ruang Sidang lantai II Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang, secara resmi dibuka oleh Pembantu Dekan 3 Drs. Nur Khoirin, M.Ag mewakili Dekan Fakultas Syariah Dr. Imam Yahya, M.Ag. Dalam sambutanya beliau menyampaikan tentang apa itu KKL, dimana saja tempat yang akan di tuju dan mengenai pentingnya KKL sebagai bekal praktis bagi Mahasiswa Fakultas Syariah sebelum terjun kedunia lapangan pekerjaan. Namun mengingat saat ini sudah ada sarjana Syariah yang di angkat menjadi advokat maka dengan demikian diharapkan mampu menjadi tenaga profesional di lingkungan Peradilan Agama atau di Peradilan Negeri. Di samping itu sarjana Syariah harus mempunyai nilai tambah dari sarjana hukum lainya karena lebih mendalami tentang hukum Islam. Dan diakhir sambutanya beliau berpesan bahwa dalam pelaksanaan KKL haruslah bersungguhsungguh dan apabila sudah sampai tempat wisata, kita dianjurkan tidak membudidayakan budaya hedonisme. Acara pembekalan selanjutnya di isi dengan beberapa materi tentang Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang disampaikan oleh Bapak Djohan Masruhan, MM dilanjutkan dengan materi Mahkamah Konstitusi (MK) yang di sampaikan oleh Bapak Taufik, M.H, kemudian materi tentang tentang Bank Indonesia (BI) yang di sampaikan oleh Bapak Ratno Agriyanto, SE, M.Si dilanjutkan dengan materi tentang Dewan Syariah Nasional (DSN) yang di sampaikan oleh Bapak Moh. Arifin, M.Hum. Materi tersebut di berikan guna sebagai bekal para peserta KKL yang nantinya akan membantu para mahasiswa, terakhir pembekalan di isi dengan pengarahan kepada mahasiswa tentang tata tertib KKL dari jadwal pemberangkatan sampai tujuan yang akan di singgahi sebagaimana yang sudah tertera dalam jadwal KKL.

13

B. Pelaksanaan KKL di Bank Indonesia (BI) Semarang

Pelaksanaan KKL di BI, bertempat di gedung BI Semarang di laksanakan pada hari Selasa tanggal 16 November 2010, acara pertama dibuka dengan sambutan oleh Dekan Fakultas Syariah Dr. Imam Yahya, M.Ag yang menyerahkan mahasiswa untuk di beri pengarahan dan penjelasan tentang Bank Indonesia dan Bank Syariah di Bank Indonesia. Dilanjutkan oleh Ibu Herdiana sebagai Ahli Madya Senior BI yang menerangkan Kebank Sentralan dan pembicara lainya yaitu Ibu Dyah Kristina Puguh dan Bapak Noor Hafid dalam pengenalan jenis uang di Indonesia dan penyampaian sekilas tentang Perbankan Syariah meliputi fungsi dan tugas, serta kebijakan Bank Indonesia terhadap pengembangan Bank Syariah dan prospeknya. Metode yang di gunakan dalam kegiatan tersebut adalah dengan menggunakan pola presentasi dan di lanjutkan dengan tanya jawab. Dalam pengembanganya, Perbankan Syariah lebih pesat di bandingkan dengan Perbankan Konvensional, namun hingga kini sumber daya manusianya masih dianggap kedodoran. Pemahaman terhadap sistem Bank Syariah saja belum merata di kalangan Perbankan Syariah sendiri. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional adalah Bank Syariah menganut prinsip transaksi yang untung ruginya ditanggung bersama antara Bank dan nasabahnya. Pemasukan Bank tergantung dana yang di kelola sektor riil, bukan berupa bunga, melainkan keuntungan yang disebut dengan bagi hasil. Menurut pimpinan direktorat Perbankan Syariah BI, pengembangan Perbankan Syariah di latar belakangi oleh adanya segmen masyarakat yang membutuhkan jasa perbankan dan pengembangan Perbankan Syariah yang berpotensi memberikan kemanfaatan baik dari makro maupun mikro bagi perekonomian Nasional. Hal ini mendapat respon dari pemerintah dengan mengadakan perubahan UU pokok perbankan No. 14/1967 menjadi UU No.7 tahun 1992 tentang perbankan yang memperkenalkan Dual Banking System. Kemudian diberlakukan UU No.10 tahun 1998 sebagai perubahan dan penyempurnaan UU No.7/1992 dan UU No.23 tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU No.3 tahun 2004 tentang Bank Indonesia. Perbankan Syariah memiliki akar pada hukum Islam dengan acuan utama alQuran, sunah, ijma dengan menggunakan prinsip utama yaitu:Keadilan (la maysir, la gharar, la haram, la riba) Maslahah (hifz dien, aql, nafs, mal ) Tawazun (materialspiritual, bisnis sosial, finanasial riil, eksplorasi konservasi, pertumbuhan distribusi ). Melihat perbandingan tersebut, Perbankan Syariah kini menjadi alternatif perbankan barat mulai melirik sistem ini. Contoh Islamic Banking system yang didirikan diLuksemburg, sistem Perbankan Syariah dan Ekenomi Islam mulai di akui 14

dunia, ia menjadi alternatif bagi sistem perbankan Barat, yang telah ratusan tahun merasuki dan meracuni dunia .

1.

Visi Pengembangan Perbankan Syariah Nasional Sistem Perbankan Syariah yang kompetitf, efisien dan memenuhi

prinsip kehati-hatian yang mampu mendukung sektor riil secara nyata melalui

kegiatan pembiayaan berbasis bagi hasil dan transaksi riil dalam rangka keadilan tolong menolong dan menuju kebaikan guna mencapai kemaslahatan masyarakat 2. Misi Pengembangan Bank Syariah Nasional Mewujudkan iklim yang kondusif untuk pengembangan Perbankan Syariah yang sehat dan konsisten menjalankan prinsip Syariah dan mampu berperan dalam sektor riil yang melipui : a. Melakukan penelitian dan kajian tentang kondisi, potensi serta kebutuhan Perbankan Syariah secara berkesinambungan b. Mempersiapkan konsep dan melaksanakan pengaturan dan pengawasan berbasis resiko guna menjamin kesinambungan operasi Perbankan Syariah yang sesuai dengan karakteristiknya c. Mempersiapkan infra struktur guna peningkatan efisisensi operasional Perbankan Syariah d. Mendisain kerangka entri dan exit Perbankan Syariah yang dapat mendukung stabilitas sistem keuangan 3. Strategi pengembangan Perbankan Syariah Nasional a. Tahap 1 (2002-2004); meletakkan pondasi pertumbuhan 1) Melengkapi dan menyempurnakan peraturan yang sesuai dengan karakteristik Perbankan Syariah 2) Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang Perbankan Syariah 3) Mendoromg pertumbuhan kantor ke seluruh wilayah yang potensial dan penetrasi pasar b. Tahap II (2004 -2008) 1) Melengkapi dan memperkuat infrastruktur pendukung 2) Meningkatakan kompetensi, skill dan profesionalitas lembaga dan pelaku Bank Syariah 3) Meningkatkan fungsi intermediasi, efisiensi dan daya saing industri Perbankan Syariah
15

c. Tahap III (2008-2011); memenuhi standar keamanan dan mutu pelayanan internasional 1) Meningkatkan kinerja Bank Syariah agar minimal setara dengan Bank Konvensional dan Bank Syariah Internasional 2) Meningkatkan service exxelent dan ketaatan terhadap prinsip Syariah 3) Mendorong peningkatan pembiayaan dengan performa baik

C. Pelaksanaan KKL di Pengadilan Negeri (PN) Semarang


Pelaksanaan KKL di Pengadilan Negeri Semarang dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 18 November 2010, akan tetapi KKL tidak di tempatkan di PN semarang melainkan peserta KKL berkumpul di ruang sidang Fakultas Syariah. Dalam KKL kali ini salah satu hakim dari Pengadilan Negeri datang ke Fakultas Syariah kemudian mempresentasikan materi tentang Bedah Kasus Perkara Pidana yang di sampaikan oleh Bapak Noor Edi Yono, SH, MH.

Pada kesempatan itu beliau menyampakan beberapa hal yang terkait jenisjenis perkara pidana di pengadilan negri yaitu: 1. Acara biasa, prosesnya adalah sebagai berikut : a. Penyidik menyerahkan berkas dan melimpahkan wewenang kepada kejaksaan untuk membuat surat dakwaan b. Perkara di ajukan/dilimpahkan oleh kejaksaan kepada pengadilan sesuai dengan teori, locus delecti atau yang lain c. Majelis hakim mempelajari berkas perkara apakah sudah sesuai dengan syarat formil, dan materiil dan atau belum d. Selanjutnya Majelis Hakim menetapkan sidang e. Jika waktu penahanan sudah selesai maka majelis segera menetapkan surat penahanan f. Jaksa memanggil dengan bantuan kepolisian dan pamong praja g. Dalam perkara pelimpahan, harus di sertakan surat dakwaan, jika kurang sempurna segera di sempurnakan sebelum sidang 2. Acara singkat a. Perkara sederhana, baik dalam pembuktian maupun penerapan hukum b. Perkara tersebut tidak menarik perhatian masyarakat luas 3. Acara cepat
16

Penyelesain perkara cepat hanya di hadiri dan di pimpin oleh hakim tunggal, berkas perkara langsung di kirim penyidik atas kuasa penuntut umum ke sub kepaniteraan, dalam kasus perkara cepat khususnya pelanggaran lalu lintas, proses persidangannya adalah : a. Hakimnya tunggal, tidak di hadiri oleh jaksa penuntut umum b. Terdakwa bisa di wakilkan kemudian untuk saksi tidak perlu di sumpah c. Perkara bisa di putus tanpa hadirnya terdakwa guna hukum dalam putusan verstek, verzet adalah tenggang waktu tujuh hari dengan hukuman badan Ketiga acara ini di bedakan berdasarkan jenis tindak pidana, segi sulit dan mudahnya pembuktian dan segi luasnya pengaturan tindak pidana didalam UndangUndang beserta kepentinganya . Adapun alat bukti yang di ajukan dalam perkara pidana, yaitu; a. Keterangan saksi b. Keterangan terdakwa c. Petunjuk hakim d. Surat e. Keterangan ahli D. Pelaksanaan di LKBHI Semarang `Pelaksanaan KKL di LKBHI bertempat di ruang sidang fakultas syariah lantai dua pada 20 November 2010, acara ini diisi dengan materi yang di sampaikan oleh Drs. Nur Khoirin, M.Ag yang menerangkan tentang Keadvokatan dan Sistem
Peradilan Pidana oleh Drs. H. Eman Sulaeman, MH. A. Keadvokatan Teknik Pembuatan Surat- Surat dalam Persidangan Perdata a. Surat Gugatan Tuntutan hak dapat dilakukan dengan mengajukan gugatan atau

permohonan. Di PA ada perkara semi kontensius/voluntair, khusus untuk izin poligami atau permohonan ikrar talak Gugatan poermohonan di ajukan secara tertulis maupun secara lisan Syarat syarat gugatan : adanya tuntutan hak, adanya kepentingan hukum, adanya sengketa, dibuat dengan cermat dan terang, diajukan oleh orang berkepentingan/berhak. 17

Unsur Unsur Gugatan : identitas para pihak, posita, petitum. Cacat pada Surat Gugatan : Gugatan Error in Persona, Gugatan Ne Bis In Idem, Gugatan Obscuur Libel.

Surat Jawaban Tergugat : Eksepsi, Pokok Perkara, Rekopensi Surat Replik dan surat Duplik, dll. Dasar : pasal 123 (1) HIR menentukan bahwa, bilamana dikehendaki, kedua belah pihak dapat di bantu atau diwakili oleh kuasa yang dikuasakannya untuk melakukan itu dengan surat kuasa teristimewa. Sekarang mengacu pada Undang Undang no.18 tahun 2003 tentang advokat.

b. Surat Kuasa -

Kuasa hukum ada 2 macam : kuasa Insidentil dan kuasa profesional. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh senua kuasa hukum yaitu : berusaha menegakkan hukum dan keadilan denga prinsip mencari keadilan yang hakiki, taat dan tunduk kepada semua peraturan perundang undangan yang berlaku, ikut menjaga tata tertib dan kelancaran persidangan, serta tidak melakukan perbuatan, tindakan atau ucapan yang menjurus kepada penghinaan pada peradilan, beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.

Surat kuasa ada 2 macam yaitu : kuasa khusus dan kuasa umum. Surat kuasa khusus dapat berakhir karena hal-hal, sebagai berikut : kuasa dicabut secara sepihak oleh pemberi kuasa, atau pemberi kuasa menunjuk kuasa baru (Ps.1814 dan 1817 BW), pemberi kuasa meninggal dunia (Ps. 1813 BW), Penerima kuasa melepaskan kuasa dan harus memberi tahu (Ps.1817 BW), dll.

B. Sistem Peradilan Pidana Sumber tindakan dalam hukum acara pidana proses perkara pidana. tindakan yang dilakukan oleh polisi didasarkan pada beberapa sumber: Laporan, Pengaduan, Tertangkap tangan, Diketahui sendiri oleh petugas. Proses awal dalam hukum acara pidana (sebelum dilimpahkan kekejaksaan): Penyelidikan dan Penyidikan Menurut pasal 1 angka 5 KUHAP, Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagi tindak pidana guna menentukan dapat tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam UU ini. Menurut pasal 1 angka 2 KUHAP Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti

18

yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya Penangkapan Dan Penahanan Menurut pasal 1 angka 20 KUHAP, Penangkapan adalah suatu tindakan penyidik berupa pengekangan sementara waktu kebebasan tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan penyidikan atau penuntutan dan atau peradilan dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam UU ini Menurut pasal 1 angka 21 KUHAP, Penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa di tempat tertentu oleh penyidik, atau penuntut umum atau hakim dengan penetapannya, dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam UU ini. Penggeledahan Dan Penyitaan Penggeledahan Rumah adalah tindakan penyidik untuk memasuki rumah tempat tinggal dan dan tempat tertutup lainnya untuk melakukan tindakan pemeriksaan dan atau penyitaan dan atau penangkapan dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam UU ini (pasal 1 angka 17 KUHAP). Penggeledahan badan adalah tindakan penyidik untuk mengadakan pemeriksaan badan dan atau pakaian tersangka untuk mencari benda yang diduga keras ada pada badannya atau dibawanya serta untuk disita (Pasal 1 angka 18 KUHAP). Menurut pasal 1 angka 16 KUHAP, Penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil alih dan atau menyimpan di bawah penguasannya benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan dan peradilan.

E. Pelaksanaan KKL di Mahkamah konstitusi (MK)

Pelaksanaan KKL di Mahkamah Konstitusi (MK) dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 23 November 2010, peserta KKL berkumpul di ruang rapat Mahkamah Kontitusi di Lantai 4. Acara dibuka oleh Bapak Rupii dan diisi oleh Bapak H. Ahmad Fadlil Sumadi, S.H, M.Hum dengan Materi sejarah MK dan peran MK dalam kehidupan bernegara. Lembaran awal sejarah praktik pengujian undang-undang bermula di mahkamah agung/MA amerika serikat saat dipimpin john marshall dalam kasus marbury vs Madison (1803). Kendati saat itu konstitusi amerika serikat tidak mengatur pemberian kewenangan untuk melakukan judicial riview kepada MA, tetapi

19

Adapun secara teoritis, keberadaan mahkamah konstitusi baru diintroduksir pertama kali pada tahun 1919 oleh pakar hukum asal Austria, hans kelsen (18811973). Kelsen menyatakan bahwa pelaksanaan constitutional tentang legeslasi dapat secara efektif dijamin hanya jika satu organ selain badan legeslasi di berikan tugas untuk menguji apakah suatu produk hukum itu konstitusional atau tidak, dan tidak memberlakukannya jika menurut organ in tidak konstitusional. Untuk itu perlu diadakan organ khusus yang di sebut mahkamah konstitusi. Bila ditelusuri dalam sejarah penyusunan UUD 1945, ide hans kelsen mengenai pengujian undang-undang juga sebangun dengan usulan yang pernah diungkapkan oleh Muhammad yamin dalam sidang badan penyelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan (BPUPK). Yamin mengusulkan bahwa seharusnya balai agung (Mahakamah Agung) diberi wewenang untuk membandingkan undangundang yang maksudnya tak lain kewenangan judicial review. Namun usulan Muhammad yamin di sanggah oleh soepomo dengan alasan bahwa konsep dasar yang di anut dalam UUD yang telah disusun bukan konsep pemisahan kekuasaan (separation of power) melainkan pembagian kekuasaan (distribution of power).

F. Pelaksanaan KKL di Dewan Syariah Nasional

Setelah peserta melakukan kunjungan KKL di MK RI selanjutnya peserta KKL mengujungi Dewan Syariah Nasional (DSN) di kantor MUI lantai 4 pada hari Selasa tanggal 23 November 2010 pukul 14.00.-15.00. WIB. Dalam kunjungan KKL di DSN ini peserta KKL mendapatkan kuliah umum yang disampaikan oleh Bapak H. Kanny Hidaya, SE, MA dan M.Gunawan Yasni, SE.Ak, MM. Dewean syriah nasional (DSN) adalah salah satu lembaga yang di bentuk oleh MUI untuk menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan aktifitas lembaga keuangan syariah. Pembentukan dewan syariah nasional merupakan langkah efisien dan kordinasi para ulama dalam menanggapi isu-isu yang berhubungan dengan masalah ekonomi/keuangan. DSN diharapkan dapat berfungsi untuk mendorong penerapan ajarang islam dalam kehidupan ekonomi. Oleh karena itu DSN akan berperan secara pro-aktif dalam menanggapi perkembangan masyarakat Indonesia yang dinamis dalam bidang ekonomi dan kuangan. Beberapa tugas yang di lakukan oleh DSN 1. Menumbuh kembangkan penerapan nilai-nilai syriah dalam kegiatan

perekonomian pada umumnya dan keuangan pada khusunya. 2. Mengeluarkan fatwa atas jenis-jenis kegiatan keuangan

20

3. Mengeluarkan fatwa atas produk dan jasa keuangan syariah 4. Mengawasi penerapan fatwa yang telah di keluarkan Dari tugas itulah sehingga DSN mempunyai wewenang sebagai berikut: 1. Mengeluarkan fatwa yang mengikat DPS di masing-masing lembaga keuangan syariah dan menjadi dasar tindakan hukum pihak terkait. 2. Mengeluarkan fatwa yang menjdai landasan bagi ketentuan/peraturan yang di keluakan oleh instansi yang berwenang, seperti Departemen Keuangan dan Bank Indonesia. 3. Memberikan rekomendasi dan/atau mencabut rekomendasi naman-nama yang akan duduk sebagai DPS pada satu lembaga keuangan syariah. 4. Mengundang para ahli untuk menjelaskan suatu masalah yang di perlukan dalam pembahasan ekonomi syariah, termasuk otoritas moneter/lembaga keuangan maupun luar negri. 5. Memberikan peringatan kepada lembaga keuangan syariah untuk menghentikan penyimpangan dari fatwa yang telah di keluarkan oelh DSN. 6. Mengusulkan kepada instansi yang berwenang untuk mengambil tindakan apabila peringatan tidak di indahkan. DSN telah melakukan berbagai progam kerjanya sesuai dengan tugas dan wewenang yang di berikan. Progam tersebut dapat di jabarkan sebagai berikut: 1. Mwmbuat Fatwa Dewan syariah nasional DSN telah mengelarkan fatwa-fatwa yang menajdi landasan bagi ketentuan/peraturan yang di keluarkan oleh instansi yang berwenang, seperti Departemen Agama, BAPEPAM, dan Bank Indonesia. Fatwa tersebut sifatnya mengikat pada Dewan syariah di masing-masing lembaga keuangan syariaah dan menjadi dasar tindakan hukum pihak terkait. 2. Mengeluarkan surat keputusan DSN juga telah menerapkan beberapa keputusan yang akan menjadi acuan bagi lembaga keuangan syariah. SK yang telah di kuluarkan antara lain : SK tentang Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga (PD-PRT) DSN, SK Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Anggota DPS pada Lembaga Kuangan Syariah (LKS) dan SK Dana Kepesertaan Iuran Bulanan bagi Perankan dan Lembaga Keuangan Syariah. 3. Member rekomendasi kepada LKS DSN-MUI mengeluarkan surat rekomendasi nama-nama yang duduk sebagi Dewan Pengawas Syariah (DPS) pada suatu Lembaga Keuangan Syariah.

Mekanisme Kerja DSN 21

1. Dewan Syariah Nasional mensahkan rancangan fatwa yang di uslkan oleh badan pelaksana harian DSN. 2. DSN melakukan rapat pleno paling tidak satu kali dalam 3 bulan, atau bilamana di perlukan. 3. Setiap tahunnya membuat suatu pertanyaan yang dimuat dalam laporan tahunan (annual report) bahwa lembaga keuanga syariah yang bersangkutan telah/tidak memenuhi segenap ketentuan syariah sesuai dengan fatwa yang di keluarkan leh Dewan Syariah Nasional DSN.

G. Pelaksanaan KKL di DPR RI

Pelaksanaan KKL di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 24 November 2010, peserta KKL berkumpul di ruang rapat DPR gedung Nusantara I. Dalam kunjungan KKL ini, peserta KKL mendapat materi kuliah umum mengenai Legal Drafting oleh Ibu Mirati Purwaningsih (Anggota Komisi 6 DPR RI dari Fraksi PKB), Dedi Setiawan (Staff Ahli fraksi PKB), dan Hasan (Staff ahli fraksi PKB). DPR memegang kekuasaan membentuk undang-undang. Setiap Rancangan Undang-Undang dibahas oleh DPR dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama. Rancangan Undang-Undang (RUU) dapat berasal dari DPR, Presiden, atau DPD. DPD dapat mengajukan kepada DPR, RUU yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah. Apabila ada 2 (dua) RUU yang diajukan mengenai hal yang sama dalam satu masa sidang yang dibicarakan adalah RUU dari DPR, sedangkan RUU yang disampaikan oleh presiden digunakan sebagai bahan untuk dipersandingkan. RUU yang sudah disetujui bersama antara DPR dengan Presiden, paling lambat 7 (tujuh) hari kerja disampaikan oleh Pimpinan DPR kepada Presiden untuk disahkan menjadi undang-undang. Apabila setelah 15 (lima belas) hari kerja, RUU yang sudah disampaikan kepada Presiden belum disahkan menjadi undang-undang, Pimpinan DPR mengirim surat kepada presiden untuk meminta penjelasan. Apabila RUU yang sudah disetujui bersama tidak disahkan oleh Presiden dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak RUU tersebut disetujui bersama, RUU tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib diundangkan.

22

Proses

Pembahasan

RUU

dari

Pemerintah

di

DPR

RI,

RUU

beserta

penjelasan/keterangan, dan/atau naskah akademis yang berasal dari Presiden disampaikan secara tertulis kepada Pimpinan DPR dengan Surat Pengantar Presiden yang menyebut juga Menteri yang mewakili Presiden dalam melakukan pembahasan RUU tersebut.

23

BAB IV ANALISIS

A.

Analisis di Bank Indonesia Semarang ( BI ) Dari pelaksanaan KKL yang di laksanakan di Bank Indonesia yang di sampaikan oleh beberapa pemateri tentunya menambah pengalaman dan mengetahui secara jelas tugas dan tujuan Bank Indonesia. Meskipun materi di Bank Indonesia bukan pelajaran jurusan Siyasah jinayah tetapi kami mengikutinya dengan senang hati karena dapat menambah ilmu dibidang Perbankan Syariah. Tugas pokok Bank Indonesia adalah mengatur kestabilan nilai rupiah, atau nilai rupiah terhadap barang/inflasi dan inflasi itu sendiri adalah kenaikan nilai-nilai barang secara terus menerus, serta tugas lainya dari Bank Indonesia yaitu mengatur dan mengawasi perbankan lainya, memberikan atau mencabut izin perbankan, memberikan sanksi atas pelanggaran perbankan. Mengenai perkembangan tentang Bank Syariah dengan Bank Konvensional, perkembangannya lebih cepat Bank Syariah karena di Bank ini tidak adanya sistem bunga tetapi adanya bagi hasil antara nasabah dengan Bank. Sistem bagi hasil ini dilakukan pada awal menabung, yakni pada awal menabung nasabah diberi pengarahan mengenai sistem dan berapa biaya pertama yang harus dikeluarkan oleh nasabah. Dari perkembangan tersebut perbankan syariah kini banyak diminati oleh perbankan Barat yang mana perbankan Syariah mulai diakui dan kebanyakan bank akan menggunakan sistem bagi hasil agar pihak nasabah dan bank tidak sama- sama rugi. Pemateri Bank Indonesia juga banyak menerangkan mengenai kebijakan Bank Indonesia dalam pengembangan Bank Syariah dan regulasinya, bahwa Bank Syariah tersebut memastikan kepatuhan terhadap kepatuhan terhadap prinsip Syariah yaitu fatwa DSN dan MUI, serta menerapkan prinsip ke hati-hatian. Bahwa dalam perkenalan Bank Syariah ini tentunya kita mengetahui kegitan Bank Syariah yang bersifat komersial dan sosial, yang belum kita dapatkan dalam mata perkuliahan, hal ini sangat berguna sekali agar kita dapat menunjang kualitas dan memberikan pengalaman lapangan agar memiliki ketrampilan dan profesionalitas sesuai dengan kompetensi jurusan.

24

B. Analisis KKL di Pengadilan Negeri


pidana dan perdata yang bukan Islam, di mana pengadilan tingkat pertama atau Pengadilan Negeri bertugas dan berwenang menerima, memeriksa dan memutuskan dan menyelesaikan semua perkara pidana dan perdata yang masuk ke pengadilan. Dari pembahasan yang di sampaikan oleh pihak Pengadilan Negeri mengenai jenisjenis perkara pidana mungkin dari para mahasiswa sudah mengetahui jenis-jenis perkara pidana itu apa saja, tetapi dalam hal ini para mahasiswa ingin mengetahui lebih dalam lagi ataupun dapat secara langsung praktek di pengadilan, tetapi dalam penyampaian materi di rasa kurang efektif karena hanya dengan metode ceramah saja sehingga membuat para mahasiswa bosan. Padahal para mahasiswa mengiginkan agar dapat praktek langsung. Karena suasana yang kurang kondusif dan tidak menarik,.oleh karena itu materi yang di sampaikan oleh pembicara kurang mendapat perhatian dari mahasiswa. Banyak mahasiswa yang mendengarkan maupun yang tidur-tiduran. Semoga dalam KKL yang akan datang materi mengenai masalah Pengadilan Negeri ini bisa praktek langsung di pengadilan, bukan materi saja yang disampaikan, karena mahasiswa sudah bosan mengenai materi-materi yang sudah banyak di sampaikan di bangku perkuliahan.

C. Analisis Tentang LPKBHI Materi KKL di LPKBHI merupakan materi yang sangat diperlukan dan penting untuk menunjang prospek sarjana Syariah yang ingin terjun lebih intens di bidang hukum. Dengan demikian, diharapkan mereka dapat menjawab tantangan perkembangan masyarakat terhadap hukum yang bersifat dinamis. Selain itu, materi KKL dapat memperkenalkan model kepengacaraan di lingkungan PA yang masih membutuhkan proses sosialisasi lebih serius. Menurut penulis materi yang telah disampaikan oleh pembicara dalam pelaksanaan KKL sudah tepat dan mengenai pada sasaran. Sehingga peserta KKL memperoleh tambahan wawasan dan pengetahuan tentang

kepengacaraan serta sejarah perkembangannya sejauh ini, dan memberi rasa PD bagi calon sarjana Syariah untuk mensejajarkan diri dengan sarjana

25

hukum. Sehingga dapat sarjana Syariah mempunyai nilai plus dari pada sarjana hukum tidak hanya sekedar apologi yang menghibur. Apalagi kemampuan dalam hal legal drafting mutlak diperlukan guna mendukung kredibilitas dan profesionalitas kepengacaraan. Hal ini mengingat masih banyak pengacara yang belum begitu paham dengan tehnik pembuatan surat menyurat, baik dari pengacara sarjana hukum umum yang berurusan dengan hukum Islam maupun sebaliknya. Terlebih pasca UU Advokat, kesempatan beracara lintas peradilan dan hukum materiil bagi sarjana hukum umum dan sarjana Syariah sangat terbuka lebar. Tanpa skill yang memadai di bidang ini, maka dalam pembuatan surat-surat akan bisa menimbulkan, misalnya gugatan tidak diterima, obscur, dan lain sebagainya. Namun sayang, meski dalam kurikulum 2004 Fakultas Syariah sudah ada mata kuliah tentang legal drafting, tampaknya sampai sekarang belum ada mahasiswa yang mengambil mata kuliah tersebut. Maka beruntunglah bagi mahasiswa yang sudah atau ingin mengambil mata kuliah tersebut, karena siapa tahu hal ini bisa membantu dalam menentukan nasib mereka di masa depan. Hal ini bisa disebabkan oleh citra advokat yang tampaknya sudah mulai diminati bukan saja karena mulai hilangnya tuduhan masyarakat terhadap advokat sebagai aktor utama mafia peradilan, tetapi juga karena semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap layanan jasa hukum yang tidak hanya dapat dinikmati oleh orang-orang the have saja, tetapi juga rakyat kecil. D. Analisis Mahkamah Konstitusi MK
Mahkamah Konstitusi (MK) merupakan lembaga baru dalam sistem ketetanegaraan Indonesia hasil perubahan Undang-Undang Dasar Negera Republik Indonesia, lembaga ini didesain untuk menjadi pengawal dan sekaligus penafsir terhadap Undang-Undang Dasar melalui putusannya. Dalam mewujudkan tugas konstitusionalnya, MK berupaya mewujudkan visi kelembagaan, yaitu tegaknya konstitusi dalam rangka mewujuddkan cita Negara hukum dan demokrasi demi kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang bermartabat. 26

Semua komponen bangsa, baik kompenen masyarakat maupun penyelenggara Negara diharapkan mendukung pelaksanaan tugas Mahkamah Konstitusi dalam upaya menjadikan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjadi konstitusi yang hidup karena nilai-nilai dan norma-norma yang terkadung didalamnya dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. E. Analisis Dewan Syariah Nasional (DSN)

Mengenai Dewan Syariah Nasional, yang merupakan tangan panjang MUI dalam rangka untuk mengurusi aktivitas dari keuangan syariah sangatlah tepat sekali ia memposisikan dirinya secara independen dari intervensi pemerintah, tetapi institusi ini juga sangat berperan penting dan dibutuhkan pemerintah dalam rangka untuk menjawab dan memberikan solusi kepada masyarakat mengenai keuangan syariah. Karena DSN inilah yang memberi setifikat dan juga fatwa mengenai keuangan syariah dan lain sebagainya.
F. Analisis Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI)

Pada dasarnya Kinerja DPR RI periode sekarang jauh menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya. Diantara Salah satu persoalan serius yang belum mampu teratasi ialah pelaksanaan fungsi legislasi yang tidak memenuhi target. Jangankan bisa capai 70 persen, ternyata 50 persen Rancangan Undang Undang (RUU) sesuai target dalam program legislasi nasional (Proglenas) tak tercapai. Anggota dewan sekarang dalam memperjuangkan aspirasi rakyat dan menjalankan amanat warga dari daerah pemilihannya juga menurun, contoh sejumlah masalah yang diungkapkan rakyat dan ternyata tidak mampu diperjuangkan oleh DPR. DPR sekarang berusaha untuk memperbaiki citranya yang sudah di anggap masyarakat buruk. DPR mempunyai strategi untuk memperbaiki citranya dengan cara meningkatakan transparasi anggara, adapun Salah satu upaya bekerja sama dengan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Kini seluruh penggunaan anggaran DPR harus melalui persetujuan

27

Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) DPR. Langkah tersebut menunjukkan adanya upaya DPR memperbaiki citra.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas proses pelaksanaan KKL mampu menambah wawasan dan pengetahuan intelektual mengenai kondisi rill objek KKL yang tidak dapat diperoleh dari perkuliahan. Dengan begitu diharapkan ada hubungan yang sinergis antara teori dan praktek. Dengan demikian dapat disimpulakn apa yang telah diuraikan di atas sebagai berikut:

1. Adanya coaching sangat membantu untuk mengetahui Bank Syariah Nasional di BI secara awal. 2. Bank Syariah Nasional di BI, memiliki dasar pijakan dan landasan operasional yang hampir sama serta tujuan yang sama pula yaitu upaya untuk menumbuhkan perekonomian umat dan pendapatan umat dalam upaya menyeimbangkan antara kapital kuat dan kapital kecil. 3. Pengadilan Negeri merupakan institusi pelaksana Kekuasaan Kehakiman yang paling banyak di sorot oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan Pengadilan Negeri merupakan pengadilan tingkat pertama yang paling luas wewenang absolutnya dibanding pengadilan-pengadilan tingkat pertama lainnya, terlebih ketika saat ini Pengadilan Negeri turut terpuruk citranya seiring terpuruknya citra lembaga peradilan secara umum.
4. LPKBHI merupakan lembaga pengabdian masyarakat dalam hal hokum sebagai alternative yan diharapkan apabila terjadi pelanggaraan, dan ketidak adilan.

5. Mahkamah Konstitusi (MK) merupakan lembaga baru dalam sistem ketetanegaraan Indonesia hasil perubahan Undang-Undang Dasar Negera Repulik Indonesia, lembaga ini didesain untuk menjadi pengawal dan sekaligus penafsir terhadap Undang-Undang Dasar melalui putusannya.

28

6. Dewan Syariah nasional (DSN) sangat penting dalam pertumbuhan perbankan syariah nasional. Utamanya dalam menerbitkan fatwa yang terkait dengan industry keuangan syariah.

7. Dewan Perwakilan Rakyat (disingkat DPR) adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan lembaga perwakilan rakyat dan memegang kekuasaan membentuk Undang-Undang. DPR memiliki fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan.

B. Saran-saran
Meskipun dinilai cukup baik baik dalam pelaksanaan KKL masih terdapat beberapa kekurangan yang ada untuk disempurnakan yang perlu diperhatikan antara lain: 1. Pelaksanaan KKl di LPKBHI hendaknya lebih menekankan pada praktek atau pengaplikasian teori karena materi yang disampaikan sebagian besar sudah diperoleh dalam perkuliahan. 2. Perlu adanya program khusus yang inovatif mengenai kepengacaraan untuk mewujudkan sarjana Syariah yang professional dalam hal kepengacaraan. 3. Dalam penyelenggaraan KKL meskipun sudah tercipta kerjasama yang baik antara panitia dan pihak tour namun masih terdapat kekurangan dalam perencanaan dan kedisiplinan.

C. Penutup
Puji syukur kepada Allah SWT, penulis mampu menyelesaikan laporan KKL ini dengan baik sebagai bahan pelengkap untuk menyelesaikan studi di Fakultas Syariah. Penyusun mengakui bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan pengalaman penyusun. Namun kekurangan itu semoga menjadikan pengalaman pada diri penyusun agar lebih giat di dalam menempuh kegiatan-kegiatan akademik lain. Maka dari itu, masukan dan kritikan yang sifatnya konstruktif sangat diharapkan demi terselenggaranya Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di masa yang akan datang lebih baik. Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan dapat diambil hikmah dari dilaksanakannya KKL baik bagi penyusun khususnya dan mahasiswa Fakultas Syariah pada umumnya. 29

You might also like