You are on page 1of 19

Makalah

TEORI FUNGSIONALISME

DISUSUN O L E H NAMA : MELIDAR NIM : 1110101010025

JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA BANDA ACEH 2012

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah meberi hidayah dan inayah-Nya pada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaika makalah ini dengan baik dan lancar. Serta tak lupa pula kami kami ucapkan terimakasih pada Dosen yang membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan makalah yang berjudul Teori Fungsionalisme ini semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan maka dari itu penulis menerima saran dan kritik yang membangun dari pembaca makalah ini.

Banda Aceh, 01 Juni 2012 Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................... BAB I, PENDAHULUAN .............................................................................. A. Latar belakang ...................................................................................... B. Rumusan Masalah ................................................................................ C. Tujuan Penulisan .................................................................................. BAB II, PEMBAHASAN ............................................................................... A. Teori Fungsionalisme ........................................................................... B. Tokoh-Tokoh Tori Fungsional Struktural ............................................ C. Fungsionalisme Struktural Sebagai Sistem Dalam Domain Sosial .... D. Tinjauan Singkat Tentang Teori Fungsional Struktural ....................... E. Pengaruh Teori Ini Dalam Kehidupan Sosial....................................... BAB III, PENUTUP ....................................................................................... A. Kesimpulan .......................................................................................... B. Saran ..................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

i ii 1 1 1 1 2 2 4 7 11 13 15 15 15 16

ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Teori Fungsional-struktural adalah sesuatu yang urgen dan sangat bermanfaat dalam suatu kajian tentang analisa masalah social. Hal ini disebabkan karena studi struktur dan fungsi masyarakat merupakan sebuah masalah sosiologis yang telah menembus karya-karya para pelopor ilmu sosiologi dan para ahli teori kontemporer. Oleh karena itu karena pentingnya pembahasan ini maka kami dari kelompok 3 mengangkat tema ini. Mudah-mudahan dapat bermanfaat. Fungsionalisme struktural atau lebih popular dengan struktural fungsional merupakan hasil pengaruh yang sangat kuat dari teori sistem umum di mana pendekatan fungsionalisme yang diadopsi dari ilmu alam khususnya ilmu biologi, menekankan pengkajiannya tentang cara-cara mengorganisasikan dan

mempertahankan sistem. Dan pendekatan strukturalisme yang berasal dari linguistik, menekankan pengkajiannya pada hal-hal yang menyangkut pengorganisasian bahasa dan sistem sosial. Fungsionalisme struktural atau analisa sistem pada prinsipnya berkisar pada beberapa konsep, namun yang paling penting adalah konsep fungsi dan konsep struktur. B. Rumusan Masalah 1. Apa seluk-beluk teori fungsionalisme? 2. Siapa tokoh-tokoh tori fungsional struktural? 3. Apa fungsionalisme struktural sebagai sistem dalam domain social? 4. Apa tinjauan singkat tentang teori fungsional structural? 5. Apa pengaruh teori ini dalam kehidupan social? C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui seluk-beluk teori fungsionalisme? 2. Untuk mengetahui siapa tokoh-tokoh tori fungsional struktural? 3. Untuk mengetahui fungsionalisme struktural sebagai sistem dalam domain social? 4. Untuk mengetahui tinjauan singkat tentang teori fungsional structural? 5. Untuk mengetahui pengaruh teori ini dalam kehidupan social?
1

BAB II PEMBAHASAN

A. Teori Fungsionalisme Teori Fungsionalisme struktural pertama kali dikembangkan dan

dipopulerkan oleh Talcott Parsons. Talcott Parsons adalah seorang sosiolog kontemporer dari Amerika yang menggunakan pendekatan fungsional dalam melihat masyarakat, baik yang menyangkut fungsi dan prosesnya. Pendekatannya selain diwarnai oleh adanya keteraturan masyarakat yang ada di Amerika juga dipengaruhi oleh pemikiran Auguste Comte, Emile Durkheim, Vilfredo Pareto dan Max Weber. Kemunculan Teori Fungsionalisme Struktural dipengaruhi oleh adanya asumsi kesamaan antara kehidupan organisme biologis dengan struktur sosial tentang adanya keteraturan dan keseimbangan dalam masyarakat. Asumsi dasar dari Teori Fungsionalisme Struktural, yaitu bahwa masyarakat terintegrasi atas dasar kesepakatan dari para anggotanya akan nilai-nilai kemasyarakatan tertentu yang mempunyai kemampuan mengatasi perbedaanperbedaan sehingga masyarakat tersebut dipandang sebagai suatu sistem yang secara fungsional terintegrasi dalam suatu keseimbangan. Dengan demikian masyarakat merupakan kumpulan sistem-sistem sosial yang satu sama lain berhubungan dan saling ketergantungan. 1. Tindakan Sosial dan Orientasi Subjektif Teori Fungsionalisme Struktural yang dibangun Talcott Parsons dan dipengaruhi oleh para sosiolog Eropa menyebabkan teorinya itu bersifat empiris, positivistis dan ideal. Pandangannya tentang tindakan manusia itu bersifat voluntaristik, artinya karena tindakan itu didasarkan pada dorongan kemauan, dengan mengindahkan nilai, ide dan norma yang disepakati. Tindakan individu manusia memiliki kebebasan untuk memilih sarana (alat) dan tujuan yang akan dicapai itu dipengaruhi oleh lingkungan atau kondisi-kondisi, dan apa yang dipilih tersebut dikendalikan oleh nilai dan norma. Prinsip-prinsip pemikiran Talcott Parsons, yaitu bahwa tindakan individu manusia itu diarahkan pada tujuan. Di samping itu, tindakan itu terjadi pada suatu kondisi yang unsurnya sudah pasti, sedang unsur-unsur lainnya digunakan

sebagai alat untuk mencapai tujuan. Selain itu, secara normatif tindakan tersebut diatur berkenaan dengan penentuan alat dan tujuan. Atau dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa tindakan itu dipandang sebagai kenyataan sosial yang terkecil dan mendasar, yang unsur-unsurnya berupa alat, tujuan, situasi, dan norma. Dengan demikian, dalam tindakan tersebut dapat digambarkan yaitu individu sebagai pelaku dengan alat yang ada akan mencapai tujuan dengan berbagai macam cara, yang juga individu itu dipengaruhi oleh kondisi yang dapat membantu dalam memilih tujuan yang akan dicapai, dengan bimbingan nilai dan ide serta norma. Perlu diketahui bahwa selain hal-hal tersebut di atas, tindakan individu manusia itu juga ditentukan oleh orientasi subjektifnya, yaitu berupa orientasi motivasional dan orientasi nilai. Perlu diketahui pula bahwa tindakan individu tersebut dalam realisasinya dapat berbagai macam karena adanya unsurunsur sebagaimana dikemukakan di atas. 2. Analisis Struktural Fungsional dan Diferensiasi Struktural Sebagaimana telah diuraikan bahwa Teori Fungsionalisme Struktural beranggapan bahwa masyarakat itu merupakan sistem yang secara fungsional terintegrasi ke dalam bentuk keseimbangan. Menurut Talcott Parsons dinyatakan bahwa yang menjadi persyaratan fungsional dalam sistem di masyarakat dapat dianalisis, baik yang menyangkut struktur maupun tindakan sosial, adalah berupa perwujudan nilai dan penyesuaian dengan lingkungan yang menuntut suatu konsekuensi adanya persyaratan fungsional. Perlu diketahui ada fungsi-fungsi tertentu yang harus dipenuhi agar ada kelestarian sistem, yaitu adaptasi, pencapaian tujuan, integrasi dan keadaan latent. Empat persyaratan fungsional yang mendasar tersebut berlaku untuk semua sistem yang ada. Berkenaan hal tersebut di atas, empat fungsi tersebut terpatri secara kokoh dalam setiap dasar yang hidup pada seluruh tingkat organisme tingkat perkembangan evolusioner. Perlu diketahui bahwa sekalipun sejak semula Talcott Parsons ingin membangun suatu teori yang besar, akan tetapi akhirnya mengarah pada suatu kecenderungan yang tidak sesuai dengan niatnya. Hal tersebut karena adanya penemuan-penemuan mengenai hubunganhubungan dan hal-hal baru, yaitu yang berupa perubahan perilaku pergeseran prinsip keseimbangan yang bersifat dinamis yang menunjuk pada sibernetika

teori sistem yang umum. Dalam hal ini, dinyatakan bahwa perkembangan masyarakat itu melewati empat proses perubahan struktural, yaitu pembaharuan yang mengarah pada penyesuaian evolusinya Talcott Parsons

menghubungkannya dengan empat persyaratan fungsional di atas untuk menganalisis proses perubahan.

B. Tokoh-Tokoh Tori Fungsional Struktural 1. Herbert Spencer Adalah ahli sosiologi Inggris pada pertengahan abad ke-19 yang membahas tentang fungsional struktural dengan menganalogikan struktur biologi dengan struktur sosial. Pembahasan spencer tentang masyrakat sebagai suatu organisme hidup terdapat dalam butir-butir ini (Margaret M. Poloma 2007: 24) : a. Masyarakat pertumbuhan b. Strukur tubuh-sosial (social body) maupun organisme hidup (living body) juga mengalami pertumbuhan, dimana semakin besar suatu struktur sosial maka semakin banyak pula bagian-bagiannya seperti halnya dengan sistem biologis yang menjadi semakin kompleks sementara ia tumbuh menjadi semakin besar. c. Setiap bagian yang tumbuh di dalam tubuh organisme biologis maupun organisme sosial memiliki fungsi dan tujuan tertentu. Misalnya pada manusia struktur biologis seperti struktur dan fungsi paru-paru berbeda dengan struktur dan fungsi keluarga sebagai struktur institusional memiliki tujuan yang berbeda dengan sistem politik atau ekonomi d. Di dalam sistem organisme maupun sistem sosial,perubahan pada suatu bagian akan mengakibatkan perubahan pada bagian lain dan pada akhirnya di dalam sistem secara keseluruhan. Misalnya perubahan sistem politik dari suatu pemerintah demokratis ke suatu pemerintahantotaliter akan mempengaruhi keluarga,pendidikan, agama dan sebagainya. Bagianbagian itus aling berkaitan satu sama lain e. Bagian-bagian yang saling berkaitan tersebut merupakan suatu strukturmikro yang dapat dipelajari secara terpisah. Demikianlah maka sistem maupun organisme hidup sama-sama mengalami

peredaran atau sitem pembuangan merupakan pusat perhatian para spesialis biologi dan media, seperti halnya sistem politik atau sistem ekonomi merupakan sasaran pengkajian para ahli politik dan ekonomi. Butir-butir yang dikemukakan spencer merupakan model atau analogi yang tidak harus diterima mentah-mentah, dimana masyarakat tidak benar-benar mirip dengan organisme hidup, dimana keduanya memiliki perbedaan yang sangat jelas. Misalnya saja di dalam sistem organisme yang dianalaogikan sebagai struktural biologi, bagian-bagian saling terkait dalam suatu hubungan yang sangat dekat, sedangkan di dalam sistem-sosial hubungan yang sangat dekat seperti itu tidak begitu terlihat jelas, terkadang bagian-bagian tersebut terpisah. Pikiran spencer yang dilandasi oleh pemikiran comte bahwa masyarakat dapat dilihat sebagai suatu sistem yang terdiri dari bagian-bagian yang saling bergantung satu sama lain. 2. Emile Durkheim Emile Dukheim adalah seorang sosiolog prancis, durkheim melihat masyrakat modern sebagai keseluruhan organis yang memiliki realitas tersendiri, dimana setiap perangkat tersebut memiliki seperangakat kebutuhan atau fungsi-fungsi tertentu yang harus dipenuhi oleh bagian-bagian yang menjadi anggotanya agar dalam keadaan normal, tetap langgeng (Margaret M. Poloma 2007: 25). Dimana ada suatu dampak jika kebutuhan atau fungsi-fungsi tertentu tidak terpenuhi maka akan berkembang suatu keadaan yang bersifat patologis (keadaan tidak seimbang atau perubahan sosial, contohnya di dalam masyarakat modern fungsi ekonomi merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi, jika dalam kehidupan ekonomi mengalami suatu fluktasi yang keras, maka bagian ini akan mempengaruhi bagian lain dari sistem tersebut seperti sistem politik, kemudian sistem keluarga dan kemudian menyebabkan perubahan dalam struktur keagamaan dan akhirnya mempengaruhi sistem keseluruhannya. Keadaan patologis tersebut akan teratasi dengan sendirinya yang mengakibatkan equilibrium keadaan normal atau suatu sistem yang seimbang. 3. Radcliffe Brown Fungsionalisme Brown ini merupakan perkembangan dari teori Fungsional Durkheim. Fungsi dari setiap kegiatan selalu berulang, seperti penghukuman

kejahatan,

atau

upacara

penguburan,

adalah

merupakan

bagian

yang

dimainkannya dalam kehidupan social sebagai keseluruhan dan, karena itu, merupakan sumbangan yang diberikan bagi pemelihara kelangsungan structural (Radcliffe Brown, 1976: 505). 4. Bronislaw Malinowsky Para ahli antropologi menganalisa kebudayaan dengan melihat pada faktafakta antropologis dan bagian yang dimainkan oleh fakta-fakta itu dalam system kebudayaan (Malinowski, 1976: 551). 5. Talcott Parson Fungsionalisme structural Talcott Parsons terkenal dengan skema AGIL. Parson yakin bahwa ada empat fungsi penting yang diperlukan semua system: a. Adaptation (adaptasi) Sebuah system harus menanggulangi situasi eksternal yang gawat. Sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhannya. b. Goal attainment (pencapaian tujuan) Sebuah system harus mendefenisikan dan mencapai tujuan utamanya. c. Integration (integrasi) Sebuah system harus mengatur antarhubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya. Sistem juga harus mengelola antarhubungan ketiga fungsi penting lainnya (A, G, L). d. Latency (latensi atau pemeliharaan pola) Sebuah system harus memperlengkapi, memelihara, dan memperbaiki, baik motivasi individual maupun pola-pola cultural yang menciptakan dan menopang motivasi. 6. Robert K. Merton Robert K. Merton, sebagai seorang yang mungkin dianggap lebih dari ahli teori lainnya telah mengembangkan pernyataan mendasar dan jelas tentang teoriteori fungsionalisme, merton merupakan seorang pendukung yang mengajukan tuntutan lebih terbatas bagi perspektif ini. Mengakui bahwa pendekatan fungsional-struktural telah membawa kemajuan bagi pengetahuan sosiologis.

Merton telah mengutip tiga postulat yang ia kutip dari analisa fungsional dan disempurnakannya, diantaranya ialah : a. postulat pertama, adalah kesatuan fungsional masyarakat yang dapat dibatasi sebagai suatu keadaan dimana seluruh bagian dari system sosial bekerjasama dalam suatu tingkatan keselarasan atau konsistensi internal yang memadai, tanpa menghasilkan konflik berkepanjangan yang tidak dapat diatasi atau diatur. Atas postulat ini Merton memberikan koreksi bahwa kesatuan fungsional yang sempurna dari satu masyarakat adalah bertentangan dengan fakta. Hal ini disebabkan karena dalam

kenyataannya dapat terjadi sesuatu yang fungsional bagi satu kelompok, tetapi dapat pula bersifat disfungsional bagi kelompok yang lain. b. postulat kedua, yaitu fungionalisme universal yang menganggap bahwa seluruh bentuk sosial dan kebudayaan yang sudah baku memiliki fungsifungsi positif. Terhadap postulat ini dikatakan bahwa sebetulnya disamping fungsi positif dari sistem sosial terdapat juga dwifungsi. Beberapa perilaku sosial dapat dikategorikan kedalam bentuk atau sifat disfungsi ini. Dengan demikian dalam analisis keduanya harus dipertimbangkan. c. postulat ketiga, yaitu indispensability yang menyatakan bahwa dalam setiap tipe peradaban, setiap kebiasaan, ide, objek materiil dan kepercayaan memenuhi beberapa fungsi penting, memiliki sejumlah tugas yang harus dijalankan dan merupakan bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan system sebagai keseluruhan. Menurut Merton, postulat yang kertiga ini masih kabur ( dalam artian tak memiliki kejelasan, pen ), belum jelas apakah suatu fungsi merupakan keharusan.

C. Fungsionalisme Struktural Sebagai Sistem Dalam Domain Sosial Dorongan yang besar bagi perkembangan fungsionalisme datang dari penerbitan karya Talcott Parsons (1902-1978), The strucrur of social action (1957) [stuktur tindakan sosial], Ahli sosiologi yang besar ini telah belajar di Jerman, dan didalam kaarya besarnya yang pertama ia mencoba mengintegrasikan gagasangagasan Durkheim, Weber, Pareto, dan juga gagasan-gagasan ahli ekonomi Inggris

T.H. Marshall, menjadi satu teori tindakan sosial. Teori ini dengan jelas memberi tekanan kepada fungsionalisme yang dalam tahun-tahun kemudian akan menjadi lebih kuat. Menurut Parsons, ide mnegenai kehidupan sosial sebagai suatu sistem suatu jaringan dari bagian yang berbeda-bedamenjelaskan bagian struktural dari label fungsionalis struktural yang selalu dikaitkan dengan karyanya. Lebih lanjut, analogi mengenai sebuah sistem menjelaskan bagian fungsionalisnya. Jkalau kita menyebut tubuh manusia sebagai suatu sistem, hal itu bisa dilihat sebagai sesuatu yang memiliki kebutuhan-kebutuhan tertentu, misalnya kebutuhan makanan dan sejumlah bagian-bagian yang saling berhubungan (sistem pencernaan, perut, intesines, dan lain-lain) yang fungsinya adalah menemukan kebutuhan-kebutuhan itu. sistem sosial dari tindakan dilihat oleh Parson sebagai sesuatu yang mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi kalau mau hidup dan sejumlah bagian-bagian yanbg berfungsi untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan itu. semua sistem yang hidup dilihat sebagai sesuatu yang cenderung mengarah kepada keseimbangan, suatu hubungan yang stabil dan seimbang antara bagian-bagian yang terpisah dan mempertahankan dirinya secara terpisah dari sistem-sistem lain. Ada sebuah tradisi dalam pemikiran sosiologi yang lazim disebut fungsionalisme fungsionalisme struktur, analisis fungsionalis. Kebaikan yang bersifat relatif dari tradisi fungsionalisme bukan hanya diperdebatkan tetapi juga sering mendapat kritik mendasar yang merusakkan. Walaupun demikian, tradisi tersebut masih dipegang teguh oleh para pengikutnya. Gagasan-gagasan inti dari fungsionalisme ialah perspektif holistis, yaitu sumbangan-sumbangan yang diberikan oleh bagian-bagian demi tercapainya tujuantujuan dari keseluruhan, kontinuitas dan keserasan dan tata berlandaskan consensus mengenai nilai-nilai fundamental. Fungsionalisme struktural bermaksud menjadi suatu teori umum mengenai masyarakat yang tidak begitu membenarkan kapitalisme (walaupun sering terjadi justeru membenarkan). Sebagai sesuatu yang memberikan penjelasan dan pemahaman mengenai kesulitan-kesulitan kapitalisme, tanpa mengutuknya. Seperti akan kita lihat, hal ini dicapai dengan melihat kesulitan-kesulitan itu sebagai bagian

dari model Parsons yang bersifat evolutif, menuntun kepada stabilitas dan integrasi yang lebih besar. Teori fungsional ini menganut faham positivisme, sehingga dalam melakukan kajian haruslah mengikuti aturan ilmu pengetahuan alam. Dengan demikian, fenomena tidak didekati secara kategoris, dengan tujuan membangun ilmu dan bukan untuk tujuan praktis. Analisis teori fungsional bertujuan menemukan hukum-hukum universal [generalisasi] dan bukan mencari keunikan-keunikan [partikularitas]. Dengan demikian, teori fungsional berhadapan dengan cakupan populasi yang amat luas, sehingga tidak mungkin mengambilnya secara keseluruhan sebagai sumber data. Sebagai jalan keluarnya, agar dapat mengkaji realitas universaaal tersebut maka diperlukan representasi dengan cara melakukan penarikan sejumlah sampel yang mewakili. Dengan kata lain, keterwakilan [representatifitas] menjadi sangat penting. Oleh karena kajian teori fungsional menekankan upaya menemukan

hubungan kausal dan atau korelasi antar fenomena, maka metode penelitian ini lebih mengarah kepada pemakaian teknik kuantitatif. Dengan sendirinya, metode survey lebih memungkinkan peneliti untuk dapat menguji hubungan kausalitas antar fenomena. Kedua metode penelitian kuantitatif tersebut terakhir menjadi sangat populer dimata para eksponen teori structural fungsional. Durkheim mengemukakan bahwa ikatan solidaritas mekanis, yang dijumpai pada masyarakat yang masih sederhana, laksana kohesi antara benda-benda mati, sedangkan ikatan solidaritas organis, yang dijumpai pada masyarakat yang kompleks, laksana kohesi antara organ hidup. Pernyataan seperti ini mencerninkan penganutan analogi organis aggapan mengenai adanya persamaan tertentu antara organis biologis dengan masyarakat. Analogi organis merupakan suatu cara memandang masyarakat yang banyak kita jumpai dikalangan penganut teori fungsionalisme. Gambaran yang disajikan Dahrendorf mengenai pokok-pokok teori

fungsionalismeadalah sebagai berikut : 1. Setiap masyarakat merupakan suatu struktur unsur yang relatif gigih dan stabil. 2. Mempunyai struktur unsur yang terintegrasi dengan baik

3. Setiap unsur dalam masyarakat mempunyai fungsi, memberikan sumbangan pada terpeliharanya masyarakat sebagai suatu sistem. 4. Setiap struktur sosial yang berfungsi didasarkan pada consensus mengenai nilai dikalangan para anggotanya. Fungsionalisme Durkheim ini tetap bertahan dan dikembangkan lagi oleh dua orang ahli antropologi abad ke 20, yaitu Bronislaw Malinowski dan A.R Radcliffe- Brown. Keduanya dipengaruhi oleh ahli-ahli sosiologi yang melihat masyarakat sebagai organisme hidup, dan keduanya menyumbang buah fikiran mereka tentang hakikat analisa fungsional yang dibangun diatas model organis. Didalam batasannya tentang beberapa konsep dasar fungsionalisme dalam ilmu-ilmu sosial, pemahaman Radcliff Brown [1976: 503-511] mengenai fungsionalisme merupakan dasar fungsional kontemporer. Fungsi dari setiap kegiatan yang selalu berulang, seperti penghukuman kejahatan, atau upacara penguburan, adalah merupakan bagian yang dimainkannya dalam kehidupan sosial sebagai keseluruhan dan karena itu, merupakan sumbangan yang diberikannya bagi pemeliharaan kelangsungan structural. Yang sangat mengherankan, perspektif structural sekitar tahun 1950 an dan awal 1960 an justru menjadi Landasan pengembangan teori medernisasi, yakni salah satu teori modernisasi tersebut paling populer dan berkembang. Kenapa perspektif struktural fungsional yang sangat sedikit sekali perhatiannya

terhadapmasalah perubahan sosial, justru tampil sebagai kekuatan intelektual yang dominan disamping teori perubahan sosial lainnya? Penjungkir balikan yang mendongkolkan yang terjadi dalam sosiologi kontemporer demikian itu nampaknya memerlukan suatu penyelidikan. Tetapi penyelidikan tersebut bukan pekerjaan yang ringan. Paling kurang terdapat tiga faktor yang berkaitan dengan kontradiksi metodologis yang aneh itu. 1. Beberapa premis metodologis perspektif structural fungsional. 2. Konsep difusi kultural dibidang ekonomi dan teknologi. 3. Adanya etnosentrisme dikalangan ahli ilmu sosial Barat pada umumnyamengenai cara-cara mencapai kemajuan. Seperti teori formal tentang masyarakat, struktural fungsional mempunyai empat premis dasar :

10

1. Masyarakat adalah suatu sistem yang secara keseluruhan terdiri dari bagianbagian yang saling tergantung. 2. Keseluruhan atau sistem yang utuh menentukan bagian-bagian. Artinya bagian yang satu tidak dapat difahami secara terpisah kecuali dengan memperhatikan hubungannya dengan sistem keseluruhan yang lebih luas dimana bagian-bagian menjadi unsurnya. Pola organisasi kekeluargaan, pranata politil, dan organisasi ekonomi - teknologi. 3. Bagian-bagian harus difahami dalam kaitannya dengan fungsinya terhadap keseimbangan sistem keseluruhan sebagai satu sistem terdapat hubungan fungsiol.

D. Tinjauan Singkat Tentang Teori Fungsional Struktural Pokok-pokok para ahli yang telah banyak merumuskan dan mendiskusikan hal ini telah menuangkan berbagai ide dan gagasan dalam mencari paradigma tentang teori ini, sebut saja George Ritzer (1980), Margaret M.Poloma (1987), dan Turner (1986). Drs. Soetomo (1995) mengatakan apabila ditelusuri dari paradigma yang digunakan, maka teori ini dikembangkan dari paradigma fakta social. Tampilnya paradigma ini merupakan usaha sosiologi sebagai cabang ilmu pengetahuan yang baru lahir agar mempunyai kedudukkan sebagai cabang ilmu yang berdiri sendiri. Secara garis besar fakta social yang menjadi pusat perhatian sosiologi terdiri atas dua tipe yaitu struktur social dan pranata social. Menurut teori fungsional structural, struktur sosial dan pranata sosial tersebut berada dalam suatu system social yang berdiri atas bagian-bagian atau elemen-elemen yang saling berkaitan dan menyatu dalam keseimbangan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa teori ini (fungsional structural) menekankan kepada keteraturan dan mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Asumsi dasarnya adalah bahwa setiap struktur dalam system sosial, fungsional terhadap yang lain, sebaliknya kalau tidak fungsional maka struktur itu tidak akan ada atau hilang dengan sendirinya. Dalam proses lebih lanjut, teori inipun kemudian berkembang sesuai perkembangan pemikiran dari para penganutnya.

11

Emile Durkheim, seorang sosiolog Perancis menganggap bahwa adanya teori fungsionalisme-struktural merupakan suatu yang berbeda, hal ini disebabkan karena Durkheim melihat masyarakat modern sebagai keseluruhan organisasi yang memiliki realitas tersendiri. Keseluruhan tersebut menurut Durkheim memiliki seperangkat kebutuhan atau fungsi-fungsi tertentu yang harus dipenuhi oleh bagianbagian yang menjadi anggotanya agar dalam keadaan normal, tetap langgeng. Bilamana kebutuhan tertentu tadi tidak dipenuhi maka akan berkembang suatu keadaan yang bersifat patologis . Para fungsionalis kontemporer menyebut keadaan normal sebagai ekuilibrium, atau sebagai suatu system yang seimbang, sedang keadaan patologis menunjuk pada ketidakseimabangan atau perubahan social. Robert K. Merton, sebagai seorang yang mungkin dianggap lebih dari ahli teori lainnya telah mengembangkan pernyataan mendasar dan jelas tentang teori-teori fungsionalisme, (ia) adalah seorang pendukung yang mengajukan tuntutan lebih terbatas bagi perspektif ini. Mengakui bahwa pendekatan ini (fungsional-struktural) telah membawa kemajuan bagi pengetahuan sosiologis. Merton telah mengutip tiga postulat yang ia kutip dari analisa fungsional dan disempurnakannya, diantaranya ialah : 1. postulat pertama, adalah kesatuan fungsional masyarakat yang dapat dibatasi sebagai suatu keadaan dimana seluruh bagian dari system sosial bekerjasama dalam suatu tingkatan keselarasan atau konsistensi internal yang memadai, tanpa menghasilkan konflik berkepanjangan yang tidak dapat diatasi atau diatur. Atas postulat ini Merton memberikan koreksi bahwa kesatuan fungsional yang sempurna dari satu masyarakat adalah bertentangan dengan fakta. Hal ini disebabkan karena dalam kenyataannya dapat terjadi sesuatu yang fungsional bagi satu kelompok, tetapi dapat pula bersifat disfungsional bagi kelompok yang lain. 2. postulat kedua, yaitu fungionalisme universal yang menganggap bahwa seluruh bentuk sosial dan kebudayaan yang sudah baku memiliki fungsifungsi positif. Terhadap postulat ini dikatakan bahwa sebetulnya disamping fungsi positif dari sistem sosial terdapat juga dwifungsi. Beberapa perilaku sosial dapat dikategorikan kedalam bentuk atau sifat disfungsi ini. Dengan demikian dalam analisis keduanya harus dipertimbangkan.

12

3. postulat ketiga, yaitu indispensability yang menyatakan bahwa dalam setiap tipe peradaban, setiap kebiasaan, ide, objek materiil dan kepercayaan memenuhi beberapa fungsi penting, memiliki sejumlah tugas yang harus dijalankan dan merupakan bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan system sebagai keseluruhan. Menurut Merton, postulat yang kertiga ini masih kabur (dalam artian tak memiliki kejelasan, pen), belum jelas apakah suatu fungsi merupakan keharusan.

E. Pengaruh Teori Ini Dalam Kehidupan Sosial Talcott Parsons dalam menguraikan teori ini menjadi sub-sistem yang berkaitan menjelaskan bahwa diantara hubungan fungsional-struktural cenderung memiliki empat tekanan yang berbeda dan terorganisir secara simbolis : 1. pencarian pemuasan psikis 2. kepentingan dalam menguraikan pengrtian-pengertian simbolis 3. kebutuhan untuk beradaptasi dengan lingkungan organis-fisis, dan 4. usaha untuk berhubungan dengan anggota-anggota makhluk manusia lainnya. Sebaliknya masing-masing sub-sistem itu, harus memiliki empat prasyarat fungsional yang harus mereka adakan sehingga bias diklasifikasikan sebagai suatu istem. Parsons menekankan saling ketergantungan masing-masing system itu ketika dia menyatakan : secara konkrit, setiap system empiris mencakup keseluruhan, dengan demikian tidak ada individu kongkrit yang tidak merupakan sebuah organisme, kepribadian, anggota dan sistem sosial, dan peserta dalam system cultural . Walaupun fungsionalisme struktural memiliki banyak pemuka yang tidak selalu harus merupakan ahli-ahli pemikir teori, akan tetapi paham ini benar-benar berpendapat bahwa sosiologi adalah merupakan suatu studi tentang struktur-struktur social sebagai unit-unit yang terbentuk atas bagian-bagian yang saling tergantung. Fungsionalisme struktural sering menggunakan konsep sistem ketika membahas struktur atau lembaga sosial. System ialah organisasi dari keseluruhan bagian-bagian yang saling tergantung. Ilustrasinya bisa dilihat dari system listrik, system pernapasan, atau system sosial. Yang mengartikan bahwa fungionalisme struktural terdiri dari bagian yang sesuai, rapi, teratur, dan saling bergantung. Seperti

13

layaknya sebuah sistem, maka struktur yang terdapat di masyarakat akan memiliki kemungkinan untuk selalu dapat berubah. Karena system cenderung ke arah keseimbangan maka perubahan tersebut selalu merupakan proses yang terjadi secara perlahan hingga mencapai posisi yang seimbang dan hal itu akan terus berjalan seiring dengan perkembangan kehidupan manusia.

14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Teori fungsional struktural bukan hal yang baru lagi didalam dunia sosiologi modern, teori ini pun telah berkembang secara meluas dan merata. Sehingga tak ayal banyak Negara yang menggunakan teori ini di dalam menjalankan pemerintahannya baik itu mengatur suatu pola interaksi maupun relasi diantara masyarakat. Dalam kesempatan ini setidaknya pemakalah dapat mengambil keseimpulan bahwa secara singkat dan sederhana teori sosial ini merupakan seperti rantai sosiologi manusia, dimana didalam hubungannya terdapat suatu keterkaitan dan saling berhubungan. Juga adanya saling ketergantungan, layaknya suatu jasad maka apabila salah satu bagian tubuh jasad tersebut ada yang sakit ataupun melemah sangat ber-implikasi pula pada bagian yang lain. Sekiranya hanya ini yang dapat kami selesaikan dalam penyusunan makalah ini, terasa bagi kami kesulitan dalam mencari refrensi tentang pengertian yang mendalam dari teori ini. Sehingga nantinya dapat dijadikan bahan pembelajaran yang lebih mendalam bagi kawan-kawan yang haus akan suatu ilmu. Kami memohon maaf bila banyak kekurangan dan mungkin ada yang bingung terhadap bahsa yang dipergunakan dalam penulisan. Oleh karena itu input kalian sangat berarti bagi kami penyusun makalah.

B. Saran Pada teori fungsionalisme struktural yaitu sesuatu yang harus dijunjung tinggi keberadaannya. Dimana fungsionalisme struktural merupakan suatu masyarakat yang terintegrasi atas dasar kesepakatan dari para anggotanya. Maka dari itu mulailah dari sekarang mengaplikasikan tentang teori fungsionalisme struktural.

15

DAFTAR PUSTAKA

Alimandan, Sosiologi Masyarakat Sedang Berkembang, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), 82 Bagusbejo (2011) Teori Fungsional http:// www.scribd.com/ doc/23711839/teori-fungsional. Di akses: Darussalam, Jumat, 01 Juni 2012. Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: UI, 1993), 239 Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994), 26 Viva Socius (2011) Teori Fungsional Struktural http:// sosiologi unsyiah 2010. wordpress.com/ 2011/04/19/ teori - fungsional%E2%80%93-struktural/. Di akses: Darussalam, Jumat, 01 Juni 2012. Zainuddin Maliki, Tiga Teori Sosial Hegemonik, (Surabaya : Narasi Agung, 2003), 50

16

You might also like