You are on page 1of 58

Phlebitis

phlebitis masih merupakan masalah yang penting

dalam praktek kedokteran secara sederhana phlebitis berarti peradangan vena phlebitis berat hampir selalu diikuti bekuan darah, atau trombus pada vena yang sakit, kondisi demikian dikenal sebagai trombophlebitis

Phlebitis

merupakan peradangan vena yang disebabkan oleh iritasi kimia maupun mekanik yang menyebabkan nyeri, nyeri tekan, bengkak, pengerasan, eritema, hangat dan terbanyak vena seperti tali.
merupakan salah satu komplikasi dari pemasangan kanula IV

Komplikasi pemasangan kanula IV


Salah vena Hematoma Transfiksasi Phlebitis Sumbatan pada kannul Tertusuk jarum Infeksi Emboli kannul Emboli paru Kerusakan saraf sekitar Arterial puncture Kannul patah Thromboemboli

Banyak faktor telah dianggap terlibat dalam patogenesis phlebitis faktor-faktor kimia seperti obat atau cairan yang iritan faktor-faktor mekanis seperti bahan, ukuran kateter, lokasi dan lama kanulasi agen infeksius

Faktor pasien yang dapat mempengaruhi angka phlebitis mencakup : Usia jenis kelamin kondisi dasar : diabetes melitus, infeksi, luka bakar Pada pasien diabetes dan penyakit infeksi, dibutuhkan lebih banyak perhatian

Suatu

penyebab phlebitis yang sering luput perhatian adalah adanya mikropartikel dalam larutan infus dan ini bisa dieliminasi dengan penggunaan filter

Insiden meningkat setelah pemasangan kanula IV > 72 jam Tidak ada perubahan insiden phlebitis pada pemasangan kanula 72-96 jam Penggantian kanula direkomendasikan tiap 72-96 jam

Mengenai vena superfisial di bawah permukaan kulit Tidak serius Terjadi karena kanula IV Sembuh dengan kompres hangat dan obat anti inflamasi Kadang berhubungan dengan vena dalam menjadi trombophlebitis

Phlebitis pada vena dalam (DVT) inflamasi yang terjadi apabila ada sumbatan darah atau trombus Bisa pada vena lengan dan tungkai (sering pada tungkai) Trombus bisa menyebabkan emboli paru

Thrombophlebitis yang sudah terinfeksi

Kekerapan flebitis akibat infus menurut peneliti, kondisi klinis dan karakteristika pasien.
Kekerapan Penulis Flebitis Pose-Reino dkk (3)

Catatan

35%

Flebitis pada pasien penyakit dalam

18%

Nordenstrm J, Jeppsson B, Lovn, Larsson J. (4) Nassaji-Zavareh M, Ghorbani.R. (1)

83 pasien bedah yang mendapat PPN (nutrisi parenteral perifer). Semua larutan nutrisi diberikan selama 24 jam dari bag 3 liter dan lokasi infus dirotasi setiap hari. 300 pasien di bangsal penyakit dalam dan bedah

26% 39%

Manuel Monreal dkk 766 pasien dengan pnemonia akut yang (5) membutuhkan terapi intravena

35%

Joan Webster dkk. (6) 755 pasien

Tabel 1. Kekerapan flebitis pada pasien yang dikaji (faktor tidak terkait)

Kekerapan phlebitis
Parameter Usia<60th Besar sampel 169 Flebitis (n) 47 Kekerapan (%) 27.8 OR (Odds ratio) 1.18 95% Cl for OR 0.79-1.74

Usia60th
Trauma Ya

131

31

23.7

58

19

32.8

1.34

0.87-2.07

Tidak
Ukuran kateter 20 G

242

59

24.4

109

30

27.5

1.11

0.75-1.65

18 G

190

47

24.

Kekerapan phlebitis
Parameter
Jenis Kelamin Wanita Pria Diabetes Melitus Ya Tidak Luka Bakar Ya Tidak 3 297 3 75 100 25.3 3.96 3.26-4.82 155 145 48 30 31.0 20.7 1.50 1.01-2.22

Besar sampel

Flebitis (n)

Kekerapan (%)

OR (Odds ratio)

95% Cl for OR

111 189

64 14

57.7 7.4

7.78

4.59-13.21

Kekerapan phlebitis
Penyakit Infeksi Ya Tidak Lokasi kateter Tungkai Lengan Sifat pemasangan Darurat Tidak Darurat 140 160 50 28 35.7 17.5 2.04 1.36-3.05 67 233 50 28 74.6 12.0 6.21 4.27-9.03

13 287

10 68

76.9 23.7

3.25

2.26-4.67

merah

di tempat tusukan perabaan panas di tempat tusukan nyeri pembengkakan di daerah penusukan atau sepanjang vena perlambatan aliran infus peningkatan suhu > 1 C

trauma vena karena insersi jarum infus ukuran infus yang terlalu besar pemasangan infus lebih dari 72 jam jenis kateter bahan dasar kateter ukuran kateter

tempat insersi kateter pengalaman personal yang menginsersi kateter lamanya waktu pemakaian kateter frekuensi penggantian penutup kateter (disarankan diganti tiap 24-48 jam) perawatan kulit faktor host dan ruang emergensi insersi

Komplikasi phlebitis
komplikasi cairan atau obat yang diinfuskan (PH dan

tonisitas) ukuran dan tempat kanula dimasukkan pemasangan jalur IV yang tidak sesuai masuknya mikroorganisme pada saat penusukan (tersering oleh staphilococcus) bisa juga multipel organisme selulitis superficial trombophlebitis abses endokarditis bakterial

1. 2. 3. 4.

Mekanik Kimia Bakterial Post infussi

kateter lebih besar dari ukuran vena ukuran kanula harus dipilih sesuai dengan ukuran vena manipulasi kateter: stabilisasi yang tidak benar kanula IV harus difiksasi dengan baik dikaitkan dengan penempatan kanula pemasangan kanula di daerah lekukan sering menghasilkan phlebitis mekanis

1) pH dan osmolaritas cairan infus yang ekstrem pH larutan dekstrosa berkisar antara 3 5, di mana keasaman diperlukan untuk mencegah karamelisasi dekstrosa selama proses sterilisasi autoklaf, jadi larutan yang mengandung glukosa, asam amino dan lipid yang digunakan dalam nutrisi parenteral bersifat lebih flebitogenik dibandingkan normal saline. Obat suntik yang bisa menyebabkan peradangan vena yang hebat, antara lain kalium klorida, vancomycin, amphotrecin B, cephalosporins, diazepam, midazolam dan banyak obat khemoterapi. Larutan infus dengan osmolaritas > 900 mOsm/L harus diberikan melalui vena sentral.

2) Mikropartikel yang terbentuk bila partikel obat tidak larut sempurna selama pencampuran juga merupakan faktor kontribusi terhadap phlebitis 3) Penempatan kanula pada vena proksimal (kubiti atau lengan bawah) sangat dianjurkan untuk larutan infus dengan osmolaritas > 500 mOsm/L.

Hindarkan vena pada punggung tangan jika mungkin, terutama pada pasien usia lanjut

Jangan gunakan vena punggung tangan bila anda memberikan : Asam Amino + glukosa; Glukosa + elektrolit; D5 atau NS yang telah dicampur dengan obat suntik atau Meylon dan lainlain.

4) kateter yang terbuat dari silikon dan poliuretan kurang bersifat iritasi dibanding politetrafluoroetilen (teflon) karena permukaan lebih halus, lebih thermoplastik dan lentur. Risiko tertinggi untuk phlebitis dimiliki kateter yang terbuat dari polivinil klorida atau polietilen. 5) pemberian infus lambat kurang menyebabkan iritasi daripada pemberian cepat

1)Teknik pencucian tangan yang buruk 2) Kegagalan memeriksa peralatan yang rusak. Pembungkus yang bocor atau robek mengundang bakteri 3) Teknik aseptik tidak baik 4) Teknik pemasangan kanula yang buruk 5) Kanula dipasang terlalu lama 6) Tempat suntik jarang dilihat

peradangan vena setelah 48-96 jam dipasang kanula IV teknik penusukan kanula IV kondisi vena yang digunakan jenis dan pH larutan yang digunakan ukuran, panjang, dan bahan material yang digunakan lama pemasangan kanula IV jarang ganti dressing faktor host: usia, jenis kelamin dan adanya penyakit

Phlebitis skor 3

1)

Mencegah phlebitis bakterial


menekankan kebersihan tangan teknik aseptik perawatan daerah infus serta antisepsis kulit walaupun lebih disukai sediaan chlorhexidine-2%, tinctura yodium , iodofor atau alkohol 70% juga bisa digunakan.

2) Rotasi kanula penggantian kateter setiap 72-96 jam untuk membatasi potensi infeksi. 3) Aseptic dressing Dianjurkan aseptic dressing untuk mencegah flebitis. Kasa setril diganti setiap 24 jam

4) Laju pemberian
Vena perifer yang paling besar dan kateter yang sekecil dan sependek mungkin dianjurkan untuk mencapai laju infus yang diinginkan, dengan filter 0.45mm. Kanula harus diangkat bila terlihat tanda dini nyeri atau kemerahan.
5) Flush kanula dengan 1-5cc NaCl 0,9 % setiap sesudah pemberian obat

6) In-line filter In-line filter dapat mengurangi kekerapan phlebitis tetapi tidak ada data yang mendukung efektivitasnya dalam mencegah infeksi yang terkait dengan alat intravaskular dan sistem infus

SUMBER INFEKSI NOSOKOMIAL


DOKTER
Pasien Tua Tamu Petugas Kesehatan Udara AC Makana n Dan Minuma n Alat Medis

Flora Normal

Kecoa

Alat tulis

Air

Kateter

Infeksi aliran darah adalah adanya mikroorganisme dalam aliran darah pasien yang sudah dirawat inap dalam lebih dari 48 jam Infeksi aliran darah primer (IADP) 1. infeksi aliran darah yang timbul tanpa ada organ atau jaringan lain yang dicurigai sebagai sumber infeksi 2. Merupakan salah satu sumber data yang di gunakan untuk mengendalikan infeksi nosokomial di RS

Insersi alat ke sistem kardiovaskuler masuk mikroorganisme

pintu

Infeksi dapat terjadi pada tempat masuk, darah atau tempat yang dituju. Infeksi dapat terjadi karena alat yang terkontaminasi, lokasi insersi,lama pemakaian alat infus.

Pasien dengan tindakan IV: -Insersi IV -Pungsi Arteri -Transfusi -Terapi Cairan -Perawatan selang infus Perubahan mekanisme pertahanan: -Intgritas kulit -Flora Endogen dasar sistem imun Penyakit AGEN INFEKSI -Bakteri -Virus -Jamur

STRATEGI PENGENDALIAN INFEKSI : Cuci tangan,teknik aseptik,sterilitas produk,integritas sistem,kewaspad aan standar

PENULARAN INFEKSI DICEGAH

CARA PENULARAN: Langsung :tangan,luka Tidak langsung :selang,darah,pus,kanul, perban. Perantara : darah,cairan/aditif

RESERVOIR:sekret tubuh,cairan/additive Alat:selang,kanul,perban,ja rum

Kriteria 1:

Pasien memiliki bakteri patogen yang dikultur dari satu atau lebih kultur darah. Organisme yang dikultur dari darah tidak berhubungan dengan infeksi ditempat lain.

Kriteria2: Pasien memiliki tanda dan gejala sebagai berikut demam > 38C, menggigil, hipotensi (Tekanan Darah sistolik < dari 90mmHg)

Tanda dan gejala positif laboratorium tersebut tidak berhubungan dengan infeksi lain.
Bakteri kontaminan kulit yang dikultur dari 2 atau lebih sampel kultur darah diambil dari lokasi yang berbeda. Bakteri kontaminan kulit yang dikultur dari 2 atau lebih sampel pada pasien dengan jalur intravena dan mendapat terapi antimikroba yang tepat.

Tes antigen darah yang positif.

Kriteria3:
Pasien yang berusia kurang dari 1 tahun dan memiliki setidaknya 1 tanda dan gejala sebagai berikut demam (> 38C per rektal), hipotermi (< 37C per rektal), apnea atau bradikardi. Tanda dan gejala positif laboratorium tersebut tidak berhubungan dengan infeksi lain. Bakteri kontaminan kulit yang dikultur dari 2 atau lebih sampel kultur darah diambil dari lokasi yang berbeda. Bakteri kontaminan kulit yang dikultur dari 2 atau lebih sampel pada pasien dengan jalur intravena dan mendapat terapi antimikroba yang tepat. Tes antigen darah yang positif

Manifestasi klinis Dewasa & anak >12 bulan : Suhu> 38C, bertahan 24 jam. Hipotensi, sistolik < 90 mmHg. Oliguria, jumlah urine < 0,5 cc/kgBB/jam. Terdapat kontaminan kulit dari2 biakan berturut-turut. Bayi< 12 bulan : Demam > 38C. Hipotermi< 37C. Apnea. Bradikardi < 100x//menit. Terdapat kontaminan kulit dari 2 biakan berturut-turut

Cuci tangan sebelum melakukan tindakan Gunakan sarung tangan Kewaspadaan standar Teliti semua obat,alat IV Pertahankan sterilisasi alat dan cairan Gunakan antiseptik Tempati insersi pada kasa steril Tempati insersi diperiksa setiap hari apakah ada rasa nyeri

Tempat insersi lengan lebih baik dari pada kaki/paha Rotasi tempat insersi setiap 72-96 jam Jarum infus teflon lebih baik dari pada logam Ganti botol infus tiap 24 jam Ganti infus set tiap 72 jam Transfusi cairan emulsi ganti tiap 24 jam Untuk pemberian obat IV gunakan port khusus jangan menusuk karet selang infus

1. Pemasangan kateter intra vena ( IV) yang berkaitan dengan : Jenis kanula Metoda pemasangan Lama pemasangan kanula 2. Kerentanan pasien terhadap infeksi

1. Semua factor resiko harus dicatat dengan lengkap pada catatan pasien oleh dokter, perawat atau anggota tim kesehatan lain yang menangani pasien ( kategori I ). 2. Pelaksana surveilans menghitung rate menurut factor resiko spesifik ( kateter intravena ) minimal setiap 6 bulan sekali dan melaporkannya pada Pokja Pengendalian Infeksi RS dan juga menyebarluaskannya melalui bulletin rumah sakit ( kategori II ).

You might also like