You are on page 1of 27

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Setiap manusia sepanjang hayatnya berusaha untuk

memperoleh kehidupan yang layak sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaannya. Oleh karena itu semua manusia berupaya memperoleh pendidikan yang setinggi-tingginya dalam usaha mempersiapkan diri agar mampu mencapai taraf dan

kualitas hidup yang diharapkan. Dengan pendidikan, manusia akan memperoleh berbagai macam pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang sangat dibutuhkan dalam hidup dan

kehidupannya baik untuk saat ini maupun untuk masa yang akan datang, karena dengan berbekal kemampuan dan keterampilan serta keahlian yang diperoleh dalam pendidikan, anak akan memiliki bekal untuk mampu memilih, menetapkan dan

mempersiapkan diri untuk memasuki dunia kerja sebagai salah satu cara untuk memenuhi kehidupannya. Agar anak dapat mencapai apa yang diharapkan, maka dituntut untuk meningkatkan kemampuannya, dan untuk

meningkatkan kemampuannya diperlukan perhatian dan motivasi orang tua. Menurut Siahan (1986: 86) bahwa tidak dapat 1

disangkal lagi bahwa semakin tinggi perhatian orang tua terhadap belajar anak-anaknya maka semakin tinggi pula tingkat prestasi belajar anak tersebut. Dalam lingkungan keluarga anak-anak akan memperoleh pewarisan nilai yang ada dalam keluarga, di mana orang tua (pusat) pewarisan nilai itu. Sejalan dengan itu, 13) mengemukakan bahwa: prinsip

sebagai sentral Pudjosuwarno

(1984;

pendidikan bukanlah memberikan nasehat kepada anak didik, melainkan menciptakan situasi yang penuh keakraban, di mana dalam situasi tersebut terwujudlah nilai-nilai bentuk prilaku yang dapat kehidupan dalam

mempengaruhi dan mendorong

peserta didik berbuat atas kesadaran dan kemauan sendiri. Pendapat tersebut menunjukkan betapa pentingnya

suasana interaksi dalam proses pendidikan anak, khususnya dalam lingkungan keluarga. Peran orang tua dalam penciptaan situasi atau iklim interaksi adalah sangat penting. Hal ini berarti bahwa situasi dalam keluarga ditentukan oleh orang tua yang selanjutnya akan mempengaruhi perilaku anak, termasuk dalam belajar, sebagaimana dikemukakan oleh Pudjosuwarno (1984;2) bahwa: Sikap seseorang terhadap dirinya dan orang lain, apakah akan sukar atau mudah menyesuaikan diri, tergantung apakah orang tuanya sukar atau, mudah menyesuaikan diri.

Perkembangan dan perubahan teknologi

yang begitu

cepat, membuat masing-masing anggota keluarga begitu sibuk dengan urusannnya dan menjadi kurang peduli terhadap

keinginan anggota keluarga lainnya, khususnya antara orang tua dengan anak. Pertemuan antara orang tua dengan anak

semakin berkurang dan tanpa disadari hal ini telah membawa dampak negatif terhadap perkembangan kepribadian anak. Khususnya menyangkut kemauan belajar di lingkungan keluarga. Dengan kata lain, proses sosialisasi anak menjadi terhambat. Fenomena ini ditemui hampir semua anak (murid) yang bisa

mengalami kesulitan belajar, misalnya malas, kurang bergaul, prestasi rendah,

dan lain-lain. Jadi pada hakekatnya

pengasuhan orang tua mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap cara belajar anak di lingkungan keluarga. Pengasuhan orang tua tersebut meliputi hubungan yang terjalin antara orang tua dengan anak yang berlangsung ataupun hubungan orang tua dengan anggota keluarga. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk mengkaji cara-cara orang tua dalam memotivasi anaknya untuk belajar di lingkungan keluarga. B. Rumusan Masalah

Berdasarkan

latar

belakang

di

atas,

maka

penulis

mengangkat pokok permasalah adalah bagaimana cara-cara yang tepat dalam memotivasi anak untuk belajat di lingkungan keluarga. Masalah pokok ini dirinci ke dalam sub masalah sebagai berikut : 1. 2. Bagaimana pengertian motiasi belajar anak ? Bagaimana peranan keluarga dalam perkembangan

anak ? 3. Bagaimana cara memotivasi anak untuk belajar di

lingkungan keluarga ? C. Tujuan Penulisan 1. 2. Untuk mengetahui pengertian motiasi belajar anak Untuk mengetahui peranan keluarga dalam

perkembangan anak 3. Untuk mengetahui cara memotivasi anak untuk belajar

di lingkungan keluarga D. Manfaat Penulisan 1. a. Manfaat teoritis Menambah pengetahuan teoritik tentang

motivasi belajar anak di lingkungan keluarga

b.

Sebagai bahan tambahan teoritik untuk

pengkajian dan pengembangan tentang toori motivasi dalam belajar c. Memperluas wawasan tentang permasalahan

cara memotivasi anak untuk belajar di lingkungan keluarga 2. a. Manfaat praktis Sebagai masukan bagi orang tua dalam

meningkatkan perhatian dan motivasi belajar anak-anaknya sehingg dapat meningkatkan kerajinan belajarnya b. Sebagai masukan bagi guru PGTK terurama

dalam upaya memahami perkembangan anak c. Sebagai masukan yang berharga bagi mahasiswa

PGTK FIP UNM dalam menempuh tugasnya kelak segagai guru taman kanak-kanak.

BAB II PEMBAHASAN A. Motivasi Belajar Anak 1. Pengertian Motivasi Motivasi berasal dari bahasa Inggeris yaitu motivasion artinya dorongan, pengalasan dan motivasi. Kata kerjanya adalah to motive yang berarti mendorong, sebab dan daya penggerak. Motif adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong individu tersebut untuk beraktivitas gun amencapai suatu tujuan yang diharapkan (Suryabrata, 1984: 33). Hal serupa

cmengemukakan bahwa motif adalah adanya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu untuk tujuan teetentu pula. Motivasi merupakan salah satu faktor psikologis yang sangat mempengaruhi dalam melakukan suatu aktivitas. Jadi seseorang yang melakukan aktivitas seperti halnya aktivitas belajar supaya behasil dengan tujuan yang ingin dicapainya perlu memperhatikan dan selalu mengembangkan motivasi dalam dirinya, sehingga tujuan dan harapan dapat terkabulkan.

Menurut

Prayitno

(1989:

10)

ada

dua

faktor

yang

mempengaruhi motivasi, yaitu faktor instrinsik dan ekstrinsik. Motivasi belajar memegang peranan yang penting dalam

memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar sehingga memiliki kemauan yang tinggi serta energi yang banyak untuk belajar. Anak yang memilki motifasi yang tinggi dalam belajar sedikit yang tertinggal belajarnya dan sedikit

pulamelakukan kesalahan dalam belajarnya. Secara garis besar, motivasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu motivasi ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar diri, sedangkan motivasi intrinsik ialah motivasi yang berasl dari dalam diri tampa adanya ransangan dari luar. Ada beberapa ciri anak yang memilki motivasi belajar tinggi hal ini dapat diketahui melalui proses belajar di kelas,

sebagaimana yang dikemukakan oleh Brown (Tirtahardja, 1981: 31) sebagai berikut : tertarik pada guru artinya tidak membenci atau acuh, tertarik pada mata pelajaran mempunyai antusias tinggi, selalu bergabung dengan kelompok belajar di kelas, ingin identitas dirinya diketahui orang lain, kebiasan dan moralnya selalu dalam kontrol dan selalu mengingat dan mengulang pelajarannya.

2.

Fungsi Motivasi

Pentingnya motivasi bagi seseorang dalam melakukan sesuatu tidak dapat dipungkiri lagi, karena dengan adanya motivasi maka seseorang akan lebih bersemangat, tidak cepat berputus asa jika menghadapi suatu masalah dan bekerja, berusaha memperoleh hasil yang maksimal. Sebaliknya

seseorang yang melakukan kegiatan tanpa ada motivasi yang kuat, maka seseorang akan nampak kurang bersemangat dan cepat putus asa jika menghadapi suatu masalah. Fungsi motivasi dalam belajar telah banyak dikemukakan oleh para ahli antara lain Hutabarat (Ermiati, 1996: 25) mengemukakan : Motivasi belajar itu berfungsi sebagai kegiatan jantung belajar, suatu pendorong yang membuat seseorang belajar dan sebagai jantung dan pendorong kegiatan belajar, mengandung makna bahwa hidup matinya dan tinggi rendahnya intensitas kegiatan belajar tergantung dari intensitas motivasi belajar seseorang yang melakukan kegiatan belajar tersebut, dan sebagai pengendali kegiatan yang memiliki motivasi belajar tinggi akan melakukan kegiatan belajar sesuai tujuan yang dicapainya. Sedangkan menurut Mappa (Rosmidar, 1992: 34)

mengemukakan bahwa fungsi motivasi adalah : 1) Memberikan kekuatan, semangat kepada seseirang yang melakukan kegiatan belajar 2) Mengarahkan kegiatan belajar yang perlu dilakukan dalam usaha mencapai tujuan

3) Memilih dan menentukan tingkah laku yang akan dilakukan dalam mencapai usaha mencapai tujuan dan menghindari tingkah laku yang tidak ada hubungannya dengan usaha mencapai tujuan Dengan demikian fungsi motivasi merupakan pendorong usaha untuk melakukan suatu aktivitas seperti halnya aktivitas belajar, di mana motivasi tersebut akan sangat penting bagi

seseorang. Bahkan dapat dikatakan bahwa tinggi rendahnya motivasi akan sangat menentukan tingkat keberhasilan

seseorang dalam melakukan aktivitasnya. 3. Pengembangan Motivasi

Dalam proses belajar perlu diperhatikan apa yang dapat mendorong anak agar dapat belajar dengan baik dan memiliki motivasi berpikir, memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan proses

belajar. Hal seperti di atas dapat ditanamkan pada diri anak dengan cara memberikan latihan dan kebiasaaan yang kadangkadang dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. Sejalan dengan itu, Slameto (1991: 101) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang dikerjakan orang tua dalam memberikan motivasi kepada anaknya, yaitu : 1) Membangkitkan belajar dorongan kepada anak untuk

10

2) Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai sehingga dapat merangsang untuk mencapai prestasi yang lebih baik 3) Memberikan kebiasaan belajar yang baik 4) Menciptakan kesempatan belajar yang lebih baik baik anak 5) Memberikan rangsangan belajar yang baik kepada anak. Sedangkan menurut Good dan Brophy (Prayitno, 1989: 8) mengemukakan bahwa tingkah laku orang tua yang baik dan menunjang keberhasilan anak dalam belajar yaitu : 1) Menerima sepenuhnya anak sebagai individu, orang tua tidak memaksa anak. 2) Merumuskan dan menjelaskan harapan-harapan kepada anaknya dalam belajar 3) Memberikan kebebasan atau ruang gerak yang memungkinkan anak melakukan prakarsa Dengan demikian dalam mengembangkan motivasi belajar anak orang tua memegang peranan yang sangat menentukan khususnya dalam mengembangkan atau meningkatkan motivasi belajar anak. Pengembangan motivasi tersebut dilakukan orang tua dengan terlihat secara aktif, baik dalam memberikan rangsangan atau dorongan, ganjaran, kesempatan belajar, dan sebagainya. B. Peranan Keluarga dalam perkembangan anak Pendidikan anak perlu mendapat perhatian dari keluarga, masyarakat dan pemerintah. Pendidikan anak diawali dari

11

pendidikan keluarga yang merupakan lembaga pendidikan yang utama dan pertama. Sebagai lembaga pendidikan yang utama dan pertama maka keluarga merupakan peletak dasar atau pundamen bagi pendidikan anak dalam mengikuti perkembangan selanjutnya. Baik atau buruknya anak dikemudian hari sangat ditentukan oleh keluarga. Pendidikan keluarga bertujuan

memberikan pembinaan dan pengaruh kepada anak tentang dasar-dasar kehidupan termasuk pengetahuan agar anak terbuka perhatiannya dalam mencintai pendidikan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa iniserta bentuk kehidupan yang semakin mengglobal maka orang tua, guru dan masyarakat dituntut untuk mencari alternatif terhadap pembinaan dan pengembangn wawasan anak. Tri pusat pendidikan yaitu lingkungan, keluarga, masyarakat mempunyai peranan penting sebagai wadah pembinaan anak, harus kerja sama dan saling menunjang. Orang tua yang mengerti akan kebutuhan anak selalu menyiapkan sarana pendidikan dan juga memberikan motivasi agar anak bersemangat untuk belajar. Pemberian motivasi membuat anak dapat percaya diri, kreatif dan berpikir jernih dan logis. Pembinaan tanpa memaksakan kehendak akan lebih bermanfaat buat kelanjutan kehidupan anak. Kebebasan

12

keluwesan

dan

kepercayaan

orang

tua,

memungkinkan

munculnya kreatifitas bagi anak. Prestasi belajar yang baik akan dapat dicapai apabila tanggung jawab pendidikan tidak

dilimpahkan pada guru semata, tetapi orangtua pun harus memikul tanggung jawab membuat anaknya dapat belajar dan memotifasinya setelah berada di lingkungan keluarga. Prestasi belajar anak sangat ditentukan oleh cara keluarga dalam membina, menuntun, mendidik anaknya. Orang tua yang senantiasa memberikan dorongan atau motifasi belajar kepada anaknya maka anak itu akan mencapai prestasi yang

memuaskan. Karena dalam belajar seorang anak memperoleh motivasi dari dalam dirinya, juga dari luar dirinya terutama dari orang tuanya atau keluarga. Setiap orangtua memilki pola pembianaan yang berbeda kepada anaknya. Ada orang tua yang memberikan pembinaan yang keras, ada yang sedang dan ada juga yang terlalu lembut atau memanjakan. Motivasi belajar dari luar diri anak terutama dari orang tuanya sangat berperan untuk pencapaian prestasi seorang

anak, karena orang tuanyalah yang mengatur dan mengetahui keberadaan seorang anak diluar sekolah dan setiap kebutuhan belajar anak dipenuhi oleh orang tuanya.

13

Orang tua dalam mendidik anak, khususnya di dalam rumah tangga sangatlah penting, karena di dalam rumah tangga seorang anak mula0mula memperoleh bimbingan dan pendidikan dari orang tuanya. Tugas orang tua aalah sebagai guru atau pendidik yang utama dan pertama di dalam rumah tangga dalam menumbuhkan dan mengembangkan kekuatan mental dan fisik anak. Bagi orang tua yang sadar akan pentingnya pendidikan bagi anaknya, akan selalu memandang anak sebagai mahluk yang berakal yang sedang timbuh dan bergairah serta selalu ingin menyelidiki dan selalu ingin mengetahui sesuatu yang ada disekelilingnya. Oleh karena itu orang tua merasa terpanggil untuk mendidik atau memberikan perhatian atau motivasi kepada anak-anaknya. Namun tidak dapat disangkal bahwa selama ini sebagian orang tua lupa dan lalai karena tidak tahu bagaimana cara melaksanakan tugas yang amat penting itu. Banyak diantara orang tua yang beranggapan bahwa kalau anak-anak sudah diserahkan kepada guru di sekolah, maka selesailah tugas mereka dalam mendidik atau memberikan perhatian terhadap pendidikan anaknya.

14

Hal

tersebut

sangat

terkait oleh

dengan

fungsi 44)

keluarga sebagai

sebagaimana berikut :

dikemukakan

Masri

(1974:

a. Fungsi dari keluraga itu tidak hanya merupakan turunan (biologis) tetapi juga merupakan bahagian dari hidup bermasyarakat. Disini keluarga tidak hanya bertugas memelihara anak, tetapi juga berfungsi untuk membentuk idea, cita-cita dan sikap sosial dari anak-anak. b. Bahwa keluarga itu tidak mempunyai kewajiban untuk meletakkan dasar-dasar pendidikan, rasa keagamaan, kemauan dan rasa kesukaan kepada keindahan, kecakapan dan berekonomi dan pengetahuan penjagaan diri pada si anak. Sementara itu menurut Rosjidan (1996:3-4) mengemukakan bahwa terdapat delapan fungsi keluarga yaitu: a) Fungsi keagamaan Untuk mendorong keluarga sebagai wahana penanaman kaidah-kaidah ajaran agama agar tercipta insan-insan pembangunan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. b) Fungsi sosial budaya Untuk mendorong keluarga sebagai wahana persemaian nilainilai luhur budaya masyarakat/bangsa yang mulia dan beradab. c) Fungsi cinta kasih Untuk mendorong keluarga sebagai wahana pembinaan cinta kasih sayang serta jiwa kesetiakawanan antara anggota keluarga dan antara keluarga dengan masyarakat lingkungannya. d) Fungsi perlindungan

15

Untuk

mendorong

sebagai

wahana

pembinaan

untuk

menciptakan rasa aman, damai, nyaman, dan tentram serta keadilan sebagai cerminan hidup yang sejahtera lahir batin. Untuk e) Fungsi reproduksi mendorong keluarga sebagai wahana pelaksanaan

kesadaran akan pentingnya peranan reproduksi sehat dalam upaya mewujudkan keluarga yang sehat dan sejahtera. f) Fungsi sosialisasi Untuk mendorong keluarga sebagai wahana

sosialisasi dan pendidikan murid yang ekonomi, efisien, profesional, pembinaan produktivitas, serta kemandirian dalam memenuhi kebutuhan diri dan kelurga. g) Fungsi ekonomi. Untuk mendorong keluarga sebagai wahana pembentukan sikap hidup yang ekonomi, efisien, profesional, pembinaan

produktivitas, serta kemandirian dalam memenuhi kebutuhan diri dan keluarga. Dari pengertian dan uraian tentang fungsi keluarga di atas, maka semakin tampaklah tanggung jawab orang tua sebagai kepala keluarga. Sebagai orang tua atau kepala keluarga yang bertanggung jawab di dalam rumah tangga ia harus

memperhatikan fungsi-fungsi keluarga yang telah dikemukakan di atas. Fungsi yang paling penting adalah perhatian akan peletakan

16

dasar-dasar pendidikan, karena keluargalah merupakan lembaga pendidikan yang utama dan pertama pengalaman itu menjadi dasar untuk pengembangan kepribadian anak selanjutnya,

sebagaimana ditegaskan oleh Siahan (1986: 2) bahwa : Di dalam rumah tangga pendidikan harus dimulai, inilah sekolah yang pertama. Di sini ibu bapak sebagai guru-gurunya, maka anak-anak itu harus belajar segala pelajaran yang akan memimpinnya sepanjang hidupnya, yaitu pelajaran tentang penghormatan, penuturan, pengendalian diri dan kejujuran. Dengan demikian, keluarga merupakan lembaga

pendidikan yang pertama dan utama. Namun saat ini terkadang terdapat orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya, maka ada kecenderungan fungsi ini kurang mendapatkan perhatian

terutama dalam memberikan motivasi kepada anak-anaknya untuk memperhatikan pelajaran di rumah. Di mana terjadai suatu kecenderungan orang tua melimpahkan sepenuhnya tanggung jawab tersebut kepada lembaga pendidikan seperti di sekolah, sehingga orang tua menjadi lebih ringan untuk dapat

melaksanakan segala pekerjaannya. Akan tetapi, tentu saja tidak semua orang tua yaitu ayan dan ibu sama-sama sibuk dengan pekerjaannya, pada kenyataan bahwa itulah yang paling banyak waktunya bersama-sama dengan anak. Oleh karena itu, ibulah sebenarnya yang paling besar pengaruhnya terhadap pemberian

17

motivasi kepada anak-anaknya untuk melaksanakan aktivitas belajar di rumah. Namun tidak berarti mengambil peranan bapak sebagai kepala rumah tangga dalam memberikan motivasi kepada anak-anaknya. Lebih jelasnya mengenai fungsi motivasi tersebut

khususnya dalam aktivitas belajar, seperti yang dikemukakan oleh Sardiman (1992: 84) yaitu : 1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. 2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang akan dicapai. 3. Menyelesaikan perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatanperbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Dengan demikian, orang tua sebagai pendidik dan

pengasuh dalam lingkungan keluarga mempunyai fungsi dan peranan yang sangat menentukan dalam menumbuhkan atau membangkitkan motivasi anak dalam melaksanakan aktivitas belajar sehari-hari, baik di rumah maupun di sekolah. C. Cara memotivasi anak untuk belajar di lingkungan keluarga

18

Cara orang tua dalam mendidik anaknya sangat besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar anaknya, hal ini

diperrtegas oleh Sutjipto Wirodjojo (Slamet, 1995: 61) yang menyatakan bahwa : Keluarga adalah merupakan lembaga

pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga yang sehat, besar pengaruhnya untuk pendidikan dalam ukuran kecil, akan tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran yang besar yaitu

pendidikan bangsa, negara dan dunia. Melihat pernyataan tersebut, maka dapat dipahami bahwa betapa pentingnya peranan keluarga dalam pendidikan anaknya. Cara orang tua dalam mendidik anaknya sangat berpengaruh untuk kehidupan sosial anak selanjutnya. Perhatian orang tua terhadap anaknya dalam hal

pendidikan dapat berupa perhatian terhadapn kebutuhan belajar, cara pengaturan waktu, pemilihan sekolah sesuai bakat dan minat anaknya, penyediaan fasilitas, mempehatikan

perkembangan belajar anaknya. Dalam hal ini perhatian terhadap perkembangan belajar meliputi perhatian terhadap apakah anak belajar atau tidak,

19

apakah anak tahuh atau tidak tahu pelajarannya, bagaimana hasil evaluasi belajarnya serta hal-hal yang dapat menjadi faktor keberhasilan anaknya. Selain daripada hal-hal yang tersebut, maka cara untuk membangkitkan motivasi belajar pada anak dengan jalan

menempuh berbagai macam motivasi belajar pada anak dengan jalan menempuh berbagai macam langkah sebagai berikut : 1. alat-alat keperluan pendidikannya. Melengkapi bahan atau dalam penyelenggaraan

anak

Seorang anak yang duduk di bangku sekolah sudah jelas tidak akan dapat memperoleh prestasi belajar yang baik, jika alat-alat belajar yang diperlukan dalam menunjang

pendidikannya tidak lengkap. Ketidaklengkapan alat-alat atau bahan-bahan yang diperlukan anak akan menjadi penghalang baginya dalam belajar. Lebih jauh lagi akan dapat menyebabkan tertekannya batin anak jika ia membandingkan dirinya dedngan temannya di kelas. Konsentrasi pikirannya akan kurang bergairah untuk belajar, serta menghalanginya untuk belajar lebih baik. Orang tua harus menyediakan dan mengusahakan pelunasan pembayaran uang sekolah tepat pada waktunya,

20

sebabn keterlambatan pembayaran uang sekolah apalagi sampai menunggak beberapa bulan merupakan bagian beban yang berat bagi anak di sekolah. Selain itu yang tidak kalah oentingnya juga adalah perihal kebutuhan pakaian. Anak akan merasa rendah diri bila pakaian yang dipakainya sepanjang tahun di sekolah tidak berubah. Hal ini perlu juga mendapat perhatian orang tua. 2. bergizi Anak-anak yang masih dalam pertumbuhan Memberikan makanan

perkembangan perlu memperoleh makanan bernilai gizi tinggi. hal ini adalah untuk membantu pertumbuhan jasmania di anak, karena dalam masa pertumbuhhan dan perkembangan diperlukan zat pembangun yang memperlancar pertumbuhan jaringan tubuh dan otak di anak. Bila bahan makanan yang diperlukan untuk tumbuh tidak terpenuhi maka sudah dapat dipastikan bahwa pertumbuuhan anak tidak berjalan lancar atau sesuai dengan seharusnya. Kekurangan gizi akan dapat memperhambat dan

memperlambat pertumbuhan seorang anak, dan sudah barang

21

tentu

akan

berpengaruh

pula

pada

kelancaran

berpikir

berpusat pada otak.

3. belajar yang cukup

Beri

kesempatan

Dalam kesibukan rumah tangga hendaklah orang tua memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar, karena tanpa mengulang baca kembali pelajarannya, akan dipislah harapan anak itu akan mampu untuk mempertinggi prestasi belajarnya. Oleh karena itu orang tua perlu memberikan waktu yang cukup kepada anaknya untuk belajar di rumah. Orang tua perlua mengontrol jam-jam belajar anaknya, dengan tujuan supaya anak tahu akan kewajibannya sebagai seorang pelajar. Tanpa adanya kesempatan belajar yang diberikan kepada nak untuk belajar maka anak pun tidak akan mempertinggi hasil belajarnya dari waktu-waktu sebelumnya. Bila orang tua melihat anaknya kurang berminat dalam mengulang pelajarannya maka orang tua hendaklah

memberikan dorongan dan membangkitkan semangat dan perhatian anak terhadap pelajarannya. Pada waktu anak belajar hendaknya orang tua menunjukkan partisipasinya

22

dengan jalan menciptakan ketengan, kedamaian dan suasana nyaman atau menghindari segala hal-hal yang dapat

mengganggu ketenangan belajar anaknya.

4. kaku

Hapuskan disipilin yang

Orang tua berfungsi sebagai pengendali dalam rumah tangga, hendaklah membuat suatu peraturan yang dipatuhi oleh segenap anggota keluarga, di mana peraturan itu bertujuan untuk membina dan membentuk anggota keluarga untuk memiliki disiplin tertentu sesuai dengan tugas dan aktivitasnya. Bentuk disiplin untuk anak yang sekolah dan anak yang sudah kerja tentu sedikit memiliki perbedaan. Untuk anakn sekolah harus dijamkan disiplin tertentu dalam mengatur jadwal atau jam-jam npelajaran sekoah deengan jam

perlajaran di luar sekolah (mislanya les-les atau bimbingan) begitu pula dengan jadwal ekstra korikuler. 5. menuntut pada anak Sebagaimana diketahui bahwa anak mempunyai batas kemampuan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan Jangan terlalu banyak

23

sebagai anak oleh sebab itu dalam hal belajar dan bekerja harus ada aturan tertentu orang tua harus menghindari hal-hal yang dapat menjadikan beban kepada seorang anak misalnya memberikan tugas-tugas rumah tangga yang terlalu banyak atau terlalu berat sehingga anak merasa lelah, capek dan lainlain, akhirnya anak kehilangan minat untuk belajar. Dengan banyaknya tuntutan yang diajukan serta yang diharapkan oleh orang tua maka dengan sendirinya anakpun tidak akan tumbuhh dan berkembang sebagaimana potensi yang harus dikembangkan dengan bantuan dari orang lain terutama orang tua dan gurunya di sekolah (Nasution, 1986: 103-112) Cambbell (1989: 53-55) mengemukakan bahwa usaha yang dapat dilakukan untuk membina anak agar menjadi produktif dan efektif adalah memberikan dorongan berupa : a) Memperkaya ide, gagasan (idea) Hal ini dapat dilakukan dalam pengalaman dalam kelaurga dan lingkungan sosial tempat anak beradaptasi. b) Memberi hadiah sebagai perangsang (stimulan) Hadiah bagi anak sebaiknya berupa benda atau hal yang dapat berguna bagi pelajarannya contoh : alat belajar. c) Memperkenalkan kepada anak orang-orang berprestasi atau orang-orang kreatif. d) Pengembangan finansial e) Melatih bersikap positif

24

1.

Sikap orang tua dalam menunjang motivasi

belajar anak Berbagai penelitian telah dilakukan tentang bagaimana sikap keluarga yang dapat menyokong minat atau semangat anak dalam meningkatkan cara belajar. Prayitno (1989 :130) mengemukakan bahwa sikap keluarga yang dapat menyokong minat dan kemauan anak dalam belajar yang dapat menunjang keberhasilannya adalah : a. menerima sepenuhnya anak sebagai individu, orang tua tidak memaksakan anak untuk menampilkan prestasi yang tidak sesuai dengan kemauan anaknya. b. Merumuskan dan menjelaskan harapanharapan kepada anak dalam belajar. c. Memberikan kebebasan atau ruang gerak yang memungkinkananak dapat melakukan kreasi dan prakarsa sendiri sesuai kemampuannya. Selanjutnya Prayitno (1989: 11) mengemukakan

karakteristik orang tua yang mendukung kegiatan belajar yang tinggi bagi anaknya : 1. Orang tua menerima sebagai mana adanya. Orang tua menerima anaknya tampa syarat, orang tua seperti ini mengembangkan dalam diri anak perasaan aman, gambaran diri yang positif dan bersikap sosial yang tinggi terhadap orang lain. Orang tua yang hanya menerima anaknya kalau si anak melakukan sesuatu yang berprestasi misalny anaknya berprestasi dalam belajar akan menyebabkan timbulnya dalam diri anak penilaian diri sendiri

25

yang rendah, mempunyai permasalahan dalam pemahaman konsep diri, dan akan menimbulkan sikap pada si anak yaitu anti sosial. 2. Lembut namun menetapkan batasbatas yang fleksibel dalam mengatur tingkah laku anak-anaknya. Orangtua seperti ini tidak suka mengancam atau menghukum anaknya jika anak gagal dalam belajar namun selalu berusaha mendorong anak untuk memperbaiki kegagalannya dan cenderung untuk memberikan penghargaan serta penguatan dibanding memberikan kritik dan celaan. 3. Orang tua memberikan kesempatan dan perlengkapan belajar bagi anaknya. Orang tua memberikan kesempatan belajar baik di rumah maupun di luar rumah dengan menyediakan perlengkapan belajar dan berbagai situasi yang menunjang. 4. Orang tua menunjukkan harapan yang positif. Hal ini berkaitan dengan kenyataan bahwa anak cenderung memiliki harapan-harapan dan memperhatikan sikap orang tuanya berkenaan dengan prestasi belajar. Di samping menampilkan sikap yang baik dalam

menghadapi anak yang sedang belajar, orang tua juga hendaknya menampilkan partisipasi langsung dalam meningkatkan motifasi belajar anaknya dengan cara memberikan penguatan atau penghargaan terhadap tingkah laku atau usaha anak yang baik. Dougherti dan Dougherti dalam Prayitno (1989 : 137)

menjelaskan bahwa orang tua dapat di pergunakan unutk memotifasi siswa dalam mengerjakan pekerjaan rumah,

26

mengerjakan pekerjaan sekolah dan bertingkah laku yang sesuai dengan aturan sekolah dan aturan di rumah Selanjutnya di jelaskan bahwa penguatan dari keluarga mempunyai beberapa keuntungan di bandingkan dengan

penguatan yang dilakukan oleh pihak diluar keluarga misalnya guru. Keuntungan yang dimaksud adalah sebagai berikut : (a) Orang tua mempunyai kemampuan untuk memberikan

penghargaan atau hak-hak istimewa yang lebih manjur dari pada apa yang di lakukan oleh sekolah, misalnya orang tua dapat memantau kegiatan anak dalam menonton televisi atau bermain dengan kawan. Orang tua juga mengetahui apa yang di senangi oleh anak sehingga dapat memberikan dan lebih tahu tentang apa yang patut di berikan sebagai penguatan bagi anak dalam belajarnya di bandingkan yang dapat dilakukan sekolah. (b) Penguatan dari keluarga lebih mudah dilakukan karena orang tua lebih mempunyai kemampuan untuk mengontrol satu atau dua orang anak dibanding sekolah yang mengontrol sejumlah anak. Penguatan yang dilakukan oleh orang tua sangat praktis dan efektif unutk menunjang keberhasilan anak dalam belajar.

27

You might also like